Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK IV

UPAYA PEMULIHAN SEKTOR PARIWISATA DI DESA


GUBUGKLAKAH PASCA PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH:
1. I MADE AGUS HENDRA WIJAYA (23221013)
2. FIONA TIARA GEO (23221004)
3. IDA AYU NANDA PRAMESWARI (23221006)
4. GEDE DIMAS ARYA PRAMANA (23221016)
5. MADE ALANDAP SANISCARA (23221019)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PARIWISATA


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT PARIWISATA DAN BISNIS
DENPASAR
2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..….………4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………4
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………………..4
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………………….5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………..……………5
1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………………………..……….5
1.4.2 Manfaat Empiris………………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………………………...……6
2.2 Konsep………………………………………………………………………….….…….7
2.3 Landasan Teori………………………………………………………………….………..7
2.4 Kerangka Berpikir………………………………………………………………………..9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………………………………………….10
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………………….10
3.3 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………………….……10
3.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………………………10
3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………………………………10
3.6 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………..…10
3.7 Teknik Analisis Data……………………………………………………………...……11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, yang terdiri dari
daratan dan lautan. Selain, sumber daya alam yang kaya kebudayaan di indonesia juga
beragam. Hal ini didukung dengan banyaknya suku dan adat yang ada di Indonesia yang
terdiri dari banyaknya pulau. Sebagai negara yang terdiri dari kepulauan, Indonesia sering
disebut sebagai negara pariwisata. Berbagai keunggulan yang disajikan indonesia menjadi
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing untuk datang ke indonesia.
Sektor pariwisata di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan
perekonomian, salah satu diantaranya ialah sebagai kontributor penerimaan negara dalam
bentuk devisa. Selain itu, sektor pariwisata juga berperan penting dalam meningkatkan
produktivitas dan mengurangi pengangguran. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor
strategis yang harus selalu ditingkatkan dan dimanfaatkan dengan baik sebagai bentuk dari
pembangunan nasional. Dengan peningkatan pariwisata di suatu daerah, otomatis dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun berdasarkan data yang disajikan oleh Wuranti (2021) menyatakan dengan
adanya COVID-19 telah menyebabkan sektor pariwisata lumpuh bahkan mati sehingga tidak
dapat berkontribusi dalam perekonomian. Masa pandemi menyebabkan turunnya angka
wisatawan dikarenakan pembatasan untuk menjaga jarak dan anjuran lebih baik tidak keluar
rumah. Kemerosotan pariwisata jelas memberikan pengaruh yang signifikan bagi turunnya
kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pandemi COVID-19 masyarakat harus menelan
ludah mengenai pendapatan sektor pariwisata yang menurun, contohnya masyarakat Desa
Gubugklakah. Desa Gubugklakah merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Selain memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian dan perkebunan, Desa
Gubugklakah memiliki potensi pada sektor pariwisata seperti Coban Pelangi, Coban
Bidadari, Coban Trisula, Wisata Petik Apel, River Tubing, dan lain sebagainya. Desa
Gubugklakah juga menyediakan homestay yang berada di rumah masing-masing warga. Para
wisatawan yang menginap akan tinggal bersama warga setempat, makan bersama, serta
diajak pergi berladang sehingga secara tidak langsung para wisatawan belajar mengenai adat
istiadat desa. Namun saat ini kegiatan wisata di Desa Gubugklakah mengalami penurunan

3
dikarenakan kondisi pandemi yang masih berlangsung. Keunikan dan keindahan desa tidak
akan berarti jika tidak diimbangi dengan kegiatan branding.
Desa yang membranding kawasannya dengan baik akan lebih menarik wisatawan
karena dirasa lebih terstruktur dan jelas. Kegiatan branding kawasan wisata dapat dilakukan
melalui pemasangan pamflet yang jelas mengenai suatu objek wisata, pembuatan video
cinematic beserta rincian dari keunikan dan keunggulan dari objek wisata, dan melakukan
improvisasi terhadap objek wisata sesuai dengan trend.
Pada masa digitalisasi seperti saat ini, pemanfaatan media sosial sangat berpengaruh
bagi kehidupan. Berdasarkan data yang ada pengguna media sosial dari hari-kehari semakin
bertambah pesat. Selain digunakan sebagai hiburan dan media komunikasi, media sosial juga
dapat digunakan sebagai sarana branding. Sebagai media branding pariwisata, media sosial
diharapkan mampu menjangkau wisatawan lokal maupun mancanegara, dengan
menyebarluaskan informasi mengenai pariwisata yang ada.
Kegiatan branding yang dilakukan di Desa Gubugklakah bertujuan untuk
menghidupkan kembali sektor pariwisata di desa ini. Branding pariwisata diharapkan dapat
menarik para wisatawan untuk datang dan berlibur di Desa Gubugklakah. Sehingga roda
perekonomian masyarakat setempat hidup kembali. Selain itu, Branding pariwisata
diharapkan mampu memperkenalkan kepada para wisatawan mengenai pariwisata yang ada
di Desa Gubugklakah yang jarang diketahui oleh banyak orang.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa dampak dari pandemi COVID-19 terhadap pariwisata di desa Gubugklakah?
2) Bagaimana strategi branding pariwisata yang efisien untuk desa Gubugklakah di era
digitalisasi?
3) Bagaimana tingkat keefektifan branding pariwisata terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang ada di desa Gubugklakah?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menganalisis strategi branding pariwisata yang efektif dalam memulihkan sektor
pariwisata Desa Gubugklakah pasca pandemi COVID-19.

4
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor pariwisata
Desa Gubugklakah.
2) Menganalisis potensi pariwisata yang dimiliki Desa Gubugklakah.
3) Menilai efektivitas upaya branding pariwisata melalui media sosial
dalam memulihkan sektor pariwisata Desa Gubugklakah.
4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas
pariwisata di Desa Gubugklakah.
5) Mengetahui kondisi sektor pariwisata di Desa Gubugklakah sebelum
pandemi COVID-19.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dalam
pemahaman tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor pariwisata di
tingkat lokal, serta merumuskan strategi branding pariwisata yang dapat diterapkan
dalam pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada literatur mengenai strategi branding
pariwisata dan pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi.

1.4.2 Manfaat Empiris


Secara empiris, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang berguna bagi pemerintah daerah dan stakeholder terkait dalam merencanakan
dan melaksanakan program pemulihan ekonomi berbasis pariwisata di Desa
Gubugklakah. Selain itu, masyarakat setempat juga diharapkan dapat memanfaatkan
hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mengembangkan potensi pariwisata di
lingkungan mereka.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Kajian pustaka merupakan landasan bagi penelitian atau pengabdian masyarakat yang
dilakukan untuk memahami konteks, teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
topik yang dibahas. Adapun penelitian terdahulu yang menjadi pedoman penelitian ini
dilakukan, yaitu:
Kevin Jerrycho (2024) yang berjudul "Strategi Indonesia Dalam Pemulihan
Pariwisata Bali Pasca Pandemi". Dari hasil penelitian ini, revitalisasi pariwisata Bali melalui
kebijakan CHSE merupakan langkah yang tepat untuk memulihkan sektor pariwisata di Bali
di tengah era pandemi Covid-19. Penerapan CHSE di Bali masih belum optimal, namun
dengan upaya sosialisasi, edukasi, dan kerjasama yang baik antara semua pihak, diharapkan
revitalisasi pariwisata Bali dapat berjalan dengan sukses dan membawa kembali kejayaan
pariwisata Bali.
Dinar Wahyuni (2021) yang berjudul "Upaya Pemulihan Pariwisata Yogyakarta
Pada Masa Pandemi COVID-19". Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pemulihan pariwisata Yogyakarta masih berada pada fase tanggap darurat karena pandemi
covid-19 masih berlangsung. Penelitian ini mengevaluasi pemulihan sektor pariwisata di
Yogyakarta selama pandemi Covid-19 dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasilnya
menunjukkan fase tanggap darurat yang melibatkan realokasi anggaran, identifikasi dampak,
dan strategi inovasi, adaptasi, serta kolaborasi. Inovasi mencakup pengembangan teknologi
digital dan kelembagaan, sedangkan adaptasi berfokus pada protokol kesehatan dan CHSE.
Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku wisata juga krusial. Keberhasilan tergantung pada
akses dan komunikasi antara pemerintah dan pelaku wisata, serta monitoring penegakan
hukum dalam penerapan protokol kesehatan.
Penelitian ini mengidentifikasi persamaan dengan penelitian sebelumnya dalam upaya
pemulihan sektor pariwisata di tengah pandemi COVID-19. Seperti penelitian sebelumnya,
penelitian ini juga menekankan pentingnya strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi antara
pemerintah dan pelaku pariwisata dalam memulihkan sektor pariwisata. Penerapan protokol
kesehatan, termasuk Clean, Health, Safety, and Environment (CHSE), juga menjadi fokus
dalam kedua penelitian sebagai upaya membangun kepercayaan wisatawan. Selain itu,
penelitian terbaru ini menyoroti peran komunikasi dan sosialisasi, terutama melalui media

6
sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Facebook, dalam mempromosikan destinasi
pariwisata dan meningkatkan kunjungan wisatawan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, diskusi
kelompok, dokumentasi, dan publikasi, dengan tujuan memperkuat branding pariwisata Desa
Gubugklakah pasca pandemi COVID-19 dan mendukung pemulihan ekonomi lokal dengan
kembalinya wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

2.2 Konsep
Konsep yang mendasari kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah
adalah branding pariwisata sebagai upaya untuk memulihkan sektor pariwisata pasca
pandemi COVID-19. Konsep branding pariwisata memiliki tujuan untuk menciptakan citra
positif dan menarik bagi destinasi pariwisata tertentu, sehingga dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan. Menurut Kavaratzis (2008), branding pariwisata melibatkan
pengelolaan potensi wisata suatu daerah sebagai karakteristik khas yang membedakan daerah
tersebut dari destinasi lainnya. Melalui branding pariwisata, suatu daerah dapat menciptakan
identitas atau brand yang kuat, sehingga mampu bersaing dan menarik minat wisatawan.
Dalam konteks Desa Gubugklakah, konsep branding pariwisata diimplementasikan dengan
memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan dan mengkomunikasikan
keunikan serta keindahan destinasi pariwisata yang dimiliki. Dengan menggunakan platform-
platform seperti Instagram, Tiktok, Youtube, dan Facebook, Desa Gubugklakah berupaya
untuk menjangkau wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga dapat meningkatkan
kunjungan wisata dan menghidupkan kembali sektor pariwisata di desa tersebut.

2.3 Landasan Teori


Landasan teori yang relevan untuk kegiatan pengabdian masyarakat di Desa
Gubugklakah adalah teori branding pariwisata dan penggunaan media sosial dalam promosi
pariwisata. Teori branding pariwisata memberikan pemahaman tentang konsep, tujuan, dan
strategi dalam menciptakan citra positif destinasi pariwisata. Menurut Kavaratzis (2008),
branding pariwisata melibatkan proses identifikasi keunikan dan keistimewaan suatu
destinasi pariwisata, serta pengelolaan potensi wisata tersebut sebagai bagian dari brand
image yang diinginkan. Sementara itu, teori penggunaan media sosial dalam promosi
pariwisata mengacu pada pendekatan pemasaran digital yang memanfaatkan platform-
platform seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube untuk menjangkau target audiens dan
mempengaruhi perilaku konsumen.

7
Menurut Afiyanti (2008), media sosial merupakan salah satu alat yang sangat efektif
dalam branding pariwisata. Dengan memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok,
YouTube, Facebook, dan Twitter, destinasi pariwisata dapat mempromosikan keunikan dan
daya tariknya kepada wisatawan potensial. Scarles (2018) menambahkan bahwa media sosial
dapat menciptakan keterlibatan dan interaksi yang lebih dalam dengan wisatawan, sehingga
meningkatkan kesadaran dan minat terhadap destinasi pariwisata tertentu.
Dalam konteks pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah, landasan teori ini menjadi
penting untuk merancang strategi branding pariwisata yang efektif dan mengidentifikasi
metode promosi yang tepat melalui media sosial. Dengan memahami konsep-konsep dasar
dalam branding pariwisata dan pemasaran digital, kegiatan pengabdian masyarakat dapat
menghasilkan dampak yang signifikan dalam memulihkan sektor pariwisata di desa tersebut.
Clarke dan Stabler (2016) menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Melibatkan masyarakat lokal dalam proses
branding dan pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya meningkatkan rasa memiliki
dan tanggung jawab, tetapi juga memastikan bahwa pengembangan pariwisata berjalan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan lokal.
Dalam mengembangkan proposal pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah,
penting untuk memperkuat landasan teoritis yang mendukung strategi dan langkah-langkah
yang diusulkan. Sebagai langkah awal, kita dapat merujuk pada teori pariwisata untuk
memahami dinamika industri pariwisata secara keseluruhan. Konsep sistem pariwisata,
seperti yang diungkapkan oleh Gunn (1988), menyoroti pentingnya memahami interaksi
antara berbagai elemen dalam industri pariwisata, mulai dari atraksi wisata hingga
infrastruktur dan informasi pariwisata. Dalam konteks Desa Gubugklakah, pemahaman
mendalam tentang sistem pariwisata dapat membantu mengidentifikasi keunggulan dan
potensi pengembangan lebih lanjut.
Selanjutnya, teori pariwisata sebagai penggerak ekonomi, seperti yang dikemukakan
oleh Ritchie dan Crouch (2003), dapat memberikan wawasan tentang peran sektor pariwisata
dalam pertumbuhan ekonomi lokal. Pandemi Covid-19 telah mengungkapkan kerentanan
sektor pariwisata terhadap krisis, yang menimbulkan tantangan signifikan bagi destinasi
pariwisata seperti Desa Gubugklakah. Teori dampak pariwisata, berdasarkan kerangka kerja
Butler (1980), dapat membantu dalam memahami implikasi krisis pariwisata dan merancang
strategi pemulihan yang efektif. Selain itu, dalam menghadapi krisis seperti pandemi, penting
untuk memahami bagaimana perilaku wisatawan dapat berubah. Teori perubahan perilaku
wisatawan selama krisis, seperti yang dikemukakan oleh McKercher dan Chon (2004), dapat

8
membantu dalam merancang strategi yang responsif terhadap kebutuhan dan preferensi
wisatawan selama periode krisis.
Dalam konteks pemulihan sektor pariwisata pasca-pandemi, strategi branding dan
pemasaran pariwisata memainkan peran penting. Teori identitas dan branding destinasi,
seperti yang diajukan oleh Pike (2009), menekankan pentingnya mengembangkan identitas
yang kuat dan strategi branding yang efektif untuk menarik wisatawan. Di era digital saat ini,
pemasaran melalui media sosial menjadi semakin penting. Teori pemasaran media sosial
dapat memberikan wawasan tentang cara memanfaatkan platform media sosial untuk
mempromosikan destinasi pariwisata dengan efektif.
Terakhir, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Teori partisipatif, seperti yang dikemukakan oleh Rifkin (2014), menekankan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi
proyek pariwisata. Melibatkan masyarakat Desa Gubugklakah dalam pengembangan dan
promosi pariwisata dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan mendukung keberlanjutan
inisiatif pariwisata.
Dengan memperdalam pemahaman tentang teori-teori ini, proposal pengabdian
masyarakat di Desa Gubugklakah dapat didukung oleh dasar teoritis yang kuat dan beragam,
yang membantu dalam merancang strategi yang responsif terhadap kebutuhan dan tantangan
yang dihadapi oleh sektor pariwisata.

2.4 Kerangka Berpikir


Robert Yin (2014) menjelaskan bahwa kerangka berpikir adalah struktur teoritis atau
konseptual yang digunakan untuk mengarahkan penelitian, yang mencakup pemahaman
tentang hubungan antarvariabel serta logika di balik fenomena yang diamati. Hal ini
membantu peneliti untuk mengidentifikasi isu-isu kunci yang perlu dipahami, menjelaskan
hubungan antar variabel yang mungkin ada, dan memandu proses pengumpulan dan analisis
data. Sedangkan Creswell (2014) mengemukakan bahwa kerangka berpikir melibatkan
konstruksi logis dari konsep-konsep, teori, atau model yang membantu peneliti dalam
merumuskan pertanyaan penelitian, merancang metode penelitian, serta menginterpretasikan
hasil penelitian. Dengan demikian, kerangka berfikir menjadi landasan yang kuat bagi proses
penelitian untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki dasar yang kuat
dan relevan dengan tujuan penelitian yang diusulkan.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian dirumuskan dengan tujuan arah yang jelas dan target yang
hendak dicapai dalam penelitian. Jika tujuan penelitian jelas dan terumuskan dengan baik,
maka penelitian dan pemecahan masalah akan berjalan dengan baik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi sebagai metode perolehan data.
Pendekatan kualitatif yang sesuai mengeksplorasi pengalaman dan persepsi masyarakat
terkait pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi COVID-19 di Desa Gubugklakah.
Penelitian ini dirancang sebagai upaya untuk memulihkan sektor pariwisata pasca pandemi
yang ada di desa Gubugklakah. Dengan memanfaatkan branding pariwisata dan
mempromosikan di media sosial seperti Instagram, Tik tok, Youtube, dan Facebook. Upaya
branding pariwisata melalui media sosial merupakan langkah yang tepat untuk
memperkenalkan dan menghidupkan kembali destinasi wisata yang terdampak pandemi.
Wardhana (2020) menyatakan bahwa media sosial memiliki potensi besar untuk
menjangkau audiens secara luas dan meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke
suatu destinasi. Melalui adanya pemanfaatan media sosial ini diharapkan mampu menjangkau
wisatawan lokal maupun mancanegara dengan menyebarluaskan informasi mengenai
pariwisata yang ada, sehingga perekonomian masyarakat Gubugklakah bisa hidup kembali.
Yusuf (2020) juga menyatakan bahwa branding pariwisata melalui media sosial merupakan
strategi yang relevan dalam mengembangkan destinasi pariwisata, terutama dalam mengatasi
dampak negatif dari krisis seperti pandemi COVID-19. Media sosial memiliki potensi besar
untuk meningkatkan visibilitas destinasi wisata dan menjangkau pasar yang lebih luas.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten
Malang. Lokasi ini dipilih karena desa ini merupakan salah satu desa wisata yang terdampak
pandemi Covid-19. Waktu penelitian dilaksanakan selama periode tertentu sesuai dengan
waktu yang disepakati dengan pihak terkait di Desa Gubugklakah, mulai dari pengumpulan
data hingga publikasi hasil.

10
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu observasi
langsung terhadap destinasi wisata di Desa Gubugklakah, wawancara dengan perangkat desa
dan petugas wisata, pengadaan forum group discussion (FGD) dengan melibatkan mahasiswa
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dan perangkat desa, dokumentasi berupa video
cinematic destinasi wisata, dan publikasi hasil dokumentasi ke media sosial. Sumber data ini
dipilih untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kondisi pariwisata di
Desa Gubugklakah dan efektivitas branding pariwisata melalui media sosial.
Penggunaan media sosial sebagai alat branding pariwisata memiliki potensi besar
untuk menciptakan citra positif dan menarik wisatawan. Dengan pendekatan yang tepat dan
konten yang menarik, media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan
destinasi pariwisata, terutama di era digital seperti sekarang (Ardhika, 2019).

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah semua elemen yang terkait dengan sektor
pariwisata di Desa Gubugklakah, termasuk perangkat desa, petugas wisata, dan masyarakat
lokal. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu untuk mewakili populasi tersebut
secara representatif, seperti perangkat desa, petugas wisata, dan mahasiswa Merdeka Belajar-
Kampus Mengajar (MBKM) yang terlibat dalam forum group discussion (FGD).

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan meliputi panduan observasi, daftar pertanyaan
wawancara, panduan forum group discussion (FGD), peralatan dokumentasi seperti kamera
dan smartphone untuk pengambilan video cinematic, serta media sosial sebagai platform
untuk publikasi hasil dokumentasi. Instrumen ini dirancang untuk mengumpulkan data yang
relevan dan menunjang analisis.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi langsung, wawancara,
forum group discussion (FGD), dokumentasi visual, dan publikasi. Teknik-teknik ini dipilih
karena dapat memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi pariwisata di Desa
Gubugklakah dan respons terhadap upaya branding pariwisata melalui media sosial. Pradana
(2023) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan pendekatan yang tepat untuk memahami dinamika pariwisata di tingkat lokal.

11
bahwa penggunaan teknik pengumpulan data yang beragam juga memberikan keleluasaan
dalam memperoleh informasi yang mendalam tentang permasalahan dan potensi pariwisata
Desa Gubugklakah. Lebih lanjut, strategi branding pariwisata melalui media sosial
merupakan langkah yang relevan dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19 terhadap
sektor pariwisata. Hal ini sejalan dengan tren digitalisasi yang semakin mempengaruhi
perilaku konsumen di era modern ini.

3.7 Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan melakukan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis dilakukan secara sistematik
dan mendalam untuk memahami dampak branding pariwisata melalui media sosial terhadap
pemulihan sektor pariwisata di Desa Gubugklakah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode
Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12 (1), 58-62.
https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.201
Anggarini, D. T. (2021). Upaya Pemulihan Industri Pariwisata Dalam Situasi Pandemi
COVID-19. Jurnal Pariwisata, 8(1), 22-31. https://doi.org/10.31294/par.v8i1.9809
Arti Kata - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. [online]. tersedia Desember 20,
2021, https://kbbi.web.id/publikasi
Desa Gugugklakah. Profil Desa: Desa Gubugklakah. Tersedia Desember 20, 2021, dari
https://3507072016.website.desa.id/about-us
Harnadi, A. (2021). Bijak Berwisata Pasca Pandemi. Jurnal Pemberdayaan Pariwisata, 20-27.
Hermawan, E. (2019). Strategi Kementerian Pariwisata Indonesia dalam Meningkatkan
Branding Wisata Halal. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akutansi, 7(2), 87-95.
Leonardy, L. (2018). Strategi Branding Kementerian Pariwisata Melalui Media Sosial: Studi
Kasus Indonesia Tourism Branding Melalui Instagram@ Indtravel (Doctoral
dissertation, Universitas Multimedia Nusantara).
Nizar, M. A. (2011). Pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Rostini, I. A., Rudiyanto, R., Kaban, I. K., & Hutagulung, S. (2021). Peningkatan Kapasitas
Masyarakat dan Identifikasi Potensi Wisata Dalam Pengembangan Desa Watu Tiri
Sebagai Desa Wisata. Jurnal Abdimas Pariwisata, 8-13.
https://doi.org/10.36276/jap.v2i1.23
Shantika, B., & Mahaggangaa, I. G. A. O. (2018). Dampak perkembangan pariwisata
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di pulau Nusa Lembongan. Jurnal
Destinasi Pariwisata ISSN, 2338, 8811.
https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.v06.i01.p27
Yakup, A. P. (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Widoyoko, E.P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

13
Yakup, A. P., & Haryanto, T. (2019). Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia. Bina Ekonomi, 23(2), 39-47.
https://doi.org/10.26593/be.v23i2.3266.39-47
Yusuf, A. (2020). Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Pariwisata Berkelanjutan,
10(2), 45-58.
Wardhana, W. (2020). Pemanfaatan Media Sosial dalam Peningkatan Pariwisata Lokal.
Jurnal Pariwisata dan Perjalanan, 15(2), 112-125.
Ardhika, I.G.M. (2019). Pemanfaatan Media Sosial dalam Branding Pariwisata. Jurnal
Pariwisata, 15(2), 123-135.
Ahmadi, H., Fatah, A., & Ahmad, A. (2020). The impact of COVID-19 pandemic on tourism
industry. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 68, 104448.
Jamaludin, A., Abdullah, A., & Abdullah, N. (2019). The effect of social media advertising
on tourist destination branding. Journal of Asian Finance, Economics and Business,
6(4), 311-320.
Wuranti, F. (2021). The Impact of Covid-19 on Tourism. Jurnal Pariwisata Pesona Budaya,
8(1), 12-21.
Kavaratzis, M. (2008). From city marketing to city branding: Towards a theoretical
framework for developing city brands. Place Branding and Public Diplomacy, 4(4),
261-273.
Clarke, A., & Stabler, M. (2016). Walking with Butler: Mobilising tourism mobilities and
“becoming-mobility” in the Gambia. Tourism Management, 52, 101-111.
Scarles, C. (2018). Mediating mobilities: Travelling with/in media, mobilities, and tourism.
Mobilities, 13(1), 1-14.
Afiyanti, Y. (2008). Konsep Pemasaran Media Sosial. Jurnal Ilmiah Universitas Jember, 1(1).
Gunn, C. A. (1988). Tourism planning (2nd ed.). Taylor & Francis.
Dwyer, L., & Kim, C. (2003). Destination competitiveness: Determinants and indicators.
Current Issues in Tourism, 6(5), 369-414.
Ritchie, J. R. B., & Crouch, G. I. (2003). The competitive destination: A sustainable tourism
perspective. CABI Publishing.
Butler, R. W. (1980). The concept of a tourist area cycle of evolution: Implications for
management of resources. Canadian Geographer/Le Géographe Canadien, 24(1), 5-
12.
Faulkner, B. (2001). Towards a framework for tourism disaster management. Tourism
Management, 22(2), 135-147.

14
McKercher, B., & Chon, K. (2004). The over-reaction to SARS and the collapse of Asian
tourism. Annals of Tourism Research, 31(3), 716-719.
Pike, S. (2009). Destination brand positions of a competitive set of near-home destinations.
Tourism Management, 30(6), 857-866.
Rifkin, W. (2014). Participatory approaches to planning for community-based ecotourism. In
R. Harris (Ed.), Tourism planning & community development (pp. 161-183).
Routledge.
Yin, R. K. (2014). Case Study Research: Design and Methods. Sage Publications.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Sage Publications.

15

Anda mungkin juga menyukai