DISUSUN OLEH:
1. I MADE AGUS HENDRA WIJAYA (23221013)
2. FIONA TIARA GEO (23221004)
3. IDA AYU NANDA PRAMESWARI (23221006)
4. GEDE DIMAS ARYA PRAMANA (23221016)
5. MADE ALANDAP SANISCARA (23221019)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..….………4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………4
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………………..4
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………………….5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………..……………5
1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………………………..……….5
1.4.2 Manfaat Empiris………………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………………………...……6
2.2 Konsep………………………………………………………………………….….…….7
2.3 Landasan Teori………………………………………………………………….………..7
2.4 Kerangka Berpikir………………………………………………………………………..9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………………………………………….10
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………………….10
3.3 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………………….……10
3.4 Populasi dan Sampel……………………………………………………………………10
3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………………………………10
3.6 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………..…10
3.7 Teknik Analisis Data……………………………………………………………...……11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………12
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dikarenakan kondisi pandemi yang masih berlangsung. Keunikan dan keindahan desa tidak
akan berarti jika tidak diimbangi dengan kegiatan branding.
Desa yang membranding kawasannya dengan baik akan lebih menarik wisatawan
karena dirasa lebih terstruktur dan jelas. Kegiatan branding kawasan wisata dapat dilakukan
melalui pemasangan pamflet yang jelas mengenai suatu objek wisata, pembuatan video
cinematic beserta rincian dari keunikan dan keunggulan dari objek wisata, dan melakukan
improvisasi terhadap objek wisata sesuai dengan trend.
Pada masa digitalisasi seperti saat ini, pemanfaatan media sosial sangat berpengaruh
bagi kehidupan. Berdasarkan data yang ada pengguna media sosial dari hari-kehari semakin
bertambah pesat. Selain digunakan sebagai hiburan dan media komunikasi, media sosial juga
dapat digunakan sebagai sarana branding. Sebagai media branding pariwisata, media sosial
diharapkan mampu menjangkau wisatawan lokal maupun mancanegara, dengan
menyebarluaskan informasi mengenai pariwisata yang ada.
Kegiatan branding yang dilakukan di Desa Gubugklakah bertujuan untuk
menghidupkan kembali sektor pariwisata di desa ini. Branding pariwisata diharapkan dapat
menarik para wisatawan untuk datang dan berlibur di Desa Gubugklakah. Sehingga roda
perekonomian masyarakat setempat hidup kembali. Selain itu, Branding pariwisata
diharapkan mampu memperkenalkan kepada para wisatawan mengenai pariwisata yang ada
di Desa Gubugklakah yang jarang diketahui oleh banyak orang.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor pariwisata
Desa Gubugklakah.
2) Menganalisis potensi pariwisata yang dimiliki Desa Gubugklakah.
3) Menilai efektivitas upaya branding pariwisata melalui media sosial
dalam memulihkan sektor pariwisata Desa Gubugklakah.
4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas
pariwisata di Desa Gubugklakah.
5) Mengetahui kondisi sektor pariwisata di Desa Gubugklakah sebelum
pandemi COVID-19.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Facebook, dalam mempromosikan destinasi
pariwisata dan meningkatkan kunjungan wisatawan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, diskusi
kelompok, dokumentasi, dan publikasi, dengan tujuan memperkuat branding pariwisata Desa
Gubugklakah pasca pandemi COVID-19 dan mendukung pemulihan ekonomi lokal dengan
kembalinya wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
2.2 Konsep
Konsep yang mendasari kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah
adalah branding pariwisata sebagai upaya untuk memulihkan sektor pariwisata pasca
pandemi COVID-19. Konsep branding pariwisata memiliki tujuan untuk menciptakan citra
positif dan menarik bagi destinasi pariwisata tertentu, sehingga dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan. Menurut Kavaratzis (2008), branding pariwisata melibatkan
pengelolaan potensi wisata suatu daerah sebagai karakteristik khas yang membedakan daerah
tersebut dari destinasi lainnya. Melalui branding pariwisata, suatu daerah dapat menciptakan
identitas atau brand yang kuat, sehingga mampu bersaing dan menarik minat wisatawan.
Dalam konteks Desa Gubugklakah, konsep branding pariwisata diimplementasikan dengan
memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan dan mengkomunikasikan
keunikan serta keindahan destinasi pariwisata yang dimiliki. Dengan menggunakan platform-
platform seperti Instagram, Tiktok, Youtube, dan Facebook, Desa Gubugklakah berupaya
untuk menjangkau wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga dapat meningkatkan
kunjungan wisata dan menghidupkan kembali sektor pariwisata di desa tersebut.
7
Menurut Afiyanti (2008), media sosial merupakan salah satu alat yang sangat efektif
dalam branding pariwisata. Dengan memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok,
YouTube, Facebook, dan Twitter, destinasi pariwisata dapat mempromosikan keunikan dan
daya tariknya kepada wisatawan potensial. Scarles (2018) menambahkan bahwa media sosial
dapat menciptakan keterlibatan dan interaksi yang lebih dalam dengan wisatawan, sehingga
meningkatkan kesadaran dan minat terhadap destinasi pariwisata tertentu.
Dalam konteks pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah, landasan teori ini menjadi
penting untuk merancang strategi branding pariwisata yang efektif dan mengidentifikasi
metode promosi yang tepat melalui media sosial. Dengan memahami konsep-konsep dasar
dalam branding pariwisata dan pemasaran digital, kegiatan pengabdian masyarakat dapat
menghasilkan dampak yang signifikan dalam memulihkan sektor pariwisata di desa tersebut.
Clarke dan Stabler (2016) menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Melibatkan masyarakat lokal dalam proses
branding dan pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya meningkatkan rasa memiliki
dan tanggung jawab, tetapi juga memastikan bahwa pengembangan pariwisata berjalan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan lokal.
Dalam mengembangkan proposal pengabdian masyarakat di Desa Gubugklakah,
penting untuk memperkuat landasan teoritis yang mendukung strategi dan langkah-langkah
yang diusulkan. Sebagai langkah awal, kita dapat merujuk pada teori pariwisata untuk
memahami dinamika industri pariwisata secara keseluruhan. Konsep sistem pariwisata,
seperti yang diungkapkan oleh Gunn (1988), menyoroti pentingnya memahami interaksi
antara berbagai elemen dalam industri pariwisata, mulai dari atraksi wisata hingga
infrastruktur dan informasi pariwisata. Dalam konteks Desa Gubugklakah, pemahaman
mendalam tentang sistem pariwisata dapat membantu mengidentifikasi keunggulan dan
potensi pengembangan lebih lanjut.
Selanjutnya, teori pariwisata sebagai penggerak ekonomi, seperti yang dikemukakan
oleh Ritchie dan Crouch (2003), dapat memberikan wawasan tentang peran sektor pariwisata
dalam pertumbuhan ekonomi lokal. Pandemi Covid-19 telah mengungkapkan kerentanan
sektor pariwisata terhadap krisis, yang menimbulkan tantangan signifikan bagi destinasi
pariwisata seperti Desa Gubugklakah. Teori dampak pariwisata, berdasarkan kerangka kerja
Butler (1980), dapat membantu dalam memahami implikasi krisis pariwisata dan merancang
strategi pemulihan yang efektif. Selain itu, dalam menghadapi krisis seperti pandemi, penting
untuk memahami bagaimana perilaku wisatawan dapat berubah. Teori perubahan perilaku
wisatawan selama krisis, seperti yang dikemukakan oleh McKercher dan Chon (2004), dapat
8
membantu dalam merancang strategi yang responsif terhadap kebutuhan dan preferensi
wisatawan selama periode krisis.
Dalam konteks pemulihan sektor pariwisata pasca-pandemi, strategi branding dan
pemasaran pariwisata memainkan peran penting. Teori identitas dan branding destinasi,
seperti yang diajukan oleh Pike (2009), menekankan pentingnya mengembangkan identitas
yang kuat dan strategi branding yang efektif untuk menarik wisatawan. Di era digital saat ini,
pemasaran melalui media sosial menjadi semakin penting. Teori pemasaran media sosial
dapat memberikan wawasan tentang cara memanfaatkan platform media sosial untuk
mempromosikan destinasi pariwisata dengan efektif.
Terakhir, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Teori partisipatif, seperti yang dikemukakan oleh Rifkin (2014), menekankan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi
proyek pariwisata. Melibatkan masyarakat Desa Gubugklakah dalam pengembangan dan
promosi pariwisata dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan mendukung keberlanjutan
inisiatif pariwisata.
Dengan memperdalam pemahaman tentang teori-teori ini, proposal pengabdian
masyarakat di Desa Gubugklakah dapat didukung oleh dasar teoritis yang kuat dan beragam,
yang membantu dalam merancang strategi yang responsif terhadap kebutuhan dan tantangan
yang dihadapi oleh sektor pariwisata.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu observasi
langsung terhadap destinasi wisata di Desa Gubugklakah, wawancara dengan perangkat desa
dan petugas wisata, pengadaan forum group discussion (FGD) dengan melibatkan mahasiswa
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dan perangkat desa, dokumentasi berupa video
cinematic destinasi wisata, dan publikasi hasil dokumentasi ke media sosial. Sumber data ini
dipilih untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kondisi pariwisata di
Desa Gubugklakah dan efektivitas branding pariwisata melalui media sosial.
Penggunaan media sosial sebagai alat branding pariwisata memiliki potensi besar
untuk menciptakan citra positif dan menarik wisatawan. Dengan pendekatan yang tepat dan
konten yang menarik, media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan
destinasi pariwisata, terutama di era digital seperti sekarang (Ardhika, 2019).
11
bahwa penggunaan teknik pengumpulan data yang beragam juga memberikan keleluasaan
dalam memperoleh informasi yang mendalam tentang permasalahan dan potensi pariwisata
Desa Gubugklakah. Lebih lanjut, strategi branding pariwisata melalui media sosial
merupakan langkah yang relevan dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19 terhadap
sektor pariwisata. Hal ini sejalan dengan tren digitalisasi yang semakin mempengaruhi
perilaku konsumen di era modern ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode
Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12 (1), 58-62.
https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.201
Anggarini, D. T. (2021). Upaya Pemulihan Industri Pariwisata Dalam Situasi Pandemi
COVID-19. Jurnal Pariwisata, 8(1), 22-31. https://doi.org/10.31294/par.v8i1.9809
Arti Kata - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. [online]. tersedia Desember 20,
2021, https://kbbi.web.id/publikasi
Desa Gugugklakah. Profil Desa: Desa Gubugklakah. Tersedia Desember 20, 2021, dari
https://3507072016.website.desa.id/about-us
Harnadi, A. (2021). Bijak Berwisata Pasca Pandemi. Jurnal Pemberdayaan Pariwisata, 20-27.
Hermawan, E. (2019). Strategi Kementerian Pariwisata Indonesia dalam Meningkatkan
Branding Wisata Halal. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akutansi, 7(2), 87-95.
Leonardy, L. (2018). Strategi Branding Kementerian Pariwisata Melalui Media Sosial: Studi
Kasus Indonesia Tourism Branding Melalui Instagram@ Indtravel (Doctoral
dissertation, Universitas Multimedia Nusantara).
Nizar, M. A. (2011). Pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Rostini, I. A., Rudiyanto, R., Kaban, I. K., & Hutagulung, S. (2021). Peningkatan Kapasitas
Masyarakat dan Identifikasi Potensi Wisata Dalam Pengembangan Desa Watu Tiri
Sebagai Desa Wisata. Jurnal Abdimas Pariwisata, 8-13.
https://doi.org/10.36276/jap.v2i1.23
Shantika, B., & Mahaggangaa, I. G. A. O. (2018). Dampak perkembangan pariwisata
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di pulau Nusa Lembongan. Jurnal
Destinasi Pariwisata ISSN, 2338, 8811.
https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.v06.i01.p27
Yakup, A. P. (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Widoyoko, E.P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
13
Yakup, A. P., & Haryanto, T. (2019). Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia. Bina Ekonomi, 23(2), 39-47.
https://doi.org/10.26593/be.v23i2.3266.39-47
Yusuf, A. (2020). Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Pariwisata Berkelanjutan,
10(2), 45-58.
Wardhana, W. (2020). Pemanfaatan Media Sosial dalam Peningkatan Pariwisata Lokal.
Jurnal Pariwisata dan Perjalanan, 15(2), 112-125.
Ardhika, I.G.M. (2019). Pemanfaatan Media Sosial dalam Branding Pariwisata. Jurnal
Pariwisata, 15(2), 123-135.
Ahmadi, H., Fatah, A., & Ahmad, A. (2020). The impact of COVID-19 pandemic on tourism
industry. Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 68, 104448.
Jamaludin, A., Abdullah, A., & Abdullah, N. (2019). The effect of social media advertising
on tourist destination branding. Journal of Asian Finance, Economics and Business,
6(4), 311-320.
Wuranti, F. (2021). The Impact of Covid-19 on Tourism. Jurnal Pariwisata Pesona Budaya,
8(1), 12-21.
Kavaratzis, M. (2008). From city marketing to city branding: Towards a theoretical
framework for developing city brands. Place Branding and Public Diplomacy, 4(4),
261-273.
Clarke, A., & Stabler, M. (2016). Walking with Butler: Mobilising tourism mobilities and
“becoming-mobility” in the Gambia. Tourism Management, 52, 101-111.
Scarles, C. (2018). Mediating mobilities: Travelling with/in media, mobilities, and tourism.
Mobilities, 13(1), 1-14.
Afiyanti, Y. (2008). Konsep Pemasaran Media Sosial. Jurnal Ilmiah Universitas Jember, 1(1).
Gunn, C. A. (1988). Tourism planning (2nd ed.). Taylor & Francis.
Dwyer, L., & Kim, C. (2003). Destination competitiveness: Determinants and indicators.
Current Issues in Tourism, 6(5), 369-414.
Ritchie, J. R. B., & Crouch, G. I. (2003). The competitive destination: A sustainable tourism
perspective. CABI Publishing.
Butler, R. W. (1980). The concept of a tourist area cycle of evolution: Implications for
management of resources. Canadian Geographer/Le Géographe Canadien, 24(1), 5-
12.
Faulkner, B. (2001). Towards a framework for tourism disaster management. Tourism
Management, 22(2), 135-147.
14
McKercher, B., & Chon, K. (2004). The over-reaction to SARS and the collapse of Asian
tourism. Annals of Tourism Research, 31(3), 716-719.
Pike, S. (2009). Destination brand positions of a competitive set of near-home destinations.
Tourism Management, 30(6), 857-866.
Rifkin, W. (2014). Participatory approaches to planning for community-based ecotourism. In
R. Harris (Ed.), Tourism planning & community development (pp. 161-183).
Routledge.
Yin, R. K. (2014). Case Study Research: Design and Methods. Sage Publications.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Sage Publications.
15