Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANAJEMEN KEHUMASAN

REVIUW JURNAL
“Mengelola Komunikasi efektif public relation dalam meningkatkan strategi
pemasaran sektor pariwisata dibali pada masa pandemic covid-19”

DI SUSUN OLEH :

YUSMIANA

(20041014015)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................1

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................3

B. Rumusan Masalah............................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................5
A. Public Relation (PR)..........................................................................................5

B. Komunikasi Efektif Pada Masa Pandemic.........................................................5

C. Pola Marketing Efektif Pariwisata Pada Masa Pandemic Covid-19.................7

D. Digital Campign................................................................................................8

E. Membangun Minat Pengunjung Melalui Stategi Pemsaran Media Digital.......9

F. Indikator Pemicu Kekuatan dan Kelemahan Wisata Bali................................12

BAB III : PENUTUP............................................................................................................15

A. Kesimpulan......................................................................................................15

B. Saran................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pandemi Covid-19 terbukti memberikan dampak negatif bagi sector pariwisata akibat
adanya perubahan sikap wisatawan. Keputusan untuk tidak mengunjungi destinasi pariwisata,
dengan menunda atau membatalkan rencana kunjungan, terjadi seiring munculnya persepsi
mengenai risiko perjalanan yang mengancam kesehatan, keselamatan, atau keamanan bagi
siapa saja yang melakukan perjalanan.

Selama periode krisis dan segera setelahnya, jalur komunikasi yang jelas antara
pemangku kepentingan pariwisata sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan
spekulasi. Kesiapan suatu wilayah dalam proses pembukaan kembali dan pemulihan kegiatan
pariwisata di masa adaptasi new normal, juga membutuhkan pengetahuan dan kesadaran
industri pariwisata dan calon wisatawan. Itulah sebabnya, para pemangku kepentingan di sector
pariwisata harus fokus pada pencegahan penyebaran virus Covid-19, selain upaya
menyelamatkan kegiatan ekonomi pariwisata. Pelaku industri pariwisata mengharapkan
respons dari pemerintah pusat dan daerah serta organisasi pengelola destinasi pariwisata. Salah
satunya, berupa kebijakan serta protocol new normal yang bersifat spesifik, praktis, realistis,
dapat diimplementasikan dan terukur.

Salah satunya, berupa kebijakan serta protocol new normal yang bersifat spesifik, praktis,
realistis, dapat diimplementasikan dan terukur. Di sisi lain, calon wisatawan juga
membutuhkan informasi rutin dari pengelola destinasi pariwisata agar dapat memahami dengan
baik dan benar kondisi dan situasi wilayah yang akan dikunjungi. Komunikasi efektif kepada
pemangku kepentingan yang terdampak oleh krisis ini akan memainkan peran penting dalam
proses pemulihan aktivitas pariwisata di masa normal yang baru. Strategi komunikasi krisis
yang dijalankan haruslah berdasarkan prinsip kejujuran dan transparansi. Kedua hal itu akan
membantu mempertahankan kepercayaan diri bagi calon wisatawan dan industri perjalanan,
sekaligus meminimalkan dampak krisis terhadap destinasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran publik relation?
2. Bagaimana membangun komunikasi yang efektif dalam sektor pariwisata di era
pamdemi?
3. Bagaimana pola marketing efektif pariwiisata pada masa pandemi covid-19?
4. Apa peran digital campaign dalam sektor pariwisata?
5. Bagaimana membangun minat pengunjung melalui strategi pemasaran media digital?
6. Apa saja kekuatan dan kelemahan dalam strategi pemasaran sector pariwisata bali?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimna komunikasi yang efektif
dalam sector pariwisata pada masa pandemic dan strategi apa saja yang dapat membantu
meningkatkan pemasaran sector pariwisata pada masa pandemic covid-19.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Public Relation (PR)
Peran teknologi atau information digital telah memudahkan pemerintah dalam
membangun kepercayaan masyarakat. Untuk memanfaatkan teknolgi, pemerintah melalui
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun strategi public relations yang
berkaitan dengan media relations untuk meningkatkan pariwisata Indonesia. Dengan
demikian, segala program yang telah direncanakan dapat terimplementasikan dengan
baik. Persaingan global dalam dunia bisnis pariwisata mengharuskan pemerintah untuk
merencanakan strategi public relations yang tepat sebagai media promosi. Media
relations dapat menggunakan media massa atau media sosial yang saat ini cukup efektif
dan viral dikalangan masyarakat.
Public relations membangun strategi-strategi yang tepat untuk mencapai tujuan,
termasuk pada penggunaan media relations. Seperti yang dikatakan oleh Soleh and
Elvinaro (2003) bahwa beberapa strategi public relation yang berkaitan dengan media
adalah:
1. strategi pelayanan kepada media massa yang dibutuhakan
2. membangun kepercayaan
3. memberikan informasi yang tepat
4. membangun kerjasama yang baik dalam berbagi informasi
5. menyediakan fasilitas
6. membangun hubungan secara personal dengan media.
Dari konsep pemahaman tersebut, strategi public relations memiliki keterkaitan erat
dengan media relations dalam meningkatkan ketertarikan turis terhadap pariwisata di
Indonesia.
Pandemi Covid-19 terbukti memberikan dampak negatif bagi sector pariwisata
akibat adanya perubahan sikap wisatawan. Keputusan untuk tidak mengunjungi destinasi
pariwisata, dengan menunda atau membatalkan rencana kunjungan, terjadi seiring
munculnya persepsi mengenai risiko perjalanan yang mengancam kesehatan,
keselamatan, atau keamanan bagi siapa saja yang melakukan perjalanan.
Selama periode krisis dan segera setelahnya, jalur komunikasi yang jelas antara
pemangku kepentingan pariwisata sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman
dan spekulasi. Kesiapan suatu wilayah dalam proses pembukaan kembali dan pemulihan
kegiatan pariwisata di masa adaptasi new normal, juga membutuhkan pengetahuan dan
kesadaran industri pariwisata dan calon wisatawan. Itulah sebabnya, para pemangku
kepentingan di sector pariwisata harus fokus pada pencegahan penyebaran virus Covid-
19, selain upaya menyelamatkan kegiatan ekonomi pariwisata. Pelaku industri pariwisata
mengharapkan respons dari pemerintah pusat dan daerah serta organisasi pengelola
destinasi pariwisata. Salah satunya, berupa kebijakan serta protocol new normal yang
bersifat spesifik, praktis, realistis, dapat diimplementasikan dan terukur. Di sisi lain,
calon wisatawan juga membutuhkan informasi rutin dari pengelola destinasi pariwisata
agar dapat memahami dengan baik dan benar kondisi dan situasi wilayah yang akan
dikunjungi.
Pemulihan di sektor pariwisata akan berperan strategis dalam meningkatkan
koordinasi dan kredibilitas suatu kawasan wisata untuk menerima kembali wisatawan di
masa yang akan datang melalui ketersediaan informasi yang terkoordinasi, terverifikasi
dan terpercaya. Pada akhirnya, komunikasi krisis di masa kenormalan baru berperan
penting menentukan arah pengembangan sektor pariwisata di masa datang. Strategi para
public relation dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien kepada para pelanggan
maupun calon pelanggan untuk memberikan keyakinan untuk memutuskan melakukan
perjalanan wisata ke suatu destinasi.

B. Komunikasi Efektif Pada Masa Pandemic


Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama- sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing
orang menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Menurut Stewart L.
Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,
dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial
yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.
Berkomunikasi efektif pada masa pandemic ditengah badai pandemic covid-19
yang masih melanda negara kita. Ada strategi komunikasi yang bisa dilakukan para
pelaku komunikasi di sektor pariwisata untuk mendukung strategi bisnis perusahaan pada
saat pandemi covid-19. Strategi komunikasi tersebut dibagi atas komunikasi internal dan
komunikasi eksternal.
a. Komunikasi Internal
Saat pandemi, perusahaan harus memastikan setiap bagian dari perusahaan menerima
informasi tentang covid-19 beserta penanganannya secara akurat dan konsisten.
Informasi yang disampaikan tentunya harus mengacu kepada protocol kesehatan yang
ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan nasional.
Apalagi dengan adanya pergeseran budaya kerja seperti work from home (WFH),
pelaku komunikasi atau public relations (PR) harus memastikan informasi terkini
tersedia di semua saluran komunikasi digital perusahaan.
Narasi yang disampaikan kepada karyawan juga harus mudah dipahami dan
diimplementasikan untuk memastikan karyawan aman, terhubung, dan terlibat aktif.
Perlu diingat, karyawan yang memahami protokol kesehatan dan pencegahan covid-
19akan dapat menjelaskan dengan baik kepada pengguna layanan dan produk dari
perusahaan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengefaktifkan
komunikasi di lingkungan internal:
1. Sentralisasi komunikasi dengan menentukan juru bicara. Kemudian,
mendistribusikan kontak juru bicara dan kepala divisi strategis ke seluruh
karyawan. Pastikan tidak ada karyawan yang berbicara kepada publik atau
media tentang keadaan darurat ini selain dari juru bicara. Sebab, bukan tidak
mungkin akan timbul beberapa permasalahan seperti karyawan yang terkena
PHK, ada pula karyawan yang terkena covid-19, dan lain sebagainya. Karena
itulah, dibutuhkan sentralisasi komunikasi untuk memastikan komunikasi yang
keluar bersumber dari satu pintu saja.
2. Membangun jaringan komunikasi internal untuk memudahkan distribusi pesan.
Ketiga, membuat kanal khusus informasi pandemi di situs web, media sosial,
majalah internal, dan intranet perusahaan untuk membagikan tautan terkait dan
relevan dengan sumber yang terpercaya.
3. Mengembangkan dan memonitor prosedur pelaporan internal yang harus diikuti
untuk pelaporan internal semua departemen jika terjadi krisis. Termasuk
memberikan informasi terkini secara rutin kepada Tim Krisis perusahaan.
4. Memberikan sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan untuk seluruh karyawan
dan juga untuk karyawan yang mungkin tidak selalu berada di depan komputer,
serta memberikan panduan tentang cara melakukannya.
5. Membuat daftar pertanyaan yang sering ditanyakan atau frequently asked
questions (FAQ) tentang pandemi covid-19, berikut pencegahannya. Serta,
senantiasa menyampaikan kebijakan dan SOP perusahaan terkini terkait
penanganan pandemi.
6. Melakukan inisiasi bersama divisi terkait, aktivitas virtual bersama mulai dari
sosialisasi protocol kesehatan, distribusi informasi, olahraga dan ibadah
bersama, menginformasikan kinerja perusahaan terkini, perkembangan
pandemi, hingga menyampaikan informasi mengenai kebijakan pemerintah
terbaru, dan masih banyak.
b. Komunikasi Eksternal
Meski pandemi covid-19 memberikan efek yang dalam bagi industry pariwisata,
tetapi perusahaan harus tetap muncul ke hadapan publik dan memberikan dukungan
untuk pemulihan ekonomi. Perusahaan juga sebaiknya tetap memberikan output
komunikasi kepada stakeholders perusahaan. Misalnya, kepada pelanggan, pemegang
saham dan mitra kerja sama, serta tetap aktif menggandeng media dengan
menyampaikan terobosan-terobosan yang dilakukan perusahaan dalam rangka
bertahan selama pandemi. Termasuk, publikasi kegiatan sosial yang dilakukan oleh
perusahaan serta publikasi kesiapan perusahaan dalam beradaptasi dengan pandemi.
Seperti penyampaian publikasi penerapan protokol kesehatan di lingkungan
perusahaan untuk memastikan keamanan pengguna produk dan layanan perusahaan.
Ada beberapa komunikasi eksternal perusahaan yang dapat dilakukan pelaku
komunikasi/PR di industri pariwisata.
1. Mengembangkan strategi komunikasi eksternal, termasuk jangan berhenti
komunikasi dengan media dan strategi komunikasi pemasaran dan penjualan
yang proaktif, efektif, dan efisien.
2. Menyampaikan kepada pelanggan dan media secara berkala mengenai
penerapan protokol kesehatan di hotel, penerbangan, bandara, serta destinasi
tujuan wisata. Selanjutnya informasi rutin mengenai pandemic dan
pencegahannya, aktivitas pemasaran. Antara lain, promo tiket pesawat, lelang
voucher hotel, paket work from hotel, promo “Book Now Stay Later”, tren
wisata terkini termasuk kegiatan sosial yang dilakukan. Hingga, penerapan
teknologi untuk meminimalisasi sentuhan di seluruh titik perjalanan wisata.
Seperti digitalisasi di bandara, touchless menu di restoran dan touchless
button di lift hotel. M
3. Mengoptimalisasikan saluran komunikasi dan konten digital perusahaan.
Perusahaan sebaiknya memperbarui semua situs web dan media sosial,
memerhatikan penyesuaian SEO agar lebih mudah ditemukan. Setelah itu,
membagikan informasi melalui e-mail blast dan menyampaikan bahwa poin
loyalty program tetap dapat digunakan. Tak lupa memaksimalkan keberadaan
media sosial untuk membangun kedekatan dan interaksi dengan pelanggan
melalui event-event virtual seperti live cooking, virtual yoga, dan
hotel/destination tour via Instagram dan YouTube.
4. Memberikan masukan kepada top manajemen untuk menyampaika kepada
masyarakat bahwa saat ini perusahaan sedang bersama-sama berjuang
menghadapi pandemi. Upaya ini bisa dilakukan melalui video singkat atau
pesan CEO yang disampaikan penuh, berdasarkan fakta, dan disertai perasaan
bahwa “kita semua bersama-sama” yang diungkapkan secara tulus, sebelum
ditutup dengan pesan harapan untuk masa depan.

C. Pola Marketing Efektif Pariwiisata pada masa Pandemi Covid-19


Pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini, pemberlakuanpembatasan
kegiatan masyarakat menyebabkan banyak menghabiskan waktunya di rumah. Hal ini
berdampak kepada intensitas masyarakat dalam menggunakan smartphone akan semakin
tinggi. Oleh karena itu, untuk tetap mendorong perkembangan dan pertumbuhan industry
pariwisata, promosi-promosi pariwisata kini banyak dipromosikan melalui sosial media
seperti facebook, Instagram, youtube, maupun media lainnya. Untuk semakin
meningkatkan gairah masyarakat. berkunjung ke destinasi yang dipromosikan, promosi
ini dibantu oleh influencer atau tokoh-tokoh public yang menjadi idola masyarakat.
Influencer menggambarkan jenis baru dari sebuah kebebasan, pihak ketiga yang
membentuk perilaku audience lewat blog, tweet, dan penggunaan media social lainnya
(Freberg et al., 2011). Influencer membuat konten untuk memasarkan merek tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan follower dan pengakuan terhadap merek tersebut
(Glucksman, 2017).
Pemasaran secara digital menggunakan media sosial kini memang lebih banyak
diminati dibandingkan dengan strategi konvensional seperti pemasangan billboard
ataupun sejenisnya yang dianggap tidak relevan dengan perkembangan era digital seperti
sekarang ini. Begitu pula untuk promosi pariwisata di Kabupaten Buleleng sudah
selayaknya beralih dari media konvensional ke media digital. Pemilihan media digital
dipilih karena media ini kini banyak digandrungi oleh kaum anak muda yang menjadi
target utama wisata milenial di Buleleng. Promosi yang disampaikan melalui media
digital (sosial media) seperti facebook, Instagram, youtuber, twitter, tiktok, dan media
lainnya akan lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat karena hamper setiap
individu kini memiliki smartphone dan bisa mengakses sosial media.

D. Digital Campign
Saat ini teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat, era industri 4.0
dirasa semakin meningkatkan sistem teknologi yang dapat mempermudah berbagai
kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pariwisata. Teknologi informasi menjadi salah
satu sarana yang digunakan dalam mempromosikan pariwisata dari berbagai media sosial
dengan berbagai digital marketingnya. Dengan adanya digital marketing minat seseorang
untuk pergi berlibur semakin tinggi. Terdapat berbagai objek wisata yang menjadi daya
tarik wisata yang layak dikunjungi di di Bali. Alam, danau dan lautan, keunikan budaya
dan tradisi dan kesenian menjadi komoditi yang sangat layak dipasarkan dengan
menggunkan media digital sebagai sarana promosinya. Selain efisien, kecepatan daan
ketepatan informasi yang disampaikan dalam konten sangat memadai Apalagi pasar yang
disasar adalah pangsa generasi milenial tentu media marketing dengan pola digital dapat
dijadikan pilihan utama.
ada beberapa digital campaign yang bisa diterapkan sesegera mungkin untuk
pemasaran digital yang lebih efektif diantaranya:
1. Search Engine Optimization (SEO) Search Engine Optimization (SEO) adalah cara
pertama yang diterapkan kebanyakan orang untuk mengoptimalkan mesin pencari.
Dengan membidik kata kunci tertentu dan membuat konten sedemikian rupa
berdasarkan tips SEO, jenis digital campaign ini diharapkan bisa membantu
menjangkau pengguna internet untuk mengenal bisnis yang sedang dijalankan.
Memanfaatkan SEO masih dipercayai memiliki dampak besar dalam mempromosikan
dan memasarkan produk ataupun jasa secara digital, mengingat banyak orang akan
terlebih dahulu berselancar di internet untuk mencari informasi terkait produk
maupun jasa yang mereka butuhkan, sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan
pembelian. Penting untuk diketahui, biasanya pengguna internet hanya akan
membuka beberapa halaman pertama di Google saja untuk menemukan yang mereka
cari, dan inilah kenapa sangat penting memaksimalkan penerapan SEO sehingga kata
kunci yang Anda bidik mudahditemukan pengguna internet tersebut.
2. Search Engine Marketing (SEM) Search engine marketing (SEM) juga jenis digital
marketing lainnya yang memungkinkan produk tampil di halaman pertama mesin
pencari. Mesin pencari akan menampilkan hasil pencarian berbayar di halaman
pertama dan di posisi paling atas, serta dilengkapi tulisan “Ad” atau “iklan”. Anda
dapat menggunakan SEM dengan cara membeli spot iklan, contohnya di Google Ads.
3. Social Media Marketing (SMM) Sosial media menjadi bagian penting dalam
kehidupan manusia modern saat ini. Hampir semua orang, dari berbagai profesi, usia,
gender, dan lapisan masyarakat manapun, memiliki social media sebagai salah satu
cara mereka saling berinteraksi. Pemanfaatan social media secara tepat sebagai media
promosi online, bisa sangat membantu untuk

E. Membangun Minat Pengunjung Melalui Strategi Pemasaran Media Digital


Untuk memanfaatkan teknolgi, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif membangun strategi public relations yang berkaitan dengan media
relations untuk meningkatkan pariwisata Indonesia. Dengan demikian, segala program
yang telah direncanakan dapat terimplementasikan dengan baik. Persaingan global dalam
dunia bisnis pariwisata mengharuskan pemerintah untuk merencanakan strategi public
relations yang tepat sebagai media promosi. Media relations dapat menggunakan media
massa atau media sosial yang saat ini cukup efektif dan viral dikalangan masyarakat.
Public relations membangun strategi-strategi yang tepat untuk mencapai tujuan,
termasuk pada penggunaan media relations. Seperti yang dikatakan oleh Soleh and
Elvinaro (2003) bahwa beberapa strategi public relation yang berkaitan dengan media
adalah 1) strategi pelayanan kepada media massa yang dibutuhakan, 2) membangun
kepercayaan, 3) memberikan informasi yang tepat, 4) membangun kerjasama yang baik
dalam berbagi informasi, 5) menyediakan fasilitas, dan 6) membangun hubungan secara
personal dengan media. Dari konsep pemahaman tersebut, strategi public relations
memiliki keterkaitan erat dengan media relations dalam meningkatkan ketertarikan turis
terhadap pariwisata di Indonesia.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi public relations merupakan
bagian yang sangat penting untuk meningkatkan daya tarik wisatawan, hingga penelitian
ini dilakukan. Meskipun demikian, penelitian tentang public relations telah dibahas dalam
penelitian sebelumnya. Pertama, penelitian tentang media massa menjadi media yang
penting dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada public, sehingga public
relations dan media relations harus memiliki hubungan yang selaras (Hafizah, 2015).
Kedua tentang salah satu strategi yang bisa dilakukan dalam public relations adalah
strategi proaktif yang bisa diarahkan pada cara pemasaran iklan baik di koran, tabloid,
rado, majalah, pamphlet, dan brosur (Solihah, Musiasa and Shihab, 2018). Ketiga
Sedangkan lima aktivitas media relations untuk mempromosikan pariwisata daerah di
Kabupaten Kutai Kertanegara yaitu press release, konferensi pers, special event, press
interview, dan press tour (Febriandi, 2017).
Representasi strategis dan promosi pasar wisata global sangat penting untuk
mencapai pesaing dalam pariwisata dan produk wisata di setiap negara. Perencanaan
strategis, pembangunan, dan praktik Humas dalam industri pariwisata sangat penting
karena proses menciptakan citra destinasi wisata tidak tergantikan tanpa adanya
hubungan masyarakat yang dibuat dan diimplementasikan secara strategis (Ilievska,
2018). Dalam era teknologi, meda online menjadi sarana untuk public relations yang
tidak dapat dihindarkan karena effektif dalam menyampaikan informasi. Seperti yang
telah dibuktikan oleh Wiratmo, Irfan and Kuwatono (2017) bahwa setiap pemerintah
daerah harus dapat memanfaatkan website yang mereka miliki sebagai sarana
mengembangkan Online PR.

F. Indikatoer Pemicu Kekuatan dan Kelemahan Wisata Bali


Peningkatan pendapatan wisatawan adalah peluang yang terbesar bagi pariwisata
Bali. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan sangat diyakini bahwa masyarakat akan
lebih meningkatkan aktivitas bepergiannya ke Bali. Sikap dan persepsi wisatawan
terhadap suatu daerah tujuan wisata adalah indikator berikutnya sebagai peluang.
Masyarakat internasional atau calon wisatawan diyakini, sudah memiliki sikap dan
persepsi yang semakin baik terhadap suatu daerah tujuan wisata. Terlepas dari berbagai
isu-isu dan peristiwa-peristiwa yang merusak citra dan reputasi Bali maka sikap dan
persepsi masyarakat yang semakin baik terhadap suatu daerah tujuan wisata sehingga
mereka (masih) tetap memilih Bali. Indikator Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang
asing berada pada posisi berikutnya adalah salah satu peluang pariwisata. Nilai tukar
rupiah yang cenderung cukup ‘tinggi’ terhadap mata mata uang dari negara-negara awal
wisatawan seperti Eropa, Amerika, Australia menjadikan Bali adalah tempat berlibur
yang menyenangkan dengan ‘biaya’ yang dianggap tidak terlalu mahal. Indikator
berikutnya sebagai peluang oleh para pelaku pariwisata adalah Visa Kunjungan
wisatawan (Visa on Arrival). Visa On Arrival adalah salah satu strategi pemerintah untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia dengan memberi kemudahan izin
masuk (visa) ke Indonesia langsung pada saat wisatawan masuk negara Indonesia.
Kemudahan izin masuk ini oleh para pelaku pariwisata diyakini akan meningkatkan
angka kunjungan wisatawan ke Indonesia salah satunya ke Bali sebagai daerah pariwisata
andalan Indonesia. Indikator perkembangan suatu daerah tujuan wisata yang dianggap
sebagai peluang terakhir bagi pariwisata Bali. Bali sebagai daerah tujuan wisata selama
ini diyakini telah mengalami beberapa perkembangan seperti semakin bervariasi dan
bertambahnya obyek dan atraksi wisata yang ditawarkan dan sangat diharapkan mampu
mendongkrak angka kunjungan wisatawan.
Kekuatan utama Public Relations Pariwisata Bali adalah Event Management
mencakup berbagai jenis acara yang diadakan di dan oleh serta dalam hubungannya
dengan pariwisata Bali baik bersifat lokal maupun nasional yang diliput oleh berbagai
jenis media cetak ataupun elektronik lokal maupun internasional yang mampu menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Acara yang dimaksud seperti MICE (Meeting
Incentive Conference dan Exhibition), Festival (Sanur Village Festival dan Pesta
Kesenian Bali/PKB), Karnaval (Kuta Karnaval), berbagai jenis lomba maupun olahraga
maupun budaya seperti Free Ride Jet Ski, layanglayang dan lain-lain sebagainya.
Berbagai jenis kegiatan tersebut di atas diyakini oleh para pelaku pariwisata sebagai
kekuatan utama dari Public Relations pariwisata Bali dalam menjaga citra dan reputasi
internasional Bali. Berikutnya adalah komunikasi antarorganisasi pariwisata (Business to
Business Organization) yang mengacu pada komunikasi dan pembinaan hubungan antar
organisasi-organisasi pariwisata Bali dalam hal pelaksanaan segala kegiatan yang
berhubungan dengan pariwisata Bali. Sebagai contoh pembinaan hubungan antara
organisasi-organisasi yang tergabung dalam Bali Tourism Board (BTB) dalam
pengelolaan pariwisata Bali. Lalu kemudian ada Manajemen isu dan krisis (Issue and
Crisis Management) yaitu usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dan para pelaku
pariwisata dalam melakukan persiapan-persiapan untuk menanggulangi segala jenis isu-
isu negatif dan peristiwa-peristiwa tertentu yang berpotensi untuk merusak citra dan
reputasi Bali. Sebagai contoh adalah pembentukan Media Centre di kantor pusat Bali
Tourism Board dan pelaksanaan uji coba tsunami yang baru-baru ini dilakukan untuk
menghadapi kemungkinan Bali terkena Tsunami. Berikutnya ada hubungan media
(Media Relations) adalah bagaimana pariwisata Bali menjalin dan membina hubungan
dengan segala jenis media massa baik cetak dan elektronik di dalam maupun luar negeri
yang berhubungan dengan segala hal tentang yang terjadi di Bali khususnya yang terkait
dengan dunia pariwisata. Terakhir ada komunikasi internal (Internal Communications)
atau bagaimana selama ini pariwisata Bali menjalin komunikasi dan membina hubungan
dengan segala lapisan masyarakat Bali mengenai segala hal yang berkaitan dengan segala
kegiatan pariwisata.
Adapun yang menjadi kelemahan Public Relations pariwisata Bali yang pertama
adalah Komunikasi Pemerintah (Public Affairs). Pariwisata Bali selama ini kurang
mengadakan hubungan dengan aparat dan organisasi pemerintah sehingga kebijakan-
kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan pariwisata Bali cenderung tidak
begitu sesuai dengan harapan dan keinginan dari organisasi dan atau para pelaku
pariwisata Bali. Berikutnya adalah Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social
Responsibility) bahwa pelaksanaan pariwisata Bali dinilai belum begitu menunjukkan
keperdulian terhadap masalah-masalah sosial masyarakat dan atau kelestarian
lingkungan.
Segala kebijakan pariwisata yang diambil masih dirasakan kurang berpihak
terhadap aspek sosial dan lingkungan pada daerah atau masyarakat Bali sendiri. Lalu
kemudian Komunikasi Investor (Investor Relations) di mana para pelaku pariwisata Bali
meyakini bahwa selama ini mereka belum maksimal dalam menjalin hubungan dengan
para investor pariwisata Bali. Pariwisata Bali dianggap sudah overloaded dan tidak lagi
begitu membutuhkan uluran tangan para investor tersebut. Kelemahan berikutnya yaitu
Manajemen Publikasi (Publication Management). Publikasi sebagai bagian yang sangat
penting dari sebuah aktivitas Public Relations dalam pariwisata ternyata belum dianggap
perlu sehingga kualitas publikasi pariwisata Bali selama ini dianggap belum maksimal
dalam pengkomunikasian Bali (pariwisata) di mata masyarakat. Komunikasi Strategis
(communication strategic) adalah kelemahan terakhir dari Public Relations pariwisata
Bali. Menurut para sumber informasi dari penelitian ini, Bali belum mampu melakukan
langkah-langkah komunikasi strategis dalam situasi-situasi tertentu yang sangat
membutuhkan tindakan yang cepat dan tepat. Hal tersebut di atas sangatlah penting untuk
mencegah suatu isu atau peristiwa menyebar lebih lanjut dan memberikan efek tidak baik
yang lebih banyak mengingat pariwisata adalah suatu industri yang sangat membutuhkan
jaminan terhadap keselamatan hidup wisatawan terutama berkaitan dengan kesehatan,
rasa aman dan rasa tenang selama berada di Bali.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Media memainkan peran sentral dalam memberi informasi kepada publik tentang apa yang
terjadi di dunia, khususnya di wilayah-wilayah di mana audiens tidak memiliki pengetahuan atau
pengalaman langsung. Media membentuk debat publik dengan sangat baik (Happer, Philo and
Philo, 2013). Media digital sebagai sumber daya informasi dan platform komunikasi untuk
wisatawan telah tumbuh secara signifikan. Selain memfasilitasi mobilitas dan interaktivitas,
media digital juga telah berperan dalam membuat konvergensi menjadi kenyataan. Konvergensi
di media dapat dengan mudah diamati di situs web pariwisata. Desain situs web pariwisata dapat
memberikan pengalaman virtual bagi wisatawan tentang suatu destinasi, dan dapat memengaruhi
pembentukan citra destinasi pariwisata di benak mereka. Manajemen citra dan persepsi gambar
merupakan inti dari pariwisata yang disebabkan oleh media (Divinagracia, Divinagracia and
Divinagracia, 2012).

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik
itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida, Gede Paramita, Stahn Mpu, and Kuturan Singaraja. n.d. “MENGELOLA
KOMUNIKASI EFEKTIF PUBLIC RELATION SEKTOR PARIWISATA DI BALI
PADA MASA PANDEMI COVID-19.”
Hermawan, Elpa. 2020. “Strategi Public Relations Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Dalam Membangun Media Relations.” JMK (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan) 5
(2). https://doi.org/10.32503/jmk.v5i2.1028.
Dwi, Kadek, and Cahaya Putra. n.d. “Kadek Dwi Cahya Putra, Strategic Public Relation.”
www.balitourismauthority.

Anda mungkin juga menyukai