Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDI ISLAM
“Hukum Pemberian Kepada Negara

DI SUSUN OLEH :
1. YUSMIANA 20041014015
2. MOH. ZHULFIKAR ISMAIL 20041014035

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “pemberian kepada negara”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah “Studi Islam”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dalam perkuliahan.

Makassar,10 april 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG......................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. PEMBERIAN KEPADA NEGARA..................................................................3
B. HIBAH................................................................................................................4

BAB III : PENUTUP..............................................................................................................8

A. KESIMPILAN...................................................................................................8

B. SARAN..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat dapat menjadi bentuk
penghargaan atau pengakuan atas jasa-jasa yang telah diberikan oleh masyarakat
kepada negara atau dalam rangka merayakan suatu peristiwa tertentu. Namun, penting
untuk memperhatikan aspek hukum dan etika yang terkait dengan pemberian hadiah
tersebut.

Dalam beberapa negara, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat


mungkin tercakup dalam aturan hukum yang mengatur pemberian hadiah atau
penghargaan. Misalnya, ada negara yang memiliki undang-undang khusus yang
mengatur pemberian penghargaan atau tanda kehormatan, dan penerima hadiah harus
memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang tersebut.

Selain itu, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dan transparansi. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya diskriminasi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam proses pemberian
hadiah tersebut.

Dalam beberapa kasus, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat juga
dapat memiliki dampak politik atau sosial yang signifikan. Oleh karena itu, sebelum
memberikan hadiah kepada masyarakat, penting untuk mempertimbangkan dampak
sosial, politik, dan etis dari tindakan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa hukum pemberian kepada negara?

2. Apa yang dimaksud hibah?

C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui Bagaimana hokum
pemberian berupa hadiah kepada negara atau gratifikasi pada mata kuliah studi islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBERIAN KEPADA NEGARA

Dalam Islam, pemberian bantuan negara kepada masyarakat termasuk dalam


konsep zakat atau sedekah, yang merupakan salah satu dari lima pilar agama Islam.
Menurut ajaran Islam, memberikan bantuan atau sedekah merupakan tindakan yang
sangat dianjurkan dan diberkahi oleh Allah SWT. Dalam konteks pemberian bantuan
negara kepada masyarakat, hal ini dapat dianggap sebagai tindakan yang sah jika
tujuannya adalah untuk membantu dan memperbaiki kehidupan masyarakat yang
kurang mampu atau mengalami kesulitan.

Namun, dalam Islam juga dikenal konsep 'maqasid syariah' atau tujuan-tujuan
syariah, yang harus menjadi pedoman dalam menjalankan tindakan keagamaan,
termasuk dalam memberikan bantuan atau sedekah. Tujuan-tujuan syariah antara lain
melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Oleh karena itu, pemberian
bantuan negara kepada masyarakat juga harus memperhatikan aspek-aspek tersebut.

Dalam Islam, pemberian bantuan atau sedekah juga harus dilakukan dengan niat
yang baik dan tidak mencari pujian atau keuntungan pribadi. Sebagai contoh, jika
pemerintah memberikan bantuan negara kepada masyarakat, tujuannya harus murni
untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan politik
atau keuntungan pribadi.

Dalam Islam, terdapat pula prinsip keadilan dan kesetaraan yang harus
diperhatikan dalam pemberian bantuan atau sedekah. Artinya, pemberian bantuan
harus dilakukan secara merata dan tidak membedakan orang berdasarkan suku,
agama, atau golongan tertentu.

Secara keseluruhan, dalam Islam, pemberian bantuan atau sedekah merupakan


tindakan yang sangat dianjurkan dan diberkahi oleh Allah SWT. Namun, tindakan
tersebut juga harus memperhatikan aspek-aspek syariah, seperti maqasid syariah, niat
yang baik, keadilan, dan kesetaraan

Pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat merupakan suatu tindakan


yang dapat dipandang positif dalam Islam. Dalam pandangan Islam, negara
dianjurkan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan,
terutama kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.

Pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat juga dapat dipandang sebagai
bentuk pelaksanaan kewajiban sosial negara. Negara diwajibkan untuk
memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya, sehingga memberikan
bantuan kepada masyarakat dapat menjadi salah satu cara untuk melaksanakan
kewajiban sosial tersebut.

Dalam Islam, terdapat pula prinsip keadilan dan kesetaraan yang harus
diperhatikan dalam pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat. Bantuan
tersebut harus diberikan secara merata dan tidak membedakan orang berdasarkan
suku, agama, atau golongan tertentu.

Namun demikian, dalam memberikan bantuan dari negara kepada masyarakat,


harus diperhatikan pula prinsip efisiensi dan keberlanjutan. Bantuan yang diberikan
haruslah efektif dan berkelanjutan, sehingga dapat membantu masyarakat dalam
jangka panjang.

Dalam konteks pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat, Islam juga
mengajarkan agar tindakan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dan tidak
mencari keuntungan pribadi atau politik. Pemberian bantuan tersebut haruslah murni
untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan pribadi
atau kelompok tertentu.

Secara keseluruhan, pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat dapat


dipandang positif dalam Islam jika dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keadilan, kesetaraan, efisiensi, keberlanjutan, dan niat yang baik.

B. HIBAH

Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu
penghibah masih hidup juga. Secara etimologi hibah berasal dari kata wahaba –
yahabu – hibatan, berarti memberi atau pemberian (athiyah), sedangkan menurut
terminologi hibah yaitu "Akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti
ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela."
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Ibnu
Muhammad al-Husaini dalam kitab Kifayat al-Akhyar bahwa hibah yaitu Pemilikan
tanpa penggantian. Sedangkan jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagaimana yang
dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,

Artinya: Akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela .

Di dalam syara' sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup,
tanpa adanya imbalan, (harta yang diberikan kepada seseorang lembaga yang tidak
ada hubungan apa-apa atau ahli waris yang mempunyai nilai manfa’at dan
dilaksanakan ketika hidup).

Dalam pandangan Islam, pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat
juga dapat dipandang positif, selama dilakukan dengan cara yang benar dan
memenuhi syarat-syarat hukum Islam. Berikut adalah beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat:

1. Keadilan: Pemberian hadiah hibah harus dilakukan secara adil dan merata
kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

2. Ketersediaan dana yang halal: Dana yang digunakan dalam pemberian


hadiah hibah harus berasal dari sumber yang halal dan tidak bercampur
dengan sumber dana yang haram.

3. Niat yang baik: Pemberian hadiah hibah harus dilakukan dengan niat
yang baik dan ikhlas untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,
bukan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi.

4. Transparansi: Pemberian hadiah hibah harus dilakukan secara transparan


dan terbuka, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengetahui apa
yang diberikan oleh negara.

5. Tidak ada unsur riba: Pemberian hadiah hibah tidak boleh mengandung
unsur riba atau bunga.
6. Menjaga martabat penerima: Penerima hadiah hibah harus dijaga
martabatnya dan tidak dijadikan sebagai alat politik atau kepentingan
pribadi.

Contoh pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat dapat berupa
bantuan sosial, beasiswa, bantuan modal usaha, bantuan alat kesehatan, atau
pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Namun,
penting untuk diingat bahwa pemberian hadiah hibah harus dilakukan dengan
memperhatikan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas agar sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum Islam.

Ayat Al-Quran Tentang Hibah:

1. Surat Al Baqarah Ayat 177

Artinya: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,"

2. Surat Ar Rum Ayat 38


Artinya: "Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang
beruntung,"

3. Ali Imran ayat 92


Artinya :” Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan

sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

1. Syarat-syarat Hibah
Dalam Khazanah Buku Pintar Islam diterangkan juga mengenai syarat-syarat hibah,
antara lain adalah:

1. Orang yang Memberi Hibah


Yang pertama adalah orang yang memberi hibah harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

 Harus memiliki barang yang akan dihibahkan

 Tidak memiliki penghalang yang bisa menghalanginya memberikan hibah seperti gila
dan mabuk

 Harus dewasa

 Sesuai dengan keinginannya, jadi apabila ia dipaksa untuk memberikan hibah maka
tidak sah

2. Syarat yang Diberi Hibah


Syarat yang harus dipenuhi dari penerima hibah adalah harus benar-benar ada ketika
hibah terjadi. Selain itu, jika orang yang diberi hibah tidak ada maka hibah menjadi
tidak sah.
3. Syarat Barang Hibah
Selanjutnya adalah syarat barang hibah. Artinya, barang yang dihibahkan harus
memenuhi sejumlah syarat, yaitu:

 Harus benar-benar ada

 Harus bisa dimiliki dan dimiliki oleh orang yang memberikan hibah

 Harus bernilai menurut pandangan syariat

 Tidak boleh berhubungan dengan sesuatu yang tidak bisa dilepas dan dimiliki oleh
pemberi hibah, seperti menghibahkan pohon tetapi tanahnya masih dimiliki oleh
pemberi hibah
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pandangan Islam, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat


dapat dipandang positif jika dilakukan dengan cara yang benar dan memenuhi syarat-
syarat hukum Islam. Pemberian hadiah dapat berupa bantuan sosial, beasiswa,
bantuan modal usaha, bantuan alat kesehatan, atau pembangunan infrastruktur yang
bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat meliputi keadilan,
ketersediaan dana yang halal, niat yang baik, transparansi, tidak ada unsur riba, dan
menjaga martabat penerima. Penting untuk diingat bahwa pemberian hadiah hibah
harus dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut agar sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum Islam.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan
kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau memperdalam
kajian ini.

Anda mungkin juga menyukai