STUDI ISLAM
“Hukum Pemberian Kepada Negara
DI SUSUN OLEH :
1. YUSMIANA 20041014015
2. MOH. ZHULFIKAR ISMAIL 20041014035
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. PEMBERIAN KEPADA NEGARA..................................................................3
B. HIBAH................................................................................................................4
A. KESIMPILAN...................................................................................................8
B. SARAN..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat dapat menjadi bentuk
penghargaan atau pengakuan atas jasa-jasa yang telah diberikan oleh masyarakat
kepada negara atau dalam rangka merayakan suatu peristiwa tertentu. Namun, penting
untuk memperhatikan aspek hukum dan etika yang terkait dengan pemberian hadiah
tersebut.
Selain itu, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dan transparansi. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya diskriminasi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam proses pemberian
hadiah tersebut.
Dalam beberapa kasus, pemberian hadiah dari negara kepada masyarakat juga
dapat memiliki dampak politik atau sosial yang signifikan. Oleh karena itu, sebelum
memberikan hadiah kepada masyarakat, penting untuk mempertimbangkan dampak
sosial, politik, dan etis dari tindakan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui Bagaimana hokum
pemberian berupa hadiah kepada negara atau gratifikasi pada mata kuliah studi islam
BAB II
PEMBAHASAN
Namun, dalam Islam juga dikenal konsep 'maqasid syariah' atau tujuan-tujuan
syariah, yang harus menjadi pedoman dalam menjalankan tindakan keagamaan,
termasuk dalam memberikan bantuan atau sedekah. Tujuan-tujuan syariah antara lain
melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Oleh karena itu, pemberian
bantuan negara kepada masyarakat juga harus memperhatikan aspek-aspek tersebut.
Dalam Islam, pemberian bantuan atau sedekah juga harus dilakukan dengan niat
yang baik dan tidak mencari pujian atau keuntungan pribadi. Sebagai contoh, jika
pemerintah memberikan bantuan negara kepada masyarakat, tujuannya harus murni
untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan politik
atau keuntungan pribadi.
Dalam Islam, terdapat pula prinsip keadilan dan kesetaraan yang harus
diperhatikan dalam pemberian bantuan atau sedekah. Artinya, pemberian bantuan
harus dilakukan secara merata dan tidak membedakan orang berdasarkan suku,
agama, atau golongan tertentu.
Pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat juga dapat dipandang sebagai
bentuk pelaksanaan kewajiban sosial negara. Negara diwajibkan untuk
memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya, sehingga memberikan
bantuan kepada masyarakat dapat menjadi salah satu cara untuk melaksanakan
kewajiban sosial tersebut.
Dalam Islam, terdapat pula prinsip keadilan dan kesetaraan yang harus
diperhatikan dalam pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat. Bantuan
tersebut harus diberikan secara merata dan tidak membedakan orang berdasarkan
suku, agama, atau golongan tertentu.
Dalam konteks pemberian bantuan dari negara kepada masyarakat, Islam juga
mengajarkan agar tindakan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dan tidak
mencari keuntungan pribadi atau politik. Pemberian bantuan tersebut haruslah murni
untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan pribadi
atau kelompok tertentu.
B. HIBAH
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu
penghibah masih hidup juga. Secara etimologi hibah berasal dari kata wahaba –
yahabu – hibatan, berarti memberi atau pemberian (athiyah), sedangkan menurut
terminologi hibah yaitu "Akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti
ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela."
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Ibnu
Muhammad al-Husaini dalam kitab Kifayat al-Akhyar bahwa hibah yaitu Pemilikan
tanpa penggantian. Sedangkan jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagaimana yang
dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
Artinya: Akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela .
Di dalam syara' sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup,
tanpa adanya imbalan, (harta yang diberikan kepada seseorang lembaga yang tidak
ada hubungan apa-apa atau ahli waris yang mempunyai nilai manfa’at dan
dilaksanakan ketika hidup).
Dalam pandangan Islam, pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat
juga dapat dipandang positif, selama dilakukan dengan cara yang benar dan
memenuhi syarat-syarat hukum Islam. Berikut adalah beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat:
1. Keadilan: Pemberian hadiah hibah harus dilakukan secara adil dan merata
kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
3. Niat yang baik: Pemberian hadiah hibah harus dilakukan dengan niat
yang baik dan ikhlas untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,
bukan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi.
5. Tidak ada unsur riba: Pemberian hadiah hibah tidak boleh mengandung
unsur riba atau bunga.
6. Menjaga martabat penerima: Penerima hadiah hibah harus dijaga
martabatnya dan tidak dijadikan sebagai alat politik atau kepentingan
pribadi.
Contoh pemberian hadiah hibah dari negara kepada masyarakat dapat berupa
bantuan sosial, beasiswa, bantuan modal usaha, bantuan alat kesehatan, atau
pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Namun,
penting untuk diingat bahwa pemberian hadiah hibah harus dilakukan dengan
memperhatikan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas agar sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum Islam.
Artinya: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa,"
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui.”
1. Syarat-syarat Hibah
Dalam Khazanah Buku Pintar Islam diterangkan juga mengenai syarat-syarat hibah,
antara lain adalah:
Tidak memiliki penghalang yang bisa menghalanginya memberikan hibah seperti gila
dan mabuk
Harus dewasa
Sesuai dengan keinginannya, jadi apabila ia dipaksa untuk memberikan hibah maka
tidak sah
Harus bisa dimiliki dan dimiliki oleh orang yang memberikan hibah
Tidak boleh berhubungan dengan sesuatu yang tidak bisa dilepas dan dimiliki oleh
pemberi hibah, seperti menghibahkan pohon tetapi tanahnya masih dimiliki oleh
pemberi hibah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan
kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau memperdalam
kajian ini.