Anda di halaman 1dari 11

KONTRAK SOSIAL DAN BAIAT DALAM POLITIK ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah : Pemikiran Politik Islam

Dosen Pengampu :

Drs. Abu Sahrin M. Ag.

Disusun Oleh :

Mara halim (0404222026)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “Kontrak Sosial Dan Baiat Dalam Politik Islam”. Shalawat dan salam
tercurahkan penuh kepada Rasulullah Saw. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Abu Sahrin M. Ag. yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada saya.

Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan berbagai sumber
referensi dasar yang relevan dari buku maupun sumber lainnya yang sengaja dipilih dan
digunakan untuk memperkuat pembahasan ini, agar mudah dipahami. Penulis sangat berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai “Kontrak Sosial Dan Baiat Dalam
Politik Islam”. Saya menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan, baik dari
segi teknis maupun isi, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun baik dari dosen maupun dari mahasiswa sekalian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 25 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrak Sosial.......................................................................................3


B. Pengertian Baiat.......................................................................................................3
C. Timbulnya Pemikiran Kontak Sosial JJ Rosseau...................................................4
D. Baiat Dalam Politik Islam Di Indonesia..................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................7
B. Saran........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrak sosial dan baiat dalam politik Islam mengemuka sebagai hasil dari
perkembangan sejarah dan tuntutan masyarakat Muslim dalam mengelola urusan politik.
Konsep kontrak sosial merujuk pada kesepakatan bersama antara pemerintah dan rakyat, di
mana keduanya saling menetapkan kewajiban dan hak untuk menciptakan tatanan sosial dan
politik yang adil. Dalam konteks politik Islam, kontrak sosial ini mencerminkan prinsip-
prinsip syariah yang menjadi landasan bagi pemerintahan. Sementara itu, baiat, yang secara
harfiah berarti janji setia atau kesetiaan, merujuk pada sumpah atau komitmen yang diambil
oleh pemimpin politik Islam dan rakyatnya. Baiat ini menciptakan hubungan saling
ketergantungan antara pemerintah dan masyarakat, di mana pemimpin diharapkan untuk
memimpin dengan adil dan berdasarkan nilai-nilai Islam, sedangkan rakyat berjanji untuk
mendukung dan patuh pada kepemimpinan tersebut. Kontrak sosial dan baiat dalam politik
Islam menjadi instrumen penting untuk membentuk sistem pemerintahan yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip agama dan menciptakan keseimbangan antara pemerintah dan
masyarakat.

Kontrak sosial dan baiat dalam politik Islam juga mencerminkan respons terhadap
berbagai tantangan dan perubahan zaman. Dalam sejarah Islam, konsep ini telah menjadi
fondasi bagi berbagai bentuk pemerintahan, mulai dari masa khilafah hingga sistem
pemerintahan modern yang mencari keseimbangan antara nilai-nilai agama dan tuntutan
kontemporer. Kontrak sosial dan baiat bukan hanya norma formal, tetapi juga ekspresi dari
aspirasi masyarakat Muslim untuk memiliki pemerintahan yang memenuhi ekspektasi moral
dan etika Islam. Dengan demikian, kontrak sosial dan baiat bukan hanya merangkum sejarah
panjang politik Islam, tetapi juga menunjukkan ketahanan dan fleksibilitasnya dalam
menghadapi perubahan zaman. Konsep ini memperkuat keterikatan spiritual dan moral antara
pemerintah dan rakyat, memastikan bahwa kebijakan politik selaras dengan prinsip-prinsip
Islam yang mendorong keadilan, kebersamaan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat
Muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kontrak Sosial?

iv
2. Apa Pengertian Baiat?
3. Bagaimana Timbulnya Pemikiran Kontak Sosial JJ Rosseau?
4. Bagaimana Baiat Dalam Politik Islam Di Indonesia?

C. Tujun Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Kontrak Sosial
2. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Baiat
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Timbulnya Pemikiran Kontak Sosial JJ Rosseau
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Baiat Dalam Politik Islam Di Indonesia

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kontrak Sosial

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, teori adalah pendapat yang dikemukakan
sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian dan sebagainya. Asas-asas
dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar teori adalah pengetahuan. Sedangkan menurut
P.M. Laksono, teori adalah pengetahuan yang diorganisasikan dengan cara tertentu yang
meletakkan fakta di bawah kaidah-kaidah umum. Sedangkan Kontrak Sosial berarti perjajian,
persetujuan antara dua pihak dan lain sebagainya. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Sosial berarti berkenaan dengan masyarakat. 1

Kontrak sosial terdiri dari dua kata, kontrak dan sosial. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, Kontrak mengandung arti perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam
perdagangan, sewa menyewa, dan sebagainya, atau persetujuan yang bersanksi hukum antara
dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan. 2 Kontrak sosial
merupakan konsepsi tentang hubungan kekuasaan baru di antara penguasa dengan rakyat,
yang dirumuskan untuk menjawab tuntutan pembaharuan politik yang memerlukan
keberlanjutan, bukan kemandekan apalagi kemunduran. Itulah sebabnya maka para pemikir
tersebut, mengetengahkan kontrak sosial guna menegaskan bahwa bukan raja, akan tetapi
rakyat yang merupakan pemilik kedaulatan. Bahwa penguasa harus m em peroleh
kepercayaan rakyat supaya bisa memerintah secara sah. Bahwa untuk itu, baik penguasa
maupun rakyat harus mempunyai tanggung jawab masing-m asing, atas keterkaitan mereka
satu sama lain di dalam negara.3

B. Pengertian Baiat

Menurut Ibn Khaldun, baiat adalah perjanjian untuk taat, dimana orang yang berbaiat dan
bersumpah setia pada pimpinannya, bahwa ia akan menyelamatkan pandangan-pandangan
yang diembannya dari pemimpin, baik berupa perintah yang disenangi maupun yang tidak
1
Muhammad Shoheh, Al-Mawardi Dan Teorinya Tentang Kontrak Sosial, 2004, hlm 4.
2
Zikraini Alrah, Kontrak Sosial dalam Pandangan Rousseau, 2019, hlm 4.
3
Arbi Sanit, Kontrak Sosial dan Pemilihan Umum, 2004, hlm 3.

vi
disenangi, lalu menurut Harusn Nasution, adalah penerimaan dan pengakuan terhadap
keabsahan kepemimpinan seseorang. Baiat digunakan untuk mengukuhkan kekuasaan baik
secara khusus melalui kelompok tertentu, ataupun secara umum oleh umat. Konsep baiat
pada prinsipnya sangat identik dengan kontrak politik. Sedangkan menurut Shalahudin
Basyuni menyatakan bahwa, baiat, adalah akad antara dua belah pihak, seolah-olah seperti
yang terjadi antara penjual dan pembeli. Imamnya di satu pihak dan di lain pihak adalah
jemaatnya. Janji yang di ditegaskan oleh khalifat pada dirinya ibarat harga yang dikeluarkan
oleh pembeli untuk memperoleh barang dagangan. Sedangkan hak memiliki pemimpin yang
ada di tangan orang Islam merupakan komoditi yang akan diserahkan kepada pembeli saat
dia menerima harga, nilai, tukar.4

Dengan demikian, bai'ah merupakan konsep penting dalam Islam yang melibatkan
sumpah setia kepada pemimpin, pengangkatan, dan penobatan pemimpin, serta memiliki
peran dalam membangun persatuan dan sinergi antara umat dengan pemimpin mereka.

C. Timbulnya Pemikiran Kontak Sosial JJ Rosseau

Jean-Jacques Rousseau adalah seorang filsuf yang lahir di Jenewa pada 28 Juni 1712.
Teori kontrak Rousseau Dalam keadaan alamiah, manusia hidup dengan mandasarkan diri
pada kebebassan alamiah nya, dan hanya mengandalkan kekuatan dirinya sendiri untuk
berhadapan dengan alam dan bahaya-bahaya lain. Situasi kehidupan semakin berubah.
Kekuatan masing-masing manusia tidak lagi mampu mempertahankan kehidupan dan
miliknya. Oleh karena itu, “manusia”, demikian menurut Rousseau, “mulai berfikir untuk
mengadakan kontrak sosial dengan yang lain”. Yang menjadi alasan utama individu-individu
untuk membuat kontrak sosial adalah dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Kontrak sosial terjadi jika”setiap orang dari
kita menyerahkan pribadi dan seluruh kekuatan bersama-sama dengan yang lain di bawah
pedoman tertinggi dari kehendak umum, dan dalam suatu badan, kemudian kita akan
menganggap setiap anggota sebagai bagian yang tak terpisahkan dari suatu keseluruhan.5

Bagi Rousseau kontrak sosial itu adalah mempertahankan kebebasan manusia. Dalam hal
ini Rousseau mengakui adanya perubahan kondisi lewat kontrak sosial itu. Pertama, jika
dalam keadaan asali terdapat kebebasan kodrati, maka kebebasan sipil terwujud sesudah
kontrak sosial. Kedua, jika dalam keadaan asali kebebasan alamiah dibatasi oleh kekuatan

4
Hamzah Khaeriyah, Baiat Dan Perilaku Beragama, 2017,hlm 293.
5
Reza A, Melampaui Negara Hukum Klasik locke, Rousseau, Habermas, 2007, hlm. 54.

vii
fisik individu, maka dalam negara kebebasan sipil dibatasi oleh kehendak umum. Meski ada
perubahan ini, Rousseau tetap berkeyakinan bahwa, jika negara diatur dengan baik,
kebebasan warganya bisa lebih timggi daripada kebebasan dalam keadaan aslinya.6

Dalam bukunya, Rousseau berpendapat bahwa dalam mendirikan negara dan masyarakat
kontrak sosial sangat dibutuhkan. Namun, Rousseau berpendapat bahwa negara dan
masyarakat yang bersumber dari kontrak sosial hanya mungkin terjadi tanpa paksaan. Negara
yang disokong oleh kemauan bersama akan menjadikan manusia seperti manusia sempurna
dan membebaskan manusia dari ikatan keinginan, nafsu, dan naluri seperti yang
mencekamnya dalam keadaan alami. Manusia akan sadar dan tunduk pada hukum yang
bersumber dari kemauan bersama. Kemauan bersama yang berkualitas dapat mengalahkan
kepentingan diri, seperti yang menjadi pokok permasalahan pemikiran Hobbes. Jadi negara
merupakan hasil dari kontrak sosial yang pasif, sedangkan orang yang berkuasa dalam negara
tersebut merupakan hasil dari kontrak sosial yang aktif. ebagai teori kontrak sosial, ajaran
Rousseau memiliki kemiripan dengan ajaran yang sudah-sudah, yakni tatanan sosial dibentuk
oleh sebuah kesepakatan, persetujuan atau konvensi sosial. Perbedaan versi Rousseau dari
versi-versi lainnya terletak pada motif mengadakan kontral sosial itu.7

D. Baiat Dalam Politik Islam Di Indonesia

Baiat dalam konteks politik Islam Indonesia lebih terlihat pada saat sumpah jabatan. Baik
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudhikatif saat mereka dilantik, maka akan disumpah dan
janji sesuai dengan agamanya masing-masing sebelum menjalankan jabatannya. Mereka
didampingi oleh rohaniawan. Sumpah dan janji inilah yang kemudian dikenal dengan sumpah
jabatan. Sumpah jabatan adalah suatu upacara seremonial yang sangat sakral dalam
pengangkatan seseorang untuk memangku jabatan yang baru. Ini juga dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudhikatif sebelum memangku
jabatan secara resmi.

Pada lembaga eksekutif misalnya, dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden, sebelum
memangku jabatannya, bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sama halnya dengan eksekutif, pada lembaga legislatif yakni Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) mengucapkan sumpah jabatannya.

6
F. Budi Hardiman, Filsafat Modren Dari Machiavelli Sampai Nietzsche, 2004, hlm.119.
7
Rousseau, J. J. (2010). Kontrak Sosial,2010, hlm 117

viii
Setelah mengakhiri pengucapan sumpah/janji Presiden/Wakil Presiden, DPR, dan MPR
menandatangani formulir sumpah/janji yang telah disiapkan. Penandatanganan ini selain
sebuah seremonial, juga merupakan salah satu bentuk komitmen awal untuk mengemban
amanah yang diberikan oleh rakyat. Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan
sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa pada setiap bentuk penyatuan dukungan yang
menyangkut dengan kepentingan orang banyak, secara formal diadakan suatu sumpah dan
janji setia. Sumpah dan janji setia ini tidak hanya sebagai formalitas hubungan antar manusia
saja, namun juga merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal
ini disebabkan sebagai makhluk Tuhan manusia memiliki tanggung jawab dan kewajiban
kepada Tuhan dan alam ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, pada setiap bentuk kegiatan baik yang
bersifat birokrasi maupun tidak, di Indonesia masih mengedepankan norma-norma
keagamaan. Tidak hanya sebagai alat legitimasi, tetapi juga sebagai norma yang harus
dipatuhi.

Pada konteks pemerintahan di Indonesia, sumpah dan janji setia ini tidak disebut
dengan baiat, melainkan disebut dengang sumpah jabatan. Pemimpin yang terpilih memiliki
tanggung jawab dalam memimpin, ia terlebih dahulu bersumpah dan berjanji. Hal ini
dilaksanakan secara formal, khususnya pada saat pelantikan pemimpin tersebut. Presiden dan
Wakil Presiden, misalnya, bersumpah dan berjanji untuk menjalankan kewajibannya sebagai
Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan atas undang-undang yang berlaku. Sumpah jabatan
ini dilakukan di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, serta disaksikan oleh rakyat dan
perwakilan negara-negara sahabat.

Jika dalam pernyataan baiat yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. tidak akan
menyekutukan Allah dan mematuhi Nabi, serta berlandaskan Al-Quran dan Hadis, di
Indonesia tidak demikian. Hal ini dikarenakan Indonesia bukan negara Islam, melainkan
negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Oleh
sebab itulah, dalam pengucapan sumpah dan janji setia itu, diucapkan hanya untuk
menjalankan kewajibannya berdasarkan pada undang-undang yang berlaku. Ini pun terjadi
pada setiap bentuk pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin, khususnya pemimpin
partai politik atau ormas Islam, selalu dilakukan sumpah terlebih dahulu. Dalam sumpahnya,
mereka (pemimpin) akan melaksanakan tanggung jawab dan memegang amanah berdasarkan
atas peraturan yang berlaku.8

8
Ozi Setiadi, Baiat Dalam Konteks Kepemimpinan Di Indonesia, 2020, hlm 52

ix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontrak sosial dalam konteks politik sering diasosiasikan dengan pemikiran filsafat
seperti John Locke, Jean-Jacques Rousseau, dan pemikir lainnya dari tradisi Barat. Namun,
dalam konteks politik Islam, konsep serupa ditemukan dalam prinsip-prinsip Bai'at. Bai'at
adalah seruan untuk memberikan kesetiaan dan ketundukan kepada pemimpin atau otoritas
Islam. Konsep ini dapat dianggap sebagai bentuk kontrak sosial di mana umat Muslim
bersedia menaati otoritas dan pemimpin yang dipilih dalam konteks politik dan sosial. Dalam
politik Islam, Bai'at sering kali mencerminkan komitmen umat Islam terhadap pinsip-prinsip
agama dan hukum Islam. Pemimpin yang dipilih diharapkan dapat memimpin dengan adil,
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dan menjamin keadilan sosial serta kesejahteraan umat.

Kontrak sosial atau Bai'at dalam politik Islam menciptakan dasar bagi tata pemerintahan
yang adil dan berlandaskan nilai-nilai Islam. Umat Muslim diharapkan untuk mematuhi
perjanjian ini untuk mencapai keharmonisan dalam masyarakat dan menjaga keseimbangan
antara kekuasaan dan kewajiban. Maka dari itu konsep Bai'at dan kontrak sosial dalam
politik Islam menggarisbawahi pentingnya keterlibatan aktif umat Islam dalam pembentukan
pemerintahan yang mengutamakan nilai-nilai keadilan, moralitas, dan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip Islam.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih terdapat banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan pembaca lebih banyak membaca buku-buku dan
sumber lain terkait dengan Kontrak Sosial Dan Baiat Dalam Politik Islam, sehingga lebih
banyak menambah ilmu dan wawasan tentang materi tersebut. Kritik dan saran juga kami
harapkan dari pembaca, untuk membuat makalah-makalah selanjutnya agar lebih baik lagi
kedepannya.

x
DAFTAR PUSTAKA

Alrah, Z. (2019). Kontrak Sosial dalam Pandangan Rousseau. Paradigma: Jurnal Kalam
dan Filsafat, 1, 1-14.

Hardiman, F. B. (2004). Filsafat modern: dari Machiavelli sampai Nietzsche. Gramedia


Pustaka Utama.

Khaeriyah, H. (2017). Baiat Dan Perilaku Beragama. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 9(1), 291
316.

Reza A.A. (2007) Wattimena, Melampaui Negara Hukum Klasik locke, Rousseau, Habermas.
(Yogyakarta: Penerbit Kansius,).

Rousseau, J. J. (2010). Kontrak Sosial, terj. Rahayu Surtiati Hidayat dan Ida Sundari Husen
(Jakarta: Dian Rakyat).

Sanit, A. (2004). Kontrak Sosial dan Pemilihan Umum. Jurnal Penelitian Politik, 1(1), 3-8.

Setiadi, O. (2020). Baiat Dalam Konteks Kepemimpinan Di Indonesia. Politica: Jurnal


Hukum Tata Negara dan Politik Islam, 7(1), 43-58.

Shoheh, M. (2004). Al-mawardi dan teorinya tentang kontrak sosial. Jurnal Realita, 1(1).

xi

Anda mungkin juga menyukai