Anda di halaman 1dari 13

i

HIBAH

Makalah di susun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il Alfiqhiyah


Alhaditsah

Dosen Pengampu : M. Afifuddin,M.E

Disusun oleh :

Dodi Oktama Putra (211130006)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH, HUKUM, EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)
METRO – LAMPUNG
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
bertujuan untuk menjelaskan konsep hibah, khususnya dalam konteks Islam, serta
memahami tujuan, nilai-nilai, dan dasar hukum yang mendasarinya.

Terima kasih kepada semua pihak yang turut serta mendukung proses penyusunan
makalah ini. Dukungan dari teman-teman sejawat sangat berarti bagi kami. Kritik
dan saran dari pembaca juga sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini memberikan pemahaman yang bermanfaat
tentang hibah dan dapat menjadi inspirasi untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan
menambah pemahaman pembaca tentang makna serta pentingnya hibah, terutama
dalam konteks nilai-nilai sosial dan keagamaan. Terima kasih.

Dodi
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Hibah.......................................................................................................3

B. Pengertian Hibah dalam Islam...................................................................................3

C. Tujuan Hibah.............................................................................................................5

D. Dasar Hukum Hibah..................................................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

A. Kesimpulan...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hibah merupakan suatu bentuk peralihan hak milik atau kekayaan secara cuma-
cuma dari pemberi hibah kepada penerima hibah tanpa adanya pembayaran balik 1.
Prinsip dasar dari hibah adalah keinginan pemberi hibah untuk memberikan
sesuatu kepada penerima hibah dengan niat ikhlas dan tanpa meminta imbalan.
Konsep hibah ini memiliki akar budaya yang beragam dan muncul dalam berbagai
sistem hukum, termasuk dalam konteks hukum Islam.

Dalam Islam, hibah memiliki makna yang lebih dalam karena berkaitan erat
dengan nilai-nilai agama dan etika. Konsep hibah dalam Islam mencerminkan
nilai keadilan, keikhlasan, dan saling tolong-menolong antarindividu dalam
masyarakat. Dalam konteks ekonomi Islam, hibah menjadi salah satu instrumen
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan redistribusi kekayaan dan keadilan
sosial.

Tujuan utama dari hibah adalah untuk memberikan manfaat kepada penerima
hibah, baik dalam bentuk harta, properti, atau kekayaan lainnya. Hibah juga dapat
menjadi sarana untuk memperkuat hubungan antarindividu atau antarlembaga
dalam masyarakat. Dengan memberikan sesuatu secara sukarela, pemberi hibah
dapat menciptakan ikatan emosional dan spiritual yang kuat dengan penerima
hibah.

Dalam konteks hukum, hibah memiliki dasar-dasar hukum yang mengatur


prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses pemberian hibah.
Dalam hukum positif Indonesia, hibah diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, termasuk dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata). Selain itu, dalam konteks hukum Islam, hibah diatur oleh prinsip-
prinsip yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits.

1
Zainuddin, A. (2017). Perbandingan hibah menurut hukum perdata dan hukum Islam. Jurnal Al
Himayah, 1(1), 92-105.
2

Dengan memahami pengertian hibah, konsep hibah dalam Islam, tujuan dari
hibah, dan dasar-dasar hukumnya, kita dapat lebih mendalam dalam memahami
peran dan pentingnya hibah dalam konteks sosial, ekonomi, dan hukum. Dalam
makalah ini, kita akan menjelajahi aspek-aspek tersebut secara lebih rinci untuk
menggali pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena hibah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, didapati beberapa rumusan masala yaitu:

1. Apa pengertian hibah?


2. Apa pengertian hibah dalam islam?
3. Apa tujuan hibah?
4. Apa saja dasar hukum hibah?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah
Hibah adalah suatu peristiwa hukum yang melibatkan peralihan hak atau
kekayaan dari satu pihak kepada pihak lain tanpa adanya kewajiban untuk
memberikan imbalan atau balasan. Pemberian ini dilakukan atas dasar keikhlasan
pemberi hibah dan tanpa unsur paksaan terhadap penerima hibah. Konsep hibah
mencerminkan nilai sukarela dan keberlanjutan hubungan sosial dalam
masyarakat2. Dalam konteks ini, hibah seringkali menjadi wujud nyata dari
semangat tolong-menolong dan kepedulian antarindividu.

Dalam pelaksanaannya, hibah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk


pemberian harta, properti, atau kekayaan lainnya. Sifatnya yang tanpa meminta
imbalan membuat hibah memiliki peran yang signifikan dalam membangun ikatan
sosial yang kuat. Penerima hibah, tanpa terbebani kewajiban pembayaran, dapat
memperoleh manfaat secara langsung dari pemberi hibah. Oleh karena itu, hibah
tidak hanya menciptakan keseimbangan ekonomi, tetapi juga memperkuat
hubungan antaranggota masyarakat.

Dalam konteks hukum, hibah diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan,


tergantung pada sistem hukum yang berlaku di suatu negara. Dalam hukum positif
Indonesia, misalnya, prinsip-prinsip hibah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata). Hukum Islam juga memiliki ketentuan-ketentuan
khusus mengenai hibah, yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
Al-Qur'an dan hadits. Sebagai bentuk transaksi hukum, hibah memiliki peran
penting dalam menciptakan keadilan dan keberlanjutan di dalam masyarakat.

B. Pengertian Hibah dalam Islam


Dalam konteks Islam, hibah mengacu pada peralihan kepemilikan atau pemberian
suatu harta atau kekayaan dari seorang pemberi hibah kepada penerima hibah
tanpa adanya kewajiban balasan atau imbalan. Hibah dalam Islam mengandung

2
II, B., & WARIS, T. U. T. H. D. A. Hibah 1. Pengertian dan Dasar Hukum Hibah.
4

makna yang lebih mendalam, tidak hanya terbatas pada aspek materi, tetapi juga
mencakup nilai-nilai moral dan spiritual. Pemberian hibah dalam Islam
ditekankan oleh niat ikhlas dan ketulusan hati, serta didasarkan pada prinsip-
prinsip syariah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits.

Dalam Islam, hibah dianggap sebagai amal perbuatan yang penuh dengan pahala,
terutama jika dilakukan dengan niat untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Pemberi hibah diharapkan untuk menjalankan amal ini tanpa pamrih dan dengan
tulus ikhlas, sehingga penerima hibah dapat merasakan manfaatnya secara nyata 3.
Konsep hibah dalam Islam sejalan dengan ajaran mengenai kepedulian terhadap
sesama, saling berbagi, dan menciptakan keadilan sosial di dalam masyarakat.

Selain itu, dalam konteks hukum Islam, hibah memiliki ketentuan-ketentuan


tertentu yang diatur oleh prinsip-prinsip syariah. Pemberian hibah harus dilakukan
dengan mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku, termasuk adanya penerima
yang memenuhi syarat, pemberian yang tidak merugikan pihak lain, dan
ketentuan-ketentuan lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.

Pengertian hibah dalam Islam mencakup aspek materi dan spiritual, di mana
pemberian dilakukan dengan niat yang tulus ikhlas, diatur oleh prinsip-prinsip
syariah, dan diharapkan dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan dalam
masyarakat. Penting untuk dipahami bahwa hibah dalam Islam tidak hanya
terbatas pada pemberian harta benda semata, tetapi juga mencakup penghargaan,
pengetahuan, atau bahkan nasihat yang dapat memberikan manfaat kepada
penerima hibah dalam aspek spiritual dan kehidupan sehari-hari. Dalam Al-
Qur'an, konsep memberi hibah ditegaskan dalam berbagai ayat yang mendorong
umat Muslim untuk bersikap dermawan dan berbagi dengan sesama. Salah satu
contohnya adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 267 yang artinya : "Hai orang-
orang yang beriman, nafkahilah (infakkanlah) sebahagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian yang baik-baik dari apa yang Kami keluarkan untuk kamu
dari bumi"

3
Hidayat, R. (2021). Hibah Dalam Perspektif Hukum Perdata Islam. Law & Justice Review
Journal, 1(1), 1-6.
5

Selain memberikan manfaat kepada penerima hibah, Islam juga menekankan


pentingnya pemberi hibah untuk menjaga niatnya agar tetap ikhlas dan tulus. Niat
ikhlas menjadi kunci dalam amalan hibah, dan pemahaman ini tercermin dalam
sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa amal perbuatan yang diterima
Allah adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh karena itu, pemberi hibah
diajak untuk melakukan perbuatan baik ini semata-mata untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan mencari ridha-Nya.

Dalam hukum Islam, hibah juga memiliki ketentuan terkait dengan jenis-jenis
hibah, syarat-syarat sahnya, dan tata cara pelaksanaannya. Contoh jenis hibah
dalam Islam meliputi hibah yang diberikan atas dasar kecintaan, hibah atas dasar
jasa, dan hibah untuk kepentingan umum. Penting bagi pemberi hibah untuk
memahami aspek-aspek ini guna memastikan keberlanjutan dan sahnya hibah
menurut hukum Islam.

Dengan melanjutkan pemahaman terhadap hibah dalam Islam, kita dapat meresapi
bahwa konsep ini merupakan bagian integral dari ajaran agama yang
mengedepankan kepedulian, keadilan, dan tolong-menolong di dalam masyarakat.
Melalui praktik hibah yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam, umat Muslim
diharapkan dapat membentuk masyarakat yang lebih berkeadilan dan sejahtera, di
mana nilai-nilai ukhuwah (persaudaraan) dan saling berbagi menjadi landasan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Hibah
Tujuan hibah mencakup sejumlah aspek yang melibatkan baik pemberi hibah
maupun penerima hibah4. Berikut adalah beberapa tujuan umum dari pelaksanaan
hibah:

1. Meningkatkan Kesejahteraan Penerima Hibah

Salah satu tujuan utama hibah adalah memberikan manfaat dan


meningkatkan kesejahteraan penerima hibah. Hibah dapat berupa harta
benda, properti, atau kekayaan lainnya yang dapat memberikan

4
Ulum, B. (2018). Hibah untuk Menghindari Waris: Studi Kasus di Desa Ganjaran Gondanglegi
Malang. Jurnal Penelitian Ilmiah INTAJ, 2(02), 115-137.
6

keuntungan langsung kepada penerima hibah, membantu memenuhi


kebutuhan hidup, atau meningkatkan taraf hidup mereka.

2. Memupuk Hubungan Sosial dan Kemanusiaan

Hibah juga memiliki tujuan untuk memupuk hubungan sosial dan


kemanusiaan antara pemberi hibah dan penerima hibah. Melalui perbuatan
dermawan ini, terjalinlah ikatan emosional dan spiritual yang kuat di
antara anggota masyarakat. Hubungan sosial yang baik dapat menciptakan
lingkungan masyarakat yang lebih bersatu dan saling mendukung.

3. Menciptakan Keseimbangan dan Keadilan Sosial

Hibah memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan dan


keadilan sosial di dalam masyarakat. Dengan memberikan sesuatu secara
sukarela, pemberi hibah dapat berkontribusi dalam redistribusi kekayaan
dan memperkecil kesenjangan ekonomi. Hal ini sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan dalam berbagai sistem hukum.

4. Mendukung Pendidikan dan Pengembangan Individu

Hibah seringkali diarahkan untuk mendukung pendidikan dan


pengembangan individu. Pemberian hibah berupa beasiswa, pelatihan, atau
bantuan pendidikan dapat membantu penerima hibah untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka, membuka peluang baru, dan
mendukung pengembangan potensi diri.

5. Pengembangan Lembaga atau Organisasi

Selain pemberian kepada individu, hibah juga dapat diarahkan untuk


mendukung pengembangan lembaga atau organisasi yang memiliki tujuan
amal atau kepentingan umum. Pemberian ini dapat memastikan
keberlanjutan kegiatan positif dan kontribusi positif terhadap masyarakat
luas.

Melalui pencapaian tujuan-tujuan tersebut, hibah menjadi instrumen yang dapat


memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat, penciptaan keadilan
sosial, dan pengembangan individu secara berkelanjutan.
7

D. Dasar Hukum Hibah


Dasar hukum hibah dapat bervariasi tergantung pada sistem hukum yang berlaku
di suatu negara atau wilayah5. Berikut adalah beberapa dasar hukum umum untuk
hibah:

1. Hukum Positif

Di banyak negara, hibah diatur oleh peraturan perundang-undangan yang


berlaku, seperti dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) di Indonesia. Hukum positif mengatur syarat-syarat sah
hibah, tata cara pelaksanaannya, dan hak serta kewajiban pihak yang
terlibat. Peraturan ini dapat mencakup aspek-aspek seperti pembuktian
hibah, pembatalan hibah, dan kewajiban pembayaran pajak terkait.

2. Hukum Islam

Dalam konteks hukum Islam, dasar hukum hibah didasarkan pada prinsip-
prinsip syariah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits. Beberapa ayat
dalam Al-Qur'an memberikan petunjuk mengenai hibah, sementara hadits
dari Rasulullah SAW juga memberikan panduan terkait pelaksanaannya.
Prinsip syariah mengatur niat ikhlas, penerima hibah yang memenuhi
syarat, dan prosedur hibah yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Ketentuan Perundang-undangan Lain

Selain KUHPerdata, dalam beberapa negara, hibah juga dapat diatur oleh
undang-undang atau peraturan khusus lainnya yang mengatur transaksi
dan peralihan hak milik. Hal ini dapat mencakup hukum pajak, hukum
waris, atau undang-undang yang mengatur lembaga-lembaga amil zakat
dan wakaf.

4. Perjanjian Hibah

Dasar hukum hibah dapat ditemukan dalam perjanjian hibah yang dibuat
oleh pemberi hibah dan penerima hibah. Perjanjian ini berisi ketentuan-

5
Azikin, W. (2018). Hibah dan Wasiat dalam Perspektif Hukum Perdata (BW) dan Kompilasi
Hukum Islam. Meraja journal, 1(3).
8

ketentuan yang disepakati oleh kedua belah pihak, termasuk jenis hibah,
nilai hibah, syarat-syarat, dan hak serta kewajiban masing-masing pihak.

5. Putusan Pengadilan

Dalam situasi konflik atau perselisihan terkait hibah, dasar hukum dapat
ditemukan dalam putusan pengadilan. Pengadilan dapat mengacu pada
hukum positif dan prinsip-prinsip hukum yang relevan untuk memutuskan
sengketa yang timbul antara pemberi hibah dan penerima hibah.

Penting untuk memahami dan mematuhi dasar hukum yang berlaku dalam suatu
yurisdiksi ketika terlibat dalam transaksi hibah agar prosesnya sah dan berjalan
sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hibah merupakan suatu peristiwa hukum di mana terjadi peralihan hak atau
kekayaan dari pemberi hibah kepada penerima hibah tanpa adanya pembayaran
balik. Konsep hibah ini melibatkan nilai-nilai sukarela, ikhlas, dan kepedulian
terhadap sesama, yang mencerminkan semangat berbagi dan tolong-menolong
dalam masyarakat.

Dari perspektif Islam, hibah memiliki dimensi spiritual yang kuat, di mana niat
ikhlas dan penerima hibah yang memenuhi syarat-syarat syariah menjadi aspek
penting. Hibah dalam Islam juga ditempatkan sebagai salah satu instrumen untuk
mencapai keadilan sosial dan keberlanjutan ekonomi, sejalan dengan ajaran-ajaran
Al-Qur'an dan hadits.

Tujuan utama dari hibah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penerima


hibah, memupuk hubungan sosial dan kemanusiaan, menciptakan keseimbangan
dan keadilan sosial, mendukung pendidikan dan pengembangan individu, serta
memberikan kontribusi positif bagi lembaga atau organisasi yang memiliki tujuan
amal atau kepentingan umum.

Dasar hukum hibah dapat ditemukan dalam berbagai peraturan perundang-


undangan, baik itu dalam hukum positif seperti Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) atau dalam prinsip-prinsip syariah dalam hukum Islam.
Selain itu, perjanjian hibah antara pemberi hibah dan penerima hibah juga menjadi
dasar hukum yang relevan.

Dengan pemahaman ini, praktik hibah diharapkan dapat menjadi sarana untuk
membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan penuh dengan nilai-nilai
kepedulian serta tolong-menolong antarindividu.
10

DAFTAR PUSTAKA

Zainuddin, A. (2017). Perbandingan hibah menurut hukum perdata dan hukum


Islam. Jurnal Al Himayah, 1(1), 92-105.

II, B., & WARIS, T. U. T. H. D. A. Hibah 1. Pengertian dan Dasar Hukum Hibah.

Hidayat, R. (2021). Hibah Dalam Perspektif Hukum Perdata Islam. Law & Justice
Review Journal, 1(1), 1-6.

Ulum, B. (2018). Hibah untuk Menghindari Waris: Studi Kasus di Desa Ganjaran
Gondanglegi Malang. Jurnal Penelitian Ilmiah INTAJ, 2(02), 115-137.

Azikin, W. (2018). Hibah dan Wasiat dalam Perspektif Hukum Perdata (BW) dan
Kompilasi Hukum Islam. Meraja journal, 1(3).

Anda mungkin juga menyukai