Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BENDA/HAK MILIKNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Hukum Wakaf Zakat

Dosen Pengampu: Khairil Azmi Nasution,S.H.I.,M.A

Disusun Oleh:

Nazwa Tia Maysara Nasution

NPM 2306200125

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Tak lupa, penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.

Sholawat dan salam tak lupa saya hadaiahkan kepada ruh junjungan alam yakni
nabi besar Muhammad saw yang mana beliau telah membalikkan zaman dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiyah singkat kata akhroja nasa minnazulumati illa nur

Dan yang saya hormati dosen pengampu hukum wakaf zakat yakni bapak Khairil
Azmi Nasution,S.H.I.,M.A. dan yang saya sayangi teman teman saya semuanya

Makalah ini bertujuan untuk membahas hubungan manusia dengan benda/hak


miliknya, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pemahaman
yang lebih mendalam dalam bidang hukum. Saya menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan saya, oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumbangan positif
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ I


KATA PENGANTAR ............................................................................................. II
DAFTAR ISI ............................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ....................................................................................................... 1
2. Rumusan masalah .................................................................................................. 2
3. Maksud dan tujuan ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Mengetahui Benda Dalam Perspektif Hukum Islam ............................................. 4
2. Mengetahui Bagaimana Hakikat Kepemilikan Benda Perspektif Islam ................ 5
3. mengetahui Bagaimana hubungan manusia dengan benda/hak miliknya ............ 6
4. mengetahui Bagaimana hubungan manusia dengan benda/hak miliknya ............. 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 8
B. SARAN ........................................................................................................ 9
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hubungan manusia dengan benda-benda yang mereka miliki telah menjadi


aspek yang mendalam dalam dinamika kehidupan sehari-hari. Fenomena ini
melibatkan interaksi kompleks antara manusia, benda-benda, dan konteks
sosialnya. Melalui hubungan ini, tergambar bagaimana manusia tidak hanya
melihat benda sebagai objek fisik semata, tetapi juga sebagai ekstensi dari identitas,
status, dan keinginan mereka.
Benda-benda yang dimiliki oleh seseorang seringkali mencerminkan nilai-
nilai budaya, preferensi pribadi, dan sejarah hidupnya. Sebagai contoh, rumah
sebagai tempat tinggal bukan hanya struktur fisik, tetapi juga merepresentasikan
keamanan, kedamaian, dan eksistensi sosial. Mobil, pakaian, dan perhiasan juga
sering dijadikan simbol status ekonomi dan gaya hidup.
Dalam konteks ini, hubungan manusia dengan benda tidak hanya bersifat
praktis, tetapi juga mencakup dimensi psikologis dan simbolis yang
kompleks.Selain itu, perkembangan teknologi modern dan globalisasi telah
memberikan dampak signifikan pada hubungan manusia dengan benda-benda.
Keberagaman barang konsumsi yang tersedia di pasar global menciptakan identitas
dan gaya hidup yang semakin terfragmentasi. Pertanyaan etis muncul seiring
dengan konsep kepemilikan dalam era digital, di mana data pribadi dan
kepemilikan virtual menjadi semakin relevan.
Dalam konteks ini, penelitian tentang hubungan manusia dengan benda-gak
miliknya bukan hanya memberikan wawasan terhadap dinamika sosial dan
psikologis manusia, tetapi juga merinci pergeseran nilai dan norma dalam
masyarakat yang terus berkembang.
B.RUMUSAN MASALAH

Berikut perumusan masalah yang akan diuji dalam makalah ini diantaranya

A. apa yang dimaksud benda dalam perspektif hukum islam?


B. Bagaimana hakikat kepemilikan benda perspektif islam?
C. Apa yang dimaksud macam macam benda?
D. Bagaimana hubungan manusia dengan benda/hak miliknya?
.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan makalah ini adalah untuk menggali dan mendalami
hubungan kompleks antara manusia dan benda atau hak miliknya. Melalui
penelusuran ini, kita akan mencoba memahami bagaimana manusia membentuk
identitas, nilai-nilai, dan hubungan sosial mereka melalui benda-benda yang
mereka miliki. Selain itu, tujuan makalah ini adalah untuk menyelidiki dampak
psikologis dari kepemilikan, termasuk perasaan keamanan, kebanggaan, dan
kadang-kadang ketegangan yang dapat muncul dari interaksi manusia dengan
benda atau hak miliknya.
Kita juga akan mengeksplorasi aspek ekonomi dan sosial dari kepemilikan,
mempertimbangkan bagaimana benda-benda dan hak milik dapat mencerminkan
status sosial dan ekonomi seseorang dalam masyarakat. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menganalisis apakah kepemilikan benda-benda tertentu dapat
memengaruhi perilaku manusia, termasuk konsumerisme dan pemborosan. Selama
penyelidikan, kita akan merinci peran media, iklan, dan budaya konsumtif dalam
membentuk persepsi manusia terhadap kepemilikan.
Dengan demikian, makalah ini tidak hanya membahas hubungan individual
manusia dengan benda atau hak miliknya tetapi juga mengeksplorasi dimensi sosial
dan budaya yang terkait dengan fenomena ini. Melalui pemahaman yang lebih
dalam terhadap hubungan ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih baik
tentang bagaimana manusia membentuk makna hidup mereka melalui interaksi
dengan dunia materi di sekitar mereka.
BAB II

PEMBAHASAN

1 MENGETAHUI BENDA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Dalam perspektif hukum Islam, pengenalan terhadap benda mencakup konsep


kepemilikan, hak, dan kewajiban. Hukum Islam mengatur hubungan antara manusia
dan harta benda dengan ketentuan yang berlandaskan pada ajaran agama.
Pemahaman ini dapat ditemukan dalam beberapa prinsip utama.Pertama, konsep
kepemilikan dalam Islam ditegaskan melalui konsep wasiat, hibah, dan pewarisan.

Hukum Islam mengatur cara pembagian harta benda setelah kematian


seseorang dan menetapkan hak pewarisan yang adil sesuai dengan hukum waris
Islam.Kedua, hak dan kewajiban terkait dengan benda juga diatur secara rinci.
Misalnya, hukum jual beli dalam Islam melibatkan prinsip keadilan dan transparansi
agar tidak terjadi penipuan. Selain itu, terdapat ketentuan zakat yang menekankan
kewajiban memberikan sebagian dari kekayaan untuk membantu yang
membutuhkan.Ketiga, aspek moralitas juga menjadi bagian penting dalam menilai
benda dalam perspektif hukum Islam.

Penggunaan harta benda harus sesuai dengan nilai-nilai moral Islam,


menghindari riba atau praktik keuangan yang dianggap merugikanmasyarakat.Secara
keseluruhan, hukum Islam memandang benda sebagai amanah yang harus dikelola
dengan bijak dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Melalui ketentuan-ketentuan ini,
hukum Islam berusaha menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan dalam
pengelolaan harta benda. Penting untuk dicatat bahwa dalamperspektif hukum Islam,
kepemilikan benda juga membawa tanggung jawab moral kepada pemiliknya.
Kekayaan diperoleh bukan hanya sebagai hak pribadi, tetapi sebagai amanah yang
memerlukan keadilan sosial. Konsep amanah ini memperkuat kewajiban pemilik
harta untuk menggunakan kekayaannya secara bertanggung jawabdemi kesejahteraan
umum.

Hukum Islam juga menekankan perlunya menghindari penyalahgunaan hak


atas harta benda, seperti penimbunan kekayaan tanpa memberikan manfaat kepada
masyarakat. Selain itu, dalam transaksi bisnis, keteladanan dan kejujuran dianggap
penting, mencerminkan integritas pemilik benda.

Pemahaman tentang benda dalam hukum Islam tidak hanya berkaitan dengan
aspek materi, tetapi juga spiritual. Zakat sebagai instrumen pengelolaan
kekayaansosial diarahkan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan di antara umat
Islam.Dengan demikian, melalui pemahaman yang holistik terhadap benda dalam
hukum Islam, diharapkan tercipta masyarakat yang tidak hanya makmur materi,
tetapi juga terjaga moralitas dan keadilannya
2.MENGETAHUI BAGAIMANA HAKIKAT KEPEMILIKAN BENDA
PERSPEKTIF ISLAM

Hakikat kepemilikan benda dalam perspektif Islam mencerminkan prinsip-


prinsip yang mendalam, mengaitkan aspek spiritual dan material dalam konsep harta.
Dalam ajaran Islam, hakikat kepemilikan tidak hanya sebatas aspek legal atau
ekonomi, tetapi lebih pada tanggung jawab moral dan hubungan manusia dengan
pencipta

Pertama, Islam menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik
Allah. Manusia dianggap sebagai khalifah (pemimpin) yang bertanggung jawab atas
pengelolaan amanah tersebut. Oleh karena itu, hakikat kepemilikan benda dalam
Islam bukan sekadar hak legal, melainkan amanah yang harus dikelola dengan penuh
kesadaran akan tanggung jawab moral.

Kedua, konsep kepemilikan dalam Islam terkait erat dengan prinsip


kesejahteraan sosial. Kekayaan dan harta benda dimandang sebagai sumber daya
yang harus dikelola secara adil untuk kepentingan bersama. Zakat, sebagai salah satu
pilar Islam, menunjukkan komitmen untuk mendistribusikan kekayaan secara merata
dan membantu mereka yang kurang beruntung.

Ketiga, hakikat kepemilikan benda dalam Islam juga mencakup konsep adil dan
transparan dalam transaksi ekonomi. Hukum Islam memberikan pedoman terperinci
tentang jual beli, pinjaman, dan investasi yang mengandalkan nilai-nilai kejujuran
dan integritas. Ini menegaskan bahwa pemilik benda tidak hanya bertanggung jawab
kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia.

Keempat, hakikat kepemilikan dalam Islam mengajarkan pemilik untuk


menghindari sikap serakah dan menyimpan harta secara berlebihan. Menggunakan
kekayaan dengan bijak, memberikan hak bagi yang berhak, dan berkontribusi pada
kesejahteraan umum adalah prinsip-prinsip inti dalam pemahaman ini.

Secara keseluruhan, hakikat kepemilikan benda dalam perspektif Islam


mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia, harta benda, dan
SangPencipta. Ini mengajarkan bahwa kepemilikan bukan hanya sekedar kekuasaan
legal, melainkan amanah moral yang memerlukan pengelolaan bijak dan penuh
kesadaranakan akuntabilitas terhadap Allah dan sesama manusia

.
3.APA YANG DIMAKSUD MACAM MACAM BENDA

Dalam konteks umum, benda dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
memiliki massa dan dapat dideteksi oleh indera manusia atau alat. Dari sudutpandang
ini, macam-macam benda sangatlah luas dan melibatkan berbagai jenis entitas yang
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.Pertama, benda dapat dibagimenjadi dua
kategori utama: benda hidup dan benda mati. Benda hidup melibatkan organisme
yang memiliki kehidupan, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.
Di sisi lain, benda mati mencakup segala sesuatu yang tidak memiliki kehidupan,
seperti batu, logam, air, dan benda-benda nonhidup lainnya.

Benda juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiknya. Contohnya,


benda padat memiliki bentuk dan volume tetap, seperti buku atau batu. Benda cair,
seperti air atau minyak, memiliki volume tetapi dapat mengalir dan mengambil
bentuk wadahnya. Sementara itu, benda gas, seperti udara, memiliki kemampuan
untuk mengisi ruang dan tidak memiliki bentuk atau volume tetap.

Dari sudut pandang fungsional, benda dapat dibagi menjadi kategori yang lebih
spesifik, seperti benda konsumsi, benda tahan lama, dan benda tahan lama konsumsi.
Benda konsumsi adalah barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
cenderung memiliki umur pakai singkat, seperti makanan dan produk kebersihan.
Benda tahan lama adalah barang-barang yang dirancang untuk digunakan dalam
jangka waktu yang lebih lama, seperti perabotan atau kendaraan. Benda tahan lama
konsumsi adalah gabungan dari keduanya, seperti pakaian atau sepatu.

Selain itu, dalam konteks hukum, kepemilikan benda dapat dibagi menjadi benda
bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak mencakup barang-barang yang
dapat dipindahkan, seperti mobil atau peralatan elektronik. Benda tidak bergerak
mencakup properti tanah dan bangunan yang umumnya tidak dapat dipindahkan.

Dengan demikian, macam-macam benda mencakup berbagai kategori yang


melibatkan sifat fisik, fungsional, dan hukum. Pengetahuan tentang beragam jenis
benda ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar kita
dan bagaimana masing-masing benda dapat berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari
serta dalam kerangka hukum.
4. MENGETAHUI BAGAIMANA HUBUNGAN MANUSIA DENGAN
BENDA/HAK MILIKNYA

Hubungan manusia dengan benda atau hak miliknya merupakan aspek yang
kompleks dan mencakup berbagai dimensi psikologis, sosial, dan ekonomi. Sejak
zaman prasejarah, manusia telah mengembangkan hubungan yang erat dengan
benda-benda di sekitarnya sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Hak milik
menciptakan identitas individu, mempengaruhi kesejahteraan psikologis, dan
memberikan dasar bagi organisasi sosial yang lebih luas.

Penting untuk memahami bahwa hubungan manusia dengan benda miliknya tidak
hanya bersifat fungsional, tetapi juga mengandung elemen emosional. Benda atau
hak milik sering kali menjadi ekstensi dari diri seseorang, mencerminkan nilai-nilai,
preferensi, dan bahkan status sosial. Misalnya, mobil mewah atau perhiasan mahal
tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi atau aksesori, tetapi juga sebagai
simbol prestise dan keberhasilan.Aspek psikologis dari hubungan ini dapat dilihat
melalui fenomena seperti sindrom kolektor atau perasaan kehilangan yang mendalam
ketika suatu benda berharga hilang atau rusak.

Manusia cenderung membentuk ikatan emosional yang kuat dengan benda-benda


tertentu, yang dapat menciptakan pengalaman positif atau negatif tergantung pada
situasi.Dalam konteks sosial, hak milik dapat menjadi dasar bagi pembentukan
kelompok dan struktur masyarakat. Konsep kepemilikan bersama atau kepemilikan
individu dapat memengaruhi bagaimana masyarakat mengatur dirinya sendiri.

Hak milik juga dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan, terutama ketika
sumber daya terbatas dan persaingan muncul.Dari segi ekonomi, hak milik adalah
dasar dari sistem kapitalisme yang umumnya dianut oleh banyak masyarakat.
Kepemilikan individu atas properti atau aset menciptakan insentif untuk
produktivitas dan investasi. Namun, kesenjangan ekonomi dan ketidaksetaraan juga
sering kali muncul sebagai akibat dari perbedaan dalam kepemilikan harta.

Dalam konteks kontemporer, teknologi dan globalisasi telah memperluas konsep


kepemilikan melalui aspek digital. Data pribadi, hak cipta, dan properti intelektual
menjadi semakin penting, memunculkan pertanyaan etika dan hukum baru tentang
kepemilikan dalam era digital.Dalam rangka mengoptimalkan hubungan manusia
dengan benda atau hak miliknya, penting untuk memahami peran penting yang
dimainkan oleh aspek psikologis, sosial, dan ekonomi ini.

.
KESIMPULAN

Dari hasil makalah saya ini dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif hukum
Islam, benda dipandang sebagai amanah yang harus dikelola dengan bijak sesuai
dengan nilai-nilai agama.

Konsep kepemilikan tidak hanya mencakup aspek legal atau ekonomi, tetapi
juga tanggung jawab moral dan hubungan manusia dengan pencipta.

Hukum Islam mengatur hak, kewajiban, dan moralitas terkait dengan benda,
dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan. Selain itu,
hakikat kepemilikan dalam Islam menekankan adanya tanggung jawab moral
terhadap Allah dan sesama manusia dalam pengelolaan harta.

Hubungan manusia dengan benda juga melibatkan aspek emosional, sosial,


dan ekonomi, yang memengaruhi identitas, kesejahteraan psikologis, dan struktur
masyarakat. Dalam era digital, konsep kepemilikan juga melibatkan aspek digital
seperti data pribadi dan hak cipta.
Kesadaran akan dampak semua aspek ini dapat membantu manusia mengelolahubungan
mereka dengan benda atau hak milik secara bijaksana
SARAN

1. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Kepemilikan Benda:Masyarakat dapat lebih


aktif menerapkan nilai-nilai Islam dalam kepemilikan benda, termasuk melibatkan
konsep wasiat, hibah, dan pewarisan dengan penuh kesadaran terhadap keadilan.
Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkeadilan dalam
pembagian harta benda setelah kematian.
2. Penekanan pada Etika Bisnis Islam:Terdapat perlunya memperkuat prinsip
keadilan dan transparansi dalam transaksi bisnis sesuai dengan hukum jual beli
Islam. Masyarakat dan pelaku bisnis perlu menjunjung tinggi integritas dalam
setiap transaksi, menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih adil.
3. Peningkatan Kesadaran akan Tanggung Jawab Moral:Edukasi mengenai tanggung
jawab moral terhadap harta benda perlu ditingkatkan, memastikan bahwa
kepemilikan bukan hanya hak pribadi tetapi juga amanah untuk memastikan
keadilan sosial. Kesadaran ini dapat membantu mencegah penyalahgunaan hak atas
harta benda.
4. Pengelolaan Kekayaan dengan Bijak:Masyarakat perlu diingatkan akan konsep
bahwa kekayaan bukan hanya hak pribadi, tetapi juga amanah yang memerlukan
pengelolaan bijak. Pemahaman holistik terhadap harta benda dapat membantu
menciptakan masyarakat yang tidak hanya makmur materi, tetapi juga terjaga
moralitas dan keadilannya.
5. Peningkatan Kesadaran akan Hubungan Spiritual dan Material:Edukasi mengenai
hakikat kepemilikan benda dalam perspektif Islam dapat ditingkatkan, menekankan
hubungan mendalam antara manusia, harta benda, dan Sang Pencipta. Ini dapat
membantu membangun kesadaran akan tanggung jawab moral dan spiritual dalam
kepemilikan
6. .Pemahaman Lebih Mendalam tentang Macam-Macam Benda:Pemahaman lebih
mendalam tentang macam-macam benda, termasuk klasifikasi berdasarkan sifat
fisik, fungsional, dan hukum, dapat membantu masyarakat memahami peran dan
interaksi benda-benda tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kerangka
hukum.
7. Kesadaran Terhadap Hubungan Emosional dengan Benda:Masyarakat perlu
menyadari aspek emosional dalam hubungan dengan benda atau hak miliknya.
Kesadaran ini dapat membantu mengelola hubungan dengan benda secara lebih
seimbang, mencegah sikap serakah, dan mengurangi konflik sosial.Adopsi Etika
Digital dalam Kepemilikan Online:Dalam konteks kontemporer, penting untuk
mengadopsi etika digital dalam kepemilikan, khususnya terkait dengan data pribadi,
hak cipta, dan properti intelektual. Masyarakat perlu memiliki pemahaman yang baik
mengenai hak dan kewajiban dalam era digital.
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan masyarakat dapat mengoptimalkan
hubungan mereka dengan benda atau hak miliknya, menciptakan lingkungan yang
lebih adil, bijaksana, dan seimbang.

Anda mungkin juga menyukai