Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

FILSAFAT PENDIDIKAN Prof. Dr. H. Mahyudin Barni, M.Ag

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
DALAM PENDIDIKAN ISLAM

OLEH:
KELOMPOK 7

AULIA : 220101010864

FAUZAN AZMI : 220101010676

RIDHA HASINA : 220101010179

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, dan berkah-Nya, dan dengan pertolongan-Nya, sehingga
tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Rasulullah Saw, para
Sahabat dan seluruh pengikut Beliau hingga akhir zaman.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Pendidikan Islam” dengan lancar
tanpa suatu halangan. Penyusunan makalah ini disusun secara sistematis dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan
makalah ini. Sebab itu kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu
Bapak Prof. Dr. H. Mahyudin Barni, M.Ag yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Terlepas dari semua itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari para pembaca. Sehingga kami dapat mengintropeksi diri
serta memperbaiki kesalahan yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman. Aamiin…

Banjarmasin, 16 Oktober 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Demokrasi dan Islam..............................................................2


B. Hubungan antara Demokrasi dengan Pendidikan Islam........................3
C. Prinsip Demokrasi Pendidikan dalam Islam ............................................4
D. Pelaksanaan Demokrasi Pendidikan dalam Islam..................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Demokrasi sangat diperlukan bukan hanya dalam suatu pmerintahan, tetapi
dalam lingkungan yang lebih sempit pun juga diperlukan. Umpamanya dalam lingkup
kecil seperti dalam rumah tangga, Orang tua sebaiknya menetapkan kebijakan dengan
sistem musyawarah bersama anggota keluarga. Begitu pula pada suatu Negara. Pasti
memiliki konsep hukum dimana ada pemimpin yang mengatur suatu urusan negara
disertai dengan musyawarah. Dalam Pendidikan Islam, sistem Demokrasi telah diakui
jauh sebelum apa yang telah diungkapkan oleh tokoh-tokoh barat. Ternyata para Fukaha
telah mengungkapkan teori persetujuan sosial yang bersifat analisis, yakni sekitar tujuh
abad yang lalu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ahli fiqh bahwa siapa saja yang telah
disepakati dan prasetyanya oleh kaum muslimin, maka kepemimpinan itu sah dan wajib
membelanya.

B. Rumusan Masalah
Pada penyusunannya ada beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah ini,
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan Islam?
2. Bagaimana hubungan antara Demokrasi dengan Pendidikan Islam?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Demokrasi Pendidikan dalam Islam?
4. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Pendidikan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini ialah, untuk
mengetahui:
1. Menjelaskan pengertian Demokrasi dan Islam
2. Menjelaskan hubungan antara Demokrasi dengan Pendidikan Islam
3. Menjabarkan beberapa Prinsip Demokrasi Pendidikan dalam Islam
4. Menjelaskan pelaksanaan Demokrasi Pendidikan dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Islam

Secara etimologi demokrasi berasal dari Bahasa Yunani demokratia berarti


“kekuasaan rakyat”. Yang terbentuk dari dua kata demos “rakyat” dan kratos “kekuatan
atau kekuasaan”Ada juga yang mengartikan bahwa de’mos merupakan pengejawantahan
untuk rakyat. Pada abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani,
salah satunya Athena; kata ini merupakan antonim dari aristocratie yang berarti
“kekuasaan elit”.1 Secara teoritis kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun pada
kenyataannya sudah tidak jelas lagi.2 Karena sistem politik Athena Klasik, misalnya telah
memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak
menyertakan budak wanita dalam partisipasi politik. Pada semua pemerintahan demokrasi
sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokrasi tetap ditempati kaum
elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-
benar bebas setelah memperjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Islam
secara etimologi (asal usul kata) berasal dari bahasa arab, terambil dari kosa kata salima
yang berarti selamat sentosa.
Dari kata ini selanjutnya dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan
dalam keadaan selamat, sentosa, berarti pula dengan berserah diri, patuh tunduk dan taat.
Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama, yuslimu, islaman), yang mengandung
arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh,
berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam dinamakan muslim, yaitu orang
yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT.
Dengan melakukan aslama , orang ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan di
akhirat. Sedangkan menurut istilah, bahwa Islam itu adalah seperti dikemukakan oleh
Muhammad Syaltout, yakni: agama yang diwariskan dengan ajaran ajarannya
sebagaimana terdapat di dalam pokok pokok dan syariatnya kepada Nabi Muhammad
SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia
serta mengajak mereka untuk memeluknya. Jika dikaitkan dengan demokrasi, maka
1
Muhammad Roihan Daulay. (2017). "Demokrasi Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam".
Padang: Jurnal Kajian Ilmu Keislaman. Hlm. 55.
Rasulullah SAW adalah seorang contoh yang tidak diragukan lagi dalam menegakkan
demokrasi di dunia Islam.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya piagam Madinah, sehingga Rasul dapat
membangun kota Madinatul Munawwarah. Bukti nyata dapat terlihat denganadanya nilai
nilai demokrasi Islam menjadi ruh yang selanjutnya diimplementasikan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam mendidik Ummat Islam.2

B. Hubungan Antara Demokrasi dengan Pendidikan Islam

Menurut Komaruddin Hidayat dalam buku “ Agama, Demokrasi dan


Transformasi Sosial” , bahwa agama sebagai ajaran normatif dalam banyak hal memiliki
titik temu terhadap nilai normatif demokrasi, oleh karena itu interaksi antara keduanya
dapat saling mendukung. Sebagian ilmuan juga mengatakan bahwa demokrasi dan agama
mempunyai kesejajaran dan kesesuaian. Menurut pendapat ini agama baik secara teologis
dan sosiologis sangat mendukung proses demokratisasi politik, ekonomi maupun
kebudayaan. Demokrasi dalam kaitan dengan agama Islam sebagaimana yang dikatakan
oleh Ernest Gellner bahwa agama Islam ada kesamaan unsur-unsur dasar (familiy
resemblances) dengan demokrasi. Hal senada diungkapkan oleh Robert N. Bellah yang
sampai kepada suatu kesimpulan bahwa penyelenggaraan pemerintah yang setiap sistem
yang tidak berdiri di atas prinsip-prinsip demokrasi adalah tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah utama yang ditetapkan oleh Islam.3

C. Prisip-Prinsip Demokrasi dalam Islam

Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam telah memberikan
prinsip-prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-
Qur’an dan sunnah dalam hal ini telah memberikan beberapa prinsip pokok dan tata nilai
yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi,
bernegara, termasuk di dalamnya ada sistem pemerintahan yang merupakan kontrak
sosial. Berikut akan diuraikan beberapa prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam yaitu;

1. Prinsip Musyawarah (syura)

Musyawarah asal kata ‫ شور‬yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari
sarang lebah, makna ini kemudian berkembang dan mencakup segala sesuatu yang

2
Darmawati. (2013). "Demokrasi Dalam Islam". (Suatu Tinjauan Fikih Siyasah). Samata. Hlm 28.
3
Romlah Siti. (2018). "Demokrasi Pendidikan Islam". Bangil: Jurnal studi Islam. Hlm 87.
dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat. Musyawarah dapat
juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Oleh karena makna musyawarah
menurut arti dasarnya hanya dugunakan untuk hal-hal yang baik, bukan pada hal-hal
yang buruk

2. Prinsip Keadilan

Keadilan adalah kata jadian dari “adil” yang berasal dari bahasa Arab ‫ل عد‬. Adil
berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
imaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “adil” memiliki beberapa arti:
pertama, tidak berat sebelah atau tidak memihak, kedua, berpihak kepada kebenaran,
ketiga sepatutnya tidak sewenang-wenang.

3. Prinsip al-Musâwa

Al-musawa, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain
sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa atau pemerintah tidak dapat
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter atau eksploitatif. Kesejajaran
ini penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni penguasa kepada
rakyat

4. Prinsip Al-Amanah

Kata amanah bentuk masdar dari kata kerja amina- ya’manu-amnan, wa amânatan
yang berarti aman, tenteram, tenang, dan hilangnay rasa takut. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia amanah berarti yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang, keamanan atau
ketenteraman, dan dapat dipercaya atau setia. Dari definisi tersebut, maka dapat dipahami
bahwa amanah merupakan sikap terpenuhinya kepercayaan yang telah diberikan
seseorang kepeda orang lain. Oleh karena itu kepercayaan atau amanah harus dijaga
dengan baik. Amanah dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang
diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut
dengan penuh rasa tanggung jawab.

5. Prinsip Al-Mausuliyyah

Al-maushuliyyah adalah tanggung jawab. Setelah amanah itu ditegakkan, maka


pemimpin harus mempertanggung jawabkan amanah itu di depan rakyat dan di depan
Tuhan. Pemimpin statusnya sebagai wakil Tuhan dalam mengurus umat manusia di bumi.
Kaitannya dengan jabatan kepemimpinan, seorang pemipin harus berusaha memberikan
yang terbaik bagi masyarakat luas. Oleh karena seorang pemimpin kedudukannya sebagai
pelayan umat. Sehingga setiap pengambilan keputusan kemaslahatan umat menjadi
perioritas.

6. Prinsip Persaudaraan

Prinsip keenam, yaitu prinsip persaudaraan. Di dalam bahasa Arab biasa dikenal
dengan ukhuwah. Kata persaudaraan terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan
adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Mungkin saja perhatian itu pada
mulanya lahir karena adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, lalu
makna tersebut kemudian berkembang dan pada akhirnya ukhuwah diartikan sebagai
setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain baik persamaan keturunan, dari segi
ibu bapak atau keduanya maupun dari segi sesusuan.

7. Prinsip Kebebasan

Kebebasan artinya setiap orang, setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan
untuk mengekspresikan pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak.
Dan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, dalam ragka amar ma’ruf nahi munkar. Secara
historis, para filosof dan pemikir telah menggunakan istilah kebebasan sebagai konsep
moral dan sosial baik pada persoalan-persoalan yang muncul dalam hubungan antara
manusia dengan manusia, khususnya pada kehidupan social tertentu. Namun bukan berarti
kebebasan secara mutlak tanpa aturan-aturan yang mengikat.

8. Prinsip Mashlahah (menguntungkan masyarakat)

Kata mashlahah akar katanya berasal dari kata shalih yang berarti “baik” untuk
mendapatkan kebaikan. Antonim dari kata rusak dan jelek. Dalam al-Qur’an kata shalaha
dalam berbagai bentuknya disebutkan 180 kali. Kata shalih atau saleh menunjuk
perbuatan-perbuatan yang terpuji, benar dan baik, juga menunjuk kepada orang-orang.

9. Prinsip, Ta’awun (Kerja Sama)


Dalam Surah al-Maidah: 5/2 Terjemahnya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan)kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya. Tolong menolong yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah menjalin kerja
sama dengan siapa pun, selama tujuannya kebajikan dan ketakwaan. Terdapat dua
kepentingan yang diharuskan untuk bekerja sama, yaitu kepentingan manusia dan
kepentingan Tuhan. Kalau dihubungkan dengan demokrasi politik, yaitu tidak adanya
hambatan dari kekuasaan.
Demokrasi yang dimengerti secara negatif, berarti “merdeka dari “ Islam
menginginkan pengertian yang lebih dari itu, demokrasi perlu diperluas menjadi kerja
sama antar warga, “merdeka untuk”, yaitu Demokrasi Sosial dan Demokrasi Ekonomi.
Bangsa Indonesia adalah satuan yang secara obyektif ada, merupakan self evident truth
yang tak terbantahkan. Tetapi itu tidak berarti bahwa satuan yang besar (masyarakat) lebih
penting dari yang kecil (individu) karena keduanya adalah satuan-satuan yang obyektif.
Yang mementingkan masyarakat adalah sosialisme, sedangkan yang mementingkan
individu adalah kapitalisme.
Dari beberapa prinsip demokrasi yang sesuai dengan Islam, namun terdapat juga
perbedaan antara demokrasi yang ada di Barat dengan demokrasi Islam. Demokrasi yang
ada di Barat merupakan kedaulatan manusia dan kebenaran ditentukan oleh mayoritas
manusia. Sedangkan demokrasi Islam merupakan penjelmaan kedaulatan Tuhan serta
demokrasi untuk menjalankan hukum yang sudah diajarkan dalam agama. Prinsip-prinsip
yang telah disebutkan di atas, diakui bahwa al-Qur’an mengandung nilai-nilai dan ajaran
etis atas kegiatan sosial dan politik umat manusia. Oleh karena sepanjang suatu negara
berpegang kepada prinsip-prinsip tersebut, maka mekanisme yang diterapkan sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam.
Berikut ini akan disebutkan prinsip-prinsip demokrasi secara umum: Prinsip demokrasi
dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang
diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama,
dan mufakat.4

D. Pelaksanaan Demokrasi Pendidikan dalam Islam

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, “Pendidikan tidak dipandang sebagai


proses pemaksaan dari seorang pendidik untuk menentukan setiap langkah yang harus
diterima oleh peserta didiknya secara individual”. Dengan demikian proses pembelajaran
harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan
peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta
didik.
Pendidik hendaknya memposisikan peserta didiknya sebagai insan yang harus
dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya
tersebut. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran, harus dihindari suasana belajar yang
kaku, penuh dengan ketegangan, syarat dengan perintah dan intruksi yang membuat
peserta didik menjadi pasif, dan tidak bergairah, cepat bosan, dan mengalami kelelahan.
Pendidikan Islam menempatkan posisi manusia secara proposional inilah hakikat
demokrasi pendidikan Islam. Berhubungan nilai-nilai demokrasi merupakan prinsip dasar
ajaran Islam, maka demokratisasi dalam pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi
jelas merupakan suatu keniscayaan untuk ditegakkan. Apalagi diliaht dari sisi historis
perkembangan Islam pada masa kejayaan, praktek pendidikan sudah sangat akrab dengan
suasana yang demokrasi. Dari praktek pendidikan yang demokratis inilah lahir kaum
intelektual dan ulama-ulama besar yang berfikir bebas. 5
Menurut M. Athiyah al-Abrasyi praktek pendidikan dan pengajaran Islam sangat
akrab dengan prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi. Sebab Islam sendiri menyerukan
adanya prinsip persamaan dan peluang yang lama dalam belajar, sehingga terbukalah
kesadaran untuk belajar bagi semua orang tanpa adanya perbedaan antara si kaya, dan si
miskin dan status sosial ekonomi seorang peserta didik, serta tidak pula gender.

4
Hasan Asari. (2016). "Falsafah Pendidikan Islami". (Menguak Nilai-Nilai Pendidikan dalam Tradisi
Islam). Medan: Perdana Publishing. Hlm 42.
5
Akrim. (2020). "Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam". Yogyakarta: Bildung. Hlm 121-123.
Bahkan sebagai aplikasi dari prinsip demokrasi, pendidikan diselenggarakan
secara gratis, tidak terikat pada batas waktu tertentu, ijazah, atau nilai angka-angka dalam
ujian ataupun peraturan-peraturan khusus dalam penerimaan siswa. Sebaliknya bila
seseorang bekeinginan kuat untuk belajar, cinta kepada ilmu maupun melakukan
penelitian, pintu untuk belajar terbuka luas baginya. Disamping itu yang lebih menarik
dalam praktek demokrasi pendidikan
Islam pada masa dahulu, kata Athiyah adalah partisispasi aktif masyarakat untuk
mendirikan masjid-asjid, institute-institut dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan sebagai
sarana belajar. Kaum hartawan secara berlomba-lomba mengeluarkan dananya untuk
pembiayaan pendidikan, sehingga memungkinkan siswa yang kurang mampu meneruskan
pelajaran serta melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi. Sebagai hasil dari
keterlibatan aktif masyarakat yang dlandasi rasa persamaan dan kebersamaan dalam
pembiayaan pendidikan ternyata telah melahirkan kaum intelektual dan ulama-ulama
besar, yang umumnya memang berasal dari anak-anak kurang mampu, seperti al-Ghazali,
Imam Syafi ’i, dan lain-lain.6
Untuk mempercepat dan memperkuat proses demokrasi pendidikan ada tiga hal
yang harus dilakukan yaitu: upaya pendidikan yang memungkinkan timbulnya kesadaran
kritis mengenal arti demokrasi beserta masalah-masalah social poitik zamannya ditengah
masyarakat. Yang kedua partisipasi aktif rakyat dalam proses pemerintahan, karena jiwa
demokrasi adalah aksi-partisipatif, ketiga yaitu pendidikan Islam menyadarkan manusia
bahwa jati dirinya adalah makhluk yang berbeda dengan hewan. Firman Allah yang
artinya: “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia sebaik-baiknya penciptaan” (QS.
At-Tahrim: 4).
Keyakinan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang telah meletakkan prinsip-
prinsip demokrasi ternyata juga diakui oleh kaum orientalis. Maude Royden misalnya
dengan penuh kagum mengemukakan bahwa Islam adalah agama yang pertama
memproklamasikan demokrasi nyata yang penuh diketahui manusia. Secara esensial,
demokrasi pendidikan merupakan suatu gambaran ideal yang akan terus diperjuangkan
dan disempurnakan.7

6
Usri. (2019). "Pendidikan Islam dan Demokrasi". Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol
1. No 2. Hlm 6.
7
Muhammad Roihan Daulay. (2017). "Demokrasi Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam".
Padang: Jurnal Kajian Ilmu Keislaman. Hlm 106-107.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi dalam pandangan Islam terikat dengan pendidikan agama Islam


dalam penerapannya. Prinsip-prinsip Demokrasi Pedidikan dalam Islam antara lain :
Prinsip Musyawarah, Prinsip Keadilan, Prinsip Al-Musawa, Prinsip Al-Amanah,
Prinsip Al-Mausuliyyah, Prinsip Persaudaraan, Prinsip Kebebasan, Prinsip
Mashlahah dan Prinsip Ta'awun.

B. Saran

Kami menyadari sebagai penulis makalah ini sangat jauh dari


kesempurnaaan. Jadi kami mengharapkan kritik yang mendukung dan
membangun agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik lagi dan semoga
dapat berguna bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati. (2013). Demokrasi Dalam Islam. (Suatu Tinjauan Fikih Siyasah). Samata: All
Righis Reserved.

Akrim. (2020). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Bildung.

Asari, Hasan. (2016). Falsafah Pendidikan Islami. (Menguak Nilai-Nilai Pendidikan


dalam Tradisi Islam). Medan: Perdana Publishing.

Daulay, Roihan Muhammad. (2017). Demokrasi Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam. Padang: Jurnal Kajian Ilmu Keislaman.

Romlah, Siti. (2018). Demokrasi Pendidikan Islam. Bangil: Jurnal studi Islam.

Usri. (2019). Pendidikan Islam dan Demokrasi. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman dan
Kemasyarakatan. Vol 1.

Anda mungkin juga menyukai