Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

DISUSUN OLEH :

ANISA DJAMILA WALI ( P2214007 )

INDAH K DJELAU ( P2214032 )

FILLIAN WAMESE ( P2214024 )

RISNA PAPILAYA ( P2214079 )

NEVI MANCINO ( P2214067 )

YESLI KH MADUBUN ( P2214099 )

LEVAN NOYA ( P2214044 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PASAPUA AMBON
PRODI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini

membahas tentang pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara .

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan

bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima

kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,

semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik

konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir

kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Ambon, 18 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pengertian Paradigma..............................................................................................................3
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan.......................................................................4-9
C. Aktualisasi Pancasila..........................................................................................................9-10
D. Tridarma Perguruan Tinggi.............................................................................................10-11
E. Budaya Akademik.................................................................................................................11
F. Kebebasan Akademik.......................................................................................................11-12
G. Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM..........................................12
H. Kampus dan Dominasi Birokrasi.....................................................................................12-13
I. Pembangunan Hukum............................................................................................................13
J. Pembangunan HAM..............................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................................14
B. Saran......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia. Kehidupan NKRI ini

tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga Negara terhadap Pancasila, baik dari segi

pengkajian dan pegamalan Pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar negara Indonesia hingga saat ini telah mengalami

perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam interval waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang

terjadi seiring perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah Pancasila seperti sekarang ini di depan semua

bangsa Indonesia. Sejak dicetuskannya Pancasila pertama kali telah dituai banyak konflik internal para

pencetusnya, hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi, Pancasila masih hangat

diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan, terutama kalangan politik dan mahasiswa. Secara

mayoritas, topik yang diperbincangkan ialah mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila

pertama. Berdasarkan sejarah, pada awal perkembangan bangsa Indonesia, masyarakat terbagi menjadi

dua kelompok besar, yaitu kelompok agamais dan nasionalis, dimana kedua kelompok tersebut

memegang peran besar dalam perancangan dasar negara Indonesia. Setelah sekian banyak perbincangan

mengenai Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga dijadikan bahan perbincangan sebagai

paradigma dalam kehidupan berbagai elemen masyarakat, salah satunya ialah Pancasila sebagai

paradigma kehidupan mahasiswa di kampus. Dimana di dalam kampus tersebut, mahasiswa akan dididik

mengenai berbagai hal mengenai Pancasila, terutama penerapan nilai-nilainya

Makalah ini disusun sebagai catatan perjalanan Pancasila dari zaman ke zaman agar senantiasa

sejarah pembentukan Pancasila tidak dilupakan. Selain itu dapat pula digunakan untuk menjadi penengah

bagi pihak yang sedang berbeda pendapat tentang dasar negara, agar tetap dapat bersikap sesuai

semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Terutama penerapan hal tersebut di kehidupan kampus. Sebagai tertib

hukum tertinggi keberadaan Pancasila tidak dapat diganggu gugat, karena merubah dan mengamandemen

1
Pancasila sama halnya dengan membubarkan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Memang fakta sejarah membuktikan berkali kali konstitusi Negara ini diubah-ubah, dimulai dengan

keluarnya peraturan pemerintah yang mengganti sistem presidensil dengan system parlementer, hingga

ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah satu Negara bagian saja dari Negara Federal

tersebut,sebagai akibat ditandatanganinya perjanjian KMB. Seiring bergulirnya waktu konstitusi RIS pun

akhirnya diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955, yang salah satu tujuannya adalah memilih anggota

konstituante. Dewan Konstituante diberi mandat untuk menyusun konstitusi baru bagi Negara, namun

rencana pembentukan dasar Negara baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya dekrit presiden 5 Juli

1959, yang menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu pembuktian bahwa rakyat Indonesia membutuhkan

Pancasila untuk merekat persatuan diantara mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari paradigma?

2. Apa saja aspek pembangunan dalam pancasila?

3. Apa saja macam-macam dari aktualisasi pancasila?

4. Apa yang dimaksud dengan tridarma perguruan tinggi?

5. Apa yang dimaksud dengan budaya akademik?

6. Bagaimana peran kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigma.

2. Untuk mengetahui aspek pembangunan dalam panasila.

3. Untuk mengetahui macam-macam aktualisasi pancasila.

4. Untuk mengetahui maksud dari tridarma perguruan tinggi.

5. Untuk mengetahui maksud dari budaya akdemik.

6. Untuk mengetahui peran kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan dari

sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2) model dalam teori ilmu

pengetahuan, (3) kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian paradigm adalah pengertian kedua dan

ketiga, khususnya ketiga, yakni kerangka berfikir.

Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai ilmu pengetahuan

terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun. Pengertian

paradigama adalah: "suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritis yang umum , sehingga merupakan

sumber hokum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, cirri, serta

karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Kaelan,2010)".

Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin banyak hasil-hasil penelitian,

sehingga membuka kemungkinan ditemukan kelemahan-kelemahan pada teori-teori yang digunakan.

Dengan demikian para ilmuwan mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu sendiri. Contohnya

dalam ilmu social manakala suatu teori didasarkan kepada hasil penelitian ilmiah berdasarkan metode

kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat bedasarkan sifat-sifat parsial, terukur dan korelatif

ternyata hasil daripada ilmu pengetahuan itu secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari

objek ilmu pengetahuan, yaitu manusia. Bedasarkan kajian paradigm ilmu pengetahuan social tersebut

kemudian dikembangkan metode baru, yaitu metode kualitatf.

3
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek

pembagunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana

dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigm

pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan

nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia, dimana manusia secara

kodratnya memiliki kedudukan sebagai makhluk social. Manusia tidak hanya mengejar kepentingan

pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia tidak hanya mementingkan

tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian spiritual. Manusia memiliki fungsi

monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat

kelak. Oleh karena itu, pembangunan nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berfikir

serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Apabila kita melihat sila-sila demi sila sebagai berikut:

a. Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan

antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila pertama ini

iptek tidak hanya memilikirkan apa  yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptak menemukan, tetapi

juga mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan manusia dan

sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama menempatkan manusia di

alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang sistematika dari alam yang

diolahnya.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia

dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya

manusia beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus berdasarkan kepada

4
usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk

yang angkung dan sombong dari penggunaan iptek.

c. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia bahwa nasionalisme

bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat

terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin

karena tidak lepas dari factor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan

untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangadapi jiwa sila dan selanjutnya dapat

dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, prinsip

demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas untuk

mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus pula memiliki sikap menghormati

terhadap hasil pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya.

Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat dipersembahkan kepada kepentingan

rakyat banyak.

e. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga keseimbangan

keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam kehidupan

kemausiaan, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan antara

manusia dengan Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungan dimana

mereka berada.

5
2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya,

Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksosbudhankam) 

a. Pengembangan Ideologi 

Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus memandang sebagai ideologi yang

dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu

kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, seperti berikut ini:

o Pancasila sebagai Ideologi Terbuka 

Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila dirumuskan dalam UUD 1945 untuk

memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hokum, politik, ekonomi, social

budaya, hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak berubah dengan gampang,

sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara

kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan amandemen dan GBHN. Nilai dasar

tidak udah berubah karena merupakan tolak ukur stabilitas dan dinamika, untuk Pasal

37 UUD 1945.

o Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari pokok-pokok

pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara adalah keadaan

kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang: Atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa, dan Didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk Berkehidupan yang bebas,

dalam arti Merdeka, berdaulat, adil dan makur Bedasarkan Pancasila.

Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat

majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.

6
b. Pengembangan Politik 

Landasan: kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh sebab itu, perlu

menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika

dan tuntutan reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai

dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR, DPR dan

lembaga tinggi Negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab

yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara

lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Dalam usaha membangun kehidupan politik,

maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut :

Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka Kemandirian

partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Pendidikan politik kepada

masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang demokratis Pemilihan umum yang

berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya. Tiga aspek demokrasi yang harus

dikembangkan adalah sebagai berikut :

o Demokrasi sebagai sistem pemerintahan

o Demokrasi sebagai kebudayaan politik

o Demokrasi sebagai struktur organisasi

o Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau didukung oleh

demokrasi sebagai budaya politik yang rasional objektif. Hak Asasi Manusia harus

dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin

dalam kesetaraan dan keseimbanga peranan lembaga-lembaga demokrasi.

7
c. Pengembangan Ekonomi 

Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) terdiri atas beberapa

criteria kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

o Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang

o Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam secara

efektif , efesien, lestari dan berkesinambungan.

o Memiliki etos professional; tanggung jawab atas pengembangan keahliannya, kejujuran

dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan

terhadap waktu dan ketetapan waktu

Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada sumber ekonomi, dunia kerja,

kesehatan dan informasi. Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada permasalahan,

bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan berkembang menjadi etos

ekonomis dengan nilai-nilai etis Pancasila.

d. Pengembangan Sosial-Budaya 

Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau Pancasila semakin

credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara nyata realisasi dari prinsip-prinsip yang

terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-cara:

o Dihormati martabatnya sebagai manusia,

o Diperlakukan secara manusiawi

o Mengalami solideritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi

dan budaya,

o Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan

o Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

8
e. Pengembangan Hankam

Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas dari ketahanan nasional, yaitu

perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang terjabar sebagai

berikut : 

o Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga Negara, yaitu pengembangan

pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam matra horizontal dan vertical,

pertumbuhan social ekonomi, keanekaragaman, dan persamaan derajat.

o Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan masyarakat yaitu

pemerataan kesejahteraan, solideritas masyarakat, kemandirian, dan partisipasi seluruh

masyarakat.

o Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa pribadi-pribadi warga Negara

dan sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan/stabilitas

dan keseimbangan lingkungan.

C. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan aktualisasi

subjektif.

a. Aktualisasi Pancasila Objektif

Aktualisasi pancasila objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang kehidupan

kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain : legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.

Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama

dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun

bidang kenegaraan lainnya.

b. Aktualisasi Pancasila Subjektif

9
Aktualisasi pancasila subjektif adalah aktualisasi pancasila pada setia individu terutama dalam aspek

moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut

tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat penyelenggara Negara, penguasa Negara, terutama

kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan

kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.

D. Tridarma Perguruan Tinggi

Sesuai dengan tujuan perguruan tinggi sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 30 tahun 1990

tentang perguruan tinggi, ialah perguruan tinggi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi atau kesenian, serta menyumbangkan

untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional. Oleh karena itu,

untuk mencapai tujuan tersebut perguruan tinggi memiliki motto yang dikenal "Tri Dharma Perguruan

Tinggi", yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Pelaksanaan misi perguruan tinggi dengan Tri Dharma itu tidaklah mudah, karena dalam

perjalanan perguruan tinggi Indonesia sejak kemerdekaan menurut Hafid Habbas bahwa hampir semua

perguruan tinggi yang dibangun berorientasi pada pelayanan(service oriented) yang merupakan teaching

university, perguruan menghasilkan lulusan melayani masyarakat dan kurang mampu dalam

mengembangkan ilmunya. Dengan demikian, perguruan tinggi Indonesia masih tertinggal dalam misinya

sebagai researsch(penelitian). Begitupula dengan unsur pengabdian masyarakat masih jauh tertinggal

karena masih banyak perguruan tinggi yang belum memahami pentingnya unsur pengabdian mayarakat.

Apabila perguruan tinggi memperhatikan unsur penelitian dan pengabdian masyarakat menurut Prof.

Thoby  Mutis, Rektor Univ. Trisakti(media Indonesia 11 maret 2000), hasilnya juga akan dinikmati

perguruan tinggi itu sendiri, selain itu secara langsung maupun tidak langsung mahasiswa dapat mengajak

masyarakat untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembagunan sebab baagaimanapun paradigma

pembangunan daerah harus mengarah kepada masyarkat. Begitu juga pendapat Prof. Jajah Koswara,

10
Direktur Pembinaan Penelitian ajah Koswara, Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat, Dikti, Depdikbud (Republika 4 november 2000) menilai pelaksanaa pengabdian pada

masyarakat yang dilaksanakan perguruan tinggi selama ini, masih belum banyak bermanfaat baagi upaya

pembangunan potensi masyarakat, hal ini terjadi karena program-program pengabdian masyarakat yang

dilaksanakan masih bersifat parsial dan tidak bersinergi upaya pembangunan potensi masyarakat, hal ini

terjadi karena program-program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan masih bersifat parsial dan

tidak bersinergi dengan program pembangunanbersinergi dengan program pembangunan yang

dilaknsanakan pemerintah daerah setempat.

E. Budaya Akademik

Akademik berasal dari kata academia, yaitu sekolah yang diadakan Plato. Kemudian berubah

menjadi istilah akademi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, sebagai tempat dilakukan

kegiatan mengembangkan intelektual. Istilah akademi selanjutnya mencakup pengertian kegiatan

intelektual yang bersifat refleksif, kritis, dan sistematis.

Pendekatan ilmiah mengenai pancasila adalah perlunya membangun studi ilmiah mengenai

Pancasila, dimana asumsi-asumsi diuraikan dan permasalahan-permasalahan dirumuskan. Pengembangan

pendekatan ilmiah megenai pancasila itu merupakan baagian penting di dalam pengembangan pemikiran

akademis, baik itu ilmu filsafat maupun teologi.

Berdasarkan pertimbangan diatas ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam

mengembangkan pendekatan ilmiah untuk mempelajari pancasila itu. Pertama, mengembangkan suatu

teori ilmiah untuk mempelajari pancasila, dime dime dimensisi ini menyentuh aspek proses dan

metodologi. Kedua, mengembangkan teori-teori ilmiah dengan pancasila sebagai landasannya, dimensi

ini menyentuh aspek substansi.

F. Kebebasan Akademik 

Istilah kebebasan akademik menurut Mochtar Buchari (1995) digunakan sebagai padanan dari

konsep inggris academic freedom, yang menurut Arthur Lovejoy adalah kebebasan seorang guru atau

11
seorang peneliti di lembaga pengembangan ilmu untuk mengkaji serta membahas persoalan yang terdapat

dalam bidangnya serta mengutarakan kesimpulan-kesimpulannya, baik melalui penerbitan maupun

melalui perkuliahan kepada mahasiswanya, tanpa campur tangan dari penguasa politik atau keagamaan

atau dari lembaga yang mempekerjakannya, kecuali apabila metode-metode yang digunakannya

dinyatakan jelas-jelas tidak memadai atau bertentanangan dengan etika profesional oleh lembaga-lembaga

yang berwenang dalam bidang keilmuannya.

G. Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM

Pembicaraan tentang kampus mengingatkan kepada kehidupan ilmiah dengan ciri utama

kebebasan berpikir dan berpendapat, kreativitas, argumentatif, tekun dan meilhat jauh ke depan sambil

mecari manfaat praktis dari suatu ide ataupun penemuan. Perpaduan ciri tersebut didalam kehidupan

kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan

kampus sebagai pedoman dan harapan

masyarakat. Gambaran klasik yang lebih bertumpuk kepada kehidupan akademik itu,

sesungguhnya lebih mewakili fokus kehidupan kampus pada abad ke-19 masa kolonial dahulu. Sekalipun

kehidupan kampus di Indonesia telah berjalan cukup lama, namun menurut Arbi Sanit (1998)

kompleksitas kehidupan kampus beserta problemtiknya meliputi tiga gejala kehidupan kampus sebagai

arena politik, alat birokrasi dan harapan di masa depan.Kampus dan Politik

Kampus sebagai arena politik diawali setelah Indonesia merdeka karena dengan pertimbangan

politik untuk menolak terhadap sisa kekuatan kolonial dalam bidang ilmu perguruan tinggi. Hal ini

terungkap dari pendirian Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia dimana pemerintah bersama

rektor memiliki kewenangan mengangkat dosen untuk mengindonesiakan dosen yang sebelumnya

merupakan kewenangan fakultas.

H. Kampus dan Dominasi Birokrasi 

12
Gerakan kampus yang sudah dianggap membahayakan kebijakan dasar nasional, yaitu stabilitas

politik dan proses pembangunan nasional dengan melakuakan intervensi yang ebrsifat kebirokrasian dan

pembenahan politik yang melibatkan kehidupan kampus. Dengan demikian, pemerintahan orde baru telah

menempatkan jalur proses birokrasi negara untuk mengendalikan kehidupan kampus. Penentuan

pimpinan di perguruan tinggi harus mendapat persetujuan dari Mendikbud, membubarkan lembaga

kemahasiwaan (Dewan Mahasiswa), melarang mahasiswa mengatsnamakan kampusnya didialam

kegiatan politik. Keebasan kamous sudah terbatas dengan masuknya kepentingan poltitik pemerintah

dalam warga kampus.

I. Pembangunan Hukum

Reformasi menyeluruh yang dikehendaki oleh semua lapisan masyarakat dewasa ini adalah

tuntutan kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan republik Indonesia ditegakkan. Oleh karena itu,

perwujudan  negara berdasarkan kepada hukum dan pemerintahan yang konstitusional benar-benar dapat

diabadikan untuk memenuhi aspirasi dan kepentingan rakyat sesuai dengan tujuan negara. Hukum di

Indonesia dalam praktiknya belumlah menggembirakan, karena kesadaran hukum di kalangan supra-

struktur dan infra-strukur masih memprihatinkan.

J. Pembangunan HAM

Penegakan hak asasi manusia, khususnya untuk menyatakan apa yang dianggap benar, seharusnya

menjamin bahwa kemakmuran yang diperoleh oleh suatu negara secara nyata dimana rakyat kecil dapat

menikmatinya. Kampus melalui kajian ilmiah, mimbar akademik yang bebas, budaya akademik, objektif

dengan menggunakan metodologi ilmiah dalam kerangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

akan mempunyai peluang yang sangat besar untuk berperan serta sebagai kekuatan moral (moral force)

untuk mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

13
14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma merupakan kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,

parameter, arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, serta proses dalam suatu bidang tertentu.

Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu pedoman kehidupan yang sangat

relevan untuk negara Indonesia. Pancasila diharapkan mampu mendasari pembangunan sampai ke semua

lini kehidupan, mencakup bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat

beragama, sampai dengan IPTEK. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju

pesat, mendasar, spektakuler. IPTEK tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan tetapi sekaligus sebagai

kebutuhan kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri

terhadap tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari luar. Hanya nilai-nilai

yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita serap.Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan

sila-sila Pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama membangun

bangsa yang lebih baik.Pancasila sebagai dasar negara harus mampu menanggapi gerakan reformasi yang

berdampak pada sosial, politik, ekonomi dan kemanusiaan. Reformasi seharusnya digunakan untuk

menata kehidupan dengan berasaskan Pancasila. Reformasi harusnya memiliki tujuan dan cita-cita

sebagaimana tujuan dan cita-cita Pancasila.Tridharma perguruan tinggi ialah tiga tugas pokok perguruan

tinggi yang mencakup pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Pengaktualisasian

Pancasila dalam kehidupan kampus dapat dilakukan melalui pengembangan hukum dan HAM dalam

kehidupan kampus serta memposisikan kampus sebagai kekuatan moral. Hal tersebut bertujuan agar

nantinya menumbuh kembangkan geberasi-generasi baru yang memiliki moral dan budi pekerti yang

luhur.

15
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai bagian dari kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena di dalam Pancasila mengandung butir-butir keluhuran

bangsa Indonesia. Kita sebagai warga Negara Indonesia harus turut ikut serta dalam pembangunan Negara

Republik Indonesia ini agar tercipta kedamaian yang sesuai dengan semboyan kita dari dulu yaitu

Bhineka Tunggal Ika. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat mengetahui hakikat Pancasila sebagai

paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paradigma pembangunan nasional

mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus

mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5092517/
PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_KEHIDUPAN_DALAM_MASYARAKAT_BERBA
NGSA_DAN_BERNEGARA

17

Anda mungkin juga menyukai