Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PANCASILA

BAB III
“BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA”
DOSEN PENGAMPU : ROBBY OCTAVIANUS S.Hut, M.Sc

DISUSUN OLEH:
MARISKA (223020404091)
ERMAS P. (223020404078)
M.IQBAL S. (223020404080)
DENNIS B. (223020404077)
HENGKI D. (223020404114)
ARJUNA P. (223020404099)
BELLA N. (223020404097)
DWI G.C. (223020404095)
ADIT T.D.(223020404063)

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini, dengan judul .
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

PALANGKARAYA, 29 AGUSTUS 2022


DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................................
Daftar isi .........................................................................................................................
BAB I ..............................................................................................................................
Pendahuluan.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................
BAB II Pembahasan........................................................................................................
2.1 Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara..................
2.1.1 Menelusuri Konsep Negara ................................................................................
2.1.2 Menelusuri Konsep Tujuan Negara.....................................................................
2.1.3 Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara..................................................
2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Dasar Negara...............
2.3 Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Negara....................................................................................
2.3.1 Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara ...............................................
2.3.2 Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara...............................................
2.3.3 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara ..........................................
2.3.4 Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara .................................................
2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Negara ..................................................................................................
2.4.1 Argumen tentang Dinamika Pancasila................................................................
2.4.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila ................................................
2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara....................
2.5.1 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara...........................................
2.5.2 Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI..................................
2.5.3 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945...........................................
2.5.4 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945....................................
2.5.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.........................................
2.6 Rangkuman tentang Makna dan Pentingnya Pancasila sebagai Dasar
Negara...........................................................................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pokok bahasan ini mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan
antara Pancasila dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945,
penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945,
implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara, khususnya dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk
memahami konsep, hakikat, dan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, ideologi
negara, atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Hal
tersebut penting mengingat peraturan perundang-undangan yang mengatur organisasi
negara, mekanisme penyelenggaraan negara, hubungan warga negara dengan negara,
yang semuanya itu harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.Mahasiswa diajak untuk
mengetahui dan membahas bahwa Pancasila sebagai dasar negara yang autentik
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti esensi nilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Bangsa Indonesia
semestinya telah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sebagaimana yang dicita-citakan, tetapi dalam kenyataannya belum sesuai dengan
harapan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi muda, khususnya mahasiswa
sebagai kaum intelektual, untuk berpartisipasi berjuang mewujudkan tujuan negara
berdasarkan Pancasila. Agar partisipasi mahasiswa di masa yang akan datang efektif,
maka perlu perluasan dan pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara
melalui mata kuliah pendidikan Pancasila.Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa
diharapkan dapat menguasai kompetensi dasar; berkomitmen menjalankan ajaran agama
dalam konteks Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945; Sadar dan berkomitmen melaksanakan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesiatahun 1945 dan ketentuan
hukum di bawahnya, sebagai wujud kecintaannya pada tanah air; mengembangkan
karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai, responsif dan proaktif;
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarah dan
mufakat; berkontribusi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan serta
dalam pergaulan dunia dengan menjunjung tinggi penegakkan moral dan hukum;
mengidentifikasi, mengkritisi, dan mengevaluasi peraturan perundangundangan dan
kebijakan negara, baik yang bersifat idealis maupun praktispragmatis dalam perspektif
Pancasila sebagai dasar negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Makna dan hakikat dasar negara.
2. Tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai dasar negara.
3. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perumusan suatu kebijakan pemerintan
1.3 TUJUAN
Tujuan makalah ini di buat adalah :
1. Untuk mengetahuai makna dan hakikat dasar negara.
2. Untuk mengetahui tantangan apa yang dihadapi Pancasila sebagai dasar negara.
3. Untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam perumusan suatu kebijakan
pemerintah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
2.1.1 Menelusuri konsep negara
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber (makhluk yang menggunakan
teknologi), Homo Socius (makhluk bermasyarakat), Homo Economicus (makhluk
ekonomi), dan istilah Zoon Politicon atau makhluk politik? Istilah-istilah tersebut
merupakan predikat yang melekat pada eksistensi manusia. Selain itu, predikat-predikat
tersebut mengisyaratkan bahwa interaksi antarmanusia dapat dimotivasi oleh sudut
pandang, kebutuhan, atau kepentingan (interest) masing-masing. Akibatnya, pergaulan
manusia dapat bersamaan (sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain, bahkan
meminjam istilah Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang
lain (homo homini lupus). karena itu, agar tercipta kondisi yang harmonis dan tertib
dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya, manusia
membutuhkan negara. Apakah negara itu? Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara
adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata pemerintahan
melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu.
Definisi negara yang di kemukakan oleh diponolo :
1. Aristoteles: Negara (polis) ialah” persekutuan daripada keluarga dan desa guna
memperoleh hidup yang sebaik-baiknya”.
2. Jean Bodin: Negara itu adalah “suatu persekutuan daripada keluarga-keluarga
dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang
berdaulat”.
3. Hugo de Groot/Grotius: Negara merupakan “suatu persekutuan yang
sempurna daripada orang-orang yang merdeka untuk memperoleh
perlindungan hukum”.
4. Bluntschli: mengartikan Negara sebagai “diri rakyat yang disusun dalam
suatu organisasi politik di suatu daerah tertentu”.
5. Hansen Kelsen: Negara adalah suatu “susunan pergaulan hidup bersama
dengan tata-paksa”.
6. Harrold Laski: Negara sebagai suatu organisasi paksaan (coercive instrument)
7. Woodrow Wilson: Negara merupakan “rakyat yang terorganisasi untuk hukum dalam
wilayah tertentu (a people organized for law within a definite territory)
Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3 (tiga)
unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara yaitu:
a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
Ketiga unsur tersebut lazim dinyatakan sebagai unsur konstitutif. Selain unsur
konstitutif ada juga unsur lain, yaitu unsur deklaratif, dalam hal ini pengakuan
dari negara lain.
Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat
dari 2 (dua) pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada
bentuk dan struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama
kepada mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di
pusat maupun di daerah. Pendekatan ini juga meliputi bentuk
pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat untuk sebuah negara.
Contoh pengaruh dasar negara terhadap bentuk negara salah satunya ialah, Konsekuensi
Pancasila sebagai dasar negara bagi negara Republik Indonesia, antara lain: Negara
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 UUD
Negara Republik Indonesia 1945). Pasal tersebut menjelaskan hubungan
Pancasila tepatnya sila ketiga dengan bentuk negara yang dianut oleh
Indonesia, yaitu sebagai negara kesatuan bukan sebagai negara serikat.
pasal tersebut menegaskan bahwa Indonesia menganut bentuk negara
republik bukan despot (tuan rumah) atau absolutisme (pemerintahan yang
sewenang-wenang). Konsep negara republik sejalan dengan sila kedua dan
keempat Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis. Demikian pula
dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, “kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Hal tersebut menegaskan bahwa negara Republik Indonesia menganut
demokrasi konstitusional bukan demokrasi rakyat seperti yang terdapat pada
konsep negara-negara komunis. Di sisi lain, pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara
Republik Indonesia 1945, ditegaskan bahwa, “negara Indonesia adalah negara
hukum”. Prinsip tersebut mencerminkan bahwa negara Indonesia sejalan
dengan sila kedua Pancasila. Hal tersebut ditegaskan oleh Atmordjo (2009:
25) bahwa : “konsep negara hukum Indonesia merupakan perpaduan 3 (tiga)
unsur, yaitu Pancasila, hukum nasional, dan tujuan negara”.
Apabila dipelajari secara seksama uraian tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat satu prinsip penting yang dianut, yaitu Indonesia
mengadopsi konsep negara modern yang ideal sebagaimana dikemukakan
oleh CarlSchmidt, yaitu demokratischen Rechtsstaat (Wahjono dalam Oesman
dan Alfian, 1993: 100)
Makna dan hakikat dasar negara yaitu :
Dasar negara adalah pondasi , pedoman , pegangan atau falsafah negara . Sedangkan
hakikat dasar negara adalah sumber dari segala sumber hukum di suatu negara.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai dasar negara beberapanya
sebagai berikut:
1. Pengaruh globalisasi yang mengancam nilai nilai Pancasila.
2. Muncul nya ideologi lain seperti , ideologi liberalisme, ideologi kapitalisme, dan
ideologi hedonisme.
3. Korupsi
4. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perumusan kebijakan pemerintah di bagi
menjadi beberapa bidang :
- hukum
- politik
- ekonomi
- pertahanan dan keamanan
2.1.2 Menelusuri Konsep Tujuan Negara
Ada beberapa teori tujuan negara yaitu:
1. Kemerdekaan sebagai tujuan negara
2. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup sebagai tujuan negara
3. Keadilan sebagai tujuan negara
4. Kekuatan , kekuasaan , dan kebesaran atau keagungan sebagai tujuan negara
5. Kepastian hidup , keamanan dan ketertiban sebagai tujuan negara.
Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut kalau disederhanakan
dapat digolongkan ke dalam 2 aliran, yaitu:
a. Aliran liberal individualis
Aliran ini berpendapat bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan harus
dicapai dengan politik dan sistem ekonomi liberal melalui persaingan
bebas
b. Aliran kolektivis atau sosialis
Aliran ini berpandangan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia hanya dapat
diwujudkan melalui politik dan system ekonomi terpimpin/totaliter.
Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2
(dua), yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan
seluruh bangsa dan seluruh wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan
dalam mewujudkan tujuan negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua)
pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
b. Pendekatan keamanan (security approach)
2.1.3 Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah
grundnorm (norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara),
philosophische grondslag (dasar filsafat negara).
Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara.
Dasar negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara. Secara teoretik, istilah dasar negara, mengacu kepada pendapat Hans
Kelsen, disebut a basic norm atau Grundnorm (Kelsen, 1970: 8).Norma dasar
ini merupakan norma tertinggi yang mendasari kesatuan-kesatuan sistem
norma dalam masyarakat yang teratur termasuk di dalamnya negara yang
sifatnya tidak berubah (Attamimi dalam Oesman dan Alfian, 1993: 74). Dengan
demikian, kedudukan dasar negara berbeda dengan kedudukan peraturan
perundang-undangan karena dasar negara merupakan sumber dari peraturan
perundang-undangan. Implikasi dari kedudukan dasar negara ini, maka dasar
negara bersifat permanen sementara peraturan perundang-undangan
bersifat fleksibel dalam arti dapat diubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan
dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan
peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang
menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar


Negara
Setiap orang pasti bertanya-tanya, benarkah Pancasila itu
diperlukan sebagai dasar negara? Apa buktinya jika Pancasila itu perlu dijadikan dasar
negara Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kitaakan mulai dari analogi
terlebih dahulu. Apakah Anda mempunyai kendaraan? Apa yang harus Anda lakukan
jika tidak ada jalan yang dapat dilalui? Ya, Pancasila seperti jalan aspal yang
memberikan arah kemana kendaraan itu dapat dibawa tanpa ada kerusakan. Berbeda
dengan jalan yang tidak diaspal, meskipun kendaraan dapat berjalan tetapi dalam waktu
yang singkat kendaraan Anda akan cepat rusak. Maka dengan adanya Pancasila,
perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan Pancasila
bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
sehingga perbedaan apapun yang ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang
dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang
kokoh. Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil
dan tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai dasar
negara yang berarti bahwa, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintah harus
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan dan memberikan
gambaran yang jelas tentang peraturan yang berlaku untuk semua tanpa ada perlakuan
diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena itulah, Pancasila memberikan arah tentang
hukum harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Karena
Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional di dalam tata hukum di
Indoensia.Apabila negara Indonesia tidak memiliki Pancasila sebagai dasar negara,
dikhawatirkan negara ini akan kacau dan kesulitan dalam menyelenggarakan
pemerintahan. Selain itu, konflik juga akan sering terjadi dan persatuan serta kesatuan
bangsa Indonesia menjadi terancam atau bahkan hancur hal tersebut yang akan membuat
negara terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul dari masyarakatnya,
maupun persoalan dunia.
2.3 Menggali Sumber Yuridis,Historis,Sosiologis, dan Politis tengtang Pancasila
2.3.1 Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia,sebagai mana terdapat pada
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,yang kelahirannya
di tempa dalam proses kebangsaan indonesia,sebagai payung hukum. Peneguhan
pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada pembukaan.dimuat dalam
ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. Tentang pencabutan ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978. Tentang pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila sebagai Dasar
Negara.
2.3.2 Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara
Dalam pidato 1 juni 1945, Soekarno menyebut dasar Negara dengan menggunakan
bahasan belanda, “philosopische grondslog” bagi indonesia merdeka. Soekarno juga
menyebut dasar negara dengan istilah “weltanschauung” atau pandangan dunia (Bahar,
Kusuma, dan Hudawati,1995:63,69,81; dan Kusuma.2004: 117,121,128,129). Pancasila
digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara
(Darmodiharjo,1991:19).
Pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan jakarta-
charter (piagam jakarta).
2.3.3 Sumber Sosiologi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pertama: nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan sprilitualitas (yang
bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara.
Kedua: nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari Hukum Tuhan,Hukum
alam,dan sifat sosial.
Ketiga: nilai-nilai kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan dunia
yang lebih jauh.
Keempat: nilai ketuhanan,nilai kemanusiaan,dan nilai serta cita-cita kebangsaan dalam
aktualisasi.
Kelima: nilai ketuhanan,nilai kemanusiaan,nilai dan kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial.
2.34. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa pancasila menjelma menjadi
asas dalam sistem demokrasi konstitusional. Pancasila menjadi landasan etik dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia. Pancasila merupakan norma hukum dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajan
hidup orang banyak.
2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Negara
2.4.1 Argumen tentang Dinamika Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu proses yang
cukup panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang
membentuk adanya pandangan hidup. Setelah Soekarno menggali kembali nilai-nilai
luhur budaya Indonesia, pada 1 Juni 1945 barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar
negara yang diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila
dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dengan bersumberkan budaya, adat istiadat, dan agama sebagai tonggaknya, nilai-nilai
Pancasiladiyakini kebenarannya dan senantiasa melekat dalam kehidupan bangsa dan
negara Indonesia.Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai dengan
dibacakannya teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat
pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai menjelang ditetapkannya Dekrit
Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia mempraktikkan sistem demokrasi
liberal. Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu dengan
munculnya paham lain. Pada saat itu, sistem demokrasi liberal ditinggalkan, perdebatan
tentang dasar negara di Konstituante berakhir dan kedudukan Pancasila di perkuat, tetapi
keadaan tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang menghendaki berkembangnya paham
haluan kiri (komunis). Puncaknya adalah peristiwa pemberontakan G30S PKI 1965.
Peristiwa ini menjadi pemicu berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno yang
digantikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto.

2.4.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila


Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai
moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dengan
demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi bangsa
Indonesia tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa
menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan-tantangan terhadap

unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan

agama.Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-paham

yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme,

komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus

kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal inipun dapat

dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah merasuk jauh dalam

kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia

yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong-royong. Apabila ditarik benang merah
terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas,
maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan

bernegara dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan

yang begitu cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluasluasnya, di satu
pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa

tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan bernegara. Akibatnya, sering

ditemukan perilaku anarkisme yang dilakukan oleh elemen masyarakat

terhadap fasilitas publik dan aset milik masyarakat lainnya yang

dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya. Masyarakat

menjadi beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai-nilai

Pancasila mengalami degradasi. Selain itu, kondisi euforia politik tersebut

dapat memperlemah integrasi nasional.


b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur

pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa

kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung

atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu

segera dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hukum.

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara


2.5.1 Esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar negara
Esensi Pancasila sebagai dasar negara segala sesuatu yang merupakan Hakikat, dasar,
inti sari hal yang ekstrak dan tergantung dalam konteks pengunaaanya. penggunaannya.
Dalam sila-sila pancasila terdapat patologi budaya pancasila, yang bisa menghancurkan
nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila pancasila. Fenomena yang terjadi pada masa
Indonesia saat ini seperti korupsi, kerusuhan, dan moral yang bertentangan dengan nilai
pancasilaUrgensi Pancasila sebagai dasar negara sebagai dasar falsafah dan alat
pemersatu bangsa dan juga suatu dasar atau alat untuk perjuangan meleyapkan segala
macam penjajahan.
2.5.2 Hubungan antara Proklamasi dengan Pancasila
Proklamasi merupakan titik kluminasi (jenuh)/tinggi) perjuangan bangsa indonesia
melawan penjajah. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di
jiwai,disemangati,didasari oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Sehingga
bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan bangsa
indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan
proklamasi.Hubungan antara Pancasila dengan Proklamasi Nilai-nilai pancasila pada saat
penjajah (kolonial) sebelum terjadinya proklamasi selalu direndahkan, dilecehkan,
diinjak-injak. Kemudian dengan dilakukannya proklamasi nilai pancasila ditegakkan,
diselamatkan, di tinggikan, dijunjung tinggi. Sehingga dengan melakukan proklamasi
yang pada awalnya pada masa penjajahan pancasila tidak dianggap bahkan di lecehkan
maka dengan perjuangan rakyat bangsa indonesia kedudukan pancasila sebagai dasar
negara kembali di tegakkan.
2.5.3 Hubungan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945,
Keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan.
Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya.

Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum
dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Melansir dari buku Pendidikan
Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan posisinya tidak dapat tergantikan. Pancasila merupakan dasar filsafat negara
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan,
perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya. Maka dapat
disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan
hubungan yang sifatnya formal.

Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.

Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan material.
Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang mana seluruh
unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika
Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia. (BM)

2.5.4 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok
pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia
karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok
pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh
melalui pasal-pasal UUD 1945.
Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD
1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan
UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran
Pembukkan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka
Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum
positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang
diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan
beradab”.
MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali secara berturut-
turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus
2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh UUD NRI tahun 1945
yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pasal-pasal yang tertakait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambing negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan
tambahan.
Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD
NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam
batang tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.
· Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud
adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung-jawabkan.
Pasal 3
ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
ayat (3): MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD
· Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
1. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
2. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
3. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
4. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
5. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
6. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
· Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu
kebangsaan.
1. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
2. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
3. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
4. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dapat
dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal,
seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di
dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak
hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD
1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan
UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran
Pembukkan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka
Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum
positif.

1. Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara


Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara tentu harus dipahami karena pancasila
merupakan salah satu elemen paling penting dalam negara kita ini. Pancasila adalah
suatu idoelogi yang dipegang erat bangsa Indonesia. istilah Pancasila diperkenalkan oleh
sosok Bung Karno saat sidang BPUPKI I. Pancasila kemudian menjadi sebuah landasan
berdirinya negara Indonesia. Isi dari Pancasila yang merupakan ideologi bangsa
Indonesia.
· Isi Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Fungsi Pancasila Secara Umum
Pancasila Sebagai Panduan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Sumber Segala Sumber Hukum
Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur
Pancasila Sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia
· Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Seperti yang sudah dibahas tadi kalau saja Pancasila memegang peran yang sangat
penting. Berikut adalah beberapa fungsi dari Pancasila.
Pancasila Sebagai Pedoman Hidup.
Disini Pancasila berperan sebagai dasar dari setiap pandangan di Indonesia Pancasila
haruslah menjadi sebuah pedoman dalam mengambil keputusan
Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa.
Pancasila haruslah menjadi jiwa dari bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan jiwa
bangsa harus terwujud dalam setiap lembaga maupun organisasi dan insan yang ada di
Indonesia
Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa.
Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah penting dan juga menjadi identitas bangsa
Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus diam dalam diri tiap pribadi bangsa Indonesia
agar bisa membuat Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa.
Pancasila Sebagai Sumber Hukum.
Panacasila menjadi sumber hukum dari segala hukum yang berlaku di Indonesia. Atau
dengan kata lain Pancasila sebagai dasar negara tidak boleh ada satu pun peraturan yang
bertentangan dengan Pancasila
Pancasila Sebagai Cita Cita Bangsa.
Pancasila yang dibuat sebagai dasar negara juga dibuat untuk menjadi tujuan negara dan
cita cita bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia haruslah mengidamkan sebuah negara
yang punya Tuhan yang Esa punya rasa kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta solid,
selalu bermusyawarah dan juga munculnya keadilan social
Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup,
dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di cita citakan. Pancasila
sebagai pandangan hidup merupakan sarana ampuh untuk mempersatukan bangsa
Indonesia dan memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir
dan batin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
· Eksistensi Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
1. Kekokohan dan tujuan, setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui jelas
kearah mana tujuan yang ingin dicapai memerlukan pandangan hidup.
2. Pemecahan masalah, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memandang
persoalan yang dihadapi dan menentukan cara bagaimana memecahkan persoalan.
3. Pembangunan diri, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaiman memecahkan masalah politik, ekonomi, social dan budaya dalam
gerak masyarakat yang makin maju dan akan membangun dirinya.
· Isi Pandangan Hidup
a. Konsep dasar, dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar ialah pikiran –
pikiran yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap
baik yang dicita citakan suatu bangsa.
b. Pikiran dan gagasan, dalam pandangan hidup terkandung pula pikiran yang terdalam
dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
c. Kristalisasi dan nilai, pandangan hidup adalah kristalisasi nilai yang dimiliki bangsa
itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya.
2.5.5 Implementasi Pancasila Dalam Perumusan Kebijakan
A. Pengertian Implementasi Secara etimologis pengertian implementasi menurut kamus
Webster adalah menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan
dampak dan akibat terhadap sesuatu. Istilah implementasi sering disebut juga dengan
pelaksanaan atau tindakan, atau mekanisme dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci. Sebab dalam implementasi terdapat tindakan atau
pelaksanaan mengenai suatu hal atau objek. Implementasi banyak pengertian.
Implementasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan kebijakan dari politik
kedalam administrasi. Implementasi juga dapat diartikan dengan tindakan yang
dilakukan baik individu-individu, pejabat- pejabat, atau kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan. Hubungan ini dilakukan dengan aksi atau tindakan, yaitu
kelompok-kelompok, angota, pejabat- pejabat, dan individu-individu. Implementasi
dapat diartikan interaksi antara penyusun tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam
mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan
kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.
B. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik Pembangunan dan pengembangan
bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu
kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia. Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini
harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan
beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila.
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
Negara Republik Indonesia.
Pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang
merupakan subyek pendukung pancasila, bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek
negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan
martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat
menjamin hak-hak asasi manusia kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan
atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
C. Implementasi Pancasila Dalam Bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih
tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan
pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh
masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh
bangsa. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang
masingmasing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan kehidupan
ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk
menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan
ekonomi kerakyatan yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan,
melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain,
pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.
E. Implementasi Pancasila Dalam Bidang Pertahanan Dan Keamanan Negara pada
hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hakhak warga
negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak- hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama
pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan
keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali
dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaandengan
kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan
sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak
asasi manusia. Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada
tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh
warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk
mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang
menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membela wilayah
negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

2.6 Rangkuman tentang Makna dan Pentingnya Pancasila sebagai


Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan
pada negara Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa,
Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan
membentuk negara seperti kegiatan mengamandemen UUD dan menjiwai
segala urusan penyelenggaraan negara.
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik
dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar
partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam
keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan di atas adalah Pancasila sebagai
dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan
pada negara Republik Indonesia harus berlandaskan dan/atau harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Hal tersebut bermakna, antara lain bahwa,
Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau spirit yang menjiwai kegiatan
membentuk negara seperti kegiatan mengamandemen UUD dan menjiwai
segala urusan penyelenggaraan negara.
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik
dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar
partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam
keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.
DAFTAR PUSTAKA
Widisuseno, Iriyanto (2014). Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan
Dasar Negara.
Riyanto, Astim. 2009. "Makalah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Tinjauan
Yuridis yang dipresentasikan dalam Workshop Pengkajian
Hotel Ambhara Jakarta. Sastrapratedja, M. 2001 Pancasila sebagai Visi dan Referensi
Kritik Sosial Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.
Scepardo, dkk. 1962. Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia. Jakarta: Dinas
Penerbitan Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai