KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA
NAMA :
I PUTU GEDE AGUS ADRYANTA KUSUMA (2222010074)
KELAS : I B
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TABANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia” tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapa tmemperbaiki makalah ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
BAB II Pembahasan.....................................................................................................2
1.
2.
Indonesia........................................................................................................2
Indonesia........................................................................................................6
3.
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10
3.2. Saran..................................................................................................................10
Daftar Pustaka
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan
sangat banyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai
dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan
ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali
sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para
pendiri dan pembetuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai
Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus
mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu
pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa
Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun
dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?
2) Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia ?
3) Apakah dasar negara Pancasila masih relevan dengan konsep otonomi daerah ?
3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan republik Indonesia.
2) Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia.
3) Untuk mengetahui kesesuaian dasar negara Pancasila dengan konsep pemerintahan
otonom.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945,
kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi
suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan
dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara,
pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah
rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan diaktualisasikan
didalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsep
negara yang digunakan di Indonesia popular dengan nama rechtsstaat, sementara itu untuk
memberikan ciri “ke Indonesiaanya”, juga dikenal dengan istilah Negara Hukum dengan
menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi “Negara Hukum Pancasila”.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di negara RI. Berarti
semua sumber hukum atau peraturan-peraturan mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang-
Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan
Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya,
harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan
dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang ada di
negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku
lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, ‘Batal
6
Demi Hukum’. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah dianulir.
Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah membudaya di
dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu tertanam dalam hati, tercermin
dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan
lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga
masyarakat baik sebagai perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa. Namun demikian,
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus diimplementasikan sebagai sumber dari
semua sumber hukum dalam negara dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan yang
luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi
dan lingkungan. Dinamik mengandung arti memberi ruang reaksi terhadap perubahan
7
lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila adalah hal yang
tidak pernah selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia mencapai tujuan nasional.
Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui pancaran nilai dari kelima sila
Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan dengan perilaku dan kualitas SDM
di dalam menjalankan kehidupan nasional menuju tercapainya tujuan negara.
Nilai-nilai Pancasila yang telah diwariskan oleh pendiri bangsa Indonesia merupakan
intisari dan puncak dari sosoial budaya yang senantiasa melandasi tata kehidupan sehari-hari.
Tata nilai budaya yang telah berkembang dan dianggap baik, serta diyakini kebenarannya ini
dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai
tersebut antara lain adalah:
Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan persatuan,
kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama dipraktekkan jauh
sebelum Indonesia merdeka.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting artinya karena
merupakan pegangan yang mantap, agar tidak terombang ambing oleh keadaan apapun,
bahkan dalam era globalisasi. Pancasila sebagai penyaring budaya yang masuk ke Indonesia.
Jadi, Pancasila menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan karakter masyarakat
Indonesia dan sesuai dengan norma yang ada dan hidup sejak lama di Indonesia.
Pancasila sebagai tembok kokoh penghalang pelindung bangsa dan Pancasila sebagai
tiang kokoh penyangga negara untuk berdiri melawan segala ancaman dan bahaya dari luar
lingkup Indonesia. Pancasila juga sebagai jalan kehidupan dan kelangsungan ketatanegaraan
bangsa Indonesia.
8
3) Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara, dikarenakan dasar
negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan dan hal pokok bagi sebuah bangsa. Di
setiap negara memiliki dasar negaranya masing-masing, Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang tercantum pada alinea IV pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan
yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara.
a) Penyelenggaraan Negara
b) Lembaga kenegaraan
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar negara. Pemilihan
pancasila didapati oleh pendiri negara dengan cara yang istimewa dan dengan perjuangan
yang luar biasa. Ada beberapa aspek yang mendasari pendiri bangsa menetapkan Pancasila
sebagai dasar negara. Aspek yang mendasari dipilihnya pancasila adalah sebagai berikut:
9
1. Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Aspek alamiah ketahanan nasional
3. Aspek budaya
4. Aspek agama
5. Aspek persamaan nasib
Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah Indonesia
merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang Dasar ini terdiri atas
Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau
Peraturan Tambahanserta penjelasan yang dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo.
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena kondisi
Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan. Sedang mengenai keadaan
pemerintahnya sebagai berikut:
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan DPA dibantu
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung jawab pada
presiden bukan pada DPR.
Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang merubah
kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden menjadi badan legislative
(DPR)
Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
kabinet presidensil menjadi parlementer, ini berarti menyimpang dari UUD 1945. Sistem
kabinet ini diikuti dengan Demokrasi Liberal.
10
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring pergantian
kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan genting maka kabinet
kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) sehingga
Indonesia harus menerima berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia untuk
menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun berganti, dan
yang digunakan adalah Konstitusi RIS.
Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS. Sedangkan
UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia yang meliputi sebagian Jawa dan
Sumatera dengan ibukota Yogyakarta. Sistem pemerintahannya adalah Parlementer yang
berdasarkan Demokrasi Liberal.
Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya bersifat demokrasi.
Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama. Berkat kesadaran para pemimpin kita maka
pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang
lain yang disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI dengan
Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950 serta dengan bentuk
pemerintahanya ialah republik dengan sistem pemerintahan yang digunakan adalah
parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat dan menteri bertanggung jawab pada
presiden. Pada masa ini berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil melaksanakan pemilu
dan membentuk badan konstituante.
Karena kabinet yang digunakan adalah parlementer maka presiden dan wakil
presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu gugat. Yang bertanggung
jawab adalah menteri kepada parlemen. Akibat dari sistem pemeritah ini maka pemerintahan
tidak stabil, sebab sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan keamanan sangat kacau,
badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk membuat Undang-
Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950. Pada waktu itu beruntung rakyat
11
Indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi, terbukti dengan banyaknya
negara bagian RIS yang melebur kembali pada negara Republik Indonesia.
Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk mengadakan
perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat negara kesatuan.
Sesuai dengan kutipan diatas. Makna pertama dari sila ke-4 adalah mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat. Kita sadari bahwa begitu luasnya daerah Indonesia
dengan banyaknya budaya dan beraneka ragam bahasa maupun karateristik pada setiap
daerah. Tentu saja, hanya orang yang asli daerah tersebut yang mengerti karakteristik daerah
tersebut. Jadi, demi majunya Indonesia setiap daerah diberikan kebebasan mengatur
daerahnya sendiri yang bertanggung jawab terhadap pemerintahan pusat. Pemerintahan ini
dinamakan otonomi daerah yang berarti mandiri.
12
Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang dilaksanakan di daerah. Pemerintahan
ini di ketuai oleh gubernur. Kemudian Gubernur memiliki wewenang terhadap Bupati dan
Walikota, Bupati dan Walikota sendiri memiliki wewenang terhadap Camat, Camat juga
bertanggung jawab membina Kepala Desa, Kepala Desa memiliki hak mengatur Kasun, Rw
dan RT.
Pemerintahan daerah memiliki tujuan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, berikut adalah tujuannya:
a. Pertimbangan politis
b. Pertimbangan sosiologi – cultural
c. Pertimbangan ekonomi
Dalam sila ke-3 yang berbunyi Persatuan Indonesia memiliki makna cinta tanah air
Indonesia. Dalam kecintaan tanah air ini ada hal yang penting yang efektif bila dilaksanakan
dengan pemerintahan otonom. Yaitu pengelolaan usaha atau perintis usaha mandiri yang
dewasa ini digalakan oleh pemerintah daerah. Hal ini di buktikan dengan di sorotnya
pengusaha desa yang mandiri yang mampu membangun desanya dan memajukan taraf hidup
serta perekonomian desa itu. Untuk meningkatkan penetrasi pasar, pemerintah mendukung
UKM (usaha kecil menengah) untuk menggunakan infrastruktur TI (teknologi Informasi)
dalam menjalankan usaha. Dalam hal ini yang paling efektif melaksanakannya adalah
pemerintah daerah. Dikarenakan pemerintah daerah mengetahui seluk beluk dan prospek
kedepannya.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai sumber hukum
yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara harus sesuai
dan selaras dengan Pancasila. Selain sebagai dasar negara, pancasila juga sebagai pandangan
hidup dan dasar negara. Masing-masing berarti Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring
semua rencana yang menjadi pandangan langkah kedepan agar sesuai dengan pandangan
pancasila dan pancasila pondasi dasar dari bangunan bangsa Indonesia yang menopang
kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki Indonesia. Karena hanya
cocok dengan budaya Indonesia, seperti pemerintahan otonom yang cocok dengan keadaan
geogerafis Indonesia. Indonesia memiliki daerah otonomi yang bertujuan untuk memajukan
bangsa Indonesia dalam segala bidang. Dan daerah otonom memudahkan mengontrol
ekonomi, sosial dan politik di negara yang memiliki banyak pulau yang dihuni lebih dari 300
juta jiwa dengan budaya yang beragam serta pemerintahan daerah sangat efisien dalam
pengembangan usaha mikro.
2. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai masyarakat
madani. Kita harus menjalankan dan melaksanakn ketatanegaraan yang sesuai dengan
Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah tertulis dan
tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah mengalir dalam konvensi,
perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyarakat yang kondusif. Yang
menghargai dinamika dan menaati pelaksanan proses ketatanegaraan yang di tetapkan serta
memberi sanksi bagi yang melanggar, dengan sanksi yang berat untuk memberi efek jera
terhadap pelaku.
Daerah otonom harus dijalankan oleh orang-orang yang tepat yang hebat, karena
diharapkan bisa mengangkat semua aspek yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Melainkan bukan wakil rakyat yang korupsi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15