PENDIDIKAN PANCASILA
KELOMPOK 2
PENYUSUN :
FAKUKTAS HUKUM
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................1-2
PENDAHULUAN........................................................................................................................1-2
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................2
C. TUJUAN..............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3-13
PEMBAHASAN........................................................................................................................3-13
CONTOH KASUS........................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15-16
PENUTUP................................................................................................................................15-16
a. Kesimpulan...................................................................................................................15-16
b. Saran..................................................................................................................................16
Daftar Pustaka................................................................................................................................17
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Muzayyanah Yuliasih, S.Pd,I, M.Pd, M.M pada mata kuliah Pendidikan Pancasila, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Muzayyanah, selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya adalah
lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran,
musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan
kemerdekaan.
Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1 Juni
1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah Ketuhanan yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan
yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus
bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi).
Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua Warga
negaranya. Pengertian mengikat ini ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan
dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak
boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.
Dari mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui atau memahami
konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar
filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi muda
seharusnya berpartisipasi atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila.
Agar partisipasi kita di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan pendalaman
wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan pancasila.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah menyusun latar belakang makalah, kami memiliki beberapa rumusan masalah
yang relevan untuk dibahas dalam makalah ini, yaitu:
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, kita memiliki beberapa tujuan yang kita muat, yaitu:
- Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi pancasila
- Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara.
- Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila
sebagai dasar negara.
- Memahami cara membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
pancasila sebagai dasar negara.
- Mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar
negara.
BAB II
PEMBAHASAN
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber, Homo Socius, Homo Economicus , dan
istilah Zoon Politicon? Istilah-istilah tersebut mengisyaratkan bahwa interaksi antarmanusia
dapat dimotivasi oleh sudut pandang, kebutuhan, atau kepentingan masing-masing. Akibatnya,
pergaulan manusia dapat bersamaan (sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain,
bahkan meminjam istilah Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang
lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, agar tercipta kondisi yang harmonis dan tertib dalam
memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya, manusia membutuhkan
negara.
Apakah negara itu? Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu
umat di suatu daerah tertentu. Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo
menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang lazim disebut sebagai unsur konstitutif, yaitu:
Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua)
pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada
mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah.
Pendekatan ini juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling
tepat untuk sebuah Negara.
Dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan
tujuan
negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu
negara.
Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki
tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu bangsa mendirikan
negara, pasti ada tujuan untuk apa negara itu didirikan. Secara teoretik, ada beberapa tujuan
negara diantaranya:
Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh wilayah
negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut dapat dilakukan
dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm (norma
dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai Landasan
dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu norma dasar
dalam penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus
sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita
hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini
mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan,
yaitu sebagai berikut:
Adanya peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalisir. Oleh karena itu, Pancasila memberikan arah tentang hukum untuk
menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Diharapkan warga negara dapat memahami
dan melaksanakan nilai nilai pancasila, contohnya ikut berpartisispasi membersihkan lingkungan
dan tolong menolong.
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-
kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang
bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan
multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama,
melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan politiknya
yang dipandu oleh nilai – nilai agama.
Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum
alam, serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental
etika- politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas
menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan lewat jalur eksternalisasi serta
internalisasi
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama,
melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak
tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh
kalangan mayoritas maupun kekuatan minoritas elit politik serta pengusaha, namun
dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif
dan kearifan tiap masyarakat tanpa pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan social.
Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia
sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi,
sosial dan budaya.
Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD
1945, terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem
demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam
suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-
lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma
hukum dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap
aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi
memberikan masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik,
diharapkan akan terwujud clean government dan good governance demi terwujudnya
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.
C. Membangun Argumen tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan
adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Pada 1 Juni 1945, Pancasila
disuarakan menjadi dasar negara dan diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya
sila-sila Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.
Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai dengan dibacakannya
teksProklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat pengaturan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak
November 1945 sampai menjelang ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah
Indonesia mempraktikkan sistem demokrasi liberal. Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden,
Indonesia kembali diganggu dengan munculnya paham lain.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila diletakkan pada kedudukan yang
sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini
pula, ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan
organisasi masyarakat (Ormas).
Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden Soeharto
menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Namun, sampai saat ini nampaknya reformasi belum
secara konsekuen mengamalkan Pancasila oleh seluruh elemen bangsa.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi dan pemerhati serta
pencinta Pancasila yang kembali menyuarakan Pancasila sebagai dasar negara melalui berbagai
kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditujukan untuk mengembalikan eksistensi Pancasila
dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa serta menegaskan
Pancasila sebagai dasar negara guna menjadi sumber hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu merespon secara serius
dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi
setiap warga negara, baik bagi masyarakat maupun pemerintahan. Dengan demikian, integrasi
nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia dapat mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat.
Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar dan ediologi negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Mahfud M.D (2009:16-17)
menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi diterima
dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan kebijakan negara terutama dalam
politik hukum nasional Dan lebih lanjut .
Dalam pembuatan politik hokum atau kebijakan negara lainnya ,sebagai berikut;
1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi dan nomokrasi sekaligus
3. Kebijakan umum dan politik hokum haruslah didasarkan pada upaya mmembangun
keadillan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kebijakan umum dan pilotik hokum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama
yang berkeadaban.
Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 undang-undang repuublik Indonesia nomor
12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara. Pancasila adalah subtansi esensial yang mendapatkan kedudukan
formal yuridis dalam pembukuan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.Rumusan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat dalam undang-undang
1945. Perumusan pacasila yang menyimpang dari pembukaan secara jelas merupakan perubahan
secara tidak sah atas pembukaan undang-undang RI Tahun 1945.
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hokum
Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan(Geislichenhitergrund)dari UUD 1945
3. Mewujudkan cita-cita hokum bagi dasar negara (baik tertulis maupun tidak tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara (termasuk penyelenggara partai dab golongan
fungsional)memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
5. Meruppakan sumber seangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara,para
pelaksana pemerintahan.
Rumusan Pancasila secara imperative harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam
kehiidupan berbangsa dan bernegara .Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
integral yang saling mengandaikan dan saling mengunci.
B. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar Negara,dapat menggunakan 2 kata yaitu
institusional(kelembagaan)dan human resourses(personal/sumber daya manusia).Pendekatan
institusional yaitu membentuk dan menyelenggaran negara yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila,sehingga Indonesia memenuhi unsur-unsur menjadi negara yang modern,yang
menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepetingan Nasional(national
interes)yang terwujudnya masyarakat yang Makmur.Sementara human resourses terletak pada
dua aspek yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan yang melakksanakan
nilai-nilai pancasial secara murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugasdan tanggung jawab.
Pancasila sebagai dasar negara memegang makna bahwa nilai-nilai Pancasila harun menjadi
landasan dan pedoman dalam membentuk dan memyelemmggrakan negara,termasuk menjadi
sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.Apabila nilai-nilai
Pancasila diamalkan secara konsisten,baik oleh penyelenggara ataupun masyarakat ,maka akan
terwujud tata kelola pemerintahan yang baik.
2. Hubungan Pancasila dengan proklamasi Kemerdekaan RI
Setelah Proklamasi dibacakan 17 agustus 1945 kemudian 18 agustus 1945 disusun naskan
undang-undang dasar yang didalamnya memuat pembukaan. Maka dapat ditentukan letak dan
sifat hubungan antara Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dengan pembukaan UUD 1945
sebagai berikut;
PEMBERONTAKAN PKI
. KESIMPULAN KASUS
Gerakan separtisme ini berhasil dirempas oleh operasi militer.Pasukan TNI
berhasil memburu para pemberontak dan berhasil menyelesaikan ancaman
separatisme.Indonesia berhasil mempertahankan dasar negara kita yaitu Pancasila.
PEMBERONTAKAN PKI
Suatu waktu, di masa setelah kemerdekaan Indonesia pernah terjadi suatu strategi untuk
menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan ideologi Komunis, aksi strategi
ini didahului dengan aksi teror dan pembunuhan di berbagai daerah termasuk juga di daerah
Sumatra. Usaha penggantian Pancasila sebagai ideologi yang dilakukan oleh PKI-MUSO di
Madiun tahun 1948 yang memproklamasikan “Negeri Soviet RI” dan juga dengan menaikkan
bendera merah.
Pemberontakan G30SPKI yang dilakukan Letkol Untung tahun 1965 merupakan kegiatan
berdarah, dengan membunuh para menteri dan jendral untuk mendapatkan kekuasaan yang sah
dan bertujuan untuk menggantikan dasar negara Pancasila menjadi ideologi Komunis. Pada
waktu itu, saat PKI ingin mengganti ideologi Indonesia, saat itu juga PKI dianggap sangat
berbahaya dan di bubarkan pada tanggal 12 Maret 1966. Letjen Soeharto mendapat mandat surat
keputusan yang berisi pembubaran dan larangan PKI dan segala organisasinya yang berlindung
dan bernaung di wilayah Indonesia.
a. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada Kongres
Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat,.
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.