Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dosen : Pak Muchdar S.pd ,. M.pd

DISUSUN OLEH:

Rachel Anjelita Palandung : A40123130

Nur Halifa U.laki : A40123146

Wulandari Sugianto Putri : A40123131

Puspa Pratiwi : A40123143

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TADULAKO

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua


segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga penulis
dapat mampu untuk menyelesaikan makalah ini tepat waktu dengan judul “ Pancasila
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia ” sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan
pribadi sebagai upaya meningkatkan motivasi untuk selalu belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu,
kami terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun kemampuan kami, agar pada
tugas berikutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca maupun pendengar,
terima kasih.

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

2.1 Menelusuri Konsep Negara,Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara ................ 3-6

2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara ................. 7

2.3 Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila
Sebagai Dasar negara ....................................................................................................... 8-10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya
adalah lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting
pada masa perjuangan kemerdekaan.
Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1
Juni 1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan
hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun
yang tak tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki
kekuatan mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa
ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada
Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun
peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Memahami Bagaimana Konsep Negara,Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara


2. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
3. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila
Sebagai Dasar negara

C. TUJUAN

• Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi pancasila


• Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara
• Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila
Sebagai dasar negara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara

1. Menelusuri Konsep Negara

Istilah yang berasal dari kata state (inggris), staat (Jerman, Belanda), Lo stato(Italia),
Etat (Perancis). Pada abad ke-15, orang-orang Eropa mengambil kata state, staat, dan
etat dari bahasa latin yaitu kata statum atau status yang artinya keadaan tetap dan tegak.
Jadi Dalam bahasa Latin Istilah Negara adalah status/ statum yang berarti sesuatu yang
mempunyai sifat-sifat yang tetap dan tegak. Istilah Negara tersebut juga muncul
bersamaan dengan kemunculan istilah Lo Stato yang popular dari buku II Principe oleh
Niccolo Machiavelli. Pada waktu itu istilah Lo Stato mempunyai arti sebagai suatu fungsi
publik dan sistem tugas dan juga alat perlengkapan yang tersusun/ teratur di wilayah
tertentu.
Kalau di Indonesia sendiri, asal-muasal istilah “Negara” berasal dari kata nagari atau
nagara (bahasa sansekerta) yang artinya kota. Istilah negara sudah dipakai dan dikenal di
Indonesia sekitar abad ke-5. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya nama Kerajaan
Tarumanegara yang berada di Jawa Barat. Istilah Negara juga digunakan untuk
penamaan Kitab Majapahit yang ditulis oleh Mpu Prapanca, kitab tersebut bernama
Negara Kertagama. Jadi jauh sebelum dipakai bangsa Eropa Istilah Negara sudah dipakai
di Indonesia.

Banyak konsep yang berusaha memberi arti mengenai “negara”. berikut


konsep-konsep mengenai Negara yang diberikan oleh beberapa ilmuwan
atau filsuf :

1. Negara merupakan entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda yang saling
melengkapi dan saling tergantung dan bertindak bersama-sama dalam mengejar tujuan
bersama. Luka bagi siapapun adalah luka bagi semuanya. Jika salah satu anggota dalam
kelompok ini melarat atau terluka, kesehatan seluruh anggota masyarakat juga ikut
terganggu. Tujuan kita menegakkan negara bukanlah ketidak seimbangan kebahagiaan
kelas tertentu, melainkan demi kebahagiaan buat semua (Plato).

3
2. Negara adalah komunitas keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi
kehidupan yang sempurna dan berkecukupan (Aristoteles)
3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger F. Soltau).
4. Negara ialah suatu persekutuan yang sempurna dari orang-orang merdeka untuk
memperoleh perlindungan hukum (.Hugo Grotius).
5. Negara ialah komunitas manusia yang secara sukses memonopoli penggunaan
paksaan fisik yang sah dalam wilayah tertentu (Max Weber).
6. Negara adalah suatu masyarakat yang disatukan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama untuk tercapainya keinginan-keinginan mereka
bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati (Harold J.
Laski).
7. Negara adalah ruh di atas bumi dan secara sadar merealisasikan dirinya di sana, dalam
memahami ide negara, kita tak boleh melihat pada bentuk-bentuk negara atau institusi
tertentu. Akan tetapi, kita harus memahaminya sebagai Ruh. Tuhan yang nyata, dalam
dirinya (Hegel).
8. Negara adalah alat kelas penguasa alat-alat produksi dan kelas tertindas yang lahir
untuk mendamaikan kontradiksi dengan kelas tertindas; negara lahir seiring dengan
munculnya kepemilikan pribadi dan terjadinya kelas-kelas dalam masyarakat
(Marx-Engels).

Jadi Pengertian negara adalah kelompok sosial yang menduduki suatu wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisir dan dikelola dibawah lembaga politik dan pemerintahan
yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya.
Berikut ini adalah unsure terbentuknya suatu Negara:

- Adanya Rakyat dan Penduduk


Rakyat merupakan unsur penting dalam berdirinya negara, karena tanpa
adanya rakyat yang berada disuatu negara maka negara tersebut belum bisa disebut
dengan negara.
- Adanya Daerah atau wilayah
Wilayah merupakan tempat yang ditempati oleh rakyat dan dijadikan sebagai tempat
pelaksanaan pemerintahan di suatu negara.
- Adanya pemerintahan yang berdaulat
Pemerintahan yang berdaulat maksudnya yaitu pemerintahan yang diakui rakyatnya dan
memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur jalannnya pemerintahan di negara tersebut.
- Adanya pengakuan Oleh Negara lain
Sebuah negara yang baru terbentuk penting untuk diketahui keberadaannya oleh negara
lain, untuk dikenal dan menjalin hubungan antar negara.

4
2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara

Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki
tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu bangsa
mendirikan negara, pasti ada tujuan untuk apa negara itu diidirikan.
Secara teoretik, ada beberapa tujuan negara diantaranya:

1. Kekuatan, Kekuasaan, dan Kebesaran/Keagungan :


Tujuan ini menekankan pentingnya negara untuk memiliki kedudukan yang kuat,
kekuasaan yang luas, dan reputasi yang agung di tingkat nasional maupun
internasional.
2. Kepastian Hidup, Keamanan, dan Ketertiban :
Negara bertujuan memberikan jaminan dan keamanan kepada warganya agar
mereka dapat menjalani hidup tanpa ancaman, kekhawatiran, dan disertai dengan
ketertiban sosial.
3. Kemerdekaan :
Tujuan ini mendorong negara untuk memastikan kemerdekaan warganya dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk kebebasan berekspresi, kebebasan beragama,
dan kebebasan politik.
4. Keadilan :
Negara bertujuan untuk memastikan setiap warga mendapatkan perlakuan yang adil
dan setara di mata hukum dan masyarakat, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama,
gender, dan sebagainya.
5. Kesejahteraan dan Kebahagiaan Hidup :
Tujuan ini menandai fokus negara untuk meningkatkan kualitas hidup warganya
dengan menyediakan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, lapangan kerja yang
layak, dan kepuasan hidup yang menyeluruh.

Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh
wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut
dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Kesejahteraan (Prosperity Approach): Pendekatan ini menekankan upaya
negara dalam meningkatkan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Fokus
utamanya adalah pada pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya untuk memastikan
setiap warga negara memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan, perumahan,
kesehatan, lapangan kerja, dan kemakmuran secara keseluruhan.
b. Pendekatan Keamanan (Security Approach): Pendekatan ini berfokus pada upaya
negara dalam menjamin keamanan seluruh bangsa dan wilayah. Hal ini mencakup
perlindungan terhadap ancaman dalam bentuk keamanan nasional, kedaulatan wilayah,
ketertiban sosial, dan perlindungan hak asasi manusia. Upaya ini melibatkan sektor
pertahanan, keamanan dalam negeri, hukum, dan kepolisian untuk memastikan stabilitas
dan keamanan negara.

5
3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara

Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische
grondslag (dasar filsafat negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara
dapat diartikan sebagai Landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus
sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara.
Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya.
Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara sesama warga
masyarakat.

Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) :
Merupakan konstitusi tertinggi dan merupakan dasar hukum utama yang mengatur
prinsip-prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, dan hak-hak warga negara.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) :
Merupakan keputusan MPR yang memiliki kekuatan hukum tertinggi selain UUD
1945.Ketetapan MPR mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan strategis.
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (UU/Perppu) :
Undang-Undang (UU) adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan disahkan oleh Presiden. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden dalam keadaan mendesak
sebelum disahkan atau direvisi oleh DPR.
d. Peraturan Pemerintah (PP) :
Merupakan peraturan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menjalankan undang-undang.
PP mengatur rincian dan implementasi undang-undang.
e. Peraturan Presiden (Perpres) :
Peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden untuk mengatur hal-hal tertentu sesuai dengan
kewenangannya yang telah diatur dalam undang-undang.
f. Peraturan Daerah Provinsi :
Merupakan peraturan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Mengatur hal-hal
yang berlaku di tingkat provinsi.
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota :
Peraturan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Mengatur hal-hal yang
berlaku di tingkat kabupaten/kota.

6
B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara

Dengan adanya Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia dapat dihindari karena


Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian sehingga perbedaan dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis,
penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh.
(Muzayin, 1992: 16).
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena
pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan,
keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada dapat dibina menjadi
suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam
satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992 :1)
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara
menaungi dan memberikan gambaran yang jelas tentang peraturan tersebut berlaku
untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena itulah,
Pancasila memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara yang
lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.
Dengan demikian, diharapkan warga negara dapat memahami dan melaksanakan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari kegiatan-kegiatan sederhana yang
menggambarkan hadirnya nilai-nilai Pancasila tersebut dalam masyarakat. Misalnya saja,
masyarakat selalu bahu-membahu dalam ikut berpartisipasi membersihkan lingkungan,
saling menolong, dan menjaga satu sama lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
nilai-nilai Pancasila telah terinternalisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemerintah Sebagai penyelenggara negara, mereka seharusnya lebih mengerti dan
memahami dalam pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kenegaraan.
Mereka harus menjadi panutan bagi warga negara yang lain, agar masyarakat luas
meyakini bahwa Pancasila itu hadir dalam setiap hembusan nafas bangsa ini. Demikian
pula halnya dengan petugas pajak yang bertanggung jawab mengemban amanat untuk
menghimpun dana bagi keberlangsungan pembangunan, mereka harus mampu menjadi
panutan bagi warga negara lain, terutama dalam hal kejujuran sebagai pengejawantahan
nilai-nilai Pancasila dari nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan
keadilan.
Nilai-nilainya hadir bukan hanya bagi mereka yang ada di pedesaan dengan
keterbatasannya, melainkan juga orang-orang yang ada dalam pemerintahan yang
notabene sebagai pemangku jabatan yang berwenang merumuskan kebijakan atas nama
bersama. Hal tersebut sejalan dengan pokok pikiran ke-empat yang menuntut
konsekuensi logis, yaitu Undang- Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.

7
C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Negara

1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia.
Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung
hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak
kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif (Pimpinan MPR dan Tim
Kerja Sosialisasi MPR periode 2009—2014, 2013: 89). Tidak hanya itu, serta ditegaskan
dalam Undang- Undang No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang- undangan
bahwa Pancasila ialah sumber dari segala sumber hukum negeri. Penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negeri, ialah sesuai dengan Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa Pancasila
ditempatkan sebagai dasar serta pandangan hidup negara dan sekaligus dasar filosofis
bangsa serta negara sehingga tiap modul muatan peraturan perundang- undangan tidak
boleh berlawanan dengan nilai- nilai yang 86 tercantum dalam Pancasila (Pimpinan MPR
dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91).
2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara
Dalam persidangan yang diselenggarakan guna mempersiapkan Indonesia merdeka,
Radjiman meminta kepada anggotanya untuk memastikan dasar negara. Sebelumnya,
Muhammad Yamin serta Soepomo mengungkapkan pemikirannya mengenai dasar
negara. Setelah itu dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan
menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia merdeka.
Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, benak yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam- dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka.
Soekarno pula menyebut dasar negara dengan sebutan„ Weltanschauung‟ atau
pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty, 1995: 63, 69, 81; dan Kusuma, 2004:
117, 121, 128, 129).
Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat disebut pula
“ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta: “Pembukaan UUD, karena
memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi negara, beserta dua pernyataan lainnya
yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi daripada
hukum tata negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok itu
dengan Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan
perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan:
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Pancasila dijadikan sebagai dasar
negara, yaitu sewaktu ditetapkannya Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 pada 8 Agustus 1945.

8
Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal
dengan Jakarta-charter (PiagamJakarta), Tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni
1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa berdasarkan
penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil
karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian
disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan.

3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara


Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang
tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila
karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil,
formal, dan fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini
menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat
pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis (peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat
istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi.
Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama,
ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa
diterima sebagai ideologi pemersatu.Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali ada
upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka
nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali.
Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka
kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk
seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Bangsa Indonesia
yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu Pancasila.Oleh karena
itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga
keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat
proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut
dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.

Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009—2014,
2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan Kebangsaan-kenegaraan menurut
alam Pancasila sebagai berikut.

Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang
bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan
multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama,
melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan
politiknya yang dipandu oleh nilai – nilai agama.

9
Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam,
serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika-
politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas
menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan lewat jalur eksternalisasi serta
internalisasi.
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama,
melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak
tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh
kalangan mayoritas maupun kekuatan minoritas elit politik serta pengusaha, namun
dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif
dan kearifan tiap masyarakat tanpa pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan social.
Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia
sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi,
sosial dan budaya.

4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945,
terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi
konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam suprastruktur
politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum
dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut
hajat hidup orang banyak. Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas
sosial politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi memberikan
masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik, diharapkan akan
terwujud clean government dan good governance demi terwujudnya masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai,
norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat
dan berlaku di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat
dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan
agama yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila
sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan kehidupan
bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar
tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam
UUD 1945.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memegang peranan Penting dalam
negara kita. Kita sebagai warga negara harus mengamalkan sila-sila Pancasila dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya masyarakat yang adil,
makmur dan berdaulat.

B. SARAN

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan


bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.

Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada Kongres
Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009

Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.

Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Widya Astuti, S.Pd.,M.Pd/ Drs.Sugeng Baskoro., MM E- Learaning Universitas


Esa Unggul 2018

12

Anda mungkin juga menyukai