DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
i
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan
pribadi sebagai upaya meningkatkan motivasi untuk selalu belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu,
kami terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun kemampuan kami, agar pada
tugas berikutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca maupun pendengar,
terima kasih.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
2.1 Menelusuri Konsep Negara,Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara ................ 3-6
2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara ................. 7
2.3 Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila
Sebagai Dasar negara ....................................................................................................... 8-10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya
adalah lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting
pada masa perjuangan kemerdekaan.
Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1
Juni 1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan
hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun
yang tak tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki
kekuatan mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa
ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada
Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun
peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah yang berasal dari kata state (inggris), staat (Jerman, Belanda), Lo stato(Italia),
Etat (Perancis). Pada abad ke-15, orang-orang Eropa mengambil kata state, staat, dan
etat dari bahasa latin yaitu kata statum atau status yang artinya keadaan tetap dan tegak.
Jadi Dalam bahasa Latin Istilah Negara adalah status/ statum yang berarti sesuatu yang
mempunyai sifat-sifat yang tetap dan tegak. Istilah Negara tersebut juga muncul
bersamaan dengan kemunculan istilah Lo Stato yang popular dari buku II Principe oleh
Niccolo Machiavelli. Pada waktu itu istilah Lo Stato mempunyai arti sebagai suatu fungsi
publik dan sistem tugas dan juga alat perlengkapan yang tersusun/ teratur di wilayah
tertentu.
Kalau di Indonesia sendiri, asal-muasal istilah “Negara” berasal dari kata nagari atau
nagara (bahasa sansekerta) yang artinya kota. Istilah negara sudah dipakai dan dikenal di
Indonesia sekitar abad ke-5. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya nama Kerajaan
Tarumanegara yang berada di Jawa Barat. Istilah Negara juga digunakan untuk
penamaan Kitab Majapahit yang ditulis oleh Mpu Prapanca, kitab tersebut bernama
Negara Kertagama. Jadi jauh sebelum dipakai bangsa Eropa Istilah Negara sudah dipakai
di Indonesia.
1. Negara merupakan entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda yang saling
melengkapi dan saling tergantung dan bertindak bersama-sama dalam mengejar tujuan
bersama. Luka bagi siapapun adalah luka bagi semuanya. Jika salah satu anggota dalam
kelompok ini melarat atau terluka, kesehatan seluruh anggota masyarakat juga ikut
terganggu. Tujuan kita menegakkan negara bukanlah ketidak seimbangan kebahagiaan
kelas tertentu, melainkan demi kebahagiaan buat semua (Plato).
3
2. Negara adalah komunitas keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi
kehidupan yang sempurna dan berkecukupan (Aristoteles)
3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger F. Soltau).
4. Negara ialah suatu persekutuan yang sempurna dari orang-orang merdeka untuk
memperoleh perlindungan hukum (.Hugo Grotius).
5. Negara ialah komunitas manusia yang secara sukses memonopoli penggunaan
paksaan fisik yang sah dalam wilayah tertentu (Max Weber).
6. Negara adalah suatu masyarakat yang disatukan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama untuk tercapainya keinginan-keinginan mereka
bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati (Harold J.
Laski).
7. Negara adalah ruh di atas bumi dan secara sadar merealisasikan dirinya di sana, dalam
memahami ide negara, kita tak boleh melihat pada bentuk-bentuk negara atau institusi
tertentu. Akan tetapi, kita harus memahaminya sebagai Ruh. Tuhan yang nyata, dalam
dirinya (Hegel).
8. Negara adalah alat kelas penguasa alat-alat produksi dan kelas tertindas yang lahir
untuk mendamaikan kontradiksi dengan kelas tertindas; negara lahir seiring dengan
munculnya kepemilikan pribadi dan terjadinya kelas-kelas dalam masyarakat
(Marx-Engels).
Jadi Pengertian negara adalah kelompok sosial yang menduduki suatu wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisir dan dikelola dibawah lembaga politik dan pemerintahan
yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya.
Berikut ini adalah unsure terbentuknya suatu Negara:
4
2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara
Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki
tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu bangsa
mendirikan negara, pasti ada tujuan untuk apa negara itu diidirikan.
Secara teoretik, ada beberapa tujuan negara diantaranya:
Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh
wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut
dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Kesejahteraan (Prosperity Approach): Pendekatan ini menekankan upaya
negara dalam meningkatkan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Fokus
utamanya adalah pada pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya untuk memastikan
setiap warga negara memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan, perumahan,
kesehatan, lapangan kerja, dan kemakmuran secara keseluruhan.
b. Pendekatan Keamanan (Security Approach): Pendekatan ini berfokus pada upaya
negara dalam menjamin keamanan seluruh bangsa dan wilayah. Hal ini mencakup
perlindungan terhadap ancaman dalam bentuk keamanan nasional, kedaulatan wilayah,
ketertiban sosial, dan perlindungan hak asasi manusia. Upaya ini melibatkan sektor
pertahanan, keamanan dalam negeri, hukum, dan kepolisian untuk memastikan stabilitas
dan keamanan negara.
5
3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische
grondslag (dasar filsafat negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara
dapat diartikan sebagai Landasan dan sumber dalam membentuk dan
menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus
sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara.
Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya.
Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara sesama warga
masyarakat.
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) :
Merupakan konstitusi tertinggi dan merupakan dasar hukum utama yang mengatur
prinsip-prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, dan hak-hak warga negara.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) :
Merupakan keputusan MPR yang memiliki kekuatan hukum tertinggi selain UUD
1945.Ketetapan MPR mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan strategis.
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (UU/Perppu) :
Undang-Undang (UU) adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan disahkan oleh Presiden. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden dalam keadaan mendesak
sebelum disahkan atau direvisi oleh DPR.
d. Peraturan Pemerintah (PP) :
Merupakan peraturan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menjalankan undang-undang.
PP mengatur rincian dan implementasi undang-undang.
e. Peraturan Presiden (Perpres) :
Peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden untuk mengatur hal-hal tertentu sesuai dengan
kewenangannya yang telah diatur dalam undang-undang.
f. Peraturan Daerah Provinsi :
Merupakan peraturan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Mengatur hal-hal
yang berlaku di tingkat provinsi.
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota :
Peraturan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Mengatur hal-hal yang
berlaku di tingkat kabupaten/kota.
6
B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
7
C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Negara
8
Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal
dengan Jakarta-charter (PiagamJakarta), Tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni
1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa berdasarkan
penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil
karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian
disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan.
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009—2014,
2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan Kebangsaan-kenegaraan menurut
alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang
bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan
multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama,
melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan
politiknya yang dipandu oleh nilai – nilai agama.
9
Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam,
serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika-
politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas
menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan lewat jalur eksternalisasi serta
internalisasi.
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama,
melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak
tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh
kalangan mayoritas maupun kekuatan minoritas elit politik serta pengusaha, namun
dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif
dan kearifan tiap masyarakat tanpa pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan social.
Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia
sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi,
sosial dan budaya.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai,
norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat
dan berlaku di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat
dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan
agama yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila
sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan kehidupan
bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar
tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam
UUD 1945.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memegang peranan Penting dalam
negara kita. Kita sebagai warga negara harus mengamalkan sila-sila Pancasila dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya masyarakat yang adil,
makmur dan berdaulat.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada Kongres
Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
12