Makalah Matematika Dasar KLP 3
Makalah Matematika Dasar KLP 3
Trigonometri
Dosen Pengampu: Dr. Mubarik, S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH:
Suci Putri Cahyani A401 23 156
Muhammad Faisal A401 23 155
Citra Lestari A401 23 160
Rizky uthami lakara A401 23 125
Rachel A. Palandung A401 23 130
Rahmatia A401 23 158
Anndis muharram A401 23 147
I putu primansa andika A401 23 124
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
BAGIAN 1
Pengertian Trigonometri
Trigonometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan antara sudut dan
panjang sisi dalam segitiga, khususnya segitiga siku-siku. Istilah "trigonometri" berasal dari kata
Yunani "trigonon," yang berarti "tiga sudut," dan "metron," yang berarti "ukuran." Trigonometri
sangat berguna dalam memahami dan menghitung hubungan antara sudut-sudut dan panjang-
panjang sisi dalam segitiga.
Beberapa konsep dasar dalam trigonometri melibatkan fungsi trigonometri seperti sinus (sin),
kosinus (cos), tangen (tan), kotangen (cot), sekans (sec), dan kosekans (csc). Fungsi-fungsi ini
dihitung berdasarkan rasio panjang sisi-sisi segitiga. Contoh, sinus dari suatu sudut dalam
segitiga siku-siku adalah rasio panjang sisi berlawanan sudut tersebut dengan panjang
hipotenusa.
Trigonometri tidak hanya berguna dalam konteks segitiga siku-siku, tetapi juga diterapkan luas
dalam berbagai bidang, termasuk fisika, teknik, seni rupa komputer, analisis gelombang, dan
banyak lagi. Fungsi trigonometri sangat penting dalam mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena periodik, seperti getaran, gelombang, dan pergerakan planet.
Definisi Trigonometri
Trigonometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan antara sudut dan
panjang sisi dalam segitiga. Disiplin ini sangat berguna dalam pemodelan dan analisis situasi
dimana peran sudut dan panjang sisi sangat penting seperti dalam geometri,fisika,teknik dan
berbagai bidang ilmu lainnya. Beberapa konsep dasar dalam trigonometri melibatkan fungsi-
fungsi trigonometri, yang umumnya di definisikan untuk sudut dalam siklus sudut (dari 0 hingga
360 derajat atau 0 hingga 2π radian)
BAGIAN 2
Teorema Pythagoras
Teorema Pythagoras adalah suatu prinsip dasar dalam geometri yang berkaitan dengan segitiga
siku-siku. Teorema ini menyatakan bahwa dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring
(hipotenusa) sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi tegak lurus.
Teorema Pythagoras banyak di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu diantaranya
dalam bidang pertukangan. Seorang tukang yang akan membangun rumah biasa mengukur lahan
yang akan di bangun. Tukang terebut memastikan bahwa sudut-sudut pondasi bangunan benar-
benar siku-siku dengan cara menggunakan segitiga dengan kombinasi ukuran sisi 60 cm, 80cm
dan 100 cm.
Terdapat lebih dari 200 pembuktian dari teorema Pythagoras Elisha Scott Loomi
mempublikasikannya pada tahun 1927, termasuk di dalamnya pembuktian Pythagoras sendiri
Euclid, Leonardo davinci, dan presiden AS James A. Garfield. Salah satu pembuktian yang
terkenal akan kita pelajari di bawah ini. Berikut ini salah satu pembuktian lengkap untuk
memeriksa kebenaran teorema Pythagoras.
Berdasarkan gambar 6.4 kita bisa menyusun empat segitiga siku-siku pada gambar 6.4 (i)
kedalam persegi pada gambar 6.4 (ii). Kita perlu membuktikan bahwa a² + b² sama dengan c².
perhatikan bahwa luas persegi yang terbentuk oleh empat segitiga siku-siku pada gambar 6.4 (i)
adalah ( a + b)², atau a² + 2ab + b². luas setiap segitiga adalah , sehingga jumlah luas
keempat segitiga adalah 2ab. Dengan menggunakan pengurangan, luas persegi yang dibatasi oleh
empat segitiga adalah ( a² + 2ab + b² ) – 2ab atau a² + b².
Perhatikan gambar 6.4 (iii) gambar tersebut disusun dari potongan-potongan gambar 6.4
(i) dan 6.4 (ii) dengan demikian luas persegi pada sisi hipotenusa adalah c², dan jumlah luas
persegi pada kedua sisi tegaknya adalah a² + b².
Apakah kalian pernah bermain benteng-bentengan? Kalian berada 50 meter sebelah utara dan 20
meter sebelah timur dari benteng kalian. Benteng lawan kalian berada di 80 meter sebelum utara
dan 60 meter sebelah timur dari benteng kalian.
Perhatikan Gambar 6.8 Setiap ruas garis yang tidak sejajar dengan sumbu-X maupun sumbu-Y
adalah hipotenusa dari segitiga siku-siku dari ruas sisi yang sejajar dengan sumbu-X san sumbu-
Y. Sehingga kalian bisa menentukan jarak dua titik pada bidang Kartesius dengan menggunakan
teorema Pythagoras.
Untuk mengukur panjang ruas garis yang menghubungkan dua titik pada bidang koordinat, kita
dapat menggambar titik-titik tersebut setelah itu, kita menentukan setiap panjang ruas garis.
Misalkan, diminta untuk menentukan jarak antara titik A (-5,3) dan B (3,-4). Bagaimana kita
dengan mudah menentukan jarak dua titik pada bidang kartesius?
Kalian berada 50 meter sebelah utara dan 20 meter sebelah timur dari benteng kalian. Benteng
lawan berada 80 meter sebelah utara dan 60 meter dari benteng kalian. Sehingga posisi kalian
dan benteng lawan kalian dapat di sajikan dalam bidang kartesius seperti berikut.
Setelah kita menentukan koordinat kalian dan benteng lawan, selanjutnya kita menentukan jarak
kalian dan benteng lawan menggunakan teorema Pythagoras.
Jarak kalian dan benteng lawan kalian dapat ditentukan sebagai berikut.
X=√ =√
=√ = 50
(a) Titik A dan B pada Gambar 17.9 (a) pada Gambar 17.9 (b), dibuat garis horizontal dan
garis vertical AC dan BC.
-
(c) Sudut yang dibentuk oleh garis AB dengan garis horizontal adalah tan 1 = 33,69°
Sebuah segitiga siku-siku ABC sedemikian rupa sehingga B = 90°, AB = 5 cm, dan BC = 12
cm.Tentukan panjang AC dan kemudian hitung sin A, cos C, dan tan A.
Segitiga ABC ditunjukkan pada gambar 17.12 dengan menggunakan teorema Pythagoras,
AC = √ = 13
Sesuai dengan definisi:
Gambar 17.20 menunjukkan menara listrik AB dan sudut elevasi A dari titik C dan 23°
tan 23° = =
= 33,96 m
Sudut depresi dari sebuah kapal yang dilihat pada satu saat tertentu dari puncak tebing vertikal
setinggi 75 m adalah 30° . Tentukan jarak kapal dari dasar tebing pada saat tertentu tersebut.
Kapal berlayar menjauhi tebing dengan kecepatan tetap dan 1 menit kemudian sudut depresi dari
puncak tebing adalah 20° .Tentukan kecepatan kapal dalam km/jam.
Gambar 17.22 menunjukkan tebing AB, posisi awal kapal pada titik C dan posisi terakhir kapal
pada titik D. Karena sudut depresi awal adalah 30° maka ⦟ACB = 30° (sudut yang
berseberangan antara dua garis yang sejajar).
BC = =
129,9 + x = = = 206,0 m
Jadi kapal berlayar sejauh 76,1 m dalam waktu 1 menit, atau 60 detik, sehigga kecepatan
jarak kapal, = = m/det
untuk menghitung misalnya sinus 42°23', dengan menggunakan kalkulator berarti menentukan
sinus , karena terdapat 60 menit dalam 1 derajat.
Jadi sinus 42°23' = sinus 42,3833° = 0,6741, benar hingga 4 angka desimal
Dengan cara yang sama, cosinus 72°38' = cosinus = 0,2985, benar hingga 4 angka
desimal.
(i) Hitung hingga 4 angka desimal:
(a) sinus 11° (b) sinus 121,68° (c) sinus 259°10'
(a) sin 1,481 berarti sinus dari 1,481 radian. Sehingga kalkulator harus di set ke
fungsi radian. Sehingga sin 1,481 = 0,9960
(b) cos (3π/5) = cos 1,884955…. = -0,3090
(c) tan2,93 = -0,2148
BAGIAN 4
Contoh-contoh soal
e² = d² + f²
Maka 13² = d² + 5²
169 = d² + 25
d² = 169 – 25 = 144
Jadi EF = 12cm
EF = √
EF = √
EF = √
EF = 15
Selesaikanlah segitiga XYZ jika diketahui ⦟X = 90°, ⦟Y = 23°17', dan YZ = 20,0 mm.
Buatlah sketsa yang cukup akurat sehingga dapat menggambarkan perkiraan besar sisi-sisi dan
sudut-sudut yang tidak diketahui. Sketsa semacam ini tampak pada Gambar 17.15
= 20,0 (0,3953)
= 7,906 mm
= 20,0 (0,9186)
= 18,37 mm
41,316 = 0,7281x
x = = 56,74 m
(c) tan (-217,29°) = -0,7615 (yang sama dengan tan (360° - 217,29°, yaitu tan
141,71°)
BAGIAN 5
Latihan soal!
1. Pada sebuah segitiga ABC, ⦟B adalah sudut siku-siku, AB = 6,92 cm, dan BC = 8,78 cm.
Tentukanlah panjang sisi miring.
2. Buatlah sketsa segitiga XYZ sedemikian rupa sehingga ⦟Y = 90°. XY = 9 cm, dan YZ = 40
cm. Tentukanlah sin Z, cos Z, tan Z, dan cos X.
3. Pada segitiga ABC yang tampak pada Gambar 17.10, tentukanlah nilai dari sin A, cos A,
tan A, sin B, cos B, dan tan B.
4. Jika cos A = , tentukanlah nilai sin A dan tan A dalam bentuk pecahan.
5. Selesaikanlah segitiga ABC pada Gambar 17.16 (i)
(i)
7. Suatu menara vertikal berdiri di atas tanah. Pada jarak 105 m dari kaki menara, sudut
elevasi puncak menara adalah 19°. Tentukanlah tinggi menara tersebut.
8. Budi melihat puncak menara dengan sudut elevasi 30o. Jika jarak antara budi dan menara
yang dilihatnya adalah 150 m dan tinggi budi adalah 120 cm. Maka, tinggi menara
tersebut adalah…
9. Hitunglah hingga 4 angka desimal.
(a) sin 27° (b) sin 172,41° (c) sin 302°52'
10. Hitunglah hingga 4 angka desimal.
(a) sin (-125°) (b) tan (-241°) (c) cos (-49°15')
Jawaban!
1. Dik: B = sudut siku-siku
AB = 6,92
BC = 8,78
Dit: panjang sisi miring?
Penyelesaian: AC2 = AB2 + BC2
AC = √
= √
= √
= 11,18
2. x Dik: ⦟Y = 90°
XY = 9 cm
x YZ = 40 cm
9 cm
y 40 cm z
(3) tan Z = XZ = √
(4) cos X = = √
=√
= 41
x
41 cm
9 cm
y 40 cm z
(1) Sin Z = =
(2) cos Z = =
(3) tan Z = =
(4) cos X = =
A ? C
Penyelesaian:
AC2 = 52 - 32
=√
=√
=4
sin A = = sin B = =
cos A = = cos B = =
tan A = = tan B = =
B 15 C
Penyelesaian:
=√
=√
=8
sin A = =
tan A = =
AB = 6,10 ⦟A = 35O
AC = 5,0 ⦟C = 90O
Penyelesaian: Mencari panjang pythagoras
55O = ⦟B =√
=√
= 3,50
GH = 9,841 ⦟I = 41O
IH = 15,0 ⦟G = 90O
=√
=√
= 11,32
= AB = 105 x 0,3443
= 36,15
8. Dik: Sudut elevasi = 30o
Jarak budi ke menara = 150 m
Tinggi budi = 120 m
Ditanya: Tinggi menara?
Penyelesaian:
tan 30o =
X = 50 √ m = 86,6 m + 120 cm
= 87,8 m
9. Penyelesaian:
Untuk menghitung nilai-nilai tersebut kita bisa menggunakan kalkulator:
a. Sin 27o = 0,4540
b. Sin 172,41o = 0,1321
c. Sin 302o52' Untuk menghitung nilai tersebut dengan menggunakan
Kalkulator berarti menentukan sinus 302o52' yaitu sin ,
Karena terdapat 60 menit dalam 1 derajat, maka = 0,8666
Jadi sin 302o,8666 = 0,8399
10. Penyelesaian:
Untuk menghitung nilai-nilai tersebut kita bisa menggunakan kalkulator:
a. Sin (-125 o) = -0,8192
b. Tan (-241o) = -1,8040
c. cos (-49o15') Untuk menghitung nilai tersebut dengan menggunakan
Kalkulator berarti menentukan cos (-49o15') yaitu cos ,
maka = 0,25 jadi cos ,25 = 0,6528
DAFTAR PUSTAKA
John Bird Bsc (Hons), CMath,CEng,FIMA,MIEE,FIIE (Elec),FCollP.(2004). Matematika
dasar Teori dan Aplikasi Praktis Edisi ketiga. Jakarta: Ciracas.