Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

Satuan Pendidikan : UPT SMP N 6 KOTO XI


TARUSAN
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VIII / Genap
Tahun Pelajaran : 2021 / 2022
Materi Pokok : Teorema Phytagoras
Alokasi Waktu : 8 JP ( 3 × pertemuan)

Pertemuan 1
A. Teorema Phytagoras
Teori ini ditemukan oleh seorang matematikawan asal Yunani yang bernama
Phytagoras.

Teorema Pythagoras menyatakan bahwa:


Jumlah luas bujur sangkar yang terbentuk dari masing-masing sisi kaki sebuah
segitiga siku-siku, adalah sama dengan luas bujur sangkar yang terbentuk dari panjang
sisi miring atau hipotenusa.
Panjang salah satu sisi dari sebuah segitiga siku-siku dapat dihitung, jika panjang
kedua sisi lainnya sudah diketahui.

Rumus Phytagoras:
A² + B² = C²
C² = A² + B²
C = √C²

Keterangan:
 C = simbol untuk sisi terpanjang (sisi miring)
 A dan B = simbol untuk panjang kedua sisi lainnya.

Contoh perhitungan 1:
Jika sebuah bangun datar segitiga memiliki panjang sisi A = 6 cm, dan panjang sisi B =
8cm, maka berapa panjang sisi miring atau C?

C² = A² + B²
C² = 62 + 82
C² = 36 + 64
C² = 100
C = √C²
C = √100
C = 10 cm.
Contoh perhitungan 2:
Jika sebuah segitiga memiliki panjang sisi A = 6 cm, dan panjang sisi miring atau sisi C
= 10 cm, maka berapa panjang sisi B ?
C² = A² + B²
B² = C² – A²
B² = 102 – 62
B² = 100 – 36
B² = 64 cm
B = √B²
B = √64cm
B=8c
Contoh perhitungan 3:
Jika sebuah segitiga memiliki panjang sisi B = 8 cm, dan panjang sisi miring atau sisi C
= 10 cm, maka berapa panjang sisi A ?
C² = A² + B²
A²= C² – B²
A² = 10² – 8²
A² = 100 – 64
A² = 36 cm
A = √A²
A = √36cm
A = 6 cm

Jika ditinjau dari sisinya maka segitiga dibedakan menjadi: segitiga sembarang,
segitiga sama sisi, dan segitiga sama kaki. Jika ditinjau dari besar sudutnya, ada tiga jenis
segitiga yakni segitiga lancip (0° < x < 90°), segitiga siku-siku (90°), dan segitiga tumpul
(90° < x < 180°).
cara membuktikan teorema phytagoras dan penerapannya dalam mencari panjang
salah satu sisi segitiga siku-siku.

Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.


Perhatikan gambar (i) di atas merupakan sebuah segitiga siku-siku ABC
dengan siku-siku di titik B yang memiliki sisi a, b, dan c, sehingga berlaku rumus:
b2 = a2 + c2

Sekarang perhatikan gammbar (ii) juga merupakan sebuah segitiga siku-siku


PQR dengan siku-siku di titik Q yang memiliki panjang a, q, dan c, karena ∆PQR
siku-siku, maka berlaku rumus:
q2 = a2 + c2

Dari kedua rumus di atas maka akan diperoleh bahwa:


b2 = a2 + c2 = q2
b2 = q2
b=q
J
adi, ∆ABC sama dengan ∆PQR. Jika kita mengimpitkan sisi-sisi yang
bersesuaian dari kedua segitiga maka akan diperoleh sebuah bangun datar persegi
panjang. Masih ingatkah Anda dengan sifat-sifat persegi panjang? Salah satu sifat
persegi panjang adalah keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku
(90°). Dengan demikian, ∠ABC = ∠PQR = 90°. Jadi, ∆ABC adalah segitiga siku-siku
di B.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk


setiap segitiga jika jumlah kuadrat panjang dua sisi yang saling tegak lurus sama
dengan kuadrat panjang sisi miring maka segitiga tersebut merupakan segitiga siku-
siku.

Sekarang perhatikan lagi gambar di bawah ini.

Pada gambar (iii) merupakan segitiga ABC lancip. Sekarang kuadratkan


panjang AB dan jumlahkan kuadrat panjang sisi AC dan BC, maka:
AB2 = 92 
AB2 = 81
AC2 + BC2 = 62 + 82
AC2 + BC2 = 36 + 64
AC2 + BC2 = 100

Ternyata pada segitiga lancip ABC pada gambar (iii) berlaku: AB2 < AC2 +
BC . Jadi pada segitiga lancip akan berlaku bahwa kuadrat sisi miring lebih kecil dari
2

jumlah kuadrat sisi yang lain.

Sekarang perhatikan gambar (iv) merupakan segitiga PQR tumpul. Sekarang


kuadratkan panjang AB dan jumlahkan kuadrat panjang sisi AC dan BC, maka:
PQ2 = 122 
PQ2 = 144
PR2 + QR2 = 62 + 82
PR2 + QR2 = 36 + 64
PR2 + QR2 = 100
Ternyata pada segitiga tumpul PQR gambar (iv) berlaku: PQ 2 > PR2 + QR2.
Jadi pada segitiga tumpul akan berlaku bahwa kuadrat sisi miring lebih besar dari
jumlah kuadrat sisi yang lain. 

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka pada suatu segitiga berlaku:
a. jika kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga
tersebut siku-siku.
b. jika kuadrat sisi miring lebih kecil dari jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga
tersebut lancip.
c. jika kuadrat sisi miring lebih besar dari jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga
tersebut tumpul.

Masih bingung dengan penjelasan di atas? Nah untuk menghilangkan sedikit


kebingungan Anda silahkan simak beberapa contoh soal di bawah ini.

Contoh Soal
Tentukan jenis segitiga dengan panjang sisi-sisi sebagai berikut.
a). 12 cm, 16 cm, 19 cm
b). 12 cm, 16 cm, 20 cm
c). 12 cm, 16 cm, 21 cm

Penyelesaian:
Misalkan a = panjang sisi miring, sedangkan b dan c panjang sisi yang lain, maka:
a). kudaratkan sisi miring dan jumlahkan kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
a = 19 cm, b = 12 cm, c = 16 cm
a2 = 192
a2 = 361

b2 + c2 = 122 + 162
b2 + c2 = 144 + 256
b2 + c2 = 400
Karena 192 < 122 + 162, maka segitiga ini termasuk jenis segitiga lancip.
b) kudaratkan sisi miring dan jumlahkan kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
a = 20 cm, b = 12 cm, c = 16 cm
a2 = 202
a2 = 400

b2 + c2 = 122 + 162
b2 + c2 = 144 + 256
b2 + c2 = 400
Karena 192 = 122 + 162, maka segitiga ini termasuk jenis segitiga siku-siku.

b) kudaratkan sisi miring dan jumlahkan kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
a = 21 cm, b = 12 cm, c = 16 cm
a2 = 212
a2 = 441

b2 + c2 = 122 + 162
b2 + c2 = 144 + 256
b2 + c2 = 400
Karena 192 > 122 + 162, maka segitiga ini termasuk jenis segitiga tumpul.

Pertemuan 2

B. Cara Mencari Tripel Pythagoras


Sebelum kita mencari tripel Pythagoras terlebih dahulu kita harus paham dengan
pengertian tripel Pythagoras. Apa itu tripel Pythagoras? Untuk mencari pengertian tripel
Pythagoras perhatikan kelompok bilangan berikut ini.
a) 5, 12, 13
b) 14, 8, 17
c) 8, 6, 10
d) 3, 4, 6
Misalkan kelompok tiga bilangan di atas merupakan panjang sisi-sisi suatu
segitiga. Masih ingatkah Anda cara menentukan jenis segitiga dengan teorema
Pythagoras? Nah dengan menggunakan teorema Pythagoras maka kita akan bisa tentukan
yang mana kumpulan bilangan tersebut yang merupakan segitiga siku-siku.
a). misalkan a = 5, b = 12 dan c = 13, dengan mengkudaratkan sisi miring dan jumlahkan
kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
c2 = 132
c2 = 169
a2 + b2 = 52 + 122
a2 + b2 = 25 + 144
a2 + b2 = 169
Karena 132 = 52 + 122, maka segitiga ini termasuk segitiga siku-siku.

b). misalkan a = 14, b = 8 dan c = 17, dengan mengkudaratkan sisi miring dan jumlahkan
kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
c2 = 172
c2 = 289
a2 + b2 = 142 + 82
a2 + b2 = 196 + 64
a2 + b2 = 260
Karena 172 > 82 + 172, maka segitiga ini bukan termasuk segitiga siku-siku.

c). misalkan a = 6, b = 8 dan c = 10, dengan mengkudaratkan sisi miring dan jumlahkan
kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
c2 = 102
c2 = 100
a 2 + b2 = 6 2 + 82
a2 + b2 = 36 + 64
a2 + b2 = 100
Karena 102 = 62 + 82, maka segitiga ini termasuk segitiga siku-siku.

d. misalkan a = 3, b = 4 dan c = 6, dengan mengkudaratkan sisi miring dan jumlahkan


kaudrat sisi lainnya, maka diperoleh:
c 2 = 62
c2 = 36
a 2 + b2 = 3 2 + 42
a2 + b2 = 9 + 16
a2 + b2 = 25
Karena 62 > 32 + 42, maka segitiga ini bukan termasuk segitiga siku-siku.

Dari uraian di atas tampak bahwa kelompok tiga bilangan 5, 12, 13 dan 6, 8, 10
merupakan sisi-sisi segitiga siku-siku, karena memenuhi teorema Pythagoras.
Selanjutnya, kelompok tiga bilangan tersebut disebut tripel Pythagoras.
Jadi, dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
tripel Pythagoras adalah kelompok tiga bilangan bulat positif yang memenuhi kuadrat
bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua bilangan lainnya. Bagaimana caranya
mencari tripel Pythagoras?

Sekarang perhatikan tabel di bawah ini.


Tabel di atas merupakan tabel cara mencari tripel Pythagoras. Dari tabel di
atas dapat ditarik kesimpulan untuk mencari tripel Pythagoras dapat dicari dengan
rumus:
(a2 – b2), 2ab, (a2 + b2)
dengan a > b dan a, b merupakan bilangan bulat positif.

Contoh Soal
Pada segitiga ABC diketahui AB = 10 cm, BC = 24 cm, dan AC = 26 cm. Tunjukkan
bahwa ∆ABC siku-siku dan di titik manakah ∆ABC siku-siku?

Penyelesaian:
Untuk membuktikan apakah ∆ABC siku-siku dapat digunakan teorema Pythagoras,
yakni:
AC2 = 262
AC2 = 676
AB2 + BC2 = 102 + 242
AB2 + BC2 = 100 + 576
AB2 + BC2 = 676
Karena AC2 = AB2 + BC2, maka ∆ABC termasuk segitiga siku-siku. Jika digambarkan
seperti gambar di bawah ini.

Berdasarkan gambar di atas maka ∆ABC siku-siku di titik B.

Rumus Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut Khusus


Ada dua rumus perbangingan, diantranya :
1. Rumus Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 30° dan
60°.
2. Rumus Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 45°.
1. Rumus Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 30° dan 60°
Berikut rumus perbandingan sisi segitiga dengan sudut 30° dan 60° :

30° : 60° : 90° = 1 : √3  : 2

Untuk bentuk segitiga siku-siku yang bersudut 30° dan 60° bisa dilihat pada
gambar di atas.
Contoh soal :
Tentukan AB pada gambar di bawah !

Jawab :
Diketahui :
CB = 3cm
Sudut segitiga siku-siku = 30°, 60°, dan 90°.

Ditanyakan :
AB = ... ???

Karena sudutnya 30°, 60°, dan 90°, maka berlaku :


30° : 60° : 90° = 1 : √3 : 2

Maka :
AC : AB : CB = 1 : √3 : 2
AB : CB = √3 : 2
AB : 10cm = √3 : 2
AB = (10cm x√3 ) : 2
AB = 10√3cm : 2
AB = 5√3cm

Jadi panjang AB adalah 5√3cm.

2. Rumus Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 45°


Berikut rumus perbandingan sisi segitiga dengan sudut 45°  :

45° : 45° : 90° = 1 : 1 : √2

Untuk bentuk segitiga siku-siku yang bersudut 45° bisa dilihat pada gambar di atas.
Contoh Soal :
Tentukan AB pada gambar di bawah ini !!

Jawab :
Diketahui :
CB =  10cm
Sudut segitiga siku-siku = 45°, 45°, dan 90°.

Ditanyakan :
AB = ..???

Karena sudutnya 45°, 45°, dan 90°, maka berlaku :


45° : 45° : 90° = 1 : √3 : 2
Maka :
AC :  AB : BC = 1 : 1 : √2
AB : BC = 1 : √2
AB : 10cm = 1 : √2
AB = ( 10cm x 1 ) : √2
AB = 10cm/√2
Untuk lebih menyederhakan kita rasionalkan penyebut dari AB, maka :
AB = ( 10cm/√2  ) x  ( √2 /√2  )
AB = (10cm x √2  ) / ( √2 x√2  )
AB = (10cm√2   )/2
AB = 5cm√2

Jadi panjang AB pada gambar di atas adalah 5cm√2

Pertemuan 3
C. Penerapan Teorema Pythagoras Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Untuk memudahkan menyelesaikan soal-soal penerapan teorema Pythagoras
diperlukan bantuan gambar (sketsa). Untuk mengetahui manfaat teorema Pythagoras
silahkan pelajari contoh soal di bawah ini.

Contoh Soal 1
Seorang anak menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 250 meter.
Jarak anak di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah layang-layang adalah 70
meter. Hitunglah ketinggian layang-layang tersebut.

Penyelesaian:
Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Di mana AB merupakan jarak anak di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah
layang-layang dan AC merupakan panjang benang. Tinggi langyang-layang dapat
dicari dengan teorema Pythagoras yakni:
BC = √(AC2 – AB2)
BC = √(2502 – 702)
BC = √(62500 – 4900)
BC = √57600
BC = 240 m
Jadi, ketinggian layang-layang tersebut adalah 240 m

Contoh Soal 2
Seorang anak akan mengambil sebuah layang-layang yang tersangkut di atas sebuah
tembok yang berbatasan langsung dengan sebuah kali. Anak tersebut ingin
menggunakan sebuah tangga untuk mengambil layang-layang tersebut dengan cara
meletakan kaki tangga di pinggir kali. Jika lebar kali tersebut 5 meter dan tinggi
tembok 12 meter, hitunglah panjang tangga minimal yang diperlukan agar ujung
tangga bertemu dengan bagian atas tembok.

Penyelesaian:
Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Di mana XY merupakan jarak kaki tangga dengan bawah tembok (lebar kali) dan YZ
merupakan tinggi tembok, maka panjang tangga (XZ) dapat dicari dengan teorema
Pythagoras yakni:
XZ = √(XY2 + YZ2)
XZ = √(52 + 122)
XZ = √(25 + 144)
XZ = √169
XZ = 13 m
Jadi, panjang tangga minimal yang diperlukan agar ujung tangga bertemu dengan
bagian atas tembok adalah 13 m.

Contoh Soal 3
Dua buah tiang berdampingan berjarak 24 m. Jika tinggi tiang masing-masing adalah
22 m dan 12 m, hitunglah panjang kawat penghubung antara ujung tiang tersebut.
Penyelesaian:
Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Di mana AB merupakan tinggi tiang pertama, CE meruapakan tinggi tiang kedua dan
AE merupakan panjang kawat penghubung antara ujung tiang pertama dengan tiang
kedua, maka panjang kawat (AE) dapat dicari dengan teorema Pythagoras. Akan
tetapi harus dicari terlebih dahulu panjang DE yakni:
DE = CE – AB
DE = 22 m – 12 m
DE = 10 m
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, maka panjang AE yakni:
AE = √(AD2 + DE2)
AE = √(242 + 102)
AE = √(576 + 100)
AE = √676
AE = 26 m
Jadi, panjang kawat penghubung antara ujung tiang pertama dengan tiang kedua
adalah 26 m.

Contoh soal 4
Sebuah tiang bendera akan di isi kawat penyangga agar tidak roboh seperti gambar di
bawah ini.

Sumber gambar: www.cirebonradio.com


Jika jarak kaki tiang dengan kaki kawat penyangga adalah 8 m, jarak kaki tiang
dengan ujung kawat penyangga pertama 6 m dan jarak kawat penyangga pertama
dengan kawat penyangga kedua adalah 9 m. Hitunglah panjang total kawat yang
diperlukan dan hitunglah biaya yang diperlukan jika harga kawat Rp 25.000 per
meter!

Penyelesaian:
Jika digambarkan sketsanya, akan tampak seperti gambar di bawah ini.
Di mana AB merupakan tinggi ujung kawat penyangga pertama dengan ujung kawat
penyangga kedua, BD meruapakan tinggi ujung kawat penyangga pertama dengan
tanah, CD merupakan jarak kaki tiang dengan kaki kawat penyangga, BD merupakan
panjang kawat penyangga pertama dan AD merupakan panjang kawat penyangga
kedua, maka panjang kawat penyangga total dapat dicari dengan teorema Pythagoras.
Akan tetapi harus dicari terlebih dahulu panjang BD dan AD yakni:

BD = √(BC2 + CD2)
BD = √(62 + 82)
BD = √(36 + 64)
BD = √100
BD = 10 m
Jadi, panjang kawat penyangga pertama adalah 10 m.

AD = √(AC2 + CD2)
AD = √(152 + 82)
AD = √(225 + 64)
AD = √289
AD = 17 m
Jadi, panjang kawat penyangga kedua adalah 17 m.

Panjang kawat penyangga total yakni:


Panjang kawat = BD + AD
Panjang kawat = 10 m + 17 m
Panjang kawat = 27 m
Jadi, panjang total kawat yang diperlukan adalah 27 m

Biaya yang dibutuhkan yakni:


Biaya = Panjang kawat x harga kawat
Biaya = 27 m x Rp 25.000/m
Biaya = Rp 675.000
Jadi, biaya yang diperlukan untuk membuat kawat penyangga tersebut adalah Rp
675.000,00

D. Menyelesaikan Masalah Sehari-hari dengan Menggunakan Teorema Pythagoras


contoh 1.
Seorang anak menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 100 meter.
Jarak anak ditanah terhadap titik yang tepat berada dibawah layang-layang adalah 60
meter. Hitunglah berapa ketinggian layang-layang ?
Penyelesaian :

Berdasarkan sketsa diatas


Tinggi layang-layang = BC
BC = √(AC²-AB²)
BC = √(100²-60²)
BC = √(10.000-3600)
BC = √(6400)
BC = 80 meter
Jadi tinggi layang-layang adalah 80 meter.
 
contoh 2.
Sebuah kapal berlayar ke arah timur sejauh 150 km, selanjutnya kearah selatan sejauh
200 km. Hitunglah jarak kapal sekarang dari tempat semula ?
Penyelesaian :

Berdasarkan gambar diatas maka untuk menghitung jarak kapal sekarang dari tempat
semula sebagai berikut :
Jarak kapal ketempat semula = AC
AC = √(AB²+BC²)
AC = √(150²+200²)
AC = √(22500+40000)
AC = √(62500)
AC = 250 km
Jadi jarak kapal sekarang dari tempat semula adalah 250 km.

Mengetahui : Sungai Nyalo, 3 Januari 2022


Kepala SMP N 6 Koto XI Tarusan Guru Matematika

Drs. ARBAIS, M.Pd SYOFIA ULVA, S.Pd


NIP.19660713 199903 1 007

Anda mungkin juga menyukai