Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dosen Pengampu :
Dwi Sutariningsih, S.Pd

Disusun Oleh :

1. Stasya Yuna Fegiutami (23S1FAM0025)


2. Umi Maratusolihah (23S1FAM0045)

PROGRAM STUDI FARMASI


STIKES IBNU SINA AJIBARANG
2023/2024

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................................................................1-2

PENDAHULUAN................................................................................................................................................1-2

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................................................. 3-13

PEMBAHASAN............................................................................................................................................... 3-13

a. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara.............................3-4


b. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara...............................5
c. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara...........................................................................................................................................5-7
d. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
8-9
e. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara.............................9-13

CONTOH KASUS................................................................................................................................................14

BAB III...............................................................................................................................................................15-16

PENUTUP..........................................................................................................................................................15-16

a. Kesimpulan..........................................................................................................................................15-16
b. Saran.............................................................................................................................................................16

Daftar Pustaka.........................................................................................................................................................17

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa. Atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya adalah
lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran,
musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan
kemerdekaan.

Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1 Juni
1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah Ketuhanan yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan
yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus
bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi).
Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua Warga
negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan
dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak
boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.

Dari mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui atau memahami
konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar
filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi muda
seharusnya berpartisipasi atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila.
Agar partisipasi kita di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan pendalaman
wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan pancasila.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Setelah menyusun latar belakang makalah, kami memiliki beberapa rumusan masalah
yang relevan untuk dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Memahami Bagaimana Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara ?
2. Mengapa Pancasila Diperlukan dalam Kajian sebagai Dasar Negara ?
3. Bagaimana Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara ?
4. Bagaimana Cara Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Negara ?
5. Bagaimana Cara Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara ?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, kami memiliki beberapa tujuan yang kami muat, yaitu:
- Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi pancasila
- Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara
- Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila
sebagai dasar negara
- Memahami cara membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
pancasila sebagai dasar negara
- Mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar
negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara

1. Menelusuri Konsep Negara

Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber, Homo Socius, Homo Economicus , dan
istilah Zoon Politicon? Istilah-istilah tersebut mengisyaratkan bahwa interaksi antarmanusia
dapat dimotivasi oleh sudut pandang, kebutuhan, atau kepentingan masing-masing. Akibatnya,
pergaulan manusia dapat bersamaan (sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain, bahkan
meminjam istilah Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang lain
(homo homini lupus). Oleh karena itu, agar tercipta kondisi yang harmonis dan tertib dalam
memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan kesejahteraannya, manusia membutuhkan
negara.

Apakah negara itu? Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu
umat di suatu daerah tertentu. Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo
menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang lazim disebut sebagai unsur konstitutif, yaitu:

a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir


b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.

Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua)
pendekatan, yaitu:

a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada mekanisme
penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah. Pendekatan
ini juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat untuk
sebuah Negara.

Dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan
negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara.

2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara

Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki tujuan,
apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu bangsa mendirikan negara,
pasti ada tujuan untuk apa negara itu diidirikan. Secara teoretik, ada beberapa tujuan negara
diantaranya:

3
1. Kekuatan, kekuasaan dan kebesaran/keagungan
2. Kepastian hidup, keamanan, dan ketertiban
3. Kemerdekaan
4. Keadilan
5. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup

Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh wilayah
negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut dapat dilakukan
dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:

a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)


b. Pendekatan keamanan (security approach)

3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara

Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm (norma
dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai Landasan
dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu norma dasar
dalam penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus
sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita
hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini
mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat

Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan,
yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

4
B. Menelusuri Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara

Dengan adanya Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia dapat dihindari karena Pancasila
bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga
perbedaan dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan
keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh. (Muzayin, 1992: 16).

Adanya peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalisir. Oleh karena itu, Pancasila memberikan arah tentang hukum untuk
menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Diharapkan warga negara dapat memahami
dan melaksanakan nilai nilai pancasila, contohnya ikut berpartisispasi membersihkan lingkungan
dan tolong menolong.

Pemerintah seharusnya dapat lebih mengerti dan memahami dalam pengaktualisasian


nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kenegaraan. Pemerintah harus menjadi panutan bagi warga
negara, agar masyarakat meyakini bahwa Pancasila hadir dalam setiap hembusan nafas bangsa.
Nilai-nilai pancasila hadir bukan hanya bagi mereka yang ada di pedesaan dengan
keterbatasannya, melainkan juga orang-orang yang ada dalam pemerintahan yang notabene
sebagai pemangku jabatan yang berwenang merumuskan kebijakan atas nama bersama.

C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila


sebagai Dasar Negara

1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan
Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktik
berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif
(Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013: 89).

Tidak hanya itu, serta ditegaskan dalam Undang- Undang No 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Perundang- undangan bahwa Pancasila ialah sumber dari segala
sumber hukum negeri. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negeri, ialah sesuai dengan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar serta pandangan hidup
negara dan sekaligus dasar filosofis bangsa serta negara sehingga tiap modul muatan
peraturan perundang- undangan tidak boleh berlawanan dengan nilai- nilai yang 86
tercantum dalam Pancasila (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009-2014, 2013: 90-91).

5
2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara
Dalam persidangan yang diselenggarakan guna mempersiapkan Indonesia
merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk memastikan dasar negara.
Sebelumnya, Muhammad Yamin serta Soepomo mengungkapkan pemikirannya
mengenai dasar negara. Setelah itu dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar
negara dengan menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia
merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, benak yang sedalam-
dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam- dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
Indonesia merdeka. Soekarno pula menyebut dasar negara dengan
sebutan„ Weltanschauung‟ atau pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty, 1995:
63, 69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129).
Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat disebut
pula “ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta: “Pembukaan UUD,
karena memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi negara, beserta dua pernyataan
lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi
daripada hukum tata negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok
itu dengan Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan
perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan:
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
pada 8 Agustus 1945. Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni
1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter (Piagam Jakarta), tetapi Pancasila telah lebih
dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan,
yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa
berdasarkan penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang
merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang
kemudian disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan

3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-
kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.

Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang
bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan
bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan
multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama,

6
melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan politiknya
yang dipandu oleh nilai – nilai agama.
Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum
alam, serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental
etika- politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas
menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan lewat jalur eksternalisasi serta
internalisasi
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan
kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh.
Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama,
melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak
tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh
kalangan mayoritas maupun kekuatan minoritas elit politik serta pengusaha, namun
dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif
dan kearifan tiap masyarakat tanpa pandang bulu.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi
permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan social.
Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia
sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi,
sosial dan budaya.

4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945,
terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi
konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam suprastruktur
politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat
hidup orang banyak. Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial
politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi memberikan masukan
yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik, diharapkan akan terwujud
clean government dan good governance demi terwujudnya masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.

7
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila

Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan
adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Pada 1 Juni 1945, Pancasila
disuarakan menjadi dasar negara dan diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya
sila-sila Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.

Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai dengan dibacakannya
teksProklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat pengaturan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak
November 1945 sampai menjelang ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah
Indonesia mempraktikkan sistem demokrasi liberal. Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden,
Indonesia kembali diganggu dengan munculnya paham lain.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila diletakkan pada kedudukan yang
sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini
pula, ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan
organisasi masyarakat (Ormas).

Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden Soeharto
menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Namun, sampai saat ini nampaknya reformasi belum
secara konsekuen mengamalkan Pancasila oleh seluruh elemen bangsa.

Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para akademisi dan pemerhati serta
pencinta Pancasila yang kembali menyuarakan Pancasila sebagai dasar negara melalui berbagai
kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditujukan untuk mengembalikan eksistensi Pancasila
dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa serta menegaskan
Pancasila sebagai dasar negara guna menjadi sumber hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Negara

Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan-tantangan


terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.
yaitu munculnya paham-paham yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme,
kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus
kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat dilihat dengan jelas,
betapa paham-paham tersebut telah masuk lebih jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia
sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan gotong-
royong.

8
Tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas, maka dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara


dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat
termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya, di satu pihak, dan di pihak
lain, masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan
bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku anarkisme yang dilakukan oleh elemen
masyarakat terhadap fasilitas publik dan aset milik masyarakat lainnya yang dipandang
tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik
sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat
fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau mementingkan kepentingan
kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara meningkatkan
efektivitas penegakan hukum dan melakukan upaya secara masif serta sistematis dalam
membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur negara.

Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu merespon secara serius
dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi
setiap warga negara, baik bagi masyarakat maupun pemerintahan. Dengan demikian, integrasi
nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa Indonesia dapat mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

1. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


a. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar dan ediologi negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Mahfud M.D (2009:16-17)
menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar negara membawa konsekuensi diterima
dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan kebijakan negara terutama dalam
politik hukum nasional Dan lebih lanjut .

Dalam pembuatan politik hokum atau kebijakan negara lainnya ,sebagai berikut;

1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi dan nomokrasi sekaligus
3. Kebijakan umum dan politik hokum haruslah didasarkan pada upaya mmembangun
keadillan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kebijakan umum dan pilotik hokum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama
yang berkeadaban.

9
Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 undang-undang repuublik Indonesia nomor
12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara. Pancasila adalah subtansi esensial yang mendapatkan kedudukan
formal yuridis dalam pembukuan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.Rumusan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat dalam undang-undang
1945. Perumusan pacasila yang menyimpang dari pembukaan secara jelas merupakan perubahan
secara tidak sah atas pembukaan undang-undang RI Tahun 1945.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara:

1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hokum
Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan(Geislichenhitergrund)dari UUD 1945
3. Mewujudkan cita-cita hokum bagi dasar negara (baik tertulis maupun tidak tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara (termasuk penyelenggara partai dab golongan
fungsional)memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur
5. Meruppakan sumber seangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara,para
pelaksana pemerintahan.

Rumusan Pancasila secara imperative harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam
kehiidupan berbangsa dan bernegara .Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
integral yang saling mengandaikan dan saling mengunci.

b. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar Negara,dapat menggunakan 2 kata yaitu
institusional(kelembagaan)dan human resourses(personal/sumber daya manusia).Pendekatan
institusional yaitu membentuk dan menyelenggaran negara yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila,sehingga Indonesia memenuhi unsur-unsur menjadi negara yang modern,yang
menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepetingan Nasional(national
interes)yang terwujudnya masyarakat yang Makmur.Sementara human resourses terletak pada
dua aspek yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan yang melakksanakan
nilai-nilai pancasial secara murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugasdan tanggung jawab.

Pancasila sebagai dasar negara memegang makna bahwa nilai-nilai Pancasila harun menjadi
landasan dan pedoman dalam membentuk dan memyelemmggrakan negara,termasuk menjadi
sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.Apabila nilai-nilai
Pancasila diamalkan secara konsisten,baik oleh penyelenggara ataupun masyarakat ,maka akan
terwujud tata kelola pemerintahan yang baik.

10
2. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI

Pada dasarnya,Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah merupakan tujuan semata,melainkan


merupakan suatu sarana,isi dan arti yang pada pokoknya memuat dua hal, yaitu;

1. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia,baik pada dirinya sendiri maupun terhadap


dunia luar
2. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung dengan pernyataan
kemerdekaan itu

Setelah Proklamasi dibacakan 17 agustus 1945 kemudian 18 agustus 1945 disusun naskan
undang-undang dasar yang didalamnya memuat pembukaan. Maka dapat ditentukan letak dan
sifat hubungan antara Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dengan pembukaan UUD 1945
sebagai berikut;

1. Disebutkan kembali pernyataan kemerdekaan dalam bagian ketiga pembukaan


menunjukkan bahwa antara proklamasi dan pembukaan merupakan satu rangkaian yang
tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya pembukaan pada 18 agustus 1945 bersama-sama ditetapkannya UUD,
3. Pembukaan hakikatnya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci dan adanya
cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan
4. Dengan demikian, sifat hubungan antara pembukaan dan proklamasi yaitu: memberikan
penjelasan terhadap dilaksanakannya proklamasi pada 17 agustus 1945, dan memberikan
penegasan dan juga memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakannya
proklamasi 17 agustus 1945.

3. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945

Notonagoro(1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak merupakan


peraturan hokum yang tinggi. Diatasnya masih ada dasar-dasar pokok bagi undang-undang
dasar,yang dinamakan pokok-pokok kaidah neggara yang fundamental(staatsfundementalnorm).
Secara ilmiah kaidah negara fundamental mengandung unsur mutlak yang dilihat dari dua
segi ,sebagai berikut

 Unsur Mutlak Staatsfundemental


 Dari Segi Terjadinya

1. Ditentukan oleh pembentuk negara


2. Terjelma dalam bentuk pernyataan lahir sebagai kehendak pembentuk
negara
 Dari Segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang di bentuk
1. Asas kerohanian negara
2. Asas politik negara
3. Tujuan negara
4. Memuat ketentuan diadakannya UUD negara

11
 Pembukaan UUD 1945 memenuhu syarat sebagai status Fundementalnorm
 Dari segi Terjadinya

1. Ditentukan oleh PPKI sebagai bentuk negara


2. Dalam alinea ketiga dinyatakan “…maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya

 Dari segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang dibentuk Asas kerohanian
Negara yaitu Pancasila alinea ke 4”…dengan berdasarkan ketuhanan”
1. Asas politik negara ,yaitu kedaulatan rakyat,alinea 2,dan 4
2. Tujuan negara pada alinea ke 4
3. Ketentuan diadakannya UUD,alinea 4”…dalam suatu UUD Negara Indonesia…”

Hubungan Pancasila dan kesimpulannya sebagai berikut;

1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staatsfundementalnorm.


2. Pancasila merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD 1945 sebagai sebagai
staatsfundementalnorm.

4. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945

NO Nilai Pasal dalam UUD 1945)


Dasar(Pancasila)
1 Nilai Sila 1 Pasal 28E Ayat(1),Pasal 29,
2 Nilai Sila 2 Psal 1 ayat(3),pasal 27 ayat(1)dan
ayat(2)pasal 27ayat(1)dan ayat(2)
3 Nilai Sila 3 Pasal 25A,pasal 27 ayat(3),pasal
30 ayat(1)sampai(5)
4 Nilai Sila 4 Pasal 1 ayat(1)dan ayat(2),pasal 2
pasal 3,pasal 4,pasal 7,pasal
19,pasal 22C,pasal 22E
5 Nilai Sila 5 pasal 23,pasal 28,pasal 31,pasal
32,pasal 33,pasal 34

5. Impelentasi Pancasila dalam Perumusan kebijakan


 Bidang politik
1. Sektor Suprestuktur Politik
2. Sektor Masyarakat
 Bidang Ekonomi
Berikut adalah pandangan Mubyarto dalam Oesman dan Alfian(1993:240-241)
1. Sila pertama,roda perekoomian digrakkan oleh rangsangan-rangsangan
ekonomi,social dan moral
2. Sila ke dua,ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan
pemerataan social,(egalitarian),sesuai asa-asas kemanusiaan

12
3. Sila ke tiga,prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian
nasional yang Tangguh.
4. Sila ke empat,koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan
bentuk saling konkrit dari usaha Bersama.
5. Sila ke lima,adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasisonal dan konsentralisasiuntuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan
social.
 Bidang social Budaya
Kebhinnekaan masayarakat sebagai kekuatan bukan lemehan,apalagi anggap
sebagai factor desentegratif,tanpa menghilangkan kewaspadaan upaya pecah belah dari
pihak asing.Strategi yang harus dilakukan pemerintah untuk memperkokoh kesatuan dan
persatuan melalui pembangunan social budaya di tentukan dalam pasal 31 ayat(5)dan
pasal 2 UUD 1945.
Nilai-nilai instrumental Pancasila dalam memperkokoh keutuhan/integrase
nasional,sejalan dengan pandangan ahli sosiologi dan antropologi ;Selo Soemardjan
dalam Oesman dan Alfin(1993:172) bahwa kebudayaan suatu masyrakata dapat
berkembang walaupun lambat seperti yang terjadi di masyarakat pedesaan yang kurang
interaksidengan masyarakat lain.
Semua kebijakan social budaya yang harus dikembangkan dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan berneggara harus menekan kan rasa kebersamaan,dan
semangat gotongroyong.
 Bidang Hankam

Prinsip-prinsip yang mmerupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan


dan kemanan yang terkandung dalam pasal 30 UUD 1945;
1. Kedukukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan berdasarkan 30
ayat(1)UUD 1945”tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”
2. Sitem pertahanan dan keaman
Yang dianut adalah system pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim
disingkat Sishankamrata.
3. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat,Angkatan Laut dan Angkatan udara ,sebagai alat
negara dan tugas pokok mempertahankan,melindungi,dan memelihara keutuhan
kedaulatan negara
4. Tugas Pokok POLRI
Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakkat, tugas pokok
melindungi,mengayomi melayani masyarakat serta menegakkan hukum.

13
CONTOH KASUS

PEMBERONTAKAN PKI

Suatu waktu, di masa setelah kemerdekaan Indonesia pernah terjadi suatu strategi untuk
menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan ideologi Komunis, aksi strategi
ini didahului dengan aksi teror dan pembunuhan di berbagai daerah termasuk juga di daerah
Sumatra. Usaha penggantian Pancasila sebagai ideologi yang dilakukan oleh PKI-MUSO di
Madiun tahun 1948 yang memproklamasikan “Negeri Soviet RI” dan juga dengan menaikkan
bendera merah.

Pemberontakan G30SPKI yang dilakukan Letkol Untung tahun 1965 merupakan kegiatan
berdarah, dengan membunuh para menteri dan jendral untuk mendapatkan kekuasaan yang sah
dan bertujuan untuk menggantikan dasar negara Pancasila menjadi ideologi Komunis. Pada
waktu itu, saat PKI ingin mengganti ideologi Indonesia, saat itu juga PKI dianggap sangat
berbahaya dan di bubarkan pada tanggal 12 Maret 1966. Letjen Soeharto mendapat mandat surat
keputusan yang berisi pembubaran dan larangan PKI dan segala organisasinya yang berlindung
dan bernaung di wilayah Indonesia.

 LATAR BELAKANG PEMBERONTAKAN PKI


Terjadinya pemberontakan PKI Madiun diawali dengan jatuhnya Kabinet Amir
Syarifuddin, karena tidak lagi mendapat dukungan setelah kesepakatan Perjanjian
Renville. Amir yang dibantu oleh Muso berusaha menggulingkan Kabinet baru yang
dibentuk oleh Presiden Soekarno. Muso pemimpin PKI yang pernah belajar di Uni Soviet
berusaha untuk menguasai daerah-daerah strategis seperti Surakarta, Madiun, Kediri, dan
sebagainya.
 KESIMPULAN KASUS
Gerakan separatisme ini berhasil ditumpas oleh operasi militer. Pasukan TNI
berhasil memburu para pemberontak dan berhasil menyelesaikan ancaman separatisme.
Indonesia berhasil mempertahankan dasar negara kita yaitu Pancasila.

14
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala
peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia, baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat dijadikan wadah untuk
mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan agama yang beraneka ragam
yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila sebagai norma dasar dalam
mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengatur segala kegiatan kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk
mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam Pancasila
terkandung lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia.
Sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini mengandung arti
bahwa pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta
isinya. Di negara Indonesia terdapat perbedaan kepercayaan, tetapi semua kepercayaan
tersebut mengakui bahwa Tuhan sebagai pencipta alam beserta isinya. Sila pertama ini
sangat diamalkan di Indonesia seperti toleransi beragama yang sangat erat di Indonesia.
Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Sila ini mengandung
arti bahwa setiap manusia adalah makhluk yang sama. Masyarakat Indonesia memiliki
hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.
Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa kita
sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan kepentingan bangsa
diatas kepentingan perseorangan.
Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan” Sila ini mengandung arti bahwa segala perbedaan
pendapat dapat diselesaikan dengan kepala dingin secara musyawarah. Musyawarah
merupakan suatu system pengambilan keputusan yang melibatkan banyak orang dengan
mengakomodasi semua kepentingan sehingga tercipta satu keputusan yang disepakati
Bersama.
Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sila ini
mengandung arti bahwa keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia
seacara adil tidak dibeda-bedakan. Jika seseorang melanggar peraturan akan diberikan
sanksi yang adil sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Dengan adanya keadilan ini
masyarakat akan merasakan kesetaraan dan tidak ada yang merasa dirugikan.

15
Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memegang
peranan penting dalam negara kita. Kita sebagai warga negara harus mengamalkan sila-
sila Pancasila dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya
masyarakat yang adil, makmur dan berdaulat.

b. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca

16
DAFTAR PUSTAKA

Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan bagi
Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.

Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995,Risalah Sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.

Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada Kongres
Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009

Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.

Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat,.

Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

17

Anda mungkin juga menyukai