Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


Mata Kuliah : Pancasila

OLEH:
1. Imam Arief Syahfrizal
2. Abdul Fattah Irfan Athari
3. Al Fajar Rizki Hadinoto

KELAS 1-E
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Negara

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi pada mata kuliah Pancasila, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak, selaku dosen mata kuliah Pancasila yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya,
kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata
kami sampaikan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya adalah lima, dan “Syla”
yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang
dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan.

Dalam pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang ada dalam
Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1 Juni 1945. Adapun lima
prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi sumber
nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku
di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik
yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila
memiliki kekuatan mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan
mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan
imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang
bertentangan dengan Pancasila.

Dari mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui atau memahami konsep,
hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara
Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi muda seharusnya berpartisipasi
atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila. Agar partisipasi kita di masa
yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan pendalaman wawasan akademik mengenai dasar
negara melalui mata kuliah pendidikan pancasila.

RUMUSAN MASALAH

Setelah menyusun latar belakang makalah, kami memiliki beberapa rumusan masalah yang relevan untuk
dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Memahami Bagaimana Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara ?

2. Mengapa Pancasila Diperlukan dalam Kajian sebagai Dasar Negara ?

3. Bagaimana Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar Negara ?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, kami memiliki beberapa tujuan yang kami muat, yaitu:
- Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi Pancasila

- Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara

- Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila sebagai dasar negara

BAB II
PEMBAHASAN
A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
1. Menelusuri Konsep Negara
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber, Homo Socius, Homo Economicus , dan istilah
Zoon Politicon? Istilah-istilah tersebut mengisyaratkan bahwa interaksi antarmanusia dapat dimotivasi
oleh sudut pandang, kebutuhan, atau kepentingan masing-masing. Akibatnya, pergaulan manusia dapat
bersamaan (sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain, bahkan meminjam istilah Thomas
Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang lain (homo homini lupus). Oleh karena itu,
agar tercipta kondisi yang harmonis dan tertib dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan
kesejahteraannya, manusia membutuhkan negara.

Apakah negara itu? Menurut Diponolo (1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
berdaulat yang dengan tata pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah
tertentu. Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang lazim
disebut sebagai unsur konstitutif, yaitu:

a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir

b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa

c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.

Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua) pendekatan,
yaitu:

a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan struktur
organisasi negara

b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada mekanisme
penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah. Pendekatan ini juga meliputi
bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat untuk sebuah Negara.

Dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang
ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara.

2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara


Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun hidupnya memiliki tujuan, apalagi
manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula, suatu bangsa mendirikan negara, pasti ada tujuan
untuk apa negara itu diidirikan. Secara teoretik, ada beberapa tujuan negara diantaranya:

1. Kekuatan, kekuasaan dan kebesaran/keagungan


2. Kepastian hidup, keamanan, dan ketertiban

3. Kemerdekaan

4. Keadilan

5. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup

Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu mewujudkan
kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh wilayah negara. Oleh karena
itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan
yaitu:

a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)

b. Pendekatan keamanan (security approach)

3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara

Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm (norma dasar),
rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grondslag (dasar filsafat negara). Secara
terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai Landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara
yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis
maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita
bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara
sesama warga masyarakat

Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam UndangUndang
Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7
yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara


Dengan adanya Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia dapat dihindari karena Pancasila bertumpu pada
pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan dapat
dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam
satu keseragaman yang kokoh. (Muzayin, 1992: 16).

Adanya peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak adil dapat
diminimalisir. Oleh karena itu, Pancasila memberikan arah tentang hukum untuk menciptakan keadaan
negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Diharapkan warga negara dapat memahami dan melaksanakan nilai nilai
pancasila, contohnya ikut berpartisispasi membersihkan lingkungan dan tolong menolong.

Pemerintah seharusnya dapat lebih mengerti dan memahami dalam pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan kenegaraan. Pemerintah harus menjadi panutan bagi warga negara, agar masyarakat
meyakini bahwa Pancasila hadir dalam setiap hembusan nafas bangsa. Nilai-nilai pancasila hadir bukan
hanya bagi mereka yang ada di pedesaan dengan keterbatasannya, melainkan juga orang-orang yang ada
dalam pemerintahan yang notabene sebagai pemangku jabatan yang berwenang merumuskan kebijakan
atas nama bersama.

C. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara
1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara

Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia sebagaimana
terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang
kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam
praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif
(Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013: 89).

Tidak hanya itu, serta ditegaskan dalam Undang- Undang No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang- undangan bahwa Pancasila ialah sumber dari segala sumber hukum negeri. Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negeri, ialah sesuai dengan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar serta
pandangan hidup negara dan sekaligus dasar filosofis bangsa serta negara sehingga tiap modul muatan
peraturan perundang- undangan tidak boleh berlawanan dengan nilai- nilai yang 86 tercantum dalam
Pancasila (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91).

2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara

Dalam persidangan yang diselenggarakan guna mempersiapkan Indonesia merdeka, Radjiman meminta
kepada anggotanya untuk memastikan dasar negara. Sebelumnya, Muhammad Yamin serta Soepomo
mengungkapkan pemikirannya mengenai dasar negara. Setelah itu dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno
menyebut dasar negara dengan menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia
merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, benak yang sedalamdalamnya, jiwa, hasrat
yang sedalam- dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno pula menyebut
dasar negara dengan sebutan„ Weltanschauung‟ atau pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty,
1995: 63, 69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129).

Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat disebut pula “ideologi negara”,
seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta: “Pembukaan UUD, karena memuat di dalamnya Pancasila
sebagai ideologi negara, beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri
seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tata negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan
daripada pokok itu dengan Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan
perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan: merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 pada 8 Agustus 1945. Pada mulanya, pembukaan
direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter (Piagam Jakarta), tetapi
Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan
didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14) menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan historis
diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran
politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara
didirikan

3.Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara

Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013)
menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaankenegaraan menurut alam Pancasila sebagai
berikut.

Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertical
transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan bernegara. Sebagai negara yang
dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat
mengambil jarak yang sama, melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat
mengembangkan politiknya yang dipandu oleh nilai – nilai agama.

Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, serta sifat-
sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika- politik kehidupan bernegara
dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas menuju pada persaudaraan dunia yang
dikembangkan lewat jalur eksternalisasi serta internalisasi

Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang
lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh. Indonesia memiliki prinsip dan visi
kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan
komunitas politik bersama, melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas
untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing.

Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita kebangsaan itu dalam
aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh kalangan mayoritas maupun kekuatan
minoritas elit politik serta pengusaha, namun dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan
daya- daya rasionalitas deliberatif dan kearifan tiap masyarakat tanpa pandang bulu.

Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi permusyawaratan
itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan social. Keseimbangan antara peran manusia
sebagai makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil,
politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.

4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara

Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa
Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila
menjadi landasan etik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang
berkiprah dalam suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-
lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian,
sektor masyarakat akan berfungsi memberikan masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam
sistem politik, diharapkan akan terwujud clean government dan good governance demi terwujudnya
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa
Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-
undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila
dapat dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan agama yang
beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila sebagai norma dasar dalam
mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengatur segala kegiatan kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang
berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang
tercantum dalam UUD 1945. Di dalam Pancasila terkandung lima nilai yang menjadi pedoman
kehidupan bagi rakyat Indonesia.

Sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini mengandung arti bahwa pengakuan atas
keberadaannya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Di negara Indonesia terdapat
perbedaan kepercayaan, tetapi semua kepercayaan tersebut mengakui bahwa Tuhan sebagai pencipta alam
beserta isinya. Sila pertama ini sangat diamalkan di Indonesia seperti toleransi beragama yang sangat erat
di Indonesia.

Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Sila ini mengandung arti bahwa setiap
manusia adalah makhluk yang sama. Masyarakat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama
sebagai warga negara.

Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa kita sebagai warga negara
Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan perseorangan.

Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan” Sila ini mengandung arti bahwa segala perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan kepala
dingin secara musyawarah. Musyawarah merupakan suatu system pengambilan keputusan yang
melibatkan banyak orang dengan mengakomodasi semua kepentingan sehingga tercipta satu keputusan
yang disepakati Bersama.

Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa
keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia seacara adil tidak dibeda-bedakan. Jika
seseorang melanggar peraturan akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang telah
diperbuatnya. Dengan adanya keadilan ini masyarakat akan merasakan kesetaraan dan tidak ada yang
merasa dirugikan.

Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memegang peranan penting dalam
negara kita. Kita sebagai warga negara harus mengamalkan silasila Pancasila dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari agar terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan berdaulat.

a. Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau
referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan Pengamalan bagi Remaja).
Jakarta: Golden Terayon Press.

Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013). Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995,Risalah Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada Kongres Pancasila di
UGM tanggal 30 Mei 2009

Anda mungkin juga menyukai