INDONESIA
Mata Kuliah:
Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu:
DR. SITI ROCHANAH, MM
MUHAMMAD FADHOLI, ST. Par, M.M
Disusun oleh:
Nazwah Nayla Sandrina (1308623009)
Siti Khodijah (1308623022)
Zahra Nur Azizah Yusuf (1308623005)
Cintania Aulia Adi Putri (1308623051)
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul "Pancasila" ini membahas tentang nilai - nilai
Pancasila. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
menyadari bahwa makalah in mash jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan mantaat kepada kita sekalian.
Tim penulis
\
1
DAFTAR ISI
BAB I.…………………………………………………………………………….3
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………3
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………4
1.3. Tujuan…………………………………………………………...…………...4
1.4. Manfaat………………………………………………………………………5
BAB II.…………………………………………………………………………...6
2.1. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar
Negara………………………………………………………………….…………7
2.1.1. Menelusuri Konsep Negara………………………………………………..7
2.1.2. Konsep Tujuan Negara……………………………………………………11
2.1.3. Urgensi Dasar Negara…………………………………….……...……….12
2.2. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar
Negara…………………………………………………………………….……..13
2.2.1. Alasan Pancasila Sebagai Dasar Negara………………………………….13
2.3. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila
sebagai Dasar Negara…………………………..………………………………..16
2.4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara
2.4.1. Argumen tentang Dinamika Pancasila……………………………………..17
2.4.2. Argumentasi tentang Tantangan terhadap Pancasila………………………17
Gambar II.1: Gerakan reformasi Mei 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa……18
2.4. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara……19
2.5.1. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara……………………….21
2.5.1.1. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara………………….………………21
2.5.1.2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara………………………………...21
2.5.1.3. Keterkaitan antara Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia....23
2.5.1.4. Keterkaitan antara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945………………………………………………………………………………26
Tabel II.1. Unsur Mutlak Staatsfundamental……………………….……………27
2.5.1.5.Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945………………….….28
2
Tabel II.2. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai Staats Fundamental
Norm……………………………………………………………………………...28
Tabel II.3 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945………….………30
Gambar II.2: Bhinneka Tunggal Ika…………………………………………..….31
Gambar II.3: Personil tentara dan alutsista untuk mendukung strategi pertahanan
dan keamanan……………………………………………………...……………..32
BAB III.……………………………………………………..……………...…….35
3.1. Kesimpulan……………………………………………..……………...…….35
3.2. Saran…………………………………………………………………………35
PENUTUP………………………………………………………………..………37
Daftar Pustaka……………………………………...…………………...………..38
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai suatu ideologi, Pancasila terdiri dari lima nilai dasar yang telah
tumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakat Indonesia selama bertahun-
tahun. Kontinuitas sejarah, yang menghubungkan peristiwa masa lalu dengan
situasi saat ini, menunjukkan bahwa aktivitas manusia pada masa lalu saling terkait
dengan kehidupan kontemporer, dengan fokus pada pembentukan masa depan yang
berbeda dari masa lalu. Dalam perannya sebagai dasar negara, Pancasila berfungsi
sebagai sumber hukum yang mengatur semua aspek Negara Republik Indonesia,
termasuk pemerintahan, wilayah, dan penduduk.
4
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
mencakup dasar filosofis dan ideologis negara.
5
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa konsep, tujuan, dan urgensi dari Pancasila sebagai Dasar Negara?
2) Mengapa Pancasila sebagai Dasar Negara diperlukan?
3) Bagaimana sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis Pancasila
sebagai Dasar Negara?
4) Bagaimana argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara?
5) Apa esensi dan urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara?
1.3. Tujuan
1) Memaparkan tentang konsep, tujuan, dan urgensi dari Pancasila sebagai
Dasar Negara bagi mahasiswa Biologi 2023.
2) Menjelaskan alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai Dasar Negara
bagi mahasiswa Biologi 2023.
3) Memaparkan sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Negara bagi mahasiswa Biologi 2023.
4) Menjelaskan argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara bagi mahasiswa Biologi 2023.
5) Memaparkan esensi dan urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara bagi
mahasiswa Biologi 2023.
1.4. Manfaat
1) Mengetahui tentang konsep, tujuan, dan urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara.
2) Menambah wawasan tentang alasan diperlukannya Pancasila sebagai
Dasar Negara.
3) Mengetahui sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila
sebagai Dasar Negara.
4) Memahami argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara.
6
5) Menambah wawasan tentang esensi dan urgensi Pancasila
sebagai Dasar Negara.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
2.1.1. Menelusuri Konsep Negara
Sebuah negara didefinisikan sebagai entitas berdaulat yang
memegang kekuasaan terorganisir yang, melalui tata pemerintahan,
menetapkan keteraturan atas sebuah komunitas dalam suatu wilayah
geografis tertentu. Hakikat identitas Indonesia dapat dilihat dalam adopsi
Pancasila sebagai kerangka dasarnya, bukan sekadar sebagai inti dari
negara, tetapi juga sebagai ideologi pemandu dan dasar kesatuan nasional.
Sebagai sebuah ideologi, Pancasila terdiri dari lima nilai dasar yang
telah tumbuh secara alami bersama masyarakat Indonesia selama bertahun-
tahun. Kontinuitas sejarah, yang menghubungkan peristiwa masa lalu
dengan situasi saat ini, menandakan bahwa aktivitas manusia di masa lalu
erat terkait dengan kehidupan kontemporer, dengan fokus pada membentuk
masa depan yang berbeda dari masa lalu. Dalam perannya sebagai dasar
negara, Pancasila berfungsi sebagai sumber hukum yang mengatur semua
aspek Republik Indonesia, termasuk pemerintahan, wilayah, dan penduduk.
8
seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh hikmat Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia mencakup dasar filosofis dan ideologis negara.
9
Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana diumumkan dalam Berita
Republik Indonesia No. 7, seiring dengan ratifikasi draf konstitusi. Berikut
beberapa definisi negara menurut para ahli:
1) Aristoteles
Menurut pandangan Aristoteles, negara merupakan suatu
komunitas yang didirikan dengan tujuan mencapai kebaikan. Disiplin
ilmu politik mulai berkembang dengan kajian-kajian yang dilakukan
oleh Aristoteles, terutama ketika ia membedakan model komunitas atau
negara. Sebagai seorang filsuf Yunani, Aristoteles memandang negara
sebagai Polis atau kota-negara, karena menurutnya, kehidupan yang
baik hanya dapat dicapai dalam lingkup Polis. Dalam karyanya yang
berjudul "La Politika," Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah
suatu kumpulan masyarakat, dan setiap masyarakat dibentuk dengan
tujuan mencapai kebaikan. Aristoteles berpendapat bahwa jika seluruh
masyarakat memiliki tujuan kebaikan, maka negara atau masyarakat
politik memiliki kedudukan tertinggi dibandingkan dengan yang
lainnya. Negara ini melibatkan elemen-elemen pendukung lainnya dan
memiliki tujuan mencapai kebaikan tertinggi.
2) Hans Kelsen
Negara atau entitas hukum, menurut Kelsen, dapat diartikan
sebagai entitas yuridis dan entitas politik yang terorganisir. Elemen-
elemen yang membentuk negara, menurut Kelsen, melibatkan: (i)
Wilayah negara, mencakup pembentukan dan pembubaran negara serta
pengakuan terhadap negara dan pemerintahannya; (ii) Elemen waktu
negara, mencakup waktu pembentukan negara tersebut; (iii) Rakyat
negara, merujuk pada penduduk negara tersebut; (iv) Kompetensi
negara sebagai Ranah Materi Validitas Tata Hukum Nasional, misalnya
terkait pengakuan internasional; (v) Konflik Hukum, melibatkan
pertentangan antara ketentuan hukum; (vi) Hak dan Kewajiban Dasar
Negara, mencakup jaminan hak dan kebebasan dasar manusia; dan (vii)
10
Kekuasaan Negara, melibatkan aspek-aspek terkait kekuasaan negara.
Negara, pada hakikatnya, merupakan suatu konsep yang dibentuk oleh
manusia tentang pola hubungan antarindividu dalam masyarakat yang
diorganisir untuk mencapai kepentingan bersama dan tujuan bersama.
Apabila kelompok ini diorganisasikan secara politik untuk mencapai
tujuan sebagai satu unit pemerintahan tertentu, maka kelompok tersebut
dapat disebut sebagai entitas politik atau negara, yang merupakan suatu
masyarakat yang terorganisir secara politik.
3) Harold J. Laski
Negara didefinisikan sebagai suatu entitas sosial yang
terintegrasi, dimana integrasinya disokong oleh kewenangan yang
bersifat memaksa dan secara sah memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada individu atau kelompok yang membentuk bagian dari entitas
tersebut. Entitas sosial ini, yang disebut sebagai masyarakat, merupakan
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama guna mencapai tujuan
bersama. Masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai negara apabila
aturan-aturan yang mengatur kehidupan baik individu maupun asosiasi
di dalamnya ditetapkan oleh suatu otoritas yang memiliki kewenangan
yang bersifat memaksa dan mengikat secara sah.
4) Robert M. Mc Iver
Negara didefinisikan sebagai sebuah entitas sosial yang
berfungsi sebagai asosiasi atau kelompok yang memiliki tanggung
jawab untuk mengorganisir dan menegakkan tata tertib dalam suatu
masyarakat yang terbatas pada wilayah geografis tertentu. Regulasi ini
diatur melalui implementasi sistem hukum yang dikelola oleh
pemerintahan. Pemerintahan ini diberikan kewenangan yang bersifat
memaksa guna memastikan keteraturan dan kepatuhan terhadap
peraturan yang telah ditetapkan, dengan tujuan mencapai berbagai
maksud dan kepentingan bersama yang menjadi dasar eksistensi negara.
11
Konsep negara, sebagai entitas yang kompleks dan banyak aspeknya,
memerlukan eksplorasi menyeluruh terhadap komponen-komponen
integralnya untuk mengembangkan pemahaman yang nuansa. Tiga aspek
mendasar dengan cermat menggambarkan hakikat negara, memberikan
wawasan terhadap karakter dan fungsinya:
1) Kewarganegaraan
Di inti negara terdapat warganegara, mencakup seluruh individu yang
membentuk populasi negara. Agensi kolektif dari masyarakat sangat
penting untuk lahir dan kelangsungan negara. Pernyataan Leacock bahwa
negara tidak dapat dipikirkan tanpa sekelompok individu yang mendiami
wilayah tertentu menekankan peran penting warganegara dalam struktur
negara. Karakteristik rumit kewarganegaraan melibatkan pertimbangan hak,
tanggung jawab, dan hubungan antara individu dan negara.
2) Wilayah
Dimensi wilayah negara melibatkan pembatasan batas geografis yang
menguraikan otoritas hukumnya. Aspek kepemilikan tanah seringkali
melibatkan negosiasi dan perjanjian yang kompleks, terutama dengan
negara-negara tetangga. Konsep wilayah meluas melampaui parameter fisik
semata, mencakup lanskap yang kompleks yang melibatkan pertimbangan
geografi, ekonomi, demografi, dan atribut sosial-budaya. Di dalam ruang
yang ditentukan ini, negara menjalankan kedaulatannya dan bertanggung
jawab atas tugas pemerintahan.
3) Pemerintahan
Pemerintahan, sebagai alat organisasi negara, muncul sebagai pelaksana
utama fungsinya. Bertanggung jawab untuk mengelola kepentingan
warganegara dan mewujudkan tujuan besar, pemerintahan memainkan peran
sentral dalam dinamika negara. Peran ganda pemerintahan mencakup
pengiriman layanan, fungsi regulasi, inisiatif pembangunan, dan
12
pemberdayaan masyarakat. Tanggung jawab ini melibatkan layanan publik
dan sipil, regulasi legislatif, dan fasilitasi pembangunan di berbagai sektor.
Pemerintahan dengan demikian menjadi pusat bagi fungsi yang efektif dan
stabilitas negara.
13
terkadang saling bertentangan. Pada tingkat konseptual, terdapat dua aliran
atau pendekatan utama yang sering menjadi landasan dalam konteks
pencapaian tujuan nasional:
14
2.1.3. Urgensi Dasar Negara
Secara etimologis, istilah "dasar negara" identik dengan berbagai
istilah dalam bahasa asing seperti "grundnorm" (norma dasar), "rechtsidee"
(ide hukum), "staatsidee" (ide negara), dan "philosophische grondslag"
(dasar filosofis negara). Kelimpahan istilah "Dasar Negara" dalam kosakata
bahasa asing menunjukkan sifat universalnya, menandakan bahwa setiap
negara memiliki prinsip-prinsip dasarnya sendiri. Dalam aspek terminologi
atau definisi, Dasar Negara dapat diartikan sebagai landasan dan sumber
pembentukan serta penyelenggaraan negara. Istilah ini juga menunjukkan
sumber dari segala sumber hukum di dalam negara. Secara teoretis,
sebagaimana diungkapkan oleh Hans Kelsen, istilah "dasar negara"
mengacu pada norma dasar atau "grundnorm."
15
dalam pelaksanaan pemerintahan negara harus sejalan dengan peraturan
perundang-undangan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Melalui
ketaatan yang konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila baik oleh para
penyelenggara negara maupun warga negara, pemerintahan yang efektif
dapat terwujud. Sejalan dengan hal ini, aspirasi dan tujuan negara dapat
direalisasikan secara bertahap dan berkesinambungan.
16
Kelima, Pancasila merupakan persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai
negara kepulauan dengan berbagai keanekaragaman. Hal ini penting untuk
memelihara stabilitas dan keutuhan negara
Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang telah disepakati oleh
para pendiri bangsa pada saat kemerdekaan. Pancasila merupakan hasil dari
perjuangan dan pengalaman sejarah bangsa Indonesia dalam mencari identitas dan
cita-cita nasional. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan
kepribadian dan karakter bangsa Indonesia, serta menjadi pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga memiliki fungsi sebagai
sumber hukum, norma, dan etika bagi bangsa Indonesia, serta sebagai alat
pemersatu dan pendorong kemajuan bangsa di tengah tantangan global. Oleh karena
itu, esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar negara perlu dipahami dan
diimplementasikan oleh seluruh warga negara Indonesia.
17
Indonesia. Posisi Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dapat diibaratkan
sebagai dua sisi dari satu koin, masing-masing menduduki posisi yang berbeda
namun bersatu dalam fungsi yang terpadu dalam ranah kenegaraan.
Dari sudut pandang ontologis, sifat intrinsik dan ekstrinsik dari nilai-nilai
Pancasila dapat dikenali. Intrinsik bagi Pancasila, nilai-nilai tersebut muncul
sebagai sistem filsafat yang sistematis dan rasional. Sementara itu, ekstrinsik bagi
Pancasila, nilai-nilai tersebut mencakup pandangan dunia praktis dan sistem nilai
yang diyakini merepresentasikan doktrin komprehensif dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila muncul sebagai perwujudan nilai-nilai
yang terkait erat dengan kehidupan bangsa Indonesia, memengaruhi pandangan
manusia tentang realitas alam semesta, Sang Pencipta, manusia, makna hidup,
masyarakat, bangsa, dan negara.
18
Dari perspektif aksiologis, hukum konstitusional menyertakan dasar yuridis
Pancasila sebagai norma dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
diakui sebagai doktrin hukum yang berfungsi sebagai sumber orientasi untuk
perkembangan hukum di Indonesia. Pancasila harus diakui sebagai sumber
pedoman bagi pembentukan instrumen hukum dan tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila. Sebagai doktrin hukum, Pancasila membawa konsekuensi
bahwa ia menjadi sumber tata hukum atau sumber dari segala sumber hukum dalam
kerangka konstitusional Republik Indonesia.
1. Yuridis
Yuridis artinya menurut hukum, atau diakui sah oleh pemerintah. Jadi
mengapa undang undang masuk menjadi sumber yuridis pancasila, karena hukum
berkaitan erat dengan undang undang sebagai sumber hukum dan hukum
dilaksanakan berdasarkan undang undang.
2. Historis
19
Historis artinya sesuatu yang berhubungan dengan sejarah atau ada
hubungannya dengan masa lampau, baik tokoh, masa kejadian, serta bahan lainnya.
Secara sistem filsafat, Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari para
tokoh pendiri negara (the founding fathers) yang berusaha menggali nilai-nilai
dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya didirikan negara Republik
Indonesia. Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, adalah tokoh tokoh negara
atau bisa disebut “The Founding Fathers” yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran mereka untuk berkontrobusi dalam merumuskan pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia.
3. Sosiologis
Sumber sosiologis artinya sumber yang berkaitan dengan kehidupan sosial
masyarakat Indonesia yang beragam dan dinamis. Perwujudan Pancasila dalam
sumber sosiologis yaitu Gotong royong, Pengambilan keputusan secara
musyawarah, Toleransi antar suku, ras, agama, Menjunjung tinggi HAM (Hak
Asasi Manusia), dan Pelestarian budaya lokal.
4. Politis
Pancasila merupakan ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat
terbuka dan dinamis. Ideologi adalah suatu sistem gagasan atau pemikiran yang
menjadi dasar bagi tindakan politik Sumber politis artinya menafsirkan fenomena
politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Beberapa
contoh nilai-nilai etika politik yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila antara
lain adalah:
1) Kepatuhan terhadap konstitusi dan hukum yang berlaku (sila pertama).
2) Penghargaan terhadap hak asasi manusia dan demokrasi (sila kedua).
3) Loyalitas terhadap negara dan bangsa (sila ketiga).
4) Keterbukaan dan dialogis dalam proses pengambilan keputusan (sila keempat).
5) Keadilan dan keseimbangan dalam pembagian kekuasaan dan sumber daya (sila
kelima).
20
2.4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Negara
21
Pada tahun 1998, gerakan reformasi dimulai, yang mengakibatkan
pengunduran diri Presiden Soeharto. Namun, gerakan reformasi belum sepenuhnya
membawa perubahan positif dalam pemahaman dan praktik Pancasila di kalangan
masyarakat. Politisi sering mengabaikan prinsip-prinsip Pancasila, dan sebagian
masyarakat terlibat dalam tindakan anarkis untuk memaksa kehendak mereka
kepada orang lain.
Gambar II.1: Gerakan reformasi Mei 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa.
Sumber: nasional.tempo.co
Dari tahun 2004 hingga saat ini, muncul gerakan yang dipimpin oleh
akademisi, pengamat, dan peminat Pancasila yang bertujuan untuk mengembalikan
kejayaan Pancasila. Melalui berbagai seminar dan kongres, mereka berusaha untuk
menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup nasional dan
menegaskan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi sumber hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara.
22
Tantangan muncul dari cepatnya masuknya ideologi-ideologi yang bersandar
pada otoritas materialistik, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme,
sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme. Ideologi-ideologi ini berpotensi
merusak karakter nasional yang berakar pada nilai-nilai Pancasila. Terlihat bahwa
ideologi-ideologi ini telah meresap dalam masyarakat Indonesia, mengakibatkan
pengabaian terhadap identitas budaya bangsa yang pada dasarnya bersifat religius,
santun, dan gotong-royong.
Dalam ranah pemerintahan, terjadi fenomena perilaku pejabat publik, baik sipil
maupun militer, yang tidak mencerminkan semangat kenegarawanan. Terdapat
contoh perilaku oportunis dan prioritisasi kepentingan kelompok. Penting untuk
mengatasi kejadian semacam itu melalui penegakan hukum yang ditingkatkan dan
upaya sistematis untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila di kalangan pejabat
negara.
23
tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan masyarakat. Argumen lain
berdasarkan perjalanan Pancasila sebagai dasar negara:
1) Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu proses yang
cukup panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang
membentuk adanya pandangan hidup.
2) 1 Juni 1945 barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar negara yang diresmikan
pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
24
suka memaksa kehendak kepada pihak lain merupakan dampak dari gerakan
reformasi yang tidak membawa perubahan signifikan.
1) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga kesatuan dan
integritas bangsa, baik secara ideologis maupun teritorial.
2) Kebijakan umum dan politik hukum harus didasarkan pada upaya
membentuk demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara hukum)
secara bersamaan.
3) Kebijakan umum dan politik hukum harus berakar pada upaya memajukan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia tidak mengikuti
liberalisme; sebaliknya, secara ideologis mengadopsi sintesis individualisme
dan kolektivisme dengan fokus pada kesejahteraan bersama dan keadilan
sosial.
4) Kebijakan umum dan politik hukum harus didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang beradab. Indonesia bukan negara berbasis agama, dan
25
kebijakan atau politik hukum tidak boleh diformulasikan atau didominasi
oleh agama tertentu. Namun, Indonesia juga bukan negara sekuler tanpa
agama, sehingga setiap kebijakan atau kerangka hukum harus terinspirasi
oleh ajaran berbagai agama yang memberikan kontribusi mulia bagi
kemanusiaan.
Pancasila, yang diakui sebagai dasar negara, diuraikan dalam Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Undang-
Undang dan Peraturan, menjadi sumber dari segala sumber hukum di negara ini.
Lebih lanjut, Pancasila dijelaskan sebagai dasar dan ideologi negara, serta landasan
filosofis negara dalam uraian Pasal 2. Oleh karena itu, setiap konten hukum harus
selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
1) Pancasila, sebagai dasar negara, adalah sumber dari segala peraturan hukum di
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila mencerminkan dasar spiritual hukum
Indonesia, yang lebih lanjut diuraikan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
melalui empat prinsip pokok.
3) Pancasila mewujudkan aspirasi hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis).
26
4) Pancasila mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mencerminkan prinsip-prinsip yang mendorong pemerintah dan penyelenggara
negara lainnya (termasuk penyelenggara partai dan kelompok fungsional) untuk
memegang teguh cita-cita moral luhur rakyat.
27
imperialisme, pencarian kemerdekaan, dan perjuangan khas setiap bangsa dengan
karakteristik uniknya bersama-sama berkontribusi membentuk kepribadian bawaan
suatu bangsa. Kepribadian ini muncul dalam berbagai dimensi, mencakup realitas,
ekonomi, karakter, dan lain sebagainya (Kepemimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan Tim Kerja Sosialisasi Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 2009-
2014, 2013: 94-95).
Urgensi Pancasila sebagai pilar negara dapat dipahami melalui dua perspektif:
pendekatan institusional (organisasi) dan sumber daya manusia. Pendekatan
institusional melibatkan pendirian dan operasi negara yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila, memastikan bahwa Indonesia sejalan dengan prasyarat negara
modern. Ini menjamin pencapaian tujuan dan kepentingan nasional, mendorong
masyarakat yang adil dan makmur. Secara bersamaan, pendekatan sumber daya
manusia menekankan peran penting individu-individu dalam aparatur pemerintah
dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan setia dalam melaksanakan tugas
mereka. Keselarasan ini memastikan bahwa kebijakan negara benar-benar
mencerminkan kepentingan rakyat. Selain itu, selama fase implementasi, ketaatan
terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik, termasuk transparansi, akuntabilitas,
dan keadilan, sangat penting untuk menghindari kasus korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN). Warga yang terlibat dalam kegiatan bisnis dihimbau untuk
merangkul Pancasila sebagai sumber nilai bisnis yang etis, menjauhi praktik pasar
bebas liberal, monopoli, dan monopsoni. Begitu juga, individu yang terlibat dalam
organisasi masyarakat dan infrastruktur politik diimbau untuk secara konsisten
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam ranah sosial dan
politik. Dengan demikian, Pancasila mengemban peran sebagai kompas moral atau
etika politik, mengarahkan kehidupan bersama yang harmonis di tingkat komunal,
nasional, dan negara.
28
menandakan Pancasila sebagai kesatuan dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Implikasinya adalah bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi dasar dan
panduan dalam pembentukan dan organisasi negara, termasuk pembentukan
undang-undang. Hal ini menuntut bahwa perilaku pejabat negara dalam
pelaksanaan tata kelola negara sejalan dengan undang-undang yang mencerminkan
nilai-nilai Pancasila.
Ketaatan yang konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila baik oleh pejabat negara
maupun warga negara memiliki potensi untuk mencapai tata kelola yang baik. Oleh
karena itu, aspirasi dan tujuan negara dapat diwujudkan secara progresif dan terus-
menerus.
Esensi Pancasila sebagai dasar negara dengan makna dan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu:
29
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, yang berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara demokratis dengan prinsip musyawarah untuk mufakat
dalam penyelenggaraan negara, serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi,
partisipasi, representasi, akuntabilitas, dan transparansi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Esensi Pancasila sebagai dasar negara juga dapat dilihat dari hubungannya
dengan proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi
kemerdekaan RI merupakan manifestasi dari cita-cita bangsa Indonesia untuk
merdeka dari penjajahan asing. Proklamasi kemerdekaan RI juga merupakan
pernyataan sikap politik bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi kemerdekaan RI juga merupakan
komitmen bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaannya dengan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara.
Esensi Pancasila sebagai dasar negara juga dapat dilihat dari hubungannya
dengan pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian penting
dari konstitusi negara Republik Indonesia yang mengandung dasar filosofis dan
ideologis negara. Pembukaan UUD 1945 mengandung empat alinea yang masing-
masing memiliki makna tersendiri. Alinea pertama mengandung tujuan proklamasi
kemerdekaan RI. Alinea kedua mengandung falsafah dan dasar negara, yaitu
Pancasila. Alinea ketiga mengandung cita-cita nasional, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam tata tertib dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Alinea keempat
30
mengandung bentuk dan kedaulatan negara, yaitu negara kesatuan yang berbentuk
republik dengan kedaulatan rakyat.
Esensi Pancasila sebagai dasar negara juga dapat dilihat dari hubungannya
dengan pasal-pasal UUD 1945. Pasal-pasal UUD 1945 merupakan penjabaran dari
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma hukum yang mengatur organisasi
negara, mekanisme penyelenggaraan negara, hubungan antara lembaga negara,
hubungan antara negara dan warga negara, serta hubungan antara negara dan negara
lain. Pasal-pasal UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara, serta
hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi oleh negara.
31
3) Hakikat Pembukaan, yang pada dasarnya berfungsi sebagai deklarasi
kemerdekaan yang lebih rinci, menguraikan cita-cita tinggi yang
mendorong pendirian kemerdekaan. Ini membayangkan negara Indonesia
yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan makmur yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip spiritual Pancasila;
4) Hubungan antara Pembukaan dan Proklamasi bersifat intrinsik,
memberikan eksposisi rinci tentang implementasi Proklamasi pada tanggal
17 Agustus 1945, menguatkan pelaksanaannya, dan mengemban tanggung
jawab atas pencapaiannya (Kaelan, 1993: 62-64).
1) Sistem ide yang mencakup norma (ought norms), yang membentuk sistem
filosofis hukum negara;
2) Implementasi praktis dari ide-ide (norma) dalam bentuk legislasi, institusi,
dan alat-alat negara, membentuk sistem pelaksanaan hukum.
32
Tabel II.1. Unsur Mutlak Staatsfundamental
Sejalan dengan sistem filosofis hukum negara, dapat diuraikan bahwa
Konstitusi 1945, termasuk Pembukaan, mencakup norma-norma negara tertinggi.
Hal ini disebabkan Konstitusi mencakup nilai-nilai utama negara, Pancasila, yang
menjadi jiwa negara (Notonagoro, 1982: 26).
33
intinya, merupakan jiwa negara Indonesia, memberikan panduan moral dan etika
untuk perilaku individu dan aparatus negara.
Adalah pengetahuan umum bahwa setelah Amandemen ke-4 pada tahun 2002,
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 terdiri dari Pembukaan dan
Pasal-pasal (lihat Pasal II Aturan Tambahan UUD 1945). Ini berarti bahwa
Penjelasan UUD 1945 tidak lagi menjadi bagian dari ketentuan-ketentuan yang
diuraikan dalam UUD 1945. Meskipun Penjelasan UUD 1945 tidak lagi dianggap
sebagai hukum positif, penjelasan normatif masih dimuat dalam pasal-pasal UUD
1945. Selain itu, dalam ranah tertentu, Penjelasan UUD 1945 dapat berfungsi
sebagai sumber inspirasi untuk tata kelola kehidupan warga negara.
34
Pancasila berperan sebagai prinsip spiritual dari Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Jika disederhanakan, kerangka kognitif tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Penting juga untuk memahami bahwa setiap pasal dalam UUD 1945 tidak
sepenuhnya mencakup nilai dari suatu sila dalam Pancasila secara utuh. Di sisi lain,
suatu pasal dalam UUD 1945 dapat mencerminkan sebagian nilai yang terkait
dengan beberapa sila dalam Pancasila. Hal ini dapat dipahami karena pasal-pasal
UUD 1945 sebagai nilai instrumental dapat terkait dengan satu bidang kehidupan
35
atau terkait dengan beberapa bidang kehidupan bangsa secara integral. Di sisi lain,
nilai-nilai Pancasila antara nilai sila 1 dengan nilai sila lainnya tidak terpisah-pisah,
melainkan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan harmonis.
36
persatuan dan kesatuan bangsa. Idealnya, masyarakat Indonesia harus
mencerminkan semangat kerja sama, sebagaimana diungkapkan oleh Bung Karno
dalam pidatonya pada 1 Juni 1945. Namun, belakangan ini, semangat
kegotongroyongan di kalangan masyarakat menunjukkan gejala yang semakin
luntur. Tantangan arus globalisasi yang dipengaruhi oleh nilai individualistik dan
materialistik secara perlahan merusak rasa persatuan nasional. Jika tidak segera
ditangani, identitas nasional bisa terancam. Oleh karena itu, penting bagi semua
komponen bangsa untuk memandang keragaman sebagai kekuatan daripada
kelemahan dan untuk mencegah upaya perpecahan dari pihak asing.
37
bidang pertahanan dan keamanan, sebagaimana diuraikan dalam Pasal 27 ayat (3)
dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) UUD 1945.
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Bela negara bukan hanya sekadar
kewajiban, melainkan juga kehormatan yang diberikan oleh negara. Ini mencakup
sikap dan perilaku warga negara yang didorong oleh cintanya kepada tanah air dan
bangsa, menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila
untuk mencapai tujuan nasional. Keterlibatan warga negara dalam bela negara dapat
muncul dalam berbagai bentuk, termasuk kontribusi melalui profesi masing-
masing.
38
(POLRI). Setiap warga negara, termasuk Anda, memiliki tanggung jawab dalam
ranah pertahanan dan keamanan nasional sebagai bagian dari asas kedaulatan
rakyat.
39
motivasi bagi warga negara untuk berprestasi dan berkarya demi kemuliaan
bangsa dan negara. Pancasila juga menjadi inspirasi bagi warga negara
untuk berinovasi dan berkreasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan olahraga. Pancasila juga menjadi stimulan bagi
warga negara untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara juga dapat dilihat dari tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam menjalankan Pancasila,
seperti:
1) Radikalisme, yaitu paham atau gerakan yang menolak atau menentang nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar negara dengan cara-cara ekstrem atau
kekerasan. Radikalisme dapat mengancam keutuhan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang beragam dan berbhineka. Radikalisme juga dapat
mengganggu kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia yang
berdasarkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Radikalisme juga dapat
menimbulkan konflik dan kekerasan yang merugikan nyawa, harta, dan
martabat manusia.
2) Intoleransi, yaitu sikap atau perilaku yang tidak menghargai atau
menghormati perbedaan atau keragaman yang ada di masyarakat. Intoleransi
dapat menimbulkan diskriminasi dan penindasan terhadap kelompok
minoritas atau yang berbeda dari mayoritas. Intoleransi juga dapat
menimbulkan rasa benci, permusuhan, dan permusuhan antara kelompok-
kelompok sosial. Intoleransi juga dapat menurunkan rasa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang berdaulat dan berbhineka tunggal ika.
3) Korupsi, yaitu tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum atau etika
untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok dengan cara
menyalahgunakan wewenang, jabatan, atau kedudukan. Korupsi dapat
merugikan keuangan negara dan kesejahteraan rakyat. Korupsi juga dapat
merusak moral dan etika bangsa Indonesia yang berdasarkan prinsip
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Korupsi juga dapat
40
merendahkan kredibilitas dan integritas penyelenggara negara yang
seharusnya menjalankan prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
4) Kemiskinan, yaitu kondisi dimana seseorang atau kelompok tidak memiliki
akses atau kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup secara layak.
Kemiskinan dapat menimbulkan ketimpangan sosial dan ekonomi antara
golongan kaya dan miskin. Kemiskinan juga dapat menimbulkan
ketergantungan dan ketidakberdayaan masyarakat terhadap bantuan
pemerintah atau pihak lain. Kemiskinan juga dapat menghambat
pembangunan nasional dan pencapaian kesejahteraan umum bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5) Ancaman kedaulatan, yaitu upaya atau tindakan dari pihak asing atau dalam
negeri yang bertujuan untuk melemahkan atau menguasai wilayah, sumber
daya, atau kepentingan nasional Indonesia. Ancaman kedaulatan dapat
mengganggu kedamaian dan keamanan nasional dan internasional. Ancaman
kedaulatan juga dapat merampas hak-hak warga negara Indonesia sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat. Ancaman kedaulatan juga dapat
merusak citra dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang telah disepakati oleh
para pendiri bangsa pada saat kemerdekaan. Pancasila merupakan hasil dari
perjuangan dan pengalaman sejarah bangsa Indonesia dalam mencari identitas dan
cita-cita nasional. Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai luhur
41
yang mencerminkan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia, serta menjadi
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga memiliki
fungsi sebagai sumber hukum, norma, dan etika bagi bangsa Indonesia, serta
sebagai alat pemersatu dan pendorong kemajuan bangsa di tengah tantangan global.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam kelima sila mencakup dasar filosofis
dan ideologis negara. Pancasila dianggap mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang
paling baik, menjadi dasar dan motivasi bagi sikap, perilaku, dan tindakan dalam
kehidupan kolektif masyarakat, bangsa, dan negara. Ketergantungan antar prinsip-
prinsip Pancasila menegaskan sifat integral dan koherensinya. Oleh karena itu,
esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar negara perlu dipahami dan
diimplementasikan oleh seluruh warga negara Indonesia.
Peran dasar Pancasila dalam negara menunjukkan bahwa setiap aspek dari alat
negara di Republik Indonesia harus berakar dan selaras dengan prinsip-prinsip
Pancasila. Ini menyiratkan, antara lain, bahwa Pancasila seharusnya secara
konsisten berfungsi sebagai inti atau semangat panduan yang menginspirasi
kegiatan terkait pembentukan negara, seperti amandemen konstitusi (UUD), dan
harus meresap ke semua aspek administrasi negara.
42
Saran yang ingin kami sampaikan melalui makalah ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman pembaca tentang pentingnya Pancasila dalam kehidupan kita sebagai
bangsa Indonesia. Dengan memahami setiap sila-sila Pancasila secara lebih
mendalam, diharapkan kita sebagai warga negara Indonesia akan lebih mampu
menghargai dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan kritis dan analitis menjadi prinsip penuntun kita, mendorong kita
untuk memeriksa dengan seksama aplikasi nuansa Pancasila dalam kain yang rumit
dari kehidupan sehari-hari. Ini mengundang kita untuk menyelami kompleksitas
bagaimana nilai-nilai ini beresonansi dan menemukan relevansinya dalam konteks
global yang lebih luas. Pendekatan ini memerlukan keterlibatan partisipatif dari
pembaca, mendorong mereka tidak hanya untuk mengonsumsi tetapi juga untuk
mengevaluasi secara kritis dan mendiskusikan implikasi Pancasila dalam berbagai
skenario.
43
PENUTUP
44
tidak hanya terbatas pada wacana, tetapi diterjemahkan menjadi perubahan nyata
dalam kehidupan sehari-hari demi mewujudkan cita-cita luhur bangsa.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Max Boli Sabon SH. 1992. Ilmu Negara Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, hlm 24.
Muzayin. (1992). Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan bagi Remaja). Jakarta : Golden Terayon Press.
Namang, R. B. (2020). Negara dan Warga Negara Perspektif Aristoteles. Jurnal
Ilmiah Dinamika Sosial, 4(2), 247-266.
Noor, M. S. (2009). Sistem Filsafat Pancasila Tegak sebagai sistem Kenegaraan
Pancasila UUD Proklamasi 1945, dalam Kongres Pancasila. Jakarta : Setjend
MK RI.
Notonagoro. (1994). Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. In Solok : CV Mitra Cendekia
Media.
Oetojo., Oesman., & Alfian. (1991). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : BP-7
Pusat.
Pasaribu, S. (2016). Politik Aristoteles. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promothea.
Putra, Y. D. (2021). MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN
TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA.
Saputra, D. M. (2021). Argumen Tentang Dinamika Pancasila Dalam
Sejarah Bangsa.
Sentra, R., & Andri, A. (2022). TEORI KEKUASAAN. YUDABBIRU JURNAL
ADMINISTRASI NEGARA, 4(2), 119-128.
Soltau, R. H., Laski, H. J., Weber, M., & Mc Iver, R. M. Unsur-unsur formal dan
Material Negara.
Subagyo, A. (2020). Implementasi Pancasila Menangkal Intoleransi Radikalisme
dan dan Terorisme. Jurnal Keilmuan PKN, 6 (1).
Surajiyo, S. (2021). Tinjauan Epistemologi Terhadap Pancasila Sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial dan
Humaniora, 5(3), 54-62.
Widodo, S. (2011). Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme.
CIVIS, 1(1).
47
Zabda, S. (2017). Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara
dan Implementasinya dalam Pembangunan Karater Bangsa. Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, 26(2), 106-114.
48
Sumber
Makalah Pendidikan Pancasila Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
https://www.academia.edu/35271528
Pendidikan Pancasila
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
49
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5720940/mengapa-pancasila-dijadikan-
dasar-negara-indonesia-ini-alasannya
50