Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

ESENSI DAN URGENSI PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA

DOSEN PENDIDIK : ASYRUL FIKRI, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

ANGGI DIANELO RITONGA (2105113273)

CLARENCE JOVITA (2105112094)

DIANNISA DIVANAULI (2105134641)

EDISTIN SAYANDINI HUTAJULU (2105113339)

GUNAWAN (2105196496)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Esensi dan Urgensi Pancasila menjadi
Dasar Negara” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
dari Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Makalah ini ditulis berdasarkan sumber dari berbagai buku yang


berhubungan dengan esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada bapak pengajar mata
kuliah Pendidikan Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam mata kuliah ini,
dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan memberikan
masukan serta pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan untuk kita semua mengenai Esensi dan Urgensi Pancasila
menjadi Dasar Negara

Pekanbaru, 5 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………….i

DAFTAR ISI ………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………1

1.1 Latar Belakang …………………………………………...….1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...2
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………........2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………….......…2

BAB 2 PEMBAHASAN........………………………………….……3

2.1 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara..............3

2.2 Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI...6

2.3 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945...........7

2.4 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945.......8

2.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan.............9

BAB 3 PENUTUP………………………………………………...…14

3.1 Kesimpulan ……………………………………………...…..14


3.2 Kritik dan Saran …………………………………….…….....14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………....15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat
merasa bingung dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan
terkadang malah menyepelekan keduanya. Negara adalah organisasi
kekuasaan dari persekutuan hidup manusia, sedangkan bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia. Suatu negara pasti
mempunyai identitas nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara
yang satu dengan negara yang lain karena, identitas nasional suatu bangsa
menunjukkan kepribadian suatu bangsa tersebut.

Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi,


dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan
hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsaIndonesia yang majemuk.
begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia,
Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa
daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh
berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai


dari yang sepelessampai ke persoalan yang vital. Sebenernya semua
persoalan bisa diselesaikan apabila rakyatindonesia sudah menjiwai
pancasila. tetapi negara hanya meninggikan keilmuwan, ilmu
penegatahuan tidak adanya pendalaman pancasila, penerapana pancasila.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.   Bagaimana esensi dan urgensi pancasila menjadi dasar negara ?
2. Apa hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI ?
3. Apa hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945 ?
4. Bagaimana penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD NKRI 1945 ?
5. Bagaimana implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui  Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai menjadi
negara.
2. Mengetahui Apa hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI.
3. Mengetahui Apa hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945.
4. Mengetahui Bagaimana penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD
NKRI 1945.
5. Mengetahui Bagaimana implementasi pancasila dalam perumusan
kebijakan.
1.4 Manfaat Makalah

Manfaat dari pembuatan makalah ini sebagai referensi tambahan dalam


pembelajaran Pendidikan Pancasila dan menambah wawasan mengenai
Esensi dan Urgensi Pancasila menjadi Dasar Negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

2.1.1 Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Esensi berasal dari kata essence yang menurut kamus Longman berarti the
most basic and important quality of something, sedangkan  dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) esensi adalah kata benda yang artinya hakikat; inti; hal
yang pokok. Jadi segala sesuatu yang merupakan Hakikat, dasar, inti, sari, hal
yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi
tergantung dalam konteks dan penggunaannya.

Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal formal telah diterima


dan ditetapkan menjadi dasar dan ideologi negara Indonesia sejak 18 Agustus
1945. Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara merupakan milik bersama akan
memudahkan semua stakeholder bangsa dalam membangun negara berdasar
prinsip-prinsip konstitusional.

Mahfud M.D. (2009: 16--17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila


sebagai dasar negara membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-
kaidah penuntun dalam pembuatan kebijakan negara, terutama dalam politik
hukum nasional. Lebih lanjut, Mahfud M.D. menyatakan bahwa dari Pancasila
dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya 4 kaidah penuntun dalam pembuatan
politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu sebagai berikut:

1) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau
keutuhan bangsa, baik secara ideologi maupun secara teritori.

2) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya


membangun demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara hukum)
sekaligus.

3) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya


membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3
4) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama sehingga tidak boleh
melahirkan kebijakan atau politik hukum yang berdasar atau didominasi oleh satu
agama tertentu atas nama apapun, tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang
hampa agama sehingga setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai
oleh ajaran berbagai agama yang bertujuan mulia bagi kemanusiaan.

Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal


yuridis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah
sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang dari pembukaan
secara jelas merupakan perubahan secara tidak sah atas Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kaelan, 2000: 91-92). 95
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:

1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum
Indonesia yang dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia
dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.

2) Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.

3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis). 4) Mengandung norma yang mengharuskan UUD
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
(termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur.

5) Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara,


para pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena semangat
tersebut adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena
masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman dan dinamika masyarakat (Kaelan, 2000: 198--199)

4
Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang integral, yang saling
mengandaikan dan saling mengunci. Ketuhanan dijunjung tinggi dalam kehidupan
bernegara, tetapi diletakkan dalam konteks negara kekeluargaan yang egaliter,
yang mengatasi paham perseorangan dan golongan, selaras dengan visi
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan kebangsaan, demokrasi
permusyawaratan yang menekankan consensus, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-
2014, 2013: 88).

2.1.2 Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Soekarno melukiskan urgensi Pancasila bagi bangsa Indonesia secara


ringkas tetapi meyakinkan, sebagai berikut: Pancasila adalah Weltanschauung,
satu dasar falsafah, Pancasila adalah satu alat pemersatu bangsa yang juga pada
hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala
penyakit yang telah dilawan berpuluh-puluh tahun, yaitu terutama imperialisme.
Perjuangan suatu bangsa, perjuangan melawan imperialisme, perjuangan
mencapai kemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yang membawa corak sendiri-
sendiri. Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara perjuangan sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh
karena itu, pada hakikatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian
sendiri. Kepribadian yang terwujud dalam pelbagai hal, dalam kenyataannya,
dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan lain-lain sebagainya (Pimpinan
MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 94-95).

Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu: 1) agar para pejabat publik
dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah, dan 2) agar partisipasi
aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar negara, dapat


menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu institusional (kelembagaan) dan human
resourses (personal/sumber daya manusia).

a. pendekatan institusional

5
Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan negara
yang bersumber pada nilainilai Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi
unsur-unsur sebagai negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara
atau terpenuhinya kepentingan nasional (national interest), yang bermuara pada
terwujudnya masyarakat adil dan makmur

b. pendekatan human resources

Human resources terletak pada dua aspek, yaitu orang-orang yang memegang
jabatan dalam pemerintahan (aparatur negara) yang melaksanakan nilai-nilai
Pancasila secara murni dan konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga formulasi kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang
mengejawantahkan kepentingan rakyat.

Untuk mengatasi beberapa masalah yang ada  perlu pemahaman yang


mendalam terhadap urgensi pancasila sebagai dasar negara. Dalam pemahaman
tersebut ada tahap  implementasi juga yaitu tahap yang selalu memperhatikan
prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel, danfairness
sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan warga
negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila sebagai
sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan free
fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni, serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik. Maka
Indonesia akan mencapai tujuan yang di cita-citakan seperti yang diharapan
pejuang-pejuang pada masa dulu jika rakyat Indonesia menerapkan nila-nilai yang
terkandung dalam pancasila.

2.2. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI

Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar
filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib
hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan
proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat
untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa

6
indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam  pancasila.
Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari 
perjuangan bangsa indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya
ditandai dengan  proklamasi. Pada peristiwa proklamasi juga dilakukan
penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan derajat nilai-nilai pancasila yang
mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah direndahkan, dilecehkan, serta
diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia
hidup dan tujuan hidup kita sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari
belenggu penjajahan juga tidak lepas dari besarnya keinginan rakyat Indonesia
pada saat itu untuk merdeka, persatuan dan kesatuan juga berperan penting dalam
proses pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan juga merupakan
salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila.

2.3 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945

Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu
pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila
sebagai dasar negara republik Indonesia. Notonagoro (1982:24-26) menegaskan
bahwa Undang-Undang Dasar tidak merupakan peraturan hukum yang tertinggi.
Di atasnya, masih ada dasardasar pokok bagi Undang-Undang Dasar, yang
dinamakan pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan


Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:

1) Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai


staatsfundamentalnorm. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan merupakan
peraturan hukum yang tertinggi di atas Undang-Undang Dasar. Implikasinya,
semua peraturan perundang-undangan dimulai dari pasal-pasal dalam UUD 1945
sampai dengan Peraturan Daerah harus sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

7
2) Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Secara ilmiah-akademis, Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnormmempunyai hakikat kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
berubah bagi negara yang dibentuk, dengan perkataan lain, jalan hukum tidak lagi
dapat diubah (Notonagoro, 1982: 25).

2.4 Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD NRI 1945

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Pasal 28E
 Ayat 1 “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”.
 Ayat 2 Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 29
Ayat 1 “ negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa”.
Ayat 2 “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.

2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab


Pasal 27(1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”.
Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat
dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Pasal 30(1) “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikutserta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”.
Pasal 31(2) “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah
wajib membiayainya”.
3.      Persatuan Indonesia

8
Pasal 1 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang”.
Pasal 32(2)  “negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional”.
Pasal 35  “bendera negara Indonesia ialah sang merah putih”.
Pasal 36(A) “lambang negara ialah garuda pancasila dan semboyannya adalah
bhineka tunggal ika”.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pasal 37(3) “untuk mengubah pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR”.
5.  Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Pasal 34(1) “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Pasal 34(2) “negara mengembangkan sistem jaminan”

2.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan

a. Bidang Politik

Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan pada bidang politik dapat


ditransformasikan melalui sistem politik yang bertumpu kepada asas kedaulatan
rakyat berdasarkan konstitusi, mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Dalam
sistem politik, negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang berperan sebagai rakyat.
Maka kekuasaan negara harus berdasarkan pada asal mula dari rakyat untuk
rakyat. Contoh yang dapat kita ingat dimasa lau adalah pada masa Soekarno. Pada
zaman itu, sudah terdapat kesadaran politik untuk membangun bangsa ini dengan
hanya melibatkan tiga komponen penting saja, meliputi Nasionalisme, Agama,
dan Komunis (NASAKOM). Tetapi prakarsa ini akhirnya menimbulkan
kecemburuan dari pihak militer yang berujung pada pelengseran Soekarno dari
kekuasaannya. Hal itu menandakan bahwa dalam rangka membangun bangsa ini

9
tidak boleh dilakukan oleh beberapa kelompok saja, melainkan seluruh rakyat
Indonesia juga yang memiliki peran yang sangat penting dalam membangun
bangsa ini.
Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik pada
sektor suprastruktur (lembaga politik negara) maupun infrastruktur politik
(lembaga kemasyarakatan negara), dibatasi oleh konstitusi. Hal inilah yang
menjadi hakikat dari konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang semua
komponen dalam sistem politik diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan maksud
agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh siapapun. Dengan demikian,
pejabat publik akan terhindar dari perilaku sewenang-wenang dalam merumuskan
dan mengimplementasikan kebijakan publik, dan sektor masyarakat pun akan
terhindar dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan haknya.

b. Bidang Ekonomi

5 prinsip pembangunan ekonomi yang mengacu kepada nilai Pancasila, yaitu


sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa, roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-


rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ada kehendak kuat dari seluruh
masyarakat untuk mewujudkan pemerataan sosial (egalitarian), sesuai asas-asas
kemanusiaan;

3) Persatuan Indonesia, prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan


perekonomian nasional yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai
setiap kebijaksanaan ekonomi;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan
merupakan bentuk saling konkrit dari usaha bersama;

5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adanya imbangan yang jelas
dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi dalam

10
pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk mencapai keadilan ekonomi dan
keadilan sosial.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi


mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada asasasas
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan
swasta, badan usaha milik negara, dalam implementasi kebijakan 107 ekonomi.
Selain itu, negara juga harus mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah termasuk fakir miskin dan
anak terlantar, sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan
Pasal 34 ayat (1) sampai dengan ayat (4) UUD 1945.

c. Bidang Sosial Budaya

Sejatinya, masyarakat Indonesia memiliki karakter hidup bergotong royong.


Namun rasa persatuan dan kesatuan bangsa ini sudah tergerus oleh tantangan arus
globalisasi yang bermuatan nilai individualistik dan materialistik. Apabila hal ini
tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin jati diri bangsa akan semakin
terancam. Sehingga dalam mengatasi permasalahan tersebut, maka kita harus
mengangkat nilai-nilai pancasila yang merupakan dasar nilai yang dimiliki Bangsa
Indonesia. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik,
artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Terdapat rumusan dalam sila kedua pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil
dan beradab”. Dalam rangka pengembangan sosial budaya, pancasila merupakan
sumber bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai
kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) universalisasi,
yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur dan (2)
transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual
Dengan demikian, semua kebijakan sosial budaya yang harus dikembangkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia harus
menekankan rasa kebersamaan dan semangat kegotongroyongan. Karena gotong

11
royong merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh Negara
lain pada zaman ini maupun zaman dahulu.

d. Bidang HanKam

Salah satu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dari tujuan tersebut dapat kita
simpulkan bahwa Negara Indonesia didirikan untuk melindungi rakyat Indonesia,
sedangkan Negara Indonesia itu tidak hanya pemimpin dan pejabat negara saja,
tetapi rakyat Indonesia secara keseluruhan. Karena hal itu, maka keamanan
merupakan syarat tercapainya kesejahteraan warga negara.
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi terjaminnya harkat dan martabat manusia.
Terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi setiap manusia. Pertahanan dan
keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat
dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.
Pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa
(sila I dan II). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah berdasarkan pada tujuan
demi kepentingan warga dalam seluruh warra sebagai waraga Negara (sila III).
Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin dasar-dasar, persamaan
derajat, serta kebebasan kemanusiaan (sila IV) dan akhirnya pertahanan dan
keamanan haruslah diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup
masyarakat (terwujudnya suatu keadilan sosial) agar benar-benar Negara
meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu Negara hokum dan
bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
Dan juga dalam UUD 1945 telah dibahas tentang keamanan dan ketertiban
Negara yang terdapat pada pasal Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3),
(4), dan ayat (5) UUD 1945.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kelangsungan hidup
bangsa dan Negara ini bukan hanya tanggung jawab dari TNI dan POLRI saja,

12
melainkan merupakan tugas seluruh warga Negara. Karena kita yang memiliki
Negara ini, maka kita yang memiliki kewajiban untuk menjaganya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Esensi pancasila sebagai dasar negara merupakan segala sesuatu yang


merupakan Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan
konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan
penggunaannya.

Ir. Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi


meyakinkan. Pancasila adalah Weltanschauung , satu dasar falsafah dan juga satu
alat pemersatu bangsa yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam
perjuangan melenyapkan segala macam penjajahan terutama imperialisme.

Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan


dasar filsafat negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib
hukum bangsa Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan
proklamasi merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat
untuk merdeka yang disemangati oleh jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa
indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.

Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan terdapat pada berbagai


bidang kehidupan negara yaitu bidang ekonomi, bidang politik, sosial budaya, dan
hankam.

3.2 SARAN

Dalam membuat Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk


Masa Depan ini mungkin masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami
mengaharapkan kritik dari pembaca agar makalah yang kami buat ini menjadi
lebih baik dan lebih sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia

https://www.slideshare.net/pajeglempung/buku-ajar-mata-kuliah-wajib-umum-
pendidikan-pancasila-perguruan-tinggi-mahasiswa

15

Anda mungkin juga menyukai