Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, puji syukur kami panjatkan kepada Alloh


SWT, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Sholawat serta salam
semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni
islam.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan kami beri judul
Pancasila Sebagai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tidak lupa ucapan terimakasih kami kepada Bapak Ahmad
Sudi Pratikno, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, yang telah membimbing kami selama ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,makadari
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi.

Kencong, Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

I.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

I.3 Manfaat ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

II.1 Dasar Filosofis ......................................................................................................... 3

II.2 Pokok-Pokok Nilai Pancasila sebagai Norma Fundamental Negara........................ 8

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ....................................................................... 10

2. Sila Kemanusiaan Yang Beradab...................................................................... 11

3. Sila Persatuan Indonesia ................................................................................... 12

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan ........................................................................... 13

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ...................................... 14

II. 3 Pembelajaran Pancasila Sebagai Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa ......... 15

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20

III.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 20

III.2 Saran ..................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara yang setiap hukum dan pandangan
hidup bangsa Indonesia mengacu dan berlandaskan kepada kelima sila dari
pancasila tersebut. Kelima sila dari pancasila adalah merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan, karena hal itu merupakan cita-cita bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia serta merupakan


nilai dasar fundamental bangsa Indonesia, sehingga bagi seluruh warga negara
Indonesia mengetahui dan memahami pancasila adalah suatu kewajiban.

Sebuah bangunan dapat berdiri kokoh apabila dibangun di atas fondasi


yang kokoh pula. Fondasi merupakan konstruksi terpenting dalam sebuah
bangunan karena berfungsi sebagai penahan seluruh beban bangunan yang berada
di atasnya. Sama halnya dengan membangun suatu negara, dibutuhkan fondasi
atau dasar negara yang kokoh agar dapat menopang berdirinya sebuah negara dan
mampu menjadi filter dari budaya luar yang mengancam integritas bangsa.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang didapat
adalah sebagai berikut:

1. Apa maksud dasar filosofis pancasila?


2. Apa saja pokok-pokok nilai pancasila sebagai dasar fundamental
negara?
3. Apa saja pokok-pokok nilai luhur Pancasila?
4. Apa fungsi Pembelajaran Pancasila sebagai penguatan karakter dan jati
diri bangsa?

1
I.3 Tujuan
1. Menjabarkan apa maksud Pancasila sebagai dasar filosofis
2. Menjelaskan apa saja pokok-pokok nilai pancasila sebagai dasar
fundamental negara
3. Menjelaskan makna dan nilai luhur sila-sila dalam pancasila
4. Menjelaskan apa fungsi Pancasila sebagai penguatan karakter dan jati
diri bangsa

I.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa makna dasar filosofis Pancasila
2. Untuk mengetahui apa saja pokok-pokok nilai pancasila sebagai dasar
fundamental negara
3. Untuk mengetahui apa makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam masing-masimg sila Pancasila
4. Untuk memahami apa fungsi Pancasila sebagai penguatan karakter dan
jati diri bangsa

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Dasar Filosofis


Pancasila yang dibahas secara Filosofis di sini adalah Pancasila yang butir-
butirnya termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis
dalam alinea keempat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas
Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi
Negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh, dan berkembangnya Negara
Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis ini dapat
diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati
diri bangsa.1

Sejak tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah menjadi dasar Falsafah


Negara (Philosophice Grondslag), Ideologi Negara dan Pandangan Hidup bangsa
Indonesia. Istilah Philosophice Grondslag didefinisikan sebagai fundamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung
Indonesia merdeka.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis.2Oleh
karena itu sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis3
dan sistematis.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia


mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan, kebangsaan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

1
Sarinah, dkk.,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN di Perguruan Tinggi),
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 33-34
2
Sistematis adalah teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang diatur baik-baik.
KBBI online, https://kbbi.web.id/sistematis.html, diakses tanggal 22 Oktober 2019
3
Hierarki adalah urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan).
KBBI online, https://kbbi.web.id/hierarki.html, diakses tanggal 22 Oktober 2019

3
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-
cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat
karena merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam sistem yang tepat.
Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang
hakikat pancasila.4

Nilai-nilai pancasila telah ada sebelum Indonesia merdeka, dan sidang


PPKI tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan pandangan hidup bangsa Indonesia
dan pancasila sebagai dasar filsafat negara. Pengesahan ini menempatkan
Pancasila sebagai kaidah pokok negara (Staatsfundamentalnorm).

Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara


(Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky.5 Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki
norma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum. Salah
seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen,
yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiasky disebut dengan theori von stufenufbau der
rechtsordnung.

Susunan norma menurut teori tersebut adalah:6

1. Norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm)


2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)
3. Undang-undang formal (formell gesetz)
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en
autonome satzung)

Berdasarkan Teori tersebut, struktur Tata Hukum di Indonesia adalah:

4
Agustinus W. Dewantara. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. (DIY: Kanisius, 2017). Hlm.
11-12
5
Jimly Asshiddiqie, Ideologi, Pancasila dan Konstitusi, Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.academia.edu. 2008, hlm. 10
6
Ibid

4
1. Norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm) adalah Pancasila
(Pembukaan UUD 1945).
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz) adalah Batang Tubuh UUD
1945, dan Konvensi Ketatanegaraan.
3. Undang-undang formal (formell gesetz) adalah Undang-Undang.
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en
autonome satzung) secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah
hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

Kaidah pokok suatu negara mengandung unsur-unsur mutlak, yaitu:

1. Dalam hal terjadinya:


a. Ditentukan oleh pembentuk negara;
b. Terjelma dalam suatu bentuk pernyataan lahir (ijab-kabul) sebagai
penjelmaan kehendak pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal
tertentu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuk.
2. Dalam hal isinya:
a. Memuat dasar-dasar negara yang dibentuk atas dasar cita-cita
kerohanian apa (asas kerohanian negara), atas dasar cita-cita politik
negara apa (asa politik negara), dan untuk cita-cita negara apa
(tujuan negara) negaranya dibentuk dan diselenggarakan;
b. Memuat ketentuan diadakannya undang-undang dasar negara, yang
menjadi sebab dijadikannya sumber hukum dari Undang-Undang
Dasar Negara.

Pancasila telah memenuhi persyaratan tersebut. Pancasila disahkan dalam


sidang PPKI yang merupakan badan pendahulu Komite Nasional Pusat dan
dipimpin oleh Proklamator kemerdekaan Indonesia.

5
Kedudukan pancasila sebagai kaidah pokok negara mempunyai
implikasi7 sebagai berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum


Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum sebagaimana yang
dimaksudkan dalam memorandum DPR-GR8, yang kemudian dikukuhkan dengan
Tap. MPRS No.XX/MPRS/1966 dan dilanjutkan dengan Tap. MPR
No.V/MPR/1973 serta Tap.MPR No.IX/MPR/1978. Sumber tertib hukum adalah
cita-cita hukum serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan
bangsa, peri kemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial
(global), cita-cita politik mengenai sifat dan bentuk serta tujuan negara, cita-cita
moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan (perwujudan) budi nurani manusia.

Sesuai dengan prinsip negara hukum, setiap peraturan perundang-


undangan harus berdasarkan kepada sumber yang lebih tinggi, dan sesuai dengan
sistem konstitusional. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (dalam hal ini
Batang Tubuhnya) adalah bentuk peraturan perundang-undangan yang tertinggi.
Batang Tubuh UUD ini menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pasal-pasalnya. Dengan demikian, setiap peraturan perundang-undangan
yang berlaku harus dapat dikembalikan pada Pancasila.

Rumusan dasar filosofis negara atau ideologi negara yang terkandung


dalam Pembukaan UUD 1945 adalah Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut dapat
pula disebut sebagai rumusan dasar dari cita-cita hukum (rechtsidee)9 negara
Republik Indonesia. Sebagai cita-cita negara, tentunya ia harus dirumuskan

7
Implikasi: keterlibatan atau keadaan terlibat. KBBI online.https://kbbi.web.id/implikasi.html.
Diakses tanggal 23 Oktober 2019
8
DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong), DPR yang dibentuk dan berlaku selama
periode 26 Juni 1960 hingga 15 November 1965.
DPR RI.Sejarah DPR: Sejarah Terbentuknya DPR RI. www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr.
diakses tanggal 23 Oktober 2019
9
Cita-cita hukum mengandung arti bahwa pada hakikatnya hukum sebagai aturan tingkah laku
masyarakat berakar pada gagasan, rasa, karsa, cipta, dan pikiran masyarakat itu sendiri.

6
berdasarkan cita-cita yang hidup di dalam masyarakat yang telah ada sebelum
negara ini didirikan.10

Dengan terbentuknya Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang termuat dalam Pasal 2, secara
tegas menyatakan bahwa, “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar
filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila”11

2. Melekat pada kelangsungan hidup negara.


Pancasila telah melekat pada kelangsungan hidup negara yang tidak bisa
diubah karena tidak ada satu pasal pun yang menyebutkan adanya suatu badan
yang berwenang untuk mengubah Pembukaan UUD atau Pancasila.

3. Bersifat Imperatif
Sifat Pancasila Imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa
setiap warga negara untuk tunduk kepada Pancasila. Pengamalan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari disertai sanksi-sanksi hukum, siapapun yang melanggar
maka akan dikenai sanksi hukum yang berlaku di Indonesia. Itu artinya Pancasila
mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terkait dalam cita-
cita yang terkandung di dalamnya.12

10
Oksep Adhayanto. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-Undanagn.Jurnal Ilmu Hukum 5(2).Februari 2015-Juli 2015.
Hlm. 5
11
Yusron Pahlevi.Analisis Yuridis Pancasila sebagai Norma Fundamental Negara
(Staatsfundamentalnorm), Negara dan Keadilan 8(1), 2019, hlm. 3
12
August Hadiwijono, Pendidikan Pancasila, Eksistensinya bagi Mahasiswa, Jurnal cakrawala
Hukum 7(1), Juni 2016, hlm. 83

7
II.2 Pokok-Pokok Nilai Pancasila sebagai Norma Fundamental Negara
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara, seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila termuat nilai-nilai luhur
yang harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pancasila sebagai jiwa rakyat Indonesia sungguh dapat dilihat dan dirasakan.13

Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische


Grondslag ataupun Weltanschauung14, maka bisa disimpulkan bahwa Piagam
Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945
merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia.
Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar
negara Indonesia, termasuk didalamnya Pancasila.15

Pembukaan UUD 1945 sebagai norma dasar kedudukannya lebih utama


dibandingkan Pasal-Pasal UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945
mengandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila itu sendiri,
atau jiwa Pancasila. Sehingga Pancasila dapat dikatakan mempunyai kedudukan
sebagai Norma Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm) yang menjadi
dasar dan sumber bagi aturan dasar negara atau aturan pokok negara yaitu Pasal-
Pasal atau Batang Tubuh UUD 1945, dan merupakan landasan dasar filosofisnya
yang mengandung kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan negara lebih lanjut.16

Pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila

Pokok-pokok pikiran yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 tidak lain
adalah penjabaran nilai-nilai Pancasila17, yaitu:

13
Yuyus Kardiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMK/MAK kelas X,
(Jakarta: Erlangga, 2018), hlm. 40
14
Philosofische Grondslag adalah fundamen, filsafat, pikiran sedalam-dalamnya yang diatasnya
akan didirikan banguna negara Indonesia. Sedangkan Weltanschauung adalah pandangan hidup.
15
Jimly Asshiddiqie, Op.cit., hlm. 13
16
Sulistyani Eka Lestari, Pancasila dalam Konstruksi Sistem Hukum Nasional, Negara dan
Keadilan Vol 7, No. 2, Agustus 2018, hlm. 88
17
Yana Suryana, dkk.,Ensiklopedia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Pancasila dan
Konstitusi, (Klaten: Cempaka Putih, 2018), hlm. 37

8
1. Pokok pikiran pertama, “Negara melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran
nilai-nilai atau sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua, “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Pokok pemikiran ini merupakan
penjabaran nilai-nilai atau sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
3. Pokok pikiran ketiga, “Negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”.
Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran nilai-nilai atau sila
keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan.
4. Pokok pikiran keempat, “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Pokok pemikiran ini merupakan penjabaran nilai-nilai atau sila
pertama dan kedua Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Hal-hal yang mutlak sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila, yaitu


terdiri atas kodrat, raga, dan jiwa jasmani dan rohani.Sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta berkedudukan sebagai makhluk
pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.18

Pokok-pokok nilai luhur kesatuan sila-sila Pancasilayang bersifat hierarkis


pyramidal19dan sekaligus merupakan ciri atau karakteristik yang terkandung
dalam nilai-nilai Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:

18
Sarinah, dkk.,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: PPKn di Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 42
19
Pancasila tersusun secara hierarkis pyramidal, artinya pancasila memiliki tingkatan yang
menjadi satu kesatuan yang saling erat hubungannya, jadi sila ke-1 menjadi dasar dan erat
kaitannya dengan sila ke-2, begitupun seterusnya sampai sila ke-5.

9
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai semua sila-sila
dalam Pancasila yang lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa dapat diartikan
meliputi seluruh hidup kebatinan manusia, sehingga segala bentuk aliran
keagamaan dan kepercayaan dibulatkan menjadi satu dan ditujukan kepada suatu
bentuk kepercayaan kepadaTuhan Yang Maha Esa. Esa artinya satu, tiada duanya,
karena Tuhan yang disembah oleh berbagai ras dan suku bangsa sesuai
kepercayaan dan agamanya masing-masing, memang hanya satu.20Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dimaknai secara tersurat dan tersirat.
- Tersurat artinya makna yang sudah jelas tertera dan tertulis dalam
kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu menjelaskan bahwa negara
Indonesia menganut satu Tuhan. Yakni, seluruh agama dan
kepercayaan yang ada di indonesia hanya percaya adanya satu Tuhan.
Makna kata “Tuhan” dalam kalimat tersebut bukan merujuk pada satu
agama atau satu kepercayaan saja. Tapi merujuk kepada Tuhan
masing-masing agama dan aliran kepercayaan yang adadi indonesia.
Dan negara menjamin kebebasan beragama tanpa membatasi atau
memaksakan aturan-aturan didalamnya.
- Tersirat artinya makna yang tersembunyi yang tersirat dalam kalimat
Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu negara Indonesia adalah negara
beragama. Negara beragama disini bukan berarti negara agama yang
hanya menganut satu agama, tapi terdiri dari berbagai macam agama
dan aliran kepercayaan.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini tertuang dalam ayat Al-Qur’an, yaitu
dalam surah Al Ikhlas ayat 121 sebagai berikut:

20
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2012), Hlm. 91
21
Istigfari Oktavia, [Undergraduate Thesis], Esensi Pancasila dalam Al-Qur’an: Studi Penafsiran
Hamka dan Quraish Shihab, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2018), hlm. 69

10
‫قُ ْل ُه َو ه‬
‫ّٰللاُ ا َ َحد‬
22

Artinya: Katakanlah, Dialah Alloh Yang Maha Esa.(QS. Al-Ikhlas: 1)

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila pertama ini antara lain:23

- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya


terhadap Tuhan yang Maha Esa.
- Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang beradab.
- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
- Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
penganut kepercayaan.
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhannya masing-masing.
- Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.
- Tidak memaksakan suatu agama atua kepercayaannya kepada orang
lain.

2. Sila Kemanusiaan Yang Beradab


Kemanusiaan, dalam bahasa Inggris adalah mankind, dan dalam bahasa
Belanda adalah men-sheid. Sedangkan perikemanusiaan dalam bahasa Inggris
adalah humanity, dan dalam bahasa belanda adalah menselijkheid, yaitu jiwa yang
merasakan bahwa antara manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai
hubungan dan adanya kehendak untuk mengangkat dan membedakan bahwa
harkat dan martabat manusia lebih tinggi dari makhluk yang lain.24

22
Al-Qur’an Digital 2.1, http://www.alquran-digital.com, (Semarang: Toha Putra, 1989),
hlm.1098
23
Yuyus Kardiman. Loc.cit.
24
Ketut Rindjin, Op.cit.,hlm. 107-108

11
Sila kedua Pancasila ini tertuang dalam ayat Al-Qur’an surah An-Nisa ayat
13525 sebagai berikut:
‫ فَ ََل تَتَّبِعُوا ا ْل َه ٰٓوى ا َ ْن ت َ ْع ِدلُ ْوا‬26
Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran/jadilah manusia yang adil. (QS. An-Nisa: 135)

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila kedua ini adalah:27


- Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
- Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
- Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
- Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
- Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.

3. Sila Persatuan Indonesia


Mengingat susunan Pancasila yang bersifat hierarkis piramidal, sila
Persatuan Indonesia dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.Persatuan berasal dari kata “satu” yang
berarti utuh, tidak terpecah-pecah. Jadi persatuan berarti wujud keutuhan yang
dibentuk melalui proses penyatuan dari berbagai unsur kebhinnekaan yang ada di
Indonesia. Sedangkan kata “Indonesia” mengacu pada seluruh bangsa Indonesia
sekaligus wilayahnya.28

25
Istigfari Oktavia, Op.cit.,hlm. 70
26
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit., hlm. 146
27
Yuyus Kardiman, Op.cit.,hlm. 41
28
Ketut Rindjin, Op.cit, hlm. 125

12
Sila ketiga ini tertuang dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 1329
sebagai berikut:

30
‫ارفُوا‬
َ َ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَع‬
ُ ‫َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬

Artinya: Dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku


supaya kamu saling kenal mengenal.(QS. Al Hujurat: 13)

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila ketiga ini diantaranya:31

- Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
- Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
apabila diperlukan.
- Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
- Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
- Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
- Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Secara umum, sila keempat ini sering juga disebut demokrasi. Kata
“demokrasi” berasal dari bahasaYunani, yaitu demos,yang artinya rakyat, dan
cratein, yang artinya memerintah. Jadi demokrasi adalah cara memerintah negara
oleh rakyat.32 Dalam bahasa Indonesia, kerakyatan berasal dari kata “rakyat”,
yang berarti sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah tertentu.

29
Istigfari Oktavia, Op.cit., hlm.71
30
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit.,hlm. 843
31
Yuyus Kardiman, Op.cit, hlm. 42
32
Ketut Rindjin, Op.cit, hlm.146-147

13
Kerakyatan berarti suatu prinsip yang mengakui bahwa kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat.Disebut juga kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang
berdaulat.Prinsip kedaulatan rakyat ini merupakan suatu cita-cita politik.33

Sesuai ayat Al-Qur’an surah As-Syura ayat 38 34 sebagai berikut:

َ ‫ َوأ َ ْم ُر ُه ْم ش‬35
‫ُورى بَ ْينَ ُه ْم‬

Artinya:Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di


antara mereka; (QS. As Syura: 38)

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila keempat ini36 diantaranya:

- Sebagai warga negara, setiap manusia Indonesia mempunyai


kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
- Tidak boleh memaksakan kehendak pada orang lain.
- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
- Musyawarah untuk mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
- Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
- Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
- Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan dapat didefinisikan sebagai kehendak yang tidak berubah untuk
memberikan semua yang menjadi hak seseorang berdasarkan kesetaraan manusia

33
Ibid, hlm. 169
34
Istigfari Oktavia, Op.cit., hlm.72
35
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit.,hlm. 785
36
Yuyus Kardiman, Loc.cit.

14
dan perbedaan manusia.37Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
merupakan salah satu tujuan negara untuk mewujudkan tata masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Ayat Al-Qur’an yang mendasari sila ini ada dalam surah An-Nahl ayat
9038 sebagai berikut:

39
‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبا ْلعَ ْد ِل َو‬
َ ْ‫اْلح‬ َّ َّ‫إِن‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat


kebajikan. (QS. An-Nahl: 90)

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila kelima ini diantaranya40


adalah:

- Mengembangkan perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluiargaan dan kegotongroyongan.
- Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
- Menghormati hak orang lain.
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Tidak menggunakan hak milik untuk berbuat yang merugikan
kepentingan umum.
- Menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

II. 3 Pembelajaran Pancasila Sebagai Penguatan Karakter dan Jati Diri


Bangsa
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila hakikatnya adalah dasar negara (filsafat
negara) sekaligus pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa. Memahami hakikat
Pancasila berarti memahami makna pokok dari nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua kedudukan dan fungsi tersebut

37
Ketut Rindjin, Op.cit.,hlm. 173
38
Istigfari Oktavia, Op.cit.,hlm. 73
39
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit.,hlm. 413
40
Yuyus Kardiman, Op.cit., hlm. 43

15
bersifat hakiki. Karena itu, berbagai kedudukan dan fungsi Pancasila yang lain,
seperti sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, ideologi nasional, perjanjian luhur,
tujuan bangsa, termasuk sebagai norma dasar dan kriteria dasar watak/kepribadian
manusia Indonesia semuanya dapat dikembalikan pada sifat hakiki tersebut.
Berdasarkan kedudukan nilai Pancasila yang hakiki itu, lahirlah berbagai nilai dan
fungsi Pancasila yang melandasi tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.41

Karakter bangsa merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam


membentuk suatu negara yang kokoh. Melalui proses pendidikan karakter bangsa,
generasi muda Indonesia dididik untuk memiliki kemampuan yang optimal dalam
mengembangkan dan memberdayakan potensi dirinya. Pendidikan karakter
bangsa dilaksanakan agar generasi muda dapat berkontribusi signifikan pada
bangsa dan negara.

Degradasi moral dapat terjadi karena suatu bangsa kehilangan jati dirinya.
Mereka tidak dapat mempertahankan apa yang menjadi identitasnya selama ini.
Mereka terlalu terlena dan kurang dapat menyaring budaya yang masuk ke
Indonesia. Padahal sebenarnya, bangsa ini memiliki Pancasila. Pancasila
merupakan karakteristik yang kini mulai luntur kesadaran untuk menghayatinya.
Mulai dari sila pertama hingga sila kelima semuanya mencakup berbagai lini
kehidupan yang dijalani manusia.

John F Kennedy pernah mengatakan, “Bila ada sesuatu yang salah pada
sistem di suatu negara, maka lihatlah apa yang salah dalam pendidikannya”.
Mengingat salah satu faktor penyebab maju mundurnya suatu bangsa adalah pada
pendidikannya. John F Kennedy, salah seorang Presiden Amerika Serikat pada
masanya, juga pernah mengatakan, “Ask not what your country can do for you,
but ask what you can do for your country”. Yang artinya, “jangan tanyakan apa

41
Bambang Sumardjoko, Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pembelajaran PKn Berbasis
Kearifan Lokal untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa, IPPMUMS,
publikasiilmiah.ums.ac.id, 2013, hlm. 113

16
yang telah negaramu berikan padamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu
berikan untuk negaramu”.42

Dalil Al-Qur’an yang mengemukakan tentang pendidikan di antaranya


adalah surah Al-Kahfi ayat 66,43 sebagai berikut:

44
ْ ‫علَى أ َ ْن تُعَ ِل َم ِن ِم َّما ع ُِل ْمتَ ُر‬
‫شدًا‬ َ َ‫سى َه ْل أَتَّبِعُك‬
َ ‫قَا َل لَهُ ُمو‬
Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?"(QS. Al-Kahfi: 66)

Dalil Al-Qur’an tentang perintah belajar/menuntut ilmu juga tertuang


dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-545 sebagai berikut:

َ‫ِي َخلَق‬ ْ ‫ اِ ْق َرأْ بِا‬46


ْ ‫س ِم َربِكَ الَّذ‬
‫علَق‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬

‫اِ ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْلَك َْر ُم‬

‫علَّ َم ِبا ْلقَلَ ِم‬ ْ ‫الَّذ‬


َ ‫ِي‬

‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْل ْن‬ َ
Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia.

Yang mengajari manusia dengan pena.

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS. Al-‘Alaq: 1-5)

42
Mahifal, Relevansi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Era
Globalisasi, Wawasan Tridharma: Majalah Ilmiah Kopertis Wilayah Jawa Barat No.6, XXIII,
Januari 2011, hlm. 2
43
Syeh Hawib Hamzah, Petunjuk Al-Qur’an tentang Belajar dan Pembelajaran, An International
Journal: Dinamika Ilmu 9(2), Desember, 2009, hlm. 4
44
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit., hlm.452
45
Ibid
46
Al-Qur’an Digital 2.1, Op.cit., hlm.1075

17
Penerapan nilai-nilai luhur Pancasila dapat dimulai dari hal-hal
sederhana.Dengan demikian usaha membiasakan diri menerapkan nilai-nilai luhur
Pancasila dapat dimulai dari kehidupan sehari-hari, seperti dalam lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan berbangsa dan
bernegara.

Pendidikan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk


menghasilkan warga negara yang baik dan patriotik. Tolok ukur dalam
berperilaku bermoral sesuai dengan nilai-nilai etika atau kesusilaan yang sesuai
dengan nilai-nilai kaidah atau kebenaran. Nilai-nilai moral ini berlandaskan pada
nilai-nilai kebangkitan yang secara luas membentuk karakter dari seseorang warga
negara dalam penanaman nilai moral yang mempengaruhi perilaku, sehingga
implikasinya terdapat sikap tanggung jawab, tenggang rasa serta disiplin yang
perlu dikembangkan, salah satunya lewat pembelajaran efektif pendidikan
Pancasila yang bisa didapat melalui pendidikan formal, karena fungsi Pancasila
salah satunya adalah sebagai dasar fundamental penanaman nilai moral dan
karakter kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila mempunyai arti yang bersifat substansif dan regulatif. Adanya


nilai yang bersifat substansif karena Pancasila merupakan paham atau pandangan
hidup yang fundamental dan merupakan norma dasar serta menjadi landasan dari
norma-norma lainnya. Sedangkan sifat regulatif-nya adalah karena di dalam
masing-masing butir Pancasila nampak nilai operatif dan regulatif karena
masing-masing sila tersebut menjadi satu kesatuan sistem yang juga berinteraksi
dan bekerja sama, juga memberikan pengaturan yang dapat menjadi pedoman
kehidupan manusia Indonesia secara langsung.47

Nilai operatif membuktikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam


kelima sila dalam Pancasila berasal dari kehidupan rakyat Indonesia yang hingga

47
Agustin Widjiastuti dan Adeleda Patricia Djimat, Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Terkait
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, Seminar Nasional Psikologi: Membangun
Manusia yang Holistik dalam Kebhinnekaan, UPH Press, 2018, hlm. 171

18
sekarang, meskipun telah terpengaruh oleh arus Globalisasi, masih
memperlihatkan tanda-tanda untuk tetap menjadi pedoman untuk dilaksanakan.

Nilai regulatif nampak secara langsung, yaitu misalnya berupa peraturan


dimana berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat harus diselesaikan
dengan cara musyawarah, selain itu mengingat bahwa penempatan di dalam UUD
1945 maka sila-sila itu sekaligus mempunyai sifat yang regulatif fundamental.

Semua peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan


ketentuan hukum yang lebih tinggi sesuai dengan tata aturan perundang-
undangan. Pancasila adalah Grundnorm atau norma dasar, yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. pancasila
berkedudukan sebagai landasan unsur konstitutif dan regulatif.48 Pancasila juga
merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi
kekuasaan,49 hukum serta kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara.

Oleh karena itulah, Pancasila bukan hanya sebagai norma dasar dari
kehidupan hukum nasional, akan tetapi juga merupakan norma dasar dari
norma-norma lain, seperti norma moral, norma kesusilaan, dan norma etika.
Agar tingkah laku manusia diwarnai oleh nilai-nilai Pancasila, maka norma
hukum positif yang berlaku di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.50

48
Ibid
- Fungsi regulatif adalah sebagai tolok ukur untuk menguji apakah norma hukum yang di bawah
dasar negara tersebut bertentangan atau tidak dan bersifat adil atau tidak. Sedangkan fungsi
konstitutif adalah sebagai pembentuk hukum bahwa tanpa adanya dasar negara tersebut norma
hukum yang ada di bawahnya akan kehilangan makna sebenarnya.
49
Ibid
-Legitimasi kekuasaan merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral
pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik.
50
Ibid, hlm. 172

19
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Pancasila telah menjadi dasar falsafah negara, ideologi negara, dan
pandangan hidup bangsa Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Istilah falsafah negara,
atau dasar filosofis didefinisikan sebagai fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya untuk didirikan suatu bangunan negara di atasnya.

Sila dalam Pancasila secara sistematis akan menggambarkan piramida


berpikir. Bagaimana sila kesatu sampai kelima mempunyai hubungan yang erat.
Disinilah kita tidak bisa memaknai masing-masing sila secara terpisah, karena
akan menimbulkan perbedaan makna dan nilai pada sila tersebut. Dimana sila
pertama menjiwai sila kedua, dan sila kedua dijiwai oleh sila pertama dan
menjiwai sila ketiga. Kemudian sila ketiga dijiwai sila pertama dan kedua dan
menjiwai sila keempat. Lalu sila keempat dijiwai oleh sila kesatu sampai ketiga,
dan menjiwai sila kelima. Yang terakhir, sila kelima dijiwai semua sila, yaitu sila
kesatu hingga keempat.

Dengan terbentuknya UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan, sebagaimana termuat dalam Pasal 2 yang
menyatakan bahwa, “Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara”.

Sistem norma hukum di Indonesia berada dalam suatu sistem yang


berlapis-lapis, dimana norma tersebut berlaku, bersumber, dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi, dan norma hukum yang lebih tinggi bersumber pada
norma hukum yang lebih tinggi pula, demikian seterusnya sampai pada satu
norma dasar negara (Staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia, yaitu:
Pancasila.

20
Pembukaan UUD 1945 sebagai norma dasar kedudukannya lebih utama
daripada Pasal-Pasalnya, karena Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-
pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila atau Jiwa Pancasila, sehingga
Pancasila dapat dikatakan mempunyai kedudukan sebagai norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm).

Semua peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan


ketentuan hukum yang lebih tinggi sesuai dengan tata aturan perundang-
undangan. Pancasila adalah Grundnorm atau norma dasar, yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi
kekuasaan, hukum serta kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara. Oleh karena itulah, Pancasila bukan hanya norma dasar dari kehidupan
hukum nasional, akan tetapi juga merupakan norma dasar dari norma-norma lain,
seperti norma moral, norma kesusilaan, dan norma etika.

III.2 Saran
1. Sudah saatnya sekarang kalangan pembentuk peraturan perundang-
undangan fokus menjadikan Pancasila sebagai pertimbangan asasinya.
Karena kini banyak produk norma hukum yang dipermasalahkan.
Pembatalan sejumlah produk Peraturan Daerah dan banyaknya Mahkamah
Konstitusi (MK) menerima permohonan Judicial Review, juga
mengindikasikan kebenaran kalau produk peraturan perundang-undangan
mengandung kelemahan.
2. Pendidikan karakter menjadi bagian yang integral untuk membangun
masyarakat Indonesia yang mandiri, berdaya saing, dan berperadaban
unggul dalam percaturan global, berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945. Namun pada kenyataannya, kondisi faktual saat ini masih
sangat jauh dari harapan tersebut. Pendidikan karakter belum didukung
dengan sistem pembelajaran yang efektif untuk membangun karakter
peserta didik. Degradasi moral saat ini antara lain seperti penyalahgunaan
narkoba, radikalisme pelajar, pornografi dan pornoaksi, plagiarisme, dan

21
menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara adalah bukti-bukti
nyata yang ada di sekitar saat ini. Dan disinilah dunia pendidikan
memegang peranan penting, dengan mengajarkan pendidikan Pancasila,
dengan cara mengaktualisasi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai basis pendidikan yang adaagar lebih optimal dalam menjalankan
fungsi pendidikan dan pengajarannya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam isi dan penulisan makalah


ini, maka dari itu semua kritik dan saran yang membangun yang dapat menjadikan
makalah ini semakin baik, akan penulis terima dan pertimbangkan untuk
selanjutnya penulis perbaiki.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Agustinus W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. DIY:


Kanisius.

Kardiman, Yuyus. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: untuk


SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Rindjin, Ketut. 2012. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Sarinah, dkk.2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn di


Perguruan Tinggi). Yogyakarta: Deepublish.

Suryana, Yana, dkk. 2018. Ensiklopedia Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan: Pancasila dan Konstitusi. Klaten: Cempaka Putih.

Adhayanto, Oksep. 2015. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar


Negara dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan”. Jurnal Ilmu
Hukum 5(2), Februari 2015-Juli 2015. Hlm. 166-174

Asshiddiqie, Jimly. 2008 “Ideologi, Pancasila, dan Konstitusi”. Mahkamah


Konstitusi Republik Indonesia. Academia.edu

Damanhuri, dkk. 2016. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Upaya


Pembentukan Karakter Bangsa”. Untirta Civic Educational Journal 1(2).
Hlm. 185-198

Hadiwijono, August. 2016. “Pendidikan Pancasila, Eksistensinya bagi

Mahasiswa”. Jurnal Cakrawala Hukum 7(1), Juni. Hlm. 82-97

Hamzah, Syeh Hawib. 2009. ”Petunjuk Al-Qur’an Tentang Belajar dan

Pembelajaran”. Dinamika Ilmu 9(2), Desember. Hlm. 1-12

23
Lestari, Sulistyani Eka. 2018. “Pancasila dalam Konstruksi Sistem Hukum

Nasional”. Negara dan Keadilan7(2), Agustus. Hlm. 85-90

Mahifal. 2011. “Relevansi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan dalam Era Globalisasi”. Wawasan Tridharma: Majalah

Ilmiah Kopertis Wilayah Jawa Barat No 6/XXIII. Januari. Hlm. 1-15

Oktavia, Istigfari. 2018. Esensi Pancasila dalam Al-Qur’an: Studi Penafsiran

Hamka dan Quraish Shihab. [Undergraduate Thesis]. Surabaya: UIN

Sunan Ampel

Pahlevi, Yusron. 2019. “Analisis Yuridis Pancasila sebagai Norma Fundamental

Negara (Staatsfundamentalnorm). Negara dan Keadilan 8(1). Hlm. 1-9

Pinasang, Dani. 2012. “Falsafah Pancasila sebagai Norma Dasar (Grundnorm)


Dalam Rangka Pengembanan Sistem Hukum Nasional”. Jurnal Hukum
Unsrat Vol.XX/No.3/April-Juni/2012. Hlm.1-10

Sumardjoko, Bambang. 2013. “Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui


Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal untuk Penguatan Karakter dan
Jati Diri Bangsa”. IPPMUMS: publikasiilmiah.ums.ac.id. hlm.110-123

Widjiastuti, Agustin dan Djimat, Adeleda Patricia. 2018. “Implementasi Nilai-


Nilai Pancasila Terkait Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia”. Seminar Nasional Psikologi: Membangun Manusia yang
Holistik dalam Kebhinnekaan, UPH Press.

RI, D. A. 2007. Al-Qur’an dan Terjemahan. Diakses pada 26 Oktober 2019. Al-
Qur’an Digital 2.1 :http://alquran-digital.com

24

Anda mungkin juga menyukai