Anda di halaman 1dari 29

EFEKTIVITAS STRATEGI DAN KEBIJAKAN AKTOR STATE

PARIWISATA MENGHADAPI DAMPAK COVID-19

Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Semester Mata Kuliah


PARIWISATA INTERNSAIONAL
Dosen Pengampu Indra Pahlawan S.Ip M.Si

RIZKA GUSNIA ANANDA


1801110207
PARIWISATA INTERNASIONAL

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dah hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “EFEKTIVITAS
STRATEGI DAN KEBIJAKAN AKTOR STATE PARIWISATA MENGHADAPI
DAMPAK COVID-19”
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Dosen
Pengampu Indra Pahlawan S.Ip M.Si pada mata kuliah Pariwisata Internasional. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagikan ilmunya
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari banyak sekali
kekurangan dari makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan kami
nantikan demi memperbaiki kesalahan di penulisan makalah ini.

Pangkalan Kerinci 15 Desember 2020

Rizka Gusnia Ananda

i
DAFTAR ISI

_Toc58911472
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 Pariwisata Internasional sebelum dan sesudah Covid-19.................................................................3
2.1.1 Sebelum Pandemi Covid-19.......................................................................................................3
2.1.2 Sesudah Coronavirus Covid-19..................................................................................................4
2.2 Dampak Covid-19 di Sektor Pariwisata............................................................................................6
2.3 Strategi Aktor Pariwisata menghadapi Covid-19............................................................................13
2.4 Implementasi keberhasilan atau kegagalan kebijakan Pariwisata Indonesia di masa Covid-19.......19
2.4.1 Kondisi Pariwisata Indonesia Pasca Covid-19.........................................................................19
Kemajuan sektor pariwisata sangat unggul di Indoneisa, berbagai macam wisatawan yang datang dan
berkunjung tak hentinya. Setiap tahun angka kunjungan wisatawan yang datang selalu meningkat.
Bahkan pada 3 tahun terakhir peningkatan itu mulai terlihat................................................................19
2.4.2. Strategi Sektor Pariwisata Indonesia.......................................................................................19
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................25

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Juni 2020, COVID-19 menginfeksi lebih dari 10 juta orang dan menyebabkan kematian
lebih 500.000 di seluruh dunia (WHO).1 Secara global, penyebaran tidak menunjukkan tanda-
tanda mereda. Meskipun kasus harian di Eropa dan Pasifik Barat menurun, namun meningkat di
Amerika, Asia Tenggara dan Afrika. Sebagai tanggapan, sebagian besar negara telah menutup
perbatasannya untuk pengunjung dan turis. Organisasi Pariwisata Dunia PBB 2 dilaporkan
selama kuartal kedua tahun 2020 untuk pertama kalinya bahwa 100 persen tujuan global
memberlakukan pembatasan perjalanan. Akibatnya, pariwisata internasional hampir seluruhnya
ditangguhkan, dan pariwisata domestik dibatasi oleh kondisi lockdown yang diberlakukan di
banyak negara. Meskipun beberapa tujuan mulai perlahan dibuka, banyak yang takut dengan
perjalanan internasional atau tidak mampu membelinya karena krisis ekonomi.
Pariwisata adalah sektor penting dalam ekonomi internasional. Pada 2019, sektor pariwisata
menyumbang 29 persen dari ekspor jasa dunia dan sekitar 300 juta pekerjaan secara global. 3 Ini
adalah sumber pendapatan dan pekerjaan penting bagi negara maju dan berkembang. Kontraksi
global dalam kedatangan pariwisata dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi yang
menghancurkan karena beberapa negara berkembang sangat bergantung pada pariwisata. Di
beberapa negara, seperti beberapa negara berkembang kepulauan kecil (SIDS), pariwisata
menyumbang lebih dari setengah PDB.
Ekonomi Pariwisata sangat terpukul oleh virus korona pandemic. Semua strategi dan
langkah-langkah kebijakan akan dikerahkan sedemikian kerasnya bergantung pada tempat
terdampak apakah sangat besar atau biasa saja, termasuk dengan pertimbangan untuk mencabut
pembatasan perjalanan, memulihkan kepercayaan dari wisatawan dan kembali mengkonstruksi
kebijakan kebijakan pariwisata untuk masa setelah korona.
Perekonomian dunia sedang bermasalah. Kita sedang memasuki masa resesi, yang, di
Prancis secara keseluruhan, akan memanifestasikan dirinya dalam penurunan 6% dalam
pertumbuhan PDB, menurut perkiraan pertama Banque de France. Dalam laporan yang sama,
otoritas menunjukkan bahwa sektor yang paling terpukul pada kuartal pertama tahun ini adalah

1
https://covid19.who.int/ diakses 11 Desember 2020.
2
https://www.unwto.org/news/covid-19-travel-restrictions diakses 11 Desember 2020
3
https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284421152 diakses 11 Desember 2020
1
konstruksi, perdagangan, transportasi, akomodasi, dan katering. Dengan kata lain, segala sesuatu
yang berkontribusi pada aktivitas wisatawan.
Bagi negara yang mendapat dampak paling besar tentu strategi yang diberikan oleh actor
pariwisata untuk memulihkan sektor ini juga tidak main-main. Makalah ini membahas
bagaimana implikasi dari strategi dan kebijakan actor-aktor pariwisata baik negara atau non
negara dalam menghadapi pandemic Covid-19 di sektor pariwisata.

1.2 Rumusan Masalah

a. Keadaan Pariwisata Internasional sebelum dan sesudah Covid-19


b. Dampak Covid-19 bagi sektor pariwisata Internasional
c. Strategi Aktor Pariwisata Internasional Menghadapi Covid-19
d. Implementasi keberhasilan atau kegagalan kebijakan actor state pariwisata
internasional (studi kasus)

1.3 Tujuan

a. Mengetahui keadaan Pariwisata Internasional sebelum dan sesudah Pandemi


b. Mengetahui apa dampak Covid-19 bagi sektor Pariwisata Internasional
c. Mengetahui bagaimana strategi actor pariwisata dalam menghadapi Covid-19
d.Mengetahui potensi keberhasilan atau kegagalan kebijaka actor pariwisata
internasional.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pariwisata Internasional sebelum dan sesudah Covid-19

2.1.1 Sebelum Pandemi Covid-19

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tahun 2009-2019, pariwisata dunia terus
mengalami peningkatan. Wisatawan internasional (international tourist) meningkat dari 892
juta orang pada saat masa krisis tahun 2009 menjadi 1. 461 juta orang pada tahun 2019.
Indikator kinerja lain menunjukkan nilai strategis dari pariwisata dunia tahun 2019 antara
lain: pertumbuhan 4%; satu dari sepuluh lapangan kerja di dunia diisi pekerja dari sektor
pariwisata; berkontribusi 7% dari ekspor global (Gambar 1).

Gambar 1. Perkembangan Pariwisata Dunia Tahun 1995-2019


Sumber: UNWTO

Berdasarkan laporan World Economic Forum in Geneva, Switzerland (2009) 4 , saat ini
pariwisata Indonesia masih berada pada peringkat 81 di dunia. Tambahan UN-WTO
mengemukakan telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan 1 World Economic Forum in
Geneva- Switzerland ,Travel & Tourism Competitiveness Report (2009) internasional
berkunjung sebesar 1.4% (2008- 2009) dengan pendapatan 6.318 million U$ pada Tahun 2009. 5
Sebelum Covid-19 melanda, pertumbuhan pariwisata internasional sangat tinggi, baik dari
Indonesia sendiri maupun dari mancanegara lainnya. wisatawan internasional diperkirakan
tumbuh antara 3% sampai 4%. Asia dan Pasifik akan menjadi wilayah yang terkena dampak
4
World Economic Forum in Geneva-Switzerland, Travel & Tourism Competitiveness Report (2009)
5
UNWTO, Tourism Highlights (2010)
3
terburuk, dengan penurunan kedatangan yang diperkirakan antara 9% hingga 12% apabila
Covid-19 berdampak besar pada pariwisata internasional.

2.1.2 Sesudah Coronavirus Covid-19

Organisasi pariwisata dunia (UNWTO) pada bulan Maret 2020 mengumumkan


bahwa dampak wabah Covid-19 akan terasa di seluruh rantai nilai pariwisata. Sekitar 80% usaha
kecil dan menengah dari sektor pariwisata dengan jutaan mata pencaharian di seluruh dunia
terkena dampak Covid-19. Dalam merespon wabah Covid-19, UNWTO telah merevisi prospek
pertumbuhan wisatawan internasional negatif 1% hingga 3%. Hal ini berdampak pada
menurunnya penerimaan atau perkiraan kerugian US $ 30 miliar sampai dengan US $ 50 miliar.

Gambar 2. International Tourism-Growth and Resilience

Pada Maret 2020, UNWTO melakukan penilaian dampak wabah Covid-19 terhadap
wisatawan internasional. Dari hasil assessement nampak bahwa perkembangan wisatawan
internasional sejak tahun 1995 terus mengalami pertumbuhan dengan menunjukkan kekuatan
dan ketahanan menghadapi guncangan seperti SARS pada tahun 2003, dan krisis ekonomi global
disertai dengan perang Irak pada tahun 2009. Badai ini dapat diatasi dengan cepat sehingga
sampai tahun 2019 jumlah wisatawan mancanegara meningkat menjadi 1,461 juta orang
(Gambar 2).

Sampai hari ini, belajar dari pengalaman menangani wabah SARS dilihat dari sisi
ukuran, dinamika pasar perjalanan global, penyebaran geografis COVID-19 dan potensi dampak
ekonominya, UNWTO memperkirakan kedatangan wisatawan internasional bisa menurun
4
sebesar 1% hingga 3% pada tahun 2020 secara global, atau turun dari perkiraan pertumbuhan
3% hingga 4% pada awal Januari 2020 (Gambar 3, dan Gambar 4).

Gambar 3. Revised 2020 forecast – international tourist arrivals, world (% change)

Gambar 4. Revised 2020 forecast – international tourist arrivals, world (million)


Industri pariwisata dihadapkan pada penurunan yang besar dari kedatangan wisatawan
mancanegara dengan pembatalan besar-besaran dan penurunan pemesanan. Penurunan juga
terjadi karena perlambatan perjalanan domestik, terutama karena keengganan masyarakat untuk
melakukan perjalanan. khawatir dengan dampak Covid-19. Penurunan bisnis pariwisata dan
perjalanan berdampak pada usaha UMKM, dan terganggunya lapangan kerja. Padahal selama ini
pariwisata merupakan sektor padat karya yang menyerap lebih dari 13 juta pekerja. Angka itu
belum termasuk dampak turunan atau multiplier effect yang mengikuti termasuk industri turunan
yang terbentuk di bawahnya.
Pariwisata internasional adalah salah satu sektor ekonomi yang paling terkena dampak
pandemi COVID-19. Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO)
memperkirakan hilangnya 850 juta hingga 1,1 miliar kedatangan wisatawan internasional, $ 910
juta hingga $ 1,1 triliun dalam pendapatan ekspor dan 100-120 juta pekerjaan, tergantung pada
apakah perbatasan dibuka pada bulan Juli, September atau Desember. Sebagian besar tujuan
ditutup sepenuhnya pada bulan April dan Mei 2020, hanya dibuka secara perlahan di beberapa
wilayah selama musim panas di utara. Proyeksi UN WTO mencerminkan ketidakpastian yang
5
cukup besar tentang durasi pandemi, di samping tanggapan pemerintah untuk mendukung
kegiatan ekonomi.

2.2 Dampak Covid-19 di Sektor Pariwisata

Pandemi virus corona (COVID-19) telah memicu krisis pariwisata yang belum pernah
terjadi sebelumnya pada sektor ekonomi mengingat guncangan langsung dan besar di sektor ini.
Estimasi OECD yang direvisi pada titik dampak Covid-19 hingga 60% penurunan pariwisata
internasional pada tahun 2020. Ini bisa naik menjadi 80% jika pemulihan ditunda hingga
Desember. Pariwisata internasional dalam lingkup tertentu wilayah geografisnya misalnya di
Uni Eropa diperkirakan akan pulih lebih dulu.
Jika dalam pariwisata domestic, yang menyumbang sekitar 75% dari ekonomi pariwisata
di OECD negara diharapkan pulih lebih cepat. ini menawarkan kesempatan utama untuk
mengemudikan pemulihan, terutama di negara kawasan dan kota dimana sektor tersebut
mendukung banyak pekerjaan dan bisnis.
Pandemic virus korona (Covid-19) adalah krisis kemanusiaan yang memengaruhi
kehidupan masyarakat, dan telah memicu krisis ekonomi global. Ini berdampak sangat nyata
bagi sektor pariwisata yang penting bagi banyak orang, tempat, bisnis, dan dampaknya dirasakan
di negara, kota, dan wilayah dimana pariwisata merupakan bagian penting darinya ekonomi.
Pariwisata menghasilkan devisa, mendorong pembangunan daerah, secara langsung mendukung
banyak orang dengan banyak jenis pekerjaanya, dan bisnis yang menopang banyak komunitas
local. Pariwisata langsung berkontribusi rata-rata 4,4% dari PDB, dan 21,5% dari ekspor jasa di
negara-negara OECD.6 Saham ini jauh lebih tinggi untuk beberapa negara OECD. Misalnya
pariwisata di Spanyol menyumbang 11,8% dari PDB sementara perjalanan mewakili 52,3% dari
total ekspor jasa, di Meksiko angka-angka ini adalah 8,7% dan 78,3%, di Islandia 8,6% dan
47,7%, di Portugal 8,0% dan 51,1%, dan di Prancis 7,4% dan 22,2%.7
Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak langsung dalam krisis
saat ini dan hal ini perlu dilakukan tanggapan langsung dan jangka panjang. Dengan
penerbangan internasional terhenti sejak saat itu8  Maret penutupan situs dan atraksi pariwisata,
pembatalan atau penundaan besar festival dan acara, dan pembatasan pertemuan publik (di

6
OECD (2020), OECD Tourism Trends and Policies 2020 , OECD Publishing,
Paris, https://doi.org/10.1787/6b47b985-en 
7
Data lengkap untuk negara-negara OECD tersedia di http://dx.doi.org/10.1787/888934076134. Data untuk
Meksiko, Portugal dan Spanyol mengacu pada 2018, sedangkan data untuk Spanyol dan Islandia mengacu pada
2017
8
IATA , https://www.iata.org/en/pressroom/pr/2020-03-16/.
6
dalam dan di luar ruangan) di banyak tempat dan negara, dampak COVID-19 pada pariwisata
global sangat besar dan terasa nyata. Selain itu, meskipun sektor ini terbukti memiliki
ketahanan dalam menanggapi krisis sebelumnya, kedalaman dan luasnya dampak terkait
COVID-19 pada pariwisata dan ekonomi yang lebih luas artinya pemulihan yang cepat tidak
mungkin terjadi. Mencerminkan urgensi situasi yang luar biasa pertemuan Menteri Pariwisata
G20 diadakan pada tanggal 23 April, mengeluarkan pernyataan menyambut upaya nasional
untuk mengurangi dampak ekonomi dan sosial dari pandemi, dan
berkomitmen untuk bekerja sama memberikan dukungan untuk mendukung pemulihan yang
berkelanjutan dan inklusif sektor pariwisata9 .
Kenyataannya adalah bahwa pariwisata global akan terpukul sepanjang tahun
2020 dan seterusnya , bahkan jika penyebaran virus dapat dikendalikan dalam beberapa bulan
mendatang. Bisnis pariwisata dulu di antara yang pertama akan ditutup setelah pengenalan
langkah-langkah untuk menahan virus, sebagai pariwisata harus melibatkan interaksi orang-ke-
orang dan pergerakan orang bepergian dari tempat tinggal biasa mereka ke tujuan di negara
mereka sendiri, dan ke negara-negara lain. Kegiatan pariwisata juga cenderung menjadi yang
terakhir dimulai kembali, dan secara bertahap dasar. Bahkan ketika bisnis ini dibuka, itu akan
berada di bawah prosedur operasi baru di tidak adanya vaksin. Pandemi tersebut juga cenderung
berdampak pada perilaku wisatawan, berdampak pada pemulihan dan pemulihan pariwisata
domestik dan internasional.
Perkiraan OECD yang direvisi menunjukkan penurunan 60% dalam pariwisata
internasional pada tahun 2020, meningkat menjadi 80% jika pemulihan ditunda hingga
Desember. Terakhir kali ekonomi pariwisata global dikontrak segera setelah krisis keuangan
tahun 2008 ketika kedatangan penurunan internasional 3,9%. Hal ini sejalan dengan proyeksi
terkini dari organisasi lain yang juga menunjukkan pembalikan yang signifikan dari proyeksi
pertumbuhan sebelumnya. UNWTO terbaru Perkiraan menunjukkan penurunan 22% pada
kedatangan turis internasional dalam tiga bulan pertama tahun, sedangkan untuk tahun 2020
diperkirakan akan turun antara 58% dan 78%, yang berarti kerugian sebesar antara USD 910
miliar hingga USD 1,2 triliun pendapatan ekspor dari pariwisata. 10  Perjalanan Dunia dan
Tourism Council (WTTC), sementara itu, memperkirakan pada 24 April bahwa 100,8 juta

9
Pernyataan Menteri Pariwisata G20,
https://g20.org/en/media/Documents/G20_Tourism%20Ministers%20Meeting_Statement_EN.pdf, 11 Desember
2020
10
UNWTO, UNWTO World Tourism Barometer Mei 2020 - Fokus khusus pada Dampak COVID-19, Mungkin
2020
7
pekerja terancam secara global.11  Ringkasan kebijakan sektoral ILO telah mengidentifikasi
pariwisata sebagai salah satu yang paling rentan artinya sektor yang sangat mungkin mengalami
penurunan drastis dalam pekerjaan sebagai akibat dari krisis COVID-19.12
Perkiraan skala nasional juga mencerminkan skala dampak yang diharapkan pada
pariwisata di 2020, bersama dengan tantangan dalam membuat prediksi yang bergerak
cepat dan tidak menentu. Negara-negara termasuk Chili, Finlandia dan Inggris telah
mengembangkan skenario- berdasarkan pendekatan yang didasarkan pada asumsi dan
penyederhanaan, dan yang mengarah ke perbedaan hasil yang mungkin. Ini pada akhirnya akan
ditentukan oleh bagaimana ekonomi dan sanitasi krisis berkembang, dan interaksi dari berbagai
faktor permintaan dan penawaran yang kompleks. Upaya untuk meramalkan kemungkinan
dampak pandemi terhadap ekonomi pariwisata dengan cepat kecepatan situasi berkembang
seiring penyebaran pandemi.
Harapan tumbuh bahwa pemulihan ke tingkat sebelum krisis dapat memakan
waktu dua tahun atau lebih . International Air Travel Association (IATA)13  memperkirakan
bahwa maskapai penerbangan tidak mungkin mendapatkan pengembalian
ke tingkat lalu lintas sebelum krisis sebelum awal 2021, sementara perusahaan data
perhotelan memperkirakan STR bahwa tingkat kembali ke pra-krisis tidak akan terjadi sebelum
2022.14
Di Chili , prakiraan awal berdasarkan informasi yang tersedia pada 23 Maret 2020
mengarah ke yang diharapkan penurunan gabungan sebesar USD 1,8 miliar secara absolut untuk
pariwisata domestik dan internasional pada tahun 2020, turun 20,4% dibandingkan dengan 2019.
Ini setara dengan hilangnya sekitar 5,7 juta perjalanan sebagai akibatnya pandemi COVID-19,
yang mulai meluas di Chili pada Maret 2020. Kedatangan internasional diperkirakan turun
sebesar 32,5% dibandingkan tahun 2019. Perkiraan ini didasarkan pada skenario yang moderat
mengandaikan kontraksi yang kuat selama kuartal kedua tahun ini. Skenario pesimis dengan
akontraksi selama kuartal kedua dan ketiga berarti penurunan gabungan sebesar USD 3,0 miliar,
atau 32,2% dalam pariwisata domestik dan internasional dibandingkan dengan 2019.
Di Finlandia, model skenario yang dirilis pada awal Mei memprediksi penurunan
permintaan pariwisata di antaranya 60% hingga 70% pada tahun 2020, setara dengan EUR 10–
11 miliar. Model tersebut didasarkan pada Pariwisata terbaru Angka-angka Neraca Satelit yang
dikaitkan dengan pariwisata inbound, outbound dan domestik setiap bulan musiman, dan
11
WTTC, WTTC sekarang memperkirakan lebih dari 100 juta pekerjaan hilang di sektor Perjalanan & Pariwisata
dan peringatan Negara-negara G20 dalam skala krisis  11 Desember 2020
12
Ringkasan Sektoral Organisasi Perburuhan Internasional, COVID-19 dan sektor pariwisata , 11 Desember 2020
13
IATA, COVID-19 Menimbulkan Risiko pada Setengah Pendapatan Penumpang 2020 , Desember 2020
14
STR Webinar,Prakiraan Eropa , 11 Desember 2020
8
bagaimana hal itu akan dipengaruhi oleh krisis. Prakiraan telah dikembangkan oleh Statistik
Finlandia bekerja sama erat dengan Kementerian Perekonomian dan Ketenagakerjaan, Visit
Finlandia dan industri perhotelan
Di Korea , dua skenario tentang dampak COVID-19 pada pariwisata menginformasikan
tanggapan kebijakan:
• Skenario 1: arus pariwisata tetap ditutup selama 4 bulan, mulai pulih dari Juli. ini
diperkirakan akan menerima 10,2 juta wisatawan internasional (turun 7,3 juta atau 41,7%
dibandingkan 2019) dan pendapatan USD 13,3 miliar pada tahun 2020 (turun USD 4,5 miliar
atau 25,3% dibandingkan 2019).
• Skenario 2: arus pariwisata tetap ditutup selama 6 bulan, mulai pulih dari September.
Diharapkan untuk menerima 7,5 juta wisatawan internasional (turun 10,0 juta atau
57,1%) dan Pendapatan pariwisata sebesar USD 10,3 miliar (turun USD 10,2 miliar atau 42,1%)
pada tahun 2020
Di Inggris Raya , beberapa model skenario yang dikembangkan oleh VisitBritain pada
dampak jangka pendek tentang pariwisata domestik dan internasional mencerminkan
ketidakpastian tentang prospek pariwisata. Sejak pertengahan April, skenario sentral untuk
pariwisata internasional adalah penurunan kedatangan 54% dan 55% masuk menghabiskan, atau
GBP 15,1 miliar, berdasarkan pemulihan bertahap pariwisata masuk mulai Agustus 2020. Lebih
awal perkiraan untuk pariwisata domestik, sementara itu, memperkirakan penurunan 24% dalam
pengeluaran pengunjung (semalam dan perjalanan di hari yang sama), yang setara dengan GBP
22,1 miliar dan lebih tinggi dalam nilai absolut daripada meramalkan kerugian dalam
pengeluaran internasional. Skenario sentral untuk pariwisata domestik ini didasarkan pada
pembukaan sektor pariwisata dari awal Juni di bawah langkah-langkah jarak sosial, dan
diantisipasi bangkit kembali dalam empat bulan terakhir tahun ini dari permintaan yang
terpendam.
Dengan lebih dari 9 dari 10 orang di dunia yang tinggal di negara-negara yang telah
diberlakukan pembatasan perjalanan lintas batas15 , pandemi saat ini lebih global dan akan
mencakup banyak hal periode yang lebih lama dari krisis terkait kesehatan sebelumnya. Sebagai
perbandingan, krisis seperti SARS tahun 2003, wabah H1N1 pada tahun 2009, dan MERS pada
tahun 2015 berskala lebih kecil dan berdampak pada pariwisata lebih terlokalisasi. Sedangkan
pengalaman krisis tersebut menunjukkan betapa keinginannya untuk melakukan perjalanan pulih
dengan cepat, setelah ketakutan kesehatan di mana terkendali dan kepercayaan dipulihkan,

15
Pusat Penelitian PEW, https://www.pewresearch.org/fact-tank/2020/04/01/more-than-nine-in-ten-
orang-di seluruh dunia-tinggal-di-negara-dengan-pembatasan perjalanan-di tengah-covid-19/ 11 Desember 2020
9
itusifat luas pandemi COVID-19 dan kedalaman krisis ekonomi yang dimilikinya dipicu berarti
pemulihan pariwisata akan lebih lambat. WTTC memperkirakan dampak dari hal ini krisis
pariwisata akan menjadi lima kali lipat dari krisis keuangan global, 16 sementara data STR juga
menunjukkan kedalaman dampak, dengan pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) turun
84,9% di bulan April 2020, dibandingkan dengan penurunan pada tahun sebelumnya sebesar
28% setelah krisis keuangan.17
UNWTO melaporkan bahwa pembatasan perjalanan terkait COVID-19 diberlakukan di
semua negara di seluruh dunia, dan pada 1 Juni 2020 ,156 pemerintah telah menutup sepenuhnya
perbatasan mereka untuk pariwisata internasional. 
Dampak Covid pada cabang Industri pariwisata terplih :
Operator transportasi dan tur
• Penerbangan. Maskapai penerbangan harus secara drastis mengurangi dan dalam
beberapa kasus menghentikan armada mereka dan menghentikan aktivitas mereka,
dengan dampak ekstrim pada jangka pendek pada karyawan dan aktivitas yang
bergantung. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) memperkirakan, pada 8
Mei, menunjukkan bahwa penurunan lalu lintas penumpang internasional terjadwal
selama 2020, akan sama dengan pengurangan antara 44 hingga 80% penumpang
internasional. Airports Council International, per 5 Mei, memperkirakan bahwa krisis
akan mengakibatkan pengurangan 4,6 miliar penumpang pada 2020. Hal ini akan
berdampak pada bandara, yang dapat menghadapi kerugian global sebesar USD 97
miliar. IATA memperkirakan pemulihan dalam perjalanan udara akan memperlambat
pemulihan ekonomi, tanpa peningkatan sebelum tahun 2021 23. Beberapa maskapai
penerbangan yang telah menghentikan penerbangan, seperti Ryanair, telah
mengumumkan rencana untuk memulai kembali operasi penerbangan dengan kapasitas
yang berkurang, sementara Emirat telah memperkenalkan pengujian COVID-19
sebelum naik pesawat.
• Pelayaran. Perusahaan pelayaran menghadapi tantangan ganda untuk memastikan
keamanan pengunjung dan pekerja, karena beberapa kapal pesiar tidak dapat turun dan
memulangkan klien, serta kerugian dalam pemesanan dan pendapatan. Di Amerika
Serikat, pesanan tanpa layar telah diperpanjang hingga Juli 26. Menyusul periode yang
diperpanjang di mana sejumlah kapal pesiar tetap berada di laut sambil berusaha
mendapatkan izin untuk berlabuh dan menurunkan penumpang, pada 6 April CLIA
16
Financial Times Krisis Ekonomi Global - Bagaimana Sekarang? Konferensi Digital Global, 12-14 Mei 2020,
“ Bagaimana masa depan perjalanan dan pariwisata setelah COVID-19 ? ”, 12 Desember 2020
17
webinar STR,Dampak COVID-19 pada kinerja hotel Mediterania , 12 Desember 2020
10
melaporkan bahwa hanya tujuh kapal pesiar anggotanya yang tetap melaut dalam
perjalanan ke pelabuhan.
• Kereta Api. Karena pergerakan orang dibatasi atau berkecil hati, termasuk di negara-
negara yang melonggarkan pembatasan, perkeretaapian mengalami penurunan
signifikan dalam pendapatan dan penumpang.
• Operator tur telah mengurangi atau menghentikan operasi sampai pemberitahuan lebih
lanjut karena kecepatan perkembangan situasi meningkatkan kompleksitas organisasi,
melintasi batas-batas administratif. Setelah menangguhkan semua aktivitas dari
pertengahan Maret hingga pertengahan Mei paling cepat, TUI Group mengumumkan
pada 13 Mei bahwa mereka siap untuk melanjutkan aktivitas dan mengindikasikan
bahwa pemesanan ke depan untuk musim panas 2021 berkinerja kuat.
Akomodasi dan layanan makanan
• Hotel. Secara global, hotel telah melaporkan memiliki tingkat hunian yang sangat
rendah, atau telah mengalami penutupan dalam skala besar. Akibatnya, jaringan hotel
besar telah mengalami penurunan harga saham. Di Eropa diperkirakan 76% hotel
ditutup. Menurut STR, pada minggu pertama Mei banyak negara memiliki tingkat
hunian rata-rata di bawah 30%. Beberapa kategori akomodasi bersama, seperti hostel
atau berkemah, dapat terpengaruh dalam jangka panjang. Ekonomi platform
akomodasi bersama. Wabah virus telah menempatkan platform akomodasi bersama di
bawah tekanan, dengan penurunan yang dilaporkan dalam pemesanan apartemen. Di
bulan Mei, Airbnb memangkas 25% tenaga kerja.
• Resor liburan. Resor ski terpaksa mengakhiri musim dingin lebih awal karena
meningkatnya penyebaran virus korona, dan resor yang telah berhasil melakukan
diversifikasi untuk mengembangkan tawaran musim panas alternatif semakin meningkat
melihat hal ini berisiko. Masa depan resor pantai di musim panas belahan bumi utara
masih belum pasti.
• Restoran. Penyedia layanan makanan dan katering pada awalnya diwajibkan di banyak
negara untuk meningkatkan jarak sosial di tempat makan, membatasi aktivitas mereka
hanya untuk pengiriman dalam beberapa kasus, atau menutup aktivitas sepenuhnya.
Meskipun pembatasan dicabut, aktivitas terkait makanan masih terbatas. Di Amerika
Serikat, National Restaurant Association memperkirakan bahwa penjualan industri akan
turun sebesar USD 225 miliar selama tiga bulan dari Maret, yang menyebabkan
hilangnya antara lima dan tujuh juta pekerjaan. Di Prancis, tindakan penguncian yang
diberlakukan pada bulan Maret mengakibatkan penutupan 75.000 restoran, 3.000 klub,
11
dan 40.000 kafe, mempengaruhi 1 juta karyawan, yang telah diberhentikan sementara
dan ditempatkan pada pengangguran teknis.
Sektor lainnya
• Bisnis, pertemuan dan acara perjalanan. Di seluruh dunia, perusahaan telah
membatalkan atau menangguhkan perjalanan bisnis karena virus corona, dalam
beberapa kasus hingga 2021. Acara dari semua ukuran juga terpengaruh, termasuk
Olimpiade 2020. Pada tanggal 20 Maret, Asosiasi Industri Pameran Global
memperkirakan bahwa lebih dari 500 pameran dagang telah dibatalkan pada minggu-
minggu sebelumnya, dengan perkiraan biaya hingga EUR 23 miliar karena kehilangan
pesanan untuk peserta pameran. Pada 20 Maret, UFI memperkirakan bahwa
setidaknya EUR 134 miliar kontrak tidak akan diselesaikan jika peristiwa tidak
berlangsung seperti yang direncanakan hingga Q2 2020.
• Budaya, olahraga, dan hiburan. Museum dan penyelenggara acara budaya
menghadapi kerugian finansial yang besar karena fasilitas ditutup, dan acara telah
dibatalkan. Dewan Museum Internasional (ICOM), melaporkan pada 2 April, bahwa di
Italia, sektor budaya diperkirakan akan merugi 3 miliar EUR di semester berikutnya; di
Spanyol, EUR 980 juta hanya di bulan April. Acara olahraga dan hiburan utama juga
terpengaruh, termasuk Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020 yang telah ditunda.
Ketidakpastian yang terus meningkat seputar penyelenggaraan acara global lainnya,
sementara banyak festival dan acara lokal yang lebih kecil dan lebih banyak yang
penting untuk tujuan lokal juga telah dibatalkan.
• Pemandu wisata. Seringkali bekerja sebagai freelancer, pemandu wisata melihat
penurunan yang signifikan dalam aktivitas mereka, menempatkan kendala signifikan
pada pendapatan mereka.
• Perusahaan teknologi perjalanan. Sistem distribusi global, agen perjalanan online,
dan platform pemesanan online juga dilanda krisis karena perlambatan transaksi yang
signifikan.

2.3 Strategi Aktor Pariwisata menghadapi Covid-19

Apa yang dapat dilakukan negara-negara untuk mengurangi dampak buruk dari
kurangnya pariwisata internasional selama dan setelah pandemi COVID-19?
Dalam jangka pendek, melindungi masyarakat dan memelihara industri pariwisata yang
sehat adalah penting. Perlindungan sosial yang tepat seringkali dapat mencegah efek terburuk

12
dari semua jenis syok, termasuk pandemi COVID-19. Pekerja lepas dan wiraswasta biasa terjadi
di sektor terkait pariwisata dan harus dibantu jika memungkinkan. Pemerintah harus melindungi
pekerja. Jika beberapa perusahaan tidak mungkin pulih, subsidi upah harus dirancang untuk
membantu pekerja pindah ke industri baru. Pemerintah selanjutnya dapat membantu perusahaan
pariwisata yang mungkin bangkrut, seperti hotel dan maskapai penerbangan. Salah satu
pendekatan untuk bantuan finansial adalah pinjaman atau hibah berbunga rendah. Meskipun
dukungan sangat dibutuhkan, hal ini memerlukan analisis menyeluruh tentang biaya dan manfaat
dukungan untuk sektor tertentu. Data menunjukkan, dampak ekonomi tidak hanya langsung di
sektor pariwisata tetapi tersebar di banyak sektor. Sebagian besar pemerintah memiliki sarana
terbatas untuk mendukung atau menjamin industri besar. Beberapa program seperti Catastrophe
Containment dan Relief Trust oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dapat menawarkan
keringanan hutang jangka pendek kepada beberapa anggotanya. Masalah utamanya adalah
apakah industri akan bangkit kembali setelah pembatasan dicabut.
Ini adalah kejutan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan membutuhkan tindakan
segera untuk mencegahnya menghapus seluruh sektor yang kemungkinan besar pulih dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Komunitas internasional harus mendukung akses pendanaan
untuk negara-negara yang terkena dampak paling parah. Masalah utama bagi wisatawan adalah
perlunya karantina pasca pandemi pada saat kedatangan. Kebutuhan para pendatang untuk
melakukan isolasi sendiri selama dua minggu akan menjadi penghalang utama untuk bepergian.
Beberapa negara telah mencabut persyaratan ini. Ini membutuhkan pendekatan yang cermat dan
terkoordinasi antara negara sumber dan tujuan. Serangkaian aturan umum yang terkait dengan
prosedur keberangkatan dan kedatangan serta persyaratan sanitasi untuk perjalanan udara akan
sangat bermanfaat.
Dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah harus mendukung diversifikasi
ekonomi jika memungkinkan. Ketergantungan yang tinggi pada satu sektor meningkatkan
kerentanan. Untuk beberapa negara, diversifikasi jauh dari pariwisata mungkin sulit. Jalan untuk
diversifikasi ekonomi dapat mencakup peningkatan integrasi regional, program pendidikan dan
pelatihan di sektor ekonomi yang ditargetkan untuk meningkatkan ketahanan dan mengurangi
biaya guncangan. Temuan utama dari analisis ini adalah bahwa pengaruh PDB jauh lebih besar
daripada hilangnya pengeluaran wisatawan karena pengaruh tidak langsung melalui rantai
pasokan.
Beberapa negara telah merancang dan melaksanakan kebijakan untuk menyelamatkan
kesinambungan pembangunan pariwisata. Dalam Tabel 1. ditunjukkan sejumlah negara yang

13
telah mengumumkan dan sekarang menerapkan kebijakan yang mengesankan di bidang
pariwisata.

Tabel 1. Paket Kebijakan Beberapa Negara Dalam Memitigasi Sektor Pariwisata dari
Dampak Wabah Covid-19

No. Negara Paket Kebijakan


1. Itali Sebagai bagian dari paket “Italy Cure” package. Dalam
paket kebijakan ini, pemerintah memberikan perlindungan pada
pekerja dengan membayar 80% dari gaji karyawan, pekerja
musiman dapat mengajukan pembayaran khusus € 600 pada bulan
Maret, keluarga dapat mengajukan izin untuk menangguhkan
pembayaran hipotek mereka jika penutupan bisnis yang
disebabkan oleh pandemi mengancam mata pencaharian
mereka, cuti telah diperpanjang menjadi 15 hari pada bulan
Maret dan April, orang yang merawat orang yang dicintai
penyandang cacat berhak untuk mengambil cuti 12 hari sebulan.
Italia juga telah menyiapkan dana 500 juta Euro untuk
menangani kerusakan yang diderita oleh industri
penerbangan dan operasi Alitalia.
2. Hongkong Untuk memastikan kesinambungan bisnis dalam Travel and
Tourism, Hongkong telah menciptakan Skema Dana Subsidi Agen
Perjalanan Anti Epidemik di mana sekitar 1.350 acara perjalanan
telah menerima pembayaran untuk membantu mereka mengatasi
kesulitan keuangan yang datang dari wabah. Setiap agen perjalanan
yang memenuhi syarat dapat menerima subsidi sekali saja sebesar
HK $80.000. 98% dari semua agen perjalanan berlisensi di
Hongkong telah mendaftar.

14
3. German Untuk melindungi perusahaan-perusahaannya dari
kebangkrutan, pemerintah menjanjikan uang tunai tak terbatas untuk
bisnis Jerman dan menangguhkan kewajiban hukum bagi perusahaan
yang menghadapi masalah likuiditas akut untuk mengajukan
kepailitan hingga September.
Bantuan likuiditas pemerintah melalui Bank Pembangunan
Negara dalam bentuk pinjaman yang disediakan oleh KfW, dari €
460 milyar sampai € 550milyar ($ 610 miliar).
4. Australia Sebagai bagian dari rencana stimulus $ 10,3 miliar
(AUS $ 17,6 miliar) dan tambahan $ 38,3 miliar untuk dibelanjakan
selama enam bulan ke depan, pemerintah telah menjanjikan AUS $ 1
miliar (US $ 613 juta) untuk mendukung sektor-sektor, kawasan dan
komunitas, termasuk bisnis Tourism & Travel yang terkena dampak
covid-19.
Pembebasan biaya dan ongkos untuk bisnis pariwisata yang
beroperasi di Great Barrier Reef Marine Park dan Commonwealth
National Parks; mendukung investasi bisnis, dan memberikan
bantuan arus kas untuk UKM.
Memberikan dukungan untuk investasi bisnis, misalnya,
AUS $ 700 juta telah dialokasikan sehubungan dengan penghapusan
aset dengan ambang batas dari $ 30.000 sampai $ 150.000 dan
memperluas akses untuk memasukkan bisnis dengan omset tahunan
agregat kurang dari $ 500 juta (naik dari $ 50 juta) hingga 30 Juni
2020. Langkah-langkah ini akan menyasar lebih dari 3,5 juta bisnis
(lebih dari 99 persen bisnis) yang mempekerjakan lebih dari 9,7 juta
karyawan.

15
5. Prancis Pemerintah Prancis berjanji memberikan dukungan anggaran
tanpa batas untuk perusahaan dan pekerja. Untuk itu, pemerintah
telah menyiapkan Dana Solidaritas € 2 miliar, yang layak untuk
diterima oleh banyak bisnis Travel & Tourism; Bisnis yang
kegiatannya telah ditutup seperti: bisnis katering (160.000),
perdagangan non- makanan (140.000), pariwisata (100.000); UKM
yang telah kehilangan omset sebesar 70% dibandingkan dengan
Maret 2019; UKM dengan omset kurang dari € 1 juta.
Dalam rencana € 45 miliar, € 8,5 miliar euro telah
didedikasikan untuk pendanaan kerja paruh waktu/pengangguran
parsial. Bagi pekerja paruh waktu, perusahaan membayar
kompensasi sebesar 70% dari gaji kotor (sekitar 84 % dari netto)
kepada karyawannya. Pekerjaan dengan upah minimum atau kurang
mendapat kompensasi 100%.
6. Singapur Pemerintah telah meluncurkan sejumlah kebijakan dan
langkah- langkah untuk mendukung sektor Travel & Tourism
dengan fokus pada pembangunan kepercayaan dan memberikan
bantuan kepada sektor tersebut. Kebijakan tersebut meliputi:
menghapuskan biaya
lisensi untuk hotel, agen perjalanan dan pemandu wisata,
meningkatkan pelatihan, dan menyubsidi mereka hingga 90%;
memberikan dukungan gaji melalui Workforce Singapura sebesar
70% dari gaji bulanan tetap (dibatasi $ 2000 per bulan per
karyawan).
Menciptakan program pinjaman sementara untuk dukungan
arus kas dengan menerapkan potongan harga untuk pendaratan
pesawat dan biaya parkir serta potongan harga sewa untuk toko dan
agen kargo di Changi; menciptakan paket dukungan point-to-point
untuk taksi dan pengemudi mobil pribadi; skema Kredit Modal Kerja
bagi Perusahaan-SME, dan menerapkan potongan pajak penghasilan
perusahaan untuk YA2020 sebesar 25% dari hutang pajak, dibatasi
pada $ 15.000 per perusahaan.
7. UK Pemerintah telah menetapkan paket kebijakan sementara
untuk masyarakat, bisnis, dan layanan publik dengan alokasi

16
anggaran sebesar £ 330 miliar. Langkah-langkah tersebut meliputi:
bebas tarif selama 12 bulan untuk semua bisnis ritel, perhotelan;
dana hibah sebesar £ 25.000 untuk bisnis ritel, perhotelan,
hospitality dengan nilai rata-rata antara £ 15.000 dan £ 51.000; dana
hibah usaha kecil sebesar £ 10.000 untuk semua bisnis kecil; Skema
Pinjaman Gangguan Usaha Coronavirus, yang menawarkan
pinjaman hingga
£ 5 juta untuk UKM melalui British Business Bank;
Pemerintah akan memberikan jaminan kepada pemberi pinjaman
80% dari setiap pinjaman kepada UKM, bisnis dapat mengakses
12 bulan tanpa bunga dari keuangan skema keuangan tersebut.
Untuk mendukung perusahaan yang lebih besar, Bank of
England telah mengumumkan fasilitas pinjaman baru untuk
meningkatkan modal kerja dengan cara cepat, hemat melalui
pembelian hutang jangka pendek sehingga perusahaan secara
fundamental akan tetap kuat dan mampu membiayai kewajiban
jangka pendeknya; Tidak ada bisnis yang akan membayar PPN
dari sekarang hingga akhir Juni; Pemerintah juga membayar
upah orang dengan skema baru. Memberikan hibah sebesar
80% dari upah hanya sampai £ 2.500 selama tiga bulan, dengan
kemungkinan perpanjangan untuk semua skala bisnis. Pembayaran
pertama akan dilakukan pada akhir bulan April.
8. Philipina Sektor Touris dan Travel akan menerima sebagian besar dari
$ 523 juta. paket dukungan yang diberikan pemerintah untuk
memerangi wabah koronavirus. Khususnya, bantuan $ 271 juta
(PHP14-miliar) dari Infrastruktur Pariwisata dan Kewenangan Zona
Perusahaan (TIEZA) telah dialokasikan untuk berbagai program dan
proyek Departemen Pariwisata. Untuk mendukung pekerja, $ 23 juta
(PHP 1,2 miliar) dari Sistem Jaminan Sosial akan digunakan sebagai
tunjangan pengangguran untuk pekerja dari sektor swasta.
$ 58 juta (PHP 3 miliar) akan didedikasikan untuk hibah
beasiswa untuk peningkatan dan pelatihan ulang pekerja yang
dipindahkan sementara. Hampir $ 40 juta (PHP 2 miliar) juga akan
dialokasikan untuk program perlindungan sosial bagi pekerja

17
yang bekerja di organisasi yang terkena dampak COVID-19. Untuk
mempromosikan Filipina sebagai destinasi wisata setelah memasuki
fase pemulihan, Departemen Pariwisata (DOT)
mengalokasikan sekitar $ 118 juta (PHP6 miliar). Setidaknya
PHP421 juta diperuntukkan bagi kampanye baru untuk perjalanan
domestik dan PHP467 juta untuk membuat konten yang
menargetkan negara berkembang yang tidak terpengaruh oleh Covid

2.4 Implementasi keberhasilan atau kegagalan kebijakan Pariwisata Indonesia di masa


Covid-19

2.4.1 Kondisi Pariwisata Indonesia Pasca Covid-19


Kemajuan sektor pariwisata sangat unggul di Indoneisa, berbagai macam wisatawan
yang datang dan berkunjung tak hentinya. Setiap tahun angka kunjungan wisatawan yang datang
selalu meningkat. Bahkan pada 3 tahun terakhir peningkatan itu mulai terlihat.

18
Gambar kunjungan wisatawan pada 3 tahun terakhir (http://beritasatu.com. Diakses 15
Desember 2020)
Namun dengan munculnya Covid-19 seluruh aktifitas sektor pariwisata mengalami
penurunan. Sejak adanya instruksi menjaga jarak social dan ajakan untuk beraktifitas dirumah
sektor pariwisata menjadi lesu. Atraksi wisata banyak ditutup yang berarti tak ada pemasukan
bagi mereka, mayoritas hotel juga turun drastic dan berarti tak ada pendapatan. Selain itu banyak
karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya lantaran PHK oleh instansi tempat ia bekerja. Hal
ini tentunya akan berpengaruh bagi devisa negara, mengingat sektor pariwisata merupakan
penyumbang devisa terbesar nomor 2 di Indonesia, maka hal tersebut ssangat memprihatinkan
kondisi sektor pariwisata.

2.4.2. Strategi Sektor Pariwisata Indonesia

Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ada beberapa strategi yang sudah siap
untuk dijalankan antara lain :
1. Mempersiapkan berbagai insfrastruktur dasar yang berkaitan konektivitas di beberapa destinasi.
2. Mendesign ulang strategi pariwisata di sejumlah destinasi wisata Indonesia
3. Mengadakan pelatihan bagi pekerja sektor pariwisata untuk nantinya dapat memandu wisatawan.
Tiga hal diatas diyakini oleh Kemenparekraf bahwa pemerintah dapat memanfaatkan peluang
lonjakan tren pariwisata setelah Pandemi. Pandemi ini bisa disebut krisis yang datang tiba-tiba karena
tidak ada yang menduga situasi ketidakpastian ini. Namun dalam waktu bersamaan ia juga bisa disebut
krisis yang bisa diprediksi jika acuannya adalah kejadian di tiap negara yang berbeda-beda dan negara
yang lebih belakangan terkena wabah ini tentu bisa belajar dari negara yang lebih dulu terpapar misalnya
seperti China Indonesia misalnya meskipun waktunya terbatas tapi tetap punya waktu untuk bersiap dan
belajar dari negara lain. Pengalaman di negar alain adlaah alarm yang sangat berharga. Organisasi

19
pariwisata dunia (UNWTO) pada bulan Maret 2020 mengumumkan bahwa dampak wabah covid-19 akan
terasa di seluruh rantai nilai pariwisata. Sekitar 80% usaha kecil dan menengah dari sektor pariwisata
dengan jutaan mata pencaharian di seluruh dunia terkena dampak covid-19. UNWTO memperkirakan
kedatangan wisatawan internasional bisa menurun sebesar 1% hingga 3% pada tahun 2020 secara global.
Intervensi kuat untuk meminimalisasi penyebaran virus covid-19 dapat menurunkan pertumbuhan
ekonomi lebih parah dibandingkan skenario minimal intervension. 18
Arah pengembangan kepariwisataan nasional saat ini diarahkan menuju Quality Tourism
Experience. Menurut UNWTO dalam Practical Guidelines for Integrated Quality Management in
Tourism Destination bahwa “qualit y of a tourism destination as “the result of a process which implies
the satisfaction of all tourism product and service needs, requirements and expectations of the consumer
at an acceptable price, in conformity with mutually accepted c o n t r a c t u a l c o n d i t i o n s a n d t h e
i m p l i c i t u n d e r l y i n g factors such as safety and security, hygiene, accessibility, communication,
infrastructure and public amenities and services. It also involves aspects of ethics, transparency and
respect towards the human, natural and cultural environment”. Aspects of quality also relate to ethics,
transparency and respect for the human, natural and cultural environment.
Lebih lanjut, UNWTO menyatakan bahwa Quality mewakili tiga hal sekaligus:
1. Professionals Tools. Sebagai professionals tools, kualitas dicapai dengan mengetahui dan
mengendalikan secara umum, serta proses khusus untuk memberikan layanan yang menguntungkan.
Sistematisasi kualitas melibatkan tiga tingkatan yang berbeda : a. organisasional; b. operasional; dan c.
perceptual. Dalam pariwisata, kualitas harus melibatkan komitmen aktif dari sumber daya manusianya.
Dalam hal destinasi pariwisata kualitas juga membutuhkan nlai keramahtamahan dan hospitality dari
penduduk local.
2. Management model. Sebagai sebuah Management model kualitas terletak pada framework
baru dari hubungan kerja dan kompetensi. Ini berarti beralih dari struktur piramida ke organisasi yang flat
dan berorientasi pada proses. Dalam hal destinasi berkualitas, diperlukan komitmen yang solid dari
publik-privat dan antar institusi.
3. Powerfull Marketing Tool. Sebagai Powerfull Marketing Tool kualitas menempatkan
pelanggan sebagai pusat aktivitas, yang artinya mengetahui dan memperhatikan kebutuhan pelanggan
yang juga merupakan tujuan pemasaran.
UNWTO menyimpulkan beberapa hal terkait pengertian dari Quality: (1) Quality tidak akan ada
tanpa partisipasi aktif dan harmonis dari semua faktor yang berkontribusi untuk pengalaman wisata; (2)
Quality dihasilkan dari usaha terus-menerus dalam meminimalisir kekurangan dan kegagalan aktivitas:
(3) Quality juga secara fundamental dan secara langsung terkait dengan dimensi personal yang sebagian
besar tidak berwujud dan dengan demikian bersifat subjektif; (4) Quality menjadi tolok ukur dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang ditentukan oleh batasan sosial dan lingkungan; (5) Quality

18
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid – 19 Terhadap Perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia, 2(2),
146–153. Retrieved from https://ummaspul.ejournal.id/Edupsycouns/article/view/423/240
20
membutuhkan kriteria umum dan tidak dapat dicabut serta pertemuan antara persyaratan wajib dan self-
regulation; (6) Quality merupakan hasil dari usaha kolektif.
Oleh karena itu dapat disimpukan bahwa Quality harus menjadi bagian dari manajemen dan
perencanaan, dengan tujuan akhir meningkatkan kinerja dan mengadaptasi penyediaan produk dan
layanan, serta memperkuat variable kompetitif bagi destinasi.
Quality merupakan sebuah pilihan etis. Tanggungjawab dan perilaku untuk melakukan segala
sesuatunya lebih baik dengan menghormati masyarakat dan lingkungan adalah masalah etis. Disinilah
Quality, sustainability, social responsibility, accessibility menjadi satu. Karena tidak mungkin ada
Quality tanpa etika.
Keberlanjutan (Sustainability) memiliki prinsip yang sama dengan Quality karena pariwisata
memerlukan strategi jangka panjang dan menggunakan sumber daya terbatas yang sangat rentan terhadap
kerusakan, seperti alam dan warisan manusia. Tanpa hal tersebut minat dan motivasi wisata akan hilang.
Keberlanjutan (Sustainability) baik itu dalam hal sosial, kultural, ekonomi, dan lingkungan
merupakan komponen Quality dalam pariwisata . Tidak mengherankan untuk melihat dua kons ep ini
terkait s angat erat terutama dalam mengelola destinasi pariwisata. Penerapan Quality Tourism ini
akan menjadi acuan dalam pengembangan Kepariwisataan nasional kedepan. Dan akan berhasil
untuk memperbaiki keadaan pariwisata setelah di landa Covid-19.
Selain Strategi Quality Tourism yang di taja oleh Kemenkeparekraf diatas, ternyata Aktor non
state pariwisata juga telah merencanakan strategi ini yaitu Marktour Tourism yang berkata bahwa startegi
Quality Tourism adalah salah satu strategi yang dapat memperbaiki keadaan pariwisata di Indonesia dan
dinilai sudah berhasil bagi mereka. karena sudah Nampak perubahan yang signifikan mengenai turis di
beberapa negara yang sudah menghapus kebijakan lockdown nya.
Di tengah pandemi Covid-19 dan penurunan ekonomi global, MarkPlus Tourism terus mencoba
memperbesar jaringannya di dunia internasional. Kabar terbaru, pada bulan April ini MarkPlus Tourism
ditetapkan sebagai anggota baru Pacific Asia Travel Association (PATA). PATA adalah asosiasi non-
profit internasional yang bertanggungjawab mengembangkan sektor pariwisata di kawasan Asia
Pasifik. Salah satunya menyediakan insight pariwisata untuk para anggotanya yang meliputi
lebih dari 90 badan pariwisaata pemerintahan, lebih dari 20 maskapai dan bandara, hingga
ratusan perusahaan travel.
MarkPlus Tourism sebagai unit bisnis MarkPlus, Inc. yang bergerak di sektor pariwisata
merilis newsletter berupa infografis untuk melihat prospek dan strategi di masa depan terutama
berbagai destinasi wisata pasca COVID-19.  MarkPlus Tourism percaya bahwa perilaku
wisatawan akan berubah seusai krisis COVID-19. Seperti filosofi China, weiji yang artinya
krisis. Jika dijabarkan lagi, wei artinya momentum bahaya, sementara ji momentum peluang. Di
dalam krisis ada peluang. Setelah krisis COVID-19 berakhir, Indonesia wajib menangkap
peluang dengan cepat dibanding negara lain.
21
dengan adanya pandemi COVID-19, wisatawan akan lebih mengutamakan keamanan dan
keselamatan ketika berkunjung ke suatu destinasi. Artinya wisatawan dengan behaviour tersebut berasal
dari segmen premium atau mereka yang pengeluarannya tinggi. Sehingga bisa dipastikan ekspektasi
wisatawan premium ini juga akan tinggi terhadap sebuah destinasi. Selain menginginkan
keamanan dan keselamatan, mereka mengharapkan experience baru dan unik dari destinasi
tersebut. Selain itu aspek ketersediaan infrastruktur juga harus dipenuhi. Plus yang tidak boleh
dilewatkan, yaitu keterjagaan alam dan budaya sebagai salah satu aspek daya tarik wisatawan
datang ke destinasi.
Quality Tourism adalah strategi yang mengutamakan untuk mengupgrade destinasi
tempat wisata yang ditujukan untuk para turis dari kalangan premium, karena quality tourism ini
fkusnya bukan kepada jumlah wisatawan, tapi berapa banyak uang dikeluarkan. Sebuah quality
tourism adalah jumlah uang dikeluarkan pasti diatas rata-rata, makanya stratgi ini memiliki
segmen premium yang destinasi wisatanya harus punya kualitas.
Sebelum dengan PATA, MarkPlus Tourism juga sudah menjadi partner dengan
organisasi internasional lainnya yaitu GSTC (Global Sustainable Tourism Council). Organisasi
ini adalah lembaga global yang mengeluarkan standar pariwisata berkelanjutan berupa kriteria
dan indikator. MarkPlus Tourism merupakan official training partner satu-satunya di Indonesia.
Sementara untuk partnership, lokal MarkPlus Tourism berkolaborasi dengan Gabungan Industri
Pariwisata Indonesia (GIPI) sebagai anggota. Bahkan Founder & Chairman MarkPlus Tourism
Hermawan Kartajaya ditunjuk sebagai Dewan Pakar GIPI.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sektor Pariwisata Indonesia sementara digoyakan dengan adanya wabah virus corona atau
covid19, yang mengakibatkan berbagai destinasi wisata harus mengambil langkah untuk
menutup objek wisata untuk sementara dan akan kembali dibuka setelah waah virus ini benar-
benar hilang. Namun dibalik semuanya itu sektor pariwisata Indonesia telah mengambil strategi
utnuk bagaimana cara mereka mengembalikan kondisi pariwisata untuk maju kembali bersaing,
22
setelah pandemi covid19 ini usai. Oleh sebab itu langkah atau cara yang mereka ambil sangat
baik serta hal tersebut mendapat apresiasi atau dekungan yang baik dari Kepalah Negara
Indonesia yaitu Bpk Joko. Widodo. Strategi Quality Tourism yang menjadi strategi pariwisata
Nasional oleh Kemenkeparekraf dinilai sudah mulai menunjukkan hasil yang signifikan oleh
beberapa data karena terjadinya pelonjakan wisatawan turis asing dari negara yang sudah
membuka kebijakan lockdownnya ke Indonesia.
Dengan menguatnya jaringan internasional dan lokal, Nalendra berharap MarkPlus Tourism bisa
menjadi solusi bagi pemain sektor pariwisata yang sekarang terdampak Covid-19. Saat ini sektor
pariwisata terpukul wabah corona, wisatawan lokal maupun mancanegara kemungkinan baru akan
memulai perjalanan setelah pandemi berakhir. MarkPlus Tourism akan membantu mempersiapkan
pemain pariwisata untuk menjalani aktivitas turis setelah Covid-19 dengan reputasi
internasional.
Covid-19 berdampak besar hampir di semua aspek kehidupan termasuk sektor pariwisata
karena meningkatnya pembatasan perjalanan, pembatalan acara besar dan keengganan untuk
melakukan perjalanan internasional dan domestik. Untuk mengatasi badai ini, berbagai Negara
berjuang keras untuk mengatasi dampak wabah Covid-19 selain koordinasi, tindakan penting
untuk membatasi penyebaran pandemi Covid-19 dan mengatasi konsekuensi sosial-ekonomi
adalah langkah2 seperti: penting memperhatikan rantai nilai produksi dan distribusi untuk
memastikan kepastian pasokan yang diperlukan; memastikan bahwa pendapatan dan peluang
kerja tidak terpengaruh oleh pandemi; dukungan pada perusahaan terdampak khususnya Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), koperasi, dan usaha sektor informal; terjaminnya supply dan
ketersediaan stok pangan.
Dari strategi yang telah dipaparkan diatas, sepatutnya Indonesia mulai berbenah dalam
kebijakannya untuk sektor pariwisata seperti yang dilakukan oleh aktor pariwisata marktour
tourism yang kembali dengan kebijakan yang menggemparkan banyak orang karena ketika
banyaknya pariwisata pariwisata yang mundur perlahan dikarenakan Covid-19 namun marktour
tourism justru menambah jaringan internasional untuk mensukseskan strategi quality tourism
nya. Dan dari beberapa pakar pariwisata strategi yang diberikan marktour tourism tersebut akan
dikatakan sukses di masa pascapandemi.
Dengan memperhatikan berbagai dampak yang ditimbulkan dari wabah Covid-19, selain
intervensi kebijakan yang telah dilakukan sebagaimana diuraikan diatas, masih perlu ada
intervensi kebijakan lain dan mempelajari kebijakan dari berbagai negara khusus untuk
memitigasi dampak Covid-19 di sektor pariwisata, maka direkomendasikan beberapa respon
kebijakan sebagai berikut:

23
1. Melindungi Mata Pencaharian Pekerja. Bantuan keuangan harus diberikan untuk
melindungi pendapatan jutaan pekerja dalam kesulitan besar.
2. Dukungan Fiskal, pemerintah harus memberikan keringanan kepada perusahaan-
perusahaan serta jutaan usaha kecil dan menengah di sektor pariwisata sebagai stimulus
untuk mencegah mereka dari keruntuhan. Kewajiban-kewajiban kepada pemerintah dan
tuntutan keuangan pada sektor pariwisata perlu dihapuskan dengan segera untuk
setidaknya 12 bulan ke depan.
3. Injeksi likuiditas & uang tunai, bantuan arus kas untuk mendukung pemain besar dan
kecil dari sektor pariwisata yang sangat terdampak wabah covid-19.
4. Perlu dibuat rancangan bangun aplikasi sistem informasi pariwisata berbasis android
didalamnya terdapat sekumpulan data industri pariwisata yang menyediakan data SDM
5. Menerapkan potongan harga untuk pendaratan pesawat dan biaya parkir serta potongan
harga sewa untuk toko dan agen kargo di Bandara di Indonesia
6. Menawarkan beasiswa pelatihan di politeknik pariwisata dan memperpanjang tenggat
waktu pembayaran pajak dan kewajiban lainnya
7. Membentuk kelembagaan mitigasi bencana di sektor pariwisata di tingkat pusat
8. Menyusun buku pedoman standart baku tata kelola tentang perencanaan pelaksanaan
dan pengendalia dampak wabah di sektor pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Yunus, N. R. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi


Penyebaran Corona Virus-19. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I.

Wawan Mus’udi dan Poppy s. wananti, (2020). Tata elola Penanganan Covid-19 Di
Indonesia Kajian Awal. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

World Economic Forum in Geneva-Switzerland, Travel & Tourism Competitiveness


Report (2009)

24
UNWTO, Tourism Highlights (2010)

OECD (2020), OECD Tourism Trends and Policies 2020 , OECD Publishing,


Paris, https://doi.org/10.1787/6b47b985-en 

Data lengkap untuk negara-negara OECD tersedia


di http://dx.doi.org/10.1787/888934076134. Data untuk Meksiko, Portugal dan Spanyol
mengacu pada 2018, sedangkan data untuk Spanyol dan Islandia mengacu pada 2017

IATA , https://www.iata.org/en/pressroom/pr/2020-03-16/

Pernyataan Menteri Pariwisata G20,


https://g20.org/en/media/Documents/G20_Tourism%20Ministers
%20Meeting_Statement_EN.pdf, 11 Desember 2020

UNWTO, UNWTO World Tourism Barometer Mei 2020 - Fokus khusus pada Dampak
COVID-19, Mungkin
2020

WTTC, WTTC sekarang memperkirakan lebih dari 100 juta pekerjaan hilang di sektor
Perjalanan & Pariwisata dan peringatan Negara-negara G20 dalam skala krisis  11 Desember
2020

Ringkasan Sektoral Organisasi Perburuhan Internasional, COVID-19 dan sektor


pariwisata , 11 Desember 2020

IATA, COVID-19 Menimbulkan Risiko pada Setengah Pendapatan Penumpang


2020 , Desember 2020

STR Webinar,Prakiraan Eropa , 11 Desember 2020

Pusat Penelitian PEW, https://www.pewresearch.org/fact-tank/2020/04/01/more-than-


nine-in-ten-
orang-di seluruh dunia-tinggal-di-negara-dengan-pembatasan perjalanan-di tengah-covid-19/ 11
Desember 2020

Financial Times Krisis Ekonomi Global - Bagaimana Sekarang? Konferensi Digital


Global, 12-14 Mei 2020, “ Bagaimana masa depan perjalanan dan pariwisata setelah COVID-
19 ? ”, 12 Desember 2020

webinar STR,Dampak COVID-19 pada kinerja hotel Mediterania , 12 Desember 2020

https://www.unwto.org/news/covid-19-travel-restrictions

https://covid19.who.int/

https://www.e-unwto.org/doi/pdf/10.18111/9789284421152

25

Anda mungkin juga menyukai