PASCA KRISIS - Panduan Komunikasi Krisis - Biro Komunikasi Kemenparekraf
PASCA KRISIS - Panduan Komunikasi Krisis - Biro Komunikasi Kemenparekraf
KRISIS
Kembali ke
daftar isi
Deklarasi Fase Pasca Krisis
Fase pasca krisis merupakan masa-masa krisis dianggap atau dinyatakan telah berak-
hir. Fokus dalam menangani krisis beralih ke pengelolaan efek krisis yang terjadi. Fase
pasca krisis dalam krisis kepariwisataan menjadi momentum untuk pemulihan reputa-
si. Penentuan fase pasca krisis menjadi penting bagi pelaku atau industri Parekraf dan
wisatawan yang ingin mengetahui situasi normal akan kembali.
Perubahan status krisis ke pasca krisis dideklarasikan oleh pihak yang paling berwe-
nang terhadap kondisi krisis. Biro Komunikasi Kemenparekraf perlu memahami
dengan baik bentuk krisis yang terjadi dan siapa pihak yang paling berwenang. Dalam
konteks kebencanaan di Indonesia misalnya, peralihan status krisis ke pasca krisis
ditentukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Biro Komunikasi
Kemenparekraf bisa mengikuti status peralihan dari krisis ke pasca krisis tersebut.
Dalam kondisi krisis reputasi dalam lingkup organisasi, Biro Komunikasi Kemenpa-
rekraf perlu proaktif memberikan informasi pada internal Kemenparekraf. Pembaharu-
an informasi perlu dilakukan melalui pemantauan media beriringan dengan evaluasi
penanganan krisis. Biro Komunikasi Kemenparekraf bisa memberikan rekomenda-
si kepada Menteri Parekraf untuk mendeklarasikan kondisi krisis ke pasca krisis.
Ketika Menteri Parekraf telah memutuskan masuk ke fase pasca krisis, Biro Komunikasi
Kemenparekraf bisa mengikuti strategi komunikasi pada fase tersebut.
Kembali ke 26
daftar isi
Langkah 6:
Melakukan Asesmen Dampak Krisis
Waktu : Hari 1 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Pimpinan, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital,
Produksi Konten, Hubungan Masyarakat
Tindakan : Asesmen dampak krisis
Menyediakan informasi mengenai rute dan akses keluar masuk wilayah terdampak
Kembali ke 27
daftar isi
STUDI KASUS | COVID-19
Contoh Krisis Pemasaran adalah ketika pada masa pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 di seluruh
dunia. Kondisi ini menurunkan minat berwisata masyarakat dan berpengaruh pada matinya sektor
pariwisata dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, krisis Covid-19 menyebabkan matinya pariwisata
dan ekonomi kreatif yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran karena tidak hanya
sektor pariwisata mati, berbagai sektor perekonomian harus menanggung beban untuk bertahan di
masa sulit tersebut.
Dampak yang sangat luas adalah ketika banyaknya lokasi wisata yang tutup karena tidak berjalan
lebih dari 6 bulan. Fase krisis ini tidak bisa diprediksi akan selesai kapan, karena hanya berhenti ketika
vaksin sudah ditemukan oleh ilmuwan di dunia, dan hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak
sebentar.
Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, kebijakan buka tutup wilayah lokal, antar
negara, serta kawasan wisata meninggalkan beberapa jejak krisis baik pada sektor pemasaran, SDM
pariwisata, dan bencana destinasi.
Kembali ke 28
daftar isi
Langkah 7:
Menentukan dan Mengkoordinasikan
Respons Pemulihan
Waktu : Hari 1 – 2 pasca krisis
Peran : Komunikasi Krisis, Media Digital, Produksi Konten, Hubungan
Masyarakat, Informasi Publik
Aksi : Menentukan dan mengkoordinasikan strategi kampanye
pemulihan
Meninjau respons pemulihan untuk krisis yang relevan. Lihat respons pesan dan
narasi utama
Berkoordinasi dengan satuan kerja atau stakeholder terkait kebutuhan data dan
informasi pendukung pemulihan krisis
Berkoordinasi dengan satuan kerja lain untuk menyusun pesan dan respons
pemulihan krisis.
Memastikan respons hanya dari Biro Komunikasi atau juru bicara Kemenparekraf.
Kembali ke 29
daftar isi
Krisis Reputasi
Memantau media massa dan media sosial untuk memastikan informasi dan
narasi yang disampaikan sesuai dengan perencanaan.
Langkah 8:
Penerapan Kampanye Awal Masa Pemulihan
Waktu : Hari 1-7 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Komunikasi Krisis, Media Digital, Produksi Konten, Hubungan
Masyarakat
Tindakan : Menyusun strategi kampanye komunikasi di awal masa pemulihan
Memperbaharui informasi mengenai akses keluar masuk dan daerah wisata yang
tidak terdampak serta aman dikunjungi
Kembali ke 30
daftar isi
Media sosial
Mengoptimalkan seluruh media sosial Kemenparekraf untuk kampanye
pemulihan
Gunakan visual seperti foto dan video untuk membuat cerita daerah yang
tidak terdampak
Media massa
Membuat siaran pers, pertemuan pers, dan wawancara dengan media
Media sosial
Menyampaikan konten mengenai langkah positif yang dilakukan Kemenparekraf
setelah krisis
Kembali ke 31
daftar isi
Kampanye media
Mengeluarkan siaran pers, mengadakan sesi wawancara, dan peliputan langsung
Langkah 9:
Penerapan Kampanye Berkelanjutan
di Masa Pemulihan
Waktu : Hari 8-14 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital, Produksi
Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi Publik
Tindakan : Menyusun strategi kampanye komunikasi di awal masa pemulihan
Implementasi Kampanye
Koordinasikan pelaksanaan kampanye pemasaran pemulihan secara terpadu
dengan satuan kerja dan stakeholder terkait
Krisis Organisasi
Kembali ke 32
daftar isi
Memastikan apakah stakeholder masih terdampak oleh krisis organisasi yang
telah terjadi atau tidak
Langkah 10:
Evaluasi Manajemen Komunikasi Krisis
Waktu : Minggu 3 dan 4 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Pimpinan, Juru Bicara, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media,
Media Digital, Produksi Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi
Publik
Tindakan : Melakukan evaluasi dan pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis
Membuat laporan
Membuat laporan evaluasi sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen
komunikasi krisis yang akan datang.
Kembali ke 33
daftar isi
STUDI KASUS | MISINFORMASI: WISATA HALAL
Kesamaan narasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu faktor penting dalam.
Dikeluarkannya narasi Wisata Halal di kawasan Danau Toba pada tahun 2019 silam menimbulkan
huru-hara khususnya di masyarakat sekitar.
Wisata halal ini sebenarnya sudah ada dan lebih dulu dikenal di negara-negara Non Organisasi
Kerjasama Islam (NON OKI) yang dapat melihat potensi pertumbuhan wisata muslim yang pesat dari
segi ekonomi. Wisata halal kerap disebut juga muslim friendly tourism, namun keduanya tidaklah
sama, muslim friendly tourism dinilai lebih longgar.
Pada term wisata halal yang akan dikembangkan di Danau Toba, masyarakat salah menilai bahwa
konsep wisata halal tersebut adalah merubah segala sesuatu yang non-halal menjadi halal. Namun
sejatinya tidak demikian, pada wisata halal yang akan dikembangkan hanya memfasilitasi
lokasi-lokasi atau kawasan khusus bagi wisatawan muslim, seperti ketersediaan restoran halal yang
representatif dapat dijadikan pilihan bagi wisatawan muslim. Sementara kebudayaan dan kearifan
lokal masyarakat setempat tetap ada dan berkembang menjadi salah satu daya tarik utama destinasi
tersebut.
Penyelesaian dari isu ini kiranya dapat dilakukan penyebaran informasi melalui kanal-kanal milik
Kemenparekraf, sosialisasi kepada masyarakat sekitar, dan benchmarking kajian-kajian serta
penerapan wisata halal di berbagai tempat agar diketahui dampak positif pengembangan wisata
halal baik bagi destinasi, maupun masyarakat sekitarnya.
Kembali ke 34
daftar isi