Anda di halaman 1dari 10

04 PASCA

KRISIS

Kembali ke
daftar isi
Deklarasi Fase Pasca Krisis
Fase pasca krisis merupakan masa-masa krisis dianggap atau dinyatakan telah berak-
hir. Fokus dalam menangani krisis beralih ke pengelolaan efek krisis yang terjadi. Fase
pasca krisis dalam krisis kepariwisataan menjadi momentum untuk pemulihan reputa-
si. Penentuan fase pasca krisis menjadi penting bagi pelaku atau industri Parekraf dan
wisatawan yang ingin mengetahui situasi normal akan kembali.

Perubahan status krisis ke pasca krisis dideklarasikan oleh pihak yang paling berwe-
nang terhadap kondisi krisis. Biro Komunikasi Kemenparekraf perlu memahami
dengan baik bentuk krisis yang terjadi dan siapa pihak yang paling berwenang. Dalam
konteks kebencanaan di Indonesia misalnya, peralihan status krisis ke pasca krisis
ditentukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Biro Komunikasi
Kemenparekraf bisa mengikuti status peralihan dari krisis ke pasca krisis tersebut.

Dalam kondisi krisis reputasi dalam lingkup organisasi, Biro Komunikasi Kemenpa-
rekraf perlu proaktif memberikan informasi pada internal Kemenparekraf. Pembaharu-
an informasi perlu dilakukan melalui pemantauan media beriringan dengan evaluasi
penanganan krisis. Biro Komunikasi Kemenparekraf bisa memberikan rekomenda-
si kepada Menteri Parekraf untuk mendeklarasikan kondisi krisis ke pasca krisis.
Ketika Menteri Parekraf telah memutuskan masuk ke fase pasca krisis, Biro Komunikasi
Kemenparekraf bisa mengikuti strategi komunikasi pada fase tersebut.

Kembali ke 26
daftar isi
Langkah 6:
Melakukan Asesmen Dampak Krisis
Waktu : Hari 1 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Pimpinan, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital,
Produksi Konten, Hubungan Masyarakat
Tindakan : Asesmen dampak krisis

Krisis Ekosistem Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Bekerja sama dengan satuan kerja lain dan stakeholder


Cek keadaan dan kondisi keamanan staf Biro Komunikasi yang akan bertugas

Pendataan kerusakan infrastruktur, fasilitas, dan akses

Pendataan wisatawan yang terjebak dan menjadi korban.

Menyusun narasi pemulihan


Menekankan wilayah terdampak sudah aman

Menyediakan informasi mengenai rute dan akses keluar masuk wilayah terdampak

Menyusun informasi dan mengaktifkan pusat informasi mengenai wilayah tidak


terdampak sebagai alternatif rencana wisata.

Pembaharuan informasi krisis melalui media


Mengirimkan siaran pers

Membuat jumpa pers atau wawancara di media

Memperbaharui informasi melalui halaman web dan media sosial Kemenparekraf

Memantau perkembangan berita dan informasi khususnya identifikasi jika ada


misinformasi.

Krisis Reputasi Organisasi

Pendataan kerusakan reputasi organisasi dan pemangku kepentingan kunci


yang terpengaruh oleh krisis reputasi

Menyusun rencana pemulihan reputasi organisasi

Menginformasikan kepada publik mengenai langkah perbaikan kebijakan atau


tindakan Kemenparekraf untuk memastikan krisis serupa tidak akan terjadi
kembali

Jika disebabkan oleh misinformasi, diperlukan upaya berkesinambungan untuk


mendorong fakta-fakta ke publik dan media massa.

Kembali ke 27
daftar isi
STUDI KASUS | COVID-19

Contoh Krisis Pemasaran adalah ketika pada masa pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 di seluruh
dunia. Kondisi ini menurunkan minat berwisata masyarakat dan berpengaruh pada matinya sektor
pariwisata dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, krisis Covid-19 menyebabkan matinya pariwisata
dan ekonomi kreatif yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran karena tidak hanya
sektor pariwisata mati, berbagai sektor perekonomian harus menanggung beban untuk bertahan di
masa sulit tersebut.

Dampak yang sangat luas adalah ketika banyaknya lokasi wisata yang tutup karena tidak berjalan
lebih dari 6 bulan. Fase krisis ini tidak bisa diprediksi akan selesai kapan, karena hanya berhenti ketika
vaksin sudah ditemukan oleh ilmuwan di dunia, dan hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak
sebentar.

Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, kebijakan buka tutup wilayah lokal, antar
negara, serta kawasan wisata meninggalkan beberapa jejak krisis baik pada sektor pemasaran, SDM
pariwisata, dan bencana destinasi.

Kembali ke 28
daftar isi
Langkah 7:
Menentukan dan Mengkoordinasikan
Respons Pemulihan
Waktu : Hari 1 – 2 pasca krisis
Peran : Komunikasi Krisis, Media Digital, Produksi Konten, Hubungan
Masyarakat, Informasi Publik
Aksi : Menentukan dan mengkoordinasikan strategi kampanye
pemulihan

Krisis Ekosistem Pariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Melakukan wawancara dengan pelaku Parekraf (minggu pertama pasca krisis)


Melakukan wawancara pelaku Parekraf terkait pertimbangan opsi pemulihan
krisis.
Mempertimbangkan respons pemulihan
Memberi jeda waktu untuk proses pemulihan sebelum kembali beroperasi

Meninjau respons pemulihan untuk krisis yang relevan. Lihat respons pesan dan
narasi utama

Berkoordinasi dengan satuan kerja atau stakeholder terkait kebutuhan data dan
informasi pendukung pemulihan krisis

Berkoordinasi dengan satuan kerja atau stakeholder dalam menargetkan pelu-


ang pasar

Berkoordinasi dengan satuan kerja lain untuk menyusun pesan dan respons
pemulihan krisis.

Mengkoordinasikan respons pemulihan


Menginformasikan tentang dampak krisis pada stakeholder

Mengeluarkan informasi bahwa wilayah terdampak sudah terbuka untuk kegiatan


Parekraf

Menginformasikan destinasi alternatif wisata lain melalui media internal dan


eksternal Kemenparekraf

Merespons semua tanggapan, pesan, dan pemulihan krisis kepariwisataan

Memastikan respons hanya dari Biro Komunikasi atau juru bicara Kemenparekraf.

Kembali ke 29
daftar isi
Krisis Reputasi

Memastikan bahwa sumber informasi yang keluar dari Kemenparekraf harus


melalui satu pintu

Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mengirimkan pesan

Mempertimbangkan media yang efektif dan efisien untuk mencapai semua


stakeholder

Mengkoordinasikan pesan pemulihan agar dapat diterima oleh seluruh stake-


holder

Memastikan koordinasi pengiriman pesan kepada stakeholder berjalan lancar

Menginformasikan kepada publik mengenai langkah perbaikan kebijakan atau


tindakan Kemenparekraf untuk memastikan krisis serupa tidak akan terjadi kem-
bali

Memantau media massa dan media sosial untuk memastikan informasi dan
narasi yang disampaikan sesuai dengan perencanaan.

Langkah 8:
Penerapan Kampanye Awal Masa Pemulihan
Waktu : Hari 1-7 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Komunikasi Krisis, Media Digital, Produksi Konten, Hubungan
Masyarakat
Tindakan : Menyusun strategi kampanye komunikasi di awal masa pemulihan

Krisis Ekosistem Pariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Bekerja sama dengan pelaku Parekraf dan stakeholder


Mengabarkan perkembangan atau kabar terbaru krisis

Memperbaharui informasi mengenai akses keluar masuk dan daerah wisata yang
tidak terdampak serta aman dikunjungi

Memberikan narasi tunggal kepada stakeholder jika bicara melalui media.

Kembali ke 30
daftar isi
Media sosial
Mengoptimalkan seluruh media sosial Kemenparekraf untuk kampanye
pemulihan

Gunakan visual seperti foto dan video untuk membuat cerita daerah yang
tidak terdampak

Mempublikasikan daerah atau wisata alternatif yang aman untuk dikunjungi

Mengajak stakeholder untuk menyebarkan pesan/konten kampanye pemulihan.

Media massa
Membuat siaran pers, pertemuan pers, dan wawancara dengan media

Mengajak wartawan dari berbagai media untuk liputan di lokasi

Bekerja sama dengan stakeholder dan wisatawan

Menanggapi kebutuhan informasi media massa terkait masa pemulihan.

Kampanye melalui iklan


Menyusun narasi kampanye pemulihan melalui iklan

Memanfaatkan berbagai platform promosi milik Kemenparekraf baik daring


maupun luring

Memanfaatkan media sosial dan media massa untuk beriklan.

Krisis Reputasi Organisasi

Memperbarui pesan kepada stakeholder


Pembaruan informasi dan rencana penanganan pasca krisis kepada seluruh
stakeholder

Menyampaikan isi pesan yang sama ke seluruh Dinas Pariwisata di daerah.

Media sosial
Menyampaikan konten mengenai langkah positif yang dilakukan Kemenparekraf
setelah krisis

Meminta stakeholder untuk membagikan konten Kemenparekraf kepada pengi-


kut mereka di media sosial.

Kembali ke 31
daftar isi
Kampanye media
Mengeluarkan siaran pers, mengadakan sesi wawancara, dan peliputan langsung

Menyanggupi jika ada undangan wawancara dengan media.

Langkah 9:
Penerapan Kampanye Berkelanjutan
di Masa Pemulihan
Waktu : Hari 8-14 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital, Produksi
Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi Publik
Tindakan : Menyusun strategi kampanye komunikasi di awal masa pemulihan

Identifikasi kampanye yang akan dilanjutkan


Menerapkan strategi komunikasi pemulihan bersama satuan kerja lain dan
stakeholder di tingkat nasional dan daerah. Lihat rekomendasi kegiatan
pemasaran dalam rangka pemulihan

Pertimbangkan penggunaan media jangka panjang yang melibatkan pencapaian


pemulihan, peringatan peristiwa, dan cerita-cerita positif yang menginspirasi

Menyusun anggaran biaya yang digunakan untuk kampanye pemulihan.

Implementasi Kampanye
Koordinasikan pelaksanaan kampanye pemasaran pemulihan secara terpadu
dengan satuan kerja dan stakeholder terkait

Gunakan berbagai saluran komunikasi/pemasaran seperti media sosial dan


halaman web untuk menyampaikan pesan pemulihan kepada masyarakat

Memanfaatkan saluran media massa melalui pertemuan pers, wawancara


dengan media, dan peliputan langsung di lokasi Parekraf

Melakukan pemantauan media secara rutin untuk melihat respons kampanye


pemulihan.

Krisis Organisasi

Menentukan kampanye berkelanjutan


Menyampaikan pesan media sosial berupa prestasi dan hal positif lainnya dari
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

Kembali ke 32
daftar isi
Memastikan apakah stakeholder masih terdampak oleh krisis organisasi yang
telah terjadi atau tidak

Jika diperlukan, bertemu dengan stakeholder di daerah mengenai dampak yang


dirasakan pasca krisis

Melakukan pemantauan media secara rutin untuk melihat respons kampanye


pemulihan.

Langkah 10:
Evaluasi Manajemen Komunikasi Krisis
Waktu : Minggu 3 dan 4 pasca krisis
Peran dan Fungsi : Pimpinan, Juru Bicara, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media,
Media Digital, Produksi Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi
Publik
Tindakan : Melakukan evaluasi dan pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis

Mengumpulkan umpan balik


Berdiskusi dengan stakeholder terkait proses komunikasi saat krisis

Melakukan survei untuk menilai respons komunikasi krisis:


- Apa yang berhasil?
- Apa yang tidak berhasil?
- Apa langkah alternatif yang perlu dilakukan?
- Seberapa efektif langkah strategi komunikasi krisis yang dilakukan
terhadap stakeholder?
- Bagaimana umpan balik dari pengunjung terkait komunikasi yang
dilakukan saat dan setelah krisis?
- Bagaimana Biro Komunikasi dapat meningkatkan respons sebelum,
saat, dan setelah krisis?

Memilah tanggung jawab


Melakukan evaluasi terkait kesalahan dan tanggung jawab Biro Komunikasi
selama masa krisis, sejauh mana tanggung jawab tersebut sudah ditunaikan.

Membuat laporan
Membuat laporan evaluasi sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen
komunikasi krisis yang akan datang.

Pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis


Melakukan pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis berdasarkan hasil evaluasi.

Kembali ke 33
daftar isi
STUDI KASUS | MISINFORMASI: WISATA HALAL

Kesamaan narasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu faktor penting dalam.
Dikeluarkannya narasi Wisata Halal di kawasan Danau Toba pada tahun 2019 silam menimbulkan
huru-hara khususnya di masyarakat sekitar.

Wisata halal ini sebenarnya sudah ada dan lebih dulu dikenal di negara-negara Non Organisasi
Kerjasama Islam (NON OKI) yang dapat melihat potensi pertumbuhan wisata muslim yang pesat dari
segi ekonomi. Wisata halal kerap disebut juga muslim friendly tourism, namun keduanya tidaklah
sama, muslim friendly tourism dinilai lebih longgar.

Pada term wisata halal yang akan dikembangkan di Danau Toba, masyarakat salah menilai bahwa
konsep wisata halal tersebut adalah merubah segala sesuatu yang non-halal menjadi halal. Namun
sejatinya tidak demikian, pada wisata halal yang akan dikembangkan hanya memfasilitasi
lokasi-lokasi atau kawasan khusus bagi wisatawan muslim, seperti ketersediaan restoran halal yang
representatif dapat dijadikan pilihan bagi wisatawan muslim. Sementara kebudayaan dan kearifan
lokal masyarakat setempat tetap ada dan berkembang menjadi salah satu daya tarik utama destinasi
tersebut.

Penyelesaian dari isu ini kiranya dapat dilakukan penyebaran informasi melalui kanal-kanal milik
Kemenparekraf, sosialisasi kepada masyarakat sekitar, dan benchmarking kajian-kajian serta
penerapan wisata halal di berbagai tempat agar diketahui dampak positif pengembangan wisata
halal baik bagi destinasi, maupun masyarakat sekitarnya.

Kembali ke 34
daftar isi

Anda mungkin juga menyukai