RESPONS KRISIS - Panduan Komunikasi Krisis - Biro Komunikasi Kemenparekraf
RESPONS KRISIS - Panduan Komunikasi Krisis - Biro Komunikasi Kemenparekraf
KRISIS
Kembali ke
daftar isi
Fase respons krisis berisi strategi komunikasi yang dilakukan sesaat setelah krisis
terjadi. Fase ini menjadi krusial karena memiliki efek yang signifikan terhadap dampak
krisis: jumlah korban/kasus, jumlah pelaku Parekraf yang terdampak, dan kerusakan
reputasi yang dialami oleh Kemenparekraf.
Fase respons krisis menekankan pada kecepatan, keakuratan, dan konsistensi dari
respons. Kecepatan dan keakuratan dibutuhkan guna menjawab kebutuhan informasi,
mengurangi ketidakpastian, mengelola ekspektasi, dan mencegah misinformasi saat
krisis melanda. Bersikap konsisten juga dibutuhkan untuk membangun kredibilitas
serta kompetensi Kemenparekraf dalam menangani krisis kepariwisataan.
Langkah 1:
Mengukur Risiko Krisis
Sebelum menentukan penanganan krisis, Biro Komunikasi Kemenparekraf perlu men-
gukur level atau tingkatan dampak krisis yang memengaruhi keputusan apakah krisis
tersebut perlu direspons atau tidak.
Lihat tabel asesmen dampak pada krisis ekosistem pariwisata dan ekonomi
kreatif
Memahami tingkatan dampak krisis sehingga perlu ditangani lebih lanjut atau
tidak.
Langkah 2:
Tindakan 15 Menit Pertama
Reaktif dan Proaktif
Jika hasil asesmen krisis pada langkah 1 menunjukkan krisis di level high dan extreme
perlu melanjutkan langkah 2 dan seterusnya. Masa penting merespons krisis berada di
jam-jam awal setelah krisis terjadi di mana informasi beredar sangat cepat. Sebelum
menyusun strategi dan langkah respons krisis, lihat protokol media dan tips
komunikasi krisis.
Kembali ke 20
daftar isi
Peran dan Fungsi: Pimpinan, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital,
Produksi Konten, Hubungan Masyarakat
Konfirmasi fakta dan data (waktu, lokasi, dan dampak krisis) kepada satuan kerja
terkait krisis
Verifikasi fakta dan data krisis melalui hasil pemantauan media dan CDA
Memilah fakta dan data yang dapat disampaikan maupun tidak pada masyarakat
Menyiapkan diri untuk merespons media dan stakeholder dengan holding state-
ment yang disusun sebelumnya
Pemetaan alur koordinasi stakeholder terkait krisis bersama satuan kerja lain
Langkah 3:
Tindakan 30 Menit Pertama
Peran dan Fungsi: Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital, Produksi
Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi Publik
Menggali informasi krisis lebih lanjut mengenai dampak dari krisis pada wisa-
tawan, pelaku Parekraf, destinasi, dan masyarakat sekitarnya
Membuat narasi mengenai langkah atau strategi penanganan krisis yang dilaku-
kan Kemenparekraf
Menyiapkan siaran pers dan pertemuan pers. Lihat tips standby statement dan
siaran pers
Kembali ke 21
daftar isi
Memantau reaksi publik dari berbagai media seperti kemarahan dan spekulasi
yang berdampak pada reputasi Kemenparekraf
Memantau perkembangan data dan informasi krisis dari stakeholder terkait krisis
Menyiapkan narasi utama untuk merespons sesuai dengan media yang diguna-
kan. Lihat respons pesan dan narasi utama.
Langkah 4:
Tindakan 1 Jam Pertama
Peran dan Fungsi: Juru Bicara, Komunikasi Krisis, Pemantauan Media, Media Digital,
Produksi Konten, Hubungan Masyarakat, Informasi Publik
Memberikan (briefing) informasi dan narasi yang akan disampaikan oleh juru
bicara
Menyebarkan siaran pers ke media massa, halaman web, dan media sosial
Koordinasi dengan satuan kerja lain untuk mendapatkan informasi krisis dari
stakeholder yang terlibat.
Kembali ke 22
daftar isi
Langkah 5:
Tindakan Selanjutnya Jika Krisis Berlanjut
Langkah 5 berisi tindakan yang rutin dan berulang selama fase krisis masih berlanjut.
Periode pengulangan disesuaikan dengan kondisi darurat serta kecepatan arus infor-
masi terkait krisis.
Peran dan Fungsi: Media Monitoring dan Crisis Detection Analysis (CDA),
Komunikasi Krisis, Hubungan Masyarakat, Narasi, Media Sosial
Membanjiri narasi positif di media sosial dengan jenis unggahan yang mendapa-
tkan engagement tinggi.
Kembali ke 23
daftar isi
STUDI KASUS | GEMPA BUMI LOMBOK
Salah satu bentuk Krisis Ekosistem Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah gempa bumi. Gempa bumi
tektonik berkekuatan 6,4 SR pernah mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli 2018.
Kuatnya getaran dirasakan hingga Bali dan Sumbawa yang bersebelahan dengan Lombok. Kemudian
gempa susulan dengan kekuatan 7 SR kembali mengguncang Lombok pada 5 Agustus 2018 dan ada
peringatan dini tsunami. Dua gempa tersebut membuat panik masyarakat hingga wisatawan yang
sedang berada di Lombok. Gempa merusak berbagai bangunan seperti rumah, fasilitas umum, dan
fasilitas pendukung pariwisata. Pemerintah pusat dan daerah memberlakukan kondisi tanggap darurat
bencana yang dipimpin langsung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selama
proses tanggap darurat media massa terus mengabarkan perkembangan proses evakuasi, data korban,
data kerusakan, dan kondisi masyarakat yang selamat. Media juga mengabarkan kondisi wisatawan
yang terjebak di lokasi wisata seperti pantai, pulau, dan gunung. Sejumlah wisatawan berupaya men-
cari akses untuk keluar dari Lombok.
Respons berkelanjutan
Membuat jadwal atau periodisasi untuk menyampaikan informasi seputar penanganan gempa yang
berkaitan dengan pariwisata. Fokus pada tindakan kolaborasi antar Kementerian, Lembaga, dan Dinas
dalam penanganan gempa serta menjamin keselamatan wisatawan yang masih berada di Lombok.
Memanfaatkan media sosial internal Kemenparekraf dan media massa sebagai saluran informasi untuk
wisatawan serta pelaku Parekraf.
Kembali ke 24
daftar isi