Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT

DALAM KOMUNIKASI KRISIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9:

Farhan Nur Fajar (20300121052)


Nurleni (20300121053)
Amar Ma’ruf (20300121066)

DOSEN PENGAMPU:
Muh. Anwar. HM, S.Ag., M.Pd

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan

kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-

Nya-lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah “Manajemen Hubungan Masyarakat Dalam Komunikasi Krisis”

ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Hubungan

Masyarakat di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Selain itu, kami juga

berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang

Manajemen Humas.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Muh.

Anwar. HM, S.Ag., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Manajemen Hubungan

Masyarakat. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih

pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan

makalah ini.

Gowa, 31 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Komunikasi Krisis ..................................................................... 3

B. Konsep Tahapan Komunikasi Krisis............................................................ 4

C. Strategi Komunikasi Krisis .......................................................................... 5

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Komunikasi Krisis ........... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

DAFRTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan point penting dalam setiap kegiatan kehumasan

dalam menjaga citra positif lembaga pemerintah di mata masyarakat. Komunikasi

yang tidak baik akan menimbulkan hubungan yang tidak baik pula antara humas

pemerinah dengan masyarakat. Sehingga pada saat adanya permasalahan

mengenai kebijakan yang ditentang oleh masyarakat dan humas tidak bisa

menangani dengan cepat maka bisa berkembang menjadi suatu krisis.

Krisis merupakan suatu masa yang kritis berkaitan dengan suatu peristiwa

yang kemungkinan pengaruhnya negative terhadap organisasi. Karena itu,

keputusan cepat dan tepat perlu dilakukan agar tidak memengaruhi keseluruhan

operasional orgaisasi. Pengambilan keputusan pasti memerlukan pemrosesan

informasi langkah berani untuk meminimalkan akibat yang tidak diinginkan.

Sebuah krisis cenderung menjadi sebuah situasi yang menghasilkan efek negatif

yang memengaruhi organisasi dan publiknya, produknya, dan reputasinya.

Komunikasi krisis tidak hanya sekadar komunikasi yang dilakukan saat

krisis, tapi harus menentukan strategi komunikasi dalam merespon situasi krisis.

Organisasi harus memiliki persiapan dan kesiapan untuk menangani krisis. Salah

satu hal utama dalam menangani krisis adalah mengkomunikasikan krisis itu

sendiri.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa definisi komunikasi krisis?

2. Bagaimana konsep tahapan komunikasi krisis?

3. Bagaimana strategi komunikasi krisis?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen komunikasi krisis?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi krisis?

2. Untuk mengetahui konsep tahapan komunikasi krisis?

3. Untuk mengetahui strategi komunikasi krisis?

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen

komunikasi krisis?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Krisis

Komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk menjelaskan

tentang terjadinya krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam, gangguan

teknis, kesalahan manusia maupun karena krisis komunikasi, termasuk upaya-

upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh manajemen pada suatu

organisais untuk dapat segera menyelesaikan atau membantu menyelesaikan krisis

sehingga krisis tersebut bisa segera ditanggulangi, tidak menimbulkan kerugian

yang lebih besar lagi dan tentunya tidak menimbulkan korban jiwa manusia maupun

korban luka-luka.

Tujuan komunikasi krisis adalah dalam rangka mencapai tujuan manajemen

krisis. Tujuan manajemen krisis adalah, pasti, menghindari krisis lebih di atas

segalanya. Namun bila tidak dapat dihindari, tujuannya adalah menghentikan krisis

dengan cepat, membatasi kerugian, memulihkan dan mengembalikan kepercayaan

publik, meraih kembali reputasi perusahaan yang sudah rusak atau hilang. Keber-

hasilan komunikasi krisis dilihat dari keberhasilannya dalam membantu

mewujudkan tujuan manajemen krisis.1

1
Partao, Abidin, Zainal. 2005. “Optimalisasi Fungsi Media Relations Untuk
Keberhasilan Komunikasi Krisis.” Komunikologi 2, no. 1: 8–21.

3
B. Konsep Tahapan Komunikasi Krisis

Untuk tidak mengambil keputusan yang salah, maka seorang Public

Relation harus bisa memahami tahapan krisis, menerapkan model manajemen krisis

dan komunikasi krisis. Tahapan komunikasi krisis sebagai berikut:

Tahap
Model Manajemen Krisis Model Komunikasi Krisis
Krisis

Signal detection, Membentuk pengetahuan tentang

prevention, preparation krisis (lebih bersifat internal),


Pra-Krisis
menyamakan persepsi di antara

anggota organisasi

Mengetahui peristiwa- Memengaruhi perspepsi public

peristiwa pemicu dan tentang krisis, persepsi tentang


Krisis
respons, damage organisasi dan segala upaya

containment organisasi mengatasi krisis.

Recovery, learning, follow Memulihkan reputasi dan

up informasi dengan mengembalikan reputasi yang sempat


Pasca
public, kerja sama untuk hilang akibat krisis. (evaluation)
krisis
investigasi, berupaya

kembali normal

Sumber: disarikan dari Coombs (2010) dalam Kriyantono (2012:209)

Model komunikasi krisisyang disarikan dari Coombs ini, secara umum

memiliki kesamaan dengan model dari Duke & Masland (2002), yakni crisis

preparedness yaitu memiliki rencana komunikasi unutk antisipasi krisis; initial

4
respons yaitu mengumpulan fakta-fakta, menganalisis fakta-fakta, menyampaiakn

prees release, berkomunikasi dengan key-persons; corrective & reaction yakni

menyesuaikan strategi komunikasi dengan situasi krisis yang sedang terjadi; dan

evaluation yakni mengevaluasi semua yang telah dilakukan, termasuk strategi

untuk memulihkan dampak negative terhadap reputasi.2

C. Strategi Komunikasi Krisis

Strategi manajemen krisis disebut dengan komunikasi krisis dimana public

relations ataupun humas juga harus mementingkan / memprioritaskan keselamatan

masyarakatnya(publik). Karena itu, berikut prinsip-prinsip dalam strategi

komunikasi krisis.

1. Punya Tim Komunikasi


Adanya tim komunikasi merupakan salah satu tindakan awal yang harus

dipersiapkan dalam membangun manajemen krisis. Perencanaan dalam

komunkasi krisis harus adanya koordinasi yang sejalan dan sesuai

dengan pembagian kerja masing-masing. Tim krisis tidak hanya

mengambil di dalam organisasi, misal bisa dari pakar, konsultan

eksternal yang sudah ahli di bidangnya. Tim krisis bisa saja di pimpinpin

oleh kepala, pimpinan, direktur atau bisa dari manajer public relations.

2. Kontak Media Massa


Segera kontak dengan media massa untuk memberikan informasi awal.

Tujuannya mengurangi spekulasi khususnya di awal-awal krisis.

2
Kriyantono, Rachmat. 2014. Public Relations Issue and Crisis Management.
Jakarta: Kencana.

5
Spekulasi yang dibiarkan akan memunculkan rumor yang

memungkinkan lebih dipercaya, memengaruhi persepsi, dan dianggap

sebagai kebeneran. Media massa adalah prioritas dalam komunikasi

krisis, karenanya segera membentuk media center dan secepat mungkin

melakukan konferensi pers. Sejak awal di usahakan komunikasi kriris

dapat memberikan tiga informasi dasar, yaitu:

a. Inilah yang telah terjadi (termasuk siapa korban dan apa

penyebabnya)

b. Inilah yang telah kami lakukan (untuk mengatasi masalah dan

dampaknya)

c. Inilah yang kami rasakan tentang peristiwa yang telah terjadi

(menyatakan kesedihan, prihatin, bela sungkawa, mohon maaf

terlepas salah atau benar)

3. Fakta-fakta
Mengumpulkan fakta-fakta dan mempersiapkan penyataan kepada

pubik. Tujuannya untuk mengurangi resiko muncul shock, kepanikan

dan kehawatiran public; kepanikan dapat terjadi jika organisasi tidak

memberikan informasi sejak awal sehhingga mmuncul spekulasi-

spekulais. Fakta-fakta harus dikonfirmasi untuk memastikan tidak ada

fakta palsu atau tidak ada miscommunications.

4. Konferensi Pers Berkala

6
Konferensi pers perlu dilaukan secara berkala. Tujuannya untuk update

informasi sehingga tidak muncul kekurangan informasi serta mengonter

berita-berita di media.

5. Tidak Menutup Informasi


Terkait dengan meng-update informasi secara regular, organisasi jangan

memilih-milih informasi, informasi positif disampaikan dan yang

negative disembunyikan, meskipun negative, perlu disampaikan dan

jangan ditutup-tutupi. Kuncinya adalah cara menyampaikan informasi

negative ini jangan samapai membuat reputasi organisasi menurun.

6. Hati-hati Menyampaikan Informasi


Dalam menyampaikan informasi harus benar-benar hati-hati dan jangan

sampai menimbulkan masalah-masalah baru dengan membuat situasi

makin keruh. Jangan terburu-buru dalam memberikan informasi. Dalam

situasi krisis, desakan media sangat besar. Namun demikian, jangan

memberikan informasi sampai semua fakta atau setidaknya kita benar-

benar mempunyai fakta yang valid. Terkait dengan prinsip

mengutamakan kepentingan public, maka organisasi meski berpikiran

bahwa krisis membawa akibat yang tidak menyenangkan bagi public.

Karena itu ucapkan kata-kata simpati/empati kepda mereka. Hindari

menyalahkan pihak yang lain terlebih dahulu arena public akan

mempersepsi organisasi lari dari tanggung jawab, tunggu sampai ada

hasil investigasi menyeluruh terkait sumber krisis.

7. Komunikasi Reputasi

7
Melindungi perusahaaan dari kritik-kritik spekulasi, yang biasanya

muncul dari diskursus public media massa. Bersifat dapat dipercaya,

keterbukaan dan komunikasi berbasis keseimbangan kepentingan.

Dengan secara berkala menyediakan dan menyebarkan informasi

tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan organisasi dalam

mengatasi krisis, dan informasi ini tersedia 24 jam. Strategi ini

merupakan upaya komunikasi advocacy yaitu perusahaan berkewajiban

meluruskan informasi yang salah dan menjawab kritikan. Tentu, upaya

advocacy ini mesti didukung fakta dan teteap memperhatikan

keselamatan public.

8. Satu Suara
Memiliki sistem “one gate communication” melalui sebuah media

center dengan satu orang juru bicara. Juru bicara tidak harus pimpinan,

biasanya praktisi public relations. Selain public relatons, pimpinan

adalah komunikator yang dianggap memiliki kredibilitas dan news value

tinggi.

9. Banyak Saluran Komunikasi


Membuka saluran-saluran komunikasi dengan semua pihak yang

terdampak oleh krisis. Sering kali terjadi kebersinggungan antara aspek

komunikiasi dan hukum. Komunikasi krisis mesti menggunakan

pendekatan kominikasi bukan pendekatan hukum, meskipun tetap harus

berkonsultasi tentang dampak hukum dari suatu peristiwa. Artinya,

jangan sampai prinsip hukum mengebiri prinsip komunikasi untuk

8
memberikan informasi kepada public. Beberapa studi juga

membuktikan gagalnya menyediakan informasi, khususnya di saat awal

terjadinya krisis, membuat krisis semakin memburuk.3

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Komunikasi Krisis

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen komunikasi krisis

dan efektivitas tim komunkasi krisis:

1. Interaksi awal

Pengalaman dalam penanganan krisis yang pernah terjadi sebelumnya

menjadi nilai tambah dalam manajemen krisis. Praktisi humas yang menjadi

anggota tim komunikasi krisis harus memiliki sence of crisis yang peka

sehingga mampu mendeteksi sejak dini timbulnya krisis. Semakin cepat

dideteksi, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan baik dalam mencegah

maupun mangatasi krisis yang timbul.

2. Komposisi Tim Komunikasi Krisis

Kinerja tim komuniaksi krisis sanagt memepengaruhi pengelolaan krisis.

Dengan komposisi personil yang kapabel dengan tugasnya, kerja sama tim

akan berjalan efektif dan tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud.

3. Pengetahuan dan Penguasaan dalam Krisis

Krisis menimbulkan kondisi yang tidak stabil. Dibutuhkan pengetahuan dan

penguasaan krisis yang memadai. Praktisi humas wajib mempelajari seluruh

3
Kriyantono, Rachmat. 2014. Public Relations Issue and Crisis Management.
Jakarta: Kencana.

9
aspek krisis yang terkait dengan isntansi pemerintahnya sehingga dapat

diambil putusan-putusan yang tepat.

4. Kemampuan Kepemimpinan

Situasi krisis membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan

membantu proses pengelolaan krisis berjalan seduai dengan koridor dan

ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Budaya Organisasi

Budaya organisasi yang positif mendorong percepatan penyelesaian krisis.

Segala aktivitas pengelolaan krisis oleh tim komunikasi berjalan efektif dan

hasilnya dapat terukur.4

4
Yanuar, Deni. 2017. “Kekuatan Integrated Communication Untuk Membangun
Reputasi Dalam Menghadapi Krisis.” Jurnal Komunikasi Global 6, no. 1: 1–14.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk menjelaskan

tentang terjadinya krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam,

gangguan teknis, kesalahan manusia maupun karena krisis komunikasi,

termasuk upaya-upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh

manajemen pada suatu organisais untuk dapat segera menyelesaikan atau

membantu menyelesaikan krisis sehingga krisis tersebut bisa segera

ditanggulangi, tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi dan

tentunya tidak menimbulkan korban jiwa manusia maupun korban luka-

luka.

2. Tahapan krisis dan model manajemen krisis

a. Tahapan Krisis: Pra krisis; Krisis; dan Pasca Krisis

b. Model manajemen krisis: Signal detection, prevention, preparation;

Mengetahui peristiwa-peristiwa pemicu dan respons, damage

containment; Recovery, learning, follow up informasi dengan public,

kerja sama untuk investigasi, berupaya kembali norma.

3. Strategi komunikasi krisis di antaranya: Punya Tim Komunikasi; Punya

Tim Komunikasi; Fakta-fakta; Konferensi Pers Berkala; Tidak Menutup

Informasi; Hati-hati Menyampaikan Informasi; Komunikasi Reputasi; Satu

Suara; Banyak Saluran Komunikasi.

11
4. Faktor yang mempengaruhi manajeme komunikasi krisis di antaranya:

Interaksi awal; Komposisi Tim Komunikasi Krisis; Pengetahuan dan

Penguasaan dalam Krisis; Kemampuan Kepemimpian; Budaya Organisasi.

12
DAFRTAR PUSTAKA

Kriyantono, R. (2014). Public Relations Issue and Crisis Management. Kencana.

Partao, Abidin, Z. (2005). Optimalisasi Fungsi Media Relations Untuk

Keberhasilan Komunikasi Krisis. Komunikologi, 2(1), 8–21.

Yanuar, D. (2017). Kekuatan Integrated Communication untuk Membangun

Reputasi dalam Menghadapi Krisis. Jurnal Komunikasi Global, 6(1), 1–14.

13

Anda mungkin juga menyukai