Komunikasi dalam
Pengelolaan Krisis
1. Charissa Auvarda (1906334070)
2. Heryna Oktaviana K (1906437560)
3. Mutia Adia Risjad (1906334392)
4. Pamela Yunita Sari (1906334480)
5. Shafira Inas N (1906334631)
Table of Contents
01 03
Understanding Crisis Effect of The Online World
Communication
On Crisis Communication &
Theory & Practice Crisis Management
02 04
Conceptualizing Crisis Precautionary Principle
Communication
Pre-Crisis, Crisis Response, And Risk Communication
Post Crisis
Memahami Teori Komunikasi Krisis dan Prakteknya
1. Teori-Teori Media dan Komunikasi Krisis 2. Teori Organisasi dari Komunikasi Krisis
Situational Crisis
Focusing Event Theory
Communication Theory
Organizational Renewal
Exemplification Theory Theory
3. Memahami dan Mendefinisikan Bias Ancaman dalam Krisis Komunikasi
Organisasi yang ingin melihat krisis dari perspektif yang seimbang, termasuk
ancaman dan peluang, memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk pulih dari krisis.
Terlepas dari potensi ini, terdapat bias yang terus-menerus dalam memandang krisis hanya
dari perspektif ancaman baik dalam teori maupun praktik.
Conceptualizing Crisis
Communication
Manajemen krisis adalah sebuah proses usaha untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan buruk dari suatu krisis agar dapat melindungi organisasi, stakeholders
dan/atau sebuah industri dari kerusakan (Coombs, 1999b). Oleh karena itu, pencegahan
krisis perlu dilakukan dan karena sebuah krisis pasti akan terjadi, dan harus diantisipasi
maka terdapat tiga proses dasar dari manajemen krisis, yaitu:
1. Pra-krisis
2. Respons Krisis
3. Pasca-Krisis.
Pra-Krisis
Prevention Preparation
Form Content:
● Instructing Information
● Adjusting Information
● Reputation Repair
Sturges (1994)
Crisis Response
Situational Crisis Communication Theory (SCCT)
Situational Crisis Communication Theory (SCCT) lebih mengarahkan kepada bagaimana seharusnya bereaksi terhadap
strategi respon krisis yang digunakan untuk mengelola krisis. SCCT memiliki kategorisasi dari respon krisis (Coombs, 2007):
➢ Deny:
○ Attack the Accuser
○ Denial
○ Scapegoat
➢ Diminish:
○ Excuse
○ Justification
➢ Rebuild:
○ Compensation
○ Apology
➢ Bolstering:
○ Reminder
○ Ingratiation
○ Victimage
Crisis Response
Crisis Response
Pasca-Krisis
Pada fase pasca krisis, organisasi kembali beroperasi seperti biasa dan krisis
menjadi prioritas yang lebih rendah. Namun, masih ada masalah komunikasi krisis yang
tersisa dan kebutuhan untuk belajar dari krisis. Serta melakukan komunikasi tindak lanjut
sebagai informasi kepada para pihak yang terdampak dari adanya krisis .
What We Are Working On
(Coombs, 2007)
Pengaruh Dunia Online Terhadap
Komunikasi Krisis dan Manajemen Krisis
PERSAMAAN PERBEDAAN
(Coombs, 2007)
Crisis Communication Pampers in the Online
Environment
Krisis Penanganan
● Menyebabkan ● Press Release
Ruam ● Menanggapi
● Menyebabkan dengan serius
Iritasi Kulit semua komentar di
● Menyebabkan Luka media sosial
Bakar Kimiawi ● Menggelar seminar
● Menyebabkan kulit dengan 4 influencer
melepuh yang dikenal
● Tidak lembut sebagai “Mommy
Bloggers”
Sumber & Jenis Krisis
Sosial Media
Organizational Misuse adalah ketika suatu
organisasi melanggar norma-norma perilaku di
saluran media sosial tertentu.
Modest Aggressive
Modest cenderung Sebaliknya aggressive mencoba
mengkonseptualisasikan apa-apa menafsirkan kemungkinan yang
akan terjadi lebih luas dengan
saja kemungkinan yang akan
menilai ketidakmampuannya.
terjadi dengan berbekal ilmu
analisis risiko.
Wacana
Precaution
Risk
Management
The
Precautionary
Principle
PRECAUTION AS POLICY PROCESS
“The precautionary principle challenges and generates more risk management work for policy makers”
(Maguire & Ellis, 2003)
“The precautionary principle challenges and generates more risk management work for policy makers”
Uncertainty
Lorem 1 Participatory
Lorem
& Transparency
2 Lorem
Politic3
(Maguire and Ellis, 2003)
Risk management contexts Precautionary risk management tends More overt political struggle is to be
with less uncertain science, to be more participatory and expected, including around cost-
precautionary deliberations transparent as compared to regulatory benefit analysis (O’Riordan & Jordan,
more scientific uncertainty decision making prior to precaution 1995).
and therefore potentially (see Backstrand, 2004; Lofstedt,
more policy uncertainty” 2004; Saltelli & Funtowicz, 2004)
(Maguire & Ellis, 2003, p.
43)
❖ Menciptakan kewajiban
Prosedural untuk mengambil jenis
YE
tindakan regulasi tertentu
Principle of Law
S
ketika kondisi pemicu
tertentu terpenuhi.
❖ Memberi wewenang kepada
pembuat keputusan untuk
membuat keputusan dengan
NO
Substansial cara yang melampaui respon
mekanis ke ambang atau
pemicu yang telah ditentukan
sebelumnya.
PRECAUTION AS POLICY OUTCOME - IMPLEMENTATION
● Risiko yang tidak ● Usaha yang kompleks dan sulit ● Stakeholders berdiskusi tentang
pasti tidak diabaikan ● Tunduk pada kesalahpahaman risiko dengan tujuan
yang memiliki aspek pragmatis menyelesaikan konflik
● Sosialisasi dan
dan etika (Fong, Rempel, & (Jasanoff, 1998)
internalisasi terhadap Hall, 1999) ● Komunikasi dua arah (Biocca,
kebijakan ● Bergantung pada apa tujuan 2004)
kewaspadaan perlu komunikasi risiko dipahami ● Individu memahami risiko yang
dilakukan ● Menggunakan teknik persuasi mungkin dihadapi dan untuk
● Kompensasinya dikombinasikan dengan tujuan membuat keputusan/bereaksi
adalah komunikasi agar mengubah sikap atau untuk risiko potensial
perilaku (Leiss, 1996; Renn, ● Pembuat kebijakan mendapat
krisis yang dilakukan
1998; Biocca, 2004) masukan dari pemangku
menjadi lebih sedikit ● melibatkan proses interpretasi, kepentingan
mempertimbangkan alternatif
dan penilaian yang secara
inheren bersifat politis.
THANK YOU
Any Questions?