Ahmad Heri Setiawan (2001026061), Nova T Mulia (2001026015), Isna Nurul Sabrina
(2001026084), Neng Aneu (20010260)
Abstrak
Secara umum krisis dapat digambarkan sebagai sebuah kejadian atau momen tidak stabil
yang tidak diharapkan dan berpotensi menimbulkan terjadinya kekacauan serta perubahan
yang mengancam. Adapun tiga elemen umum untuk mendefinisikan krisis adalah ancaman
bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan dalam waktu singkat. Sebagian besar para ahli
juga menilai bahwa krisis dapat memberi pengaruh buruk serta merusak tatanan yang ada.
Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk mengendalikan situasi demi menekan
berbagai risiko buruk. Di sinilah manajemen krisis berperan. Manajemen krisis dapat
diartikan sebagai suatu bentuk respon dan upaya dalam menyikapi serta memecahkan
masalah dari krisis yang muncul melalui strategi manajemen krisis yang mungkin untuk
dilakukan.
Kata kunci: krisis, organisasi, manajemen krisis
PENDAHULUAN
Layaknya menjalani hidup, suatu organisasi tentu pernah mengalami proses jatuh yang
mengancam keberadaan maupun eksistensi organisasi tersebut. Situasi jatuh kerap disebut
sebagai krisis yang perlu diatasi melalui manajemen krisis. Krisis berbeda dengan masalah
sehari-hari dan seringkali menjadi minat publik dan media. Krisis merupakan suatu masalah
besar yang datang secara tidak terduga dan dapat membawa dampak negatif maupun positif
kepada organisasi terkait.
Setiap hari, suatu organisasi tentu mengalami masalah. Contoh masalah kecil yang kerap
dialami ialah pengiriman barang yang telat, meningkatnya harga produksi, konsumen yang
tidak puas, dan masih banyak lagi. Namun, masalah-masalah tersebut tidak selalu
mendatangkan krisis kepada organisasi.
Ketika organisasi berada dalam situasi krisis, dialog antara manajemen dengan publik
diperlukan untuk menangani krisis yang sedang melanda organisasi tersebut. Proses ini lah
yang dikenal dengan istilah komunikasi krisis.
Jika komunikasi krisis dilakukan secara tepat dengan strategi penanganan yang baik, hal
ini dapat memperbaiki citra dan reputasi organisasi setelah krisis. Begitu juga sebaliknya: jika
tidak ditangani dengan baik, krisis dapat memberikan efek negatif terhadap citra organisasi.
Demi mencegah atau mengurangi efek yang ditimbulkan oleh krisis, maka manajemen krisis
pada organisasi sangat krusial untuk dilakukan. Sebab, ancaman yang didapatkan dari krisis
dapat mengakibatkan kerugian potensial yang berdampak pada organisasi itu sendiri, pihak-
pihak terkait, hingga bidang dari organisasi tersebut.
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Krisis
Yosal Iriantara, mengatakan manajemen krisis ialah salah satu bentuk saja dari ketiga
bentuk respon manajemen terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi
(Iriantara, yosal, 2004). Tiga aspek dalam manajemen krisis:
1. Aspek mekanisme manajemen krisis dalam penanganan humas, yaitu mulai dari
perencanaan, penyelidikan (fact finding), dan pengidentifikasian atau pengenalan
terhadap gejala-gejala timbulnya suatu krisis. Kemudian diikuti dengan persiapan
matang dan penyusunan organisasi melalui posko yang dibentuk untuk mengambil
tindakan tertentu, baik program jangka pendek maupun jangka panjang
2. Aspek dinamika, yaitu manajemen krisis dalam humas tersebut melakukan
koordianasi dalam pengendalian atau mencegah agar dampak negative dari peristiwa
krisis tersebut tidak meluas. Disamping itu manajemen melakukan komunikasi eektif,
serta membuka atau mengendalikan saluran informasi bekerja sama dengan pihak pres
dan berupaya memperbaiki kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh krisis
tersebut
3. Aspek menjaga hubungan (relationship aspect) yang baik dengan berbagai kalangan
atau public internal dan public eksternal yaitu Tetap memantau atas memperhatikan
beritaberita yang muncul diberbagai media massa, opini atau pendapat masyarakat,
Menjaga keharmonisan, suasana, kondisi, situasi yang selalu tetap tenang dan positif,
Berupaya tetap mempertahankan citra dan kepercayaan public terhadap lembaga atau
perusahaan, Selalu menyampaikan laporan (progress report) terbaru atau informasi
perkembangan mengenai krisis tersebut, memberikan sumbang saran, ide dan gagasan
dalam mengatasi atau pengendalian suatu krisis yang sedang terjadi kepada pimpinan
perusahaan atau ketua tim pengendalian krisis, Mengevaluasi semua aktifitas atau
program kerja, pengendalian krisis tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas.
(Islami, 2020).
Empat tahapan penting manajemen krisis, yaitu:
1. Identifikasi kasus.
Mengetahui faktor penyebab terjadinya krisis adalah satu hal yang harus diketahui
kali pertama beberapa saat setelah kejadian. Jangan buang-buang waktu dan
menunggu lama, hingga akhirnya menimbulkan opini buruk di mata masyarakat.
Mengidentifikasi masalah secepat mungkin akan berimbas pada ketepatan, kecepatan,
dan langkah benar mengambil keputusan.
2. Analisa krisis
Ada beberapa langkah mengatasi krisis untuk menganalisa krisis secara mendalam,
sistematis, informatif dan deskriptif. Salah satu cara untuk menganalisis adalah
dengan formula 5W + 1H yaitu menganalisis melalui beberapa pertanyaan yang
diajukan untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis, yakni: What – Apa
penyebab terjadinya krisis itu, Why – Kenapa krisis itu bisa terjadi, Where and when –
Dimana dan kapan krisis itu mulai, How far – Sejauh mana krisis itu berkembang,
How – Bagaimana krisis itu terjadi, dan Who – Siapasiapa yang mampu mengatasi
krisis tersebut, bisakah ditangani oleh seseorang atau perlu dibentuk suatu tim
penanggulangan krisis.
3. Mengatasi dan menanggulangi krisis
Pilihlah orang atau susun tim yang bisa diajak terlibat untuk menangani krisis.
Tujuannya untuk menyelesaikan krisis, mengurangi dampak buruk, dan
mengembalikan citra baik perusahaan. Ada pula upaya melibatkan pihak ketiga
seperti pihak berwenang selebritas atau bahkan pihak pemerintah untuk membantu
menjernihkan krisis.
4. Evaluasi krisis
Evaluasi krisis sekaligus monitoring sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari
krisis yang terjadi. Dan yang terpenting bagaimana mengetahui agar kasus serupa
tidak terulang. (Brandadventureindonesia, 2019).
C. Rumor
Informasi yang belum terverifikasi sumber maupun kebenarannya, biasanya menyebar
dari mulut ke mulut. Interpretasi khalayak terhadap potongan-potongan informasi yang tidak
lengkap. Muncul karena ketidakjelasan keadaan atau dalam kondisi ketidakpastian. Menurut
Schindler (2007:5) rumor dapat diartikan sebagai berikut :
1. Rumor merupakan sebuah bagian dari informasi yang tidak memiliki data yang
akurat. Sebuah rumor dapat berubah menjadi benar atau malah salah pada poin
tertentu dimasa yang akan datang, perbedaan penting antara rumor dengan informasi
adalah, informasi akan dikonfirmasi dengan segera sedangkan rumor kebalikannya,
tetapi mungkin atau mungkin tidak dikonfirmasi suatu saat dimasa yang akan dating.
2. Lokal atau pentingnya periode waktu atau ketertarikan pada rumor menyangkut pada
“publik”. Publik yang dimaksud dalam rumor adalah orang-orang yang dihadapkan
dengan rumor itu sendiri. Rumor berkaitan dengan konsekuensi topik atau maknanya.
Orang akan bertanya tidak hanya ingin mengetahui tentang konsekuensi dari rumor
tersebut tetapi juga ingin mengetahui apa yang orang lain pikirkan tentang itu untuk
menentukan sikap yang lebih lanjut.
3. Rumor merupakan sebuah pernyataan yang ditujukan untuk dipercayai ; rumor dapat
berubah menjadi benar atau salah. Seseorang pasti akan bertindak terhadap rumor
tersebut tergantung apa yang orang lain percaya. Dalam hal ini maka rumor tidak ada
bedanya dengan informasi. Karena rumor ditujukan untuk dipercayai karakteristik ini
membedakan mereka dengan informasi non formal lainnya seperti gosip, cerita rakyat
atau legenda. Gosip ditujukan untuk menghibur seseorang sedangkan cerita rakyat
dan legenda sebuah cerita yang tidak memiliki sumber kejelasan yang pasti, tapi
bertujuan untuk menyampaikan kebenaran yang penting.
Menurut Schindler (2007:20) terdapat bebagai jenis rumor dapat diperkecil menjadi 6
macam rumor berdasarkan beberapa analisis yaitu :
1. Ketika publik tidak menerima jawaban dengan cepat dan memuaskan dalam
pertanyaan, itu akan membentuk sudut pandang individu yang menimbulkan sebuah
rumor.
2. Sengaja dibuat untuk mendapatkan sebuah keuntungan terhadap kejadian atau event
terntentu
3. Susah untuk diketahui dan memicu sinyal rumor. Hanya sebagian orang saja yang
dapat mengetahui dan publik yang sensitive bereaksi terhadap apa yang diketahui.
4. Kebalikan dari tipe ketiga dimana rumor disebarkan secara luas
5. Rumor yang tidak memiliki kejelasan keasliannya. Tidak ada fakta, tanda, dan detail
yang dapat ditemukan.
6. Rumor yang sengaja diprovokasi.
D. Media Relations
Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk bentuk media massa
memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan
memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan
pelanggan dalam memakai produk perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal
untuk menginvestasikan modalnya bagi perusahaan. Aktifitas public relations inilah yang
menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media. Philip Lesly
memberikan definisi media relations sebagai hubungan dengan media untuk melakukan
publisitas atau merespon kepentingan media terhadap kepentingan organisasi. Yosal Iriantara
mengartikan media relations merupakan bagian dari public relations eksternal yang membina
dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara
organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi.
Tampak bahwa pengertian media relations berdasarkan pada relasi antara individu atau
organisasi atau perusahaan dengan media. Sehingga dapat disimpulkan pengertian media
relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau
publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu
maupun organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, media relations menempati posisi
penting dalam pekerjaan seorang Public Relations karena media massa menjadi gawang dan
mengontrol informasi yang mengalir ke masyarakat dalam suatu sistem sosial.
1. Fungsi Media Relations
Johnson & Johnson menegaskan bahwa media memiliki peran serta fungsi yang
sangat penting bagi perusahaan, diantaranya:
a. Pertama, fungsi media relations dapat meningkatkan citra perusahaan.
b. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk dan jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan.
c. Meningkatkan point of selling dari produk dan jasa.
d. Membantu perusahaan keluar dari komunikasi krisis.
e. Meningkatkan relasi dari beragam publik, seperti terhadap lembaga
pemerintahan, perusahaan-perusahaan, organisasi kemasyarakatan, maupun
individu.
Daftar Pustaka
Iriantara, yosal. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Manajemen Krisis Dalam
Organisasi Islam. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/ajiislami/5e1c317a097f366037496032/manajemenkrisi
sdalamorganisasi?page=2.
Nova, Firsan. 2009. Crisis public relations: bagaimana PR menangani krisis perusahaan,
Penerbit: Grasindo, Indonesia
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah. 2014. Public Relations : Teori dan Praktik Public.
Relations di Era Cyber. Depok: Gramata Publishing.
Yuliastina Roos. Peran Public Relations Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS)
Dalam Menghadapi Resitasi Masyarakat Madura Di Kabupaten Bangkalan Terhadap
Kehadiran Lembaganya. Komunikasi.
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/ilkom.v11i1.2833