Anda di halaman 1dari 3

Strategi Manajemen Krisis dan Situasi Pandemi

Oleh : Hermawan Andi Pradana

Saat ini, masyarakat di seluruh dunia sedang dihadapkan oleh virus Covid-19 yang
melanda hingga saat ini. Wabah ini sangat berdampak luas, mulai berdampak pada
perekonomian, kesehatan, bahkan hampir semua perusahaan/instansi dalam
berbagai bidang tak luput dari krisis ini. Berdasarkan data World Bank dimana 60%
bisnis mengalami kebangkrutan akibat pandemi Covid, selain itu Ketua Asosiasi
UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun mengatakan, selama tahun 2020
ada sekitar 30 juta UMKM yang bangkrut karena Covid-19. Hal ini terjadi karena
memang tidak ada satupun perusahaan/instansi yang siap dalam menghadapi
pandemi, perbedaan yang terjadi hanyalah seberapa besar krisis yang dialami dan
keberhasilan perusahaan/instansi dalam melewati krisis tersebut. Secara teori krisis
dapat terjadi oleh dua hal yang pertama adalah terjadi secara alamiah, semisal;
bencana alam, kemudian yang kedua terjadi karena ulah manusia (human error),
semisal; keteledoran, intervensi, dan sebagainya.

Menurut G Harison dalam Kriyantono (2006) menjelaskan bahwa krisis adalah suatu
keadaan kritis yang berkaitan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan
berpengaruh negatif terhadap organisasi, sehingga diperlukan suatu keputusan
cepat dan tepat oleh pemimpin agar tidak mempengaruhi jalannya dari sebuah
organisasi. Krisis sering kali terjadi susah diprediksi kapan akan terjadinya. Jalan
terbaik yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut adalah menentukan
perencanaan dan memahami kapan akan terjadinya krisis berdasarkan
penyebabnya.

Banyak perusahan/instansi yang berusaha bertahan sebaik mungkin dengan


menerapkan atau mengaplikasikan teori-teori manajemen risiko/krisis akan tetapi
tidak sedikit juga yang gagal dengan penerapan teori tersebut. Hal tersebut terjadi
karena beberapa definisi teori merincikan sesuatu dengan hal yang belum terjadi
dan tidak terfikirkan akan terjadi. Oleh karenanya manajemen risiko kurang efektif
untuk diterapkan pada beberapa situasi dimana terdapat ancaman yang tidak
terpetakan sebelumnya, bahkan apabila ancaman tersebut sudah terjadi dan harus
dihadapi. Contohnya seperti wabah pandemi covid-19 sekarang ini yang tidak tahu
kapan akan datang dan berakhirnya.

Dalam keadaan krisis kemampuan seorang pemimpin manajemen sangat


dibutuhkan untuk kelangsungan perusahaan/instansi. Penyelesaian krisis harus
ditanggapi serius oleh pemimpin dengan merancang strategi manajemen krisis
(crisis management plans) hal tersebut dilakukan untuk mencegah meluasnya krisis
dan meminimalisir resiko terjadinya kesalahan. Namun penetapan strategi tersebut
harus berdasarkan identifikasi dan analisis situasi agar dapat menentukan
pengelolaan dalam penanganan situasi krisis dengan baik. Selain hal tersebut
pemimpin juga harus bisa beradaptasi, mengelola, dan mengatasi situasi darurat
atau tidak terduga yang mempengaruhi proses bisnis atau organisasi.

Ada tiga tahap strategi yang dapat dilakukan oleh menajamen dalam menghadapi
situasi yang tidak menentu seperti saat ini. Menurut Coomb dkk dalam
menanggulangi krisis terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan, yaitu pre-
crisis, response to the crisis, dan post-crisis [(Coomb, 2010; Devlin, 2007; Smudde,
2001) dalam Kriyantono, 2014]. Tahap pertama adalah mencegah terjadinya krisis
(pre-crisis). Dalam situasi ini manajemen harus bisa bertindak cepat dan tepat dalam
membuat perencanaan, melibatkan semua pemangku kepentingan, melakukan
perekrutan tenaga ahli, melakukan pelatihan atau simulasi untuk
mengimplementasikan sebuah rencana dalam penanggulangan atau menghadapi
krisis. Idealnya rencana ini akan efektif jika diterapkan disaat awal-awal terjadinya
suatu bencana yang bisa menyebabkan krisis. Membuat perencanaan tersebut bisa
memaksimalkan perusahaan/instansi bertahan dengan kejadian yang tidak tertentu
waktunya. Tahap kedua adalah (response to the crisis), yaitu bagaimana suatu
tindakan manajemen dalam merespon keadaan krisis yang sedang terjadi. Hal ini
akan berjalan efektif ketika perusahaan/instansi sudah menyusun rencana dalam
menangani terjadinya krisis dan benar-benar diimplementasikan saat terjadinya
krisis. Namun perlu ditekankan dalam keadaan krisis tindakan yang diambil harus
efisien dan dapat dieksekusi dengan cepat. Tahap ketiga adalah (post crisis),
tahapan dilakukan ketika krisis sudah mulai reda atau berlalu, akan tetapi proses
penanggulangan/penanganan krisis masih terjadi. Tahapan ini merupakan waktu
yang efektif untuk mengevaluasi strategi dalam menanggulangi krisis, apakah sudah
berjalan atau perlu dilakukan perbaikan. Hal ini akan membantu dalam
mempersiapkan strategi yang lebih baik ketika menghadapi krisis lain di kemudian
hari. 

Penulis menyimpulkan bahwa krisis yang terjadi seharusnya tidak membuat


kepanikan, sebab krisis yang dikelola dengan manajemen yang baik dan tepat akan
menjadi stimulus bagi kita dalam mempersiapkan strategi yang lebih baik dalam
menghadapi permasalahan di kemudian hari. Dengan menerapkan tiga strategi
dalam menghadapi krisis tersebut, pengambil keputusan dapat lebih matang,
adanya kebijakan dalam yang baik dalam menghadapi krisis dan dapat mengurangi
dampak yang ditimbulkan sehingga proses bisnis tetap berjalan secara produktif.

---------------------------
Jumlah kata : 680 kata
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai