Anda di halaman 1dari 6

02 PRA-

KRISIS

Kembali ke
daftar isi
Persiapan Pra Krisis
Pada fase pra-krisis, komunikasi krisis berkonsentrasi pada penempatan dan pengura-
ngan risiko. Pra-krisis merupakan kondisi normal atau tahap reduksi (reduction) dan
kesiapsiaaan (readiness). Komunikasi turut berperan dalam memperkuat langkah miti-
gasi krisis kepariwisataan. Langkah pra-krisis ini merupakan kegiatan atau program
yang bersifat rutin dan terencana sebagai langkah antisipatif krisis. Penerapan langkah
pra-krisis pada bidang Parekraf akan mengurangi bahkan menghindari risiko krisis agar
tidak membesar dan memburuk.

Program A:
Membangun Kesiapan Biro Komunikasi dalam
Menghadapi Krisis
Melakukan rapat rutin dalam lingkup Biro Komunikasi terkait hasil pemantauan
media dan CDA untuk membahas kondisi terbaru dan kendala yang dihadapi

Memperbarui tabel asesmen krisis secara rutin untuk mengidentifikasi skenario


krisis yang mungkin akan terjadi minimal 6 bulan sekali

Memantau informasi di media meliputi TV, radio, cetak, daring, dan media sosial
melalui pemantauan media dan Crisis Detection Analysis (CDA)

Mengadakan koordinasi pra-krisis untuk menentukan peran dan fungsi di inter-


nal Biro Komunikasi ketika terjadi krisis.

Perencanaan penanggulangan dan mitigasi krisis dengan stakeholder

Ikut serta dalam rapat koordinasi dan pelatihan krisis dengan instansi-instansi
terkait krisis. Lihat daftar instansi terkait

Mengadakan rapat koordinasi dan pelatihan bersama satuan kerja lain di


Kemenparekraf

Kembali ke 14
daftar isi
Perencanaan penanggulangan dan mitigasi krisis dengan stakeholder

Membangun pola koordinasi dengan stakeholder bersama satuan kerja lain di


Kemenparekraf

Mengidentifikasi dan memetakan stakeholder yang relevan untuk merencana-


kan penanggulangan krisis sebelum terjadi.

Program B:
Memperbarui Panduan Komunikasi Krisis
Pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis secara berkala

Pemutakhiran Panduan Komunikasi Krisis minimal 2 tahun sekali

Mencantumkan dengan jelas peran dan fungsi staf Biro Komunikasi dan mem-
perbarui ketika terjadi perubahan fungsi dalam organisasi

Memperbarui kontak para staf dan stakeholder secara rutin minimal 6 bulan
sekali

Menambahkan dan memutakhiran narasi dan respons utama minimal 6 bulan


sekali

Mensosialisasikan Panduan Komunikasi Krisis kepada staf Biro Komunikasi


minimal 6 bulan sekali.

Identifikasi peran dan fungsi dalam Biro Komunikasi

Identifikasi peran dan fungsi yang diperlukan dalam Biro Komunikasi minimal
1 tahun sekali

Pilih individu yang memiliki latar belakang/kemampuan yang sesuai

Jabarkan dengan jelas peran dan fungsi dalam tim, serta perbarui ketika terjadi
perubahan struktur dalam organisasi

Lakukan uji coba dan konsultasi pada internal Biro Komunikasi untuk memasti-
kan pemahaman yang jelas tentang penggunaan Panduan Komunikasi Krisis
minimal 1 tahun sekali.

Kembali ke 15
daftar isi
Verifikasi daftar kontak stakeholder secara berkala

Memastikan data terbaru instansi-instansi terkait krisis. Lihat daftar instansi


terkait

Memperbarui data dan kontak OPD, pelaku Parekraf, dan perwakilan media/
jurnalis yang dimiliki Biro Komunikasi

Menyimpan daftar kontak tersebut dalam pusat data yang mudah diakses oleh
tim komunikasi krisis yang berwenang.

Mengelola Narasi Utama Komunikasi Krisis

Menyiapkan variasi/format narasi utama yang dapat disesuaikan dengan ber-


bagai jenis krisis yang berpotensi terjadi. Lihat respons krisis dan narasi utama

Program C:
Memastikan Kesiapan Pelaku Parekraf
Mempersiapkan pelaku Parekraf sebelum terjadi krisis

Memberi informasi kepada pelaku Parekraf mengenai perencanaan, cara


merespons, dan upaya pulih dari krisis melalui media digital Kemenparekraf

Memberi informasi kepada pelaku Parekraf terkait peran dan fungsi stakeholder
yang berwenang terhadap setiap jenis krisis yang terjadi

Mendorong pelaku Parekraf untuk terbiasa menggunakan Panduan Komunikasi


Krisis dalam kondisi krisis

Memastikan pelaku Parekraf mengetahui langkah-langkah darurat krisis

Menyediakan akses pelatihan manajemen komunikasi krisis kepada pelaku


Parekraf

Menyarankan rapat internal pelaku Parekraf secara berkala terkait penanganan


krisis melalui strategi komunikasi

Mengedukasi cara berkomunikasi dengan pengunjung sebelum, saat, dan


setelah krisis ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif. Lihat cara
berkomunikasi dengan pengunjung

Kembali ke 16
daftar isi
Program D:
Mempertimbangkan Metode Komunikasi

Metode komunikasi krisis ekosistem kepariwisataan dan ekonomi kreatif

Merencanakan media komunikasi yang akan digunakan saat dan setelah kondisi
darurat kebencanaan

Mempertimbangkan cara dan alur berkomunikasi jika jaringan telepon dan listrik
terputus

Berkoordinasi dengan satuan kerja di Kemenparekraf untuk merencanakan


sarana komunikasi alternatif yang dimiliki stakeholder.

Beberapa stakeholder membuat rencana alternatif dalam kondisi darurat krisis


seperti bencana alam. PLN biasanya membawa generator atau pembangkit listrik
bergerak untuk menyediakan jaringan listrik sementara. Provider telekomunikasi
seperti Telkomsel juga mendirikan Base Transceiver Station (BTS) bergerak agar
jaringan telekomunikasi di lokasi terdampak dapat diakses. Fasilitas-fasilitas terse-
but dapat dimanfaatkan oleh Kemenparekraf guna mendapatkan pembaharuan
informasi terkait krisis.

Metode komunikasi internal untuk krisis reputasi

Merencanakan tingkatan informasi yang diberikan sesuai dengan tugas, fungsi


dan jenjang jabatan di internal Kemenparekraf

Mengatur saluran komunikasi yang sifatnya umum dan tidak sensitif, serta
saluran komunikasi khusus berdasarkan tingkatan informasi terutama untuk
menjamin keamanan, kerahasiaan, dan efektivitas komunikasi

Membuat perencanaan alternatif ketika saluran komunikasi yang aman tidak


bisa digunakan terkait dengan rusaknya infrastruktur komunikasi (misalnya jika
listrik serta jaringan telepon dan internet padam).

Kembali ke 17
daftar isi
Program E:
Pelatihan Komunikasi Krisis Kepariwisataan

Pelatihan staf Biro Komunikasi

Pelatihan staf Biro Komunikasi dapat diselenggarakan dalam kurun waktu 6 - 12 bulan
bergantung pada kebutuhan latihan serta evaluasi penanganan krisis
Melakukan pelatihan staf mengenai peran, fungsi, dan tanggung jawab terhadap
protokol yang diterapkan saat krisis

Melaksanakan simulasi bersama internal organisasi dalam menghadapi krisis

Melaksanakan pelatihan media untuk juru bicara

Mengadakan pelatihan pemantauan media TV, radio, cetak, daring, dan media
sosial

Membuat pelatihan untuk menulis holding statement, siaran pers, dan konferensi
pers

Melakukan pelatihan menghadapi krisis di media sosial.

Pelatihan bersama stakeholder

Melakukan pembelajaran dan pelatihan mengenai peran, fungsi, dan prosedur


komunikasi krisis minimal 6 bulan sekali

Menyelenggarakan pelatihan keterampilan komunikasi saat situasi krisis berbasis


skenario minimal 1 tahun sekali

Mensosialisasikan peran manajemen komunikasi krisis untuk menjaga reputasi


Parekraf minimal 6 bulan sekali

Mendorong pemahaman tentang peran media sosial dan media massa dalam
situasi krisis minimal 6 bulan sekali

Melakukan pelatihan dan simulasi kesiapan alur komunikasi krisis antar stake-
holder minimal 6 bulan sekali

Menyelenggarakan pelatihan mengenai pemanfaatan media sosial dalam


komunikasi krisis kepariwisataaan minimal 1 tahun sekali.

Kembali ke 18
daftar isi

Anda mungkin juga menyukai