Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MERENCANAKAN LAYANAN UNTUK ANAK-ANAK DAN

KELUARGANYA SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA BENCANA

Dosen pengampu

Moh. Khoerul Anwar, S.Pd., M.Pd., Ph.D.

Disusun oleh:

Maulida Putri Utami


NIM: 23202021004

MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
Poin-poin yang akan dibahas:

1. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana

2. Asesmen Kebutuhan

3. Perencanaan Program

4. Tanggap Darurat (Reaksi terhadap Bencana)

5. Standar Kompetensi Budaya (Source: Health and Human Services: Emergency

Services and Disaster Relief Branch)

6. Contoh Lokasi dan Layanan Pemenuhan Kebutuhan untuk Anak-Anak

7. Mengembangkan Layanan yang Sesuai Budaya

A. Kesiapsiagaan terhadap Bencana

Federal Emergency Management Agency (FEMA), memberikan

rekomendasi kepada masyarakat untuk mengambil langkah-langkah berikut ini

dalam mempersiapkan diri menghadapi keadaan (kondisi/situasi) darurat/bencana,

yaitu:

1. Pastikan agar Pemerintah setempat dan petugas tanggap darurat memahami

sepenuhnya tentang prosedur dalam memperoleh bantuan negara maupun


pemerintah setempat jika terjadi keadaan (kondisi/situasi) darurat/ bencana.

2. Pastikan agar seluruh lembaga pemerintahan mempunyai komunikasi yang

kompatibel (sejalan). Lembaga-lembaga tersebut harus bekerja pada

frekuensi dan sistem yang sama untuk mencegah masalah pada sitem

komunikasi darurat. Kehilangan komunikasi dapat menimbulkan

konsekuensi serius selama keadaan darurat.

3. Pastikan agar pemerintah negara dan daerah menginformasikan secara

proaktif kepada penduduk di daerah yang terlindungi oleh tanggul bahwa

asuransi banjir merupakan jenis asuransi yang tepat dan terjangkau; selain
itu, pemerintah negara maupun daerah juga harus melakukan sosialisasi

asuransi di daerah-daerah yang paling berpotensi terkena dampak banjir.

4. Merencanakan pelatihan bagi para petugas tanggap darurat untuk

memastikan bahwa mereka siap untuk menangani bencana. Badan

penanggulangan bencana negara yang bekerja sama dengan FEMA

mempunyai beberapa jenis pelatihan yang sangat baik. Terdapat berbagai

macam jenis pelatihan yang dapat dipelajari dari rumah serta CD-ROM

yang sangat berguna untuk memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi

bencana.
5. Menyediakan pelatihan penanggulangan tanggap darurat sebelum

terjadinya bencana. Pelatihan ini sangat penting karena memungkinkan para

pejabat yang berkuasa, petugas tanggap darurat, pertolongan pertama,

lembaga-lembaga sukarela, bisnis dan industri, dan banyak pihak lainnya

ikut berpartisipasi pada kegiatan tanggap darurat dalam bentuk simulasi.

Melalui pelatihan ini, maka kita dapat mengetahui tindakan atau situasi yang

perlu segera diperbaiki, yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pada


saat terjadi bencana yang sesungguhnya.

6. Menyampaikan kepada masyarakat tentang layanan apa saja yang tersedia

bagi mereka yang disediakan oleh pemerintah daerah, kabupaten, dan

negara setempat. Masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu nomor

telepon yang dapat dihubungi untuk meminta bantuan, upaya persiapan apa

yang dapat mereka lakukan sebelum terjadinya bencana, dan bagaimana

cara menghubungi lembaga-lembaga sukarela di wilayah mereka.

(www.fema.gov/impact/comtips.htm)
B. Asesmen Kebutuhan

Asesmen kebutuhan merupakan sebuah metode yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi berdasarkan data yang akurat dan dapat dipercaya untuk

para petugas tanggap darurat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi

tentang kebutuhan kesehatan mental masyarakat akibat bencana.

(www.cdc.gov/nceh/programs/emergenc/disa_epi/desc/ surv.htm)

Asesmen kebutuhan secara khusus dilakukan untuk menentukan kebutuhan

kesehatan mental anak dan keluarga pada saat terjadinya bencana. Dalam

melakukan asesmen kebutuhan, sangatlah penting untuk mendapatkan informasi


tersebut secara langsung dari masyarakat yang ingin kita bantu dan dari orang-orang

yang secara langsung tanggap terhadap kebutuhan masyarakat tersebut. Hanya

setelah asesmen kebutuhan dilakukan, maka kita bisa menyusun tujuan, sasaran,

kerangka waktu, kegiatan, dan metode penanggulangan yang sesuai untuk

kelompok masyarakat tertentu. (Needs Assessment, Tips and Technologies.

www.cornell.edu/Admin/TNET/NeedAssess.html)

1. Mengumpulkan informasi secara tepat waktu dan akurat mengenai ruang


lingkup dan dampak bencana.

2. Memberikan dukungan terhadap keputusan yang dibuat pada setiap

pemerintah daerah, negara dan pusat.

3. Memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai tanggap

darurat kesehatan mental akibat bencana.

4. Mencatat jumlah orang yang dilayani dan jenis reaksi yang ditunjukkan,

dengan senantiasa menjaga kerahasiaannya.

5. Menggabungkan berbagai data untuk memudahkan dalam pengambilan

tindakan dan perencanaan program.


C. Perencanaan Program

Berdasarkan asesmen kebutuhan yang mendalam, program kesehatan

mental akibat bencana harus direncanakan dan diterapkan sesuai dengan beberapa

pertimbangan. Sebaiknya, perencanaan program dilakukan sebelum terjadinya

bencana agar dapat dilakukan kolaborasi antara berbagai lembaga yang terlibat

dalam tanggap darurat dan pemulihan. Orang-orang dan individu yang bertanggung

jawab untuk melakukan perencanaan ini hendaknya mempertimbangkan hal-hal

berikut ini:

1. Mempertahankan hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang


terlibat dalam penanggulangan dan pemulihan bencana secara

berkelanjutan.

2. Menyusun, mengkaji dan mengevalusi rencana penanggulangan bencana

sebagaimana mestinya.

3. Memberikan pelatihan kesehatan mental dalam menghadapi bencana

kepada petugas tanggap darurat.

4. Berpartisipasi dalam semua pelatihan penanggulangan bencana yang


dilakukan oleh berbagai lembaga.

5. Membagikan informasi yang relevan dan terbaru sebagaimana mestinya

kepada sumber daya lembaga.

D. Tanggap Bencana (Reaksi Terhadap Peristiwa Bencana)

1. Menghubungi Lembaga Penanggulangan Bencana setempat untuk

memeriksa kebutuhan kesehatan mental individu yang terkena dampak

bencana.

2. Memperoleh informasi mengenai identitas staf.

3. Menyediakan bantuan dan layanan untuk petugas tanggap darurat, petugas

layanan kemanusiaan, dan semua orang yang membutuhkan layanan di


tempat penampungan, pusat operasi darurat, rumah, atau tempat lain di

mana para korban berkumpul.

4. Menghubungi semua lembaga yang bersangkutan untuk bekerjasama dalam

hal penyediaan sumber daya dan layanan.

5. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan layanan

kesehatan mental akibat bencana yang tersedia.

6. Menindaklanjuti layanan kepada individu atau kelompok yang dinyatakan

membutuhkan layanan kesehatan mental akibat bencana.

7. Selalu menggunakan layanan yang sesuai dengan budaya setempat.


E. Standar Kompetensi Budaya (Source: Health and Human

Services: Emergency Services and Disaster Relief Branch)

1. Karakteristik Budaya

a. Perilaku untuk saling membantu di masyarakat

b. Sumber daya berbasis masyarakat yang tersedia di tengah warga

c. Sarana-sarana pendukung yang digunakan berdasarkan budaya

d. Kebutuhan bahasa dari kelompok yang terkena dampak


e. Tingkat pendidikan di masyarakat

f. Sumber-sumber status sosial ekonomi dalam menerima informasi

g. Riwayat bencana sebelumnya di daerah tersebut

h. Pemicu stres lain yang ada, misalnya, pengangguran, kesehatan.

2. Beberapa Strategi Untuk Memastikan Kesesuaian Budaya

a. Evaluasi kebutuhan kelompok yang terkena dampak

b. Memanfaatkan berbagai pendekatan pemberian layanan yang dapat

diterima oleh kelompok tersebut, misalnya, menggunakan dukungan

dari berbagai lembaga, kelompok sosial, kelompok keluarga, sekolah,

gereja, perkumpulan lingkungan, dan lain-lain.


c. Menetapkan target lokasi pemberian layanan di masyarakat tradisional

d. Memanfaatkan media berbasis etnis (radio, TV, koran, dll.) sebagai

sumber informasi bagi masyarakat sebagai pengganti media arus utama

e. Melakukan kerjasama dengan organisasi masyarakat untuk memberikan

layanan (memberikan bantuan teknis, pelatihan, dan umpan balik

berdasarkan pemantauan)

f. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran dalam bahasa yang sesuai

dengan masyarakat yang terkena dampak

g. Menjalin kerjasama antara lembaga penyedia layanan kesehatan mental


dengan organisasi berbasis masyarakat lainnya

h. Membangun hubungan komunikasi yang baik antara anggota staf

konseling krisis dan pusat proyek saat mereka beroperasi di lingkungan

masyarakat yang terkena dampak

i. Melibatkan tokoh masyarakat dan organisasi penting dalam

mengidentifikasi kebutuhan

j. Manfaatkan acara-acara informal seperti makan malam bersama, piknik,


kumpul-kumpul untuk membangun hubungan dan kepercayaan dalam

masyarakat

k. Manfaatkan berbagai koneksi dengan komunitas yang menjalin kerja

sama dengan organisasi berbasis masyarakat untuk mendapatkan akses

ke kelompok-kelompok sasaran

l. Menjaga komunikasi yang tepat waktu antara pusat proyek dan operasi

konseling krisis, misalnya, pertemuan tim regional mingguan dengan

penyedia kontrak, pertemuan mingguan dengan koordinator, pertemuan

manajemen mingguan.
F. Contoh Lokasi dan Layanan Pemenuhan Kebutuhan untuk Anak-Anak

1. Untuk Anak-Anak

a. Prasekolah

b. Sekolah umum

c. Sekolah Swasta

d. Perpustakaan

e. Klub anak laki-laki dan perempuan

f. Pusat penitipan anak

g. Camp
Layanan meliputi:

a. Pertunjukan Boneka

b. Kelompok Seni

c. Kontes Teater

d. Konseling dan Dukungan Individu

e. Lagu

f. Kontes Seni
g. Kegiatan Dengan Topeng Yang Menggambarkan Emosi

2. Untuk Remaja

a. Sekolah Umum

b. sekolah swasta

c. Sekolah Bahasa

d. YMCA / YWCA

e. Klub anak laki-laki dan perempuan

f. Taman rekreasi

g. pusat budaya
Layanan meliputi:

a. Kelompok Diskusi

b. Sandiwara

c. Seni, Puisi, Esai

d. Presentasi Pendidikan

e. Konseling Individu dan Layanan Kelompok

G. Mengembangkan Layanan yang Sesuai Budaya

1. Membuat program/layanan yang sesuai dengan budaya yang akan

digunakan oleh masyarakat yang terkena bencana


2. Membuat program dan layanan yang relevan dan sesuai dengan

budaya/bahasa di lokasi yang dapat diakses

3. Menginformasikan kepada semua anggota masyarakat yang terkena

dampak tentang layanan yang sesuai dengan budaya mereka.

Adapun yang menjadi kelompok dari sasaran tersebut yaitu:

1. Beragam budaya dalam suatu komunitas

2. Pedesaan vs. Perkotaan


3. Profil demografis kelompok etnis / budaya / bahasa

4. Kelompok umur

5. Populasi khusus, misalnya, secara fisik, pendengaran, visual, atau

perkembangan (disabilitas)

6. Kelompok imigran

7. Kelompok yang kehilangan haknya

8. Sekolah

9. Sektor bisnis

Anda mungkin juga menyukai