Anda di halaman 1dari 13

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO I

SISTEM KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA

“Gempa Lagi”

Disusun Oleh :

Nama : Annisa Nurul Fadilla

NIM : N10119029

Kelompok :3

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
JUNI
2022
1. Jelaskan tahap penanggulangan bencana?
Jawab :
A. Pra Bencana
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerugian
harta dan korban manusia yang disebabkan oleh bahaya dan memastikan
bahwa kerugian yang ada juga minimal ketika terjadi bencana. Meliputi
kesiapsiagaan dan mitigasi.
1) Kesiapsiagaan :
a. Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem peringatan,
pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.
b. Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan
penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin
menghadapi risiko dari bencana berulang.
c. Langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa
bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa,
gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.
2) Mitigasi :
a. Mencakup semua langkah yang diambil untuk mengurangi skala
bencana di masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan
terhadap bahaya itu sendiri .
b. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada bahaya itu
sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut. Contoh :
pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi air pada daerah
yang kekeringan.
B. Saat Bencana
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana yang bertujuan untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan. Meliputi kegiatan :
a. Penyelamatan Dan Evakuasi Korban Maupun Harta Benda
b. Pemenuhan Kebutuhan Dasar
c. Perlindungan
d. Pengurusan Pengungsi
e. Penyelamatan, Serta Pemulihan Prasarana Dan Sarana.
C. Pasca Bencana
Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama yaitu
rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
b. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

Sumber :

Husein,A.,Onasis,A. 2017. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan : Manajemen


Bencana. Jakarta : Kemenkes RI

2. Prinsip penanggulangan bencana?


Jawab :
a. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat
dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.
b. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia
c. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan
adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara
terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling
mendukung.
d. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna
adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil
guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam
mengatasi kesulitan masyarakat.
e. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi
pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat
dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus
dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
g. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,agama,
ras dan aliran politik apapun.
h. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan
agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan
pelayanan darurat bencana.

Sumber :

Husein,A.,Onasis,A. 2017. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan : Manajemen


Bencana. Jakarta : Kemenkes RI

3. Identifikasi pihak-pihak yang harus terlibat lintas sekter penanggulangan


bencana?
Jawab :
A. Pemerintah
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;
d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang memadai;
f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana
siap pakai; dan
g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan
dampak bencana.
B. Pemerintah Daerah
a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;
b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;
c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan; dan
d. Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang memadai.
C. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
a. penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil
dan setara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
c. menyampaikaninformasikegiatankepadamasyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap
saat dalam kondisi darurat bencana;
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan; dan
h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
D. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
a. menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara
adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan;
c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
wilayahnya;
f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala
daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana;
g. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
E. Lembaga Usaha
Peran serta lembaga usaha dalam PB meliputi tahap prabencana,
keadaan darurat, dan pascabencana yang dilakukan secara sendiri atau
bersama dengan mitra kerja. Lembaga usaha yang berperan serta pada
tahap prabencana atau pascabencana harus menyusun nota kesepahaman,
kerangka acuan kegiatan, dan rencana kegiatan. Ketiga hal tersebut
disusun bersama antara lembaga usaha dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD). Penyusunan kerangka acuan kegiatan dan rencana
kegiatan didasarkan pada kapasitas sumber daya lembaga usaha dan
kebijakan PB. Rencana kegiatan pada tahap prabencana berisi usulan
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga usaha di wilayah kerja untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam
bencana.
a. Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya kebijakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b. Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada
pemerintah dan/atau badan yang diberi tugas melakukan
penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada publik
secara transparan.
c. Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan
bencana.

Sumber :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007


4. Daerah resiko rawan bencana?
Jawab :
5. Jelaskan spesifik penanganan di setiap bencana?
Jawab :
A. Banjir
1) Pembangunan banjir kanal timur dan banjir kanal barat
2) Program normalisasi sungai dan saluran
3) Pemeliharaan sungai
4) Antisipasi dengan pasang dan pembuatan tanggul
5) Pembangunan pompa
6) Penempatan barang elektonik oleh warna pada daerah rawan banjir
7) Early warning system
8) Penanaman pohon pada Hulu

B. Gempa Bumi
1) Mengenali lokasi bangunan tempat tinggal atau bekerja, yakni
kemungkinan berada pada patahan gempa, serta seberapa kuat potensi
gempa yang terjadi di wilayah tersebut berdasarkan pemetaan wilayah
rawan gempa bumi.
2) Membangun rumah dengan konstruksi tahan gempa sesuai dengan
standar yang berlaku, di Indonesia digunakan SNI 03-1726-2002, Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan. Secara umum
misalnya, kondisi tanah yang akan didirikan bangunan kering dan
padat, tidak menggunakan tanah urug, pondasi terbuat dari beton
bertulang besi, letak dinding seimbang serta kondisi material
konstruksi tidak rusak karena terlalu tua atau dimakan rayap.
Selengkapnya dapat dilihat di Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
Gedung Tahan Gempa yang disusun oleh Departemen Pekerjaan
Umum tahun 2006.
3) Melakukan renovasi terhadap bangunan yang belum tahan gempa serta
yang kondisinya sudah tua atau buruk. Hal tersebut penting untuk
dilakukan terutama bagi bangunan publik yang digunakan banyak
orang, seperti sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, dan gedung
pemerintahan.
4) Mengurangi risiko pergeseran dan robohnya perabot ketika terjadi
gempa. Perabot yang bergeser, roboh, atau terjatuh dapat menghalangi
jalan keluar serta menimpa dan melukai orang. Hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risikonya yakni, tidak meletakkan perabot
yang tinggi seperti lemari di atas karpet, melainkan di atas lantai yang
keras dan datar, meletakkan barang yang berat di bawah barang yang
ringan, tidak meletakkan barang-barang berbahaya seperti gunting di
tempat yang tinggi, memasang pasak tahan gempa, menggunakan karet
perekat pada peralatan elektronik seperti komputer, serta mengatur
ulang tata letak prabot.
5) Membentuk organisasi mandiri berbasis masyarakat dalam
penanggulangan bencana gempa bumi, untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat terkait bencana gempa bumi, membuat peta
bencana untuk wilayah maupun tempat tinggal masing-masing
sehingga dapat menentukan tempat paling aman untuk berlindung saat
terjadi gempa baik pada posisi di dalam rumah atau tempat kerja
maupun di luar ruangan serta tempat mengungsi terdekat yang aman
ketika terjadi gempa, mencatat nomer telepon penting seperti nomor
pemadan kebakaran dan ambulance untuk mengantisipasi dampak
akibat gempa bumi, meningkatkan kesigapan dalam menghadapi
gempa dengan mengadakan simulasi gempa untuk melatih sikap dan
tindakan penyelamatan diri, sikap dan tindakan menuju ke tempat
pengungsian terdekat yang aman saat terjadi gempa, serta sikap dan
tindakan pasca terjadinya gempa bumi.

C. Gunug Api
1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan
bencana
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui
cara penyelamatan diri jika bencana timbul
4) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.

Sumber :

Purnama,S.G. 2017. Modul Manajemen Bencana. Bali : Universitas


Undayana

6. Jelaskan peran masyarakat pada penanggulangan bencana?


Jawab :
a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan
c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan
bencana.

1) Partisipasi Pemikiran
Partisipasi pemikiran masyarakat dalam penanggulangan bencana
alam ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan pemikiran atau idenya
tentang bagaimana cara menganggulangi bencana yang mereka hadapi
setiap tahunnya. Partisipasi pemikiran dari masyarakat dapat disampaikan
secara langsung melalui forum masyarakat yang dipimpin oleh pemimpin
lokal seperti ketua RW dan ketua RT.
2) Partisipasi Tenaga
Partisipasi tenaga masyarakat yang dilakukan yaitu terlihat ketika
saat musim hujan akan datang atau pra bencana banjir yaitu bergotong
royong untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di saluran air atau
selokan dan membuat tanggul yang terbuat dari karung berisikan tanah
atau pasir untuk menahan luapan air agar tidak terlalu banyak air yang
masuk ke pemukiman warga. Partisipasi tenaga juiga dapat terlihat dari
warga yang bertugas untuk melihat hingga menunggu luapan air yang akan
atau tidaknya melebihi batas yang telah ditandai yaitu ketika diatas 50cm,
yang bertugas tersebut akan mengelilingi rumah warga dan
menginformasikannya melalui pengeras suara yang ada di masjid untuk
memberitahukan bahwa banjir akan datang sehingga warga akan bersiap-
siap mengamankan diri dan harta benda mereka.
3) Partisipasi Barang
hal ini barang yaitu seperti pakaian hanya didapatkan dari
kelurahan yang didapat dari para relawan diluar daerah yang terkena
dampak banjir atau dari luar Desa Mekargalih, namun untuk bantuan antar
warga belum ada.
4) Partisipasi Uang

Sumber :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007

Umeidini, F., Nuriah, E., & Fedryansyah, M. (2019). Partisipasi Masyarakat


Dalam Penanggulangan Bencana Di Desa Mekargalih Kecamatan
Jatinangor. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), 13-22. Viewed on 1 Juni
2022. From : http://journal.unpad.ac.id/focus/article/view/23115

Anda mungkin juga menyukai