Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : DIAN PARAMITA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048697266

Kode/Nama Mata Kuliah :MKWU4108/ Bahasa Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : UT-Jambi

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban
Nomor 1
Tema : Problematikan Pendidikan di masa covid 19
TERLEPAS dari segala polemik kebatinan dunia pendidikan di
era covid, ditambah dengan munculnya varian baru dari Covid-19
(Omicrom) mengakibatkan kehilangan jiwa dan sentuhan humanis
antara guru dan peserta didik. Sepertinya semboyang “Tut Wuri
Handayani” di gaungkan oleh KI Hajar Dewantara, mulai kehilangan
kekuatannya, kehilangan jiwa serta esensi pendidikan dalam
paradigma pendidikan terutama di era covid ini.
Dekadensi moral pendidikan di era covid terus mempelihatkan
penurunan tingkah laku anak didik, dimana kurangnya sentuhan
nurani serta humanis dengan menurunnya tingkat kesadaran sosial
dan agama yang sangat memprihatinkan. Hal ini diakibatkan guru
merasa kesulitan melakukan penamanan moral melalui media virtual
daring. Menggingat penanaman moral dilakukan melalui suri
tauladan (secara langsung).
Walaupun pemerintah telah menetapkan kebijakan
Pembelajaran Tatap Muka (PTM), namun kebijakan tersebut bukan
kebijakan yang solutif. Bahkan banyak lembaga pendidikan yang
tertatih-tatih, bahkan kepala sekolah dituntut untuk membuat
keputusan cepat dalam merespon surat edaran Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan yang mengharuskan sekolah untuk memberlakukan
pembelajaran dari rumah baru-baru ini yang disebabkan oleh varian
baru covid 19 (omicorm).
Pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus
dan proses belajar secara cepat. Siswa terbata-bata karena
mendapat tumpukan tugas selama belajar dari rumah. Sementara,
orang tua murid merasa stress ketika mendampingi proses
pembelajaran dengan tugas-tugas, di samping harus memikirkan
keberlangsungan hidup serta pekerjaan masing-masing di tengah
krisis ekonomi.
Biar pun demikian, kendala-kendala itu menjadi catatan
penting dari dunia pendidikan kita yang harus mengejar
pembelajaran daring secara cepat. Padahal, secara teknis dan sistem
belum semuanya siap. Selama ini pembelajaran online hanya sebagai
konsep, sebagai perangkat teknis, belum sebagai cara berpikir,
sebagai paradigma pembelajaran.
Padahal, pembelajaran online bukan metode untuk mengubah
belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani
siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara
online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif mengakses
sebanyak mungkin sumber pengetahuan, menghasilkan karya,
mengasah wawa\san dan ujungnya membentuk siswa menjadi
pembelajar sepanjang hayat
Maka sudah saatnya kita berbenah serta melakukan evalusi
sistem pendidikan. Pembenahan ini hanya bisa terjadi apabila semua
pihak berkontribusi. Dimana semua guru harus bisa meningkatkan
kreativitas yang notabene menggunakan teknologi.
Peningkatakan kompetensi pendidikan disemua jenjang mutlak
dilakukan, disamping itu perlu dukungan dari orang tua, hal guna
memantau kinerja peserta didik di rumah serta perlu adanya
kontribusi masyarakat yang mendukung pembelajaran daring, demi
terwujudnya peserta didik yang unggul

Nomor 2
Tema : Meningkatkan Industri Wisata
Industri pariwisata merupakan sektor yang mengalami dampak
langsung dan terpengaruh luar biasa akibat pandemi Covid-19.
Keperkasaan virus ini hampir melumpuhkan industri pariwisata di
sebagian besar negara-negara di dunia tidak terkecuali Indonesia.
Sejak Februari 2020, industri pariwisata mulai melemah seiring
dengan banyaknya wisatawan yang memilih untuk membatalkan
rencana keberangkatannya. Fenomena tersebut diperparah dengan
semakin meluasnya kasus penularan Covid-19 yang kemudian
memunculkan kebijakan berbagai negara untuk melakukan
lockdown, sehingga praktis memutus mata rantai siklus kegiatan
parawisata.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik
(BPS) yang dirilis pada 1 Juli 2020, jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Mei 2020 mengalami
penurunan drastis sebesar 86,90 persen dibanding jumlah kunjungan
pada Mei 2019. Secara kumulatif (Januari–Mei 2020), jumlah
kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 2,93 juta kunjungan atau
turun sebesar 53,36 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan
wisman pada periode yang sama pada tahun 2019. Kondisi ini
diyakini mengakibatkan target kunjungan wisman pada tahun 2020
sebesar 17 juta kunjungan tidak mungkin dapat tercapai dan
diprediksi akan terkoreksi sangat dalam.
Data sektor pariwisata lainnya seperti Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Mei 2020
berada pada rata-rata 14,45 persen atau turun sebesar 29,08 poin
dibandingkan dengan TPK Mei 2019 yang tercatat sebesar 43,53
persen. Selanjutnya rata-rata lama menginap tamu mancanegara dan
Nusantara pada hotel klasifikasi bintang selama Mei 2020 tercatat
sebesar 1,86 hari atau mengalami penurunan sebesar 0,07 poin, jika
dibandingkan keadaan Mei 2019. Beberapa data statistik tersebut
memberikan gambaran pada kita bahwa sektor industri pariwisata di
Indonesia sedang mengalami penurunan signifikan yang tentunya
akan berdampak pada sektor-sektor lainnya. Sehubungan dengan hal
tersebut, sangat perlu bagi pemerintah dan semua pemangku
kepentingan pariwisata untuk bersama-sama bersinergi membangun
industri pariwisata yang saat ini berada pada fase kritis.
Menurut United Nations World Tourism Organization
(UNWTO) industri pariwisata didefinisikan sebagai semua usaha yang
kegiatan utamanya berkarakteristik pariwisata. Definisi tersebut
sejalan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, yang menyebutkan bahwa industri pariwisata
merupakan kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Pembangunan
industri pariwisata menurut UU dimaksud meliputi pembangunan
struktur industri pariwisata, daya saing produk pariwisata, kemitraan
usaha pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap
lingkungan alam dan sosial budaya.
Beberapa strategi pembangunan industri pariwisata yang
diuraikan dalam tulisan ini dikembangkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025. Implementasi
strategi dimaksud tentunya disesuaikan dengan kondisi saat ini yaitu
di era adaptasi kebiasaan baru, yang mengharuskan kita untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan gaya hidup yang sehat untuk
dapat terus aktif, kreatif, dan produktif. Berikut diuraikan beberapa
strategi pembangunan industri pariwisata yang perlu segera
dilakukan yaitu:
1. Memperkuat Struktur Industri Pariwisata
Struktur industri pariwisata merupakan salah satu pilar dalam
pelaksanaan pembangunan industri pariwisata. Fenomena dari
dampak Covid-19 yang melemahkan sektor pariwisata, perlu
segera diantisipasi dengan menguatkan struktur industri
pariwisata melalui penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan
antar mata rantai pembentuk industri pariwisata untuk
meningkatkan daya saing industri pariwisata. Strategi penguatan
struktur industri pariwisata ini meliputi: (a) peningkatan sinergi
dan keadilan distributif antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata; (b) penguatan hubungan fungsional antar usaha
pariwisata sejenis untuk meningkatkan daya saing; dan (c)
penguatan mata rantai untuk meningkatkan nilai tambah dan
survive pelaku usaha pariwisata.
2. Meningkatkan Daya Saing Produk Pariwisata
Adanya kondisi “puasa” kegiatan pariwisata saat ini,
sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku
usaha pariwisata untuk mempersiapkan strategi guna
meningkatkan daya saing produk pariwisata mereka. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan yaitu: (a) meningkatkan daya saing
atraksi sebagai daya tarik utama sebuah destinasi wisata melalui
pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata;
(b) meningkatkan daya saing amenitas sebagai fasilitas pendukung
pariwisata melalui pengembangan kapasitas dan peningkatan
kualitas fungsi layanan fasilitas pariwisata yang memenuhi
standar internasional dengan tetap memperhatikan keunikan dan
kekhasan lokal; dan (c) meningkatkan daya saing aksesibilitas
melalui pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa
transportasi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan
perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata.
3. Mengembangkan Kemitraan Usaha Pariwisata
Pandemi Covid-19 berdampak pada banyaknya usaha industri
pariwisata yang memilih “gulung tikar” untuk menghindari
kerugian yang lebih besar. Kekuatan kerjasama antar pelaku
usaha pariwisata dan pemangku kepentingan adalah kunci untuk
meminimalisir keadaan ini. Pengembangan kemitraan usaha
pariwisata diwujudkan dalam bentuk pengembangan skema kerja
sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha
pariwisata meliputi: (a) penguatan kerja sama dengan prinsip
kesetaraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha
pariwisata, dan masyarakat; (b) penguatan monitoring dan
melakukan evaluasi terhadap kerja sama yang telah dilakukan;
dan (c) pengembangan kemitraan usaha pariwisata dengan pola
pemberdayaan masyarakat yang dapat mendorong gerakan sadar
wisata dan peningkatan ekonomi masyarakat. Pengembangan
kemitraan ini penting sebagai upaya untuk saling mengisi dan
melengkapi usaha pariwisata, sehingga dapat meningkatkan
layanan pariwisata yang berkualitas.
4. Membangun Kredibilitas Bisnis Pariwisata
Kredibilitas bisnis merupakan modal utama yang diperlukan
untuk memberikan keyakinan kepada para wisatawan dan mitra
terhadap kualitas produk pariwisata yang dipasarkan. Kredibilitas
bisnis dapat diwujudkan melalui pengembangan manajemen dan
pelayanan usaha pariwisata yang berkualitas dan tepercaya
dengan strategi meliputi: (a) menerapkan standardisasi dan
sertifikasi usaha pariwisata sesuai prinsip-prinsip dan standar
internasional dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
lokal; (b) menerapkan sistem yang aman dan tepercaya dalam
transaksi bisnis secara elektronik; dan (c) mendukung penjaminan
usaha melalui regulasi dan fasilitasi yang dapat meningkatkan
kepercayaan publik.
5. Mengembangkan Pariwisata Ramah Lingkungan
Daya tarik pariwisata saat ini telah mengalami perubahan, dan
tidak lagi hanya berorientasi pada keunikan dan keindahan saja.
Kini faktor kesehatan lingkungan telah menjadi faktor penentu
yang sangat perlu diperhatikan dalam dunia usaha pariwisata.
Sehubungan dengan hal tersebut, upaya pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan menjadi hal yang urgen dan prioritas.
Untuk itu perlu dilakukan pengembangan manajemen usaha
pariwisata yang didasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan
pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dunia, dan
ekonomi hijau. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu: (a)
mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai
usaha pariwisata; (b) mengembangkan manajemen usaha
pariwisata yang aktif memberikan perlindungan dan pelestarian
terhadap lingkungan dan budaya; dan (c) mengembangkan usaha
pariwisata yang mengedepankan aspek kualitas kebersihan dan
penerapan protokol kesehatan secara konsisten.

Nomor 3
Tema : Menjaga Kelestarian Lingkungan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi, salam sejahtera saya ucapkan untuk kita semua.
Hadirin sekalian, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan
sedikit tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Dewasa ini, banyak penyakit-penyakit baru yang muncul dan
menyerang masyarakat mulai dari penyakit ringan hingga yang
membahayakan nyawa. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut
salah satunya adalah karena lingkungan yang kurang terjaga
kebersihannya sehingga membuat penyakit dapat berkembang di
lingkungan yang kotor di sekitar kita. Karena itulah gerakan
kebersihan selalu digalakkan oleh pemerintah, organisasi
masyarakat, dan lembaga-lembaga lain.

Saat ini kesadaran masyarakat akan kebersihan masih sangat kurang,


akibatnya banyak hal negatif yang timbul akibat permasalahan
kebersihan. Salah satu contohnya adalah musibah banjir yang
menjadi tamu rutin di beberapa kota di negara kita. Penyebabnya
adalah sampah yang menumpuk dan menyumbat jalan air sehingga
air tidak dapat mengalir ke sungai dan laut akhirnya air tersebut
meluap dan menyebabkan banjir.

Selain membuat repot dan tidak nyaman beraktivitas, banjir juga


membuat masyarakat rentan terkena penyakit karena air kotor yang
bercampur dengan sampah mengalir masuk ke rumah-rumah dan
bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Hadirin sekalian, kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan


di masyarakat kita harus ditingkatkan kembali demi kebaikan
bersama. Bukankah hidup di lingkungan yang bersih lebih nyaman
dan menyenangkan?

Demikian yang bisa saya sampaikan, apabila ada kesalahan kata saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kesempurnaan hanya
milik Allah semata.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai