72-81
ISSN 1978-385X (Print) / ISSN 2655-4968 (Online)
ABSTRAK
Berbagai kampanye bangkitnya sektor pariwisata hampir setiap waktu digencarkan termasuk di objek wisata Seribu Batu
Songgo Langit Yogyakarta. Dengan menggunakan destination branding theory, penelitian ini bertujuan untuk mendalami
seluk beluk apa saja yang sudah dilakukan, sedang dilakukan maupun akan dilakukan oleh pihak penyelenggara wisata
untuk semakin menguatkan brand dan mutu kualitas destinasi yang ditawarkan. Aspek komunikasi tidak kalah pentingnya
menjadi fokus untuk mengukur pencapaian konsep pariwisata berkelanjutan di era saat ini karena memberikan dampak yang
cukup signifikan pada kondisi sekarang maupun kondisi mendatang. Terutama di tengah persaingan serius yang memang
yang harus dihadapi para penyelenggara, sehingga dalam hal inipun kegiatan terkait promosi, publikasi maupun branding
terhadap suatu destinasi wisata harus dikemas sedemikian rupa. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif pada
pendekatan interpretif, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebuah brand unik yang secara tidak langsung berhasil
diciptakan oleh para pengunjung di lokasi tersebut. Namun memang berbagai strategi dan taktik pemasaran yang sudah
dilakukan sebelumnya, masih perlu ditingkatkan kembali. Program pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan
segala manfaatnya sangat memberikan keseimbangan terhadap ekosistem. Sehingga ke depannya perlu kerja sama yang
lebih koomperensif dari semua lapisan stakeholders.
Kata kunci: Branding, Pariwisata Berkelanjutan, Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
ABSTRACT
Various campaigns for the revival of the tourism sector have been intensified almost every time, including at the Thousand
Stones Songgo Langit Yogyakarta tourist attraction. By using destination branding theory, this research aims to explore the
ins and outs of what has been done, is being done or will be done by tour operators to further strengthen the brand and
quality of the destinations offered. The communication aspect is no less important as the focus for measuring the
achievement of the concept of sustainable tourism in the current era because it has a significant impact on current and future
conditions. Especially in the midst of serious competition that must be faced by organizers, so even in this case activities
related to promotion, publication and branding of a tourist destination must be packaged in such a way. By using a
descriptive qualitative method in an interpretive approach, the results of the study show that there is a unique brand that is
indirectly created by visitors at that location. However, the various marketing strategies and tactics that have been carried
out before still need to be improved. A sustainable tourism development program with all its benefits really balances the
ecosystem. So that in the future, more cooperative cooperation from all levels of stakeholders is needed.
72
Ningrum: Komunikasi dan Optimalisasi Branding Pariwisata Berkelanjutan di Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
Publikasi “Indonesia Care” pun hadir dan telah Menariknya kelonggaran aturan PPKM di awal tahun
banyak dikomunikasikan di berbagai platform digital 2022 yang sudah mulai berangsur-angsur menuju
khususnya untuk menggiring persepsi masyarakat pulih, membuat penggunaan moda transportasi seperti
domestik ataupun mancanegara agar tetap percaya kendaraan pribadi ataupun rombongan bus wisata
dan meyakini sektor tersebut aman/terbebas dari klus- terlihat terus berdatangan dan meramaikan berbagai
ter penyebaran wabah ganas yang diprediksi masih lokasi wisata.
belum selesai.
Media sosial sebagai bagian dari saluran komunikasi
Selain itu, upaya pemulihan lainnya telah dilaksana- populer, perlahan-lahan telah menjadi sasaran bagi
kan secara serentak terutama pada pendistribusian industri tersebut. Melalui media sosial juga-lah kegiat-
vaksinasi covid-19 sebagai percepatan herd immunity an pariwisata yang biasa dilakukan oleh wisatawan
bagi para pelaku usaha wisata dan ekonomi kreatif di ataupun calon wisatawan berpotensi dibagikan/di-
seluruh penjuru tanah air. Industri pariwisata terus share, baik yang sudah terekspos maupun yang belum
menjadi daya dobrak yang tinggi karena keberadaan sama sekali diekspos. Sehingga diharapkan dapat
wisatawan dan motivasinya yang sangat kompleks. berdampak pada perilaku masyarakat.
Penguatan panduan CHSE/Cleanliness, Health, Safe-
ty, dan Environment Sustainability yang sesuai stan-
Kondisi ini dapat tercermin dari 3 efek komunikasi
dar melalui gambar di panduk ataupun poster bahkan
massa bagi khalayak (Nurudin, 2015), seperti: efek
telah banyak terpasang pada sektor tersebut sebagai
salah satu langkah produktif dalam menjamin ke- kognitif/pengetahuan, efek afektif/perasaan, dan efek
bersihan, kesehatan, keselamatan serta kelestarian behavioral/tingkah laku, ketika media tersebut dapat
lingkungan secara optimal. digunakan sebagai referensi serta rencana berwisata di
masa mendatang.
Penerapan protokol kesehatan dan penggunaan apli-
kasi elektronik Peduli Lindungi bahkan sudah men- Menjamurnya promosi, inovasi serta branding di
jadi syarat untuk dapat mengakses berbagai ruang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin
publik termasuk pada destinasi wisata. Aplikasi ini- variatif, terutama melalui fenomena experience tou-
pun hadir dengan versi lebih modern untuk menutupi rism di jagat maya membuktikan sebuah kondisi
tumpang tindihnya isu kartu cetak vaksinasi yang progresif terhadap komunikasi pariwisata yang telah
sempat dianggap tidak begitu akurat. banyak dilakukan, salah satunya pada kegiatan : viral
marketing yang secara strategis sangat memudahkan
Aplikasi peduli lindungi pada prinsipnya sangat masyarakat untuk mendapatkan informasi berkala
mengandalkan partisipasi masyarakat. Riwayat per- terkait kesiapan destinasi wisata di masa transisi saat
jalanan pengguna dengan penderita yang terpapar ini baik yang ada di kota-kota besar ataupun di daerah
dapat dilacak dengan pengembangan aplikasi berbasis pinggiran sekalipun termasuk di objek wisata Seribu
digital tersebut, sehingga pemerintah merasa cukup Batu Songgo Langit Yogyakarta.
terbantu (dalam Priscila,dkk : 2021).
73
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 12, No. 2, Desember 2022: 72-81
Dengan menggunakan Destination Branding Theory Kemunculan manusia dan cara komunikasinya tidak
sebagai pisau analisis penelitian, aspek komunikasi dapat dipisahkan dari lingkungan fisiknya. Komuni-
pemasaran pun menjadi pondasi penting untuk kasi akan selalu digunakan dalam hal yang paling
menarik maupun menciptakan citra positif di benak sederhana sampai hal yang paling kompleks sekali-
dan pengalaman yang didapatkan wisatawan sebagai pun, termasuk dalam kegiatan pemasaran, penjualan,
pelaku utama wisata di objek tersebut. dan branding suatu produk yang ditawarkan.
74
Ningrum: Komunikasi dan Optimalisasi Branding Pariwisata Berkelanjutan di Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
Menurut Kotler (2008) branding pada dasarnya 4. Memberikan kemudahan kepada para pengusaha
berangkat dari kata brand/merek yang berarti nama, lokal dalam sekala kecil, dan menengah
istilah, tanda, simbol maupun desain dan kombinasi 5. Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan mem-
dari kesemuanya yang bertujuan untuk mengidentifi- bangkitkan bisnis lainnya dalam masyarakat.
kasikan suatu produk barang atau jasa dan membe- 6. Adanya kerja sama antara masyarakat lokal se-
dakannya dengan yang lain. bagai creator atraksi wisata dengan para operator
penjual paket wisata.
Sedangkan menurut pandangan Sunyoto (2012) 7. Pembangunan pariwisata harus dapat memper-
brand/merek adalah sesuatu yang melekat pada hatikan perjanjian, peraturan, perundang–undang-
pikiran dan tindakan pelanggan, serta penghubung an baik tingkat nasional maupun intenasional
antara pelanggan dan produk atau perusahaan. sehingga pembangunan pariwisata dapat berjalan
dengan lancar tanpa kendala.
8. Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin
Branding tidak hanya sebatas melakukan kegiatan
keberlanjutan, memberikan keuntungan bagi
promosi, tetapi juga harus dipandang sebagai proses masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi
yang berkelanjutan sepenuhnya, perlu diintegrasikan yang akan datang
dengan semua kegiatan komunikasi pemasaran yang 9. Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip opti-
mampu menciptakan karakteristik, membedakan, malisasi bukan pada exploitasi.
mengidentifikasi citra positif dan meningkatkan ke- 10. Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik
unggulan yang kompetitif (Kavaratzis 2008). untuk memastikan pembangunan pariwisata tetap
berjalan dalam konsep pembangunan berkelanjut-
Promosi terhadap suatu brand/merek dituntuk harus an, dengan menggunakan prinsip pengelolaan
dapat menarik dan memiliki diferensiasi. Keberhasil- manajemen kapasitas.
an suatu branding tentu akan dapat menambah 11. Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan
kepuasan, nilai tambah serta meningkatkan kualitas sumber daya seperti penggunaan air bawah tanah,
pada sebuah industri apapun bentuknya, sehingga penggunaan lahan, dan penggunaan sumber daya
mampu berkompetisi. Hermawan (2017) meng- lainnya harus dapat dipastikan tidak disalah-guna-
ungkapkan ada 3 strategi branding yang dapat di- kan.
jalankan dengan baik, diantaranya: (1) brand posi- 12. Melakukan program peningkatan sumber daya
tioning, (2) brand identity, dan (3) brand personality. manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan
sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata agar
1.3. Pariwisata Berkelanjutan para pekerja ahli dalam bidangnya masing-
masing.
Pendekatan pariwisata berkelanjutan tersebut menurut 13. Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus
Sharpley (2000) berjangka waktu panjang karena ber- mampu mewujudkan kualitas hidup ”quality of
fokus pada penggunaan sumber daya alam maupun life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya
sumber daya manusia yang ada di suatu daerah. pariwisata harus mampu memberikan kualitas
berusaha ”quality of opportunity” kepada para
penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi
Selain itu, Sugiama (2013) mengemukakan bahwa
berikutnya dan menjadi yang terpenting adalah
pariwisata berkelanjutan sering disebut sebagai alter-
terciptanya kualitas pengalaman wisatawan
native tourism atau kegiatan kepariwisataan yang di-
”quality of experience”.
kembangkan dalam memperhatikan kelestarian alam
dan budaya masyarakat setempat sehingga dapat di- Konsep pariwisata berkelanjutan itupun diadopsi dari
wariskan untuk generasi mendatang. Adapun prinsip- konsep pembangunan berkelanjutan yang pertama
prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan kali diperkenalkan oleh WCED / World Commission
pariwisata berkelanjutan, yaitu: on Environment and Development pada tahun 1987
1. Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan dan kemudian diimplementasikan paradigma-nya
melibatkan masyarakat lokal. oleh UNWTO/The World Tourism Organization.
2. Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan Menurut Heillbronn (dalam Qodriyatun, 2019),
wisatawan dan masyarakat. terdapat 3 komponen yang harus dipenuhi untuk
3. Pembangunan pariwisata harus melibatkan para mencapai pembangunan pariwisata berkelanjutan,
pemangku kepentingan, dan dengan melibatkan seperti: (1) berkelanjutan secara lingkungan, (2)
lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang berkelanjutan secara sosial budaya, dan (3) berkelan-
lebih baik jutan secara ekonomi.
75
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 12, No. 2, Desember 2022: 72-81
1.4. Teori Yang Digunakan Mangunan sebesar 6.966 orang (sumber instagram
official @pinussarimangunan), ataupun Watu Goyang
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 4.855 orang (sumber instagram official
Destination Branding Theory, karena menyangkut @wisatawatugoyang mangunan).
konsep dasar branding dalam kegiatan pariwisata.
Proses membangun brand/merek yang kuat tentu Penentuan informan penelitian menggunakan teknik
memerlukan strategi untuk mencapai tujuan yang purposive, yaitu para petugas dan para pengunjung di
sempurna. objek wisata Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta,
serta masyarakat yang beraktifitas di sekitar kawasan
Menurut pendapat Morisson (dalam Mustikawati, wisata dengan total sebanyak 6 orang.
2013) destination branding merupakan sebuah cara
untuk mengkomunikasikan identitas unik pada suatu Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meng-
destinasi wisata agar membedakannya dengan para gunakan metode observasi, wawancara dan studi
pesaing. dokumentasi. Tidak lupa peneliti menganalisis data
dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarik-
Dengan adanya destination branding, setiap objek an kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan melalui
wisata pun dapat menciptakan nama baik yang teknik triangulasi sumber, yakni memverifikasi ulang
dipercaya wisatawan dan calon wisatawan. Melalui kepada pihak-pihak yang terlibat, antara lain: ketua,
perspektif inilah juga, kehadiran sebuah brand/merek sekretaris dan petugas tiket di objek wisata, serta tiga
terhadap destinasi wisata akan semakin membangun orang pengunjung di loaksi tersebut.
kedekatan dengan wisatawan yang ada sehingga
mampu memberikan keuntungan kepada para penge- 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lola wisata maupun mampu meningkatkan loyalitas
wisatawan yang akan kembali datang ke destinasi 3.1. Temuan di Lapangan
tersebut. Morgan dan Pritchard mengungkapkan
(dalam Utami, 2017) bahwa ada 5 tahapan destination Pertumbuhan industri pariwisata yang berkelanjutan
branding yang dapat dilakukan untuk mengubah citra di masa transisi sekarang seperti tidak ada habisnya.
sebuah wilayah, diantaranya: Penyelenggaran event, kolaborasi, inovasi serta adap-
1. Market investigation, analysis and strategic tasi terus bergerak cepat dalam rangkaian menyukses-
recommendations. kan program nasional pemerintah yang tepat sasaran,
2. Brand identity Development. tepat manfaat dan tepat waktu.
3. Brand Launch and introduction: Communicating
the vision. Pihak penyelenggara di objek wisata Seribu Batu
4. Brand Implementation. Songgo Langit Yogyakarta dalam operasionalnya
5. Monitoring, Evaluating and Review. sehari-hari sangat berupaya tertib untuk melaksana-
kan kegiatan berwisata dengan mengedepankan
2. METODE PENELITIAN kelayakan anjuran protokol kesehatan berbasis
CHSE.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif des-
kriptif dengan pendekatan interpretif, dimana penulis Destinasi wisata yang mulai happening di awal tahun
berusaha menginterpretasikan pertukaran komunikasi 2016 ini telah memiliki sekitar 50 orang pegawai
yang berlangsung di objek wisata Seribu Batu Song- yang rata-rata berdomisili di Kampung Mangunan
go Langit Yogyakarta, didasari oleh beberapa per- Dlingo Bantul Yogyakarta.
timbangan antara lain: (1) salah satu objek wisata
alam berupa hutan pinus yang cukup unik karena Bermodalkan anggaran yang hanya dikembangkan
menjadi pelopor pertama hadirnya rumah hobit dari sumber pendapatan pengunjung saja, pihak
khususnya di Kabupaten Bantul Yogyakarta (2) me- penyelenggara seiring waktu terus berupaya untuk
miliki jumlah pengikut/followers yang terbilang melengkapi beberapa spot baru lainnya yang dapat
banyak, sebesar 17.300 orang (sumber instagram dinikmati publik namun tetap menonjolkan unsur
official @seribubatu_songgolangit) di media sosial ramah lingkungan.
instagram sebagai platform digital terkini dibanding-
kan dengan beberapa destinasi wisata sekitar lainnya, Terdapat adaptasi jam kunjung di objek wisata Seribu
seperti : Puncak Becici sebesar 7.428 orang (sumber Batu Songgo Langit Yogyakarta yang sebelumnya
instagram official @puncakbecici), Hutan Pinus dibuka sejak pukul 08.00 – 17.00 WIB menjadi pukul
76
Ningrum: Komunikasi dan Optimalisasi Branding Pariwisata Berkelanjutan di Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
06.00 – 19.00 WIB setiap hari. Kondisi itupun kembali khususnya lewat pendekatan dari sejumlah
sengaja dilakukan para petugas, khususnya pada stakeholders. Para petugas yang bekerja memiliki
waktu di malam hari dengan tujuan prioritas untuk komitmen untuk bisa menjaga keaslian ekosistem
meningkatkan penghasilan tambahan, disamping yang ada di kawasan wisata.
memang semakin beratnya juga kompetitor di sektor
yang sama. Diakui oleh pihak penyelenggara, para
petugas yang bekerja di objek wisata tersebut
mengalami penurunan gaji dari yang sebelumnya
dibayarkan per-hari sebesar Rp 50.000 – Rp 60.000
menjadi hanya Rp 30.000 – Rp 40.000.
77
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 12, No. 2, Desember 2022: 72-81
78
Ningrum: Komunikasi dan Optimalisasi Branding Pariwisata Berkelanjutan di Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
bisnis pariwisata dengan pesan-pesan persuasifnya. Namun memang perlu dicermati kembali dengan
Selain itu, implementasi destination branding theory seksama, praktik branding itu sendiri dalam banyak
pun secara mendasar sangat erat kaitannya dengan kasus memiliki tantangan serius atas ketersediaan
elemen komunikasi pemasaran, baik dari awal tahap sumber daya manusia dengan komptensi yang masih
perencanaan, perkenalan, pelaksanaan hingga ke belum memadai dan belum terlatih secara profesional
tahap pemantauan. sehingga terus menjadi momok permasalahan yang
juga belum cukup tertangani dengan solutif.
Pergeseran selera wisatawan dalam mencari berbagai
sumber informasi di era sekarang sangat berimplikasi Dewasa ini pemenuhan geliat berwisatanya publik
pula terhadap efektifitas proses branding yang dilaku- tentu tidak lepas dari keberadaan media komunikasi.
kan di objek seribu baru Songgo Langit Yogyakarta. Pada tahapan selanjutnya (3) “Brand Launch and
Introduction: Communicating the Vision”, men-
Dengan memanfaatkan destination branding theory, dorong para petugas di objek wisata Seribu Batu
terutama pada tahap awal yakni penentuan (1) Mar- Songgo Langit Yogyakarta untuk semakin selektif
ket Investigation, Analysis and Strategic Recom- dalam memilih platform/kanal apa yang memang
mendations, setidaknya para pengelola di lokasi menunjang reputasi destinasi wisatanya, sekalipun itu
wisata tersebut dapat semakin terencana untuk melalui keberadaan media alternatif terkini.
mengupayakan strategi dan taktik pemasaran yang
lebih terarah khususnya dengan ikon khas yang sudah Di fase inipun, trend penggunaan media tersebut
dimiliki objek wisata Seribu Batu Songgo Langit harus didukung dengan pengemasan konten kreatif
Yogyakarta sehingga dapat membedakannya (defe- nan menarik yang nantinya juga akan bermuara pada
rensiasi) dengan kompetitor lain sekaligus dapat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan maupun
dengan mudah mencapai tujuan yang sempurna dan mempengaruhi berkembang atau tidaknya suatu
menjaga eksistensi brand dari waktu ke waktu. destinasi atas daya tarik yang di tawarkan.
Dalam hal inipun penyelenggaraan Sapta Pesona Penyajian konten itu sendiri tidak dapat disangkal
layaknya pedoman CHSE yang bahkan secara detail harus di dukung pula dari perkembangan teknologi
terdiri dari unsur: keamanan, ketertiban, kebersih- digital, baik berupa konten jenis tulisan, gambar,
an, kesejukan, keindahanan, keramahan dan audio ataupun justru mengkoloborasikan semuanya.
kenangan menjadi prinsip utama para petugas dalam Peran multimedia di tengah tatanan industri pari-
mengawal pertumbuhan pariwisata di objek wisata wisata 4.0 sekarang memang telah menjadi komo-
Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta. Meskipun ditas bisnis dari perilaku nyata audiens selaku peng-
juga dapat disimpulkan penerapan 7 unsur tersebut guna medianya masing-masing.
masih relatief sangat pasif.
Dalam realisasinya pun, segenap informasi terkait
Kemudian pada tahapan kedua (2) Brand Identity keberadaan objek wisata telah menjadi bahan pertim-
Development, pihak penyelenggara di objek wisata bangan dan agenda masyarakat untuk berkunjung ke
Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta mutlak di- lokasi wisata tersebut sebagai gaya hidup masa kini.
tuntut untuk dapat berpikir maupun bertindak secara Sehingga kondisi seperti inilah yang sesungguhnya
kreatif dalam memperjelas tujuan bisnis yang sedang perlu diantisipasi lebih lanjut oleh para petugas di
dijalankan, termasuk dalam mencapai program pem- objek wisata Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
bangunan pariwisata yang berkelanjutan. Para petugas untuk siap bertransformasi ke metode pemasaran
harus konsisten dalam memaksimalkan aktifitas yang lebih modern dari upaya-upaya yang ada se-
branding di masa mendatang dengan tidak hanya belumnya.
berfokus pada kegiatan promosi yang monoton saja.
Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap ke- Untuk semakin menyempurnakan pengelolaan di
puasan dan kepercayaan yang dibangun dengan para langkah-langkah sebelumnya, tahapan ke-(4) Brand
stakeholders. Implementation, sangat mengharapkan keterlibatan
langsung dari semua pelaku di sektor tersebut. Tujuan
Ada banyak modal dan peluang promosi yang dapat dari proses branding tidak lain agar dapat menanam-
dimanfaatkan oleh para petugas sebagai daerah tujuan kan kesadaran dan citra positif di benak konsumen
wisata berdasarkan latar-belakang kawasan yang nota- yang tentu harus didukung juga dari faktor 3A (akses-
bene masih sangat potensial, baik dari ketersediaan bilitas, atraksi dan amenitas) yang didapatkan oleh
sumber daya alam, budaya maupun kulinernya. “calon wisatawan/para pengunjung” di lokasi wisata.
79
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 12, No. 2, Desember 2022: 72-81
Menurut Cooper dalam Ardiansyah (2020), aksesbi- Songgo Langit Yogyakarta, sehingga para petugas di
litas merupakan kemudahan capaian wisatawan untuk lokasi penelitian dapat semakin menganalisis keideal-
dapat mengakses lokasi wisata, terutama dalam hal an fenomena berwisata dengan kebiasaannya para
transportasi ataupun jasa yang ditawarkan. Sedangkan pengunjung.
atraksi berkaitan dengan komponen apa yang di-
sediakan sebagai modal kedatangan wisatawan, baik Aktfitas pariwisata yang dinamis membutuhkan
yang bersifat natural resources, atraksi wisata bu- refleksi maupun pola pikir yang arif dan terbuka dari
daya, serta atraksi buatan manusia. Dan amenitas para subjek/penggerak pembangunan pariwisata yang
menjadi sarana/fasilitas pendukung yang diperlukan berkelanjutan tersebut.
wisatawan, seperti: penginapan, rumah makan, bank,
agen perjalanan, dan lainnya. Dari evaluasi itulah juga akan diketahui banyak
informasi berdasarkan hasil pengelolaan, dampak,
Namun apabila menyoroti aktifitas di objek wisata bahkan faktor apa saja yang menentukan lanjut atau
Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta yang dikelola tidaknya program yang sedang dijalankan sebagai
swadaya oleh masyarakat untuk mewujudkan pem- investasi untuk kelompok masyarakat di skala
bangunan pariwisata yang berkelanjutan, perlahan- kehidupan lebih lanjut. Pada hakikatnya akhir dari
lahan memang telah sedikit memperbaiki taraf kegiatan pemasaran terhadap suatu destinasi pariwi-
perekonomian penduduk lokal, terutama dengan ada- sata yaitu untuk mensejahterakan pendapatan pen-
nya kesempatan kerja tanpa batas usia untuk para dudukan lokal serta terpenuhinya harmonisasi kebu-
petugas, termasuk pula adanya izin usaha di kawasan tuhan para pengunjung/wisatawan.
tersebut (keberlanjutan secara ekonomi).
4. KESIMPULAN
Selain itu, ke depannya pihak penyelenggara diharap-
kan dengan bijak mampu merancang sekaligus Secara keseluruhan upaya konkrit memasarkan objek
menyelenggarakan sebuah acara rutin yang disajikan wisata Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta me-
untuk wisatawan yang datang guna menciptakan mang sudah dilakukan oleh para petugas yang
mindset positif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai bertanggung-jawab di lokasi tersebut, meskipun
kearifan lokal sebagai bentuk pelestarian budaya sejauh ini masih belum berjalan dengan optimal.
setempat (keberlanjutan secara sosial budaya).
Proses branding berbasis digital pun harus segera
Super penting lainnya para petugas yang lebih me- diusung terutama yang berfokus pada penguatan ikon
ngetahui potensi daerahnya harus dapat mengontrol di sejumlah media alternatif agar pihak penyelenggara
sekaligus memikirkan kelestarian ekosistem ling- semakin mudah membangun kesadaran di benak
kungan yang berberjangka panjang, misal berangkat konsumen yang dalam hal ini “calon wisatawan
dari hal yang paling sederhana, seperti: tidak latah ataupun para pengunjung”. Pengembangan terhadap
untuk ikut serta membuat sesuatu yang konon suatu destinasi pariwisata harus menjadi prioritas
katanya “instagramable” namun justru menciderai semua lapisan stakeholders terkait, guna menyukses-
prinsip wisata alam dengan panorama yang sunguh- kan program pembangunan pariwisata yang ber-
sungguh sudah terlihat indah (keberlanjutan secara kelanjutan dengan segala kebermanfaatnnya di masa
lingkungan). mendatang.
Dan pada tahapan akhir terdapat instrumen tinjauan 4.1. Limitasi Studi
yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat ke-
suksesan dari target yang sudah ditetapkan sebelum- Kelemahan dalam penelitian ini yakni terletak pada
nya (5) Monitoring, Evaluating and Review, selaras proses pengumpulan data, dimana peneliti/penulis
juga dengan acuan kecapaian program pembangunan cukup mengalami kesulitan untuk menggali sekaligus
pariwisata yang berkelanjutan. mendapatkan sejumlah informasi menarik terutama
dari pihak pengelola di objek wisata. Bukan tanpa
Pengelolaan manajemen dalam kegiatan komunikasi alasan memang, minimnya koordinasi dari pihak
pemasaran tepatnya pada proses “monitoring dan pemerintah daerah setempat, baik terkait pengadaan
evaluasi” baik dari segi internal ataupun segi ekster- sosialisasi pelatihan bahasa asing dan bisnis digital,
nal di lapangan secara kritis sangat perlu diupayakan inisiasi inovasi serta pelibatan aktif masyarakat lokal
berkala untuk meningkatkan kredibilitas serta mutu agar semakin produktif dalam mempercepat program
kualitas brand “Rumah Hobit” yang cenderung lebih pariwisata berkelanjutan bahkan yang berkelas dunia
familiar dikenal publik atas objek wisata Seribu Batu masih menjadi tantangan serius untuk menjawab
80
Ningrum: Komunikasi dan Optimalisasi Branding Pariwisata Berkelanjutan di Seribu Batu Songgo Langit Yogyakarta
permasalahan dalam penelitian ini. Sehingga sinergi Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12
dari para pelaku di sektor pariwisata memang sangat Jilid 2. Jakarta: Indeks.
diperlukan. Mustikawati L., Luqman, Y., & Setiabudi, D. (2013).
Strategi Branding Kota Surakarta Dalam Pe-
5. DAFTAR PUSTAKA ngelolaan Sebagai Destinasi Wisata. Interaksi
Online, 1(3).
Ardiansyah, I., & Maulida, R. G. (2020). Kajian Ningrum, D. P. (2021). Tata Kelola Kebiasaan Baru
Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas untuk di Taman Sungai Mudal Yogyakarta (Proses
Pengembangan Kepariwisataan di Taman Wisa- Adaptasi, Sosialisasi, Partisipasi oleh Pengelola
ta Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor. dan Pengunjung). Jurnal SCRIPTURA, 11(2),
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(4), 707-716. 74-84.
Arida, N. S. N. S., & Sunarta, N. (2017). Buku Ajar Nurudin. (2015). Pengantar Komunikasi Massa.
Pariwisata Berkelanjutan. Bali : Sustain Press Jakarta: Rajawali Pers.
Cooper. 1995. Tourism Principles & Practice. Lon- Priscila, G., & Robin, P. (2021). Pengaisan Big Data
don: Longman Group Limited. & Dunia Kesehatan. PUBLIC CORNER, 16(1),
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian 37-57.
Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta Sela- Sharpley, R. (2000). Tourism and Sustainable Deve-
tan: Salemba Humanika lopment: Exploring the Theoretical Divice.
Kavaratzis. 2008. From City Marketing to City Journal of Sustainable Tourism, VIII (1): 1-19
Branding, An Interdisciplinary Analysis with Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Sosiologi.
Reference to Amsterdam, Budapest and Athens. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Dissertations : University of Groningen. Sugiama, A Gima. 2013. Manajemen Aset Pariwi-
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan sata: Pelayanan Berkualitas Agar Wisatawan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indo- Puas dan Loyal. Guardaya Intimarta. Bandung,
nesia (2021). ISTC: Mendorong Percepatan hal 65
Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia. https://ke Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kua-
menparekraf.go.id/ragam-pariwisata/ISTC% litatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
3A-Mendorong-Percepatan-Pariwisata-Berke- Sunyoto Danang. 2012. Dasar-dasar manajemen
lanjutan-di-Indonesia. Diakses Pada Tanggal 14 pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Januari 2022. CAPS.
81