Anda di halaman 1dari 24

Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Taman

Nasional Gunung Halimun Salak Kabupaten Bogor


(Tren Wiasata Alam Saat Pandemi)

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Universitas Pakuan Bogor

Disusun Oleh :

Rommadon Eko Adiwibowo


044116240

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
Daftar Isi
BAB 1..............................................................................................................1
1.1 Latarbelakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................6
2.1 Komunikasi...............................................................................................6
2.2 Komunikasi Pemasaran.............................................................................6
2.3 Komunikasi Publik....................................................................................7
2.4 Hubungan Masyarakat...............................................................................7
2.5 Humas Pemerintah....................................................................................7
2.6 Pariwisata..................................................................................................8
2.7 Teori Komunikasi Pemasaran Terpadu.....................................................8
2.8 Penelitian Terdahulu..................................................................................9
2.9 Alur Berfikir..............................................................................................12
2.10 Definisi Pemasaran..................................................................................13
BAB 3..............................................................................................................15
3.1 Desain Penelitian.......................................................................................15
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................15
3.3 Subjek Penelitian.......................................................................................16
3.4 Jenis Dan Sumber Data.............................................................................16
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................16
3.6 Teknik Analisis Data.................................................................................17
3.7 Teknik Validasi dan Keabsahan................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Tren wisata alam akhir-akhir ini mengalami peningkatan, kondisi COVID-


19 yang menuntut semua orang untuk hidup lebih sehat dan higienis menjadi
alasan orang-orang memilih wisata alam sebagai pilihan berwisata dikala
pandemi. Wisata alam dianggap lebih aman untuk hiburan, melepas kepenatan
bekerja dan menhirup udara segar. Menurut Inventure Indonesia, wiata alam bakal
menjadi sebuah tren wisata orang-orang dalam kondisi new normal, khususnya
wisata alam yang berbasis petualangan seperti treking, snorkling, diving, hiking,
dan sebagainya. Salah satu destinasi wisata alam yang dipilih masyarakat Kota
Jakarta adalah wisata air terjun, atau dalam bahasa Sunda disebut ’curug’ yang
berada di daerah Sentul, tepatnya di Desa Karang Tengah, Kec. Babakan Madang,
Kab. Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki banyak sekali
tempat wisata alam seperti curug (air terjun). Menurut artikel Dinas Pariwisata
Kabupaten Bogor beberapa sudah tercatat sebagai lokasi wisata resmi, banyak
juga yang masih baru diketahui segelintir orang sahaja
(disbudpar.bogorkab.go.id).

Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa


Barat, beribukota di Cibinong dan merupakan daerah yang dikelilingi kota-kota
metropolitan seperti Kota Tanggerang Selatan, Kota Depok, Bekasi, Cianjur,
Sukabumi dan Jakarta (investasi.jabarprov.go.id). Kabupaten yang memiliki 40
wilayah kecamatan ini menjadi favorit masyarakat untuk berlibur terutama
masyarakat dari daerah DKI Jakarta karena memiliki jarak yang tidak jauh lalu
destinasi wisata alam yang begitu banyak dan menarik. Tentunya peningkatan
terdsebut tidak luput dari strategi dan adaptasi para pelaku pariwisata agar tempat
wisata nya dapat dikunjungi lagi setelah lama tidak dikunjungi karena pandemi.
Pada situasi pandemi Covid-19 perlu adanya strategi komunikasi pemasaran yang
baru untuk menawarkan kembali objek pariwisata yang sebelumnya tidak bisa
dikunjungi atau mungkin terlupakan akibat aktivitas yang dibatasi selama
pandemi virus ini. Adapun Kabupaten Bogor yang sebelumnya sudah terkenal

1
2

karena memiliki objek wisata alam yang beragam dan banyak, maka perlu adanya
bentuk strategi komunikasi pemasaran yang menyesuaikan dengan kondisi
pandemi Covid-19 saat ini. Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah
kawasan taman nasional yang juga berada di daerah Kabupaten Bogor. Taman
nasional ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang
terkomando langsung oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
berkantor di Kabupaten Sukabumi, kawan taman nasional ini memiliki beragam
tempat wisata khususnya wisata alam dimana terdiri dari Curug, Camping
Ground, Puncak Gunung, Candi Bedug, dan Stasiun Penelitian dan Wisma
Peneliti Cikaniki.

Komunikasi pemasaran adalah bentuk penginformasian sebuah perusahaan


untuk membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak
langsung mengenai produk atau dalam hal ini objek wisata, seperti membeberkan
melalui sosial media mengenai kesiapan protokol kesehatan yang ketat pada setiap
objek wisata agar masyarakat atau wisatawan lebih tenang dan dapat menikmati
liburannya.

Sudah hampir dua tahun pandemi COVID 19 menghantui seluruh dunia,


penanganan dilakukan setiap negara agar masyarakat bisa melewati keadaan dan
selamat dari situasi tersebut, salah satu bentuk usaha pemerintah Indonesia dalam
menangani COVID 19 adalah dengan program vaksinasi, sekitar 3 juta dosis
Vaksin Corona Sinovac telah diterima oleh pemerintah Indonesia pada Desember
2020. Program vaksinasi dimulai pada tanggal 13 Januari 2021 dan
didistribusikan setelahnya secara berkala. Sekitar 208.265.720 target sasaran
vaksinasi nasional di Indonesia dan sekitar 120.052.587 warga telah mendapatkan
vaksinasi dosis pertama per 1 November 2021 (covid19.go.id). Demi
menyelamatkan pariwisata di Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif membuat 3 fase penyelamatan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan terdapat kunci


utama bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat bertahan ditengah
COVID-19, mereka harus memiliki kemapuan beradaptasi, inovasi dan kolaborasi
yang baik. Selama pandemi COVID-19 perilaku masyarakat mengalmi perubahan
3

yang dibarengi dengan tren pariwisata yang bergeser pula, contohnya beberapa
tempat pariwisata yang sudah dapat beroprasi ketika pandemi yang perlu
beradaptasi dengan peraturan pemerintah tentang Protokol Kesehatan (Prokes)
seperti pembatasan jumlah pengunjung agar menghindari sentuhan karena
kerumunan atau disebut dengan ‘Staycation’, hal tersebut lah penyebabtren
pariwisata berubah.

Yang pertama fase Tanggap Darurat yang berfokus pada kesehatan, seperti
menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan
produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah
pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan. Selanjutnya adalah fase
Pemulihan, pembukaan secara bertahap tempat wisata di Indonesia. Persiapannya
sangat matang, mulai dari penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Healthy,
Safety, and Environmental Sustainability) di tempat wisata, serta mendukung
optimalisasi kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di
Indonesia. Terakhir adalah fase Normalisasi, yaitu persiapan destinasi dengan
protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga diskon untuk paket wisata dan
MICE. Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah Virtual Travel Fair
sejak bulan Agustus-September 2020 (kemenparekraf.go.id).

Virus Corona atau COVID-19 ini merupakan jenis baru dari coronavirus
yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, bayi, anak-anak,
orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi COVID-19
pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan cepat dan menyebar ke wilayah lain di Cina dan sebagian besar
negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Hal ini membuat beberapa negara
menerapkan kebijakan lockdown untuk mencegah penyebarannya.

Pademi COVID-19 menyebakan banyak hal terkena dampak terutama


dampak yang bersifat negatif. Pariwisata merupakan sektor yang mengalami
dampak negatif karena virus Covid-19 memiliki tingkat penularan yang sangat
mudah sehingga membuat pemerintah melarang adanya sebuah kerumunan.
Badan Pusat Statistik mencatat ada 2.945 perusahaan objek wisata di Indonesia
pada tahun 2019 (Jayani, databoks.katadata.co.id), karena dampak pandemi
4

COVID-19 jumlah kunjungan wisatawan macanegara sejak Februari 2020


mengalami penurunan dan puncaknya terjadi pada April 2020 dengan jumlah
wisatawan sebanyak 158 ribu dan apabila ditotal sepanjang tahun 2020
mengalami penurunan jumlah wisatawan mancanegar sekitar 25% dari tahun 2019
atau hanya 4,052 juta wisatawan (kemenparekraf.go.id)

Kondisi yang sedang dihadapi sektor pariwisata mengakibatkan


pendapatan negara pada sektor tersebut mengalami penurunan sebesar Rp. 20,7M,
selain itu berkat adanya Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) tingkat
penghunian kamar hotel juga mengalami penurunan. Dampak yang disebabkan
pandemi COVID-19 pada sektor pariwisata juga terdapat pada pengurangan jam
kerja, diaman sekitar 12,91 juta orang terdampak pengurangan jam kerja, dan 939
ribu orang di sektor pariwisata sementara tidak bekerja. Dampak lain pada
berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata yang dimana menurut data BPS
2020, sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan
akibat pandemi COVID-19.

Maka dari itu, penelitian ini akan membahas bagaimana strategi


komunikasi pemasaran ketika seluruh dunia sedang menghadapi pandemi
COVID-19, Kabupaten Bogor sebagai wilayah yang memiliki beragam objek
wisata alam menggunakan strategi komunikasi pemasaran. Maka dari itu
penelitian ini berjudul “Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Taman Nasional Gunung Halimun Salak Kabupaten Bogor (Tren Wiasata
Alam Saat Pandemi))”

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa strategi komunikasi pemasaran yang digunakan Kabupaten Bogor
untuk menawarkan kembali pariwisata alamnya.
2. Bagaimana penerapan strategi komunikasi pemasaran pariwisata
Kabupaten Bogor dalam kondisi pandemi COVID-19
1.3. Tujuan Penelitian
5

1. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran pariwisata yang digunakan


Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis penerapan strategi komunikasi pemasaran pariwisata yang
digunakan Kabupaten Bogor.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta


wawasan bagi pembaca mengenai strategi komunikasi pemasaran yang
digunakan Kabupaten Bogor dan juga bagaimana penerapannya sehingga
penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk daerah objek wisata daerah
lain.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi


Kabupaten Bogor, dan menjadi sarana pusaka tentang strategi yang
digunakan mereka.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

Komunikasi dalam bahasa inggris dikenal dengan communication yang


juga berasal dari bahasa latin communicatio, bersumber dari kata communis yang
memiliki makna ‘sama’. Seperti yang dikatakan oleh Hafied Cangara, komunikasi
berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan
atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih (Riris T, 2021:1)
menurut Roudhonah (2019) Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang
menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat,
gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna sehingga
keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Komunkasi juga bisa
berarti upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan dan juga menuntut adanya
partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat.

2.2. Komunikasi Pemasaran

Pengertian pemasaran yang paling lama adalah kegiatan manusia saling


tukar barang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Philip Kotler dalam teori
pemasarannya 4P yakni; product, price, place, dan promotion menganggap bahwa
kegiatan promosi ibarat seperti darah yang mengalir keseluruh tubuh. Maka, bila
promosi terhenti sama dengan berhentilah pemasaran (Panuju R, 2019:9).
Pemasaran merupakan kegiatan yang kompleks dan mengaitkan berbagai hal.
Kegiatan pemasaran sudah mengalami berbagai macam tahapan perubahan dan
telah melewati berbagai bentuk evolusi. Kemajuan dalam bidang teknologi
informasi mendorong munculnya berbagai dampak dalam kegiatan pemasaran
yang kebanyakan saat ini telah terintegrasi dengan kegiatan pemasaran digital dan
pertumbuhan media sosial. Menurut American Marketing Association bahwa
kegiatan pemasaran merupakan fungsi dari sebuah organisasi beserta rangkaian
prosesnya sebagai upaya dalam mengadakan, menghubungkan, dan menilai
konsumen serta menjalin hubungan yang baik dengan konsumen tanpa

6
7

mengindahkan kebutuhan pemenuhan keuntungan organisasi dan para pelakunya


(Nasrullah dkk, 2020:4).

Komunikasi pemasaran memegang peranan penting bagi pemasar, tanpa


komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan
mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran dalah mendasar
dan kompleks dari usaha aktivitas pemasaran perusahaan. Komunikasi pemasaran
dapat digambarkan sebagai semua pesan dan media yang disebarkan untuk
berkomunikasi dengan pasar dan pelanggan. Komunikasi pemasaran mencakup
komunikasi komersial dan non-komersil untuk mendukung strategi pemasaran
perusahaan (Kotler dan Keller dalam Arianto, 2021:23)

2.3. Komunikasi Publik

Komunikasi Publik atau penyebaran informasi dari satu orang kepada


banyak orang, hal ini bukan merupakan konteks yang baru berbicara di depan
umum telah ada sejak zaman dulu dan terus ada hingga saat ini (West dan Timer,
2017: 40). Mulyana (dalam Arriandi, 2014:4) juga menambahkan komunikasi
publik dapat juga disebut pidato, ceramah atau kuliah umum. Para ahli banyak
menyebut komunikasi publik dengan large group communication (komunikasi
kelompok besar) untuk membedakannya dengan komunikasi kelompok.

2.4. Hubungan Masyarakat

Sari (2017; 5) dalam bukunya mengatakan “memang terdapat ribuan


definisi dari berbagai negara, dan hampir semua mempunyai inti yang sama atau
pengertian yang sama. Hanya saja, masing-masing menggunakan istilahnya
sendiri-sendiri. Dari ribuan definisi tersebut para ahli melihat hal yang sangat
mencolok, yakni ‘Konsepnya menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik
secara teratur antara organisasi dan publiknya’”. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Humas adalah kegiatan pengolahan informasi perusahaan,
guna membina hubungan internal perusahaan dan external perusahaan.

2.5. Humas Pemerintah

Definisi humas bersifat universal, apapun jenis lembaganya Humas


didefinisikan sebagai penanggung jawab tata kelola komunikasi sebuah lembaga.
8

Keseluruhan manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada


komunikasi dengan publik internal dan external, yang dilakukan oleh
lembaga/praktisi humas lembaga pemerintah, untuk menyampaikan informasi
publik terkait aktivitas lembaga dan menerima umpan balik publik, membangun
dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara lembaga dengan
publik, yang mempengaruhi upaya mencapai tujuan program-program pemerintah
(Kriyantono R, 2018:157).

2.6. Parawisata

Perkembangan pariwisata selalu mengalami kenaikan signifikan setelah


terjadinya revolusi industri hingga sekarang. World tourism Organization
(Organisasi pariwisata dunia) mendifinisikan pariwisata dengan menjelaskan tiga
karakteristik sebagai ciri aktivitas pariwisata; pertama, adanya unsur perpindahan
manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar
lingkungan kesehariannya. Kedua, durasi maksimal perjalanan, bukan waktu
minimal, waktu perjalanan tidak lebih dari satu tahun secara berkelanjutan.
Ketiga, tujuan perjalanan mengalami perluasan dengan berbagai ragam tujuan
kunjungan bukan hanya sekadar berekreasi, mengunjungi sanak saudara dan
teman. Menurut Prof. Salah Wahab (dalam,Nasrullah dkk, 2020:14) pariwisata
adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri
atau luar negeri untuk mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda
dengan apa yang dialaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.

2.7. Teori Komunikasi Pemasaran Terpadu

Komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing Communication


(IMC) sebuah teori yang berkembang pada tahun 1980an yang didefinisikan oleh
Don E. Schultz. Menurutnya IMC adalah konsep dari perencanaan komunikasi
pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari keseluruhan rencana yang
mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi. Tujuan IMC
mempengaruhi atau memberi efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran
yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan
pelanggan atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau
9

perusahaan, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa


dating (Gobel dkk, 2017).

2.8. Penelitian Terdahulu

Pada penlitian ini terdapat tiga peneitian terdahulu yang menjadi tolak
ukur dan pedoman dalam mengerjakan penelitian ini, berikut penelitian terdahulu
pada penelitian ini:
1. Soraya Ratna Pratiwi, Susanne Dida, Nuryah Asri Sjafirah. (2018)
“STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEMBANGUN
AWARENESS WISATA HALAL DI KOTA BANDUNG” Jurnal
Kajian Komunikasi, Volume 6, No. 1, Juni 2018. Penelitian terdahulu ini
menggunakan teori Konstruksi Sosial Atas Realita (Burger dan
Luckmann). Penelitian menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan
studi kasus instrumental tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wisata halal di Kota Bandung dikembangkan melalui dukungan dari
berbagai lintas lembaga, yang disebut strategi penta helix. Strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat dalam mempersiapkan Kota Bandung sebagai
destinasi wisata halal dengan melakukan sosialisasi untuk menumbuhkan
kesadaran (awareness) kepada SKPD terkait. Selain Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, beberapa lembaga lain seperti Enhaii
Halal Tourism Center (EHTC) dan Salman Halal Center melakukan
awareness building kepada para pemangku kepentingan dan juga
masyarakat. Diperlukan strategi komunikasi yang lebih kompleks untuk
mengomunikasikan wisata halal kepada stakeholders dan juga masyarakat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada
komunikasi yang digunakan di ranah pariwisata dan strategi komunikasi
utnuk memasarkan pariwisata. Perbedaannya terdapat pada Metode
penelitian dan teori yang di pakai.
2. Sitti Utami Rezkiawaty Kamil, (2017) “CITY BRANDING SEBAGAI
STRATEGI KOMUNIKASI PARIWISATA KABUPATEN BUTON
TENGAH” Meta Communication; Journal Of Communication Studies P-
ISSN : 2356-4490 Vol 2 No 1 Maret 2017 Universitas Halu Oleo.
10

Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Kabupaten Buton Tengah memiliki wilayah laut yang lebih luas dari
daratan, wilayah laut yang lebih luas menjadi potensi besar Kabupaten
Buton Tengah untuk mengembangkan wisata kawasan laut dan perikanan
yang dapat diekmbangkan sebagai kawasan wisata bahari. Kekuatan
potensial lain yang dikembangkan adalah wisata Gua yang tercatat lebih
dari 300 Gua dalam data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Buton Tengah Tidak mengherankan bila kemudian Kabupaten Buton
Tengah dijuluki sebagai “negeri seribu gua” Adapun tahapan-tahapan
strategi komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Buton Tengah dalam membentuk branding daerahnya adalah
sebagai berikut:
a. Pengenalan Khalayak
b. Penyusunan Pesan
c. Penetapan Metode
d. Penggunaan Media
City Branding sebagai bagian dari strategi komunikasi dinas kebudayaan
dan pariwisata Buton Tengah telah masuk dalam agenda rencana kerja dan
rencana strategis dengan dukungan penuh oleh pemerintah daerah. Sama
sama memasarkan pariwisata alam dengan menggunakan strategi
komunikasi. Metode penelitian yang digunakan juga sama-sama kualitatif
deskriptif. Perbedaanya terdapat di latar belakang tempat wisata alam yang
masih perlu di kembangkan sedangkan penelitian yang tengah di teliti
tempat wisata nya sudah banyak di kenal.
3. Rr Dinar Soelistyowati, (2018) “STRATEGI KOMUNIKASI
PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA MELALUI SITUS
WEB KAMPUNG BUDAYA SINDANGBARANG”. Jurnal Ecodemica,
Vol. 2 No. 2 September 2018. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik studi
kepustakaan dan studi literature. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
fungsi-fungsi yang ada pada jejaring social akan meningkatkan nilai
kultural sekaligus nilai ekonomi yang ada pada Kampung Budaya
11

Sindangbarang apabila dikelola secara berkelanjutan dan berkala oleh


pihak terkait dalam mengembangkan potensi wisata yang ada di kawasan
tersebut. Sama-sama menggunakan metode kualitatif deskriptif. Namun
terdapat perbedaan pada pengembangan potensi wisata pada situs web
kampung budaya sindangbarang .
12

2.9. Alur Berfikir

Kementrian Lingkungan
Hidup dan kehutanan Kab.
Bogor

Balai Taman Nasional Gunung


Halimun Salak

Strategi Komunikasi Pemasran

Teori Komunikasi Pemasaran


Tepadu

Analisis Strategi Komunikasi


Pemasaran Wisata Alam
13

2.10. Definisi Operasional

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah


kementerian yang bertanggung jawab mengelola dan melestarikan seluruh
kawasan hutan di Indonesia. KLHK memiliki 2 Pusat Penelitian di Kawasan
PUSPIPTEK yang didirikan pada tanggal 12 Agustus 1993. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KL) berfungsi sebagai
pemantauan lingkungan, serta Puslatmas dan Pengembangan Generasi
Lingkungan berfungsi sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Taman Nasional Gunung Halimun Salak, merupakan salah satu kawasan


konservasi di Indonesia yang kewenangan pengelolaannya pada Balai Taman
Nasional Gunung Halimun Salak, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Kawasan dengan luas 87.699 hektar ini, merupakan hutan hujan
pegunungan yang terluas dan yang tersisa di Pulau Jawa dengan kondisi yang
masih lestari dan mendukung kehidupan ragam hayati flora fauna, penyedia dan
penyimpan air, karbon serta paling penting mendukung kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Secara adminitrasi kawasan TaNa Halisa berada di 3 wilayah kabupaten,


yaitu Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat serta
Kabupaten Lebak di Provinsi Lebak. Kawasan TaNa Halisa setidaknya
mendukung dan menyangga kehidupan kurang lebih 2,4 juta jiwa masyarakat di
115 desa dan 344 kampung sekitar kawasan ini.

Komunikasi Pemasaran

Hal dasar yang membuat strategi jadi penting adalah membantu tim
pemasaran mengembangkan perusahaan. Adanya visi dapat memperjelas
bagaimana perusahaan seharusnya berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru
kepada pelanggan. Adanya visi juga membuat perusahaan dapat menciptakan
identitas unik di pasaran, juga pada benak pelanggan. Ini penting bagi sebuah
merek, karena akan menambah nilai ditengah persaingan yang ketat.
14

Konsep kesadaran merek, sepenuhnya berkaitan dengan cara perusahaan


mempromosikan tujuan dan visi secara keseluruhan. Adanya brand awareness
menjadi penting karena akan membuat suatu perusahaan lebih unggul ketimbang
kompetitornya. Secara umum, manfaat ini tidak jauh berbeda dengan apa yang
sudah disebutkan pada poin pertama. Namun demikian, di sini yang ditekankan
adalah bagaimana branding perusahaan terlihat dimata pelanggan, bukan dari
mata perusahaan.

Teori Komunikasi Pemasaran Tepadu

Teori Komunikasi Pemasaran Tepadu adalah konsep dari perencanaan


komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari keseluruhan
rencana yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi
misalnya periklanan umum yaitu pembuatan logo, brosur, poster, reklame,
penggunaan media massa berupa televise dan surat kabar dalam melakukan
promosi potensi wisata, penjualan langsung yakni berupa kegiatan penjualan
langsung yang dilakukan oleh informan kepada para sasaran konsumen, atau
mereka yang menjadi sasaran dalam pemasaran pariwisata. Sales promotion atau
promosi penjualan yang berupa pameran, pagelaran seni, promosi dalam bentuk
tarian daerah, dan public relation atau kegiatan kehumasan yakni berupa lobi yang
dilakukan oleh pemerintah, kemudian mengombinasikan disiplin-disiplin ini
untuk memberikan penjelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang
maksimal.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Sebuah kegiatan penelitian pasti menggunakan metodologi yang sesuai


dengan apa yang ingin di ungkap dari penelitian yang akan dilakukan, metodologi
penelitian sendiri adalah keseluruhan metode, ilmu atau system yang digunakan
dalam penelitian, jika menggambarkan secara keseluruhan metode yang
digunakan berarti metodelogi (Firdaus dan Zam zam, 2018:90). Adapun pada
penelitian ini akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian kualitatif menurut Erikson (dalam Suwendra dan Manuaba,


2018:4) suatu proses investigasi yang dilakukan secara intensip, dengan proses
pencatatan teliti tentang apa yang terjadi dilapangan, melalui suatu refleksi
analitik terhadap dokumen, yang menyajikan bukti-bukti dan melaporkan hasil
analisis data secara deskripstif atau langsung dengan mengutip hasil wawancara
hasil wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami
realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya,
maka peneliti kualitatif haruslah orang yang memilikii pikiran terbuka (Mamik,
2015:3).

Metode deskriptif menurut Nasir (dalam Rukajat, 2018:1) adalah suatu


metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian berlokasi di kantor Balai Taman Nasional Gunung


Halimun Salak yang berada di kabupaten Sukabumi dan penelitian akan dilakukan
selama empat bulan dari Januari sampai April 2022.

15
16

3.3. Subjek Penelitian

Informan penelitian merupakan orang yang diyakini memiliki pengetahuan


luas tentang permasalahan yang sedang diteliti. Setelah ditetapkan lokasi
penelitian berikutnya dipilih informan sebagai subjek penelitian. Penetepan
informan dalam sebuah penelitian dapat menggunakan metode purposive di mana
peneliti menetapkan informan berdasarkan anggapan bahwa informan dapat
memberikan informasi yang diinginkan penelitian sesuai dengan permasalahan
penelitian, atau dengan kata lain informan yang dipilih adalah informan kunci
yang baik pengetahuan serta keterlibatan mereka denga permasalahan yang akan
diteliti tidak diragukan lagi (Moleong dalam Rukin, 2021:67)

3.4. Jenis dan sumber data

Penelitian ini menggunakan dua data, yaitu : data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneliti melakukan penelitian,
yaitu :

1. Data primer adalah data pertama yang menjadi sumber sebuah data
dihasilkan, dalam penelitian ini sumber data akan diperoleh langsung
dari pihak pertama atau subjek penelitian dan berkaitan dengan
jawaban hasil kuesioner. ( Siregar, 2013 )

2. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak


langsung oleh peneliti melalui media perantara atau digunakan oleh
lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahannya, tetapi dapat
dimanfaatkan dalm suatu penelitian (Ruslan, 2010). Data kedua
setelah sumber data primer, di dalam data sekunder, peneliti
mengambil data dari buku-buku, data statistik dan website resmi PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 1 Jakarta.

3.5. Teknik Pengumpulan data

Dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data ( Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
17

1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu
2. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015:203) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses bilogis dan psikologis
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber non-insani, sumber yang terdiri dari dokumen dan rekaman.
Lingcoln dan Guba (dalam Suwendra, 2018:65) mengartikan
rekaman sebagai setiap tulisan/pernyataan yang dipersiapkanoleh
atau untuk individu/organisasi dengan tujuan membuktikan adanya
suatu peristiwa atau memenuhi perhitungan.
3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu upaya dalam menguraikan suatu masalah


atau fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga susunan dan tatanan bentuk
sesuatu yang diurai tersebut tampak dengan jelas terlihat dan mudah dicerna atau
ditangkap maknanya (Helaludin dan Wijaya, 2019:99). Secara umum penelitian
kualitatif saat menganalisisi sering menggunakan model analisis yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman atau disebut analisis data interaktif.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display
data, dan kesimpulan (Umrati dan Wijaya, 2020:87), adapun penejasan dari ketiga
aktivitas terbut adalah sebagai berikut:

1. Rreduksi Data

Pada saat meneiliti pasti banyak mendapatkan data dari lapangan yang
akan semakin banyak apabila waktu penelitian juga semakin lama. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal
yang penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
18

direduksi akan meberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila
diperlukan (Umrati dan Wijaya, 2020:88).

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.


Penyajian data pada penlitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman,
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif (Umrati dan Wijaya, 2020:89).

3. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data penelitian kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami
perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya (Umrati dan Wijaya, 2020:89).

3.7. Teknik Validasi dan Keabsahan

Data Keabsahan data didapatkan pada penelitian ini dengan triangulasi.


Triangulasi penelitian menurut Bungin (2017:264-265) adalah salah satu cara
paling penting dan mudah dalam uji keabsahan data hasil penelitian dengan teknik
peme/iksaan. Ada beberapa jenis triangulasi diantaranya triangulasi sumber data,
triangulasi investigator, triangulasi teori dan triangulasi metodologi. Triangulasi
dengan sumber adalah membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan
informan yang diperoleh. Hal ini dilakukan dengan cara, data yang diperoleh dari
seorang informan dicek kembali dengan bertanya kepada informan lain secara
terus menerus sampai terjadi kejenuhan data yang artinya tidak menemukan data
baru lagi. Triangulasi investigator (peneliti) adalah bahwa penelitian tersebut
menggunakan lebih dari satu peneliti untuk observasi atau wawancara, masing-
masing peneliti memiliki gaya, cara serta penilaian tersendiri sehingga dengan
beberapa peneiliti diharapkan penilaian menjadi lebih objektif. 40 Triangulasi
teori adalah seorang peneliti yang menggunakan dua atau lebih teori untuk
19

diadukan dan dipadukan. Triangulasi metode berarti peneliti menggunakan lebih


dari satu metode untuk menggali data yang sama (Moleong, 2017:169-171).
20

Daftar Pustaka

Arianto. 2021. KOMUNIKASI PEMASARAN: Konsep Dan Aplikasi Di Era


Digital. Surabaya: Airlangga University Pers.

Bungin, B. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Firdaus., and F. Zamzam. 2018. Aplikasi Metodelogi Penelitian. Yogjakarta:


Deepublish.

Helaludin, and H. Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjuan Teori
Dan Praktik. Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

Kriyantoni, R. 2018. Meneropong Praktik Public Relations Di Indonesia Dengan


Teori Dan Riset. Malang: UB Press.

Mamik. 2015. Metodelogi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

Moleong, and J. Lexy. 2017. Metodologi Peneletian Kualitatif (Edisi Revisi).


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Nasrullah, S. Susanti, M. Rusli, A. Sudarso, P. P. Bernadeta, N. Noviastuti,


Nyoman, D. K. Roza, K. Mangiring Hengki, P. Simarmata, P. Hutama.
Satriya, and N. Sudiarti. 2020. PEMASARAN PARIWISATA: Konsep,
Rencana Dan Implementasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Panuju, R. 2019. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Riris, P. T. Simamora. 2021. Komunikasi Organisasi. Medan: Yayasan Kita


Menulis.

Rudhonah. 2019. Ilmu Komunikasi. Depok: Rajawali Pers.

Rukajat, A. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogjakarta: Deepublish.

Ruslan, R. 2010. Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Sari, A. 2017. Dasar-Dasar Public Relations Teori Dan Praktik. Yogjakarta:


Deepublish.
21

Siregar, S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan


Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2013. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suwendra, I. w. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu Sosial,


Pendidikan, Kebudayaan Dan Keagamaan. Bandung: Nilacakra.

Umrati, and H. Wijaya. 2020. Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

West, R., and Lynn H. Tumer. 2017. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Salemba: Salemba Humanika.

Jurnal

Arriandi, C. (2014). Persepsi Remaja Terhadap Sosialisasi Pacaran Sehat Sebagai


Pendidikan Seks Oleh Crisis Center Cahaya Mentari Surabaya. Jurnal
EKomunikasi, 2, 1.

Jelita, V. S. G. (2017). Analisis Komunikasi Pemasaran Satuan Penugasan


Pariwisata Di Provinsi SulawesiUtara (Studi Pada Program Kunjungan 10.000
Turis Tiongkok). E-Journal “Acta Diurna,” VI, 1.

Internet

disbudpar.bogorkab.go.id

investasi.jabarprov.go.id

covid19.go.id

Jayani, databoks.katadata.co.id

kemenparekraf.go.id

Anda mungkin juga menyukai