Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI 1
KATA PENGANTAR 2
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...... 3
1.2. Rumusan Masalah.......... 5
1.3. Tujuan 5
1.4. Manfaat 6
1.5. Metode Penelitian 6
BAB II: PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori 7
2.2. Gambaran Umum Malaysia Truly Asia 8
2.3. PerkembanganKerjasama Pariwisata Malaysia-Indonesia
dengan Dukungan Slogan Malaysia Truly Asia 9
2.4. Program Pemerintah Malaysia dalam Mendukung Pariwisata
dengan Nation Branding “Malaysia Truly Asia” 9
2.5. Pembentrukan MyTQA dan Tourim Volunteerims 18
2.6. Promosi dan Pemasaran Pemerintah Malaysia dalam
Mendukung Pariwisata dengan Nation Branding “Malaysia
Truly Asia” 19
2.7. Strategi Melalui Aplikasi sebagai Media Promosi dan
Pemasaran 21
BAB III: PENUTUP
3.1.Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 24

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmatnya dan atas
kehendak-Nya lah makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pariwisata dalam
Hubungan Internasional pada semester ganjil di Program Studi Hubungan
Internasional, Universitas Riau tahun ajaran 2019/2020. Ucapan terima kasih juga
kami utarakan kepada Dosen Pengampu yang menginspirasi dan penuh dengan
semangat membagi ilmu, yakni Bapak Indra Pahlawan, S.IP, M.Si
Penulis menyadari, bahwa sebagai mahasiswa yang ilmu pengetahuannya
masih minim sehingga makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu,
diharapkan kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini memiliki manfaat
yang baik dan diharapkan benar untuk masa depan.

Pekanbaru, 21 Desember 2020

Penulis

2
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Malaysia berdedikasi nilai lebih dibandingkan dengan negara – negara


lainnya, berbagai sebutan dialamatkan kepada Malayasia sebagai negara yang
diafavoritkan oleh wisatawan.Malaysia mendapat julukan “Green Tourism”
karena pesona alamnya, “Blue Tourism” karena keindahan pantai dan pulau –
pulaunya. Tempat sejarah, dan tempat kuliner makanan, hotel kelas dunia, dan
pusat perbelanjaan yang bagus juga menjadi nilai tambah pariwisata Malaysia.
Banyak Pemerintah yang mempromosikan negaranya sebagai tujuan wisata
menggunakan Tagline yang berufngsi menarik waisatawan mancanegara, seperti
Uniqely Singapore, Amazing Thailand, Sparkling Korea, Incredible India, Wow
Philipines, 100% Pure New Zealand, dan Yokoso Japan. Sedangkan, negara
Malaysia menggunakan tagline “Malaysia Truly Asia” sebagai Marketing
Campaign.1
Malaysia Truly Asia mencakup dalam pengembangan pariwisata negara
berdasarkan 9 bidang inti, yaitu wisata warisan, ekowisata, wisata homestay,
pariwisata olahraga, wisata pesisir dan pulau,pariwisata pertemuan dan pameran,
pariwisata makanan, wisata golf, serta wisata belanja dan kesehatan dimana juga
mejadi unsur – unsur penting dalam pariwisata Malaysia. 2 Juga melaksanakan
acara wisata utama dan program skala besar yang dimaksudkan untuk
meningkatkan tingkat kenyamanan, keamanan, dan kebersihan. Dan melakukan
pengembangan pada fasilitas dan infrastukrur pariwisata. Berbagai upaya
dilakukan oleh Pemerintah Malaysia untuk meningkatkan Pariwisata di Malaysia.
Salah satunya dengan mengiklankan Slogan “Malayisa Truly Asia” meggunakan
serangkaian serangkaian media cetak dan televisi yang membawa pesan bahwa
Malaysia bukan hanya mewakili seluruh negara di Asia, tetapi Malaysia adalah
“Benar – benar Asia (Truly Asia)”. Selama bertahun – tahun, wanita yang

1
Kadir Norsiah, Mat Saad Abdullah, and Sabri Nayan, ‘Demand for Tourism in Malaysia by
Tourists from Four Major Industrial Countries - A Panel Data Analysis’, Tourism & Management
Studies, 1 (2008), 31–39 <http://www.tmstudies.net/index.php/ectms/article/viewArticle/46>.
2
Ibid. hal.32

3
mengenakan pakaian etnik formal yang rumit, lengkap dengan hiasan kepala,
perhiasan, dan tata rias, mendominasi iklan. Mereka juga ditampilkan diberanda
situs Web Tourism Malaysia. Perempuan ini menggambarkan bahwa mereka
adalah benar – benar Asia dan membuat kedalaman Malaysia wajib untuk
diselami. Alasannya sederhana karena Malaysia adalah mikropon kosmopolitan
Melalyu, Cina, dan India, serta sejumlah kecil etnis lainnya, dengan definisi
Mikrosmos Asia.3
Pemerintah juga melakukan beberapa pembangunan di lokasi wisata, salah
satunya Wilayah Putrajaya yang dibangun dimulai dari nol di bekas ladang sawit
seluas 46 hektare. Jaraknya 25 km dari Kuala Lumpur, yang tetap menyandang
predikat sebagai ibu kota. Jarak yang makin terasa pendek karena didukung sistem
transportasi yang baik: kereta api dan bis yang menghubungkan dengan daerah
sekitar. Bis, taksi, dan boat melayani perpindahan orang di dalam Putrajaya.
Dengan pusat-pusat kerajaan, berkumpul seperti ini makin memudahkan urusan.
Di sini juga tidak ada macet seperti di Kuala Lumpur. Meski ada juga yang
menganggap pembangunan Putrajaya pemborosan. Pemerintah Malaysia juga
meluncurkan berbagai inovasi dalam menarik minat Pariwisata, seperti Wisatawan
diperbolehkan untuk naik ke Petronas Twin Tower dengan gratis. Tetapi jumlah
tiket yang disediakan terbatas untuk setiap harinya, maka anda harus datang lebih
pagi untuk mendapatkan tiket tersebut.
Di lantai 42, anda dapat melihat jembatan yang menghubungkan kedua
menara. Menyediakan Pusat perbelanjaan yang besar dan elit di sekitar lokasi
wisata, seperti KLCC Suria Shopping Complex yang berada di bawah menara
kembar. KLCC ( Kuala Lumpur City Center) merupakan pusat kegiatan
masyarakat kota. Gedung Petronas dengan ketinggian 452 meter dan total luas 8
juta meter persegi, fungsi bangunan terdiri atas 7 fasilitas, yaitu fasilitas
perkantoran, fasilitas perbelanjaan, fasilitas konferensi, museum petroleum,
masjid, sympony hall, dan parkir 4500 mobil.4 Gedung ini terbagi atas 5 lantai

3
Norhanim Abdul Razak, ‘“Visit Truly Asia Malaysia”: Analysing Vmy 2020 Tourism Promotional
Video’, International Journal of Business and Economy, 2.1 (2020), 48–55
<http://myjms.moe.gov.my/index.php/ijbec/article/view/8502/3698 Tourism [2]>.
4
Rizka putri Indahningrum, ‘STRATEGI MALAYSIA DALAM MENINGKATKAN WISATAWAN
INDONESIA MELALUI SLOGAN “MALAYSIA TRULY ASIA” SEBAGAI NATIONAL BRANDING’, Jurnal
Online Mahasiswa, 2507.1 (2020), 1–9.

4
basement, dan 88 lantai diatas ground floor. Penelitian ini menyajikan data yang
komprehensif tentang Strategi slogan “malaysia truly asia” sebagai National
Branding negara malaysia terhadap peningkatan wisatawan mancanegara pada
tahun 2013 – 2014. Dan sebagai bukti bahwa slogan merupakan “National
Branding” yang dapat mempengaruhi peningkatan wisatawan mancanegara.

1.2. Rumusan Masalah


Malaysia merupakan negara yang pada awal kemerdekaannya pada tahun
1960 memusatkan kegiatan ekonomi pada sektor agrikultur dan
pertambangan, namun industri ini mulai mengalami penurunan pada tahun
1970. Seperti ungkapan Richter tentang kebutuhan akan perkembangan
pembangunan sosial dan perekonomian negara- negara di dunia, kemudian
memunculkan ide bahwa pariwisata dapat menjadi indikator bagi
perkembangan pembangunan sosial dan ekonomi. Seperti hal nya yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa pariwisata menjadi suatu komoditas “baru” bagi
negara- negara di dunia, khususnya bagi negara berkembang. Dimana pada
saat berbagai sektor perekonomian negara berkembang yang terfokus pada
berbagai kegiatan pengayaan dan eksplorasi kekayaan alam.
Umumya ketika negara- negara berkembang ini harus mengembangkan
sektor perekonomiannya untuk memperoleh pedapatan negara yang lebih baik,
pariwisata menjadi pilihan yang tepat dimana setiap negara akan selalu
memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dari
mancanegara maupun dalam negeri. Berdasarkan penjelasan dari latar
belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang diselesaikan
dengan data yang komperhensif, yaitu “Bagaimana Keberhasilan Strategi
Malaysia dalam Meningkatkan Wisatawan Melalui Slogan “Malaysia
Truly Asia” Pada Tahun 2013 – 2014?”

1.3. Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk Menjelaskan sejarah dan cakupan “Malaysia Truly Asia”.
2. Unruk menjelaskan dinamika dan kondisi pariwisata di negara Malaysia.

5
3. Untuk menjelaskan upaya – upaya yang dilakukan dengan “Malaysia
Truly Asia”.

1.4. Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai beikut :
1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya peran National Branding.
2. Memberikan gambaran upaya yang dapat diterapkan terhadap National
Branding.
3. Menginformasikan pengaruh bidang pariwisata terhadap pendapatan
nasional.

1.5. Metode Penelitian


Adapun metode penelitian yang digunakan pada tulisan ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografis. Pendekatan etnografis
berfokus pada kelompok yang memiliki kebudayaan yang sama. Oleh karena
itu etnografi merupakan suatu desain kualitatif yang mendeskripsikan dan
menafsirkan pola yang sama dari nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa suatu
kelompok yang berkebudayaan sama.5 Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik anlisis dokumen dan studi literatur

5
John W Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Research Memilih Di Antara Lima Pendekatan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Hal. 125

6
Bab II
Pembahasan
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kontruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme.
Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun.
Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran.
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.6
2.1.2. Nation Branding Theory
Nation Branding adalah salah satu strategi komunikasi yang
digunakan dalam membentuk citra sebuah negara. Pemerintah menjadi
pihak yang memulai dan memiliki kekuatan dalam membentuk sebuah
Nation Branding. Tiap negara memiliki Nation Branding yang berbeda –
beda dengan negara lainnya. Menurut Dinnie, Nation Branding
didefinisikan sebagai “sekumpulan teori dan penerapannya yang bertujujan
untuk mengukur, membangun, dan mngatur reputasi dari suatu negara
( masih berhubungan dengan place branding).” Sesuai dengan definisinya,
Nation Branding ini berfungsi untuk membangun, mengembangkan, dan
mempertahankan pencitraan (reputasi) yang baik tentang suatu negara.7
2.1.3. Pariwisata Internasional
Pariwsata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan
oleh suatu perjalanan dan menetapnya orang-orang asing serta penyediaan
tempat tinggal sementara, di mana hal tersebut tidak bersifat permanen dan
tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang dilakukanya.8\

2.1.4. Konsep Pariwisata

6
Aissa Mosbah, ‘A Review of Tourism Development in India’, International Multidisciplinary
ORIGINAL ARTICLE Research Journal, 3.11 (2014), PP. 1-13.
7
Simon Anholt, ‘“Nation Branding” in Asia’, Place Branding and Public Diplomacy, 4.4 (2008),
265–69 <https://doi.org/10.1057/pb.2008.22>.
8
Joan C. Henderson, ‘Managing Tourism and Islam in Peninsular Malaysia’, Tourism
Management, 24.4 (2003), 447–56 <https://doi.org/10.1016/S0261-5177(02)00106-1>.

7
Menurut Maryani pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yaitu
dari kata pari yang artinya banyak, penuh atau berputar – putar, dan wisata
artinya perjalanan, yang dalam bahasa Inggris disebut Travel. Jadi secara
sederhana, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat-lain.9

2.2. Gambaran Umum Malaysia Truly Asia dan Korelasi dengan Potensi
Pariwisata
Slogan “Malaysia, Truly Asia” menjadi judul besar dalam semua jenis
periklanan yang dilakukan “Tourism Malaysia” selaku agen utama dari
pariwisata Malaysia. Malaysia dipromosikan secara agresif dalam jumlah yang
besar sebagai negara tujuan wisata dimana Malaysia menyediakan beraneka
ragam jenis wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung dari semua profesi.
Pada beberapa tahun, Malaysia telah menjadi salah satu tujuan turis yang
paling diminati dunia. Sehingga, Sektor turis adalah pemberi kontribusi
ekonomi dan diidnetifikasi salah satu sumber utama pendapatan dan katalis
valuta asing terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedatangan turis ke Malaysia
yang selalu meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2009 hingga 2014,
memiliki dampak terhadap berbagai sektor di negara Malaysia, diantaranya :
1. Sektor pariwisata selalu menjadi pemberi kontribusi terhadap pendapatan
negara dan di identifikasi sebagai salah satu sumber pendapatan valuta
asing mayoritas serta menjadi katalisator dalam pertumbuhan ekonomi.
2. Semakin meningkatnya jumlah turis yang datang ke Malaysia, semakin
bertambahnya lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata. Hampir 2 juta
lapangan perkerjaan tercipta pada sektor pariwisata dan sektor industri
yang terkait pariwisata pada tahun 2011.10
Potensi pariwisata Malaysia terlihat sangat jelas pada saat menghadapi
krisis moneter dunia. Kedatangan wisatawan di Malaysia tetap meningkat
sebesar 14,3%, yaitu sebanyak 2.078.485 jiwa di bulan Oktober tahun 2009
berbanding dengan 1.818.304 jiwa dibulan yang sama pada tahun 2008.

9
Ibid
10
Indahningrum.Loc. Cit

8
Sekaligus membuktikan ketahanan industri pariwisata Malaysia saat dunia
mengalami penurunan jumlah wisatwan. Namun, jumlah wisatawan yang
datang ke Malaysia tetap meningkat pada saat itu.11

2.3. Perkambangan Kerjasama Pariwisata Malaysia-Indonesia dengan


Dukungan Slogan Malaysia Truly Asia
Hubungan kerjasama Pariwisata Malaysia dan Indonesia terjalin di
berbagai jenis kepariwisataan yang terdapat dimasing – masing negara, seperti
contoh kerja sama di sektor Pariwisata Pendidikan dan Budaya. Kerjasama
Indonesia Malaysia di sektor Pariwisata Pendidikan dan Budaya. Hubungan
Indonesia dan Malaysia dalam konteks pendidikan telah terjalin sejak
lama.Kedua negara telah melaksanakan banyak sekali pertukaran pelajar
maupun pengajar. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia pada
tahun 2008 mencapai 14.359 orang. Jumlah ini sempat mengalami penurunan
pada tahun 2009 menjadi 10.392 orang, namun mengingkat kembali pada
tahun 2010 menjadi 13.627 orang. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Malaysia mayoritas berasal dari negara Asia, dan salah satunya adalah negara
Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang pendapatan
terbesar negara.12

2.4. Program Pemerintah Malaysia dalam Mendukung Pariwisata dengan


Nation Branding “Malaysia Truly Asia”
Pemerintah Malaysia sudah melakukan upaya – upaya dalam
meningkatkan sektor kepariwisataan. Hal tersebut terbukti dengan
dirumuskannya pengembangan sektor pariwisata dalam 5-years Malaysian
Plans (MP) ke -4 (1981 – 1985) hingga ke-10 (2011 – 2015) sebagai refleksi
dari keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor ini. Hingga
Malaysia Truly Asia diluncurkan, Malaysian Plans (MP8 – MP10) tetap
diterapkan sebagai strategi pengembangan pariwisata Malaysia. Pemerintah
11
Nor Ain Othman, ‘How Did Malaysia Manage Its Position as Top 10 World Tourist Destinations
in UNWTO Ranking in 2012?’, Journal of Spatial and Organizational Dynamics, II.1 (2014), 41–50.
12
Henderson.

9
Malaysia juga merencanakan Malaysia Tourism Tranformastion Program
(MTTP). MTTP dibentuk pada tahun 2010 merupakan inovasi pemerintah
Malaysia dalam membuat program untuk pengembangan sektor pariwisata.
MTTP juga dikenal dengan nama Economic Transformation Programme
(ETP) guna mencapai tujuan Pendapatan Tinggi Negara pada tahun 2020.13
Program ini diawasi atau dikelola oleh Performance Management and
Deliver Unit (PEMANDU). PEMANDU adalah sebuah badan yang bergerak
dibawah Departemen Perdana Menteri Malaysia. Selanjutnya juga terdapat
pembentukan organisasi MOTAC. Sektor pariwisata pertama kali diatur
dibawah Ministry Trade of Malaysia pada tahun 1959. Penyertaan tujuan
utama pariwisata dalam rencana negara Malaysia kedua tahun 1971 – 1975
lebih menekankan peran pariwisata dalam perekonomian. Pada tahun 1987,
pemerintah mendukung pariwisata dengan membentuk Ministry of Culture
and Tourism dan pada tahun 1992 berubah nama menjadi Ministry of Culture,
Arts and Tourism (MoCAT).14
Pada April 2004, MoCAT dipecah untuk memfasilitasi pembentukan
kementrian terpisah, yaitu Ministry of Tourism (MoTour) yang hanya
bertanggung jawab untuk mengurus hal – hal terkait pariwisata. Hal tersebut
merupakan refleksi dari keseriusan pemerintah dalam mempromosikan
pariwisata sebagai salah satu penghasil pendapatan utama bagi negara.
Dinyatakan dalam beberapa abad ini bahwa pariwisata tumbuh dengan pesat
dan menjadi pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Hal serupa juga
terjadi di Malaysia, dimana pertumbuhan industri pariwisata Malaysia dapat
diamati pertumbuhannya pada tahun 1970- an tergolong konsisten dan
meningkat. Turun nya industri agrikultur dan pertambangan di Malaysia
mendorong pemerintahan mendirikan Tourism Development Corporation
(TDC) pada tanggal 10 Agustus 1972 sebagai organisasi yang berwenang

13
Othman. Op. Cit. hal 43
14
J. J. Spillane, Ekonomi Pariwisata: Sejarah Dan Prosepeknya (Jakarta: Kanisius, 1991).

10
dalam upaya pembangunan sarana pariwisata di Malaysia yang berdiri
dibawah naungan Kementerian Industri dan Perdagangan.15
Namun yang perlu dipahami bahwa Malaysia tidak begitu saja memiliki
kesiapan dalam industri pariwisatanya. Berbagai proses pembangunan dan
mematangkan pariwisata di Malaysia pun dilakukan oleh pemerintah melalui
badan yang telah dibentuk tersebut, yakni TDC. Selanjutnya badan ini
membuat kebijakan Tourism Development Plan yang bertujuan untuk
mengatur industri pariwisata dengan melakukan berbagai pembangunan di
sejumlah wilayah kota- kota besar di Malaysia. Kota- kota besar ini
merupakan kota- kota yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan kegiatan
politik Negara, seperti misalnya Kuala Lumpur, Georgetown, dan Malaka.
Pengunjung yang datang dari berbagai penjuru negeri maupun luar negeri
umumnya juga memiliki tujuan, urusan bisnis, wisata, maupun kunjungin
diplomatis. Tiga kota besar ini umumnya didominasi oleh penduduk etnis
China yang juga memiliki andil dalam menyediakan berbagai fasilitas
pelayanan kebutuhan wisatawan seperti penginapan atau hotel, restauran, dan
berbagai jasa dan pelayanan di berbagai pusat- pusat perdagangan.16
Selain itu Malaysia juga sebenarnya memiliki berbagai objek wisata
lainnya yang berbasis pada kekayaan alam serta kebudayaan pribumi Malaysia
yaitu kebudayaan etnis Malay maupun berbagai etnis- etnis minoritas yang
ada dan tersebar di berbagai wilayah kota- kota kecil, pedesaan, maupun
pedalaman Malaysia. Namun hal ini belum didukung oleh sarana- prasarana
serta akses yang baik. TDC merupakan lembaga yang memiliki wewenang
untuk melakukan koordinasi sarana dan prasarana pariwisata di Malaysia yang
sejak berdirinya juga melalui berbagai tahapan kesulitan dalam proses
pembangunan sektor pariwisata. Pembangunan sektor pariwisata ini juga
merupakan lanjutan dari kebijakan yang telah ada sebelumnya yakni kebijakan
kebudayaan dan kebijakan ekonomi New Economic Policy (NEP). Namun
rumitnya birokrasi membuat TDC harus menjalani berbagai kesulitan dalam
15
L. A. Wibowo, Usaha Jasa Pariwisata. Universitas Pendidikan Indonesia (bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2008).
16
Ibid., hal. 5

11
upaya pembangunannya. Kewenagan TDC lainnya selain mengurus perijinan
dan birokrasi pembangunan sarana- prasarana pariwisata, lebih jauh juga
berfungsi dalam pengawasan kelestarian etnisitas di Malaysia serta melakukan
pengawasan atas komposisi etnisitas dalam total tenaga kerja yang diserap
oleh industri pariwisata.17
Berbagai kawasan wisata yang ditawarkan oleh Malaysia diantara nya
ialah wisata budaya religi yakni di kawasan Langkawi yang menjadi pusat
pembangunan pertama di Malaysia. Dimana ketika masa pembangunannya
dipusatkan di jantung pulau yakni pusat kota Kuah. Dimana pulau ini juga
menawarkan dua pantai utama yang menjadi Andalan yakni Pantai Cenang
dan Pantai Kok. Dimana akses jalanan di kepulauan ini memiliki standard
yang baik yang menjamin kemudahan dan kenyamanan akses menuju
destinasi wisata bagi para wisatawan. Uniknya sebelum tahun 1980- an ketika
pada masa awal pembangunannya, Langkawi sekedar dikenal sebagai
kepulauan legendaris yang menyimpan berbagai peninggalan budaya dan
sejarah namun belum dibuka aksesnya bagi wisatawan hingga fasilitas dan
infrastuktur yang dibangun memadai (Jusoh & Mohamed. 2006: 873- 874).
Perbedaan agama juga mampu ditengahi dengan didirikannya berbagai tempat
ibadah di kawan Jongker Street. Dimana di kawasan ini wisatawan dapat
menemukan berbagai Gereja, Masjid, dan Kuil Buddha dan Hindu. Selain itu
ketika terdapat berbagai perayaan besar agama, maka kawasan ini akan ramai
dikunjungi oleh wisatawan baik asing maupun domestik, karena pada
umumnya di kawasan ini akan diadakan festival budaya dan religius di
dasarkan pada events yang sedang dilakukan. Misalnya ketika perayaan tahun
baru China (Chinese New Year; CNY) kawasan ini akan dipenuhi dengan
parade serta festival budaya China dengan menampilkan berbagai pawai
barongsai dan ular naga.18
Pawai ini juga memiliki arti khusus bagi masyarakat etnis China. Fasilitas
pembangunan ini tidak hanya dilakukan di kota besar saja, namun juga di
17
Ibid
18
Mary Mccullum Baldasaro, ‘Nation Branding Malaysia: Modalitas Pariwisata Dan Identitas
Bangsa Oleh’:, Jurnal Online Mahasiswa, 7.0710043017 (2014), 219–32.

12
berbagai titik yang dijadikan komoditas serta destinasi pariwisata kebudayaan
Malaysia seperti Sarawak Cultural Villages. Dimana wisatawan dapat
menemui berbagai macam suku seperti Suku Iban, Bidayuh serta Orang Ulu
dengan keanekaragaman budaya serta dialek unik yang dapat menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh ragam budaya
tradisional di Malaysia. Berbagai kawasan wisata pantai juga ditawarkan oleh
Malaysia, dengan menonjolkan pesona kepulauan yang indah. Pemerintah
Malaysia menyediakan berbagai alternatif pilihan bagi wisatawan untuk
mengakses berbagai daerah wisata ini baik menggunakan berbagai akses darat,
laut maupun udara. Seperti misalnya di Langkawi, Bandara Langkawi
merupan bandara pertama di Malaysia yang berstandart Internasional.
Selanjutnya disusul dengan pembangunan (Kuala Lumpur Intenational
Airport) KLIA.19
Kepulauan serta Pantai yang berjajar rapih dan bersih di Malaysia menjadi
andalan serta sarana untuk sekaligus membangun sumber daya manusia yang
ada di daerah atau kawasan wisata tersebut tanpa harus melupakan warisan
budaya yang hingga saat ini terus dikembangkan. Sebagai suatu contoh, tiga
pantai di Malaysia telah mencapai prestasi Top 50 pantai dari 100 pantai
terbaik di seluruh dunia menurut versi CNN News Network (Fong. 2013).
Kontur Malaysia yang menyatukan ratusan pulau, tentu saja menjadi satu
modal bagi Malaysia untuk dapat mengembangkan pariwisatanya lebih luas
dengan mengandalkan keindahan alam yang dimiliki. Malaysia sebagai bentuk
upayanya dalam memajukan pariwisatanya serta keletarian kebudayaan yang
dimiliki, berbagai konservasi budaya serta peninggalan sejarah juga terus
dibangun dan dilestarikan. Sebagai contoh, Malaysia menonjolkan berbagai
kawasan wisata prasejarah dengan menyajikan akses terhadap wisata artefak
di wilayah Candi Pengkalan Bujang, Gok- Ban, Jenian, serta Kampong
Gading, dan masih banyak tempat lainnya.20

19
Shudong Chen, ‘Searching for a Voice of Silence Across Cultures’, The East-West Connections:
Review of Asian Studies, 2007, 39–53.
20
Ibid., hal. 40

13
Namun, sekali lagi Malaysia baru akan memperbolehkan wisatawan untuk
dapat mengakses destinasi wisata ini apabila pemerintahan Malaysia telah
membangun serta yakin bahwa fasilitas yang tersedia telah mencakup seluruh
standart pariwisata di Malaysia. Sehingga semua lebih dapat terorganisir
dengan baik. Di bawah naungan Kementerian Seni, Kebudayaan, dan
Pariwisata. TDC pun berganti nama menjadi Malaysia Tourism Promotion
Board (MTPB). Berbeda dengan TDC, MTPB lebih memegang peran dalam
upaya- upaya promosi, koordinasi, dan perencanaan untuk mendorong
pertumbuhan industri pariwisata disamping memaksimalkan potensi yang
dimiliki oleh masing- masing wilayah di Malaysia yang belum tereksplorasi.21
Dampak positif yang diperoleh Malaysia, selain pada proses kesetaraan
pembangunan antara kota besar dan pedesaan, juga meningkatkan angka
pariwisata. Adanya kegiatan promosi atau marketing yang dilakukan oleh
pemerintahan Malaysia atau MTPB menunjukkan angka peningkatan yang
lebih baik dengan mengadakan program promosi wisata selama tahun 1990
dan 1994. Festival pertama yang diadakan oleh Malaysia adalah “Fascinating
Malaysia Year of Festival” pada tahun 1990. Untuk mempromosikan
rangkaian acara ini pemerintahan Malaysia menggunakan logo dan slogan
yang menonjolkan salah satu bangunan terkenal yang dilestarikan di Malaysia
yakni Gedung Sultan Abdul Samad. Yang ditonjolkan dalam sepanjang tahun
ini berupa 84 acara besar, 14 festival serta 9 pameran, dengan memilih icon
yang menjadi andalan program acara ini yakni Orang Utan yang dinamakan
Wira. Dengan diadakannya program ini, catatkan kedatangan wisatawan
menjadi 7,4 juta dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1989
yang hanya berada pada angka 4,8 juta wisatawan atau pengunjung.22
Selain Visit Malaysia Year ’90, dengan strategi untuk menampilkan
berbagai acara yang menarik, hal yang mendukung meningkatnya angka
wisatawan di Malaysia pada tahun itu ialah diadakannya event Moto GP 1990,

21
Loganathan Nanthakumar, Thirunaukarasu Subramaniam, and Mori Kogid, ‘Is “Malaysia Truly
Asia”? Forecasting Tourism Demand from ASEAN Using SARIMA Approach’, Tourismos, 7.1
(2012), 367–81.
22
Indahningrum.Loc. Cit

14
Dan dapat diketahui bahwa dengan diadakannnya event Moto GP yang sangat
bergengsi di dunia, mampu membuat magnet untuk menarik investor asing
dan juga tentunya wisatawan mancanegara. Terciptanya kesuksesan rangkaian
acara tersebut merupakan hasil pembangunan sarana dan prasarana yang
didapatkan pemerintah dari dibukanya ivestasi swasta. Tercatat sejumlah
gabungan total investasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun
swasta mencapai USD 350 juta yang dialokasikan untuk membangun berbagai
sarana- prasarana penunjang kebutuhan wisatawan.23
Angka ini seatara dengan 7,3% dari total penanaman modal di seluruh
dunia, di samping berkontribusi terhadap penyeparan tenaga kerja sebesar
6,5% dari total penyerapan tenaga kerja di dunia. Jelas sekali bahwa upaya
serta komitmen pemerintahan dalam meningkatkan komoditas pariwisata yang
dimiliki sangat besar. Sedangkan dari jumlah kenaikan wisatawan sebesar
64.86%, festival ini terbukti sangat berhasil mempromosikan pariwisata
Malaysia dengan menonjolkan seni, kebudayaan serta ragam etnis yang
dimiliki. Tentu saja hal ini membawa dampak yang positif bagi citra negara
dan pariwasata Malaysia. Pendapatan negara Gross Domestic Product (GDP)
pada tahun 1990 ini, tentu saja juga mengalami peningkatan.24
Tercatat didalam Visitor Exports, pendapatan negara yang berasal dari
pariwisata menyumbangkan GDP sebesar US$ 3970 miliar atau RM 5718. Hal
ini mengalami peningkatan sebesar 40% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yakni tahun 1989 yang pendapatan GDP dari sektor pariwisatanya
adalah sebesar US$ 2834 miliar atau sebesar RM 3931 miliar. Namun angka
pariwisata Malaysia menurun sebesar 1,3% pada tahun berikutnya yakni 1991.
Hal ini dimungkinkan terjadi akibat pasca Perang Teluk yang terjadi pada
Augustus 1990 hingga Februari 1991. Argumen penulis ini berangkat dari
angka pariwisata Asia Tenggara yang menurun sebesar 3,6% dari angka tahun
1990 dan pariwisata dunia yang juga mengalami penurunan sebesar 3,3%.
Selain itu juga dikarenakan oleh program promosi pariwisata Visit Malaysia
23
Morais D, ‘Malaysia: Truly Asia. Imagined Identities: Identity Formation in the Age of
Globalization’, Journal Hospitality Management, 22.3 (2014), 123–36.
24
Ibid

15
Year ’90 telah berakhir. Dua tahun berselang, industri pariwisata Malaysia
mengalami peningkatan namun tidak dapat dikatakan sebagai progres yang
signifikan. Dimana angka total peningkatan pariwisata selama kurun waktu
dua tahun, 1992- 1993, sebesar 5,8%.25
Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 1994, yakni sebesar 61%
dengan menyumbang angka GDP negara sebesar US$ 6.685 atau RM 10.476
Pasca diadakannya program promosi pariwisata Visit Malaysia Year,
peningkatan pendapatan negara dari sektor pariwisata memang meningkat di
tahun 1995, namun peningkatan ini tidak lah signifikan dibandingkan ketika
diadakan nya kegiatan promosi pariwisata semacam Visit Malaysia Year ini.
Secara umum, ketika Malaysia tidak melakukan atau mengadakan kegiatan
promosi pariwisata Visit Malaysia Year peningkatan masih tetap terjadi
namun tidak begitu signifikan. Ditambah dengan terjadinya penurunan di
tahun 1996, 1997, dan 1998. Analisa terkait pada angka wisatawan yang
berkunjung di Malaysia serta bagaimana pariwisata mampu memberikan
kontribusi yang nyata terhadap pendapatan negara dari kaang GDP, menjadi
satu bukti bahwa pariwisata merupakan komoditas yang mempengaruhi angka
pertumbuhan ekonomi Malaysia. Tentu saja komitmen jangka panjang yang
nyata pemerintahan jelas dibutuhkan, untuk terus menjaga stabilitas
pertumbuhan pariwisata dengan mengadakan berbagai promosi yang
diwujudkan dalam reklame maupun rangkaian acara seperti Visit Malaysia
Year. Namun Visit Malaysia Year ternyata hanya bersifat jangka pendek, atau
“visitor booster”.26
Dimana peningkatan pariwisata yang terjadi secara signifikan selama
rangkaian kegiatan promosi pariwisata tersebut dilaksanakan. Sedangkan
penurunan angka pariwisata yang terjadi umumnya bukan dari konflik social
politik maupun ekonomi dari internal negeri Malaysia. Berangkat dari
pandangan bahwa pertumbuhan pariwisata rentan terhadap issue- issue politik,
ekonomi, social- global inilah, Malaysia menyadari bahwa perlu dibuatnya

25
Othman. Loc. Cit
26
Henderson. Loc Ci

16
hak paten atas identitas maupun image yang dimiliki oleh negara. Atau lebih
mudahnya dapat disebut sebagai nation branding. Dimana brand yang
dibutuhkan ini merupakan representasi dari image keseluruhan negara yang
bersifat jangka panjang dan disesuaikan berdasarkan identitas, budaya, serta
sumber daya yang dimiliki oleh Malaysia. Dalam Hal ini, Visit Malaysia Year
baik di tahun 1990 dan 1994, mencerminkan bagaimana kegiatan promosi atau
marketing secara umum dilakukan dengan menggunakan symbol, slogan dan
brand. Dengan dua kali diadakannya promosi pariwisata Visit Malaysia Year
pada tahun 1990 dan 1994 pemerintah Malaysia menyadari bahwa sebuah
kegiatan promosi terutama terefleksinya sebuah image positif dalam sebuah
brand atau kegiatan promosi dalam tourism mampu memberikan dampak
yang nyata dalam upayanya memajukan industri pariwisata, serta jumlah
wisatawa.27
Lebih jauh lagi, hal ini memberikan dampak yang berbanding lurus
dengan meningkatnya pendapatan Negara serta dilihat juga dari perputaran
uang yang beredar pada komponen masyarakat yang terlibat. Lebih luas lagi
dengan adanya Visit Malaysia Year dan berbagai promosi lainnya mampu
memberi dampak terdistribusikannya dan tersampaikannya image yang
dibangun oleh Malaysia kepada lingkungan global. Selanjutnya berbagai issue
terkait pada politik, sosial, dan ekonomi yang terjadi di kawasan juga menjadi
salah satu pendorong bagi Malaysia untuk melakukan upaya- upaya yang
mempromosikan citra positif yang dimiliki oleh negara, sehingga dapat
mendorong pariwisatanya. Apabila diperhatikan terjadi perbedaan antara
grafik penurunan jumlah wisatawan yang berbanding terbalik dengan
pendapatan GDP negara yang berasal dari pariwisata. Pada tahun 1997 hingga
1998 perekonomian dunia sedang mengalami krisis. Krisis moneter yang
melanda dunia juga memberikan dampak terhadap turunnya angka pariwisata
di Malaysia. Sekalipun angka pendapatan GDP dari pariwisata meningkat, hal
ini menjelaskan bahwa kenaikan nominal tersebut disebabkan oleh tingginya
angka inflasi dan local currency akibat krisis yang melanda.

27
D.Moris, Op. CIt

17
Selain itu, pada tahun 1998 merupakann masa dimana perpolitikan di
Indonesia mengalami konflik besar- besar. Prroses revolusi demokrasi yang
berjalan ricuh dan rusuh membuat para wisatawan juga memandang Malaysia
sebagai negara tetangga nya memiliki karakteristik politik yang sama tidak
aman nya. Pada saat itu sangat santer di dunia perpolitikan serta di antara
masyarakat global bahwa kondisi politik Indonesia tidak aman dan cenderung
berbahaya bagi para wisatawan. Berbagai persepsi dan asumsi dalam melihat
beberapa hal semacam ini sangat mempengaruhi industri pariwisata.
Hal ini pula yang menjadi alasan bagi negara- negara terutama negara
berkembang untuk melakukan nation branding untuk merepresentasikan
image yang ingin ditonjolkan. Karena bagaimana pun juga ketika negara
menjadi satu kesatuan tujuan wisata, maka seperti hal nya Malaysia lebih
menggunakan Nation branding untuk memperkenalkan identitas negara serta
bangsa Malaysia serta menonjolkan image positif yang dimiliki
mempromosikan pasar dalam negeri serta pariwisata nya sehingga mengurangi
kemungkinan dampak negative dari perkembangan social maupun politik dari
lingkungan global maupun regional.

2.5. Pembentukan MyTQA dan Volunter Tourism


MyTQA merupakan inisiatif Kementerian Pelancongan, Seni dan Budaya
Malaysia (MOTAC) untuk meningkatkan perkhidmatan dan kualiti
kemudahan bagi produk-produk pelancongan di Malaysia. Ia merupakan satu
pengiktirafan kepada produk pelancongan dan memberi pendedahan kepada
penggiat-penggiat industri pelancongan supaya lebih mengutamakan mutu
perkhidmatan yang disediakan. Di bawah Strategi Lautan Biru Kebangsaan
(NBOS), MyTQA dilihat sebagai salah satu program yang mengutamakan
kehendak pelancong (tourist first).
Sementara itu, Volunteer Tourism atau bisa disebut dengan pariwisata
sukarela ini merupakan Pendekatan unik untuk perjalanan yang telah menjadi
faktor kunci dalam meningkatnya jumlah relawan (biasanya dari negara maju)
yang menyumbangkan waktu dan keterampilan mereka untuk membantu

18
masyarakat tuan rumah di negara berkembang. Program ini bermaksud
melaksanakan kegiatan sukarelawan dengan tujuan memelihara dan menjaga
kebersihan kehijauan alam sekitar khususnya di wilayah pariwisata.28

2.6. Strategi Promosi dan Pemasaran Pemerintah Malaysia dalam


Mendukung Pariwisata dengan Nation Branding “Malaysia Truly Asia”
Jenis Media Promosi dan Pemasaran untuk melancarkan kegiatan promosi
dan pemasaran yang sekaligus berfungsi untuk mendukung Nation Branding,
salah satu strategi yang paling terkini dan mudah untuk dijangkau seluruh
dunia adalah dengan membuat halaman situs seputar pariwisat, seperti foto,
brosur, buletin, dan sebagainya. Pemerintah malaysia memanfaatkan
kesempatan dengan membuat halaman situs resmi untuk setiap kementrian
yang bertanggung jawab terhadap sektor ini. Salah satu situs resmi yang
mengelolanya adalah www.tourism.gov.my. Berikut jenis media yang
digunakan untuk promosi :
1. Foto
2. Video
3. Kampanye
4. Poster
5. Artikel
6. E-Brochure
Adapun strategi lain juga terdapat dengan membakali slogan yang sudah
ada dengan sistem Kampange Malaysia the Second Home. Malaysia My
Second Home merupakan program pemerintah Malaysia yang termasuk salah
satu upaya mendukung sektor pariwisata yang diperkenalkan pada tahun 2002.
Program ini mengizinkan non-warga Malaysia yang memenuhi kriteria untuk
tinggal selama mungkin dengan visa kunjngan sosial multiple-entry. Visa
kunjungan ini memiliki jangka per 10 tahun untuk ssatu periodenya dan dapat
diperbarui. Sementara itu, terdapat pendekatan program Agrotourism.
Program ini merupakan program untuk pariwisata pertanian guna

28
Indahningrum. Op. Cit, hal. 8

19
mendapatkan popularitas dengan cepat dimana Malaysia menawarkan para
wisatawan menawarkan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan
sektor pertanian
Malaysia adalah negara yang kaya akan sumber daya pertanian. Diantara
kegiatan Agrowisata yang diterima dengan baik adalah kunjungan ke kebun
dan peternakan, pusat penelitian dan homestay. adan utama yang bertanggung
jawab untuk mengembangkan Agrowisata adalah Kementerian Pertanian dan
Industri Berbasis Agro, sedangkan Kementerian Pariwisata, Seni dan Budaya
Malaysia membantu dalam hal promosi. Selain itu terdapat program
Homestay, KampungStay dan Malaysia Convention and Exhibition Bureau
(MyCEB):
A. Program Homestay Malaysia
Program Pengalaman Homestay Malaysia diluncurkan pada 1995 di
Temerloh dan masih berlanjut hingga sekarang. Program ini merupakan
inisiatif di bawah Master Plan Pariwisata Pedesaan yang bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat pedesaan di sektor pariwisata.
B. Program Kampungstay Malaysia
Kampungstay adalah salah satu produk wisata potensial di daerah
pedesaan. Program ini merupakan inisiatif di bawah Master Plan
Pariwisata Pedesaan yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat pedesaan di sektor pariwisata. Implementasi Kampungstay
juga merupakan kelanjutan dari implementasi Program Homestay di
Malaysia.
C. Malaysia Convention and Exhibition Bureau (MyCEB)
MyCEB merupakan MYCEB didirikan oleh Kementerian Pariwisata, Seni
dan Budaya Malaysia (MOTAC). Peran MyCEB adalah untuk lebih
memajukan dan memposisikan Malaysia secara internasional sebagai
tujuan pilihan untuk pertemuan, insentif, konvensi, pameran termasuk
acara-acara besar.

20
2.7. Strategi melalui Aplikasi Smartphone Sebagai Media Promosi dan
Pemasaran
2.7.1. MyMOTAC
Aplikasi ini akan dapat membantu masyarakat dalam memeriksa agen
perjalanan dan operator tur dan hotel yang berlisensi dan / atau terdaftar di
Kementerian. Ini juga menyediakan akses ke pedoman untuk aplikasi
lisensi pariwisata baru yang terkait dengan industri pariwisata. Dan
aplikasi dapat diunduh dengan gratis oleh siapa saja.29

2.7.2. Malaysia Trip Planer


Aplikasi perjalanan resmi dari Tourism Malaysia. Aplikasi ini membantu
Anda menemukan tempat-tempat wisata yang unik di sekitar Malaysia,
menyoroti acara yang tidak boleh dilewatkan dan perayaan budaya selama
perjalanan Anda dan sepanjang tahun. Bahkan dapat menambahkan item
ke rencana perjalanan Anda, menyimpannya dan berbagi dengan jejaring
sosial.

Bab III
Penutup

29
Anholt.Loc Cit.

21
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisa yang dilakukan penulis terkait Strategi
Malaysia Dalam Meningkatkan Wisatawan Indonesia Melalui Slogan
“Malaysia Truly Asia” Sebagai National Branding Pada Tahun 2013 –
2014, dapat disimpulkan bahwa:
a. Nation Branding Malaysia Truly Asia terbukti mampu menarik
perhatian para wisatawan dari seluruh penjuru dunia, tidak terlepas
dari perhatian pemerintah Malaysia terhadap sektor wisata.
b. Pemerintah melakukan berbagai upaya yang bertujuan mengembang
sektor pariwisata Malaysia melalui Nation Branding Malaysia Truly
Asia, diantaranya :
1. Merancang Malaysian Tourism Transformation Programme
(MTTP).
2. Pembentukan Organisasi Ministry of Tourism Culture (MOTAC)
3. Pembentukan Malaysia Tourism Quality Assurance (MyTQA).
4. Membuat program Volunteer Tourism (Voluntourism).
5. Membuat program Malaysia My Second Home (MM2H).
6. Membuat program Agrotourism.
7. Membuat program Homestay dan Kampungstay Malaysia.
8. Membuat program Malaysia Convention and Exhibition Bureau
(MyCEB).
c. Pemerintah Malaysia membangun halaman situs resmi dan aplikasi
smartphone yang dikelola langsung oleh pemerintah terkait sebagai
media promosi dan pemasaran Nation Branding Malaysia Truly Asia
dan produk – produk pariwisata.
d. Sektor pariwisata berhasil menjadi salah satu sumber perekonomian
Malaysia dengan Nation Branding Malaysia Truly Asia dan strategi
yang diterapkan pemerintah efektif serta efisien.
e. Terjadi hubungan diplomasi antara Indonesia dan Malaysia dalam
sektor wisata hingga sekarang.

22
Daftar Pustaka
Buku:
Creswell, John W, Penelitian Kualitatif & Desain Research Memilih Di Antara

23
Lima Pendekatan, Alih Bahasa, Ahmad Lintang Lazuardi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015)
Spillane, J. J., Ekonomi Pariwisata: Sejarah Dan Prosepeknya (Jakarta: Kanisius,
1991)
Wibowo, L. A., Usaha Jasa Pariwisata. Universitas Pendidikan Indonesia
(bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008)

Jurnal:
Anholt, Simon, ‘“Nation Branding” in Asia’, Place Branding and Public
Diplomacy, 4.4 (2008), 265–69 <https://doi.org/10.1057/pb.2008.22>
Baldasaro, Mary Mccullum, ‘Nation Branding Malaysia: Modalitas Pariwisata
Dan Identitas Bangsa Oleh’:, Jurnal Online Mahasiswa, 7.0710043017
(2014), 219–32
Chen, Shudong, ‘Searching for a Voice of Silence Across Cultures’, The East-
West Connections: Review of Asian Studies, 2007, 39–53
D, Morais, ‘Malaysia: Truly Asia. Imagined Identities: Identity Formation in the
Age of Globalization’, Journal Hospitality Management, 22.3 (2014), 123–
36
Henderson, Joan C., ‘Managing Tourism and Islam in Peninsular Malaysia’,
Tourism Management, 24.4 (2003), 447–56 <https://doi.org/10.1016/S0261-
5177(02)00106-1>
Indahningrum, Rizka putri, ‘STRATEGI MALAYSIA DALAM
MENINGKATKAN WISATAWAN INDONESIA MELALUI SLOGAN
“MALAYSIA TRULY ASIA” SEBAGAI NATIONAL BRANDING’,
Jurnal Online Mahasiswa, 2507.1 (2020), 1–9
Mosbah, Aissa, ‘A Review of Tourism Development in India’, International
Multidisciplinary ORIGINAL ARTICLE Research Journal, 3.11 (2014), PP.
1-13
Nanthakumar, Loganathan, Thirunaukarasu Subramaniam, and Mori Kogid, ‘Is
“Malaysia Truly Asia”? Forecasting Tourism Demand from ASEAN Using
SARIMA Approach’, Tourismos, 7.1 (2012), 367–81

24
Norsiah, Kadir, Mat Saad Abdullah, and Sabri Nayan, ‘Demand for Tourism in
Malaysia by Tourists from Four Major Industrial Countries - A Panel Data
Analysis’, Tourism & Management Studies, 1 (2008), 31–39
<http://www.tmstudies.net/index.php/ectms/article/viewArticle/46>
Othman, Nor Ain, ‘How Did Malaysia Manage Its Position as Top 10 World
Tourist Destinations in UNWTO Ranking in 2012?’, Journal of Spatial and
Organizational Dynamics, II.1 (2014), 41–50
Razak, Norhanim Abdul, ‘“Visit Truly Asia Malaysia”: Analysing Vmy 2020
Tourism Promotional Video’, International Journal of Business and
Economy, 2.1 (2020), 48–55
<http://myjms.moe.gov.my/index.php/ijbec/article/view/8502/3698 Tourism
[2]>

25

Anda mungkin juga menyukai