Tugas Ringkasn Buku Benedict ROG Anderson dengan judul The Idea of Power in Javanese Culture tentang THE SIGNS OF POWER, POWER AND HISTORY
1. The Sign of Power (Tanda dari Kekuatan)
Politik tradisional Jawa berpikiran dengan suatu tipikal yang lebih besar dari sebuah tanda konsentrasi suatu kekuatan tidak adanya suatu Pendemonstrasian dari bentuk kegunaan itu sendiri di mana tanda tersebut terlihat antara dua orang yang memegang kekuasaan dan juga masyarakat yang memiliki kekuatan yang luas. Dua-duanya itu tentunya memiliki hubungan. Kata tersebut menunjukkan suatu permulaan dari intelektual kontemporer Di mana pusat dari Indonesia pada saat itu adalah pandangan dari tradisional Jawa yang menyatakan hubungan antara negara dan orang yang ada didalamnya serta kapasitas dari orang tersebut untuk mengontrol lingkungan di sekitar. Hal yang paling menakjubkan dari dari simbol orang yang memiliki kekuatan adalah suatu konsisten dari kemampuannya yang fokus terhadap kekuatan personal dan mengambil kekuatan dari luar serta mengkonsentrasikan nya dengan antagonistik Sisi yang berlainan. Tipe pertama dari hal ini adalah adanya suatu hal yang berlaku umum merupakan gambaran dari suatu pertapaan yang terutama terjadi dalam hal mencari konsentrasi dari kekuatan itu sendiri titik kemampuan dalam mengambil konsentrasi kekuatan dari luar merupakan suatu Legenda wajang dan berlaku secara sejarah turun temurun, ada satu tipikal yang menghubungkan antara pengambilan kekuatan dengan konsentrasi dari kekuatan lainnya di mana antara keduanya tersebut berlainan ada seorang yang pahlawan ada seorang yang memiliki nasehat yang kuat keduanya saling beradu di mana dalam hal ini ada sesuatu hal yang terpendam dari unsur patriotik dan menambah kekuatan dalam konteks perpolitikan. Salah satu contoh yang terkenal adalah tentang literatur wajang yang merupakan kisah dari Raja parta yang memasuki tubuh dari Arjuna. Setelah bergulat satu sama lain tetapi tidak ada sebuah ada sebuah cerita lain yang mendeskripsikan tentang Bengawan Banupati yang masuk ke dalam tubuh Yudistira Yang menyuruh Yudistira untuk membunuh raja king Radja Satya Raja Satya Titik akan tetapi terdapat suatu perspektif sejarah yang mungkin akan memperluas secara signifikan dari kemampuan pengkonsentrasian kekuatan dalam hal ini dimana secara klasikal terdapat sebuah kombinasi antara laki-laki dan perempuan di dalam pemikiran jawa. Dimana kombinasi tersebut tidak hanya berupa literatur dunia semata tetapi terdapat ambiguitas secara tradisional antara kedua konteks tersebut. Tetapi dalam hal ini menjadi maskulin dan feminin merupakan suatu karakteristik yang berbeda secara justicia. Sebagai sebuah bukti adalah patung yang menunjukkan ciri fisik dari wanita dan di sisi kanannya adalah pria ini merupakan suatu karakter yang esensi dari Kombinasi yang dinamis antara simultan dengan suatu identitas tunggal. Akan tetapi ada nari merupakan suatu bentuk interpretasi vitalitas dan suatu peran dari bentuk maskulin dan feminin yang bercampur dengan satu konflik sitas elemen di dalam tubuhnya sendiri dan memiliki dua esensi yang saling seimbang. Walaupun di dunia suatu kausalitas tentang maskulin dan feminin merupakan suatu kompilasi yang harus memiliki suatu representasi kekuatan Dimana ada berupa alasan besar yang dinamis dan sistematis dari pemikiran Jawa yang dalam hal ini memiliki cara lain. Hal yang paling kuat dari suatu ikatan dinamakan dengan bentuk nasakom politik yang dikemukakan oleh Presiden Soekarno ketika itu Soekarno menyatakan bahwasanya dirinya merupakan seseorang yang nasionalis religius dan komunis di mana dalam hal ini Soekarno m. Petasikan suatu observasi dari bentuk pemikiran politik Jawa tradisional yang berbicara tentang arti dari sebuah kompromi dengan perubahan situasi yang dipromosikan dalam bentuk hal yang tidak memerlukan alasan tetapi memiliki suatu intelektual yang tinggi dan memiliki substansi yang kuat namun di sisi lain ada terdapat suatu hal yang kontra terhadap pemikiran komunis yang memiliki kekuatan yang besar yang bernama nasionalis dan juga dari kelompok agamis. Beberapa interpretasi yang pernah gagal dalam menempatkan nasakom sebagai pandangan politik di dalamnya dalam pemikiran politik Jawa dan juga orientasi politik dunia di mana formula ini diinterpretasikan sebagai suatu bentuk kompromi yang strategis dari kekuatan yang yang dimaksud dimaksud sebagai bentuk dari pada pandangan politik dari aktor lain yang ke subordinasi dalam suatu sistem. Soekarno sendiri dalam hal ini menyatakan bahwasanya terdapat suatu konsekuensi yang sistemik dalam konteks nasakom ini Didik tetapi itu tidak hanya menjadi suatu simbolis dari nasakom yang mana ditemukan adanya suatu kesatuan antara formula yang berbeda pandangan dalam sisi kekuatan namun kesamaannya adalah sama-sama ditemukan suatu kekuatan yang besar yang dibuat atas dasar tekanan yang maksimal. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara pernah menggabungkan antara pemikiran tentang pendidikan dan juga ekonomi tradisional yang mana Ki Hajar Dewantara dalam hal ini menurut Suri tentang pemikiran Jawa yang mempromosikan antara kedudukan tradisional di dalam suatu kelompok yang disebut dengan paguyuban dengan kelompok pertemanan biasa ada suatu tipikal antara dua kualitas kelompok tersebut dimana kelompok yang dalam hal ini berbeda secara sumber memiliki satu konteks sosiologi dan historical yang hampir sama dan dapat dijelaskan tanpa keraguan dan merefleksikan suatu eksplorasi dari pemikiran Jawa. Dalam hal ini terdapat suatu konteks kemampuan yang saling bertolak belakang antara kepentingan dari elemen itu sendiri dengan konteks kekuatan dalam hal ini masyarakat tradisional di dunia Jawa pada saat itu mencerminkan Suatu bentuk interpretasi lain yang bernama Wahyu. Dalam hal ini terdapat suatu interpretasikan visualisasi an yang berbeda antara bentuk bintang dan "dengan apa yang sering terjadi di dalam suatu masyarakat yang memberikan suatu bentuk pencahayaan. Pergerakan Wahyu ini merupakan tipikal dari bentuk salah satu justifikasi dalam transformasi bentuk cahaya ke dalam presensi kekuatan yang diilhami oleh masyarakat yang dinamakan dengan Tedja (radian) yang merupakan suatu bentuk emulasi dari fase presisi pada saat itu. Psikologi psikologi pada saat itu menyatakan bahwasanya adanya bentuk konsentrasi dan kepercayaan Soekarno ketika itu tentang optimisme nasakom berdasarkan kebudayaan Jawa itu dikatakan oleh salah satu peneliti di Universitas Indonesia di Jakarta. Cahaya yang dikeluarkan oleh Tedja secara tradisional memiliki esensi bagi masyarakat sebagai suatu aturan dan momentum untuk suatu kasus baru dan peristiwa untuk memecahkan suatu permasalahan yang disampaikan oleh tanuatmadja dan mata room yang berkaitan dengan pengikutnya Ketika itu terjadi suatu ekspresi yang kuat tanpa adanya suatu pemikiran yang menjadi standar dalam menentukan konteks kekuatan. Tetapi tedja secara eksternal merupakan satu manifestasi energi yang universal dan itu bukan satu-satunya aturan yang mengidentifikasikan kekuatan dari seseorang 72 lagi say terdapat suatu akumulasi antara pemikiran pada krisis Amangkurat II tahun 1703 yang mau dikasihkan Suatu bentuk asistensi dari Belanda dari bentuk Amangkurat III dan melakukan suatu legitimasi atas kedaulatan pada saat itu. Secara terdapat suatu pandangan bahwasanya ada kekuatan diluar kekuatan manusia yang dapat menolong kerajaan pada saat itu namun dalam hal ini kekuatan masyarakatlah yang menjadi ekspansi bagi kerajaan. Presiden Soekarno dalam hal ini membentuk suatu model yang pararel secara modern dari ide yang sudah ada terdahulu. Terdapat suatu frekuensi yang menganalisis kekuatan Jawa dan juga aspek Soekarno secara personal yang dalam hal ini memiliki perspektif tentang indikator politik yang masih ada dan memiliki kekuatan kontradiksi dalam hal ini adalah adanya penggadaian terhadap kemampuan gender dalam hal meningkatkan suatu kekuatan dan pandangan terhadap implikasi suatu demokrasi ketika itu Yang mana tidak adanya afiliasi secara signifikan dari kehidupan presiden secara personal sebagai bagian dari suatu otoritas dengan konteks kebijakan pada saat itu terdapat kontradiksi antara pemikiran secara dialektis dengan aplikasi di lapangan. Ikatan sosial memiliki konsentrasi yang kuat ketika itu dan tumbuh subur di masyarakat yang menentukan stabilitas dan kesejahteraan. Profesi dalam pun ketika itu memiliki indikasi politik dimana pada saat itu ada wayang beber yang menyatakan bahwasanya terdapat suatu keasingan dari bentuk kerajaan Jawa dipraktekkan oleh Soekarno. Adapun Kediri mendeskripsikan bahwasanya terdapat suatu perbandingan yang cukup jauh dan luas antara kehidupan kerajaan yang tumbuh subur dan berkelanjutan di tengah masyarakat dengan konteks yang dipraktekkan ketika itu. Terdapat dua pemuda mental yang mendasari hal tersebut dimana pertama adalah tentang kreativitas antara menggabungkan kekuatan dengan keberlanjutan dan yang kedua adalah Harmoni Vitas yang mendeskripsikan suatu bentuk kesinambungan di tengah masyarakat keduanya memiliki kekuatan yang besar. Terdapat bentuk anti sosial yang mendeskripsikan suatu perilaku yang menolak kekuatan tetapi mereka sendiri lupa tentang konteks asli pada kekuatan itu ada suatu bentuk kausalitas secara natural dan sosial memiliki konteks yang sulit dari rekonstruksi otoritas ketika itu di mana Jawa ketika itu percaya bahwasannya masih ada suatu bentuk kekuatan yang tidak bisa dimunculkan ketika itu dari bentuk sosial ekonomi secara kondisi pada masa pemerintahan tetapi dari bentuk yang hilang tersebut ada suatu kekuatan dari negara yang dapat diakomodir.
2. Power and History (Kekuatan dan Sejarah)
Bagian ini akan menjelaskan tentang implikasi dari kekuatan terhadap pandangan tradisional Jawa yang terstruktur secara alami dan memiliki proses sejarah. Sartono pernah aku mentasi tentang esensi yang berbeda antara pandangan tradisional Jawa dengan pandangan modern dari barat ketika itu pandangan modern barat menyatakan bahwasanya sejarah terlihat sebagai suatu pergerakan yang linier dengan waktu di mana pandangan tradisional Jawa merupakan bentuk dari pada sejarah yang memiliki sisi yang saling berkaitan. Namun dia menyatakan bahwasanya sejarah dari barat dan politik ilmu politik yang dibedakan dari diseksi sejarah secara linier dan memiliki objek yang esensi serta dipengaruhi oleh revolusi teknologi selama 200 tahun. Oleh sebab itu sejarah dalam hal ini memiliki suatu pergeseran yang unik dan bahkan Kompleks secara kausalitas. Dari pernyataan yang kontra tersebut dia percaya bahwasanya sejarah tradisional Jawa secara pemikiran mengajak bagian dari kosmologi sankrit yang ditulis yang menyatakan bahwasanya terdapat suatu perputaran antara Zaman Yuga dengan zaman emas atau Kifayuga dan dalam hal ini terdapat suatu poin yang baru dan saling bertentangan interpretasi ini di utilisasi secara lemen dari bentuk Indo kosmopolit dalam bentuk formal dan proses sejarah yang fundamental secara logis dan kronologis dari konsep kekuatan itu sendiri. Bentuk pemikiran populer Jawa saat ini terdapat di teratur yang logis dan ditemukannya suatu kesinambungan antara penolakan dan melahirkan kembali pemikiran tersebut secara kontras antara zaman emas dengan zaman edan. Terdapat dua bentuk tipe secara sejarah yang terlihat sebagai bentuk yang kritis dan pemikiran Jawa ini secara sejarah bersifat kosmopolit yang berasosiasi antara periode atau konsentrasi secara kekuatan dengan periode difusi. Terdapat suatu bentuk sejarah yang konsekuen dan dekonsentrasi yang mana konsentrasi yang fungsi tersebut memiliki bentuk dari pada pusat kekuatan terbaru secara dinamis dan difusi dimulai dari jalan sendiri sampai dengan pusat kegiatan tersebut berupa dinasti yang memiliki proses dari mulai awal sejarah sampai dengan kompleksitas konsentrasi kekuatan dari dinasti itu sendiri yang secara perspektif memiliki bentuk yang terintegrasi maupun disintegrasi yang pernah ada. Adapun konsepsi dari sejarah ini menyatakan dua bentuk tetapi terdapat kontradiksi antara psikologi Jawa secara politik dengan rasa pesimis pada saat waktu yang sama terhadap kesuksesan dari pemikiran tersebut. Rasa pesimis yang terlihat dari bentuk psikologi politik Jawa itu terkonsentrasi pada orang-orang yang memiliki kekuasaan rasa pesimis itu harus diiringi dengan bentuk yang dapat diubah. Mesianis ini menyatakan bahwasanya terdapat suatu kualitas yang linear antara pergerakan Eropa yang pada saat itu terlihat memiliki hubungan dekat dengan sia-sia tradisional Jawa memiliki esensi sejarah yang datang dan berakhir dengan konteks yang pada saat itu Messiah pada saat itu di mana terdapat suatu konfigurasi kekuatan yang berkesinambungan antara keduanya jadi dapat dikatakan bahwasanya sumber kekuatan Jawa itu diakomodir oleh orang yang memiliki kekuasaan dan memiliki hubungan dengan mesianisme dan terdapatnya oportunis maupun pessimistic dalam konteks psikologi politik Jawa ketika itu sebagai sumber kekuatan utama dalam hal pemerintahan.
Abraham Maslow, dari hierarki kebutuhan hingga pemenuhan diri: Sebuah perjalanan dalam psikologi humanistik melalui hierarki kebutuhan, motivasi, dan pencapaian potensi manusia sepenuhnya