Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Dimas Putri Setyorini Agustin


NIM : 215120501111043
No. Absen : 28

1. Kekuasaan Jawa dan Relevansinya di Masa Kini


Kekuasaan Jawa menghasilkan legitimasi yang sangat berpengaruh pada masa
kejayaannya. Dalam konsep kekuasaan Jawa, kemampuan pemerintah untuk
mempertahankan penduduknya tidak dibutuhkan. Pada masa ini, para penduduk dengan
sukarela mematuhi dan setia kepada penguasa atau rajanya karena seorang raja dianggap
memiliki kekuasaan sisi sosio-kultural Jawa yang bersifat adikodrati. Begitu juga kriteria
kemampuan seorang pemimpin akan dilihat dari hal-hal yang bersifat spiritual. Politik
kekuasaan menurut tradisi Jawa, lebih bersifat matemptris, kekuasaan dalam hal ini bukan
didasarkan atas kekayaan, pengaruh, relasi atau keturunan semata, tetapi kekuasaan
merupakan mandat dad Yang Kuasa kepada seseorang yang memang dipilih.
Adapun beberapa konsep kekuasaan Jawa yang dikemukakan oleh Benedict R. O. G.
Anderson dalam tulisannya yang berjudul "The Idea of Power in Javanese Culture" itu ada
empat, yaitu:
a) Kekuasaan itu Konkret
Dalam kebudayaan Jawa, sebuah kekuasaan diampu oleh seorang Raja yang dianggap
memiliki kesekten (kesaktian) dan merupakan orang pilihan Tuhan atau perwakilan Tuhan.
Dengan begitu, penduduk akan memuja rajanya. Kekuasaan kebudayaan Jawa dikenal adanya
konsep kosmopolitan atau menurut Berg (1974: 13) dikenal dengan istilah Cosmich
gemeenschansqevoel (rasa persekutuan alam semesta). Dalam hal ini alam semesta dengan
suatu sistem akan merupakan keseluruhan organik yang menyatukan unsur yang ada dengan
unsur yang ada yang lain. Kekuasaan berada pada satu tangan raja yang kuat sebagai
konsekuensi dari kharisma dan legitimasinya yang bersifat adikodrati. Maka meskipun penuh
misteri, eksistensi kekuasaan pada masa itu konkret.
b) Kekuasaan itu homogen
Maksud dari kekuasaan yang homogen adalah kekuasaan berasal dari sumber yang
sama. Sumber ini berasal dari suatu individu atau kelompok yang sama dan tidak akan
berpindah. Dalam hal ini, adalah raja dan keturunannya. Sumber kekuasaan absolut dimiliki
raja dan hanya bisa dilanjutkan oleh keturunannya.
c) Jumlah kekuasaan dalam alam semesta selalu tetap
Sejalan dengan konsep sebelumnya, kekuasaan juga berasal dari satu sumber yang
bersifat statis. Sebuah kekuasaan bisa diambil alih dengan penaklukan wilayah. Para saksi
beranggapan bahwa sem
d) Kekuasaan tidak mengutamakan keabsahan
Kebudayaan Jawa tidak mementingkan keabsahan suatu kekuasaan. Sumber
kekuasaan dan sifatnya yang homogen menjadikan masyarakat tidak mempertanyakan
keabsahan kekuasaan. Menurut mereka eksistensi kekuasaan saja sudah cukup.
Di masa sekarang ini, sistem kekuasaan yang diterapkan seperti pada kekuasaan Jawa
pada masa itu, tidak bisa lagi dijadikan referensi. Relevansinya bisa dilihat bahwa sekarang
sudah tidak ada sistem kekuasaan yang menitikberatkan pada hal kosmis. Semua didasarkan
pada konsep heterogen yang terbuka. Interaksi dalam masyarakat sangat menentukan
berjalannya suatu sistem kekuasaan. Sumber kekuasaan bisa didapat dari manapun, tanpa
mementingkan silsilah darah atau kesaktian. Penguasa saat ini mengupayakan segala cara
agar bisa melestarikan kekuasaan dan kursinya, karena masyarakat menjadi penentu
keabsahan kekuasaan, bukan penguasanya. Oleh karena itu, relevansi sistem kekuasaan Jawa
dengan sistem kekuasaan saat ini sudah terkikis seiring berjalannya zaman.

2. Bangsa, Negara, Hubungan Negara dan Agama serta Ide Demokrasi dan
Relevansinya Dengan Masa Kini
Konsep Bangsa dan Negara
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bangsa adalah orang-orang yang memiliki
kesamaan asal, keturunan, adat, bahasa dan sejarah serta berpemerintahan sendiri. Bangsa
adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu
dimuka bumi. Dari definisi tersebut, bangsa bisa menghasilkan dorongan untuk saling
mencintai berdasarkan kesatuan teritorial yang biasa disebut nasionalisme. Konsep
Sedangkan negara menurut Harold J. Laski, adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah
lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Sedangkan masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk
mencapai terkabulnya keinginan-keinginan bersama.
Dengan sifat memaksa tersebut, sebuah negara memiliki potensi besar untuk
memonopoli seluruh rakyatnya, tanpa terkecuali. Konsep sebuah negara adalah sebagai
bentuk integrasi dan bentuk organisasi pokok dari kekuasaan politik. Dengan kata lain
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah, yang mempunyai kekuasaan secara sah
terhadap semua kelompok yang ada di wilayah tersebut, dan mempunyai hak untuk
menetapkan tujuan-tujuan dan ketentuan-ketentuan dalam penyelenggaraan kehidupan di
suatu daerah atau wilayah.
Saat ini, konsep negara dan bangsa di Indonesia masih memiliki keutuhan yang sama
di mata masyarakat karena nyatanya negara dan bangsa adalah sebuah objek yang sistem
operasinya tergantung dari bagaimana penguasa membentuknya. Tingkat nasionalisme
masyarakat masih sama namun rasa percaya terhadap pemerintah yang menurun. Namun,
tidak menutup kemungkinan bahwa nasionalisme masyarakat menghilang terkikis oleh rasa
kecewa terhadap pemerintah.

Hubungan Negara dan Agama


Korelasi antara negara dan agama yang dianggap kontradiktif bisa diidentifikasi dari:
a) Sistem kekuasaan. Sistem kekuasaan sebuah negara sangat jelas membutuhkan
legitimasi yang bersifat independen. Sedangkan, agama memiliki sifat mutlak dimana
kekuasaan semata-mata dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Esa.
b) Kemanusiaan. Dalam hal ini, keduanya sama-sama memberi perhatian khusus dalam
hubungan antar manusia. Agama mengatur hubungan ini dalam kitab suci dan sumber
keagamaan lain. Sedangkan, negara menghimbau mengenai hal ini dalam peraturan
baik tertulis maupun tidak tertulis.
c) Hukum. Keduanya memiliki sumber hukum yang harus ditaati oleh oleh penganut
maupun penduduknya. Sumber hukum agama berasal dari kitab suci dan fatwa-fatwa
keagamaan. Sedangkan, negara menuangkan regulasi dalam sebuah peraturan negara
yang disahkan secara legal.
Maka, negara dan agama memiliki keterkaitan yang kuat dalam sistem politik.
Keduanya memiliki peran dan otoritas masing-masing yang saling membangun. Dewasa ini,
keduanya memiliki relevansi yang bisa dilihat dari adanya paham baru terkait perannya
dalam sebuah pemerintahan. Salah satu paham yang sangat masyhur adalah sekularisme,
seperti yang dirasakan Turki. Sekularisme ini adalah upaya pemisahan otorisasi oleh
keduanya. Hukum dalam agama tidak bisa dilibatkan dalam hukum negara dan sistem yang
berkembang di dalam negara tidak bisa menerima intervensi apapun dari agama. Maka,
masyarakat sekularisme menganggap keduanya harus dipisah.
Ide Demokrasi
Ide mengenai demokrasi hadir dari paradigma masyarakat yang menginginkan adanya
kesetaraan dan keadilan yang bersifat menyeluruh di mata hukum. Teori perjanjian sosial
yang ditulis Rousseau menjadi rujukan utama gagasan masyarakat pada masa itu untuk
bangkit dari ketidakadilan dari pemerintahan absolut. Ide itu kemudian dieksekusi oleh
masyarakat dan terjadilah revolusi Perancis. Meskipun revolusi Amerika juga memiliki
keterkaitan dengan kebangkitan rakyat kecil dari ketidakadilan. Namun, perjuangan rakyat
Perancis dianggap lebih sulit karena pemerintahan yang sangat diktator pada masa itu. Faktor
lain yang sangat berperan dalam keberhasilan revolusi ini adalah slogan “kebebasan,
kesetaraan, dan persaudaraan” (liberte, egalite, fraternite). Slogan ini kemudian menjadi
dasar hak-hak yang harus dipenuhi pemerintah Perancis untuk menciptakan pemerintahan
yang adil.
Meskipun secara empirik, konsep demokrasi sudah muncul sejak masa Yunani Kuno
di Athena. Demokrasi pada masa revolusi Perancis bisa dianggap sebagai kebangkitan
demokrasi yang membuat konsep demokrasi menyebar dan dianut oleh berbagai negara di
penjuru dunia karena dianggap efektif dan koheren saat ini.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah Definisi demokrasi menurut kamus
adalah pemerintahan oleh rakyat, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan
dijalankan I langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem
pemilihan yang bebas. Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat.
Sumber Pustaka

Budiyono, B. (2014). Hubungan negara dan agama dalam negara Pancasila. Fiat Justisia,
8(3), 410-423.
Sadzali, A. (2018). RELASI AGAMA NEGARA.
Sardiman, A. M. (1992). Konsep Kekuasaan dalam Tradisi Budaya Jawa. Cakrawala
Pendidikan, 83291.
Sucipto, Adi. Konsep Bangsa dan Negara.
Sunarso. (2015). Membedah Demokrasi (Sejarah, Konsep, dan Implementasinya di
lndonesia). UNY Press: Yogyakarta.
Suyanto, I. (2002). Faham Kekuasaan Jawa: Pandangan Elit Kraton Surakarta dan
Yogyakarta. Disertasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Depok.
Tedjowasono, N. S. (2019). RELASI KUASA PADA MASA JAWA KUNO (ABAD
KE-8-15). Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 25-35.
Wicoyo, J. (1991). Konsep Kekuasaan Jawa dalam Kehidupan Sosial Politik di Indonesia.
Jurnal Filsafat, 1(1), 21-30.

Anda mungkin juga menyukai