Disusun Oleh:
Kelompok 7/P1
Dwi Praditasari (J3B118019)
Yusuf Asyidhiqi (J3B118009)
Muhammad Rizqi Bachrie Ramadhan (J3B118046)
Amelia Azzahrah (J3B118049)
Dosen:
Bedi Mulyana S.Hut, M.Par, MMCAP
Asisten Dosen:
Alvionita Ritawati, S.Hut
Ansyari Musaman, S.Hut
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2
A. Identifikasi 2
B. Spiritual 2
C. Aspek Spiritual 3
D. Perilaku 4
E. Masyarakat 4
III. METODE PRAKTIKUM 6
A. Lokasi dan waktu 6
B. Alat dan bahan 6
C. Tahapan kerja 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
A. Hasil 7
B. Pembahasan 8
V. KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Alat dan Bahan 6
2. Tallysheet Inventarisasi Dinamika dan Perilaku Spiritual Kawasan Perkotaan 7
ii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Upacar Pernikahan 9
2. Perayaan Imlek 9
3. Atribut Ramalan 10
4. Peti Mati 11
5. Lembaran kertas untuk dibakar 12
6. Tari Yangge 13
7. Tari Naga 14
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Identifikasi
B. Spiritual
Menurut Oxford English Dictionary, Kata Spiritual dapat diketahui dari arti
kata kata seperti persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi
fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran
yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran dan perasaan,
adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan
organisasi keagamaan. Sedangkan menurut etimologi, spiritual berarti sesuartu
yang mendasarm penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara
berpikir dan bertingkah laku seseorang.
Spiritual merupakan inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupan dan dimanifestasikan dalam peikiran dan perilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan. (Dossey&Guazetta,2008)
3
C. Aspek Spiritual
Aspek spiritual memiliki dua proses, pertama proses keatas yang merupakan
tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan,
kedua proses kebawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang
akibat perubahan internal. Konotasi lain perubahan akan timbul pada diri
seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri, dimana nilai-nilai ketuhanan
didalam akan termanifestasi keluar melalui pengalaman dan kemajuan diri.
Menurut Schreurs (2002) spiritualitas terdiri dari tiga aspek yaitu aspek
eksistensial, aspek kognitif, dan aspek relasional:
1. Aspek eksistensial, seseorang belajar untuk “mematikan” bagian dari
dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif. Aktivitas yang dilakukan
seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self).
2. Aspek kognitif, yaitu saat seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif
terhadap realitas transenden. Biasanya dilakukan dengan cara menelaah
literatur atau melakukan refleksi atas suatu bacaan spiritual tertentu, melatih
kemampuanuntuk konsentrasi, juga dengan melepas pola pemikiran
kategorikal yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempersepsi secara
lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas
pengalaman tersebut, disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan
pada aspek ini merupakan kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.
3. Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa
bersatu dengan Tuhan (dan atau bersatu dengan cintaNya). Pada aspek ini
seseorang membangun, mempertahankan, dan memperdalam hubungan
personalnya dengan Tuhan.
4
D. Perilaku
E. Masyarakat
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini berguna
untuk kelancaran dan mempermudah praktikum, adapun alat dan bahan yang
digunakan memiliki fungsi masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan Bahan
No Nama Alat dan Bahan Kegunaan
Alat
1.
a. Alat Tulis Digunakan untuk mencatat data yang dibutuhkan
Digunakan untuk merekap data dan Mengerjakan
b. Laptop
Laporan
2. Bahan (software)
c. Google Chrome Untuk mengakses internet, mencari informasi
sebagai bahan referensi membuat laporan
a. Microsoft Word Untuk mengolah data laporan
b. Microsoft Powerpoint Untuk membuat bahan presentasi
C. Tahapan kerja
Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan cara studi literatur yaitu mencari
sumber data melalui jurnal, buku, atau media internet. Adapun tahapan kerja yang
dilakukan terdiri dari beberapa prosedur pengerjaan yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian lokasi yang menjadi sasaran kajian perkelompok didapatkan di
China.
2. Melakukan studi literatur terkait dengan elemen Spritual pada kawasan China.
3. Menginventarisasi beberapa elemen Spiritual pada kota di China.
4. Mendiskusikan materi pada tulisan secara kelompok dan mendeskripsikan
masing-masing pembahasan berdasarkan data yang diperoleh.
5. Membagi materi tulisan menjadi sub-bab yang kemudia dibahas secara
perorangan setiap anggota kelompok.
6. Membuat laporan dan power point sebagai output dari kegiatan praktikum
untuk dipaparkan di kelas praktikum.
7
A. Hasil
B. Pembahasan
1. Dinamika Spritual
a. Pola Upacara (M. Rizqi Bachrie R/J3B118046)
1) Upacara Pernikahan
Saat ini masyarakat Negara China dalam melakukan upacara pernikahan
terkadang terjadi perubahan karena pengaruh agama yang terlihat jelas
perkembangannya. Salah satunya adalah adalah upacara sembahyang tuha atau
Cio Tao yang biasanya dilakukan dirumah, namun untuk yang beragama Kristen
tetap pergi kegereja dan upacara di gereja. Perubahan itu terlihat sangat jelas,
seperti upacara yang biasanya dilakukan dikelenteng, namun saat ini sering
dilakukan digereja.
Pengaruh pengetahuan dan teknologi juga dapat dilihat dari kepraktisan
upacara, karena saat ini orang-orang lebih mementingkan kepraktisan ketimbang
upacara yang rumit. Apalagi di Negara China ada beberapa kota-kota besar yang
telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.
9
Sebagai suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku
masyarakat yang terlibat didalamnya, sehingga sasaran dalam pelaksanaan adat
pernikahan tiong hoa mengalami masa transisi. Tentu hal ini ditandai dengan
terpisahnya masyarakat dari adat tersebut melalui pergeseran motif, baik kearah
positif dan negatif dalam konflik keluarga.
Saat ini masyarakat tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang
upacara adat, karena hampir semua peraturan yang sudah ada dalam adat istiadat
telah dilanggar. Hal ini karena upacara pernikahan berdasarkan dari Negara yang
dianutnya.
Sumber: Imlek.antarafoto
b. Atribut Spiritual
1) Alat Ramalan (Amelia Azzahrah/J3B118049)
Negara China mempunyai bentuk ramalan yang digunakan di Yunani Kuno
abad pertengahan dan Eropa modern awal. untuk mengetahui orang yang berbuat
salah. Ramalan tersebut bernama Coscinomancy dan menggunakan atribut
saringan dan gunting. Metode ramalan tersebut terkenal karena Three Books of
Occult Philosophy, 1533.
Dalam edisi 1567 karya Agrippa ada gambar yang menunjukkan hal
ini. Jelaslah bahwa ayakan ditangguhkan dari gunting sedemikian rupa sehingga
ujung-ujung pisau yang memotong membuat garis singgung ke tepi luar
ayakan. Dengan demikian saringan yang ditangguhkan ini mampu melakukan
gerakan menyamping, atau bahkan terjatuh. Saringan dipegang oleh dua jari
tengah hanya membuatnya hampir mustahil untuk menjaga saringan tetap untuk
waktu yang lama dan dengan demikian memastikan prognostikasi. Faktor yang
menyulitkan adalah bahwa dalam teks latin yang menyertai gambar, saringan
dikatakan berbalik, yang jelas tidak bias dilakukan kecuali diadakan pada dua titik
yang berlawanan secara diametric pada tepi luar.
Menurut karya Agrippa ramalan ayakan/saringan dapat bergerak
dikarenakan bantuan iblis. Pada saat ramalan tersebut dilakukan, maka yang
melakukan ramalan tersebut membaca ayat ayat yang sulit dimengerti oleh orang
lain atau ayat ayat untuk memanggil roh atau iblis. Tetapi, ramalan ini sudah
punah saat ini, dikarenakan banyak teknologi yang dapat mengetahui orang orang
yang bersalah, perubahan ini termasuk kedalam perubahan asimilasi.
tempo sedang dan cepat. Lalu, Wirasa merupakan tingkatan penghayatan dan
penjiwaan dalam tarian. Seperti tegas, lembut, gembira dan sedih, yang
mengekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah sehingga melahirkan
keindahan. Penghayatan pada Tari Yangge ditampilkan pada ekspresi wajah
penari. Tari yangge ditarikan dengan perasaan gembira dan bersemangat, seperti
karakter orang Shaanxi, daerah asal Yangge dan Yang terakhir, Wirupa
merupakan salah satu unsur keindahan yang menitikberatkan pada tata rias dan
busana yang dikenakan penari. Pada tari yangge penari biasanya menggunakan
pakaian berwarna merah, hijau atau warna cerah lainnya.
Dahulu tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita menggunakan peralatan
seperti paculdan celurit. Seiring dengan adanya revolusi dari Partai Komunis
Cina, mereka kerap mengganti dengan peralatan dengan senjata perang. Akhirnya
peralatan pun berganti menjadi kipas, kipas panjang, sapu tangan, genderang atau
alat lainnya.
2) Tari Naga
Tari Naga ini berasal dari zaman Dinasti Han (tahun 180-230 SM) dan
dimulai oleh orang-orang Tionghoa yang memiliki kepercayaan dan rasa hormat
yang besar terhadap naga. Dipercaya bahwa pada mulanya tarian ini adalah bagian
dari kebudayaan pertanian dan masa panen, dan juga disamping juga sebagai salah
satu metode untuk menyembuhkan dan menghindari penyakit. Tari Naga saat ini
adalah sebuah karya penting dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa. Tarian ini
telah tersebar di seluruh Cina dan seluruh dunia. Karya ini menjadi sebuah
pertunjukan seni khusus Tionghoa, melambangkan kedatangan keberuntungan dan
kemakmuran dalam tahun yang akan datang bagi semua manusia di bumi. Tari
Naga saat ini adalah sebuah karya penting dalam kebudayaan dan tradisi
Tionghoa. Tarian ini telah tersebar di seluruh Cina dan seluruh dunia. Karya ini
menjadi sebuah pertunjukan seni khusus Tionghoa, melambangkan kedatangan
keberuntungan dan kemakmuran dalam tahun yang akan datang bagi semua
manusia di bumi.
Para penari menirukan gerakan-gerakan makhluk naga ini berkelok-kelok
dan berombak-ombak. Gerakan-gerakan ini secara tradisional melambangkan
peranan historis dari naga yang menunjukkan kekuatan yang luar biasa dan
martabat yang tinggi. Tari naga merupakan salah satu puncak acara dari perayaan
Imlek di pecinan-pecinan di seluruh dunia. Naga dipercaya bisa membawa
keberuntungan untuk masyarakat karena kekuatan, martabat, kesuburan,
kebijaksanaan dan keberuntungan yang dimilikinya. Penampilan naga terlihat
14
menakutkan dan gagah berani, namun ia tetap memiliki watak yang penuh
kebajikan. Hal-hal inilah yang pada akhirnya menjadikannya lambang lencana
untuk mewakili kekuasaan kekaisaran.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://sosiologi79.blogspot.com/2017/10/pengertian-masyarakat-
menurut-para-ahli.html