Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum 3 Minggu, 08 September 2019

Mata Kuliah: Wisata Budaya dan Spiritual

IDENTIFIKASI ASPEK DAN ELEMEN SPIRITUAL PADA


MASYARAKAT PERKOTAAN
(Studi Literatur: Kota Bitung)

Disusun Oleh:
Kelompok 3/P2

Astin Eka Saputri (J3B218131)


Farhan Aryasuta Jakasurya (J3B218130)
Rahayu Amalia Nugraha (J3B218132)
TB. Arya Afrilla Kusumah (J3B218139)

Dosen:
Wulandari Dwi Utari, S.Hut, M.Si

Asisten Dosen:
Alvionita Ritawati, S.Hut
Ansyari Musoman, S.Hut

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2
III. METODELOGI PRAKTIKUM 5
A. Waktu dan Tempat 5
B. Alat dan Bahan 5
C. Tahapan Kerja 5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
A. Hasil 10
B. Pembahasan 11
V. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19

i
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Alat dan Bahan 5
2. Tallysheet Inventarisasi Aspek dan Elemen Spiritual pada Masyarakat Kota 10

ii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia atau yang disebut Nusantara merupakan suatu negara kepulauan


yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya meliputi Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Papua. Ini
menyebabkan terciptanya kelompok-kelompok manusia dari setiap wilayah atau
dengan kata lain disebut suku-suku. Sebagai contoh, suku Jawa, suku Sunda, suku
Dayak, suku Bugis, suku Batak, suku Minahasa, suku Papua dan suku lainnya.
Dalam kehidupan manusia dari setiap suku terciptanya interaksi serta kebiasaan
atau budaya dari setiap suku.
Pulau Sulawesi terutama Provinsi Sulawesi Utara merupakan sebuah provinsi
yang beribukota Manado. Berdasarkan data BPS Sulawesi Utara jumlah penduduk
yang berada di Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 2.386.604 jiwa. Secara garis
besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 5 suku besar yakni suku Minahasa,
suku Sangihe dan Talaud dan suku Bolaang Mongondow, ketiga suku Etnis besar
tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda.
Suku Sangir adalah salah-satu dari penduduk asli yang menghuni rangkaian
kepulauan antara Sulawesi dan Mindanao. Bahasa asli mereka adalah Bahasa
Sangir. Kota Bitung adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah
Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di
Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut.
Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan.

B. Tujuan

Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Spiritual Pada Masyarakat


Perkotaan di Kota Bitung memiliki suatu tujuan. Tujuan kegiatan praktikum studi
literatur tersebut berkaitan dengan aspek dan elemen spiritual yang berada di
lokasi yang telah ditentukan. Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Mengetahui aspek spiritual di Kota Bitung.
2. Mengetahui elemen spiritual di Kota Bitung.
2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi
Identifikasi adalah satu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengambil
alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang terintegrasi dengan
kepribadiannya sendiri. Dalam pengertian yang lain, identifikasi adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk menjadi sama dengan individu lain.
Individu yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Perilaku, sikap,
keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan menjiwai
para pelaku identifikasi sehingga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kepribadiannya.
B. Spiritual
Spiritualitas telah menjadi semacam kata kunci dalam budaya saat ini,
terutama untuk generasi milenial. Semakin banyak orang Amerika Utara
mengidentifikasi diri mereka sebagai spiritual dan bukan agama. Apa yang ada di
balik meningkatnya popularitas spiritualitas tanpa agama? Beberapa kritikus
berpendapat itu adalah produk sampingan dari budaya terobsesi diri saat ini, bukti
epidemi narsisme. Kritik ini mirip dengan yang diluncurkan pada generasi
milenial (lahir antara 1980-2000) secara umum, apa yang oleh beberapa sarjana
disebut "Generasi Saya." Meskipun saya tidak setuju dengan penokohan ini, saya
percaya ada lebih banyak cerita. Sejak 2015 saya telah melakukan penelitian
mendalam dengan milenium Kanada, mewawancarai 33 milenium Kanada yang
mengidentifikasi diri sebagai spiritual tetapi tidak religius untuk lebih memahami
keyakinan pada agama yang dianut oleh masyarakat setempat.
Asal usul kata "spiritualitas," dalam konteks teologi Kristen, terletak pada kata
benda Latin spiritualitas, yang berasal dari kata benda Yunani pneuma, yang
berarti roh. Menariknya, "roh" dalam konteks aslinya bukan kebalikan dari "fisik"
atau "material," tetapi dari "daging," atau segala sesuatu yang bukan dari Allah.
Karena itu, “pribadi rohani,” dalam pengertian Kristen aslinya, hanyalah
seseorang yang tinggal di dalam Roh Allah. Arti asli dari spiritual
membandingkannya dengan 'daging' - atau 'segala sesuatu yang bukan berasal dari
Allah.
Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam,
Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu
yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai
wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang
keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan
merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa
kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang
3

menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi


kepada individu untuk mencapai suatu prestasi dan berorientasi kedepan.
Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan
antara unsur psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual. Kata
spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami
pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English
Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-
kata berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi
fisik, perasaan atu pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang
intelektual dan berkualitas, adanya perkembanga pemikiran danperasaan, adanya
perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubngan dengan organisasi
keagamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang
mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan
bertingkah laku seseorang. Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual
dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan
sistemkepercayaan (Dyson, Cobb, Forman,1997). Dyson mengamati bahwa
perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang
dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992)
spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal. Spiritual juga
diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey &
Guazetta, 2000). Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan
sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga
merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang
memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi,
menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

C. Masyarakat Perkotaan
Teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota dibagi menjadi lima,
yaitu netral afektif, orientasi diri, universalisme, prestasi dan heterogenitas. Ciri
masing-masing tipe sebagai berikut.
1. Netral Afektif, Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkan Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan
konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau
mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut
perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
2. Orientasi Diri, Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat
mempertahankan dirinya sendiri. Pada umumnya di kota tetangga itu
bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh
4

karena itu setiap orang di kota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri
pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
3. Universalisme, Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum. Oleh
karena itu, pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting
untuk Universalisme.
4. Prestasi, Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
5. Heterogenitas, Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen,
artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
5

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Spiritual Pada Masyarakat


Perkotaan ini diberikan pada hari Kamis, 05 September 2019 pada pukul 10.00 –
12.00 WIB. Lokasi praktikum studi literatur mengenai Identifikasi Aspek dan
Elemen Spiritual Pada Masyarakat Perkotaan ini yaitu di Kota Bitung, Sulawesi
Utara, Indonesia.

B. Alat dan Bahan

Ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum studi
literatur Identifikasi Aspek dan Elemen Spiritual Pada Masyarakat Perkotaan di
Kota Bitung untuk mempermudah pengolahan data. Alat dan bahan yang
digunakan pada saat praktikum tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Alat tulis Digunakan untuk menulis catatan
2. Internet Digunakan untuk mencari data
3. Jurnal atau Artikel Digunakan untuk mengambil data
Digunakan untuk membuat laporan dan power
4. Laptop
point.

C. Tahapan Kerja

Tahapan pengerjaan untuk praktikum studi literatur tentang Identifikasi


Aspek dan Elemen Spiritual Pada Masyarakat Perkotaan di Kota Bitung adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi yang akan menjadi tempat studi literature.
2. Melakukan studi literatur terkait dengan lokasi yang sudah ditentukan.
3. Mengidentifikasi aspek dan Elemen Spiritual yang terjadi pada studi
literatur.
4. Menginventarisasi setiap aspek dan Elemen Spiritual pada masyarakat
perkotaan di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
5. Merekap data yang telah diperoleh.
6. Membuat laporan praktikum sesuai format yang sudah ditentukan.
7. Membuat power point sesuai data yang didapat.
6
7

IV. KONDISI UMUM

A. Geografis

Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah
Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh.
Kota Bitung terletak pada posisi geografis di antara 1o23‟23”-1o35‟39″LU
dan 125o1‟43”-125o18‟13″BT dan luas wilayah daratan 304 km2. Dari aspek
topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit 45,06%,
bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di bagian timur
mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian
barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150,
sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri,
perdagangan dan jasa.
Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit
yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman
margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang
keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura
dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi
yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.

B. Pariwisata

Objek wisata di Bitung, Sulawesi Utara :


1. Air Hujan di Kel. Danowudu, Kecamatan Ranowulu, 9 Km dari Pusat Kota
Bitung.
2. Air Perempuan dan Air Laki-Laki di Kel. Pinokalan, Kecamatan Ranowulu, 8
Km dari Pusat Kota Bitung
3. Airprang di Kel. Makawidey, Kecamatan Aertembaga Bitung, 1 Jam Dengan
Motor Boat dari Ruko Pateten, dengan 396 anak tangga
4. Bakri Cono Marine di Kel. Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, ± 30 menit
dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
5. Bastianus Diving Center Resort di Kel. Mawali, Lembeh Utara, ± 30 menit
dengan Motor Boat Dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
6. Benteng Resort di Kel. Batuputih 2, Ranowulu, 24 Km dari Pusat Kota
Bitung, Pantai Cottage, Diving dan Rekreasi
7. Dermaga Ruko Pateten di belakang Ruko Pateten yang digunakan penumpang
yang mengunjungi sekitar Selat Lembeh.
8

8. Divers Lodge Lembeh di Kel.Paudean, Lembeh Selatan, ± 1 Jam dengan


Motor Boat dDari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving
9. Kelenteng Seng Bo Kiong di Jl. Kadoodan, berupa kelenteng Tao dengan
ornamen khas kelenteng Cina yang indah.
10. Lembeh Marina Resort di Kel. Pintu Kota Bitung, ± 45 Menit dengan Motor
Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving.
11. Lokasi Perang Dunia II di Kecamatan Madidir Bitung, ± 1 Jam dengan Motor
Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata Bawah Laut (Kapal Karamnya).
12. Lokasi Perang Dunia II di Laut Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara
Bitung, ± 30 menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata
Bawah Laut (Kapal Karamnya)
13. Millennium Bitung di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 7 Km dari
Pusat Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
14. Monumen Jepang di Kel. Manembo-Nembo Bawah, Kecamatan Matuari, 7
Km dari Pusat Kota Bitung, berupa Tugu Bersejarah
15. Monumen Jepang Winenet di Kel. Winenet, Aertembaga, 3 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Kuburan Tentara Jepang.
16. Monumen Trikora Mandala Sakti di Batu Lubang, tepian Pulau Lembeh, yang
merupakan wisata sejarah.
17. Pantai Batuputih di Kel. Batu Putih 1, Kecamatan Ranowulu, 22 Km dari
Pusat Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
18. Pantai Langi di Kel. Waturirir Bitung, ± 1 Jam Dengan Motor Boat Dari Ruko
Pateten, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga.
19. Pantai Tanjung Merah di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 9 Km Dari
Pusat Kota Bitung, berupa Wisata Pantai Dan Rekreasi Keluarga.
20. Pelabuhan Bitung di Pelabuhan alam terbesar Sulawesi Utara yang disinggahi
kapal antar pulau.
21. Sea View Resort di Kel. Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, 8 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi Keluarga
22. Sulawesi Diving Quest di Kel.Waturirir Bitung, ± 1 Jam dengan Motor Boat
dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan Diving
23. Sumber Air Panas Alam Rumesung di Kel. Makawidey, Kecamatan
Aertembaga Bitung, ± 2 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa
Sumber Air Panas
24. Taman Koleksi Satwa Naemundung di Kel. Aertembaga, Kecamatan
Aertembaga, 5 Km dari Pusat Kota Bitung, Kebun Binatang
25. Taman Laut Batukapal di Kel. Lirang Bitung, ± 2 Jam dengan Motor Boat dari
Ruko Pateten, berupa Taman Laut.
26. Teluk Kasuari di Kel. Makawidey, Kecamatan Aertembaga Bitung, ± 1,5 Jam
dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Wisata Pantai dan Rekreasi
Keluarga, Snorkling dan Diving.
9

27. Teluk Kungkungan di Kel. Tandurusa, Kecamatan Aertembaga, 7 Km dari


Pusat Kota Bitung
28. Teluk Walenekoko di Kel. Pasir Panjang, Kecamatan Lembeh Selatan Bitung,
± 1 Jam dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Danau Pantai
29. The Pier To Ferry di Kel.Pateten, Kecamatan Aertembaga, 2,5 Km dari Pusat
Kota Bitung, berupa Jembatan Penyeberangan antar Pulau Kecil.
30. Two Fish Diving Center Mawali di Kel. Mawali, Kecamatan Lembeh Utara
Bitung, ± 30 menit dengan Motor Boat dari Ruko Pateten, berupa Cottage dan
Diving

C. Perekonomian

Perekonomian Kota Bitung di dominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan.


Namun dalam perkembangannya sektor industri ternyata berkembang cukup pesat
dan mencapai nilai tertinggi. Bertumbuhnya sektor industri sangat membantu
perekonomian terutama dengan meluasnya kesempatan kerja. Bertambahnya
perusahaan industri juga meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama dengan
terserapnya tenaga kerja sebanyak 21.755 orang, meningkat dari tahun
sebelumnya yang daya serapnya mencapai 21.290 tenaga kerja. Begitu juga dari
sisi kapital di mana peningkatan jumlah perusahaan ini diikuti pula dengan
peningkatan nilai investasi menjadi 541,67 miliar rupiah atau meningkat 23,47
persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Tahun 2004 sektor angkutan dan
komunikasi memberikan kontribusi paling besar dalam perekonomian di Kota
Bitung. Industri di Kota bitung di dominasi oleh industri perikanan, galangan
kapal dan industri minyak kelapa. Disamping itu juga ada industri transportasi
laut, makanan, baja, industri menengah dan kecil.

D. Penduduk

Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah
Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di
Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut.
Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan.
10

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum mengenai spiritual di Kota Bitung disajikan dalam bentuk


hasil dan pembahasan. Hasil merupakan tallysheet mengenai aspek dan elemen
spiritual di Kota Bitung. Sedangkan, pembahasan adalah ulasan mengenai hasil
yang dibandingkan dengan teori mengenai spiritual dan kespiritualan, khususnya
masyarakat kota. Berikut adalah hasil dan pembahasan menganai aspek dan
elemen spiritual pada Masyarakat Kota Bitung.

A. Hasil

Hasil disajikan dalam bentuk tallysheet berupa tabel inventarisasi sesuai


dengan aspek maupun elemen spiritual (Tabel 2). Dalam tabel hasil juga disajikan
mengenai jenis Hasil juga menyajikan secara ringkas mengenai deskripsi dari
masing-masing point.
Tabel 2. Tallysheet Inventarisasi Aspek dan Elemen Spiritual pada Masyarakat
Kota Bitung
Aspek dan Elemen Jenis Spiritual
No Deskripsi
Spiritual Ada Tidak
1. Aspek spiritual
a. Merasa yakin bahwa  Keyakinan diri sendiri dengan istilah
hidup sangat bermakna “Si Tou Timou Tumou Tou”, artinya
manusia (tou) hidup (timou) untuk
memanusiakan (tumou) orang lain
(tou).
b. Memiliki sebuah  Seperti salah satu konsep hidup yang
komitmen terhadap dimiliki, yaitu istilah "Rai Paar
aktualisasi potensi- Katilau". Yang berarti jangan sampai
potensi positif dalam ketinggalan
setiap aspek kehidupan
c. Menyadari akan  Beberapa bagian tubuh yang
keterkaitan dalam mempunyai kekuatan sakti seperti
kehidupan rambut dan kuku. Binatang-binatang
yang memiliki kekuatan sakti seperti
ular hitam dan beberapa jenis burung,
terutama burung hantu (manguni).
Beberapa tumbuhan yang memiliki
kekuatan sakti yaitu tawa‟ang, goraka
(jahe), balacai, jeruk suangi dan lain-
lain.
d. Meyakini bahwa  Kota bitung memiliki perayaan
berhubungan dengan tahunan yang dinamakan ritual
dimensi tansendensi rummamages yg merupakan wujud
adalah menguntungkan syukur atas berkat yg telah diberikan.
11

Tabel 2. (Lanjutan)
Aspek dan Elemen Jenis Spiritual
No Deskripsi
Spiritual Ada Tidak
2 Elemen spiritual
a.Kapasitas Transendensi  Kapasitas transendensi yang ada di
Kota Bitung yaitu merupakan ritual cie
sin atau ritual permohonan izin kepada
tuhan sesuai ada kepercayaan
thionghoa.
b. Kemampuan untuk  Upacara penyucian yang diiringi tari-
memasuki kondisi tarian dan musik yang memberikan
kesadaran spiritual yang manfaat untuk kesehatan dan
lebih tinggi kesejahteraan
c. Kemampuan untuk  Kepercayaan „mana‟ atau jimat yang
menyadari akan dipercaya dapat memberikan suatu
kemampuan merasakan efek positif baik itu keberuntungan
hal- hal suci atau lain sebagainya.
d. Kemampuan untuk  Tradisi ritual tulude merupakan salah
memanfaatkan sumber- satu tradisi yang masih di lakukan oleh
sumber spiritual untuk masyarakat sangihe kota bitung.
memecahkan
permsalahan dalam
kehidupan
e. Kemampuan untuk  Filsafah I Yayat U Santi yang
bertingkah laku yang memiliki arti Angkatlah Dan Acung-
baik acungkanlah Pedang (Mu) Itu.

B. Pembahasan

Pembahasan pada kegiatan praktikum ini dibagi menjadi dua garis besar.
Pembahasan mengenai aspek spiritual dan elemen spiritual. Aspek spiritual
diantaranya adalah merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna, memiliki sebuah
komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek
kehidupan, dan meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi transendensi adalah
menguntungkan. Sedangkan, elemen spiritual meliputi kapasitas transendensi,
kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi,
kemampuan untuk menyadari akan merasakan hal-hal suci, kemampuan untuk
memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan, dan kemampuan untuk bertingkah laku baik.
1. Aspek Spiritual
Aspek spiritual yang mancakup kehidupan dan kegiatan yang berhubungan
dengan spiritual. Aspek spiritual yang ada di Kota Bitung berhubungan ajaran-
ajaran Agama Kristen Protestan dan Suku Sangir dalam kehidupan masyarakat.
Agama Kristen dan Suku Sangir merupakan perpaduan yang mempengaruhi aspek
di Kota Bitung. Kota ini yang memiliki berbagai ajaran yang berhubungan dengan
pencipta maupun dengan sesama makhluk hidup dapat menjadi aspek spiritual
12

yang dapat menjadikan pemeluknya memiliki spiritual yang lebih. Berikut adalah
aspek spiritual yang berhubungan dengan ajaran Agama Kristen dan Suku Sangir
di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
a. Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna (Rahayu Amalia
Nugraha, J3B218132)
Setiap manusia harus mengetahui perannya dan menjadikan dirinya menjadi
lebih berguna terhadap orang lain. Keyakinan diri sendiri dengan istilah “Si Tou
Timou Tumou Tou”, artinya manusia (tou) hidup (timou) untuk memanusiakan
(tumou) orang lain (tou) di pegang teguh oleh masyarakat Sulawesi Utara. Istilah
ini dengan mudah dapat diartikan yaitu manusia baru dapat disebut sebagai
manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.
Istilah ini berarti setiap manusia dalam kehidupan memiliki peran terhadap
kehidupannya, baik untuk dirinya sendiri atau pun orang lain. Pegangan teguh
masyarakat mengenai filsafah yang dicetuskan oleh salah satu Pahlawan Indonesia
Sam Ratulangi, menjadi panutan masyarakat Kota Bitung untuk meyakini bahwa
hidup sangat bermakna dengan bermanfaat bagi orang lain. Keyakinan ini dalam
diri masyarakat Kota Bitung akan menjadikan masyarakat hidup tolong menolong,
gotong royong, dan saling menghargai sehingga terjadi keharmonisan dalam
masyarakat. Kegiatan gotong royong antar masyarakat juga akan tumbuh dalam
kehidupan masyarakat Kota Bitung.
Filsafah “Si Tou Timou Tumou Tou” dikehidupan masyarakat Kota Bitung
telah mengendor dalam menerapakan maknanya. Akhirnya, makna dari “Si Tou
Timou Tumou Tou” berubah menjadi “Sitou timou tumou tou”. Artinya, manusia
hidup untuk memuliakan (memanusiakan) manusia yang lain. Perubahan nilai ini
mengubah pola piker masyarakat Kota Bitung dalam perkembangannya. Filsafah
ini juga akhirnya mengubah hidup masyarakat Sulawesi Utara juga kota Bitung.
b. Memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi
positif dalam setiap aspek kehidupan (Rahayu Amalia Nugraha,
J3B218132)
Berdasarkan agama yang dianut, sebagian besar masyarakat Kota bitung
adalah penganut agama Nasrani. Hanya sebagian kecil yang menganut agama
Islam. Banyaknya masyarakat Kota Bitung beragama Nasrani, merupakan hasil
dari sejarah Pendudukan bangsa Eropa di wilayah Sulawesi Utara. Wilayah
Sulawesi Utara dalam masa penjajahan juga diikuti oleh para zending dan
missionaris dari Eropa yang bertugas untuk menyebarkan agama Kristen. Sebagai
penyiar agama Kristen Khatolik dan Kristen Protestan yang relatif lama di
Sulawesi Utara, zending dan missionaris dari Eropa berhasil menerapkan nilai-
nilai agama Nasrani kepada masyarakat Sulawesi Utara yang sebelumnya
penganut agama Animisme.
13

Sebagai penganut agama Nasrani, masyarakat Sulawesi Utara dapat


menjalankan kegiatan keagamaan secara menetap. Kondisi ini dapat terlihat dari
kegiatan keagamaan yang dilakukan. Dari kecil hingga dewasa mereka
membiasakan diri untuk selalu ke Gereja untuk bersembahyang dan memanjatkan
doa kepada Tuhan. Tidak hanya itu masyarakat Kota Bitung berusaha membaca
alkitab agar dapat mewujudkan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Kristen.
Seperti salah satu konsep hidup yang dimiliki, yaitu istilah "Rai Paar
Katilau". Yang berarti jangan sampai ketinggalan. Bagi masyarakat Sulawesi
Utara termasuk Kota Bitung "Rai Paar Katilau" atau jangan mau ketinggalan ini
merupakan nilai budaya yang menjadi pedoman kehidupan yang dijalankannya.
Dalam nnenjalani hidupnya, seseorang diharapkan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Untuk memperolehnya seseorang harus rajin bekerja,
mempunyai cita-cita, merencanakan setiap langkah yang akan ditempuh, agar
keinginannya dapat terwujud. Dengan isitilah itu biasanya orang tua di Kota
Bitung sering mengeluarkan kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" kepada anak-
anaknya.
Kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" yang diungkapkan mengandung
makna yang sangat dalam. Tidak hanya mengandung arti jangan mau ketinggalan,
tetapi juga mengandung arti yaitu jangan hanya dapat melihat namun juga harus
memiliki. Kata atau ungkapan ini bermaksud untuk memicu maju seseorang, agar
menjalani hidupnya tidak bermalas-malasan dan mau berusaha untuk meraih apa
yang diinginkannya. Tidak hanya itu, seseorang juga harus berusaha untuk
mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh orang lain. Oleh karena itu setiap
orang tua di Kota Bitung selalu mengeluarkan kata atau ungkapan tersebut dalam
mendidik masa depan anak¬anaknya.
Kondisi demikian dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Kota Bitung. Misalkan pada satu keluarga nelayan bekerja mengambil ikan
dengan jaring, ke depannya diibaratkan harus dapat mengambil ikan dengan
menggunakan alat lain yang lebih canggih. Sehingga kemajuan itu akan dapat di
peroleh, dengan berusaha. Untuk itu kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" harus
selalu diingat, yang dapat mendorong munculnya semangat untuk meraih sesuatu.
Semangat untuk meraih sesuatu muncul apabila tetangga sekitar tempat tinggalnya
telah memiliki apa yang diinginkannya.
Kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" ini dapat dianggap sebagai ajakan
untuk bersaing secara positif, sebagaimana manusia dalam menjalin hubungan
sosial biasanya memiliki rasa persaingan. Rasa persaingan ini dalam kaitannya
dengan kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" dapat dianggap sebagai persaingan
yang bersifat positif. Karena dengan jangan mau ketinggalan sebagai arti dari kata
atau ungkapan itu, memberi gambaran seseorang tidak boleh ketinggalan dengan
yang lain dalam berbagai hal. Untuk itu ia harus mengejar ketinggalannya dari
yang lain, yang menjadi wujud dari rasa berkompetensi itu.
14

Bagi masyarakat Kota Bitung kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" tetap
ada atau hidup hingga kini, dan masih sering diucapkan terutama oleh orang tua
untuk memacu maju anak-anaknya. Namun demikian sebagian masyarakat Kota
Bitung tidak selalu memahami sepenuhnya makna sebenarnya kata atau ungkapan
tersebut Oleh karena itu sering mereka mewujudkannya secara kurang tepat.
Kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" dapat dikatakan sebagai aspek
spiritual dalam memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi
positif dalam setiap aspek kehidupan, karena pengembangan makna dari
ungkapan ini akan meningkatkan kualitas hidup dalam aktualisasi diri.
c. Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan (Rahayu Amalia
Nugraha, J3B218132)
Aspek spiritual menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan pada
masyarakat Kota Bitung salah satunya yaitu kepercayaan kepada anggota tubuh
manusia yang memiliki kekuatan, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-
benda yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kota Bitung.
Kepercayaan itu tumbuh dalam kehidupan masyarakat yang tidak bisa di pisahkan
dengan agama yang dianut pada masyarakat Kota Bitung.
Kepercayaan Suku Sangir Kota Bitung mempercayai bahwa ada bagian
tubuh yang mempunyai kekuatan sakti seperti rambut dan kuku. Binatang-
binatang yang memiliki kekuatan sakti seperti ular hitam dan beberapa jenis
burung, terutama burung hantu (manguni). Untuk tumbuh-tumbuhan yang
memiliki kekuatan sakti adalah tawa‟ang, goraka (jahe), balacai, jeruk suangi dan
lain-lain. Gejala alam seperti gunung meletus dan hujan lebat dengan petir secara
terus-menerus dianggap sebagai marahnya para dewa. Senjata yang dianggap
memiliki kekuatan sakti yang harus dijaga dengan baik adalah keris, santi (pedang
panjang), lawang (tombak), dan kelung (perisai).
Ucapan seperti sumpah dan kutukan juga dikenal sebagai kata-kata yang
dianggap dapat mengakibatkan malapetaka, apalagi jika yang mengatakannya
orangtua, kata-katanya dianggap memiliki kekuatan sakti. Benda-benda jimat baik
yang diwariskan orangtua atau tona‟as yang disebut Paereten. Paereten merupakan
benda-benda yang memiliki kesaktian, hingga saat ini masih dipakai oleh
masyarakat Suku Sangi Kota Bitung.
Jiwa yang dianggap sebagai kekuatan yang ada dalam tubuh manusia
menyebabkan adanya hidup memiliki makna yang sama dengan jiwa sesudah
meninggalkan tubuh karena mati atau roh. Makna jiwa dan roh ini disebut
katotouan. Unsur jiwa didalam kehidupan manusia adalah : gegenang (ingatan),
pemendam (perasaan), dan keketer (kekuatan). Gegenang adalah unsur yang
utama dalam jiwa. Pada saat sekarang, sesuai dengan aturan-aturan agama
Kristen, maka makna dunia akhirat (sekalipun untuk mereka yang masih
melakukan upacara-upacara kepercayaan pribumi untuk mendapat kan kekuatan
sakti darih makhluk-makhluk halus) ialah surga bagi yang selamat, serta neraka
15

bagi yang berdosa dan tidak percaya. Agama-agama resmi yang diatur oleh
masyarakat Kota Bitung antara lain Protestan, katolik dan Islam. Unsur-unsur
religi tradisi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keagamaan.

2. Elemen Spiritual

a. Kapasitas Transendensi (Astin Eka Saputri – J3B218131)


Kapasitas transendensi yang ada di Kota Bitung dapat dilihat pada saat
penyambutan hari raya cap go meh yang disambut oleh masyarakat dengan ritual
Cie Sin. Ritual ini biasa disebut masyarakat kota Bitung dengan sebutan ritual
turunnya roh suci ke bumi. Dalam ritual tersebut khusunya masyrakat thionghoa
meminta permohonan izin kepada tuhan untuk merayakan prosesi cap go meh.
Ritual ini biasa dilakukan dengan melepar sepasang poe woe agar mengetahui
tuhan mengizinkan atau tidak. Jika salah satu poe woe terbuka maka tuhan telah
merestui kegiatan Cap go meh di kota Bitung tersebut.
Setiap tahunnya masyarakat thionghoa selalu melakukan ritual tersebut guna
menghormati para leluhur yang ada di dari zaman dahulu. Saat telah direstui oleh
tuhan maka masyarakat biasanya melaksanakan cap go meh dengan adanya
festival yang berbau agama thionghoa serta adanya pertunjukan pedang. Kapasitas
transedensi yang dirasakan oleh penonton atau mayarakat dapat terlihat pada saat
acara berlangsung. Semua akses jalan yang ditutup menjadikan jalan raya riuh
oleh masyarakat yang ingin menyaksikan kegiatan cap go meh tersebut.
b. Meyakini Bahwa Berhubungan dengan Dimensi Tansendensi adalah
Menguntungkan (Astin Eka Saputri – J3B218131)
Kota Bitung yang masyarakatnya mayoritas masih percaya dengan adanya
bantuan dari para leluhur serta nenek moyang menjadikan kota tersebut sangat
kaya dengan warisan dan adat istiadatnya. Tradisi Rumamages merupakan tradisi
pengucapan syukur yang telah dilakukan sejak zaman leluhur sebagai wujud
syukur atas berkat nya yang telah diberikan. Ritual ini biasa dilakukan oleh
masyarakat kota Bitung saat panen di kotanya memiliki keuntungan yang banyak
sebagai bentuk persembahan seperti rerumetaan (persembahan khusus bagi
Tuhan) dan ja se weteng(persembahan sebagai simbol penghormatan bagi
leluhur). Puncak perayaan ritual ini dilakukan saat sebelum matahari terbit agar
terciptanya lagi semangat baru masyarakat kota bitung untuk melakukan
pekerjaan dan usahanya.
Perayaan rumamages memiliki makna terselubung didalamnya, makna ini
adalah manusia harus menghormati tuhan dan para leluhur karena semua yang
berkatnya berikan merupakan menjadi segala sesuatu yang telah digariskan oleh
tuhan dan para leluhur. Selain itu, masyarakat kota Bitung melaksanakan ritual
tersebut dengan memakai pakaian dan perhiasaan yang menunjukan sangat hormat
dan berbudi luhurnya kepada para leluhur dan tuhan.
16

c. Kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang


lebih tinggi (TB Arya, J3B218139)
Adanya elemen spiritual berupa kemampuan untuk memasuki kondisi
kesadaran spiritual yang lebih tinggi ditandai dengan bentuk kepercayaan terhadap
animisme, karena dipercaya bahwa dunia ghaib tempat bermukimnya dewa-dewa,
dan mereka dapat merasakan pula adanya kekuasaan yang tertinggi yang
diwujudkan dalam kata-kata pujian yang berbunyi I Ghenggona langi duatan
saruluang, helakiwa maniredu sihingang yang berarti Dia yang di atas langit yang
berkuasa pada alam semesta. Mereka juga percaya bahwa I Ghenggonalangi, ada
di pohon-pohon besar, batu-batu besar, di tanjung-tanjung dan di kuburan-
kuburan tua. Dengan adanya kepercayaan tersebut, mereka melakukan pemujaan-
pemujaan dalam bentuk upacara-upacara ritual di tempat-tempat yang dianggap
keramat tersebut yang dilaksanakan secara besar-besaran setahun sekali.
Tepatnya pada masyarakat Sangihe, masyarakat yang sudah mengenal
upacara penyucian yang disertai tarian-tarian dan alunan musik dalam rangka
tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat yang disebut Mangudang Banua.
Mangudang berarti mengobati, banua berarti lingkungan atau alam sekitar. Jadi
Mangundang Banua berarti pengobatan untuk lingkungan hidup dan alam sekitar.
Upacara ini bertujuan untuk kesehatan/kesejahteraan seluruh rakyat, baik dalam
mata pencaharian juga lain sebagainya. Kesadaran spiritual masyarakat yang
mengikuti upacara penyucian Mangudang Banua akan bertambah tinggi. Dengan
mengikuti upacara tersebut, seseorang akan merasa bersyukur juga mendapatkan
kesehatan, kesejahteraan bagi seluruh rakyat yang mempercayainya, dan tentunya
hal ini membuat sadar akan kespiritualan yang semakin tinggi (bertambah).
d. Kemampuan untuk menyadari akan kemampuan merasakan hal -
hal suci (TB Arya, J3B218139)
Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang terdapat di
Kota Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa
Utara. Adanya elemen spiritual berupa kemampuan untuk menyadari akan
kemampuan merasakan hal-hal suci di Kota Bitung ditandai dengan adanya
bentuk kepercayaan-kepercayaan yang condong bersifat animisme, meskipun
mayoritas Kota Bitung telah mengenal Kristen dan Islam. Bentuk kepercayaan
yang masih dipercayai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Nusa Utara yakni
kepercayaan „mana‟. Dalam kamus KBBI, kata „mana‟ memiliki arti tenaga hidup
yang tidak berpribadi dan ada pada manusia, binatang, tumbuhan, dan segala
macam benda, biasanya untuk jimat atau fetis, serta membawanya suatu
keberuntungan bagi pemiliknya, akan tetapi dapat menimbulkan kerugian bagi
orang-orang yang tidak menghiraukanya. Hal tersebut menurut kepercayaan atau
pandangan orang Malenasia.
17

Terkait „mana‟, sebetulnya pertama kali digunakan zendeling Inggris


Codrington untuk menyatakan suatu tenaga sakti penuh rahasia. Tenaga ini
menurut pengertian suku primitif berada dalam seluruh alam, dalam manusia dan
binatang, dalam pepohonan dan tumbuhan, dalam segala sesuatu dan bisa
mengerjakan baik kebahagiaan maupun pemusnahan. Kesadaran akan
kemampuan merasakan hal-hal suci dapat dirasakan bagi mereka yang percaya
akan kepercayaan „mana‟ ini, karena mereka yang percaya dapat merasakan hal-
hal yang suci dalam artian dalam memberikan efek bantuan positif maupun efek
negatif (yang di timbulkan).
e. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk
memecahkan permsalahan dalam kehidupan (Farhan Aryasuta,
J3B218130)
Tradisi ritual tulude merupakan salah satu tradisi yang masih di lakukan
oleh masyarakat sangihe kota bitung, tradisi ritual ini dilakukan turun temurun
sejak dari nenek moyang sebagai ekspresi ungkapan syukur kepada yang maha
kuasa, Adapun arti kata "Tulude" atau "Menulude" berasal dari kata Suhude,
bahasa Sangihe yang berarti tolak. Sedangkan tulude berarti menolak atau
melepaskan, ritual tulude ini sangat dikenal oleh masyarakat sebagai ritual tolak
tahun, ritual ini dilakukan dengan cara pemotongan nasi tumpeng yang di pimpin
oleh masyarakat sangihe yang di tuakan kemudian masyarakat yang di tuakan ini
membaca doa dengan bahasa sangihe untuk diberi keselamatan di sepanjang
tahunnya, biasanya setelah melakukan ritual tulude masyarakan sangihe kota
bitung melanjutkan acara masamper atau kesenian nusa utara.
f. Kemampuan untuk bertingkah laku yang baik (Rahayu Amalia
Nugraha, J3B218132)
Untuk menghadapi segala rintangan terhadap musuh, Sulawsi Utara
termasuk juga Kota Bitung memiliki istilah yang biasa disebutkan yaitu “I Yayat
U Santi” terjemahan harafiahnya yaitu Angkatlah Dan Acung-acungkanlah
Pedang (Mu) Itu. Istilah ini sudah melekat di masyarakat Kota Bitung. Harapan
terciptanya filsafah ini yang menjadi identitas masyarakat Minahasa Sulawesi
Utara yaitu agar masyarakat mampu kuat menghadapi musuh dengan rasa
semangat yang menggelora.
“I Yayat U” Santi sudah membungkus otak masyarakat minahasa Sulawesi
Utara untuk berpegang teguh pada semboyan ini. Mulai dari orang tua hingga
anak-anak sudah dibekali ilmu dan mental Musuh disini bukan hanya musuh yang
ada secara fisik, tetapi juga musuh non-fisik yang mampu merubah kehidupan
masyarakat Kota Bitung. Tantangan non-fisik yang menjadi rantangan bagi
masyarakat Kota Bitung seperti kemiskinan, kemalasan, ketidakadilan, dan segala
sesuatu yang dapat menjadi musuh kehidupan. Dengan berpegangan pada istilah
ini mampu membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
18

V. SIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan mengenai aspek spiritual dan elemen spiritual pada
Kota Bitung yaitu seluruh aspek dan elemen spiritual ada di dalam kehidupan kota
bitung, kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek spiritual merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna masyarakat
kota Bitung berpegang pada filsafah “Si Tou Timou Tumou Tou”, artinya
manusia (tou) hidup (timou) untuk memanusiakan (tumou) orang lain (tou),
memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Kota Bitung memiliki konsep hidup yaitu
istilah "Rai Paar Katilau" yang berarti jangan sampai ketinggalan, menyadari akan
keterkaitan dalam kehidupan memiliki aspek beberapa bagian tubuh yang
mempunyai kekuatan sakti, binatang-binatang yang memiliki kekuatan sakti,
beberapa tumbuhan yang memiliki kekuatan sakti. Meyakini bahwa berhubungan
dengan dimensi tansendensi adalah menguntungkan bagi kota Bitung yakni
Tradisi Rumamages merupakan tradisi pengucapan syukur yang telah dilakukan
sejak zaman leluhur sebagai wujud syukur atas berkat nya yang telah diberikan.
2. Elemen spiritual dalam kapasitas Transendensi yaitu penyambutan hari
raya cap go meh yang disambut oleh masyarakat dengan ritual Cie Sin,
Kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi yaitu
upacara penyucian yang disertai tarian-tarian dan alunan musik dalam rangka
tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat yang disebut Mangudang Banua.
Mangudang berarti mengobati, banua berarti lingkungan atau alam sekitar. Jadi
Mangundang Banua berarti pengobatan untuk lingkungan hidup dan alam sekitar.
Upacara ini bertujuan untuk kesehatan/kesejahteraan seluruh rakyat, baik dalam
mata pencaharian juga lain sebagainya. Kemampuan untuk menyadari akan
kemampuan merasakan hal- hal suci yaitu kepercayaan terhadap „mana‟ atau
jimat. „Mana‟ dipercaya dapat memberikan kesehatan juga kesejahteraan bagi
mereka yang mempercayainya. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber
spiritual untuk memecahkan permsalahan dalam kehidupan yaitu tradisi ritual
tulude merupakan salah satu tradisi yang masih di lakukan oleh masyarakat
sangihe kota bitung. Kemampuan untuk bertingkah laku yang baik yaitu istilah
yang biasa disebutkan yaitu “I Yayat U Santi” terjemahan harafiahnya yaitu
Angkatlah Dan Acung-acungkanlah Pedang (Mu) Itu.
19

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2017. Pengertian Spiritual. https://www.kompasiana.com/nezfin


e/55004cf3813311275efa76fd/pengertian-spiritual. Diakses pada 7
September 2019
Anonim. 2013. Kondisi Geografis Kota Bitung.
https://bencanasulut.wordpress.com/2013/06/09/kondisi-geografis-kota-
bitung/. Diakses pada 7 September 2019
Azhar. 2015. Pengertian Identifikasi. https://pengertianahli.id/2015/01/pengertian-
identifikasi.html. Diakses pada 7 September 2019
Dicky, I. (2012, Juni Kamis 12). Definisi Masyarakat. wordpress:
http://dechyku.wordpress.com/. Diakses pada 7 September 2019

Anda mungkin juga menyukai