Disusun Oleh:
Kelompok 3/P2
Dosen:
Wulandari Dwi Utari, S.Hut, M.Si
Asisten Dosen:
Alvionita Ritawati, S.Hut
Ansyari Musoman, S.Hut
Halaman
DAFTAR TABEL ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 2
III. METODELOGI PRAKTIKUM 5
A. Waktu dan Tempat 5
B. Alat dan Bahan 5
C. Tahapan Kerja 5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
A. Hasil 10
B. Pembahasan 11
V. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
i
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Alat dan Bahan 5
2. Tallysheet Inventarisasi Aspek dan Elemen Spiritual pada Masyarakat Kota 10
ii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Identifikasi
Identifikasi adalah satu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengambil
alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang terintegrasi dengan
kepribadiannya sendiri. Dalam pengertian yang lain, identifikasi adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk menjadi sama dengan individu lain.
Individu yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Perilaku, sikap,
keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan menjiwai
para pelaku identifikasi sehingga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kepribadiannya.
B. Spiritual
Spiritualitas telah menjadi semacam kata kunci dalam budaya saat ini,
terutama untuk generasi milenial. Semakin banyak orang Amerika Utara
mengidentifikasi diri mereka sebagai spiritual dan bukan agama. Apa yang ada di
balik meningkatnya popularitas spiritualitas tanpa agama? Beberapa kritikus
berpendapat itu adalah produk sampingan dari budaya terobsesi diri saat ini, bukti
epidemi narsisme. Kritik ini mirip dengan yang diluncurkan pada generasi
milenial (lahir antara 1980-2000) secara umum, apa yang oleh beberapa sarjana
disebut "Generasi Saya." Meskipun saya tidak setuju dengan penokohan ini, saya
percaya ada lebih banyak cerita. Sejak 2015 saya telah melakukan penelitian
mendalam dengan milenium Kanada, mewawancarai 33 milenium Kanada yang
mengidentifikasi diri sebagai spiritual tetapi tidak religius untuk lebih memahami
keyakinan pada agama yang dianut oleh masyarakat setempat.
Asal usul kata "spiritualitas," dalam konteks teologi Kristen, terletak pada kata
benda Latin spiritualitas, yang berasal dari kata benda Yunani pneuma, yang
berarti roh. Menariknya, "roh" dalam konteks aslinya bukan kebalikan dari "fisik"
atau "material," tetapi dari "daging," atau segala sesuatu yang bukan dari Allah.
Karena itu, “pribadi rohani,” dalam pengertian Kristen aslinya, hanyalah
seseorang yang tinggal di dalam Roh Allah. Arti asli dari spiritual
membandingkannya dengan 'daging' - atau 'segala sesuatu yang bukan berasal dari
Allah.
Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam,
Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu
yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai
wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang
keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan
merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa
kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang
3
C. Masyarakat Perkotaan
Teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota dibagi menjadi lima,
yaitu netral afektif, orientasi diri, universalisme, prestasi dan heterogenitas. Ciri
masing-masing tipe sebagai berikut.
1. Netral Afektif, Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkan Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan
konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau
mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut
perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
2. Orientasi Diri, Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat
mempertahankan dirinya sendiri. Pada umumnya di kota tetangga itu
bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh
4
karena itu setiap orang di kota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri
pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
3. Universalisme, Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum. Oleh
karena itu, pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting
untuk Universalisme.
4. Prestasi, Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
5. Heterogenitas, Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen,
artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
5
Ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum studi
literatur Identifikasi Aspek dan Elemen Spiritual Pada Masyarakat Perkotaan di
Kota Bitung untuk mempermudah pengolahan data. Alat dan bahan yang
digunakan pada saat praktikum tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Alat tulis Digunakan untuk menulis catatan
2. Internet Digunakan untuk mencari data
3. Jurnal atau Artikel Digunakan untuk mengambil data
Digunakan untuk membuat laporan dan power
4. Laptop
point.
C. Tahapan Kerja
A. Geografis
Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah
Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh.
Kota Bitung terletak pada posisi geografis di antara 1o23‟23”-1o35‟39″LU
dan 125o1‟43”-125o18‟13″BT dan luas wilayah daratan 304 km2. Dari aspek
topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit 45,06%,
bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di bagian timur
mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian
barat, merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150,
sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri,
perdagangan dan jasa.
Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit
yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman
margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang
keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura
dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi
yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
B. Pariwisata
C. Perekonomian
D. Penduduk
Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah
Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki
gunung Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk
Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di
Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut.
Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan.
10
A. Hasil
Tabel 2. (Lanjutan)
Aspek dan Elemen Jenis Spiritual
No Deskripsi
Spiritual Ada Tidak
2 Elemen spiritual
a.Kapasitas Transendensi Kapasitas transendensi yang ada di
Kota Bitung yaitu merupakan ritual cie
sin atau ritual permohonan izin kepada
tuhan sesuai ada kepercayaan
thionghoa.
b. Kemampuan untuk Upacara penyucian yang diiringi tari-
memasuki kondisi tarian dan musik yang memberikan
kesadaran spiritual yang manfaat untuk kesehatan dan
lebih tinggi kesejahteraan
c. Kemampuan untuk Kepercayaan „mana‟ atau jimat yang
menyadari akan dipercaya dapat memberikan suatu
kemampuan merasakan efek positif baik itu keberuntungan
hal- hal suci atau lain sebagainya.
d. Kemampuan untuk Tradisi ritual tulude merupakan salah
memanfaatkan sumber- satu tradisi yang masih di lakukan oleh
sumber spiritual untuk masyarakat sangihe kota bitung.
memecahkan
permsalahan dalam
kehidupan
e. Kemampuan untuk Filsafah I Yayat U Santi yang
bertingkah laku yang memiliki arti Angkatlah Dan Acung-
baik acungkanlah Pedang (Mu) Itu.
B. Pembahasan
Pembahasan pada kegiatan praktikum ini dibagi menjadi dua garis besar.
Pembahasan mengenai aspek spiritual dan elemen spiritual. Aspek spiritual
diantaranya adalah merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna, memiliki sebuah
komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek
kehidupan, dan meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi transendensi adalah
menguntungkan. Sedangkan, elemen spiritual meliputi kapasitas transendensi,
kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi,
kemampuan untuk menyadari akan merasakan hal-hal suci, kemampuan untuk
memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan, dan kemampuan untuk bertingkah laku baik.
1. Aspek Spiritual
Aspek spiritual yang mancakup kehidupan dan kegiatan yang berhubungan
dengan spiritual. Aspek spiritual yang ada di Kota Bitung berhubungan ajaran-
ajaran Agama Kristen Protestan dan Suku Sangir dalam kehidupan masyarakat.
Agama Kristen dan Suku Sangir merupakan perpaduan yang mempengaruhi aspek
di Kota Bitung. Kota ini yang memiliki berbagai ajaran yang berhubungan dengan
pencipta maupun dengan sesama makhluk hidup dapat menjadi aspek spiritual
12
yang dapat menjadikan pemeluknya memiliki spiritual yang lebih. Berikut adalah
aspek spiritual yang berhubungan dengan ajaran Agama Kristen dan Suku Sangir
di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
a. Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna (Rahayu Amalia
Nugraha, J3B218132)
Setiap manusia harus mengetahui perannya dan menjadikan dirinya menjadi
lebih berguna terhadap orang lain. Keyakinan diri sendiri dengan istilah “Si Tou
Timou Tumou Tou”, artinya manusia (tou) hidup (timou) untuk memanusiakan
(tumou) orang lain (tou) di pegang teguh oleh masyarakat Sulawesi Utara. Istilah
ini dengan mudah dapat diartikan yaitu manusia baru dapat disebut sebagai
manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.
Istilah ini berarti setiap manusia dalam kehidupan memiliki peran terhadap
kehidupannya, baik untuk dirinya sendiri atau pun orang lain. Pegangan teguh
masyarakat mengenai filsafah yang dicetuskan oleh salah satu Pahlawan Indonesia
Sam Ratulangi, menjadi panutan masyarakat Kota Bitung untuk meyakini bahwa
hidup sangat bermakna dengan bermanfaat bagi orang lain. Keyakinan ini dalam
diri masyarakat Kota Bitung akan menjadikan masyarakat hidup tolong menolong,
gotong royong, dan saling menghargai sehingga terjadi keharmonisan dalam
masyarakat. Kegiatan gotong royong antar masyarakat juga akan tumbuh dalam
kehidupan masyarakat Kota Bitung.
Filsafah “Si Tou Timou Tumou Tou” dikehidupan masyarakat Kota Bitung
telah mengendor dalam menerapakan maknanya. Akhirnya, makna dari “Si Tou
Timou Tumou Tou” berubah menjadi “Sitou timou tumou tou”. Artinya, manusia
hidup untuk memuliakan (memanusiakan) manusia yang lain. Perubahan nilai ini
mengubah pola piker masyarakat Kota Bitung dalam perkembangannya. Filsafah
ini juga akhirnya mengubah hidup masyarakat Sulawesi Utara juga kota Bitung.
b. Memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi
positif dalam setiap aspek kehidupan (Rahayu Amalia Nugraha,
J3B218132)
Berdasarkan agama yang dianut, sebagian besar masyarakat Kota bitung
adalah penganut agama Nasrani. Hanya sebagian kecil yang menganut agama
Islam. Banyaknya masyarakat Kota Bitung beragama Nasrani, merupakan hasil
dari sejarah Pendudukan bangsa Eropa di wilayah Sulawesi Utara. Wilayah
Sulawesi Utara dalam masa penjajahan juga diikuti oleh para zending dan
missionaris dari Eropa yang bertugas untuk menyebarkan agama Kristen. Sebagai
penyiar agama Kristen Khatolik dan Kristen Protestan yang relatif lama di
Sulawesi Utara, zending dan missionaris dari Eropa berhasil menerapkan nilai-
nilai agama Nasrani kepada masyarakat Sulawesi Utara yang sebelumnya
penganut agama Animisme.
13
Bagi masyarakat Kota Bitung kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" tetap
ada atau hidup hingga kini, dan masih sering diucapkan terutama oleh orang tua
untuk memacu maju anak-anaknya. Namun demikian sebagian masyarakat Kota
Bitung tidak selalu memahami sepenuhnya makna sebenarnya kata atau ungkapan
tersebut Oleh karena itu sering mereka mewujudkannya secara kurang tepat.
Kata atau ungkapan "Rai Paar Katilau" dapat dikatakan sebagai aspek
spiritual dalam memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi
positif dalam setiap aspek kehidupan, karena pengembangan makna dari
ungkapan ini akan meningkatkan kualitas hidup dalam aktualisasi diri.
c. Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan (Rahayu Amalia
Nugraha, J3B218132)
Aspek spiritual menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan pada
masyarakat Kota Bitung salah satunya yaitu kepercayaan kepada anggota tubuh
manusia yang memiliki kekuatan, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-
benda yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kota Bitung.
Kepercayaan itu tumbuh dalam kehidupan masyarakat yang tidak bisa di pisahkan
dengan agama yang dianut pada masyarakat Kota Bitung.
Kepercayaan Suku Sangir Kota Bitung mempercayai bahwa ada bagian
tubuh yang mempunyai kekuatan sakti seperti rambut dan kuku. Binatang-
binatang yang memiliki kekuatan sakti seperti ular hitam dan beberapa jenis
burung, terutama burung hantu (manguni). Untuk tumbuh-tumbuhan yang
memiliki kekuatan sakti adalah tawa‟ang, goraka (jahe), balacai, jeruk suangi dan
lain-lain. Gejala alam seperti gunung meletus dan hujan lebat dengan petir secara
terus-menerus dianggap sebagai marahnya para dewa. Senjata yang dianggap
memiliki kekuatan sakti yang harus dijaga dengan baik adalah keris, santi (pedang
panjang), lawang (tombak), dan kelung (perisai).
Ucapan seperti sumpah dan kutukan juga dikenal sebagai kata-kata yang
dianggap dapat mengakibatkan malapetaka, apalagi jika yang mengatakannya
orangtua, kata-katanya dianggap memiliki kekuatan sakti. Benda-benda jimat baik
yang diwariskan orangtua atau tona‟as yang disebut Paereten. Paereten merupakan
benda-benda yang memiliki kesaktian, hingga saat ini masih dipakai oleh
masyarakat Suku Sangi Kota Bitung.
Jiwa yang dianggap sebagai kekuatan yang ada dalam tubuh manusia
menyebabkan adanya hidup memiliki makna yang sama dengan jiwa sesudah
meninggalkan tubuh karena mati atau roh. Makna jiwa dan roh ini disebut
katotouan. Unsur jiwa didalam kehidupan manusia adalah : gegenang (ingatan),
pemendam (perasaan), dan keketer (kekuatan). Gegenang adalah unsur yang
utama dalam jiwa. Pada saat sekarang, sesuai dengan aturan-aturan agama
Kristen, maka makna dunia akhirat (sekalipun untuk mereka yang masih
melakukan upacara-upacara kepercayaan pribumi untuk mendapat kan kekuatan
sakti darih makhluk-makhluk halus) ialah surga bagi yang selamat, serta neraka
15
bagi yang berdosa dan tidak percaya. Agama-agama resmi yang diatur oleh
masyarakat Kota Bitung antara lain Protestan, katolik dan Islam. Unsur-unsur
religi tradisi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keagamaan.
2. Elemen Spiritual
V. SIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan mengenai aspek spiritual dan elemen spiritual pada
Kota Bitung yaitu seluruh aspek dan elemen spiritual ada di dalam kehidupan kota
bitung, kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek spiritual merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna masyarakat
kota Bitung berpegang pada filsafah “Si Tou Timou Tumou Tou”, artinya
manusia (tou) hidup (timou) untuk memanusiakan (tumou) orang lain (tou),
memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Kota Bitung memiliki konsep hidup yaitu
istilah "Rai Paar Katilau" yang berarti jangan sampai ketinggalan, menyadari akan
keterkaitan dalam kehidupan memiliki aspek beberapa bagian tubuh yang
mempunyai kekuatan sakti, binatang-binatang yang memiliki kekuatan sakti,
beberapa tumbuhan yang memiliki kekuatan sakti. Meyakini bahwa berhubungan
dengan dimensi tansendensi adalah menguntungkan bagi kota Bitung yakni
Tradisi Rumamages merupakan tradisi pengucapan syukur yang telah dilakukan
sejak zaman leluhur sebagai wujud syukur atas berkat nya yang telah diberikan.
2. Elemen spiritual dalam kapasitas Transendensi yaitu penyambutan hari
raya cap go meh yang disambut oleh masyarakat dengan ritual Cie Sin,
Kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi yaitu
upacara penyucian yang disertai tarian-tarian dan alunan musik dalam rangka
tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat yang disebut Mangudang Banua.
Mangudang berarti mengobati, banua berarti lingkungan atau alam sekitar. Jadi
Mangundang Banua berarti pengobatan untuk lingkungan hidup dan alam sekitar.
Upacara ini bertujuan untuk kesehatan/kesejahteraan seluruh rakyat, baik dalam
mata pencaharian juga lain sebagainya. Kemampuan untuk menyadari akan
kemampuan merasakan hal- hal suci yaitu kepercayaan terhadap „mana‟ atau
jimat. „Mana‟ dipercaya dapat memberikan kesehatan juga kesejahteraan bagi
mereka yang mempercayainya. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber
spiritual untuk memecahkan permsalahan dalam kehidupan yaitu tradisi ritual
tulude merupakan salah satu tradisi yang masih di lakukan oleh masyarakat
sangihe kota bitung. Kemampuan untuk bertingkah laku yang baik yaitu istilah
yang biasa disebutkan yaitu “I Yayat U Santi” terjemahan harafiahnya yaitu
Angkatlah Dan Acung-acungkanlah Pedang (Mu) Itu.
19
DAFTAR PUSTAKA