Disusun Oleh:
Kelas B / Praktikum B1
Dosen:
Wulandari Dwi Utari, S.Hut, M.Si
Asisten Dosen:
Chery Pixy Redaniar Munajat, A.Md
Syifa Ainun Nabila, A.Md
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan 8
Tabel 2. Tallysheet Elemen Spiritual di Masyarakat Perkotaan 11
Tabel 3 3. Tallysheet Aspek spiritual non perkotaan 15
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spiritual adalah suatu usaha dalam mencari arti kehidupan, tujuan dan
panduan dalam menjalani kehidupan bahkan pada orang-orang yang tidak
memercayai adanya Tuhan. (Ellison, 2002). Spiritualitas adalah keyakinan dalam
hubungannya dengan sang pencipta (Achir Yani, 2000). Setiap individu pada
dasarnya memiliki kebutuhan spiritual yang harus dipenuhi. Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan
(Carson, 1989).
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Indonesia kaya
akan aspek elemen spiritual pada masyarakatnya disebabkan oleh beragamnya
agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia dan juga sajarah
bangsa Indonesia yang memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme sehingga
banyak kepercayaan-kepercayaan yang menimbulkan hal-hal yang dipercayai
memiliki kekuatan.
Spiritualitas dapat dikategorikan sebagai pembawa makna dan tujuan dalam
kehidupan seseorang, komitmen terhadap aktualisasi diri dari potensi positif
individu di semua aspek kehidupan, perasaan saling keterkaitan dengan benda-
benda hidup lainnya, sebuah perasaan keterkaitan dengan benda-benda yang saling
menguntungkan dengan sebuah dimensi transidensi.
B. Tujuan
Praktikum Aspek serta Elemen Spiritual Pada Masyarakat Perkotaan dan
Non Perkotaan Wisata memiliki beberapa tujuan yang akan dijelaskan pada hasil
pembahasan, dan kesimpulan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengenali, mengetahui, dan memahami serta mampu mengidentifikasi
aspek dan elemen spiritual pada masyarakat perkotaan.
2. Mengenali, mengetahui, dan memahami serta mampu mengidentifikasi
aspek dan elemen spiritual pada masyarakat non perkotaan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi
Identifikasi menurut Hawadi (2002:107) adalah suatu prosedur yang dipilih
dan yang cocok dengan ciri-ciri yang akan dicari dan selaras dengan program yang
mau dikembangkan. Hansen dan Linden (2002:107) menyatakan bahwa dalam
identifikasi, maka proses identifikasi yang dipilih haruslah berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah berdasarkan hal-hal dan tujuan
program yang bisa dipertahankan.
Prinsip identifikasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Metode identifikasi haruslah dipilih konsisten dengan defenisi.
2. Prosedur identifikasi haruslah bervariasi
3. Prosedur untuk identifikasi harus baku dan konsisten.
4. Jika ada keterbatasan dalam lingkungan, maka kita harus mempertimbangkan
apa yang dapat dilakukan dalam lingkungan tertentu (Hawadi, 2002: 108).
Menurut Hawadi (2002:110) proses identifikasi ada dua, yakni pertama, tahap
penjaringan dan tahap identifikasi serta studi kasus. Pada tahap penjaringan
digunakan metode yang majemuk seperti melakukan tes. Pada tahap kedua, yang
juga disebut dengan tahap identifikasi melibatkan pengetesan individu. Dalam hal
ini tahapan terhadap proses identifikasi adalah 1) tahap penjaringan, 2) tahap
seleksi untuk identifikasi akhir.
B. Aspek
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian aspek dalam bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini, yang diacu adalah pendapat dari Fatimah Djayasoedarma
dalam bukunya yang berjudul “Aspek, Kala/Adverbia Temporal, dan Modus”
(1985), yang menyatakan, bahwa bahasa Indonesia mempunyai katagori partikel
untuk menyatakan makna aspektual verbal. Partikel keaspekan tersebut dapat
mendukung bermacam-macam aspek antara lain:
(a) Perspektif, yaitu aspek yang mengacu pada gambaran peristiwa secara
keseluruhan (situasi lengkap): awal, tengah, dan akhir).
(b) Imperfektif, yaitu aspek yang menggambarkan situasi kontinuatif duratif
(progresif), termasuk habituatif (takprogresif) dengan kelompok frekuentif dan
takprekuentif (Djayasoedarma, 1985).
Berdasarkam partikel keaspekan tersebut dapat ditentukan, bahwa bahasa Indonesia
memiliki katagori aspek perfektif dan imperfektif. Jadi menurutnya, aspek adalah
struktur temporal intern suatu situasi. Lebih lanjut dikatakan, bahwa situasi yang
dimaksud dapat berupa keadaan, peristiwa, dan proses.
C. Elemen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata elemen adalah zat
sederhana (tunggal) yang dianggap sebagai komposisi bahan alam semesta (seperti
udara, tanah, air, api).
5
D. Spiritual
Menurut Adler, manusia adalah makhluk yang sadar terhadap semua alasan
tingkah lakunya, sadar inferioritasnya, mampu membimbing tingkah lakunya, dan
menyadari sepenuhnya arti dari segala perbuatan untuk kemudian dapat
mengaktualisasikan dirinya. Secara terminologis, spiritualitas berasal dari kata
spirit. Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa
latin spiritus yang berarti nafas dan kata kerja spirare yang berarti bernafas. Melihat
asal katanya untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas berarti
memiliki spirit.
Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material
Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan
dan makna hidup. Spiritualitas merupakan bagian esensial dari keseluruhan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Hasan. 2006 : 288)
Menurut Fontana dan Davic, definisi spiritual lebih sulit dibandingkan
mendefinisikan agama atau religion, para psikolog membuat beberapa definisi
spiritual yang pada dasarnya spiritual mempunyai beberapa arti diluar dari konsep
agama. Berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku
Mayoritas spirit selalu dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok spirit
merupakan energi baik secara fisik dan psikologi (Tamami 2011 : 19)
Spiritualitas maupun agama sering dilihat sebagai dua istilah yang memiliki
makna yang hampir sama. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas dan apa yang
dimaksud dengan agama sering dianggap sama dan kadang membingungkan
Namun kemudian spiritualitas telah dianggap sebagai karakter khusus
(connotations) dari keyakinan seseorang yang lebih pribadi, tidak terlalu dogmatis
lebih terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru dan beragam pengaruh, serta
lebih pluralistik dibandingkan dengan keyakinan yang dimaknai atau didasarkan
pada agama-agama formal. Spiritual merupakan hal yang berkaitan erat dengan
budaya dan kejiwaan dan bukan merupakan hal yang bersifat fisik atau material.
E. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa
manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Istilah Masyarakat kadang-kadang
digunakan dalam artian "gesellaachafi" atau sebagai asosiasi manusia yang ingin
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas isinya, sehingga direncanakan
pembentukan organisasi- organisasi tertentu (Soekanto, 1983). Masyarakat adalah
kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Suatu totalitas dari orang-orang yang saling
tergantung dan yang mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut
masyarakat. Walaupun penggunaan istilah-istilah masyarakat masih sangat samar-
samar dan umum, akan tetapi hal itu dapat dianggap indikasi dari hakikat manusia
yang senantiasa ingin hidup bersama dengan orang-orang lain. Bagaimanapun juga
penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepas dari nila-nilai, norma-
norma tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan
kepribadian (Soekanto, 1983).
6
F. Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU no. 24 tahun
1992 tentang Penataan Ruang).
Kota dapat berfungsi sebagai tempat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,
peribadatan, pendidikan dan sebagainya. Beberapa kota di Indonesia menampakkan
fungsi yang jelas tetapi sebagian besar masih belum demikian. Umumnya kota-kota
dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi memiliki lebih dari satu fungsi (Salim,
1979).
G. Non-Perkotaan
Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati. Selain kabupaten, pembagian wilayah
administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten dan kota
memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi,
karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung jawab kepada gubernur.
Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi wewenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
7
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pembuatan laporan praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 22
September 2021 pada pukul 20.10 WIB. Pelaksanaan ini berlokasi di
Perumahan vila mutiara lido Blok B4 No.8, Kelurahan cigombong, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat.
C. Tahapan Kerja
Tahapan yang dilakukan pada proses praktikum Identifikasi Aspek Serta Elemen
Spiritual pada masyarakat perkotaan dan non perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan studi kasus berdasarkan ketentuan yang tersedia
2. Mencari jurnal literatur dari internet mengenai studi kasus terkait
3. Mengidentifikasi, menganalisis jurnal dan mencari info terkait aspek serta elemen
spiritual di daerah perkotaan dan non perkotaan
4. Mencatat hasil identifikasi dan analisis
5. Membuat laporan praktikum pada software yang tersedia di laptop berdasarkan
panduan yang telah tersedia.
8
IV. KONDISI UMUM
A. Kota Denpasar
Kota Denpasar merupakan daerah atau salah satu kota yang terletak di
tengah – tengah Pulau Bali, yang juga merupakan Ibukota dari Provinsi Bali
sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian. Letak yang
sangat strategis ini sangatlah menguntungkan baik dari segi ekonomis maupun dari
kepariwisataan karena merupakan titik sentral atau pusat dari berbagai kegiatan
sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya.
Posisi geografis Kota Denpasar terletak di 08°35'31" - 08°44'49" LS dan
115°10'23" sampai 115°16'27" BT, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mengwi dan
Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Badung dan wilayah Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Badung, Teluk Benoa dan wilayah
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kuta dan Kecamatan
Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Kota Denpasar secara topografi ketinggian berkisar antara 0 -75 meter di
atas permukaan laut. Morfologi kemiringan lahan antara 0 – 5 % dan di daerah tepi
mencapai kemiringan sebesar 15 %.
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin
musim sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur (Juni – Desember)
dan musim hujan dengan angin barat (September – Maret) dan diselingi pancaroba.
Suhu rata – rata 25.4° C – 28.5° C dengan suhu maksimum pada bulan Agustus.
Luas wilayah Kota Denpasar adalah 127,98 km² atau 127,98 Ha (reklamasi
Pantai Serangan seluas 380 Ha atau 2,27 % dari seluruh luas daratan Provinsi Bali.
B. Kabupaten Badung
Kabupaten Badung merupakan salah satu dari kabupaten yang ada
diwilayah Provinsi Bali, yang berkembang dari sistem pemeritahan kerajaan
sebelum era kolonial. Padaawal kemerdekaan, dibentukpemerintahan Swatantra
Tingkat II Badung. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Orde Barudijadikan
9
pemerintahan Kabupaten Daerah Tingat II Badung. Setelah keluarnyaUndang-
Undang No. 1,Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Madya (Kodya) Daerah
Tingkat II Denpasar, pemerintahan Kabupaten Badung kemudian
dipisahkandengan Pemerintahan Kodya Denpasar (kini Kota Denpasar). Dengan
keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 67,Tahun 2009 tentang Pemindahan
Ibukota Kabupaten Badung dari wilayah Kota Denpasar ke wilayah Kecamatan
Mengwi, kemudian nama ibukota Kabupaten Badung digantidari Denpasar
menjadiMangupura.
Sebagai salah satu dari kabupaten di Bali, Kabupaten Badung secara fisik
memiliki bentuk wilayah menyerupai sebilah keris (lihat Gambar 4.1).
Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah, yang di dalamnya
terkandung semangat dan jiwa ksatria berkaitan dengan peristiwa Puputan Badung.
Semangat ini kemudian melandasi moto Kabupaten Badung, Cura Dharma
Raksaka, yang berarti kewajiban pemerintah untuk melindungi kebenaran dan
rakyatnya (Humas Badung, 2011:1).
Wilayah Kabupaten Badung terletak pada posisi 08o14'17"--08o50'57"
Lintang Selatan (LS) dan 115o05'02"--15o15' 09" Bujur Timur (BT) membentang
di tengah-tengah Pulau Bali. Luas wilayah Kabupaten Badung adalah 418,52
km2(7,43% dari luas Pulau Bali). Bagian utara Kabupaten Badung merupakan
daerah pegunungan yang berudara sejuk,berbatasan dengan Kabupaten
Buleleng. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai
berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Sebelah
timur wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar.
Bagian tengah wilayah Badung merupakan daerah persawahan. Di sebelahbarat
berbatasan dengan KabupatenTabanan. Secara umum Kabupaten Badung
merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim,yaitu musim kemarau
(April–Oktober) danmusim hujan (Nopember –Maret). Curah hujannya rata-rata
893,4 –2.702,6 mmpertahun. Kemudian suhu udaranya berkisar 25oC–
30oCdengan kelembapan udara rata-rata mencapai 79.
Khusus kedudukan atau lokasi Puspem Kabupaten Badung “Mangupraja”
di wilayah Mangupura terletak pada koordinat 08º36’10” LS dan 115º10’43” BT.
Wilayah Mangupura ini meliputi Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa
Mengwitani, Desa Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan
Lukluk, Kelurahan Sempidi, dan Kelurahan Sading.
10
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada beberapa filosofi spiritual, tidak berfokus pada Tuhan dalam satu atau
beberapa agama tertentu, namun lebih kepada menyalurkan pengabdian ke bumi
dan alam semesta. Sistem kepercayaan berbasis alam memusatkan perhatian pada
manusia sebagai bagian dari alam, tidak terpisah darinya. Wisata spiritual adalah
wisata untuk mencari pengalaman spiritual yang tidak memandang satu agama
tertentu, namun lebih berfokus pada mencari kedamaian dan keharmonisan diri.
A. Hasil Identifikasi Elemen Spiritual Budaya Perkotaan
Wisata spiritual merupakan trend baru di dunia pariwisata yang
kecenderungannya terus meningkat. Jenis wisata ini sangat potensial untuk
dikembangkan dan cukup berkualitas, karena dalam praktiknya jenis wisata ini
sangat menghargai tradisi budaya lokal, mencintai alam dan lingkungan, serta
sebagian besar wisatawannya berasal dari kalangan yang berpendidikan. Hasil
praktikum identifikasi aspek serta elemen budaya pada masyarakat perkotaan dan
nonperkotaan disajikan dalam bentuk tallysheet berupa tabel inventarisasi sesuai
dengan aspek maupun elemen spiritual (Tabel 2 dan 3).
Elemen Spiritual merupakan hal-hal yang berhubungan dengan semangat
yang ada pada masyarakat perkotaan. Spirit tersebut dapat berhubungan dengan
tradisi kebudayaan maupun ritual keagamaan. Berikut merupakan tallysheet
identifikasi elemen spiritual yang ada di Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Tabel 2. Tallysheet Aspek Spiritual di Masyarakat Perkotaan
Aspek & Elemen Jenis Spiritual
No. Deskripsi
Spiritual Ada Tidak Ada
1. Elemen Spiritual
a. Kapasitas Transedensi Semangat dalam
penyambutsn Hari
√ Raya Nyepi dalam
pawai Ogoh-ogoh
b. Kemampuan untuk Ritual Keagamaan
kondisi kesadaran dalam pawai Ogojh-
spiritual yang lebih √ ogoh untuk
tinggi mempersiapkan diri
menghadapi Nyepi.
c. Kemampuan untuk Upacara Tawur
menyadari akan Kesanga ritual
kemampuan merasakan √ sebelum menyabut
hal-hal suci Hari Raya Nyepi
11
e. Kemampuan untuk Ajaran Karmaphala
bertingkah laku yang √ Tattwa
baik
12
Pawai Ogoh-ogoh Dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat
agar tidak mengganggu kehidupan manusia, Sehingga manusia bisa memiliki ritual
yang lebih untuk menjalankan ritual agama Hindu. Pawai yang dilaksanakan
sebagai bagian dari ritual agama ini diharapkan juga mampu memberikan
kesadaran kepada masyarakat, terutama, tertib dan selalu menjaga kedamaian
sebagai ciri umat Hindu yang mencintai kedamaian. Selain
itu, dalam kepercayaan Hindu Dharma, Ogoh-ogoh adalah karya seni patung
dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian “ bhutakala” Yang
mempresentasikan Kekuatan (bhu) Alam semesta dan waktu (kala)Yang tak
terukur dan tak terbantahkan. Sehingga kekuatan dalam filosofi Ogoh-ogoh
tersebut diharapkan mampu menyadarkan masyarakat untuk memasuki kesadaran
spiritual yang tinggi.
13
d) Kemampuan untuk memanfaatkan sumber sumber spiritual
untuk memecahkan masalah dalam hidup
Masalah-masalah dalam kehidupan dapat diselesaikan dengan kembali
kepada tempat beradu. sumber-sumber masing-masing dapat dipilih untuk
menyelesaikan masalah. agama Hindu merupakan salah satu Agama yang
memahami konsep permasalahan kehidupan dan penyelesaiannya. dalam ajaran
agama Hindu dikenal berbagai tingkatan kepercayaan salah satunya adalah Widhi
tattwa. Widhi tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan Yang Maha
Esa dalam pandangan hindunisme. agama Hindu yang berlandaskan Dharma
menekankan ajarannya kepada umatnya agar Meyakini dan mengakui
Keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
konsep Ketuhanan yang dikenal oleh masyarakat Hindu dapat dijadikan
sebagai sumber Spiritual dalam penyelesaian masalah. keyakinan yang ditanamkan
harus diamalkan dengan baik untuk menghadapi segala permasalahan. konsep
Ketuhanan diyakini diyakini menghadiri Spirit baru dalam diri masing-masing
individu untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan dalam kehidupan. dan
dan kepercayaan kepada menjadi pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan
yang memberikan masalah, maka dengan kembali kepada Tuhan maka segala
masalah dalam kehidupan akan diselesaikan.
14
C. Hasil Identifikasi Aspek Spiritual Non Perkotaan
Hasil identifikasi aspek spiritual non perkotaan dimasukkan ke dalam
tallysheet dan dideskripsikan masing-masing obyek yang ditemukan. Aspek dan
elemen budaya non perkotaan akan diidentifikasi dan diberikan deskripsi singkat
mengenai aspek tersebut (Tabel 3).
Tabel 3 3. Tallysheet hasil identifikasi aspek spiritual non perkotaan
Aspek & Elemen Jenis Spiritual
No. Deskripsi
Spiritual Ada Tidak Ada
1. Aspek Spiritual
a. Merasa yakin Tirtayatra atau sembahyang
bahwa hidup sangat √ ke Pura-pura
bermakna
b. Memiliki sebuah Tujuan tirtayatra yaitu
komitmen terhadap meningkatkan keimanan
aktualisasi potensi kepada Tuhan Yang Maha
potensi positif Esa dengan memperluas
dalam setiap aspek √ cakrawala memandang
kehidupan keagungannya sehingga
manusua makin teguh
mengamalkan ajaran Dharm.
c. Menyadari akan Catur Marga Yoga.
keterkaitan dalam
kehidupan √
15
dengan yajna (korban suci) seperti: Dewa Yajna, Resi Yajna, Pitra Yajna, Manusa
Yajna dan Bhuta Yajna. Dalam dasa warsa terakhir ini makin banyak umat Hindu
Indonesia melaksanakannya di bulan Oktober setiap tahunnya bertepatan dengan
perayaan Divali (perayaan kembalinya Sri Rama ke Ayodya), yang maknanya
merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
Tirtayatra sebenarnya sudah banyak dilakukan umat Hindu sejak dulu dan
sejalan dengan kemajuan serta meningkatnya kesejahteraan maka tempat suci yang
dikunjunginya semakin meluas serta umat mulai menyadari, bahwa tirtayatra
sebagai salah satu cara melakukan yajna (korban suci) yang paling mudah karena
dapat dilaksanakan oleh setiap umat Hindu termasuk orang miskin sekalipun.
Dalam petuah Bhagawan Waisampayana kepada Maha Raja Janamejaya yang
disarikan oleh Bhagawan Wararuci memang jelas disebutkan melakukan tirtayatra
dianggap lebih utama dari pada melakukan yajna sebagaimana dimuat dalam
Sarasamuscaya (Himpuna intisari karya Bhagawan Byasa) pada Sloka 279
disebutkan "Sada daridrairrapi hi cakyam praptum nardhipa tirthabhigamanam
punyam yajnerapi wicisyate" dalam bahasa Kawi (Jaw; Kuna) diterjemahkan
sebagai berikut "Apan mangke kottamning tirthayatra, atyanta pawitra, Iwih
sangkeng kapawananing yajna, wenang ulahakena ring daridra". Artinya adalah
begitu keutamaan tirthayatra, amat suci, lebih utama dari pada pensucian dengan
yajna (yadnya), dapat dilakukan oleh daridra (orang miskin) sekalipun.
Yang dimaksud dengan tirtayatra adalah niat tulus untuk mengunjungi
tempat-tempat suci atau tempat bersejarah dan tempat-tempat lain yang
dikeramatkan. Tirtayatra bertujuan untuk melihat dari dekat tempat bersejarah
untuk menyaksikan secara nyata tempat-tempat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan agama Hindu, agar dapat mempertebal Panca Sradha (lima
keyakinan) dan kebenaran terhadap sejarah perkembangan ajaran Hindu.
16
c) Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan
Dalam Hindu sendiri terdapat banyak kepercayaan untuk mencapai Tuhan
Yang Maha Esa. Namun hal tersebut tidak pernah dipermasalahkan. Salah satu cara
untuk mencapai Dewata atau Tuhan dalam Hindu yakni Catur Marga Yoga. Ajaran
ini mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Catur Marga Yoga sendiri berasal dari kata catur berarti empat. Marga berarti
jalan dan yoga berarti penyatuan dengan Brahman. Jadi catur marga adalah empat
jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang
Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Catur marga juga sering disebut
dengan catur marga yoga. Sumber ajaran catur marga ada di ajarkan dalam pustaka
suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yogamarga.
17
bersifat negative yang perlu dilebur agar kembali kesifat positif agar tidak
mengganggu kedamaian hidup umat manusia yang berada di bumi dalam
menjalankan aktifitasnya .
18
KESIMPULAN
Pada beberapa filosofi spiritual, tidak berfokus pada Tuhan dalam satu atau
beberapa agama tertentu, namun lebih kepada menyalurkan pengabdian ke bumi
dan alam semesta. Sistem kepercayaan berbasis alam memusatkan perhatian pada
manusia sebagai bagian dari alam, tidak terpisah darinya. Wisata spiritual adalah
wisata untuk mencari pengalaman spiritual yang tidak memandang satu agama
tertentu, namun lebih berfokus pada mencari kedamaian dan keharmonisan diri
Dalam kawasan perkotaan serta nonperkotaan seperti di Denpasar dan Badung
memiliki beragam jenis bentuk spiritual. Bagaimana cara tiap masyarakat
didalamnya melakukan kegiatan spiritual yang bertujuan untuk dirinya hingga
dampaknya bagi orang lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
20