Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN NILAI DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat


Dosen Pengampu: Dra. Tri Saptuti Susiani, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 6/7F
1. Innestasia Hastawan (K7119121)
2. Izzatul Ma’rifah (K7119127)
3. Lala Ayu Fauzia (K7119143)
4. Mila Esa Andini (K7119165)
5. Nikita ‘Aina Shulha (K7119194)
6. Nora Puji Evy D. (K7119199)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022
MAKALAH PENDIDIKAN NILAI DALAM LINGKUNGAN KELUARGA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Pengampu: Dra. Tri Saptuti Susiani, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 6/7F
1. Innestasia Hastawan (K7119121)
2. Izzatul Ma’rifah (K7119127)
3. Lala Ayu Fauzia (K7119143)
4. Mila Esa Andini (K7119165)
5. Nora Puji Evy D. (K7119199)
6. Nikita ‘Aina Shulha (K7119194)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Ketrampilan Membatik dengan judul “Pendidikan Nilai dalam Lingkungan
Keluarga”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kebumen, 28 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Nilai dalam Keluarga...........................................................2
B. Jenis-Jenis Pendidikan dalam Keluarga................................................12
C. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Keluarga..................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas
fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai
dapat dipenuhi.
Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang
matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Karena itu, lebih lanjut
dikatakan, komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai (values) dan
kebajikan (virtues). Implikasi dari hal tersebut, maka pendidikan di sekolah
seharusnya memberikan prioritas untuk membangkitkan nilai-nilai kehidupan,
serta menjelaskan implikasinya terhadap kualitas hidup masyarakat.
Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan
pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di
dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju
pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan nilai dalam keluarga?
2. Apa saja jenis-jenis pendidikan dalam keluarga?
3. Bagaimana implementasi Pendidikan nilai dalam keluarga?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Pendidikan nilai dalam keluarga
2. Mendeskripsikan peran orang tua dalam keluarga
3. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan nilai dalam keluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Nilai


1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan mempunyai beberapa pengertian sesuai dengan sudut
pandang seseorang, sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Bab I pasal I dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Disisi lain, Ki Hadjar Dewantara mendefenisikan pendidikan
sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati adalah
sebagai tuntutan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka
kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Selain pendapat diatas, Ali Syariati mendefenisikan masyarakat
sebagai kumpulan orang yang semua individunya sepakat dalam tujuan yang
sama dan masing-masing membentu agar bergerak ke arah tujuan yang
diharapkan atas dasar kepemimpinan yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah seluruh
aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik terhadap semua aspek semua perkembangan kepribadian, baik
jasmani dan ruhani, secara formal, informal dan non formal yang berjalan
terus menerus untuk mencapai kehidupan dan nilai yang tinggi (baik nilai
Insaniah aupun ilahiyah). Dalam hal ini, pendidikan berarti menumbuhkan
kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan

2
3

terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi member


kekuatan, dan perbuatan untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan
kehidupan guna memenuhi tujuan secara efektif dan efisien.
2. Pengertian Nilai
Betapa luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan dengan
konsep lainnya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement. Konsep nilai
ketika dihubungkan dengan logika menjadi benar-salah, ketika dihubungkan
dengan estetika menjadi indah-jelek dan ketika dihubungkan dengan etika
menjadi baik-buruk. Akan tetapi yang pasti bahwa nilai itu menyatakan
sebuah kualitas. Bahkan dikatakan bahwa nilai adalah kualitas empiris yang
tidak bisa didefinisikan. Hanya saja, sebagaimana dikatakan Lois Katsoff,
kenyataan bahwa nilai tidak dapat didefenisikan tidak berarti nilai tidak bisa
dipahami.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai itu
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Nilai yang berkenaan dengan kebenaran atau yang terkait dengan nilai
benar-salah yang dibahas oleh logika.
b. Nilai yang berkenaan dengan kebaikan atau yang terkait dengan nilai
baik-buruk yang dibahas oleh moral.
c. Nilai yang berkenaan dengan keindahan atau yang terkait dengan nilai
indah-jelek yang dibahas oleh estetika.
Muhmidayeli mendefenisikan nilai adalah gambaran tentang sesuatu
yang indah menarik yang mempesona, menakjubkan, yang membuat kita
bahagia, senang dan merupakan sesuatu yang menjadikan seseorang atau
sekelompok orang memilikinya. Nilai dapat juga diartikan dalam makna
benar-salah, baik-buruk, manfaat atau berguna, indah dan jelek.
Nilai secara umum, sebagaimana yang didefinisikan oleh Hamka
dengan standard atau ukuran (norma) yang digunakan untuk mengukur
segala sesuatu.
4

Defenisi lain, Kuppermen mendefenisikan nilai dalam Perspektif


sosiologis sebagai patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.
Dalam perspektif filosofis dapat dipahami pejelasan dari Prof. Amril
Mansur. MA, sebagai guru besar di UIN Suska Riau, mendefenisikan nilai
adalah sesuatu yang diharapkan, dinginkan dan memiliki harga bagi
kehidupan, membawa pada pemahaman akan kualitas dari sesuatu apakah
itu perbuatan atau perilaku, sikap atau benda-benda yang dinilai. Oleh
karena itu kajian dalam filsafat moral arahnya tidak sebatas mengevaluasi
keputusan-keputusan moral, bagaimana orang benar-benar perilaku nilai,
media sebagai alat guna terwujudnya perilaku yang memiliki nilai dan
tujuan-tujuan hidup yang bermuatan nilai tetapi juga mampu melakukan
evaluasi terhadap itu semua.
Douglas Graham, melihat ada empat faktor yang merupakan
kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu yaitu:
a. Normativist. Biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum.
Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu;
1) Kepatuhan pada nilai atau norma itu sendiri,
2) Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan normanya sendiri, dan
3) Kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari
peraturan itu sendiri.
b. Integralist. Yaitu kapatuhan yang didasarkan kepada kesadaran dengan
pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
c. Fenomenalist. Yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar
basa basi.
d. Hedonist. Yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.
Dari keempat faktor yang menjadi dasar kepatuhan setiap individu
tentu saja yang kita harapkan adalah kepatuhan yang bersifat normativist.
Sebab kepatuhan semacam itu adalah kepatuhan yang didasari kesadaran
5

akan nilai, tanpa mempedulikan apakah perilaku itu menguntungkan untuk


dirinya atau tidak.
Dalam hal ini, ada beberapa cara memperoleh nilai yang akan
dipaparkan oleh penulis sebagai berikut:
a. Pencarian kebenaran dan keutamaan melalui filsafat, yakni melalui cara
berpikir kontemplatif (paradigm logis-abstrak). Melalui filsafat
seseorang bisa menemukan makna dari sesuatu yang abstrak atau
makna yang ada “dibelakang” objek yang konkret. Filsafat
mengoptimalkan fungsi nalar untuk menemukan makna yang tidak
terjelaskan oleh ilmu pengetahuan. Makna itu dapat menjadi rujukan
(nilai) seseorang jika benar-benar diyakininya atau dirumuskan ke
dalam klausal-klausal normatif.
b. Nilai diperoleh melalui paradigma berpikir logis-empiris. Paradigma ini
merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang selalu memerlukan
bukti-bukti yang nyata dalam menguji kebenaran dan keutamaan
sesuatu. Nilai yang diperoleh melalui jalan ini banyak mengungkapkan
kebenaran teoretik karena ditempuh melalui cara berpikir ilmiah. Nilai-
nilai keutamaan ini banyak kita temukan dalam cabang disiplin ilmu
agama, ilmu social, dan humaniora.
c. Nilai diperoleh melalui hati dan fungsi rasa, cara ini tidak lagi
menyertakan pertimbangan logis (filsafat) atau logis –empiris (ilmu
pengetahuan). Karena nilai atau pengetahuan dengan cara ini masuk
melalui “pintu” intuisidan bersarang dalam keyakinan hati. Nilai-nilai
yang berkaitan dengan hal-hal ghaib yang tidak dapat terjangkau
melalui cara berpikir kontemplatif (filsafat) dan cara berpikir ilmiah
dapat diketahui melalui ketajaman mata hati. Model perolehan nilai ini
dilakukan dengan cara pengembangan bathin pada wilayah supra-logis.
Sifat pengetahuan nilai pada wilayah ini tidak memenuhi kecukupan
pengetahuan (sufficient-rationalis) untuk dipahami secara filosofis
maupun ilmiah. Keberadaannya hanya dapat diterima oleh rasa.
6

Pengakuan kebenaran hanya bisa diberikan oleh orang yang pernah


mengalami fenomena keagamaan serupa.
3. Pendidikan Nilai
Pada sub bab diatas sudah dijelaskan defenisi nilai, yaitu suatu konsep
yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada
dalam dunia yang empiris dan mengetahuinya dari perilaku yang
bersangkutan. Oleh karena itu nilai pada dasarnya standar perilaku, ukuran
yang menentukam atau kriteria seseorang tentang baik-tidak baik dan
sebagainya.
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai
pada diri seseorang. Mardiatmaja mengemukakan pendidikan nilai sebagai
bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai
serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Dengan
demikian pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang
diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup pula
keseluruhan proses pendidikan.
Konsep utama pendidikan nilai adalah bagaimana orang dapat hidup
dengan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan dengan pengakuan yang sadar
baik secara kognitif, emosional dan perilaku.
Pendidikan nilai merupakan usaha khusus, tetapi juga tetapi juga dapat
disebut sebagai dimensi dalam keseluruhan usaha pendidikan. Pendidikan
semacam ini semakin penting karena kesadaran nilai oleh masyarakat
semakin tinggi. Ada tiga hal yang menjadi sasaran pendidikan nilai, yaitu:
a. Membantu peserta didik untuk menyadari makna nilai dalam hidup
manusia.
b. Membantu pendalaman dan pengembangan pemahaman serta
pengalaman nilai.
c. Membantu peserta didik untuk mengambil sikap terhdap aneka nilai
dalam perjumpaan dengan sesame, agar dapat mengarahkan hidupnya
bersama orang lain secara bertanggung jawab.
7

Uraian diatas memberikan pemahaman bahwa pentingnya pendidikan


nilai, jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari (dimanapun, kapanpun dan
kepada siapapun). Nilai tidaklah datang secara otomatis kepada diri
manusia, akan tetapi nilai itu dapat diraih melalui dengan pendidikan.
Begitu juga, jika dikaitkan dengan pendidikan karakter haruslah dilakukan
melalaui pendidikan nilai atau kebajikan yang menjadi dasar karakter
bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah
nilai.
Tegasnya, Pendidikan nilai ini merupakan proses yang diberikan
kepada peserta didik yang materinya tentang nilai, aturan-aturan yabg
disepakati dalam masyarakat tertentu sebagai sesuatu nilai. Selanjutnya,
setelah memiliki ilmu yang matang tentang nilai dan siap
mengembangkannya dibawah prinsip-prinsip nilai atau aturan tersebut
dalam kehidupan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai adalah program yang di
berikan kepada semua siswa kepada semua jenis dan jenjang pendidikan
sekolah yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau
bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan,
dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan
bertindak yang konsisten dengan mempeertimbangkan objek dari sudut
moral dan sudut pandang non moral dalam hubungan antar pribadi. Sasaran
yang dituju dalan pendidikan nilai adalah penanaman nilai yang bertujuan
untuk membentuk karakter atau akhlak dengan materi yang menyangkut
moralitas, dan nilai-nilai (values) dalam kehidupan.
4. Tujuan Pendidikan Nilai
a. Menyadarkan manusia mengenal eksistensi dirinya sebagai hamba Allah
dan Khalifah di muka bmi.
b. Membentuk kepribadian manusia menjadi Insan Kamil (Manusia
Sempurna).
c. Menjadikan manusia berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
8

d. Mengantarkan manusia menjadi manusia seutuhnya atau memanusiakan


manusia.
e. Menjadikan jati diri manusia sebagai manusia yang manusiawi.
f. Membimbin manusia menuju kesempurnaan akhlak.
Pendidikan Nilai secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan
pembentukan nilai kepada anak, (b) menghasilkan sikap yang
mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan (c) membimbing perilaku
yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian tujuan
Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari
usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang
bernilai (UNESCO, 1994).
5. Pengertian Pendidikan Nilai dalam Keluarga
Seorang anak akan tumbuh dengan baik manakala ia memperoleh
pendidikan secara menyeluruh agar kelak menjadi manusia yang beguna
bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh sebab itu, makna pendidikan
tidaklah semata-mata hanya menyekolahkan anak ke sekolah untuk
membina ilmu pengetahuan, namun lebih luas daripada itu.
Di dalam lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan
bimbingan dan pendidikan. Keluarga juga dapat menjadi wadah pertama
dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila suasana
dalam keluarga baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan
baik pula. Jika sebaliknya, tentu akan terlambatlah pertumbuhan anak
tersebut.
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik.
Apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata
kerja yang berarti memelihara dan member latihan(ajaran). Sedangkan bila
berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Sementara itu, kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit social
9

terkecil dalam masyarakat. Keluarga juga dapat diartikan sebagai suatu


organisasi bio-psiko-sosial-spiritual, dimana anggota keluarga terkait dalam
suatu ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan
membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan
yang lain atau hubungan silaturahmi.
Dari pengertian diatas, makadapat disimpulkan bahwa pendidikan
keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok
atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan
lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma
dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
6. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan
Pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional Indonesia. Oleh karena itu norma-norma hukum yang berlaku bagi
pendidikan di Indonesia juga berlaku bagi pendidikan dalam keluarga.
Dasar hukum pendidikan di Indonesia dibagi menjadi tiga dasar yaitu dasar
hukum ideal, dasar hukum struktural dan dasar hukum operasional. Dasar
hukum ideal adalah pancasila sebagai sumber dari segala sumber tertib
hukum. Oleh karena itu landasan ideal Pendidikan keluarga di Indonesia
adalah Pancasila. Tiap-tiap orangtua mempunyai kewajiban untuk
menanamkan nilai-nilai luhur pancasila pada anak anaknya. Landasan
struktural pendidikan di Indonesia adalah UUD1945. Dalam pasal 31 ayat 1
dan 2 dijelaskan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pengajaran dan
pemeritah mengusahakan sistem pengajaran nasional yang diatur dalam
suatu perundang-undangan. Berdasarkan pasal 31UUD1945 itu maka
ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional berdasarkan bab IV, pasal 9 ayat 1 disebutkan
bahwa satuan Pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar
yang dilaksanakan di sekolah dan diluar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan yang sejenis. Selain itu
dalam UU SISDIKNAS N0. 20 Tahun 2003 BAB VI Pasal 27 ayat1 telah
10

dijelaskan bahwa kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh


keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Dari
kutipan ini dapat disimpulkan bahwa orang tua itu mempunyai wajib
hukum untuk mendidik anak-anaknya. Berdasarkan TAP MPR No.
II/MPR/1988 seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan itu
berdasarkan atas pancasila dasar dan falsafah negara. Disamping itu
dijelaskan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
orang tua, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu secara operasional
Pendidikan anak yang berlangsung dalam keluarga, masyarakat dan sekolah
merupakan tanggung jawab orang tua juga. Pendidikan dalam keluarga
berlangsung karena hukum kodrat. Secara kodrati orang tua wajib mendidik
anak. Oleh karena itu orang tua disebut pendidikan alami atau pendidikan
kodrat.
7. Pola Asuh dalam Keluarga
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi atu dimensi atau
satu arah. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan
pembatasanpembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak
boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang
tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua
memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah
orang tua karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang
dikerjakan itu akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua
memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa
memperhitungkan keadaan anak, keinginan anak, keadaan khusus yang
melekat pada individu anak yang berbeda-beda antara anak yang satu
dengan yang lain. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras
orang tua, sikap keras merupakan suatu keharusan bagi orang tua.
Sebab tanpa sikao keras ini anak tidak akan melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
11

2. Pola Asuh Bebas


Pola asuh bebas, berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang
berpribadi bebas. Anak adalah subiek berpribadi bebas. Anak adalah
subiek yang dapat ber yang dapat bertindak dan berbuat menurut tindak
dan berbuat menurut hati nuraninya. Seorang anak yang lapar, ia harus
memasukan nasi ke dalam mulutnya sendiri, mengunyah sendiri dan
menelan sendini. Tidak mungkin orang tua yang mengunyah dan
memasukkan makanan ke dalam perut dalam perut anaknya. anaknya.
Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menemukan sendiri apa
yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah terbiasa mengatur dan
menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang tua sering
mempercayakan anaknya kepada orang lain, sebab orang tua terlalu
sibuk dalam pekerjaan, organisasi sosial dan sebagainya. Orang tua
hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur
dan mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-
anaknva, hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendini tugas apa
yang harus sendini tugas apa yang harus dikerjakan. dikerjakan. Jika
perhatikan dua pola asuh tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa
pola otoriter memandang anak tidak ada pilihan lain, kecuali mengikuti
perintah dan orang tua. Pada pola yang kedua anak dipandang sebagal
subjek yang diperbolehkan berbuat menurut pilihannya sendiri. Segala
tugas diserahkan sepenuhnya pada anak. Dua pola ini memang
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola asuh memang memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pola asuh otoriter memang memungkinkan
terlaksananya proses transformasi nilai dapat berjalan lancar. Akan
tetapi anak mengerjakan tugas dengan rasa tertekan dan takut.
Akibatnya jika orang tua tidak ada mereka akan bertindak yang lain.
Dia akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Pola asuh bebas memang memandang anak sebagai subyek,
anak bebas menentukan pilihannya sendiri. Akan tetápi anak justru
menjadi berbuat semau-mauny semau-maunya; ia berbuat dengan
12

mempergunakan ukuran diri berbuat dengan mempergunakan ukuran


diri sendiri. P sendiri. Pada hal anak berada dalam dunia anak dan dia
harus masuk pada dunia nilai dan dunia anak. Oleh karena itu anak akan
kebingungan ibarat anak ayam yang ditinggalkan induknya. Akhirnya
anak akan lari ke ditinggalkan induknya. Akhirnya anak akan lari ke
sana-kemari tanpa arah. ana-kemari tanpa arah. Dalam dua kondisi
tersebut di atas tidak akan terjadi pola asuh yang bersifat bineka antara
orang tua dan anak. Relasi antara orang tua dan anak tampak renggang
pada pola asuh bebas dan ada batas yang kuat serta jurang pemisah
antara anak dan orang tua pada pola asuh yang otoriter.
3. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh ini berpijak pada dua kenyataan bahwa anak adalah
subjek yang bebas dan anak sebagal makhluk yang masih lemah dan
butuh bantuan untuk mengembangkan diri. Manusia sebagai subjek
harus dipandang sebagal pribadi. Anak sebagai pribadi yang masih
perlu Anak sebagai pribadi yang masih perlu mempribadikan
mempribadikan dirinya, dan terbuka untuk dirinya, dan terbuka
untuk dipribadikan. Proses pempribadian anak akan berjalan dengan
lancar jika cinta kasih selalu tersirat dan tersurat dalam proses itu.
Dalam suasana yang diliputi oleh rasa cinta kasih ini akan
menimbulkan pertemuan sahabat karib, dalam pertemuan dua saudara.
Dalam pertemuan itu dua pdbadi bersatu padu. Dalam pertemuan yang
bersatu padu akan timbul pertemuan yang bersatu padu akan timbul
suasana ket suasana keterbukaan. erbukaa Dalam suasana yang
demikian ini maka akan terjadi pertumbuhan dan pengembang
pengembangan bakat-bakat ana an bakat-bakat anak yang dimiliki oleh
anak dengan sub dimiliki oleh anak dengan subur.
B. Jenis-jenis Pendidikan dalam Keluarga
Jenis-jenis pendidikan yang perlu diberikan pada anak. Dalam keluarga
diberikan bermacam-macam kemampuan jika diperhatikan kegiatan di dalam
rumah tangga maka terjadi transformasi nilai-nilai yang beraneka ragam. Anak
13

laki-laki bersama-sama ayahnya mencuci sepeda motor, memperbaiki sesuatu


di rumah, ia bersama-sama bersembahyang dengan ayahnya di rumah atau di
masjid. Anak putri bersama ibu membantu memasak, mengatur tempat tidur,
menyapu dan sebagainya. Fenomena kehidupan ini dapat dilihat sebagai suatu
proses kegiatan mendidik. Di sini terjadi usaha ayah atau ibu untuk membawa
anaknya ke dalam lingkungan orang dewasa ingin membawa ke dalam dunia
nilai. Nilai ada bermacam-macam yaitu (1) nilai vital, (2) nilai estetik, (3) nilai
kebenaran dan (4) nilai moral. Anton Sukarno (1986) membagi nilai menjadi
(1) nilai material, (2) nilai vital, dan (3) nilai rohaniah yang terdiri dari nilai
kebenaran, nilai moral, nilai keindahan dan nilai religius. Dari dua pendapat
tersebut tidak terdapat perbedaan. Nilai material termasuk nilai vital. Nilai
material berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pakaian,
bermacam-macam perhiasan, kendaraan, rumah dan sebagainya. Nilai vital
semua barang yang dapat memenuhi kebutuhan hidup kejasmanian, umpama
beras, ketela, buah-buahan, daging, sayur-sayuran, air dan sebagainya. Nilai
vital semua yang dapat menyelenggarakan, mempertahankan dan memper-
kembangkan hidup manusia menurut aspek kejasmanian disebabkan nilai
vital. Termasuk golongan nilai vital ini adalah perumahan, pakaian, obat-
obatan dan sebagainya. Nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga yaitu:
1. Nilai Kebenaran
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ketahui setiap orang ingin
mengetahui dan mengerti tentang sesuatu hal baik yang bersumber dari
dalam dirinya maupun hal-hal yang diluar dirinya. Orang akan merasa
senang jika dikatakan mengerti sesuatu hal, sebab orang mengerti sesuatu
disebut pintar. Dia akan merasa susah jika dikatakan tidak mengerti
sesuatu hal, sebab ia dikatakan bodoh. Dan kenyataan ini dapat kita
ketahui bahwa orang itu mengejar suatu nilai. Nilai kebenaran berkaitan
dengan berpikir logis manusia. Sesuatu itu bernilai kebenaran jika
dipandang dari akal suatu hal itu benar. Jika seseorang dalam memecahkan
suatu persoalan yang dihadapi maka ia merasa puas, sebab ia telah
14

menemukan kebenaran terhadap sesuatu yang tadinya merupakan


kesulitan tadi.
2. Nilai Moral
Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani, bahwa untuk
perkembangan manusia, manusia itu harus melaksanakan hukum-hukum
yangmelekat pada diri manusia sebagai manusia. Hukum-hukum ini
disebut hukummoral atau kesusilaan. Menurut hukum moral manusia itu
harus melaksanakansuatu kewajiban, harus cinta sejati kepada sesama,
meluhurkan martabat danderajat manusia. Hukum moral dan
kebebasanadalah dua hal yang melekat padadiri manusia. Dengan hukum
moral manusia terikat, tetapi manusia bebas untuk melaksanakan. Oleh
karena itu manusia itu bebas tapi terikat. manusia itu bebastapi
bertanggung jawab. Nilai-nilai moral atau nilai susila berkaitan dengan
perilaku yang baik dan buruk. Manusia harus berbuat baik dan menjauhi
perbuatan yang buruk.
3. Nilai Religius atau Nilai Keagamaan
Nilai religius merupakan menifestasi dari manusia sebagai
makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan dapat mengalami dan
merasakan suatu keharusan di dalam dirinya untuk mengakui bahwa
adanya sang Pencipta. Manusia mengakui suatu realita bahwa dia disebut
sebagai makhluk yang diciptakan oleh sang pencipta. Oleh karena itu ia
dapat disebut makhluk Tuhan yang harus taat.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memang telah memberikan
segala jenis nilai Pendidikan, akan tetapi untuk ini Pendidikan yang
diberikan hanyalah dasar-dasarnya saja. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pertama bagi perkembangan anak.
Pendidikan yang pertama merupakan pondasi bagi Pendidikan selanjutnya.
Semua jenis Pendidikan masih dikembangkan dan disempurnakan di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Dan akhirnya hanya Pendidikan
moral dan religius saja yang bertahan di lingtkungan rumah.
15

C. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Lingkungan Keluarga


Keluarga adalah pendidikan pertama bagi seorang anak untuk belajar,
berkembang dan memahami lingkungannya. Keluarga yang berhasil dalam
menanamkan karakter kepada anaknya terlebih penanaman karakter yang
terdapat pada nilai-nilai pancasila adalah keluarga yang hebat, yang akan
menjadikan anaknya sebagai manusia yang mempunyai moral sosial dan cinta
tanah airnya.
Pendidikan pacasila adalah pendidikan nilai-nilai yang bertujuan
membentuk sikap dan prilaku positif manusia sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila (Kaelan 2010:29) anak muda indonesia adalah
aset penting bagi negara, dimana nantinya anak mudalah yang akan menjadi
penerus pendiri bangsa yang akan menjadi pemimpin yang membawa
indonesia menjadi negara yang maju dan unggul. Pendidikan pancasila
sebagai pondasi untuk membentengi karakter anak bangsa akan menunjang
sosok pribadi manusia yang cinta akan tanah airnya dan rela berkorban demi
negara dan bangsanya. Sebab tujuan dari pendidikan pancasila ini adalah
untuk menghidupkan rasa cinta tanah air (nasionalis), mengembangkan
kepekaan jati diri dan moral sosial bangsa dalam kehidupan yang sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Pendidikan nilai moral Pancasila di dalam keluarga merupakan pokok
utama bagi bertahannya manusia secara bermartabat dan selamat dalam
kehidupan di dunia ini. Oleh karena perkembangan ilmu dan teknologi yang
pesat telah menimbulkan tantangan terhadap sendi-sendi kehidupan moral.
Pendidikan moral memerlukan ukuran yang objektif, baik berupa nilai-nilai
agama, maupun nilai yang telah mengalami sublimasi universal yang
dijunjung oleh umat manusia atau telah menjadi karakteristik keseluruhan, Di
dalam pendidikan moral, anak didik perlu mengalami taraf heteronomy, yaitu
menentukan benar salah menurut pola tertentu sebelum ia mampu
mengembangkan pengertian baik buruk yang menyatu dalam karakteristik
kepribadiannya.
16

Nilai moral Pancasila perlu diperhatikan dalam keluarga sebab dalam


keluargalah dilakukan persiapan agar anak mempunyai kesiapan seperti
kesiapan sekolah, bahasa, sosiabilitas, sadar tugas, perilaku moral. Kesiapan di
rumah yang kurang memadai dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan
sosial. Pendidikan dalam menghadapi perkembangan anak perlu
memperhatikan perkembangan kematangan anak secara personal, sosial,
kultural anak.
Pada nilai pancasila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa didalam keluarga
menjelaskan bahwa dalam agama Islam bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah bentuk keimanan kita yang harus senantiasa kita pegang dan kita
ajarkan kepada keturunan kita, karna tauhid inilah yang akan menjadi pondasi
serta landasan kita dalam berkehidupan terlebih di dalam keluargadan
betetangga yang berbeda agamanya.
Pada nilai pancasila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab di dalam
keluarga bahwa orangtua adalah cerminan utama dalam melakukan prilaku
yang adil terhadap anak maupun istri didalam keluarga terlebih kepada
tentangga sekitar. Sebab anak akan melihat dan mencontoh bagaimana dia
diperlakukan di dalam keluarga dan seberapa besar dia ikut andil dalam setiap
keputusan didalam keluarga.
Pada nilai pancasila ke-3 Persatuan Indonesia implementasinya didalam
keluarga bahwa persatuan adalah upaya kita menjaga keluarga agar tetap
rukun dan damai. Menjaga persatuan dan kesatuan didalam keluarga sangat
penting dalam upaya menciptakan iklim keharmonisan terhadap anak dan
orang tua.
Pada nilai pancasila ke-4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawarahan/Perwakilan didalam keluarga adalah
bahwa setiap keputusan yang di ambil dan dijalankan didalam keluarga harus
di ambil dengan cara kemufakatan bersama antara anggota keluaraga. Ikut ndil
dalam menentukan peraturan dirumah dan bertanggung jawab dalam
melaksanakannya.
17

Pada nilai pancasila ke-5 Keadilaan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
bentuk pengimplementasiaanya didalam keluarga berupa keadillan
menyeluruh terhadap anggota keluarga yang disepakati secara bersama dan
bergotong royong serta bertanggung jawab dalam melaksanakannya. Sila ke-5
merupakan bentu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta memupuk
sikap adil terhadap anggota keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan nilai adalah program yang di berikan kepada semua siswa
yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada
peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan
melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang
konsisten dengan mempeertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut
pandang non moral dalam hubungan antar pribadi.
Jenis pola asuh di dalam keluarga dibedakan menjadi 3, yaitu pola
asuh otoriter, pola asuh bebas, serta pola asuh demokratis. Sedangkan nilai-
nilai yang terdapat dalam keluarga yaitu nilai kebenaran, nilai moral, serta
nilai religius atau nilai keagamaan.
Pendidikan nilai moral Pancasila di dalam keluarga merupakan pokok
utama bagi bertahannya manusia secara bermartabat dan selamat dalam
kehidupan di dunia ini. Nilai moral Pancasila perlu diperhatikan dalam
keluarga sebab dalam keluargalah dilakukan persiapan agar anak mempunyai
kesiapan seperti kesiapan sekolah, bahasa, sosiabilitas, sadar tugas, perilaku
moral.
B. Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah jauh dari kata sempurna, maka
referensi yang lebih sangat dibutuhkan untuk menjelaskan secara detail
tentang makalah diatas. Untuk saran dapat berupa kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah telah dijelaskan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2017). Pendidikan Nilai. Diakses dari


http://heriantonasution123.blogspot.com. Pada 29 November 2022.
Fatimah, A, S. (2016). Pendidikan Nilai. Diakses dari
http://adesitifatimah96.blogspot.com. Pada 29 November 2022.
Nasution, S. (2019). Pendidikan Lingkungan Keluarga. Jurnal Tazkiya, 8(1).
Novriansyah, Y., Syifa, R., & Davita, V. (2016). Pendidikan Nilai dalam
Keluarga. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
Saputra, R., Rukajat, A., & Herdiana, Y. (2021). Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila dalam Lingkungan Keluarga. Jurnal Edumaspul, 5(2): 395-405.

19

Anda mungkin juga menyukai