Anda di halaman 1dari 12

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

(PEMUJAAN)

Oleh :

ACHMAD RAIHAN FARSYAH


05.10.21.2563

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN


GOWA
JURUSAN PETERNAKAN PRODI BUDIDAYA
TERNAK D-III
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang Ia berikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan


ilmu pengetahuan dan memicu penelitian yang lebih mendalam. Kami sadar
bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari bapak serta
teman teman sekalian

Bone , 23
Januari 2022

Achmad Raihan
Farsyah
DAFTAR ISI
I
II
BAB I 1
A. 1
B. 2
BAB II 3
3
3
4
BAB III 6
A. 6
B. 6
7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya masyarakat pada umumnya meliputi berbagai aspek
kehidupan. Agama merupakan salah satu unsur yang mendominasi kehidupan sosial
suatu masyarakat. Agama dapat ditemukan di setiap masyarakat dengan berbagai
macam budayanya. Dalam beragama tidak akan lepas dari berbagai macam bentuk
pemujaan dan peribatan. Ekspresi keagamaan berwujud ibadat yang dalam
antropologi disebut ritus (rites). Ritus ini selalu berhubungan dengan pemujaan
terhadap yang supernatural, yang gaib, baik tempat, benda, waktu, atau orang yang
keramat, suci, dan istimewa yang dalam antropologi disebut yang sakral. Malefijt
sebagaimana dikutip Agus (2007: 5-6) mengungkapkan bahwa agama adalah the most
important aspects of culture1 yang dipelajari oleh ahli antropologi dan ilmuwan sosial
lainnya, yang memahami bahwa kehidupan beragama selalu berinteraksi secara
signifikan dengan institusi budaya yang lain.
Begitu pula Nottingham (1996: 10) menyatakan bahwa kapan pun dan di manapun
agama selalu terkait dengan yang sakral seperti dewa, roh, malaikat, pribadi suci dan
benda-benda serta tempat-tempat sakral yang dipuja dan disembah dalam upacara-
upacara (ritus) yang beragam. Kemudian, Nottingham (1996:31-48) mengidentifikasi
fungsi agama dalam kehidupan individual dan sosial yang membentuk nilai-nilai
pedoman dalam kehidupan manusia yang menunjukkan bahwa yang sakral
berinteraksi secara simultan dengan kehidupan manusia yang profan. Bagi Pelly
(2010: viii-ix), hal tersebut melukiskan bahwa kepercayaan pada yang sakral akan
dilihat implikasinya dalam kehidupan budaya spiritual manusia. Selain itu,
kepercayaan religius menunjukkan bahwa yang dapat dilihat secara kasat mata, akan
selalu menampilkan makna simbolik yang berbeda. Seperti “roti” dan “anggur” yang
melambangkan “tubuh” dan “darah” Kristus, atau “beras kunyit” dan “bunga rampai”
yang melambangkan hubungan “kekuatan semangat” dan “kedamaian ruh”. Jadi,
sosok gaib yang tidak terindera tetap dipuja melalui ritus tertentu karena kepercayaan
bukan bukti kasat mata. Berbagai aktifitas seperti berdo’a, bersujud, bersaji,
berkorban, slametan, makan bersama, menari dan menyanyi, berprosesi, berseni
drama suci, berpuasa, bertapa, bersemedi, mengucapkan mantra, mempraktikan
magis, mempercayai mahluk-mahluk halus (gaib), menyediakan sesajen dan lain
sebagainya merupakan bagian dari aktifitas religi (Koentjaraningrat, 1980 : 81).
Aktifitas inilah yang membuat sebuah kepercayaan menjadi suatu religi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud berbudaya dalam bermasyarakat di Indonesia?
2. Apakah yang dimaksud dengan pemujaan?
3. Apa sajakah contoh pemujaan yang berkaitan dalam kebudayaaan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Budaya Dalam Bermasyarakat di Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau yang
didiami oleh kurang lebih 255 juta jiwa, suatu angka yang menjadikan Indonesia
sebagai negara keempat terbesar dalam hal jumlah penduduk di dunia, dimana
memiliki banyak keanekaragaman etnis, suku agama dan budaya serta bahasa. Budaya
diIndonesia sangat bervariasi, dari ritual Hindu yang dipraktikkan sehari-hari di pulau
Bali, hingga penerapan (sebagian) hukum Syariat di Aceh, serta gaya hidup pemburu-
pengumpul masyarakat Mentawai. Budaya selalu dikaitkan dengan manusia baik
kapan dan dimanapun daerahnya. Pasalnya, budaya merupakan cara hidup yang
berkembang serta dimiliki bersama oleh berbagai orang yang diwariskan secara turun
temurun. Budaya terdiri dari berbagai elemen yang kompleks termasuk sistem agama,
politik, adat istiadat,, bahasa, bangunan, pakaian. dan juga karya seni..
Gagasan budaya sering dikaitkan dengan bagian dari pikiran dan jiwa manusia.
Kebudayaan adalah suatu pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh
sekelompok orang dan diwariskan ke-generasi berikutnya. Budaya juga
mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu,
budaya bersifat kompleks, abstrak dan tersebar luas dalam peradaban manusia.
Contoh dan fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia sangat banyak, mulai dari
tradisi, ritual, hukum, kebiasaan hidup hingga pembentukan sistem.Apalagi fungsi
budaya dalam kehidupan masyarakat sangat penting, sebagai penyeimbang dalam
kehidupan.

B. Pemujaan
Berdasar dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemujaan merupakan
proses, cara, perbuatan memuja. Arti lain dari pemujaan adalah tempat memuja
(seperti kuil). Pemujaan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga
pemujaan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan
Pada dasarnya pemujaan berasal dari kata puja yang berarti penghormatan atau tempat
memuja kepada para dewa ataupun berhala. Dan dalam perkembangannya pemuujaan
kemudian ditujukan kepada Tuhan yang Maha Esa, kepada orang yang dicintai, dan
kepada para pahlawan. Pemujaan kepada Tuhan merupakan wujud cinta dan kasih

3
manusia kepada Tuhan, yang mana merupakan inti, nilai dan makna dari kehidupan
yang sebenarnya. Cara pemujaan dalam kehidupan manusia berbeda beda, dimana

2
tergantung dengan ajaran, agama, kepercayaan, kondisi dan situasinya. Tempat
pemujaan merupakan tempat berkomunikasinya manusia dengan Tuhan.

C. Kaitan Pemujaan Dan kebudayaan


Pemujaan bermula sejak manusia dilahirkan dengan kecerdasannya. Dimana manusia
telah mampu berfikir kritis tentang alam dan kejadiannya. Hal ini dapat tercapai
dengan mengagumi dan bersyukur kepada Sang Pencipta. untuk bentuknya sendiri
pemujaan dapat berupa ibadah yang dijadikan sebagai media komunikasi antara
manusia dengan sang Pencipta, membangun tempat peribadatan yang baik, membuat
lagu, puisi, novel, film, dan sebagainya yang temanya bertujuan untuk mencintai Sang
Pencipta. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya disebabkan manusia agar dapat
berkomunikasi dengan tuhannya. Dalam hal ini manusia mohon ampun atas segala
dosanya, memohon perlindungan, memohon dilimpahkan kebijaksanaan, memohon
agar ditunjukkan jalan yang benar, memohon ditambahkan segala kekurangan yang
ada padanya, dan lain-lain sebagainya.
Berikut beberapa contoh dari pemujaan :

         Pemujaan antar sesama manusia

Berkaitan dengan hal tersebut, yang dimaksud dengan puja memuja antar sesama
manusia adalah bahwa secara umum pemujaan itu dimungkinkan dalam arti
kekaguman dan disertai perasaan jatuh cinta yang menyebabkan perubahan sikap,
tingkah laku atau tutur kata layaknya seperti orang yang sedang jatuh cinta dengan
seseorang yang mereka puja. Atau bisa juga seseorang yang memuja idola yang
membuat mereka sangat terkesan..

         Pemujaan seorang manusia terhadap alam

Manusia yang memuja alam dapat diartikan menjadikan alam lebih bersahabat dengan
manusia. Agar alam dapat ramah dan bersahabat dengan manusia, maka manusia
memuja alam melalui tindakan ritual. Tingkatan ritualnya ditentukan oleh
kesempurnaan dalam proses pemujaan, dan dilengkapi dengan perlengkapan yang
berfungsi sebagai symbol. Simbol ini selalu mewakili berbagai aspek aktivitas
perilaku manusia. Meskipun begitu, alam tidak pernah ingkar janji setelah dikuasia
dan digarap habis. Alam bertindak dengan menjatuhkan bencana sebagai teguran yang
konsepnya berbagai bentuk, seperti banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan
gempa bumi. Dan akhirnya manusia dengan sendiri meratapi nasibnya..

         Pemujaan manusia terhadap benda

Pada dasarnya benda (materi) diperlukan bagi kehidupan manusia, selama benda itu
bukan tujuan akhir. Pemujaan manusia yang berlebihan terhadap benda tentu akan
menimbulkan kejanggalan. Sebab benda dapat berubah fungsi yang mana dulunya
digunakan sebagai alat untuk membantu kehidupan, malah berubah menjadi sesuatu
yang dipuja, dipertuhankan, ataupun disembah - sembah. Misalnya, ada orang-orang

4
dari dulu hingga sekarang yang masih menyembah patung atau berhala atau benda
lain yang dianggap manusia sebagai pemujaan atau mungkin Tuhannya.

         Pemujaan manusia terhadap dewa

Hal ini terkait dengan bidang keyakinan agama (religius). Namun keyakinan demikian
tidak perlu dibantah, malah sebaliknya harus dihormati sebab keyakinan atau
pemujaan tersebut merupakan hak mereka untuk memiliki atau memeluk suatu
kepercayaan.

         Pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Pemujaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda menurut agama yang
dianut oleh setiap kelompok masyarakat. Misalnya di kalangan umat Islam. Pada
khususnya, ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam hal ini Allah SWT. diatur
berdasarkan syariat yang bersumber dari Al-Qur'an dan diperjelas secara teknis dan
cara pelaksanaannya melalui hadits-hadits Rasulullah (Assunnah). Dan dalam hal ini
pemujaan dikhususkan hanya kepada Allah SWT. Dan tidak ada bentuk pemujaan lain
selain hanya kepada-Nya.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa di dunia ini ada berbagai jenis pemujaan
mulai dari pemujaan kepada tuhan, kepada alam, kepada benda benda, kepada
manusia, bahkan ada juga pemujaan terhadap mahluk halus (satanic). Namun terdapat
juga manusia di dunia ini yang tidak memuja apapun termasuk tuhan (Atheis).
Pemujaan erat kaitannya dengan agama atau kepercayaan manusia terhadap sesuatu.
Seperti yang kita ketahui di Indonesia terdapat berbagai agama dan budaya, namun
dari berbagai agama dan budaya tersebut kita lebih mengetahui bahwa walaupun kita
berbeda agama dan budaya, namun kita tetaplah manusia yang sama dimana
merupakan ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sebagai manusia, kita harus saling
menghormati satu sama lain. Dan satu hal yang harus kita sertakan dan kita ketahui
seabagai umat Islam yakni tiada Tuhan selain Allah SWT. Dan tiada upaya dan
kekuatan yang mampu setara dengan Dia. Hal ini sesuai dengan yang tercantum
dalam QS. Al-Ikhlas 112 : 4

B. Kritik dan Saran

6
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/23804-ID-ritual-kepercayaan-lokal-dan-identitas-
budaya-masyarakat-ciomas-banten.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
https://egapramesti.wordpress.com/2011/04/30/pengertian-cinta-kasih/
https://kbbi.lektur.id/pemujaan#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa
%20Indonesia,tempat%20memuja%20(seperti%20kuil).

Anda mungkin juga menyukai