Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

KLASTER: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


BERBASIS PROGRAM STUDI

MENGGERAKKAN INISIATOR MUDA KERUKUNAN UMAT


BERAGAMA

Oleh:

Sulvinajayanti, M.I.Kom
Nidaul Islam, M.Th.I
Silmi Qurota Ayun
Muh. Arsil

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2022
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Judul Penelitian : Menggerakkan Inisiator Muda Kerukunan Umat


Beragama
Ketua Peneliti
a. Nama lengkap : Sulvinajayanti, S.Kom., M. I. Kom
b. NIP/NIDN : 198801312015032006 / 2031018801
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Komunikasi Penyiaran Islam
e. Disiplin Ilmu : Ilmu Komunikasi
f. No.Hp : 08114210121
g. Email : sulvinajayanti@iainpare.ac.id
h. Klaster Penelitian : Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Program Studi
Anggota Peneliti
a. Nama lengkap : Nidaul Islam, M.ThI
b. NIP/NIDN : 199005182020121012 / 2018059001
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Manajemen Dakwah
e. Disiplin Ilmu : Tafsir Hadis
f. No.Hp : 082344995041
g. Email : nidaulislam@iainpare.ac.id
h. Klaster Penelitian : Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Program Studi
Anggota Peneliti
a. Nama lengkap : Silmi Qurota Ayun
b. NIM : 19.3500.008
c. Program Studi : Sosiologi Agama
Anggota Peneliti
a. Nama lengkap : Muh. Arsil
b. NIM : 19.3100.050
c. Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Biaya Penelitian : Rp 32.600.000 (Tiga Puluh Dua Juta Enam Ratus Ribu
Rupiah)
Parepare, 25 Oktober 2022

Ketua LP2M Ketua Peneliti

Dr. M. Ali Rusdi, S.Th.I., M.H.I Sulvinajayanti, S.Kom., M.I.Kom


NIP 198704182015031002 NIP 198801312015032006
Mengetahui,
Rektor IAIN Parepare

Dr. Hannani, M.Ag.


NIP 197205181999031011
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur diperuntukkan kepada Allah SWT., karena

dengan bimbingan dan ilmuNya, sehingga Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis

Program Studi yang berjudul Menggerakkan Inisiator Muda Kerukunan Umat

Beragama dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini memanfaatkan dana bersumber

dari DIPA Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare tahun 2022, dikelola oleh

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) sebagai lembaga yang

diberi kewenangan menangani kegiatan bidang penelitian, pengabdian kepada

masyarakat dan publikasi.

Dalam laporan hasil pengabdian kepada masyarakat ini, diketemukan berbagai

hal yang menandai sebagai kekurangan, untuk itu peneliti membuka diri terhadap setiap

koreksi, kritikan, saran yang bertujuan sebagai penyempurnaan. Peneliti menyadari

sepenuhnya adanya kontribusi bantuan dan dorongan moril dari berbagai kalangan. Atas

dasar itu, kami memberikan apresiasi yang tulus atas semua bantuan tersebut. Secara

khusus, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Parepare dalam kebijakannya, senantiasa memperhatikan

iklim positif terhadap kegiatan pengembangan keilmuan, khususnya kegiatan

penelitian.

2. Ketua LP2M IAIN Parepare, sebagai pihak yang diberi kewenangan untuk

menyelenggarakan kegiatan penelitian dosen, mempersiapkan administrasi dan

menyelenggarakan proses seleksi hingga monitoring evaluasi dengan seksama.

3. Tim penilai proposal penelitian dosen tahun 2022 karena atas upayanya dalam

memberikan evaluasi terhadap proposal penelitian yang layak dan memenuhi

standard yang digunakan.

i
4. Pemerintah Daerah Kab. Sidrap atas perizinan dalam melaksanakan kegiatan

Pengabdian kepada Masyarakat di Kabupaten Sidrap khususnya Kelurahan

Amparita beserta masyarakat.

Demikian, semoga kegiatan pengabdian mendapat berkah dari Allah swt,

sehingga kegiatan ini dapat bermanfaat untuk masyarakat, negara, agama, dan tim

pengabdi.

Parepare, 25 Oktober 2022

Tim Pengabdian

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
ABSTRAK vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Isu dan Fokus Pengabdian 4
B. Alasan Memilih Subjek Dampingan 6
C. Kondisi Subjek Dampingan Saat Ini 7
D. Kondisi Dampingan yang Diharapkan 7
E. Metode Pengabdian 17
F. Pihak-Pihak yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya 19
G. Resources yang Dimiliki 20
BAB II. GAMBARAN UMUM PEMUDA PELOPOR KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA 20
A. Kondisi Georafis Kelurahan Amparita Kabupaten Sidrap 21
B. Keadaan Demografi Kelurahan Amparita Kabupaten
Sidrap 23
C. Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama
(PDSKUB) 26
BAB III. PROSES PENDAMPINGAN 30
A. Pelatihan 39
B. Pendampingan 45
C. Temu Tokoh Kerukunan 46
BAB IV. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN 46
A. Hasil Pengabdian 62
B. Pembahasan 68
BAB V. PENUTUP 68

iii
A. Simpulan 68
B. Saran 68
C. Rekomendasi 69
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Logical Framework 16

Tabel 1.2 Pemangku Kepentingan 18

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Amparitan Tahun 2020 22

Tabel 4.1 Logical Framework 48

Tabel 4.2 Pertanyaan Penelitian 51

Tabel 4.3 Pelaksanaan Kegiatan 56

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1 Bagan Strategi Pengabdian 17

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Sidrap 20

Gambar 2.2 Hasil Asesmen Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama 25

Gambar 2.3 Hasil Asesmen Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama 25

Gambar 3.1 Materi Teknik Pengambilan Gambar dan Video 30

Gambar 4.1 Peletakan dasar dan Perencanaan Penelitian 49

Gambar 4.2 Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama 52

Gambar 4.3 Silus Pengembangan Program Pendidikan dalam melakukan 56

fasilitas hasil penelitian

Gambar 4.3 Pelatihan Pengenalan Pengambilan gambar dan Video 59

Kerukunan

Gambar 4.4 Pelatihan Penggunaan Kamera dalam Pengambilan Gambar 59

dan Video

Gambar 4.5 Pelatihan Penggunaan Smartphone dalam Pengambilan 60

Gambar dan Video

Gambar 4.6 Temu Tokoh Kerukunan 62

Gambar 4.7 Interaksi Sosial Kemasyarakatan Antar pemeluk 65

Agama/Keyakinan

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan membahas tentang isu dan fokus pengabdian, alasan

memilih subjek dampingan, kondisi dampingan sebelum diberi perlakuan, kondisi

dampingan yang diharapkan, strategi pendampingan, sumberdaya yang dimiliki,

dan pihak-pihak yang terlibat serta bentuk keterlibatannya.

A. Isu dan Fokus Pengabdian

Moderasi Beragama belakangan ini menjadi isu sentral dan bahkan

menjadi program prioritas Kementerian Agama RI. Moderasi beragama dipandang

mampu menjadi mainstream dalam membangun Indonesia, meski

mengarusutamakan moderasi beragama bukanlah perjuangan yang mudah. Karena

selain harus menjadi pandangan setiap umat beragama, upaya ini juga harus

dibarengi dengan menjadikannya terintegrasi ke dalam sistem perencanaan

pembangunan jangka menengah dan panjang Indonesia, sehingga program-

program yang dijalankan mendapat dukungan semua pihak.

Moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan toleransi dan

kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Moderasi mendorong

terciptanya keserasian dan keseimbangan sosial dalam kehidupan pribadi,

keluarga dan masyarakat. Saat ini moderasi beragama telah masuk dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang disusun

oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas). Harapannya moderasi beragama dapat

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi budaya dalam memajukan

sumber daya manusia Indonesia. Dalam konteks bernegara, moderasi beragama

1
2

perlu diterapkan agar paham keagamaan yang berkembang tidak bertentangan

dengan nilai-nilai kebangsaan.

Pelayanan dan peningkatan kualitas hidup umat beragama di Indonesia

merupakan tanggung jawab negara, termasuk khususnya Kementerian Agama,

oleh karena itu Kementerian Agama Republik Indonesia mendorong program

Moderasi Beragama bersama dengan sejumlah Pihak untuk menciptakan peta

jalan kerukunan menuju Tahun Toleransi 2022. Program pengarusutamaan

moderasi beragama sebenarnya hanya satu arah menuju perwujudan di sana, oleh

karena itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengetahui dan membuat peta

jalan menuju ke sana dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan terkait.

Khususnya di 8 provinsi yang menjadi prioritas program tersebut, termasuk

Sulawesi Selatan.

Berdasarkan data BPS tahun 2020 jumlah penduduk Sulawesi Selatan

adalah 9,7 juta jiwa dan jika disajikan berdasarkan pemeluk agama, Islam adalah

Agama dengan Pemeluk Mayoritas yaitu 89,87 persen, disusul Kristen 7,54

persen, Katolik 1,66 persen, Hindu 0,69 persen dan 0,63 Buddha (Badan Pusat

Statistik, n.d.).

Sulawesi Selatan merupakan daerah yang menarik untuk dicermati karena

kehidupan keagamaannya cukup dinamis, meskipun tidak menimbulkan konflik

antar umat beragama.

Di Sulawesi Selatan, perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik antar

pemeluk agama dan kepercayaan tidak pernah terjadi, malah ada riak-riak kecil di

internal pemeluk agama dan umat beragama dengan pemerintah. Sulawesi Selatan

sudah memiliki desa kerukunan yang bisa menjadi panutan kerukunan umat

beragama.
3

Untuk menyongsong tahun 2022 sebagai tahun tolenrasi, upaya yang

dilakukan oleh Kanwil Kemenag Sulses diantaranya melaksanakan kegiatan

Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Moderasi Beragama yang digelar oleh

Sub Bagian Ortala dan KUB di Hotel Claro Makassar, Minggu, 3 Oktober 2021

yang dihadiri oleh Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama (Provinsi,

Kabupaten/Kota dan Kantor Urusan Agama), Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Lintas Agama (PAI, Pesantren, Madrasah, Perguruan Tinggi Keagamaan dan

Lembaga Pendidikan Keagamaan lainnya), Penyuluh Agama, Pemerintah Daerah

(Kesbangpol) Babinkamtibmas, Babinsa, Pimpinan Lembaga/Ormas Keagamaan,

FKUB dan Stakeholder utama (Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat,

Tokoh Perempuan, Tokoh Pemuda) dan Media di Sulsel (2022 Tahun Toleransi,

Kakanwil Harap Program Kegiatan Fokus Peningkatan Moderasi Beragama,

n.d.).

Kegiatan Penyusunan dan Penelaahan RKA/KL Tahun Anggaran 2022

Kabid Urais Kanwil menerjemahkan dan mengkonsolidasikan program-program

Prioritas Menteri Agama. Program tersebut yakni : Revitalisasi KUA, Peningkatan

Moderasi KUA, dan Digitalisasi Pelayanan KUA sebagai langkah awal bergerak

cepat secara efektif dalam menyongsong tahun 2022 sebagai tahun toleransi.

Sulawesi Selatan terpilih sebagai salah satu provinsi dari 8 provinsi yang dinilai

layak untuk di jadikan pilot projek tentang kerukunan beragama. Implikasi dari

ditetapkannya Sulsel sebagai provinsi prioritas tahun toleransi ini, disampaikan

oleh Kabag TU Kanwil Kemenag Sulsel Fathurrahman, bahwa Kanwil Kemenag

Sulsel akan mendapat dukungan anggaran untuk tiga tahapan kegiatan yaitu

penyuluhan moderasi beragama, penguatan moderasi beragama yang didalamnya

terdapat bimbingan teknis dan penunjukan salah satu daerah sebagai prototipe

daerah percontohan tahun toleransi 2022. Terpetakannya daerah-daerah konflik


4

yang ada di Sulawesi Selatan, akan menjadi dasar untuk memberikan treatment

serta solusi atau penyelesaian konflik bagi daerah-daerah tersebut (2022 Tahun

Toleransi, Kakanwil Harap Program Kegiatan Fokus Peningkatan Moderasi

Beragama, n.d.).

B. Alasan Memilih Subjek Dampingan

Sulawesi Selatan sebagai salah satu provinsi yang menjadi prototipe tahun

toleransi karena keragaman agama dan budaya. Peran Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB), Pemda, Kementerian Agama, tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda untuk menyongsong tahun toleransi

akan mudah tercapai jika ada keterlibatan aktif. Konflik antar pemeluk agama dan

umat beragama kerap terjadi meskipun hanya riak-riak kecil.

Lima indikator moderasi beragama, yaitu keterbukaan tidak menutup diri

terhadap perbedaan, mengedepankan akal bukan emosi, menyadari batasan

keilmuan dan tidak merasa paling benar, rendah hati atau tidak sombong, dan

terakhir tidak mengganggu keyakinan atau keyakinan pemeluk agama lain.

Peran pemuda dalam menjaga kerukunan antar umat beragama sangat

penting. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, anak muda dinilai memiliki

peran dalam menyebarkan pesan-pesan kerukunan melalui media sosial. Karena

tempat pertemuan hari ini untuk pemikiran telah bergeser, dari panggung publik

ke halaman media sosial. Pemuda dituntut untuk ikut berperan aktif dalam

penguatan moderasi beragama caranya dengan menyampaikan pesan-pesan

kerukunan melalui media online.

Selain untuk menyampaikan pesan-pesan kerukunan, pemuda juga

diharapkan mampu berperan dalam menjaga kerukunan di Indonesia. Maka dalam

hal ini pemuda perlu dikuatkan keterlibatannya untuk mendorong setiap upaya
5

yang dilakukan oleh pemerintah dan tokoh agama yang menekankan pada

harmonisasi agama.

Peran aktif pemuda saat ini dalam penguatan moderasi beragama masih

sangat minim, bahkan konflik antar agama bersumber dari kalangan pemuda baik

itu pelajar maupun mahasiswa. Lembaga kepemudaan lintas agama sebagai wadah

komunikasi antar umat beragama dipandang perlu sebagai langkah penanganan

deteksi dini konflik yang bersumber dari kalangan pemuda.

Subjek dampingan pada kegiatan pengabdian ini adalah pemuda yang ada

di Kelurahan Amparita yang masyarakatnya menganut tiga kepercayaan yakni

Islam, Tolotang dan Kristen. Alasan tim pengabdi dalam memilih subjek

dampingan adalah saat ini pengguna internet di kalangan pemuda sebesar 99,26%.

Durasi penggunaan internet berdasarkan jenis kelamin adalah 1-5 jam untuk pria

sebesar 49,59% dan wanita sebesar 53,74%, 6-10 jam untuk pria sebesar 33,11%

dan wanita sebesar 30,75% dan durasi lebih dari 10 jam untuk pria sebesar

14,16% dan 11,26% untuk wanita. Alasan penggunaan internet sebesar 89,15%

adalah untuk dapat mengakses media social (APJI, 2022). Pemuda dinilai

memiliki peran dalam menyebarkan pesan kerukunan melalui media social.

Permasalahan yang banyak didapati adalah peran aktif pemuda dalam

penguatan moderasi beragama masih minim dan beberapa konflik antar umat

beragama yang kita lihat bersumber dari kalangan pemuda baik dari kalangan

siswa maupun mahasiswa. Maraknya kasus-kasus konflik antar umat beragama

banyak muncul pemberitaan di media, sehingga potensi konflik yang muncul

mudah menyebar dan sulit diredam.

Keadaan di atas disebabkan oleh masih minimnya pemahaman pemuda

terkait penguatan moderasi beragama. Pemuda kurang dilibatkan dalam penguatan


6

kerukunan antar umat beragama. Tingkat emsosional pemuda yang dinilai tinggi

dan masih sulit untuk mengontrol diri terhadap segala bentuk potensi konflik.

Karena itu, kegiatan pengabdian ini diharapkan agar para pemuda sebagai

generasi yang full charging memiliki energi yang sangat luar biasa dan mampu

mengubah dunia. Di tengah arus kemajuan teknologi dimana persoalan kerukunan

umat beragama turut berkembang seiring dengan perkembangan teknologi

tersebut. Pemuda merupakan pionir kerukunan umat beragama, sehingga perlu

dibekali wawasan kebangsaan yang luas serta menanamkan rasa kecintaan

terhadapa bangsa dan negaranya.

Pemuda merupakan generasi penerus yang identik dengan semangat

perubahan dan kemajuan, termasuk sebagai pelopor kerukunan umat beragama

untuk menjalim kehidupan harmonis. Semangat menggelora pemuda diharapkan

mampu menjalin komunikasi yang santun dan membangun keharmonisan antar

umat beragama. Sebagai generasi penerus agara mampu menjaga keamanan dan

kedamaian serta kerukunan antar umat beragama tetap terpeliharan.

Melalui media sosial pemuda dapat membangun penguatan moderasi

beragama dan menghindarkan perbedaan yang mengarah pada pertikaian konflik

antar umat beragama. Peran media cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat

terkait kerukunan umat beragama. Media sosial menjadi sarana penyampaian

informasi dan pembelajaran yang berkaitan dengan informasi lintas keagamaan.

Media sosial memainkan peran pendidikan dalam menyebarkan pendidikan,

informasi, dan ide. Secara bebas semua pengguna media sosial menyebarkan

informasi, hiburan, edukasi tanpa ada batasan usia, suku, ras, agama dan budaya.

C. Kondisi Subjek Dampingan Saat Ini

Subjek dampingan pada kegiatan pengabdian ini adalah pemuda di


Kelurahan Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang. Total pemuda yang
7

didampingi adalah 15 orang dari jenjang pendidikan sekolah menengah

pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah Aliyah.

Program pendampingan ini akan membentuk lembaga kepemudaan lintas

agama yang berfungsi sebagai wadah kerukunan umat beragama. Lembaga

kepemudaan lintas agama ini akan diberikan pelatihan pengelolaan media sosial.

D. Kondisi Dampingan yang Diharapkan

Selama proses pendampingan, pemuda diharapkan bisa bekerjasama dan

terlibat aktif pada setiap kegiatan. Pemuda diharapkan mampu secara partisipatif

memberikan masukan terkait penguatan moderasi beragama dan mengajak

pemuda lainnya untuk bersama-sama mendorong setiap upaya yang dilakukan

oleh pemerintah dan tokoh agama yang mengedepankan harmonisasi agama.

Kegiatan pendampingan ini akan membentuk lembaga kepemudaan lintas agama

yang berfungsi sebagai wadah kerukuna umat beragama. Lembaga kepemudaan

ini akan diberikan pelatihan dalam mengelola media sosial untuk mendukung

tahun toleransi dan menyampaiakan pesan-pesan kerukunan melalui media online.

E. Metode Pengabdian

Community Based Research (CBR)

Tradisi penelitian di kalangan sarjana ilmu-ilmu agama Islam sudah sangat

kuat, hanya saja keunggulan penelitian mereka seringkali kurang bisa beradaptasi

dengan kehidupan sosial, karena kajian tokoh-tokoh intelektual klasik, kajian

pemikiran, filsafat dan sejarah, seringkali menghasilkan teori-teori yang jauh dari

teori. kehidupan sosial. Padahal, pada hakekatnya semua ajaran dan pemikiran

agama diturunkan oleh Allah, dan dijelaskan oleh Nabi untuk melakukan

perubahan sosial, baik dalam aspek hukum dan etika, maupun dalam konteks

perubahan etos yang mendorong manusia untuk berubah. Oleh karena itu,
8

penelitian dalam disiplin ilmu-ilmu agama perlu diperhatikan untuk dibawa ke

kajian yang lebih bersifat aksiologis, sehingga dapat diimplementasikan oleh

masyarakat, bahkan oleh pemerintah yang memiliki kewenangan struktural untuk

mendorong, membimbing dan mengarahkan masyarakat untuk berubah.

Pada saat yang sama, PTKIN juga mengelola berbagai disiplin ilmu yang

memberikan penguatan transferable skill umum yang secara historis erat

kaitannya dengan kehidupan sosial, dan berperan penting dalam proses perubahan

sosial, seperti ekonomi, kesehatan masyarakat, dan ilmu pengetahuan. dakwah,

bahkan berbagai keahlian profesi dengan keahlian khusus seperti akuntansi,

farmasi, kedokteran dan juga keperawatan. Sementara itu, misi pembelajaran

PTKIN pada ilmu-ilmu keterampilan umum dan keterampilan khusus adalah

mempelajari agama dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga aksiologi dari

semua keterampilan dan keahlian tersebut selalu mengandung kekuatan teistik dan

selalu memiliki orientasi eskatologis, yang keduanya akan selalu mengendalikan

kekuatan. meningkatkan prestasi, melalui kreativitas dan inovasi serta daya

kontrol untuk selalu menjaga akuntabilitas kebenaran agama.

Grand design pengabdian dengan pembudayaan ilmu-ilmu agama, dan

penguatan spirit keagamaan dalam implementasi iptek, pada dua tataran

epistemologi dan aksiologi, akan menjadi pilihan baru yang sangat menarik,

karena akan menghasilkan perubahan sosial yang diwarnai oleh kekuatan agama.

Peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan sosial akan diperankan dengan

baik oleh pengabdi yang tidak hanya membawa perubahan tetapi benar-benar

menghasilkan instrumen dan teknologi untuk mewujudkan perubahan tersebut.

Penemuan model baru, instrumen baru, atau teknologi baru, yang sekaligus

membawa perubahan sosial, hanya dapat dilakukan dengan penelitian yang


9

mampu menyatukan keduanya, yang kini sangat populer di dunia akademik

dengan Community Based Research (CBR), atau penelitian berbasis masyarakat.

Community Based Research (CBR) sebagaimana dikemukakan oleh Sarah

Banks dari Center for Social Justice and Community Action, Durham University,

adalah penelitian yang dilakukan atas komitmen masyarakat untuk memberikan

dukungan, kekuatan, sumber daya, serta keterlibatan dalam proses penelitian agar

untuk menghasilkan produk penelitian yang bermanfaat bagi mereka, serta para

peneliti yang terlibat dalam proses penelitian (Durham Community Research

Team, 2011). Inisiatif penelitian juga bisa datang dari ilmuwan atau peneliti

setelah melihat permasalahan dan potensi yang ada di masyarakat, untuk

memberikan solusi atas rumusan teknis instrumentasi untuk memecahkan masalah

yang dihadapi masyarakat, baik disadari maupun tidak, sehingga mereka sadar

atau tidak. terbawa arus perubahan dan kemajuan.

Ada beberapa argumentasi mengapa CBR sangat penting, bagi kalangan

akademisi, khususnya dalam berbagai disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan

berbagai upaya mengubah fenomena sosial dengan mengubah cara pandang

masyarakat tentang kehidupannya. Beberapa alasan yang dimaksud adalah sebagai

berikut (Pasick et al., n.d.).

1. CBR tersebut dapat mengidentifikasi intervensi baru yang lebih baik

serta upaya preventif bagi anggota masyarakat.

2. Bahwa CBR dapat mengidentifikasi dan memberikan dukungan untuk

pengembangan sistem yang lebih baik dalam kehidupan sosial.

3. CBR tersebut dapat mengidentifikasi prioritas pembangunan sosial

yang dapat menjadi fokus organisasi dan lembaga perubahan sosial.


10

4. CBR tersebut dapat mengembangkan program pengembangan

pendidikan bagi staf dari organisasi sosial atau lembaga swadaya

masyarakat yang menjadi agen perubahan sosial.

5. CBR tersebut dapat menerjemahkan beberapa pertanyaan penelitian

yang sangat baik ke dalam konteks pemenuhan kebutuhan sosial

anggota masyarakat.

Community Based Research (CBR) bukanlah sebuah metode, juga bukan

sebuah pendekatan yang akan menentukan berbagai teknik pengumpulan dan

analisis data, tetapi sebuah model penelitian yang menjadikan komunitas sosial

sasaran menjadi bagian aktif dari proses penelitian, guna meningkatkan efektivitas

proses pengumpulan dan analisis data untuk menghasilkan suatu rekomendasi

yang benar-benar bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan

sosial mereka. Sedangkan model penelitiannya sendiri lebih dekat dengan model

penelitian tindakan yaitu penelitian pengembangan model yang dilakukan dengan

uji coba yang dinamis dan bersiklus, yang terus menerus dievaluasi dan didesain

ulang untuk mendapatkan model yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan.

Kemudian Action Research biasanya dilakukan secara kolaboratif antara peneliti

dengan mitranya dari kelompok sosial yang dijadikan sebagai kelompok sasaran

dalam penelitian. Dengan demikian dasar penelitian CBR adalah kualitatif, karena

akan selalu ada kesesuaian antara desain dan kebutuhan sosial, hanya saja proses

akademik dalam CBR tidak mencari makna dari fenomena, dan juga tidak

menafsirkan makna fenomena, melainkan merumuskan desain untuk sesuatu yang

dibutuhkan oleh masyarakat. berdasarkan hasil tes mereka sendiri dalam

kehidupan nyata.
11

Meskipun demikian, dalam proses kerja CBR tidak dipungkiri perlunya

peneliti mengolah data numerik atau hasil kuantifikasi untuk diolah secara

kuantitatif, tetapi bukan sebagai alat ukur untuk pengujian hipotesis, posisi data

dan hasil analisis kuantitatif lebih mendukung model. proses pengujian yang akan

dihasilkan dari penelitian tindakan di CBR, atau hanya informasi peserta dalam

penelitian, atau data lain yang perlu diungkapkan dalam bentuk angka. Analisis

data tentu menggunakan prosedur analisis kuantitatif, tetapi tidak menguji suatu

hipotesis yang lazim dalam penelitian kuantitatif yang desainnya koheren dan

kaku. Di sisi lain, CBR sangat cocok dengan perubahan fenomena sosial,

memiliki desain penelitian yang sangat dinamis, terus melakukan siklus

perbaikan, mengikuti perkembangan perubahan pandangan, perilaku bahkan

keinginan orang-orang yang menjadi subjek penelitian.

Penelitian CBR pada akhirnya sangat mungkin dirancang dalam bentuk

mixed method atau metode campuran, dengan desain utama kualitatif, hanya saja

CBR tidak sepenuhnya mengikuti prosedur kualitatif yang memerlukan proses

pemaknaan, interpretasi dan perumusan. dari hipotesis kerja. Penelitian CBR

sebenarnya dimulai dengan merumuskan model intervensi atau perlakuan

terhadap komunitas sosial, kemudian mengimplementasikan desain, mengevaluasi

proses dan hasil intervensi, kemudian mendesain ulang untuk mendapatkan model

intervensi yang paling tepat untuk membawa perubahan pada komunitas sosial.

Karakter kualitatif CBR didasarkan pada asumsi bahwa fenomena sosial sangat

dinamis, oleh karena itu harus didekati dengan teori probabilitas, yaitu memiliki

banyak peluang untuk berbagai perubahan, oleh karena itu, tidak mungkin untuk

menyimpulkan perubahan fenomena setelah suatu peristiwa. intervensi yang

terjadi akan sesuai dengan asumsi yang peneliti perkirakan. Kemudian, penelitian

CBR juga memerlukan perubahan desain yang sesuai dengan perkembangan


12

sosial masyarakat setelah mendapat intervensi. Dengan demikian, karakter CBR

bersifat naturalistik yang memiliki kemungkinan sangat tinggi untuk terus berubah

secara dinamis, yang pada akhirnya akan menghasilkan desain model yang paling

sesuai untuk membawa perubahan.

Penelitian CBR masih dalam kategori model penelitian tindakan, namun

CBR melibatkan masyarakat dalam melakukan penelitian, tidak hanya dalam

melaksanakan desain model yang telah dirumuskan oleh seorang peneliti sebagai

akademisi, seperti yang biasa terjadi dalam penelitian tindakan bahkan dalam

tindakan kelas. Penelitian (CAR). Penelitian CBR melibatkan masyarakat dalam

semua proses penelitian, sebagaimana dijelaskan oleh Rena Pasick dari University

of California, San Francisco, bahwa masyarakat diajak untuk terlibat dalam enam

(6) proses penelitian (Pasick et al., n.d.), yaitu:

1. Peneliti atau akademisi harus mulai mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perumusan isu-isu penting yang memerlukan

intervensi untuk membawa perubahan pada masyarakat.

2. Kemudian masyarakat juga diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunan

proposal penelitian dan presentasi dalam pengajuan proposal kepada

pemerintah atau instansi lain yang mensponsori penelitian tersebut.

3. Kemudian peneliti juga harus melibatkan perwakilan dari masyarakat

dalam menentukan kelompok sosial yang akan dijadikan subjek penelitian.

4. Perwakilan masyarakat juga harus dilibatkan dalam penyusunan model

desain intervensi di komunitas sosialnya, dan juga terlibat dalam

penyiapan instrumen pengukuran, baik saat memilih komunitas sosial

maupun saat mengembangkan instrumen untuk mengukur tingkat

keberhasilan intervensi dalam penelitian yang mereka lakukan.


13

5. Beberapa kelompok sosial masyarakat sebagai subjek penelitian juga

dilibatkan dalam proses penggunaan model desain dalam intervensi yang

dilakukan.

6. Sebagian anggota masyarakat dari komunitas subjek penelitian juga

dilibatkan dalam perumusan akhir hasil penelitian, melakukan sosialisasi,

dan membantu menjelaskan kepada masyarakat bagaimana model baru ini

diimplementasikan dalam kehidupan sosial mereka, sehingga terjadi

perubahan. mereka inginkan akan terjadi.

Senada dengan Rena Pasick, Wilma Brakefield-Caldwell dari Detroit,

Michigan, dan Edith Parker dari University of Michigan menjelaskan bahwa

untuk kesuksesan CBR, peneliti, akademisi atau lembaga yang menaungi peneliti

tersebut harus berkembang dan memiliki kekuatan yang kuat, berkelanjutan

bahkan cenderung berkolaborasi. menjadi kolaborasi yang berkelanjutan, sehingga

perubahan dapat dievaluasi dan pengobatan dapat terus dikembangkan (Durham

Community Research Team, 2011). Kolaborasi yang kuat dan berkesinambungan

antara peneliti, akademisi dan masyarakat akan melahirkan hubungan simbiosis

mutualistik, dimana peneliti akan selalu mendapatkan informasi terkini tentang

implementasi model yang dihasilkannya, serta perubahan yang dihasilkan dari

implementasi tersebut. model, sementara masyarakat akan selalu menerima

masukan dari akademisi dan peneliti tentang bagaimana mengimplementasikan

model, infrastruktur apa yang harus diperkuat untuk menyempurnakan

implementasi model, serta antisipasi perubahan yang akan muncul. Oleh karena

itu, komunikasi antara akademisi, peneliti dan masyarakat harus dikelola dan

dikembangkan dengan baik dalam prinsip kesetaraan, saling menghormati dan

tidak ada diskriminasi karena perubahan strata sosial.


14

Sejalan dengan itu, Sarah Banks mengingatkan, untuk mendapatkan hasil

yang optimal, setidaknya ada tujuh etika dasar yang harus dipenuhi dalam CBR

(Rianto, 2019), yaitu:

1. Saling menghormati dan saling menghormati, yaitu bahwa penelitian

dikembangkan dengan saling menghormati, dan masing-masing memiliki

komitmen untuk, a) menyepakati apa yang harus dihormati oleh masing-

masing dalam konteks yang sangat khusus, b) setiap orang yang terlibat

dalam proses penelitian telah dipersiapkan untuk menjadi mampu

mendengarkan pendapat dan pandangan orang lain, dan c) mampu

menerima bahwa dalam hidup selalu ada perbedaan cara pandang antara

satu orang dengan orang lain.

2. Kesetaraan dan selalu terbuka, yaitu bahwa CBR harus dilaksanakan

dengan memberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi kepada

semua orang dengan latar belakang yang berbeda. Perbedaan agama, suku,

warna kulit, pendidikan, jenis kelamin, tidak boleh menghalangi partisipasi

mereka dalam proses CBR.

3. Partisipasi demokratis, yaitu bahwa peneliti dan akademisi yang

melakukan penelitian CBR harus mendorong, dan memberikan

kesempatan kepada semua peserta penelitian untuk memberikan kontribusi

yang nyata dalam pengambilan keputusan dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan proses pelaksanaan penelitian.

4. Pembelajaran aktif yaitu melihat bahwa proses penelitian adalah proses

belajar dengan cara mendengar pandangan dan pendapat orang lain,

mendengar informasi dari orang lain dan menghargai informasi,

pandangan dan pendapat mereka, sehingga mendapatkan sesuatu yang

baru.
15

5. Membuat perubahan yang berbeda yaitu bahwa penelitian yang

dikembangkannya dapat membawa perubahan pada masyarakat dengan

perubahan baru yang berbeda dengan kondisi sebelumnya bahkan berbeda

dengan yang terjadi pada saat intervensi dilakukan.

6. Bekerja secara kolektif, yaitu membiasakan bekerja secara kolektif

kembali dengan orang-orang yang berbeda pendidikan dan keahliannya,

namun memiliki idealisme yang sama untuk melakukan perubahan melalui

proses akademik dengan menciptakan model yang dapat digunakan

bersama oleh masyarakat dan pemerintah.

7. Bekerja dengan integritas pribadi yang baik, yaitu peneliti dan akademisi

harus bekerja dengan penuh kejujuran dalam pekerjaannya dan penuh

loyalitas terhadap pekerjaannya, sehingga dapat diapresiasi oleh

masyarakat, dan dibantu dengan baik oleh mereka.

Dalam pengabdian ini digunakan pendekatan Community Based Research

(CBR). Terdapat empat tahapan yang akan digunakan yaitu peletakan dasar,

perencanaan penelitian, pengumpulan dan analisis data, dan aksi atas temuan.

Peletakan dasar merupakan strategi dalam menegosiasikan tujuan dan peran yang

terlibat dalam program. Perencanaan penelitian merupakan strategi

menegosiasikan perspektif yang akan digunakan pada setiap kegiatan,

menentukan pertanyaan penelitian dan mengembangkan metode-metode yang

akan digunakan dalam pengumpulan data dan informasi. Pengumpulan dan

analisis data merupakan strategi mengumpulkan data dan informasi serta

menganalisis dan menginterpretasi data, informasi dan temuan. Aksi atas temuan

merupakan strategi menegosiasikan cara memobilisasi pengetahuan dan

masyarakat, menentukan pertanyaan penelitian dan mengembangkan metode-

metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data dan informasi.


16

Agar program pengabdian bisa dievaluasi dengan mudah, maka

penyusunan logical framework (logframe) dibutuhkan. Setiap komponen dari

logframe ini bisa dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan posisi pencapaian

program.

Tabel 1.1 Logical Framework

Komponen

Input (masukan) 15 pemuda

Activities (proses/kegiatan) 4 kali pertemuan rutin (peletakan

dasar, perencanaan penelitian,

pengumpulan dan analisis data, dan

aksi atas temuan)

Output (keluaran) 1 lembaga kepemudaan lintas

agama

Outcome (hasil) Lembaga kepemudaan lintas agama

diberikan pendampingan

pengelolaan media sosial

Impact (dampak) Terbentuknya lembaga

kepemudaan lintas agama yang

cakap digital

Goal (tujuan akhir) Penguatan kelembagaan pemuda

lintas agama.
Tahun Toleransi 2022 dalam
mewujudkan Moderasi Beragama

Peletakan Dasar Penelitian

1. Kementerian Perencanaan Penelitian


Agama Provinsi
Sulawesi Selatan 1. Kementerian
2. Kementerian Agama
Agama Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota 2. Tenaga
3. Penyuluh Agama Kependidikan
4. FKUB Lintas Agama
5. Ormas Keagamaan 3. Tim Pengabdian

Pengumpulan dan Analisis Data /


Informasi
1. Tokoh Agama,
2. Tokoh Masyarakat,
3. Tokoh Adat,
4. Tokoh Perempuan
5. Tokoh Pemuda

Pembentukan Lembaga Pemuda


Lintas Agama dan Pelatihan
Pengelolaan Media Sosial

Pemuda Lintas Agama Cakap


Digital

Gambar 1.1 Bagan Strategi Pengabdian

F. Pihak-Pihak yang Terlibat dan Bentuk Keterlibatannya

Pelaksanaan program pengabdian harus didukung oleh pemangku

kepentingan terkait. Pemetaan pemangku kepentingan tersebut


18

mempertimbangkan bentuk pelibatan dan pengaruhnya terhadap program. Bentuk

pelibatan bisa dilihat posisi atau peran dalam program sedangkan pengaruh bisa

dilihat pada besar, sedang dan kecil atas peran tersebut. Beberapa pemangku

kepentingan tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.2 Pemangku Kepentingan

Pemangku Kepentingan Bentuk Keterlibatan

Kementerian Agama Provinsi Memberikan izin program pengabdian

Sulawesi Selatan dan menjadi mitra utama proses

pendampingan

Kementerian Agama Kota Parepare, Menjadi mitra proses pendampingan

Kabupaten Sidrap dan Kabupaten

Pinrang

Pendidik/Tenaga Kependidikan Menjadi mitra proses pendampingan

Lintas Agama

Penyuluh Agama Menjadi mitra proses pendampingan

Pimpinan Lembaga/Ormas Menjadi mitra proses pendampingan


Keagamaan

Forum Kerukunan Umat Beragama Menjadi mitra proses pendampingan

Kabupaten/Kota

Tokoh Agama, Menjadi mitra proses pendampingan

Tokoh Masyarakat,

Tokoh Adat,

Tokoh Perempuan dan

Tokoh Pemuda

Untuk melaksanakan program pengabdian ini dibutuhkan sumber daya


yang mampu mendorong pelaksanaan kegiatan pengabdian bisa berhasil. Sumber
19

daya tersebut bisa berupa tim pengabdian (sumber daya manusia) dan mitra

program pengabdian. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tim

pengabdian. Tim yang terlibat memiliki kemapuan untuk mendesain bentuk

kegiatan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kemajuan pencapaian pada

setiap kegiatan. Sumber daya dari mitra program pengabdian adalah izin

pelaksanaan kegiatan, rekomendasi bentuk kegiatan.

G. Resources yang Dimiliki

Resources dalam kegiatan pengabdian ini meliputi kekuatan dan kapasitas

tim pengabdi dan resources masyarakat dampingan.

(1) Kekuatan/Kapasitas Tim Pengabdi

Tim pengabdi terdiri atas 2 orang dosen dan 2 orang mahasiswa yang

memiliki keahlian terkait dengan kegiatan pengabdian ini. Ketua tim pengabdi

memiliki keahlian dalam bidang teknologi informasi dan anggota tim memiliki

pengetahuan berkaitan dengan moderasi beragama. Adapun mahasiswa yang

terlibat dalam pengabdian ini sebagai anggota memiliki keahlian dalam bidang

pembuatan konten media sosial dan sosial kemasyarakatan.

(2) Resources Masyarakat Dampingan

Pemuda di Kelurahan Amparita memiliki potensi besar dalam

mengembangkan konten media sosial. Potensi itu berupa fasilitas yang dimiliki

seperti laptop, smartphone dengan aplikasi yang memadai, kamera DSLR dan

mirrorless dan harga kuota internet yang relative murah dan mudah diperoleh.
BAB II

GAMBARAN UMUM PEMUDA PELOPOR KERUKUNAN UMAT


BERAGAMA

Gambaran umum pemuda pelopor kerukunan umat beragama meliputi

kondisi geografis, keadaan demografi kelurahan Amparita Kabupaten Sidrap dan

Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama (PDSKUB).

A. Kondisi Georafis Kelurahan Amparita Kabupaten Sidrap

Kabupeten Sidenreng Rappang atau yang dikenal dengan Kabupaten Sidrap

dengan ibu kota Sidenreng yang berjarak 60 Km dari Parepare. Selain dikenal

sebagai daerah lumbung pangan nasional juga merupakan tempat peternakan ayam

petelur di Kawawan Timur Indonesia. Secara administratif terdiri dari 11

kecamatan, 106 Desa/Kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 1.883,25 Km.

Terletak pada koordinat antara 3°43’ Lintang Selatan 119°41’ -120°10 Bujur

Timur.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Sidrap

20
21

Kelurahan Amparita merupakan salah satu kelurahan yang berada di

wilayah pemerintahan Kecamatan Tellu Lompoe, Kabupaten Sidrap, provindi

sulawesi selatan. Amparita terletak disebelah selatan kota Pangkajene, Kabupaten

Sidrap, dengan jarak 9 km dengan lama jarak tempuh dari pusat kota Kabupaten

Sidenreng Rappang. Secara umum letak Kelurahan Amparita adalah sebagai

berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Enrekangdan Kabupaten

Pinrang,

2. Sebelah timur dengan Kabupaten luwu dan Wajo

3. Sebelah selatan dengan Kabupaten Barru dan Kabupeten Soppeng dan

4. Sebelah barat dengan kota parepare dan Kabupaten Pinrang.

Kabupaten Sidrap terletak pada ketinggian antara 10m–1500m dari

permukaan laut. Keadaan Topografi wilayah di daerah ini sangat bervariasi berupa

wilayah datar sekitar 46.72%, perbukitan sekitar 15.43%, dan pegunungan sekitar

37.85%.Adapun jumlah sungai melintas di wilayah kabupaten Sidrap sebanyak 38

aliran aliran sungai dengan jumlah terbanyak berada di Kecamatan Wattang Pulu

dan Kecamatan Dua Pitue, yakni 8 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada 3

sungai yaitu sungai Bilokka dengan panjang sekitar 20.000 meter, disusul sungai

Bila dengan panjang sekitar 15.100 meter dan sungai Rappang dengan panjang

15.000 meter.

B. Keadaan Demografi Kelurahan Amparita Kabupaten Sidrap

Saat ini jumlah penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan data BPS tahun

2022 adalah 9,7 juta jiwa dan jika disajikan berdasarkan pemeluk agama, Islam
22

adalah Agama dengan Pemeluk Mayoritas yaitu 8.261.698 jiwa, Kristen 693.511

jiwa, Katolik 152.415 jiwa, Hindu 63.409 jiwa, Buddha 20.824 jiwa, Aliran

Kepercayaan 688 jiwa dan Konghucu 76 jiwa. (Badan Pusat Statistik, n.d.)

Sebelum dimekarkan wilayah Amparita meliputi: Baula, Toddang Pulu,

Arateng serta Amparita dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dengan

adanya pemekaran maka dengan sendirinya penduduk Kelurahan Amparita

berkurang. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020,

jumlah penduduk kelurahan Amparita mencapai 25.726 jiwa dengan perincian

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Amparitan Tahun 2020

Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan

Jumlah Penduduk Tahun


12586 jiwa 13142 jiwa
2020

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sidrap, Sensus Penduduk 2020.

Dari tabel 2.1 diatas dapat disimpulkan bahwa Adapun jumlah penduduk

pada tahun 2020 di Kelurahan Amparita yaitu 25.726 jiwa.

Kelurahan Amparita (Ibu Kota Kecamatan Tellu Limpoe Sidenreng

Rappang) merupakan daerah pemeluk terbesar agama Hindu Tolotang namun tidak

ada ciri khusus yang membedakan komunitas ini dengan masyarakat sekitar yang

mayoritas suku bugis. Bahkan mereka menegaskan identitas dirinya selaku orang
23

Bugis, hanya saja mereka punya kepercayaan berbeda dari warga lain yang

Beragama Islam.

C. Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama (PDSKUB)

Pada tahun 2020 tercatat jumlah penduduk di Kecamatan Tellu Limpoe

sebanyak 25.726 jiwa, dengan jumlah penduduk menurut agama Islam sebesar

15.942 atau 61,69%, selanjutnya penduduk dengan agama Hindu yang

mayoritasnya adalah Hindu Tolotang sebesar 9.886 Orang atau 38,25%, penduduk

beragama Kristen 12 orang dan Katolik 1 Orang.

Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama terbentuk

berdasarkan Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sidenreng Rappang Nomor:

302/III/2022 Tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Desa Sadar Kerukunan

Umat Beragama. Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama merupakan desa yang

dibentuk untuk mewujudkan toleransi, kerukunan, harmoni dan moderasi beragama

dalam kehidupan umat beragama.(SIPAKATABE, n.d.)

Pembentukan Tim Fasilitator dan Tim Kader Penggerak sebagai pendukung

dalam Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama. Tim Fasilitator

bertugas sebagai:

1) Menyusun roadmap pelaksanaan program Desa Sadar Kerukunan Umat

Beragama;

2) Mengidentifikasi lokasi Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat

Beragama;

3) Memberikan pendampingan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan

teknis bagi kader penggerak kerukunan umat beragama


24

4) Mengelola dana bantuan pembangunan desa sadar kerukunan umat

beragama dengan efektif, efisien dan akuntabel; dan

5) Melaporkan secara berkala capaian hasil kegiatan Program

Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama kepada Kepala

Kantor Kementerian Agama Kab Sidrap. (SIPAKATABE, n.d.)

Tim Kader Penggerak bertugas sebagai:

1) Menyampaikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat perihal

kerukunan umat beragama melalui kegiatan keagamaan maupun kegiatan

sosial lainnya;

2) Memantau situasi kerukunan umat Beragama

3) Menyampaikan laporan kegiatan secara berkala kepada Kepala Kantor

Kementerian Agama Kab. Sidenreng Rappang sebagai bagian dari kinerja

ASN lingkup Kementerian Agama. (SIPAKATABE, n.d.)

Klasifikasi yang telah dibuat oleh PDSKUB Kabupaten Sidrap,

menunjukkan bahwa wilayah Aparita masuk dalam kategori Rukun Unggul seperti

yang terlihat pada gambar berikut ini.


25

Gambar 2.2 Hasil Asesmen Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama

Sumber: https://sipakatabe.id/data/data/1

Gambar 2.3 Hasil Asesmen Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama

Sumber: https://sipakatabe.id/data/data/1
26

BAB III

PROSES PENDAMPINGAN

Proses pendampingan pada kegiatan pengabdian ini meliputi pelatihan,

temu tokoh kerukunan, dan pendampingan.

A. Pelatihan

1) Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama

Kegiatan pelatihan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu Pelatihan Bina

Kerukunan Umat Beragama dan Pelatihan Pengenalan Pengambilan Gambar dan

Video Kerukunan.

Pada kegiatan Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama yang menjadi

sasarannya adalah kelompok anak muda di Kelurahan Amparita Kecamatan Tellu

Limpoe Kabupaten Sidrap. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memahami

pentingnya membina kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Amparita.

Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama akan menghasilkan keluaran yaitu 15

pemuda pelopor kerukunan memahami pentingnya membina kerukunan di

Amparita.

Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama bekerja sama dengan kader

penggerak kerukunan Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama

(PDSKUB).(Daerah Sinergitas Kemenag dan Pemkab Sidrap dalam Wujudkan

Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama Sinergitas Kemenag dan Pemkab Sidrap

dalam Wujudkan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama, 2022).

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sidenreng Rappang Nomor:

302/III/2022 Tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Desa Sadar Kerukunan

Umat Beragama sebagai upaya dalam Pembentukan Desa Sadar Kerukunan Umat

Beragama (PDSKUB). Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama merupakan desa

26
27

yang dibentuk untuk mewujudkan toleransi, kerukunan, harmoni dan moderasi

beragama dalam kehidupan umat beragama.

Pembentukan Tim Fasilitator dan Tim Kader Penggerak sebagai

pendukung dalam Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama. Tim

Fasilitator bertugas sebagai:

1) Menyusun roadmap pelaksanaan progam Desa Sadar Kerukunan Umat

Beragama;

2) Mengidentifikasi lokasi Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat

Beragama;

3) Memberikan pendampingan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan

teknis bagi kader penggerak kerukunan umat beragama

4) Mengelola dana bantuan pembangunan desa sadar kerukunan umat

beragama dengan efektif, efisien dan akuntabel; dan

5) Melaporkan secara berkala capaian hasil kegiatan Program

Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama kepada Kepala

Kantor Kementerian Agama Kab Sidrap

Tim Kader Penggerak bertugas sebagai:

1) Menyampaikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat perihal

kerukunan umat beragama melalui kegiatan keagamaan maupun kegiatan

social lainnya;

2) Memantau situasi kerukunan umat Bergama

3) Menyampaikan laporan kegaitan secara berkala kepada Kepala Kantor

Kementerian Agama Kab. Sidenreng Rappang sebagai bagian dari kinerja

ASN lingkup Kementerian Agama

Kementerian Agama Kabupaten Sidrap melalui PDSKUB menyiapkan

website yang mendukung penyajian informasi terkait dengan Kerukunan Umat


28

Beragama. https://sipakatabe.id/ hadir sebagai media elektronik yang

menyuguhkan informasi Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Sidrap dengan

menyajikan berita, instrumen Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama, Galeri

sebagai ruang penyajian poto dan video kegiatan Kerukunan Umat Beragama

serta artikel tentang kisah Kerukunan Umat Beragama.

Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama sekaligus memperkenalkan

Sistem Informasi Pelayanan Kerukunan Umat Beragama yang diberi nama

SIPAKATABE. Sistem informasi tersebut secara positif bertujuan menyampaikan

peran, tantangan serta peluang dalam mempertahankan sekaligus mengembangkan

kerukunan umat beragama. SIPAKATABE menjadi best practice untuk para kader

penggerak Kerukunan Umat Beragama.

Harapan dari kegiatan ini adalah generasi muda melalui tokoh pemuda

penggerak dapat teredukasi melalui aplikasi kecanggihan teknologi untuk

menyebarkan pesan-pesan kebaikan dalam merawat Kerukunan Umat Beragama.

2) Pelatihan Pengenalan Pengambilan Gambar dan Video Kerukunan

Pelatihan pengenalan pengambilan gambar dan video kerukunan yang

menjadi sasaran adalah pemuda pelopor kerukunan. Tujuan dari pelatihan ini agar

pemuda memahami Teknik pengambilan gambar dan video kerukunan. Keluaran

dari pelatihan ini adalah 15 pemuda pelopor kerukunan memahami Teknik

pengambilan gambar dan video kerukunan.

Materi pelatihan pengenalan pengambilan gambar dan video kerukunan

sebagai berikut:
29
30

Gambar 3.1 Materi Teknik Pengambilan Gambar dan Video

B. Pendampingan Praktik Editing dan Penulisan Caption Kerukunan

Sasaran kegiatan pendampingan praktik editing dan penulisan caption

kerukunan ini adalah kelompok anak muda di Kelurahan Amparita. Tujuan dari
pendampingan ini adalah agar peserta mampu memahami Teknik editing foto dan
31

video dan penulisan pesan-pesan kerukunan. Luaran dari kegiatan pendampingan

ini adalah pemuda pelopor kerukunan memahami editing foto dan video. Foto,

video dan pesan-pesan kerukunan nantinya akan diupload di media social

Youtube, Facebook dan Instagram serta https://sipakatabe.id/ Sistem Informasi

Pelayanan Kerukunan Umat Beragama yang diberi nama SIPAKATABE.

a) Youtube

Youtube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) populer

dimana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara

gratis. Umumnya video-video di youtube adalah klip musik (video klip), film, TV,

serta video buatan para penggunanya sendiri. Format yang digunakan video-video

di youtube adalah .flv yang dapat diputar di penjelajah web yang memiliki plugin

flash player.

Youtube adalah sebuah situs website media sharing video online terbesar

dan paling populer di dunia internet. Saat ini pengguna youtube tersebar di seluruh

dunia dari berbagai kalangan usia, dari tingkat anak-anak sampai dewasa. Para

pengguna youtube dapat mengupload video, searching video, menonton video,

diskusi/tanya jawab tentang video dan sekaligus berbagi klip video secara gratis.

Setiap hari ada jutaan orang yang mengakses youtube sehingga tidak salah jika

youtube sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.Tujuan

memanfaatkan youtube sebagai media pembelajaran adalah untuk menciptakan

kondisi dan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan interaktif.

Youtube menjadi salah satu media sosial yang praktis dan mudah diakses.

Menurut Green & Hope, 2010, media sosial menjadi alat pengajaran penting

untuk menyebarkan informasi kepada siswa, pasien dan keluarganya. Penggunaan

video interaktif seperti youtube ke dalam proses pembelajaran akan meningkatkan

pemahaman dan penguasaan ketrampilan peserta didik (Burnett, Melissa, 2008).


32

Youtube dapat menjadi alternatif untuk mempelajari keterampilan

berbahasa, utamanya bahasa asing, sebagai alat pengajaran untuk menciptakan

pengalaman belajar yang aktif antar kelompok-kelompok siswa dalam rangka

meningkatkan pengetahuan mereka (Herrman, 2006, Carpenter et al, 2008). Oleh

karena itu media pembelajaran dengan menggunakan video di youtube di

harapkan dapat membantu pemahaman bagi pelajar dan pendidik sebagai media

pembelajaran bahasa.

Video pembelajaran di youtube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran

interaktif di kelas, baik untuk siswa maupun guru itu sendiri melalui presentasi

secara online maupun offline. Pemanfaatan youtube sebagai media pembelajaran

dapat digunakan setiap saat tanpa dibatasi olah ruang dan waktu dengan syarat

komputer atau media presentasi terhubung dengan internet.

Youtube memiliki beberapa keunggulan sebagai media pembelajaran

yaitu :

o Potensial yaitu youtube merupakan situs yang paling poluper di dunia

internet saat ini yang mampu memberikan edit value terhadap

education/pendidikan.

o Praktis yaitu youtube mudah digunakan dan dapat diikuti oleh semua

kalangan termasuk siswa dan guru.

o Informatif yaitu youtube memberikan informasi tentang perkembangan

ilmu pendidikan, teknologi, kebudayaan, dll

o Interaktif yaitu youtube memfasilitasi kita untuk berdiskusi ataupun

melakukan tanya jawab bahkan mereview sebuah video pembelajaran.

o Sheareable yaitu youtube memiliki fasilitas link HTML, Embed kode

video pembelajaran yang dapat di sheare di jejaring sosial seperti

facebook, twitter dan juga blog/website.


33

o Ekonomis yaitu youtube gratis untuk semua kalangan.

b) Wondershare Filmora

Wondershare Filmora adalah perangkat lunak yang datang dengan

tampilan intuitif editing video yang mudah video editing yang sederhana dengan

agak elegan terlihat pada kesederhanaanya. Yang dirancang secara sederhana

software video editing untuk pengguna rumahan, tidak profesional. Ketika Anda

melihat antarmuka utama Wondershare Filmora ini, Anda akan segera tahu

bagaimana menggunakannya. Hanya klik dan drag dan drop. Timeline-based

editing video membuat semua tugas-tugas jadi lebih mudah.

Dengan fitur-fitur yang terbilang lengkap kita dapat dengan mudah

menambahkan dan mengeditnya sesuai dengan keinginan. Software Video Editing

ini combatible dengan semua format popular video, gambar dan audio sehingga

Sobat dapat menambahkan media di hampir semua proyek. Filmora memiliki

ratusan efek transisi dan Share Medsos terkenal, jadi jika anda menyelesaikan edit

video, anda bisa langsung ekspor dan langsung bisa kirim ke akun medsos.

Mungkin kelemahan adalah di bagian kesederhanaan-nya membuat pro Editing

susah untuk mengembangkan proyek yang di mulai.

Langkah-langkah dalam membat video melalui filmora adalah sbb :

Buka aplikasi filmora


34

Akan tampil gambar seperti ini.

Easy Mode

Easy Mode merupakan fungsi-fungsi yang sering digunakan agar siapa pun

dapat melakukan analisis dengan kondisi yang optimal. Bahkan pengguna baru

dapatmenggunakan fungsi-fungsi lanjut dengan efektif. Jika anda memilih Easy

Mode maka akan muncul tampilan seperti pada gambar berikut ini

Dimana terdapat beberapa fitur yaitu :

a) Add Media File

Anda bisa mengimport gambar maupun video yang ingin anda edit pada

tulisanyang berpanah biru diatas. Setelah anda memasukkan file nya baru anda

bias melanjutkan ke fitur selanjutnya


35

b) Select Theme

Terdapat banyak tema yang bisa anda tambahkan untuk video anda.

c) Select Music

anda bisa menambahkan dan memilih music baik itu yang sudah tersedia

maupun anda tambahkan dari koleksi music anda


36

d) Preview

Opening Title adalah text yang akan tampil untuk mengawali video anda.

Anda bisa memasukkan text apa saja. Closing Title adalah text yang akan tampil

pada bagian akhir atau penutup darivideoanda. Anda juga bisa memasukkan text

apa saja.

Kemudian anda bisa meninjau video yang telah anda buat

e) Share

Anda kemudian bisa menyimpan video ataupun meng share video. Terdapat

beberapa pilihan yang anda ingin share.


37

Disetiap pilihan tersebut anda bisa menyetings video yang akan disimpan maupun

yang ingin anda share, Contoh :

Selesai anda menyettings klik Ok dan langsung export

Full Feature Mode

Semua fitur dan efek pengeditan semuanya ada dalam mode ini. Jika Anda

ingin membuat video profesional atau video fantastis maka disisnilah tempatnya.

Bagianberikut dari panduan ini adalah tentang cara mengedit video dalam Mode

Fitur Penuh.Jika anda meng klik full feature mode setelah itu imfort file maka

akan tampil
38

Fitur pada full feature mode ini lebih banyak. Saya akan menjelaskan fungsi dari

fiturtersebut satu persatu,

a) Media

Media akan menampilkan sejumlah file yang telah anda import kedalam

Wondershare Filmora baik dalam bentuk Gambar, music maupun video. Disini

juga disediakan sejumlah Background color yang bisa anda gunakan, untuk

menganti background dalam pembuatan editing video. Kemudian anda bisa

tambahkan contohnya gambar

fungsinya adalah untuk mengatur contras pada gambar


39

Kurang lebih tampilannya seperti ini

kemudian ada icon crop yang fungsinya anda bisa memotong gambar
ataupunmusic yang menurut anda kurang bagus jika ditampilkan.

anda bisa memfokuskan gambar yang nantinya akan ditampilkan pada

video
40

anda bisa mengatur durasi

Nanti pada setiap fitur anda bisa edit semuanya dengan icon ini. Dan

carapenggunaannya sama seperti yang saya contohkan pada gambar, selanjutnya

b) Music

Wondershare Filmora juga menfasilitasi dengan beberapa Musik yang bisa

anda gunakan dalam pembuatan intro video.

Jika anda ingin mempercepat music maka klik 2 kali pada gambar yang

bergaris putih di bawah


41

Maka akan muncul seperti ini dan anda bisa mengatur kecepatannya,

volume dll.

c) Text/Credit

Anda bisa menambahkan text dengan berbagai macam tema. Yang sudah

difasilitasi oleh Wondershare Filmora.

Dan anda juga bisa mengedit text dengan meng klik 2 kali pada text,

sehingga akanmuncul seperti pada gambar.


42

d) Filters

Terdapat banyak pilihan filter yang bisa anda tambahkan. Fungsinya dapat

memberikan perubahan dalam warna dalam sebuah video.

e) Overlays
43

Overlay dapat memberikan beberapa efek pada video baik berupa hujan,

salju dll.Jika anda ingin mengatur ketebalan warnanya anda bisa klik 2 kali pada

overlays yangtelah anda tambahkan.

f) Elements

Filmora juga melengakapi beberapa elemen-elemen animasi baik dalam

bentukgambar maupun text yang bisa anda gunakan.

g) Transisi

Transisi bertugas untuk memberikan sebuah efect dalam pergantian video

1 ke video 2, begitu ke video berikutnya, dalam waktu pengabungan video.


44

h) Split

Anda juga bisa membagi foto atau menggabungnya pada tampilan yang

samadenganfoto berbeda

Jika anda ingin menambahkan fotonya maka klik 2 kali pada split yang

sudah anda tambahkan, lalu akan muncul tampilan seperti berikut:

i) Export

Kemudian anda bisa langsung mengexport video yang sudah diedit dan

menyetting sama seperti easy mode.

Pada menu format output, pilih MP3 untuk menyimpan file dalam format

audio sebagai bahan listening.


45

C. Temu Tokoh Kerukunan

Temu tokoh kerukunan bertujuan untuk memahami konsep persaudaraan

sebagai pondasi kerukunan. Sasaran dari kegiatan ini adalah Ketua Majelis Ulama

Indonesia, Tokoh Tolotang benteng, Tokoh Tolotang, Tokoh masyarakat, TNI dan

Polri. Luaran temu tokoh kerukunan adalah tokoh agama dan masyarakat

berkomitmen menjaga persaudaraan antar umat beragama.

Kegiatan temu tokoh kerukunan dilaksanakan di Kelurahan Amparita,

dimana kelurahan tersebut merupakan Desa Piloting Pembetukan Desa Sadar

Kerukunan Umat Beragama. Peserta temu tokoh kerukunan tersebut adalah

seluruh tokoh agama yang ada di Kabupaten Sidrap.

Kepala Kantor Kementerian Agama selaku Ketua Pembetukan Desa Sadar

Kerukunan Umat Beragama memberikan materi tentang Penguatan Konsep

Persaudaraan sebagai Pondasi Kerukunan. Kabupaten Sidrap sejak dulu menjadi

Kabupaten percontohan perihal Kerukunan Umat Beragama yang dimana dikenal

sebagai kampung Tiga Satu artinya Tiga Agama dalam Satu Kebersamaan yaitu

Islam, Hindu dan Kristen. (SIPATO KEMENAG SIDRAP - Kampung 31 Muncul

Di Desa Sadar Kerukunan Kabupaten Sidrap, n.d.)


46

BAB IV

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN

A. HASIL PENGABDIAN

Dalam pengabdian ini digunakan pendekatan Community Based Research

(CBR). Terdapat empat tahapan yang akan digunakan yaitu peletakan dasar

(laying foundation), perencanaan (Planning), pengumpulan dan analisis data

(information gathering and analysis), dan aksi atas temuan (acting on finding).

Peletakan dasar merupakan strategi dalam menegosiasikan tujuan dan peran yang

terlibat dalam program. Perencanaan penelitian merupakan strategi

menegosiasikan perspektif yang akan digunakan pada setiap kegiatan,

menentukan pertanyaan penelitian dan mengembangkan metode-metode yang

akan digunakan dalam pengumpulan data dan informasi. Pengumpulan dan

analisis data merupakan strategi mengumpulkan data dan informasi serta

menganalisis dan menginterpretasi data, informasi dan temuan. Aksi atas temuan

merupakan strategi menegosiasikan cara memobilisasi pengetahuan dan

masyarakat, menentukan pertanyaan penelitian dan mengembangkan metode-

metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data dan informasi.

1) Peletakan Dasar (Laying Foundation)

Kunci utama CBR adalah melibatkan komunitas dalam keseluruhan proses

penelitian. Oleh karena itu, sejak awal mendisain penelitian, komunitas bersama-

sama peneliti sudah harus mendiskusikan tujuan penelitian dan melakukan

pembagian peran masing-masing, baik dari unsur peneliti maupun komunitas. Hal

ini perlu dilakukan sampai terjadi kesepakatan. Hal yang penting dipersiapkan

pada tahap ini adalah pengenalan terhadap gambaran umum kehidupan dan

kondisi komunitas mitra penelitian melalui proses inkulturasi sebagai upaya trust

building masing-masing pihak yang terlibat. Untuk itu, implementasi prinsip

46
47

jalinan kemitraan menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Bagi CBR ―pengelolaan

dan keberlanjutan kemitraan diasumsikan sebagai hal yang penting karena proses

riset membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas perubahan sosial pada

komunitas.(Tim Penyusun Panduan CBR UIN sunan Ampel Surabaya, n.d.).

Aktifitas yang terkait negotiating goals and roles tersebut dapat dilakukan

melalui teknik mengorgainisir stakeholders serta memperjelas perannya masing-

masing, mengorganisir dan mengidentifikasi asumsi yang berkembang dalam

komunitas untuk diteliti, memperjelas konteks penelitian, serta menentukan tujuan

akhir dari penelitian. Stakeholder adalah orang atau sekelompok orang yang

mengetahui atau yang memiliki pemahaman atas isu yang diteliti. Kedudukan

stakeholder dalam CBR sangat penting karena dengan pelibatan stakeholder ini

maka riset dapat didiskusikan bersama, pengetahuan stakeholder akan bertambah,

masyarakat dapat menemukan sesuatu, tujuan dan prinsip riset menjadi jelas dan

relevan bagi masyarakat, pengumpulan data dan refleksi menjadi alamiah dan

menyatu dalam riset. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah pengembangan

stakeholder dalam sebuah penelitian berbasis komunitas, sehingga perlu ada

kesepakatan untuk menentukan pengarah (steering committee) dari unsur

stakeholders. Kesepakatan dan harapan dilakukan untuk menemukan

kesepahaman antara peneliti dengan stakeholders. Selain itu hal yang penting

dalam rangka koordinasi dengan pengarah adalah memastikan kapan pertemuan-

pertemuan antara peneliti dengan pengarah maupun stakeholder dilakukan.

Komunikasi yang setara menjadi penting untuk diterapkan dalam setiap

pertemuan.

Agar program pengabdian bisa dievaluasi dengan mudah, maka

penyusunan logical framework (logframe) dibutuhkan. Setiap komponen dari


48

logframe ini bisa dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan posisi pencapaian

program.

Tabel 4.1 Logical Framework

Komponen

Input (masukan) 15 pemuda pelopor

Activities (proses/kegiatan) 4 kali pertemuan rutin (peletakan

dasar, perencanaan penelitian,

pengumpulan dan analisis data, dan

aksi atas temuan)

Output (keluaran) 1 lembaga kepemudaan lintas

agama

Outcome (hasil) Lembaga kepemudaan lintas agama

diberikan pendampingan

pengelolaan media sosial

Impact (dampak) Terbentuknya lembaga

kepemudaan lintas agama yang


cakap digital

Goal (tujuan akhir) Penguatan kelembagaan pemuda

lintas agama.

Berdasarkan tabel di atas dalam peletakan dasar penelitian dilaksanakan

kegiatan pelatihan bina kerukunan umat beragama. Kegiatan ini bertujuan

memahami pentingnya membina kerukunan antar umat beragama. Pada kegiatan

Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama yang menjadi sasarannya adalah

kelompok anak muda di Kelurahan Amparita Kecamatan Tellu Limpoe

Kabupaten Sidrap. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memahami pentingnya


49

membina kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Amparita. Pelatihan Bina

Kerukunan Umat Beragama akan menghasilkan keluaran yaitu 15 pemuda pelopor

kerukunan memahami pentingnya membina kerukunan di Amparita.

Gambar 4.1 Peletakan dasar dan Perencanaan Penelitian


50

2) Perencanaan Penelitian (Research Planning)

Tahap ini adalah tahap negotiating perspectives to illuminate yang berarti

ada kesepahaman perspektif untuk mencerahkan. Pada tahap ini beberapa asumsi

yang berhasil diidentifikasi pada tahap awal ditentukan dan dipilih mana yang

menjadi prioritas utama untuk dijadikan pertanyaan penelitian, metode apa yang

akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, bagaimana menampung

pendapat stakeholder, mempertimbangkan kendala waktu dan biaya dan

merencanakan teknik analisisnya.

Sebelum menentukan pertanyaan penelitian, maka hal yang

dipertimbangkan adalah, pertama, isu penelitian harus jelas terlebih dahulu;

apakah kemungkinan dipersempit atau diperluas, bagaimana efeknya untuk

komunitas, siapa yang menjadi sasaran, siapa yang terlibat, kontribusi apa yang

dapat diberikan. Kedua, tujuan penelitian harus terdefinisikan; siapa yang

menginginkan riset ini, mengapa, siapa yang terlibat, apa batasan riset, apa

keuntungannya.

Sedangkan pertanyaan penelitian hendaknya dibuat sehingga dapat disebut

sebagai powerful questional. Eric E. Vogt dkk., memberi ancangan powerful

question sebagai berikut: menimbulkan rasa ingin tahu orang yang mendengarnya,

merangsang pembicaraan reflektif, gagasan yang memancing untuk berfikir,

mendasari asumsi, mengundang kreativitas dan kemungkinan baru, menimbulkan

energi dan gerakan untuk maju, menjadi saluran yang diperhatikan dan berfokus

pada penyelidikan, selalu bersama partisipan, menyentuh makna yang dalam,

membangkitkan banyak pertanyaan. Sedangkan kategori pertanyaan penelitian

dapat berbentuk deskriptif, hubungan antar variabel, sebab akibat, kekuatan

hubungan, deskripsi proses, keanggotaan dalam kelompok dan hubungannya

dengan proses.
51

Tabel 4.2 Pertanyaan Penelitian


Kategori Pertanyaan Pertanyaan
Deskriptif Apa yang terjadi jika tingkat partisipasi
dan kesadaran toleransi kerukunan umat
beragama terhadap aktifitas keagamaan
menurun ?
Hubungan antar variable Bagaimana korelasi antara tingginya
tingkat Pendidikan agama dengan
perilaku keagamaan terkait dengan
kerukunan umat beragama ?
Sebab akibat Apa yang mempengaruhi masyarakat
berbeda keyakinan menjadi rukun atau
berkonflik ?
Kekuatan Hubungan Apakah ada hubungan yang kuat antara
tingginya tingkat Pendidikan dengan
kerukunan antar umat beragama ?
Deskripsi tentang proses Bagaimana masyarakat mengupayakan
proses agar kepedulian pemuda
terhadap kerukunan umat beragama
meningkat ?
Bagaimana masyarakat memiliki
pengalaman menyelesaikan perbedaan
dalam pemahaman keagamaan ?
Bagaimana keterlibata masyarakat
dalam memutuskan berbagai perkara
menyangkut kerukunan umat
beragama?
Keanggotaan dalam kelompok dan Siapa yang terlibat dalam upaya
hubungannya dengan variable, proses penyelesaian konflik antar umat
beragama ?

Selain itu, pada tahap ini juga ditentukan disain penelitian. Disain

penelitian maksudnya adalah bingkai dalam mengumpulkan dan menganalisis

data. Hal ini bergantung pada tujuan dan pertanyaan penelitian, termasuk

keputusan tentang apa yang ingin dicapai melalui penelitian ini, dan seberapa

besar sumber daya yang dicurahkan untuk itu. Disain yang dapat digunakan untuk

merencanakan riset di antaranya experimental, quasi experimental, atau


52

naturalistic descriptive. Ketika menentukan metode riset perlu diindentifikasi

batasan riset, penetapan fokus dan prioritas, mempertimbangkan level, unit dan

analisis, mempertimbangkan keluasan dan kedalaman yang ingin dicapai serta

melakukan review literatur.

Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama bekerja sama dengan kader

penggerak kerukunan Pembangunan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama

(PDSKUB).(Daerah Sinergitas Kemenag dan Pemkab Sidrap dalam Wujudkan

Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama Sinergitas Kemenag dan Pemkab Sidrap

alam Wujudkan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama, 2022)

Gambar 4.2 Pelatihan Bina Kerukunan Umat Beragama

3) Pengumpulan dan Analisis Data (Gathering and Analysis Information)

Tahap ini disebut juga negotiating meaning and learning, merupakan


proses pemaknaan dan pembelajaran melalui mengumpulkan, menganalisis dan
53

mengintrepretasi data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara

dan alat misalnya dengan melakukan depth interview, observasi, dokumentasi,

FGD, story telling, mapping komunitas, kalender musim, trend change, dan

matriks ranking. Perlu dipahami bahwa sebelum mengumpulkan data hendaknya

ada kepastian tentang rencana instrumen (tools) penelitian yang akan digunakan,

memikirkan beberapa alternatif instrumen, mendiskusikannya dengan pengarah,

serta hal yang terkait dengan etika penelitian.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola. Bogdan dan Biklen

menjelaskan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara

sistematis terhadap transkripsi wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

yang telah dikumpulkan yang memungkinkan peneliti menghadirkan temuan.

Dalam menganalisis data perlu dilanjutkan dengan intrepretasi dengan

baik dan penuh kehati-hatian guna mendapatkan temuan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Intrepretasi merujuk pada kegiatan

mengembangkan ide dan pandangan tentang temuan dan menghubungkannya

dengan literartur dan konsep yang lebih luas dari sekedar data mentah. Interpretasi

dapat dipahami sebagai proses memberikan makna dan signifikansi ke dalam pola

dan kategori, termasuk menjelaskan pola deskriptif dan mencari dimensi

hubungan antar deskripsi. Koshy menyarankan tiga proses analisis yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yakni: (1) data reduction, (2) data

display, dan (3) conclusion drawing/verification

4) Aksi Atas Temuan (Acting on Finding)

Tahap ini merupakan tahap memobilisasi pengetahuan dan masyarakat


terhadap hasil riset. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagi informasi dan
54

tindakan atas hasil riset. Hasil penelitian dapat diinformasikan kepada masyarakat

melalui beberapa format penulisan seperti buletin, artikel, newsletter, news

releases, kesenian rakyat, teater, drama, poster, film dan lain sebagainya. Sebelum

menentukan format informasi yang diberikan kepada masyarakat, perlu

dipertimbangkan tentang tujuan diseminasi, melakukan mapping stakeholder,

pesan inti, penyampai pesan dan aktivitas lain yang diperlukan.

Ketika menyampaikan hasil riset, maka perlu dipastikan bahwa: (1) hasil

riset itu bermanfaat dan relevan bagi semua stakeholder, (2) diperlukan pelibatan

semua stakeholder dalam proses fasilitasi, (3) hasil penelitian dapat menginspirasi

masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, serta (4)

mengevaluasi semua proses dan hasil pembelajaran.

Tindak lanjut penelitian juga dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan

yang bertujuan untuk mengaplikasikan hasil penelitian agar terjadi perubahan

dalam masyarakat sesuai dengan harapan yang sudah dilakukan dalam research

planning. Ada beberapa cara yang bisa dilalukan, yaitu:

a) Pelatihan (Training). Langkah ini bisa dilakukan antara Komunitas

dengan universitas beserta pihak-pihak yang terlibat dalam CBR untuk

mengadakan pelatihan hasil penelitian. Pelatihan yaitu suatu upaya

untuk individu, kelompok atau institusi untuk memperjelas tujuannya

dan menganalisa siapa, dimana, kapan, apa yang dimiliki dan apa yang

diinginkan.

b) Fasilitasi (Fasilitation). Fasilitasi adalah ketrampilan teknis yang bisa

dipelajari. Komunitas akan difasilitasi oleh fasilator untuk

memfasilitasi hal-hal yang akan dilakukan sebagai hasil penelitian.

Ada beberapa hal yang penting untuk melakukan fasilitasi. Dalam

proses ini harus ada yang berperan sebagai fasiliator, trainer, teacher
55

dan juga animator. Model dari fasilitasi bisa mengikuti beberapa

aktifitas dan model, tergantung pada kegiatan apa serta hasil penelitian

apa yang menjadi harapan dari proses ini.

c) Mengomunikasikan dengan adult learning. Komunitas adalah

pebelajar dewasa. Sehingga cara-cara mengkomunikasikan harus

sesuai prinsip-prinsip pebelajar dewasa.

d) Mengkomunikasikan dengan berbagi pengalaman (experiental

Learning). Ada beberap hal yang bisa dilakukan untuk menfasilitasi

komunitas. Langkah-langkah yang dilakukan adalah membagi

pengalaman mereka, melakukan refleksi apa yang sudah dilakukan,

melakukan generalisasi hal-hal apa yang sudah dilakukan, kemudian

mengaplikasikan hal-hal yang sudah ada.

e) Pengembangan program pendidikan (Educational Program

Development). Pengembangan program pendidikan juga digunakan

sebagai salah satu alat untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian.

Teknik fasilitasi hasil penelitian yang dapat digunakan untuk

mengembangkan program pendidikan dapat dilihat sebagaimana

gambar di bawah:
56

Gambar 4.3 Silus Pengembangan Program Pendidikan dalam melakukan


fasilitas hasil penelitian
Sumber: Community Based Research, 2016

Tabel 4.3 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Tujuan Keluaran
Koordinasi pihak Kemenag Izin kegiatan dan Surat Keterangan Izin
Provinsi Sulawesi Selatan koordinasi program Pelaksanaan Program
kegiatan Pengabdian dan
Kementerian rekomendasi izin untuk
Agama dalam Kementerian
mewujudkan tahun Kabupaten/Kota
tolernasi
Koordinasi pihak Kemenag Izin kegiatan dan Surat Keterangan Izin
Kabupaten/Kota rekomendasi nama Pelaksanaan Program
peserta Pengabdian dan surat
keputusan penunjukan
nama-nama penyuluh
agama Islam yang terlibat
pada program pengbadian
Koordinasi dengan mitra Koordinasi program Rekomendasi nama-nama
dampingan, diantaranya: kegiatan yang akan terlibat sebagai
1. Pendidik/Tenaga pengabdian mitra dalam program
57

Kependidikan pengabdian
Lintas Agama
2. Pimpinan Lembaga/
Ormas Keagamaan
3. Forum Kerukunan
Umat Beragama
Kabupate/Kota
Peletakan dasar pemetaan Nama-nama yang terlibat
pemangku sebagai penerima manfaat
kepentingan dan dan tujuan yang akan
perannya, dicapai
menentukan tujuan
program
pengabdian
Perencanaan penelitian Kesepakatan Metode partisipatif dan
metode pelaksanaan menentukan lokasi kegiatan
dan usaha serta nama-nama tohoh
pengembangan agama dan pemuda yang
rencana analisis terlibat pada program
pengabdian
Pengumpulan dan analisis Mengumpulkan, Lembaga pemuda diberikan
data menganalisis, dan pelatihan penguatan dan
menafsirkan pengelolan media sosial
informasi (tersedia akun media sosial)
Uji Coba akun media sosial Uji coba Akun Media sosial
pengelolaan media
sosial lembaga
pemuda lintas
agama
Penentuan aksi atas temuan Berbagi hasil Umpan balik dari kelompok
temuan (panduan) binaan atas praktik pada
kepada kelompok pengelolaan akun media
dampingan sosial
(lembaga pemuda
lintas agama) dan
menentukan
rencana aksi
(renaksi)

Sumber: Data Pengabdian 2022


58

Community Based Research (CBR) merupakan salah satu metode

penelitian dengan pendekatan berbasis komunitas (community based approach)

dan dengan konsekuensi paradigmatik bertumpu pada partisipasi aktif masyarakat.

Pendekatan ini menitikberatkan peran aktif masyarakat dalam menyusun

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil riset. Dalam hal ini, peneliti

berperan utama sebagai fasilitator atau pendamping atau narasumber, yang

bersama-sama masyarakat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

program-program riset. Oleh karena itu, metode atau teknik dalam proses kegiatan

Community Based Research (CBR) yang digunakan dalam pengabdian ini adalah

Participatory Rural Appraisal (PRA). Metode ini digunakan dalam bekerja dan

berperan bersama masyarakat desa.

Pelatihan (Training)

Langkah ini bisa dilakukan antara pemuda dengan tim pengabdian beserta

pihak-pihak yang terlibat untuk mengadakan pelatihan hasil penelitian. Pelatihan

yaitu suatu upaya untuk individu, kelompok atau institusi untuk memperjelas

tujuannya dan menganalisa siapa, dimana, kapan, apa yang dimiliki dan apa yang

diinginkan.

Pelatihan pengenalan pengambilan gambar dan video kerukunan yang

menjadi sasaran adalah pemuda pelopor kerukunan. Tujuan dari pelatihan ini agar

pemuda memahami Teknik pengambilan gambar dan video kerukunan. Keluaran

dari pelatihan ini adalah 15 pemuda pelopor kerukunan memahami Teknik

pengambilan gambar dan video kerukunan.


59

Gambar 4.3 Pelatihan Pengenalan Pengambilan gambar dan Video

Kerukunan

Gambar 4.4 Pelatihan Penggunaan Kamera dalam Pengambilan Gambar

dan Video
60

Gambar 4.5 Pelatihan Penggunaan Smartphone dalam pengmabilan

Gambar dan Video

Selanjutnya adalah kegiatan pendampingan praktik editing dan penulisan

caption kerukunan ini adalah kelompok anak muda di Kelurahan Amparita.

Tujuan dari pendampingan ini adalah agar peserta mampu memahami Teknik

editing foto dan video dan penulisan pesan-pesan kerukunan. Luaran dari kegiatan

pendampingan ini adalah pemuda pelopor kerukunan memahami editing foto dan

video. Foto, video dan pesan-pesan kerukunan nantinya akan diupload di media

social Youtube, Facebook dan Instagram serta https://sipakatabe.id/ Sistem

Informasi Pelayanan Kerukunan Umat Beragama yang diberi nama

SIPAKATABE.

Temu Tokoh Kerukunan

Temu tokoh kerukunan bertujuan untuk memahami konsep persaudaraan

sebagai pondasi kerukunan. Sasaran dari kegiatan ini adalah Ketua Majelis Ulama

Indonesia, Tokoh Tolotang benteng, Tokoh Tolotang, Tokoh masyarakat, TNI dan
61

Polri. Luaran temu tokoh kerukunan adalah tokoh agama dan masyarakat

berkomitmen menjaga persaudaraan antar umat beragama.

Kegiatan temu tokoh kerukunan dilaksanakan di Kelurahan Amparita,

dimana kelurahan tersebut merupakan Desa Piloting Pembetukan Desa Sadar

Kerukunan Umat Beragama. Peserta temu tokoh kerukunan tersebut adalah

seluruh tokoh agama yang ada di Kabupaten Sidrap.

Kepala Kantor Kementerian Agama selaku Ketua Pembetukan Desa Sadar

Kerukunan Umat Beragama memberikan materi tentang Penguatan Konsep

Persaudaraan sebagai Pondasi Kerukunan. Kabupaten Sidrap sejak dulu menjadi

Kabupaten percontohan perihal Kerukunan Umat Beragama yang dimana dikenal

sebagai kampung Tiga Satu artinya Tiga Agama dalam Satu Kebersamaan yaitu

Islam, Hindu dan Kristen. (SIPATO KEMENAG SIDRAP - Kampung 31 Muncul

Di Desa Sadar Kerukunan Kabupaten Sidrap, n.d.)


62

Gambar 4.6 Temu Tokoh Kerukunan

B. PEMBAHASAN

Hasil kegiatan Pengabdian ini menyajikan dua hal yaitu (1) Terbentuknya

Lembaga kepemudaan lintas agama dan (2) Konten berupa foto, video dan pesan

kerukunan yang dipublikasikan di media.

Lembaga Kepemudaan Lintas Agama

Lembaga Kepemudaan Lintas Agama yang terbentuk yang dikenal dengan

istilah Kampung Tiga Satu yaitu Tiga Agama dalam Satu Kebersamaan. Lembaga

kepemudaan menguatkan konsep persaudaraan sebagai pondasi kerukunan dimana

masyarakat Kabupaten Sidrap menganut 3 kepercayaan yakni Islam, Tolotang dan

Kristen. Pondasi kerukunan umat beragama memuat tiga prinsip kerukunan yakni

Sipakatau, Sipakalebbi dan Sipakainge’. Prinsip tersebut sudah menjadi landasan


dan pondasi masyarakata di Kelurahan Amparita secara khusus dan masyarakat
63

Kabupaten Sidrap secara umum dalam hidup berdampingan dengan Umat lain,

bagaimana kita saling menghargai, saling mengasihi dan saling mengingatkan.

(https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/kampung-31-muncul-di-desa-sadar-

kerukunan-kabupaten-sidrap-1rZ6t)

Penguatan konsep persaudaraan sebagai pondasi kerukunan antar umat

beragama berkaitan diantaranya:

1) social kemasyarakatan,

2) Kerjasama (kemanuasiaan)

3) menghargai ibadah

4) menghormati hari raya

di Lembaga lintas pemuda kerukunan di Kelurahan Amparita merupakan

perwakilan dari tokoh Agama, Islam seperti Ketua MUI Kec. Tellu Limpoe,

Kepala KUA Kec. Tellu Limpoe, Tokoh agama Hindu dan perwakilan Agama

Kristen.

Publikasi Konten Berupa Foto, Video dan Pesan Kerukunan Yang

Dipublikasikan di Media.

1) Publikasi Foto
64
65

Gambar 4.7 Interaksi social kemasyarakatan antar pemeluk

agama/keyakinan

2) Video Kerukunan Antar Umat Beragama

Tautan video Kerukunan Umat Beragama Islam dan Hindu To Lotang dapat

dilihat pada tautan https://www.youtube.com/watch?v=UuEsx6Wl9PI dan video

Kerukunan Umat Beragama Islam dan Hindu To Lotang di Kelurahan Amparita,

Sidrap dapat dilihat pada tautan

https://www.youtube.com/watch?v=cT45p4v1WJI

3) Pesan Kerukunan

Manusia Sebagai Mahluk Sosial...!!!

Seperti yang sdh kita ketahui bahwasanya Makhluk ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dan paling

tinggi derajatnya adalah manusia. Kita diciptakan didunia


66

ini dalam keadaan tak satupun manusia yang sama & tak

ada satu pun manusia yang mampu/sanggup hidup sendiri.

Olehnya itu dapat dipastikan bahwa setiap manusia akan

selalu melekat di dalam dirinya status yang tak dapat

dipisahkan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial, baik

antar negara, sebangsa & setanah air, maupun antar umat

beragama/keyakinan!, maka seperti inilah potret Kerukunan

antar masyarakat Islam dgn Towani Tolotang dikampung

kami, Hidup rukun & damai Saling membantu,saling

menghargai, mereka hidup berdampingan satu sama lain

dalam satu bingkai, Bhinneka Tunggal Ika...

Publikasi berupa foto, video dan pesan kerukunan pada website

https://sipakatabe.id/. Website ini juga bisa dijadikan rekomendasi bagi wilayah

yang heterogen secara keagamaan agar bisa kelihatan indeks kesadaran

Kerukunan Umat Beragama masyarakat yang diklasifikasi menjadi rukun maju,

rukun unggul, dan rukun mandiri.

Sumber: https://sipakatabe.id/
67

Sumber: https://sipakatabe.id/galeri/galeri-kegiatan

Sumber: https://sipakatabe.id/galeri/video-kegiatan
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1) Kelembagaan pemuda lintas agama menjadi penguat dalam konsep
persaudaraan sebagai pondasi kerukunan antar umat beragama
2) Pemuda pelopor kerukunan umat beragama diberi bekal dalam
pembuatan konten kerukunan sebagai wadah dan penyaluran informasi
berupa foto, video dan pesan kerukunan yang diiupload pada website
https://sipakatabe.id/.

B. Saran
1) Bagi Tokoh Pemuda Lintas Kerukunan dan Masyarakat Kelurahan
Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidrap agar tetap
menjaga dan membina generasi penerus melalui Pembangunan Desa
Sadar Kerukunan Umat Beragama (PDSKUB)
2) Saran bagi Tim Pengabdi agar bisa dilakukan pendampingan secara
berkesinambungan agar menjadi lebih mandiri

C. Rekomendasi
1) Bagi Kementeria Agama Kabupaten Sidrap agar tetap menjaga dan
membina generasi penerus melalui Pembangunan Desa Sadar Kerukunan
Umat Beragama (PDSKUB)
2) Bagi Tim Pengabdi melakukan kegiatan pendampingan dalam hal
peningkatan kapasitas Lembaga pemuda lintas kerukunan melalui
pelatihan kader.

68
DAFTAR PUSTAKA

Ali Rusdi Bedong, Muhammad. Mainstreaming Moderasi Beragama dalam


Dinamika Kebangsaan. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
2020

Andini, A. P. (2018). Bentuk Komuniksi Sosial Masyarakat Muskim dan Non


Muslim dalam Membangun Kerukunan Antar umat Beragama di Desa Huta
Padang Kec. Bandar Pasir Mandoge Kab. Asahan. Sripsi Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sumatera Utara.
Andriany, D., & Azis, M. M. A. (2021). Strategi Komunikasi Kerukunan Umat
Beragama (Fkub) Dalam Memberikan Informasi Mengenai Aturan
Pembangunan Rumah Ibadat Di Kota Cirebon. In Jurnal Ilmiah Publika
(Vol. 9, Nomor 2, hal. 240). Universitas swadaya Gunung Djati.

APJI. (2022). Profil Internet Indonesia 2022. Apji.or.Od, June. apji.or.id


Arifianto, Y. A., & Santo, J. C. (2020). Tinjauan Trilogi Kerukunan Umat
Beragama Berdasarkan Perspektif Iman Kristen. In Angelion: Jurnal Teologi
dan Pendidikan Kristen (Vol. 1, Nomor 1, hal. 1–14). Sekolah Tinggi
Teologi Berita Hidup.
Baraybar-Fernández, A., Arrufat-Martín, S., & Rubira-García, R. (2020). Religion
and Social Media: Communication Strategies by the Spanish Episcopal
Conference. In Religions (Vol. 11, Nomor 5).
Bloomfield, E. (2019). Communication Strategies for Engaging Climate Skeptics:
Religion and the Environment (1st ed.). Routledge.
Bungin, B. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana.
Farhan, F. (2017). Pemberitaan Kerukunan Umat Beragama: Analisis Pesan
Media. In Jurnal Askopis (Vol. 1, Nomor 1, hal. 17–30). Askopis (Asosiasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam-Indonesia).
Fitria, R. (2019). Komunikasi Multikultural dalam Menjaga Kerukunan Antar
Umat Beragama di Kabupaten Bengkulu Tengah. In Manhaj: Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Vol. 3, Nomor 2, hal. 1). Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
Hermawan, I. G. N. D., D.E, R., & Candrawan, I. B. (2022). Komunikasi Antar
Budaya Masyarakat Hindu-Muslim Dalam Menjaga Kerukunan Umat
Beragama Di Desa Sinduwati Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem.
In Anubhava: Jurnal Ilmu Komunikasi HIndu (Vol. 2, Nomor 1, hal. 225–

69
234). Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Juditha, C. (2019). Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di
Komunitas Online. In Jurnal ILMU KOMUNIKASI (Vol. 16, Nomor 1, hal.
77–90). Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Kotler, P. (2016). Marketing Management. Erlangga.
Kursuncu, U., Gaur, M., Castillo, C., Alambo, A., Thirunarayan, K., Shalin, V.,
Achilov, D., Arpinar, I. B., & Sheth, A. (2019). Modeling islamist extremist
communications on social media using contextual dimensions: Religion,
ideology, and hate. Proceedings of the ACM on Human-Computer
Interaction, 3(CSCW).
Lisniasari, L. (2019). Pengaruh Media Sosial Terhdap Kerukunan Beragama
Pemuda Lintas Iman Ingage. Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial
Kontemporer (JPBISK), 1(1), 24–39.
Lukman. (2019). Memaknai Toleransi Dalam Menciptakan Kerukunan Antar
Umat Beragama. In Jurnal Da’wah: Risalah Merintis, Da’wah Melanjutkan
(Vol. 3, Nomor 1, hal. 1–12). STID Muhammad Natsir.
Lumbanraja, D. T. S. (2022). Kerukunan Umat Beragama Ditinjau Dari Perspektif
Alkitab Dan Implementasinya Bagi Mahasiswa Kristen Di Kota Palngkaraya,
Kalimantan Tengah. In Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik
Gereja (Vol. 2, Nomor 1, hal. 93–102). Institut Agama Kristen Negeri
Palangka Raya. h
Manshuruddin, M. (2017). Pola Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam
Perspektif Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Sumatera Utara. In
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman (Vol. 41, Nomor 2). MIQOT Jurnal
Ilmu ilmu Keislaman.
Maslakhah, U., & Sari, R. (2022). Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama
Pada Masyarakat Dusun Ngepeh Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. In
Jurnal ENTITAS SOSIOLOGI (Vol. 11, Nomor 2, hal. 153). UPT Penerbitan
Universitas Jember.
Masmuddin, M. (2017). Komunikasi Antr Umat Beragama di Kota Palopo
(Perspektif Kajian Dakwah). Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 13(1),
27–47.
Masmudin, M. (2018). Dakwah dalam Mewujudkan Interaksi dan Kerukunan
Antar Umat Beragama Di Palopo Sulawesi Selatan. In KOMUNIKA: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi (Vol. 12, Nomor 2, hal. 355–384). UIN Prof. K.H.
Saifuddin Zuhri.
Mauludi, M. F. (2017). Pola Komunikasi Antar Umat Beragama Studi
Komunikasi Antarbudaya Tionghoa dengan Muslim Pribumi di RW 04

70
Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendi, Kota Bandung.
PERPUSTAKAAN.
Nizar, Y. A., & Rofiqoh, Y. I. (2021). Komunikasi Interkultural dan Pluralitas
Toleransi Antar Umat Beragama. AL MUNIR: Jurnal Komunikasi dan
Penyiaran Islam, 12(01), 1–14.
Nurrohman, H., & F, A. H. E. (2017). Model Toleransi Dan Kerukunan Dalam
Pluralitas Kehidupan Beragama (Interaksi Sosial Keagamaan antar Umat
Islam dan Kristiani di Desa Sindang Jaya Kec Ciranjang, Cianjur). In Al-
Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam (Vol. 14, Nomor 1, hal. 1–36).
Sunan Gunung Djati State Islamic University of Bandung.
Nusa, L. (2019). Media Sosial dan Kerukunan Umat Beragama di Bali
(Representasi Masyarakat Bali terhadap Berbagai Posting Terkait Gerakan
Aksi Damai terkait Isu Penistaan Agama di Media Sosial dan Dmpaknya
pada Kerukunan Umat Beragama di Bali). Komuniti : Jurnal Komunikasi dan
Teknologi Informasi, 11(1), 3–14.
Pikoli, W., Trinugraha, Y. H., & Yuhastina, Y. (2021). Peran Tokoh Agama
Islam, Hindu, dan Kristen dalam Menjaga Kerukunan Beragama di Desa
Banuroja, Gorontalo. In Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
(Vol. 16, Nomor 1, hal. 79–95). Omah Jurnal Sunan Giri, INSURI Ponorogo.
Prakosa, P. (2022). Moderasi Beragama: Praksis Kerukunan Antar Umat
Beragama. In Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) (Vol. 4,
Nomor 1, hal. 45–55). Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK)
Kupang.
Puspitasari, N. (2020). Model Komunikasi Antar Umat Beragama Di Era Digital
Dalam Menciptakan Kerukunan Bangsa (Studi Pada Masyarakat Muslim
Mayoritas – Minoritas di daerah Sleman-DIY dan Sintang-KalBar). In
Profetik: Jurnal Komunikasi (Vol. 12, Nomor 2, hal. 291). Al-Jamiah
Research Centre.
Putra, F. A., & Kawindra, F. R. (2018). Komunikasi Tokoh Agama Dalam
Meredam Konflik Antar Umat Beragama (Studi Agama Islam, Hindu Dan
Kristen Di Kec. Senduro Kab. Lumajang). Prosiding SNasPPM, 3(1), 291–
296.
Rahman, W. A. (2021). Strategi Komuniasi Forum Kerukunan Umat Beragama
dalam Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Sleman. In
El Madani : Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam (Vol. 2, Nomor 2, hal.
237–260). Institut PTIQ Jakarta.
Revadila, A., Sulistyarini, S., & Atmaja, T. S. (n.d.). Peranan Forum Komunikasi
Pemuda Lintas Agama Dalam Mempertahankan Toleransi Antar Umat
Beragama Di Kota Singkawang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa (JPPK), 11(4).

71
Rusydi, I., & Zolehah, S. (2018). Makna Kerukunan Antar Umat Beragama
Dalam Konteks Keislaman Dan Keindonesian. Al-Afkar, Journal For Islamic
Studies, 1(1), 170–181.
Saefullah, U. (2017). Dinamika Komunikasi dan Kerukunan Hidup antar Umat
Beragama. In Jurnal Penelitian Komunikasi (Vol. 14, Nomor 2, hal. 93–
110). BPPKI Bandung - Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI.
Sahari, G. (2021). Peranan Pemmpin Kristen Dalam Meningkatkan Kualitas
Kerukunan Antar Umat Beragama Yang Pluralis. In JURNAL LUXNOS (Vol.
4, Nomor 2, hal. 171–192). Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia.
SARI, S. (2019). Literasi Media Pada Generasi Milenial Di Era Digital. In
Profesional: Jurnal Komunikasi dan Administrasi Publik (Vol. 6, Nomor 2,
hal. 30–42). Unived Press.
Schwörer, J., & Romero-Vidal, X. (2020). Radical right populism and religion:
mapping parties’ religious communication in Western Europe. Religion,
State and Society, 48(1), 4–21.
Soraya, I. (2021). Pola Komunikasi Antar Umat Beragama (Studi Komunikasi
Antarbudaya pada Umat Beragama di Desa Rama Agung Kecamatan Arga
Makmur Kabupaten Arga Makmur. IAIN Bengkulu.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Syamsulhadi, S. (2021). Proses Komunikasi Antar Umat Beragama Dalam
Membangun Kerukunan (Analisis Tradisi Kematian Antara Umat Islam Dan
Buddha di Dusun Sodong, Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung,
Kabupaten Ponorogo). IAIN Ponorogo.
Tamburian, H. H. D. (2018). Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Dayak
Dalam Menjaga Kerukunan Hidup Umat Beragama. In Jurnal Komunikasi
(Vol. 10, Nomor 1, hal. 77). Universitas Tarumanagara.
Wahyudi, D., & Kurniasih, N. (2021). Literasi Moderasi Beragama Sebagai
Reaktualisasi “Jihad Milenial” ERA 4.0. MODERATIO: Jurnal Moderasi
Beragama dan Kebudayaan Islam, 1(1), 1–20.
Warsah, I., Avisa, A., & Anrial, A. (2020). Pola Komunikasi Antar Umat
Beragama Masyarakat Desa Sindang Jaya, Rejang Lebong, Bengkulu. Jurnal
Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan dan Hukum Islam, 18(2),
283–307.
Yahya, Y. K., & Mahmudah, U. (2019). Echo Chambers Di Dunia Maya:
Tantangan Baru Komunikasi Antar Umat Beragama. Religi: Jurnal Studi
Agama-agama, 15(2), 141.
Zhaki, M. A. (2020). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Studi Pola Komunikasi

72
Antar Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan di RW 19 Kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif ….

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/petakan-issu-issu-keagamaan-
lewat-fgd-kanwil-kemenag-sulsel-hadirkan-stafsus-menag-densus-88-
dan-putri-gusdur

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/kakanwil-kemenag-sulsel-beri-
30-juta-rupiah-untuk-humas-berprestasi

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/ciptakan-harmoni-dan-toleransi-
kemenag-gowa-gelar-dialog-moderasi-beragama

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/pkub-kemenag-ri-gelar-rakor-
penguatan-moderasi-beragama-di-makassar

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/fgd-moderasi-beragama-
provinsi-sulsel-jadi-percontohan

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/2022-tahun-toleransi-kakanwil-
harap-program-kegiatan-fokus-peningkatan-moderasi-beragama

https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/tutup-fgd-moderasi-beragama-
ini-harapan-kabag-tu-kanwil-kemenag-sulsel

https://koran-jakarta.com/pemerintah-canangkan-tahun-toleransi-pada-2022

https://pkub.kemenag.go.id/berita/516814/sekjen-apa-itu-moderasi-beragama-
berikut-lima-indikatornya

https://kominfo.go.id/content/detail/30558/moderasi-beragama-kunci-terciptanya-
toleransi-dan-kerukunan-bangsa/0/berita

73

Anda mungkin juga menyukai