Anda di halaman 1dari 114

STUDI KASUS VERBAL ABUSE PADA ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI SMP NEGERI 3 MAOSPATI

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

OLEH :

AMALIA ANANDA FITRAH

NIM. 1802103047

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

2022
STUDI KASUS VERBAL ABUSE PADA ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI SMP NEGERI 3 MAOSPATI

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas PGRI Madiun Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 Pendidikan

Bimbingan Dan Konseling

OLEH :

AMALIA ANANDA FITRAH

NIM. 1802103047

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

iii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi oleh Amalia Ananda Fitrah telah dipertahankan di depan panitia penguji
pada hari Kamis, 11 Agustus 2022

Panitia Penguji,

Dr. Tyas Martika A., S.Psi. M.Pd. Ketua


NIDN. 0730038504

Dr. Asroful Kadafi, M.Pd. Sekretaris


NIDN. 0719108601

Rischa Pramudia Trisnani, M.Pd. Anggota


NIDN. 0724058801

Dr. Asroful Kadafi, M.Pd. Anggota


NIDN. 0719108601

Silvia Yula W., M.Pd. Anggota


NIDN. 0715078901

Mengetahui : Mengesahkan :
Dekan FKIP Kaprodi Bimbingan dan Konseling

Dr. Sardulo Gembong, M.Pd. Dr. Tyas Martika A., S.Psi. M.Pd.
NIDN. 0022096503 NIDN. 0730038504

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Amalia Ananda Fitrah

NIM : 1802103047

Program Studi : Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini plagiat, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Madiun, Juli 2022

Yang membuat pernyataan,

Amalia Ananda Fitrah

NIM. 1802103047

v
MOTO DAN KATA PERSEMBAHAN

MOTO:

“ Jika kamu tidak dapat berhenti memikirkannya, maka bekerja keraslah untuk

mendapatkannya “

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:

Orangtua, Keluarga, Sahabat, Teman, Saya sendiri yang sudah sekuat ini, dan

semua pihak yang telah bertanya : “Kapan sidang? Kapan wisuda? Kapan

nyusul? dan sejenisnya”, kalian adalah alasanku untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmad-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “Studi Kasus Verbal

Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi SMP Negeri 3

Maospati Tahun Pelajaran 2021/2022”.Karya tulis ini tidak akan mampu penulis

selesaikan dengan baik tanpa dukungan, bimbingan, bantuan, saran serta usulan

dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

ingin menyampaikan rasa terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dr. H. Supri Wahyudi Utomo, M.Pd. Selaku Rektor Universitas PGRI

Madiun

2. Dr Sardulo Gembong, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

3. Dr. Tyas Martika A, S.Psi. M.Pd. Selaku Ketua Kaprodi Program Studi

Bimbingan dan Konseling.

4. Rischa Pramudia Trisnani, M.Pd. Selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan masukan mengenai judul dan penulisan proposal

penelitian ini.

5. Dr. Asroful Kadafi, M.Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan masukan mengenai Judul dan penulisan proposal

penelitian ini.

6. Bapak Kepala Sekolah beserta staf pengajar di SMP Negeri 3 Maospati yang

telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

vii
7. Nenek, Ibu, serta seluruh keluargaku yang telah mendoakan, menyemangati,

dan memotivasi.

8. Teman dekat dan special saya Frisilia Sindi, Rina Nurdianti, yang telah

mendukung, membantu dan memberikan semangat.

9. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan pengesahan proposal

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih belum

sempurnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca.

Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat untuk kami dan pembaca dalam

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Madiun, November 2021

Penyusun,

Amalia Ananda Fitrah

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
ABSTRAK xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Definisi Istilah 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 10
B. Kajian Penelitian Yang Relevan 17
C. Kerangka Berfikir 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 21
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 22
C. Sumber Data 23
D. Intrumen Penelitian 24
E. Teknik Pengumpulan Data 27
F. Validasi data 29
G. Teknik Analisis Data 31
H. Prosedur Penelitian 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi 35
B. Hasil Penelitian 35
1. Verbal Abuse 36
2. Karakteristik Dari Verbal Abuse 37
3. Faktor-Fakor Penyebab Terjadinya Verbal Abuse 38
4. Dampak Verbal Abuse 39
BAB V PEMBAHASAN
A. Verbal Abuse 41
B. Karakteristik Dari Verbal Abuse 42
C. Faktor-Fakor Penyebab Terjadinya Verbal Abuse 44
D. Dampak Verbal Abuse 46
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 49

ix
B. Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP 99

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 23
Tabel 3.2. Kisi-kisi Observasi 26
Tabel 3.3.Kisi-kisi wawancara 26

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Instrumen Wawancara Dengan Subjek Penelitian 55
Lampiran 1.2 Instrumen Observasi 58
Lampiram 1.3 Identitas Subjek 59
Lampiran 1.4 Subjek Pendukung 60
Lampiran 1.5 Kisi-kisi pedoman observasi 61
Lampiran 1.6 Hasil Observasi Subjek 1 62
Lampiran 1.7 Hasil Observasi Subjek 2 64
Lampiran 1.8 Hasil Observasi Subjek 3 66
Lampiran 1.9 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara 68
Lampiran 1.10 Hasil wawancara Subjek Informan 69
Lampiran 1.11 Hasil Wawancara Subjek 1 71
Lampiran 1.12 Hasil Wawancara Subjek 2 74
Lampiran 1.13 Hasil Wawancara Subjek 3 77
Lampiran 1.14 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek informan 79
Lampiran 1.15 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 1 80
Lampiran 1.16 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 2 82
Lampiran 1.17 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 3 84
Lampiran 1.18 Display Data 86
Lampiran 1.19 Surat izin penelitian 90
Lampiran 1.20 Surat Balasan Penelitian 91

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Wawancara dengan subjek 1 92


Gambar 1.2 Wawancara dengan Subjek 2 92
Gambar 1.3 Wawancara dengan subjek 3 92
Gambar 1.4 Wawancara dengan Informan pendukung 93
Gambar 1.5 Tempat lokasi penelitian 94
Gambar 1.6 Data Subjek (Anak Berkebutuhan Khusus) 96

xiii
ABSTRAK

Amalia Ananda Fitrah. 2022. Studi Kasus Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Inklusi SMP Negeri 3 Maospati. Skripsi. Program Studi
Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas PGRI Madiun. Pembimbing
(I) Rischa Pramudia Trisnani, M.Pd. (II) Dr. Asroful Kadafi, S.Pd., M.Pd.
Sekolah inklusi yang merupakan pendidikan yang menerima berbagai
keberagaman peserta didik, namun pada kenyataannya dengan adanya berbagai
perbedaan ataupun keberagaman di sekolah inklusi tersebut tidak menutup
kemungkinan bahwa dalam pendidikan inklusi sering terjadinya perilaku verbal
abuse terutama pada Anak Berkebutuhan Khusus. Tujuan dari peneltian ini yaitu
untuk menguraikan bagaimana perilaku verbal abuse yang terjadi. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis
metode Studi Kasus, penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui secara
objektif suatu aktifitas dengan tujuan menemukan pengetahuan baru. Sumber data
penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik
pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik
wawancara dilanjutkan dengan teknik dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data berupa reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, verbal abuse merupakan sebuah ucapan yang
menyakitkan yang seaharusnya tidak pantas untuk diucapkan adapun karakteristik
dari perilaku verbal abuse adalah sebuah ucapan yang menghina, ucapan yang
mengejek dan sebuah kata-kata kotor, seperti memanggil nama korban dengan
nama panggilan orangtua, mengatakan korban bodoh, hingga mengumpat, adapun
factor yang menyebabka perilaku verbal abuse adalah kebiasaan dari lingkungan
sekitar sekolah, seperti factor teman sebaya, dan factor anak itu sendiri, sehingga
dengan adanya factor tersebut muncul lah sebuah kebiasaan yang mana pelaku
meniru perilaku yang ada disekitarnya sehingga perilaku tersebut dapat
menimbulkan dampak yang kurang baik, seperti korban merasa marah, sakit hati,
hingga emosi.

Kata Kunci:Verbal Abuse, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus

xiv
ABSTRACT

Amalia Ananda Fitrah. 2022. Case Study of Verbal Abuse in Children with
Special Needs in Inclusive Schools at SMP Negeri 3 Maospati. Thesis.
Guidance and Counseling Study Program, FKIP, PGRI Madiun University.
Supervisor (I) Rischa Pramudia Trisnani, M.Pd. (II) Dr. Asroful Kadafi,
S.Pd., M.Pd.

Keywords : Verbal abuse, Inclusive Schools, Children with Special Needs

Inclusive schools are education that accepts a variety of students' diversity, but in
reality, the existence of various differences or diversity in these inclusive schools
does not rule out the possibility that in inclusive education there is often verbal
abuse behavior, especially for Children with Special Needs. The purpose of this
research is to describe how verbal abuse behavior occurs. In this study,
researchers used qualitative research methods with the type of case study method,
the research carried out was to objectively find out an activity with the aim of
finding new knowledge. The data sources of this research include primary data
sources and secondary data sources. The data collection technique in this study
used observation techniques, interview techniques followed by documentation
techniques. This study uses data analysis techniques in the form of data reduction,
data display, and drawing conclusions. Based on the results of the study, verbal
abuse is a hurtful speech that should not be appropriate to say while the
characteristics of verbal abuse behavior are an insulting speech, mocking speech
and a dirty word, such as calling the victim's name with a parent's nickname,
saying the victim stupid, to swear, as for the factors that cause verbal abuse
behavior are habits from the environment around the school, such as the peer
factor, and the child's own factor, so that with this factor a habit arises where the
perpetrator imitates the behavior around him so that the behavior can have an
adverse impact, such as the victim feeling angry, hurt, to emotional.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah inklusi menurut Tarmasyah (2007) adalah sebuah pelayanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tanpa memandang kondisi fisik,

intelegensi sosial, emosional, dan kondisi lainnya untuk belajar bersama

dengan anak anak normal di sekolah regular. Kehadiran sekolah inklusi

merupakan upaya untuk menghapus batas yang selama ini muncul ditengah

masyarakat, yaitu anak berkebutuhan khusus harus sekolah di sekolah yang

khusus pula, dengan demikian anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah di

sekolah regular layaknya anak normal, sama halnya dengan SMP Negeri 3

Maospati yang ditunjuk pemerintah sebagai salah satu sekolah inklusi di

wilayah Maospati yang menerima berbagai keberagaman peserta didik untuk

melaksanakan pendidikan bersama-sama di kelas reguler tanpa memandang

kondisi fisik.

Menurut Rosilawati (2013) tujuan dari sekolah inklusi sendiri adalah

untuk memberikan motivasi, mengembangkan potensi, meningkatkan

pendidikan yang efektif dan mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan

belajar pada anak anak atau siswa tanpa terkecuali, sehingga untuk

mendukung pelaksanaan sekolah inklusi di sekolah formal harus didukung

dengan adanya berbagai elemen, diantaranya perlibatan seluruh peserta didik,

lokai belajar yang sama, serta pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik.

1
2

Menurut Yusuf (2014) dalam sekolah inklusi ini, sekolah inklusi

menyediakan akses pembelajaran yang memungkinkan semua anak termasuk

Anak Berkebutuhan Khusus agar dapat belajar bersama-sama dengan anak

pada umumnya. Anak Berkebutuhan Khusus sendiri merupakan anak yang

mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu yang lainnya, sehingga

Anak Berkebutuhan Khusus sangatlah membutuhkan pendidikan yang khusus

agar mampu mengembangkan potensinya secara maksimal salah satunya di

sekolah inklusi yang merupakan pendidikan yang yang menerima berbagai

keberagaman peserta didik, baik agama, suku, ras, kemampuan intelektual

dan pemberian layanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik.

namun pada kenyataannya dengan adanya berbagai perbedaan ataupun

keberagaman di sekolah inklusi tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa

dalam pendidikan inklusi sering terjadinya perilaku verbal abuse terutama

pada Anak Berkebutuhan Khusus dengan karakteristik mereka masing

masing, yang mana seharusnya mereka mendapatkan pendidikan yang sesuai

dengan yang mereka butuhkan justru malah mendapatkan perlakuan atau hal

yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh temannya sendiri, seperti bentuk

kekerasan kata-kata atau bisa juga dikatakan sebagai perilaku verbal abuse.

Verbal abuse adalah tindakan yang dilakukan secara lisan berupa kata

kata yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan orang lain.

perilaku kekerasan verbal abuse ini bisa berupa, ancaman, memaki, dan

memanggil dengan nama sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek, dll).

Kasus verbal abuse ini sering terjadi, salah satunya terjadi di lingkungan
3

Sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati yang sasaran utama dari verbal

abuse ini adalah anak yang berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai dengan

kondisi dilapangan yang diamati oleh penetili. Kasus ini sudah biasa terjadi

dilingkungan sekolah, bahkan salah satu pemicunya adalah kebiasaan pelaku

(siswa) yang terbawa dari lingkungan, bisa juga dipicu karena adanya

pengaruh pergaulan yang salah seperti dalam pertemanan, faktor keluarga

(pola asuh orangtua), bahkan faktor anak itu sendiri.

Bentuk kekerasan ini merupakan bentuk kekerasan yang digunakan untuk

mencela dan menyakiti seseorang melalui sebuah kata kata, bahkan dampak

dari perilaku verbal abuse ini juga dapat menimbulkan gangguan psikologis

dan gangguan mental pada seseorang. Lebih dari itu, perilaku verbal abuse

juga dapat mengakibatkan pengaruh psikologi yaitu terdapat perasaan takut

yang akan menghantui seseorang, dan jika perasaan takut tersebut terus

menghantui seseorang maka akan berdampak buruk pada structuring

perkembangan mental yang akan terhambat, sehingga dalam pembentukan

karakterpun juga akan ikut terganggu.

Kekerasan verbal abuse ini memiliki dampak lain lagi yang lebih buruk

dari kekerasan fisik yang mana jika seseorang mendapatkan kekerasan fisik

bekasnya akan terlihat dan bisa disembuhkan menggunakan obat-obatan,

sedangkan untuk kekerasan verbal abuse lukanya tidak terlihat dan

membutuhkan waktu pemulihan yang cenderung lama. Kekerasan verbal

abuse ini bisa terjadi pada siapa saja bahkan bentuk kekerasan ini juga tidak

memandang usia. Perilaku kekerasan verbal abuse yang dilakukanpada Anak


4

berkebutuhan khusus ini biasanya banyak dilakukan oleh temannya sendiri,

ataupun orang lain yang berada dilingkungan sekitar sekolah salah satunya

lingkungan sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

Lestari & Titik (2015) mengatakan bahwa kekerasan verbal / verbal

abuse adalah bentuk kekerasan yang berupa membentak, menghina,

mempermalukan, memaki dan menakuti dengan menggunakan kata-kata yang

tidak pantas. Dampak dari kasus verbal abuse ini dapat menimbulkan

gangguan psikologis dan gangguan mental bahkan kekerasan ini dapat

menyebabkan seorang anak menjadi generasi yang lemah, seperti agresif,

apatis, pemarah, kecemasan berat, depresi, gangguan tidur, dan ketakutan

yang berlebihan.

Penelitian yang dilakukan oleh An Nisa’ (2019) yang berjudul

“Kekerasan Verbal Pada Anak”. Menunjukkan literature terkait kekerasan

verbal pada anak-anak. Bahwa setiap orang harus memahami bentuk-bentuk

pelecehan verbal terhadap anak-anak, factor pengarughnya, dampaknya pada

pertumbuhan dan perkembangan anak, dan upaya pencegahannya. Adapun

untuk perbedaannya dalam penelitian An Nisa’ (2019) lebih memfokuskan

kekerasan verbal yang terjadi pada anak, sedangkan untuk persamaan dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti erdahulu dan penelitin saat ini adalah

sama sama membahas factor yang menyebabkan terjadinya kekerasan verbal

atau verbal abuse dan sama sama membahas mengenai dampak yang terjadi

akibat kekerasan verbal tersebut.


5

Sehingga berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui bentuk verbal abuse baik penyebab

ataupun dampak yang terjadi dalam sekolah inklusi terutama pada Anak

Berkebutuhan Khusus dengan mengangkat judul “Studi Kasus Verbal Abuse

Pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP Negeri 3 Maospati

Tahun Pelajaran 2021/2022”. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah

dapat dijadikan sebuah pengetahuan baru mengenai perilaku verbal abuse

yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus, sehingga dengan adanya

pemaparan materi ini dapat mengkaji lebih detail perilaku verbal abuse yang

terjadi, yang memuat pesan bagi pembaca dan pendengar, sehingga

memberikan kontribusi yang singnifikan dalam pendidikan.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka focus penelitiannya sebagai berikut:

1. Verbal abuse yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus di sekolah

inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

2. Karakteristik dari perilaku verbal abuse yang terjadi pada anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

3. Faktor-fakor penyebab terjadinya perilaku verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

4. Dampak verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi

SMP Negeri 3 Maospati.


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Fokus Penelitian diatas, maka tujuan penelitiannya adalah

sebagai berikut:.

1. Untuk mengetahui verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

2. Untuk mengetahui karakteristik verbal abuse pada anak berkebutuhan

khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

3. Untuk mengetahui faktor-fakor apa saja yang menjadi penyebab

terjadinya verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi

SMP Negeri 3 Maospati.

4. Untuk mengetahui dampak verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus

di sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan Tujuan Penelitian diatas, maka Manfaat penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai verbal

abuse pada anak berkebutuhan khusus serta meningkatkan kesadaran pada

siswa untuk menghindari perilaku verbal abuse.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa
7

Siswa dapat mengetahui bentuk tindakan kekerasan verbal abuse,

karakteristik, factor-faktor, dampak terjadinya verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengetahuan tentang verbal abuse, sehingga guru

dapat mencegah dan menanggapi terjadinya verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus.

c. Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan pengetahuan tentang verbal abuse, sehingga

sekolah mampu menyusun program yang dapat meminilisasi terjadinya

verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mengambangkan

kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam mempersiapkan diri

untuk menjadi peneliti yang baik.

e. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bisa memberikan manfaat kepada masyarakat untuk

mendapatkan informasi lebih luas mengenai studi kasus verbal abuse

pada anak berkebutuhan khusus baik di lungkungan rumah maupun

masyarakat.
8

E. Definisi Istilah

Berdasarkan Fokus penelitian, Tujuan penelitian, maka uraian definisi istilah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Verbal Abuse

Menurut Lestari & Titik (2015) Kekerasan verbal / verbal abuse

diartikan sebagai kekerasan yang dilakukan dengan caramembentak,

menolak anak, menghina, mempermalukan anak, memaki dan menakuti

dengan menggunakan kata-kata tidak pantas.

2. Karakteristik verbal abuse

Menurut Anderson (2011) Karakteristik dari kekerasan verbal atau verbal

abuse dibagi menjadi tujuh, yaitu:

a. Verbal abuse bersifat sangat menyakitkan dan selalu mencela sifat dan

kemampuan pada seseorang.

b. Verbal abuse memiliki sifat yang terbuka seperti luapan keamarahan

atau memanggil nama dengan sebutan tidak baik yang menyakiti hati

korban.

c. Verbal abuse merupakan sebuah manipulasi dan mengontrol yang

dianggap merendahkandan mungkin terdengar sangat jujur dan

mengenai sasaran, tetapi bertujuan untuk memanipulasi dan

mengontrol.

d. Verbal abuse merupakan sebuah perlakuan yangjahatsecara diam-

diam, dan menyusutkan rasa percaya diri kepada seseorang.

e. Verbal abuse memiliki sifat tidak dapat dipresiksikan.


9

f. Verbal abuse dapat mengekspresikan pesan ganda, yaitu antara tujuan

dari ucapan kasar dan bagaimana perasaannya.

g. Verbal abuse memiliki karakteristik yang selalu meningkat sedikit

demi sedikit, seperti intensitasnya, frekuensinya, dan jenisnya. Seperti

merendahkan dengan cara bercanda.

3. Faktor terjadinya verbal abuse

Terjadinya kekerasan terhadap anak di sebabkan berbagai faktor yang

mempengaruhi, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai

berikut: Rusmil (2004) Menjelaskan bahwa penyebab atau resiko

terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi menjadi 3

bagian yaitu:

a. Faktor orangtua / Keluarga

b. Faktor lingkungan sosial / komunitas

c. Faktor dari anak itu sendiri

4. Dampak Verbal Abuse

Arsih (2010) menyatakan kekerasan verbal atau verbal abuse pada

kondisi psikologis seorang korbanakan menyebabkan perasaan marah,

sedih, kecewa, cemas, adanya gangguan makan, dan adanya gangguan

pada tidur. Bahkan korban dari kekerasan verbal abuse inidapat

merasakan perasaan ingin bunuh diri dan rasa ingin menyakiti diri

sendiri.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Verbal Abuse

Lestari & Titik (2015) Kekerasan verbal / verbal abuse diartikan

sebagai kekerasan yang yang dilakukan dengan cara membentak,

menolak anak, menghina, mempermalukan anak, mamaki dan menakuti

dengan kata kata yang tidak pantas. Verbal abuse ini juga dapat

menyebabkan kerusakan psikis dan emosional yang lebih berat. Sehingga

peilaku verbal abuse ini dapat menimbulkan dampak psikis berupa

ketakutan yang terus membayangi seseorang. Erniwati & Fitriani (2020)

Menyebutkan kekerasan verbal dilakukan melalui tutur kata seperti

membentak, memaki, menghina, mencemooh, meneriaki, memfitnah dan

berkata kasar serta mempermalukan seseorang didepan umum dengan

menggunakan kata kata kasar.

Selanjutnya. Jonshon (2000) menjelaskan kekerasan verbal (verbal

abuse) adalah bentuk ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang

mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, resist, seksis, homofobik,

ageism, atau menghujat dengan menggunakan nada suara yang

merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan. Sutikno

(2010) menyebutkan bahwa verbal abuse atau kekerasan verbal adalah

kekerasan yang dilakukan terhadap suatu perasaan, melontarkan

perkataan yang kasar tanpa menyentuh fisik, kata-kata yang mengadu

10
11

domba, dan kata-kata yang mengancam, meghina ataupun membesar-

besarkan kesalahan dan masalah orang lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa, verbal abuse adalah bentuk kekerasan yang

dilakukan oleh seseorang berupa kata-kata yang tidak pantas untuk

diucapkan terhadap seseorang / anak seperti membentak, memaki,

menghina, mencemooh, meneriaki, memfitnah dan berkata kasar atau

bisa juga dikatakan sebagai pemerasan emosional yang memiliki dampak

negative pada anak jika dilakukan. Sehingga berdasarkan judul yang

telah di uraikan diatas dapat disimpulkan bahwa verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus adalah bentuk tindakan yang dilakukan secara lisan,

seperti menghina mengejek, dalam bentuk perkataan yang menyakiti hati

yang terjadi pada anak yang mengalami kelainan baik secara fisik, mental

emosi dan sosial sehingga dengan kelainan tersebut tidak menutup

kemungkinan terjadi tindakan verbal abuse.

2. Karakteristik Dari Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Anderson (2011). Karakteristik dari kekerasan verbal atau

Verbal abuse dibagi menjadi tujuh, yaitu:

h. Verbal abuse bersifat sangat menyakitkan dan selalu mencela sifat

dan kemampuan pada seseorang.


12

i. Verbal abuse memiliki sifat yang terbuka seperti luapan keamarahan

atau memanggil nama dengan sebutan tidak baik yang menyakitihati

korban.

j. Verbal abuse merupakan sebuah manipulasi dan mengontrol yang

dianggap merendahkandan mungkin terdengar sangat jujur dan

mengenai sasaran, tetapi bertujuan untuk memanipulasi dan

mengontrol.

k. Verbal abuse merupakan sebuah perlakuan yangjahatsecara diam-

diam, dan menyusutkan rasa percaya diri kepada seseorang.

l. Verbal abuse memiliki sifat tidak dapat dipresiksikan.

m. Verbal abuse dapat mengekspresikan pesan ganda, yaitu antara

tujuan dari ucapan kasar dan bagaimana perasaannya.

n. Verbal abuse memiliki karakteristik yang selalu meningkat sedikit

demi sedikit, seperti intensitasnya, frekuensinya, dan jenisnya.

Seperti merendahkan dengan cara bercanda.

Sedangkan menurut Lestari (2016) karakteristik dari verbal abuse

dibagi menjadi 5 (lima) yaitu:

a. Orangtua tidak mempunyai sifat rasa sayang padaa anak dan

cenderung bersifat dingin, seperti tidak sama sekali menunjukkan

sedikit rasa sayang seperti pelukan dan mengucapkan rasa sayang.

b. Sebagai Korban intimidasi, sepertia menjerit, mengancam anak,

mengomel kepada anak, memarahi anak dan menggeretak kepada

anak.
13

c. Sebagai bentuk mengucilkan anak, seperti halnya merendahkan

anak, mencela nama antara pihak anak satu dengan anak lainnya,

hingga membuat perbedaan negative antara si anak.

d. Kebiasaan mencela pada anak, seperti halnya mengatakan semua hal

yang terjadi adalah kesalahan si anak.

e. Tidak mengindahkan atau menolak anak, seperti tidak memberikan

perhatian pada anak, mengurung anak dan meneror si anak.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa,

karakteristik dari verbal abuse adalah kekerasan yang bersifat

terbuka bersifat merendahkan, tidak dapat di prediksi bersifat secara

diam-diam, seperti luapan keamarahan dan perilaku yang tak tampak

(seperti komentar, cuci otak dengan pandangan-pandangan yang

merendahkan korban) dan tidak dapat diprediksi. Karakteristik dari

verbal abuse itu sendiri bisa diamati juga oleh bagaimana pola asuh dari

orangtuanya, seperti (perilaku orangtua yang mengintimidasi anak, tidak

sayang pada anak, mengucilkan anak, mencela anak, bahkan hingga tidak

memperlakukan anak sewajarnya, sehingga yang di akibatkan dari pola

asuh orangtua yang tidak baik pada anak akan nampak dari gejala yang

dilakukan oleh anak, seperti perilaku, perasaan dan pikiran anak.


14

3. Faktor-Fakor Yang Menjadi Penyebab Terjadinya Verbal Abuse

Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Terjadinya kekerasan terhadap anak di sebabkan berbagai faktor

yang mempengaruhi, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah

sebagai berikut: Rusmil (2004) Menjelaskan bahwa penyebab atau resiko

terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi menjadi 3

bagian yaitu:

1. Faktor orangtua / Keluarga: Faktor orangtua memegang peranan

penting terhadap terjadinya bentuk kekerasan dan penelantaran pada

anak. Factor-faktor yang menyebabkan orangtua melakukan

kekerasan pada anak di antaranya seperti: (a) praktik budaya yang

merugikan anak: seperti halnya kepatuhan anak kepada orangtua,

hubungan asimetris. (b) dibesarkan dengan penuh penganiayaan. (c)

memiliki gangguan mental. (d) belum mencapai kematangan fisik,

emosi maupun sosial terutama mereka yang memiliki seorang anak

sebelum berusia 20 tahun. (e) pecandu minuman keras dan obat

obatan.

2. Faktor lingkungan sosial / komunitas : kondisi lingkungan juga dapat

menjadi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Factor lingkungan

sosial dapat menyebabkan kekerasan pada anak diantaranya adalah:

(a) adanya nilai masyarakat dan tekanan nilai yang rialistis. (b)

kondisi sosial dan ekonomi yang rendah. (c) adanya nilai masyarakat

bahwa seorang anak adalah milik orangtua sendiri. (d) status seorang
15

wanita dipandang rendah. (e) system keluarga yang patriakal. (f)

nilaiseorang masyarakat yang terlalu individualistis.

3. Faktor dari anak itu sendiri : (a) penderita gangguan perkembangan,

menderita penyakit kronis disebabkan oleh ketergantungan anak

kepada lingkungannya. (b) perilaku menyimpang pada anak.

Noh & Talaat (2012) menjelaskan bahwa factor yang mempengaruhi

perilaku verbal abuse terjadi adalah ketika seorang anak terjadinya

memerlukan dan mencari perhatian dari orangtuanya, tetapi orangtuanya

menyuruh anak tersebut diam, jika anak tersebut rewel dan banyak bicara

maka orangtua tidak enggan untuk berkata kasar kepada si anak,

misalnya : kamu cengeng, kurang ajar, kamu cerewet, kamu bodoh, dan

lainnya. Sehingga si anak akan mengingat selalu kata-kata yang

diluapkan oleh orangtuanya.

Menurut beberapa pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa

factor penyebab utama seseorang melakukan verbal abuse adalah 1)

adanya tingkat pengetahua, pengalaman, ekonomi yang rendah, tekanan

hidup, kondisi psikis, dan aspek sosial lainnya yang dapat mempengaruhi

perilaku manusia. 2) gangguan emosi (lambat dalam mengatasi sifat

agresif, gangguan percaya diri, dan gangguan perkembangan sosial

dengan orang lain. 3) mengganggu perkembangan (tidak tumbuh sebagai

individu yang percaya diri dan berani. 4) anak akan menjadi tidak peka

terhadap perasaan orang lain dan cenderung acuh tak acuh.


16

4. Dampak Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Noh & Talaat (2012) Menyatakan bahwa bentuk dari kekerasan

verbal menjadi lebih buruk daripada bentuk dari kekerasan fisik, bahkan

bentuk kekerasan jenis ini juga dapat menyerang emosional serta mental

seorang anak. Dalam konsep lebih luas, kekerasan verbal ini bahkan bisa

dikatakan juga sebagai bentuk penganiayaan yang dapat merusak

perkembangan diri dan kompetensi dan pola psikis seorang anak.

Arsih (2010) menyatakan kekerasan verbal atau verbal abuse pada

kondisi psikologis seorang korbanakan menyebabkan perasaan marah,

sedih, kecewa, cemas, adanya gangguan makan, dan adanya gangguan

pada tidur. Bahkan korban dari kekerasan verbal abuse inidapat

merasakan perasaan ingin bunuh diri dan rasa ingin menyakiti diri

sendiri. Lestari (2016) menyebutkan bahwa akibat dari verbal abuse

yaitu anak anak menjadi lepih agresif seperti komunikasi yang negative

yang mempengaruhi perkembangan otak anak, bahkan seorang anak akan

selalu merasa dalam keadaan terancam dan menjadi sulit berfikir panjang

dan hanya berdasarkan instingnya saja. Verbal abuse biasanya tidak

berdampak secara fisik kepada anak, tetapi akan merusak pola pikir anak

beberapa tahun kedepan. Lebih spesifik lagi Wicaksono (2008)

mempertegas bahwa akibat dari tindakan verbal abuse ini yaitu terhadap

perkembangan psikis dan emosional lebih berat, verbal abuse sangat

berpengaruh pada anak, terutama psikologisnya.


17

Menurut beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

dampak dari verbal abuse ini terutama dapat berdampak pada psikologis

seseorang terutama emosional dan mental seseorang yang dapat

menyebabkan kesehatan fisik yang buruk, sedih, frustasi, depresi bisa

juga hingga menyebabkan bunuh diri, selain itu verbal abuse dapat

berdampak pada anak menjadi agresif, gangguan emosi, perkembangan

sosial terganggu. Sehingga kekerasan verbal pada anak dalam jangka

panjang akan menimbulkan rantai kekerasan pada keluarga kelak.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian dilakukan oleh Armiyanti, Aini, Apriana (2017) yang berjudul

“Pengalaman Verbal Abuse Oleh keluarga pada anak usia sekolah di kota

Semarang”. Kejadian tindak kekerasan verbal oleh ibu dengan emosi

matang dapat disebabkan oleh adanya mekanisme koping maladaptif yang

digunakan ibu dalam menghadapi masalah. Mekanisme koping tersebut

berupamekanisme koping represi, yaitu penekanan emosi yang tidak sadar

terhadap pikiran, impuls yang menyakitkan atau bertentangan yang terjadi

di masa lalu. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa penelitian ini

merupakan jenis penelitian Deskriptif kualtatif dean meggunakan variabel

tuggal yaitu verbal abuse penelitan ini memilki tujuan mengetahui

Pengalaman verbal abuse oleh keluarga pada anak usia sekolah .

Berdasarkan penelitian terdahulu adapun perbedaan dari penelitian yang

dilakukan oleh Armiyanti, Aini, Apriana (2017) yang berjudul


18

“Pengalaman Verbal Abuse Oleh keluarga pada anak usia sekolah di kota

Semarang” dengan penelitian ini adalah sama sama membahas mengenai

verbal abuse. Adapun untuk perbedaannya dalam penelitian Armiyanti,

Aini, Apriana (2017) lebih memfokuskan permasalahan verbal abuse yang

dilakukan orangtua terhadap anaknya, sedangkan penelitian ini lebih

memfokuskan permasalahan verbal abuse yang terjadi pada anak

berkebutuhan khusus yang keduanya sama-sama menjelaskan dampak

yang akan terjadi terjadi dari perilaku verbal abuse tersebut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh An Nisa’ (2019) yang berjudul “Kekerasan

Verbal Pada Anak”. Menjelaskan mengenai literature terkait kekerasan

verbal pada anak-anak. Bahwa setiap orang harus memahami bentuk-

bentuk pelecehan verbal terhadap anak-anak, factor pengarughnya,

dampaknya pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dan upaya

pencegahannya. Adapun untuk perbedaannya dalam penelitian An Nisa’

(2019) lebih memfokuskan kekerasan verbal yang terjadi pada anak,

sedangkan untuk persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah sama sama membahas factor yang menyebabkan terjadinya

kekerasan verbal atau verbal abuse dan sama sama membahas mengenai

dampak yang terjadi akibat kekerasan verbal tersebut.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eraya & Ari (2016) yang berjudul

“Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

Sekolah Inklusif” membahas menganai maraknya kasus bullying pada pola

interaksi yang terjadi khusunya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah


19

inklusi serta bagaimana bentuk tindakan tersebut, bentuk bentuk perilaku

tersebut berupa ejekan, godaan, pengucilan, intimidasi dan lain

sebagainya. Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama sama

membahas mengenai bentuk kekerasann secara verbal tanpa menyentukh

korban dengan sasaran utamanya adalah sama sama anak berkebutuhan

Khusus di sekolah inklusi. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan

oleh Eraya & Ari (2016) dengan peneliti adalah peneliti lebih

memfokuskan pada bentu kekerasan verbal, sedangkan penlitian yang

dilakukan oleh Eraya & Ari (2016) lebih memfokuskan pada permasalahan

bullying yang mana keduanya sama sama memiliki sasaran utama yaitu

anak berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah inklusi.

C. Kerangka Berfikir

Secara umum verbal abuse mempunyai banyak factor-faktor yang

mempengaruhinya, dari beberapa hasil kajian-kajian teori menyatakan

bahwasanya verbal abuse berdampak kurang baik pada diri siswa, selain itu

kekerasan ini juga dapat menyebabkan masalah pada perilaku anak terutama

dampak psikis, pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu penulis

memilih mengkaji lebih dalam terkait variable verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus di sekolah Inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

Penggunaan variabel verbal abuse ini diambil berdasarkan penemuan

masalah dilapangan dan didasarkan dengan kajian teori serta kajian yang

relevan terdahulu. Peneliti mengambil sampel siswa yang akan diteliti terkait
20

verbal abuse. Alasan penelitian ini dilakukan karena penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam terkait verbal abuse terutama yang ada di sekolah

Inklusi SMP Negeri 3 Maospati

Verbal abuse dikalangan siswa di Sekolah Inklusi SMP Negeri 3

Maospati ini seringkali terjadi tertutama korbannya adalah seorang anak yang

berkebutuhan khusus. Kasus verbal abuse yang sering terjadi salah satunya

adalah sebuah umpatan atau kata-kata kotor, mengadu domba, mengancam,

menghina, mengejek hingga berkata kasar dan lain-lain.Kasus verbal abuse

ini biasaanya dilakukan baik oleh siswa laki-laki maupun perempuan.

Sehingga berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan diatas maka

diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menemukan hasil serta

jawaban yang sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu verbal abuse pada

anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

yang merupakan bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu

kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan

beraneka sumber informasi. Sugiono (2015) Menjelakan bahwa metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, yang digunakan seseorang untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Berdasarkan definisi tersebut, jadi sumber data penelitian kualitatif sudah

dilakukan saat penelitian mulai memasuki lapangan dan selama penelitian

berlangsung.

Menurut Sugiyono (2015) dalam penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif, diharapkan dapat terangkat gambaran mengenai

kualitas, realitas sosial dan persepsi dalam penelitian tanpa tercemar oleh

pengukuran formal dan manipulasi data-data penelitian. Setiap penelitian

pada dasarnya memiliki teknik untuk mendekati suatu obyek penelitian.

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara jelas

mengenai Studi Kasus Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus di

sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati dengan tujuan utama yaitu

menggambarkan secara sistematis data dan karakteristik obyek atau subyek

21
22

yang diteliti secara tepat. Metode penelitian deskriptif juga banyak digunakan

oleh para peneliti karena dua alasan:

1. Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagai besar laporan penelitian

dilakukan dalam bentuk deskriptif.

2. Metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi

permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah

laku manusia. Dari beberapa istilah yang sudah dipaparkan diatas jenis

penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami kasus tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian .

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di sekolah inklusi SMP Negeri

3 Maospati yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur Kabupaten Magetan

dengan alamat Jl. Raya Maospati I/17 dengan kode pos 63392. Secara

geografis lingkungan SMP Negeri 3 Maospati ini berada di pinggir kota

yang memiliki jangkauan fasilitas yang sangat memadai. Kondisi sekitar

sekolah mayoritas penduduknya beragama islam. Ditinjau dari segi

ekonomi, sebagian besar penduduknya mempunyai pekerjaan sebagai

PNS, pedagang, petani, tukang becak dan ada juga yang bekerja di luar

negeri sebagai TKI. Sehingga dari situlah banyak anak anak atau siswa-

siswi yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari


23

orangtuanya, dan dari situlah menjadi faktor penyebab terjadinya verbal

abuse kepada orang lain.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 5

bulan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan Penelitian

No Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Maret April Mei Juni Juli

1 Studi Pendahuluan

2 Pengajuan judul

3 Penyusunan proposal

4 Penyusunan instrument

5 Pengurusan perizinan

6 Pengambilan data

7 Analisis data

8 Penyusunan Laporan Hasil


Penelisian

C. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek darimana

data tersebut dapat diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang

bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diperoleh.

Sedangkan menurut Sutopo (2002) Sumber data adalah subyek dari mana

data data tersebut diperoleh, sumber data dibagi menjadi dua yaitu ;
24

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer, yakni data utama yang berkaitan dengan pokok

masalah penelitian yang mana data tersebut diambil dari sumber data

utama.Sumber data primer penelitian ini adalah Siswa dan Guru di

sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati. Subjek yang di ambil sejumlah

3 (tiga) siswa berkebutuhan khusus dan 1 (satu) informan subjek yang

berada di lingkungan sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati dengan

criteria memanggil teman dengan panggilan yang tidak pantas, mengejek,

menghina, memaki, dll.

2. Sumber Data Skunder

Sumber data sekunder, yaitu data yang mendukung sumber data

utama. Sumber data skunder yang dimaksud di sini adalah sumber data

yang diperoleh dari sumber data lain yang sifatnya mendukung. Sumber

data skunder yang digunakan adalah catatan catatan dari Guru Bimbingan

dan Konseling dan juga catatan dari Guru Pendamping Khusus (GPK)

Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SMP Negeri 3 Maospati.

D. Instrumen Penelitian

Sugiono (2015) dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau

alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrument juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Dalam penelitian

kualitatif tidak ada pilihan lain selain menjadikan manusia sebagai instrument
25

penelitian utama. Alasannya adalah bahwa segala sesuatu belum mempunyai

bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis

yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat

ditemukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih masih

perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba

tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu

sendiri sebagai alat satu-satunya alat ukur yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa dalam

penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan

pasti, maka yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah

masalah yang akan di pelajari jelas, maka dapat dikembangkan menjadi

instrument. Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti

sendiri, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan menjadi penelitian sederhana yang

diharapkan dapat melengkapi data kemudian membandingkan data yang telah

ditemukan melalui sebuah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut

adalah instrument dalam penyusunan penelitian:

1. Pedoman observasi

Dalam tahap penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi.

Pedoman observasi dalam penelitian ini berbentuk pedoman observasi

partisipan berupa catatan-catatan di lapangan yang berkaitan dengan

aspek-aspek yang akan di observasi. Adapun yang akan di observasi


26

adalah Studi Kasus Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan di sekolah

inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi

Pengamatan Variabel Indikator


Tujuan dari pedoman ini Verbal Abuse Terjadinya tindakan verbal
adalah untuk memperoleh abuse
informasi dan data terkait Perkataan yang tidak pantas
perilaku verbal abuse pada Bersifat menyakitkan
anak berkebutuhan khusus Sebagai Penghinaan
di sekolah inklusi SMP Penyebab terjadinya verbal
Negeri 3 Maospati abuse
Berdampak buruk pada
anak

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara terdiri dari 3 (tiga) bagian pertama opening : berisi

tentang kegiatan pada awal dilakukannya pembicaraan atau kegiatan

pembukaan sebelum wawancara dilakukan. Kedua body : yaitu berisi

wawancara inti dimana data utama dikumpulkan dan digali yang mengacu

pada tujuan penelitian yang akan digali. Ketiga closing :yaitu berisi tentang

penutup pembicaraan, juga dapat berisi kesimpulan dari apa yang dibicarakan

oleh peneliti dan subjek penelitian.

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara

Aspek yang dikaji Komponen Indikator


Verbal Abuse Pada Anak Perilaku verbal 1. Kekerasan kata-kata
Berkebutuhan Khusus Di abuse 2. Kata kata yang tidak
27

Aspek yang dikaji Komponen Indikator


Sekolah Inklusi SMP pantas
Negeri 3 Maospati 3. Ucapan yang
menyakitkan
Karakteristik 1. Intimidasi
verbal abuse 2. Menakuti
3. Menghina
4. Mengejek
5. Kata-Kata Kotor
6. Mengumpat
Faktor-faktor 1. Faktor budaya
Terjadinya 2. Faktor Lingkungan
verbal abuse 3. Faktor kebiasaan
Dampak verbal 1. Sakit hati
abuse 2. Marah
3. Gangguan emosi

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam

sebuah penelitian, karena data yang diperoleh dalam penelitian akan dijadikan

sebagai bahan analisis dalam penelitian, sehingga teknik yang digunakan

harus sesuai dengan tata cara dalam penelitian agar memperoleh data yang

dibutuhkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang paling

independen adalah semua metode pengumpulan data dan teknik analisis

adalah wawancara secara mendalam, observasi partisipasi, serta bahan

dokumentasi.
28

Sumber data diawal telah dijelakan bahwa sumber data yang dipilih

dalam penelitian ini adalah informan atau narasumber, peristiwa atau aktifitas

verbal abuse pada anak berkebutuhan di sekolah inkusi SMP Negeri 3

Maospati dan arsip-arsip yang ada dilokasi penelitian. Berbagai sumber data

tersebut menuntut cara atau teknik pengumpulan data tertentu guna

mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Sesuai dengan karakteristik dan jenis data yang diperlukan, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Observasi Partisipasi ( Participant observation)

Sugiyono (2015) Observasi partisipasimerupakan sebuah proses

penggalian data yang dilakukan langsung oleh peneliti sendiri dengan

cara melakukan pengamatan mendetail terhadap manusia sebagai objek

observasi lingkungannya. Observasi partisipasi dipakai dalam penelitian

yang mempunyai ciri cirri yaitu adanya suatu periode interaksi sosial

yang intensif antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan

masyarakat.Peneliti mengadakan pengamatan secara lagsung terhadap

objek penelitian dan untuk mendapatkan data berupa Studi Kasus Verbal

Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3

Maospati.

2. Wawancara

Sugiyono (2016) Menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan

dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan menjadi makna suatu topik tertentu.


29

Wawancara yang dilakukan yaitu untuk mengetahui dan melengkapi

data dan upaya memperoleh data yang akurat dan sumber data yang

tepat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subyek yang

berjumlah 5 (lima) orang informan yang berada di sekolah inklusi SMP

Negeri 3 Maospati.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh

data dan mengetahui sesuatu dengan buku-buku, dan arsip yang

berhubungan dengan yang ditekiti. Dokumentasi yang digunakan untuk

memperoleh data di sekolah yaitu seperti daftar nama siswa, profil

sekolah, keadaan siswa, keadaan guru dan karyawan, keadaan sarana dan

prasarana serta tindakan yang dilakukan saat penelitian.

F. Validas Data

Sugiono (2015) menjelaskan validitas data atau keabsahan data merupakan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data

yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Suatu data dapat dikatakan valid jika

tidak ada perbedaan antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data

yang sesungguhnyaterjadi pada suatu objek yang menjadi bahan penelitian.

Validitas data terbagi menjadi 2 macam, diantaranya validitas internal dan

eksternal. Validitas internal merupakan derajad akurasi desain penelitian

dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal merupakan validitas


30

yang derajad akurasi hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan atau

diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan triagulasi tektik dan triagulasi sumber dimana peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dari beberapa

informan yang diwawancarai sehingga peneliti bisa mendapatkan data dari

sumber yang sama yang berasal dari informan atau siswa yang berada di

sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2015) mengemukakan pengertian analisis data adalah upaya

mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan

lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai kasus yang diteliti

dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan tujuan

mencari makna. Sedangkan Sugiyono (2015) menjelaskan juga bahwa analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan data, kemudian memilih-

milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan pemaparan diatas dalam penelitian ini peneliti membutuhkan

strategi yang dapat meningkatkan validasi data yaitu dengan meminimalkan

subjektivitas melalui truagulation (triagulasi data). Strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan validitas data meliputi empat (4) langkah,


31

diantaranya face validity (validasi muka), triangulation (triagulasi), cricical

reflection (refleksi kritis), catalic validity. Validitas data atau keabsahan data

merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data dipertanggung

jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik

kesimpulan.

Margono (2010) menjelaskan triagulasi dalam perisetan dapat ditunjukkan

untuk menguji data yang dapat dipercaya yang berarti data diperiksa dan dicek

dari berbagai sumber data dengan cara yang beragam, dan waktu yang

berbeda. Sugiyono (2015) menyebutkan bahwa trigulasi data dibedakan

menjadi 2 macam yaitu trigulasi teknik dan trigulasi sumber. Triguasi teknik

berarti menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data yang sama. Sedangkan trigulasi sumber berarti menguji

data dari berbagai sumber informan yang diambil datanya.

Menurut Sugiyono (2015) berikut adalah Tahapan dalam menganalisis

data :

1. Pengumpulan 2. Penyajian Data


Data

3. Reduksi Data

4. Penarikan/
Verifikasi
Gambar 3.4 Tahapan Analisis Data
32

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, penelitian melakukan tahapan pengumpulan data

meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memperoleh

data yang diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan

dengan fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data

penelitian berupa hasil wawancara, observasi serta dokumentasi di

sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati

1. Resuksi Data

Pada tahap ini peneliti akan mengumpulkan data sebanyak-

banyaknya dengan berdasarkan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan, kemudian dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting.

2. Penyajian Data

Alur paling penting selanjutnya dari analisis data adalah

penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Adapun yang dimaksud verifikasi data adalah usaha untuk

mencari, menguji, mengecek kembali atau memahami makna atau arti,

keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur, sebab akibat, atau preposi.

Sedangkan kesimpulan yang dapat diartikan berupa deskripsi atau


33

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam pelaksanaan penelitian yang dilakuakan ini meliputi 4

(empat) tahap, yaitu :

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan penelitian, membuat

instrument penelitian, membuat perjanjian penelitian. Menyusun

proposal penelitian, yang digunakan untuk meminta izin kepada pihak-

pihak yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan.

2. TahapPekerjaan Lapangan

Mengumpulkan data mengenai Studi Kasus Verbal Abuse pada

Anak berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3 Maospati

tahun ajaran 2022 yang berupa :

a. Observasi secara langsung dan pengambilan data dilapangan

b. Wawancara dengan siswa

c. Dokumentasi

3. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini kegiatan analisis data baik yang diperoleh melalui

observasi, wawancara maupun dokumentasi, kemudian dilakukan

penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti,

selanjutnya menganalisis dan menginterpretasikan.


34

4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun data kemudian menyajikan

data.Peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian kemudian

menyusun laporan penelitian.

a. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun

b. Melakukan perbaikan laporan

c. Konsultasi lagi guna menyempurnakan hasil laporan


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menangah Pertama (SMP)

Negeri 3 Maospati merupakan salah satu satuan pendidikan dengan

jenjang Sekolah Menengah Pertama di Maospati, Kecamatan Maospati,

Kabupaten Magetan, Jawa Timur yang berada dibawah naungan

kementrian pendidikan dan kebudayaan. SMP Negeri 3 Maospati berdiri

pada tahun 1956, kemudian SMP Negeri 3 Maospati ditunjuk sebagai

Sekolah Inklusi pada tahun 2019 hingga sekarang dengan Akreditasi A,

berdasarkan sertifikat 599/BAN-SM/SK/2019.

Penelitian ini dilakukan selama 5 Bulan, dari bulan Maret 2022

hingga bulan Juli 2022. Metode penelitian ini menggunakan rancangan

dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Prosedur

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan

dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan adalah

pengamatan, meningkatkan ketekunan dan triagulasi.

B. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Peneliti melakukan pengambilan data

berdasarkan subjek yaitu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang benar

benar menjadi korban perilaku verbal abuse dan Guru Pendamping ABK

35
36

selaku subjek pendukung yang berada di Sekolah inklusi SMP Negeri 3

Maospati. Berikut adalah data identitas dan Hasil dari Subjek dalam

penelitian:

Tabel 4.4 Data Identitas Subjek

NO Nama Jenis Kelamin Subjek Umur Kelas / Jabatan


1. RDP Laki-Laki 1 15 Kelas VIII A
2. ARS Perempuan 2 13 Kelas VII A
3. TANK Perempuan 3 14 Kelas VIII B
4. BA Perempuan 4 54 Informan
Pendukung

1. Verbal Abuse Pada Anak berkebutuhan Khusus

Kutipan dari wawancara dengan subjek 1 terkait verbal abuse adalah sebagai

berikut :

“Menurut saya verbal abuse adalah sebuah ucapan yang


menyakitkan” (SUB01/RDP/2)
Sejalan dengan penuturan subjek 2 dan subjek 3 yang mengatakan :

“ Menurut saya verbal abuse (ucapan yang tidak pantas) itu adalah
sebuah ngelokne (ejekan) mbak koyo kata-kata sing elek (kaya kata-
kata yang jelek)” (SUB02/ARS/2-6)
“Kata kata kotor mbak” (SUB03/TANK/2)
“Ucapan yang tidak baik mbak” (SUB03/TANK/5)

Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas yang dilakukan

dengan beberapa subjek terkait verbal abuse dapat disimpulkan bahwa

subjek 1 menyatakan verbal abuse adalah merupakan sebuah ucapan

yang menyakitkan, sedangkan subjek 2 menyatakan bahwa verbal abuse

merupakan kata kata yang tidak pantas, seperti kata kata jelek, sedangkan
37

pernyataan dari subjek 3 verbal abuse merupakan sebuah kata kata kata

yang kotor dan jelek. berdasarkan pendapat dari ke-3 subjek diatas,

kemudian pernyataan didukung dan diperkuat oleh informan subjek yang

menyatakan bahwa :

“Ya Kalau menurut saya itu adalah sebuah ucapan atau perkataan
yang sebenarnya tidak pantas untuk di ucapkan ya mbak, yang
bersifat menyakitkan” (IO01/BA/3-5)

2. Karakteristik Dari Verbal Abuse Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Kutipan dari wawancara dengan subjek 1 terkait karakteristik verbal abuse

adalah sebagai berikut :

“Menurut saya sebuah penghinaan mbak, jennege wong tuek kok


digowo-gowo (namanya orangtua kok dibawa-bawa)” (SUB01/RDP/
“19-20)
Sejalan dengan penuturan subjek 2 dan 3 yang menyatakan bahwa

“Ejekan kepada saya mbak, koyo ngelokne goblok lah, opolah (kaya
ngatain bodoh lah, apa lah) ” (SUB02/ARS/19-20)
“seperti misuh misuh (mengumpat) mbak, omongan sing elek elek (kaya
ucapan yang jelek-jelek)” (SUB03/TANK/18-19)

Berdasarkan hasil wawancara di atas yang dilakukan dengan ke-3 subjek

terkait karakteristik verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus, dapat

disimpulkan bahwa karakteristik verbal abuse menurut subjek 1 dan adalah

sebuah ucapan yang sama sama menyatakan bahwa karakteristik verbal

abuse adalah sebuah penghinaan kepada korban dengan cara memanggil

korban dengan nama panggilan orangtua. sedangkan subjek 2 menyatakan


38

bahwa karakteristik verbal abuse adalah sebagai sebuah ejekan kepada

korban, kemudian subjek 3 juga menyatakan bahwa karakteristik verbal

abuse adalah sebuah umpatan dengan berkata yang jelek jelek. berdasarkan

pendapat dari Ke-3 subjek diatas, kemudian pernyataan didukung dan

diperkuat oleh informan subjek yang menyatakan bahwa:

“ya mungkin sebagai sebuah penghinaan kepada korban mbak,


memanggil nam korban dengan nama orangtuanya“ ( IO1/BA/23-35)
“ya setau saya memanggil pakai nama panggilan oramgtua, menghina,
mengejek, intimidasi” (IO1/BA/28-30)
mbak, yang bersifat menyakitkan” (IO1/BA/3-6)

3. Faktor penyebab terjadinya verbal abuse pada anak berkebutuhan

khusus

Kutipan dari wawancara dengan subjek 1 terkait factor terjadinya perilaku

verbal abuse adalah sebagai berikut :

“Udah kebiasaan sih mbak, nek gak ngono mergo pegel karo aku mbak
makane sak penak e dewe (Kalau tidak begitu karena tidak suka sama
saya mbak, makanya seenaknya sendiri). La teman teman lain lo banyak
yang memanggil saya dengan nama orangtua saya (SUB01/RDP/35-39)
Sejalan dengan penuturan subjek 2 dan 3 yang menyatakan bahwa :

“Halah kebiasaan mbak sing jelas, karo tidak suka sama saya mbak,
wong konco koncone yo ngono mbak saloke“ (SUB02/ARS/33-35)
Artinya :
“Ya kebiasaan sih mbak yang jelas, sama tidak suka sama saya, orang
teman-temannya saja sebagian ya begitu”
“Mungkin saya pendiam mbak, kebiasaan sih sing jelas (kebiasaan sih
yang jelas), okeh yokan cah cah neng sekolah kene sing gaene misuh
39

mbak (banyak juga teman teman di sekolah sini yang mengumpat)”


(SUB03/TANK/26-30)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang dilakukan dengan beberapa

subjek terkait factor penyebab terjadinya perilaku verbal abuse dapat

disimpulkan bahwa factor penyebab terjadinya perilakutersebut menurut ke-3

adalah sama-sama menyatakan bahwa adanya sebuah kebiasaan yang berada di

lingkungan, dan juga kebiasaan dari teman-temannya, sehingga dengan adanya

kebiasaan tersebut dapat memicu sebuah kebiasaan untuk melakukan Tindakan

verbal abuse. kemudian pernyataan didukung dan diperkuat oleh informan

subjek yang menyatakan bahwa:

“Mungkin penyebab terjadinya perilaku tersebut adalah karena adanya


sebuah kebiasaan anak ya mbak, mungkin bisa dari kebiasaan teman-
temannya, kebiasaan lingkungannya juga, sehingga dia melampiaskan
kebiasaan itu ke teman temannya atau ke korban yang ABK itu
tadi”(IO1/BA/33-38)

4. Dampak verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus

Kutipan dari wawancara dengan subjek 1 terkait dampak verbal abuse adalah

sebagai berikut :

“Ya jelas saya marah lah mbak” (SUB01/RDP/48)


”Ya sakit hati lah mbak, jenenge wong tue kok digowo-gowo (ya sakit
hati lah mbak, namanya orangtua kok dibawa-bawa)”
(SUB01/RDP/55-57)
Sejalan dengan penuturan subjek 2 dan 3 yang menyatakan bahwa :

“Perasaan saya ya sakit hati lah mbak” (SUB02/ARS/43)


“Kon ora loro ati pie mbak, oponeh nek omong goblok neng ngarepe
40

wong okeh” (SUB02/ARS/53-54)


Artinya :
“Gimana gak sakit hati mbak kalo dibilang goblok didepan teman
teman”
“Yang jelas saya tidak suka mbak karo omongan ngonokui, omongan
elek kok di omongne (yang jelas saya tidak suka mbak, omongan jelek
kok di ungkapkan” (SUB03/TANK/44-46)
“Sakit hati saya mbak, kadang yo mangkel”(SUB03/TANK/49)

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang dilakukan dengan ke 3subjek

terkait dampak dari perilaku verbal abuse dapat di simpulkan bahwa dampak

yang terjadi pada pada subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tersebut adalah sama

sama merasakan sakit hati yang mendalam, bahkan ditambahkan juga dengan

pernyatan dari subjek 1 yang menyatakan bahwa bisa menyebabkan amarah pada

dirinya, kemudian pernyataan tersebut diperkuat Kembali oleh informan subjek

yang menyatakan bahwa :

“Yang saya tau dampak yang sudah jelas terjadi itu mungkin si korban
merasa sakit hati ya mbak, makanya hingga emosi. Bahkan ada juga
yang hingga marah mbak” (IO1/BA/42-46)
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang dicantumkan di BAB IV mengenai

Studi Kasus Verbal Abuse pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Inklusi SMP Negeri 3 Maospati maka di BAB V ini akan dibahas hasil

penelitian, adalah sebagai berikut :

1. Verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, verbal abuse

menurut subjek 1 merupakan sebuah ucapan yang menyakitkan, sedangkan

verbal abuse menurut subjek 2 merupakan merupakan kata kata yang tidak

pantas, seperti kata kata jelek, sedangkan pernyataan dari subjek 3 verbal

abuse merupakan sebuah kata kata kata yang kotor dan jelek. kemudian

berdasararkan pendapat dari ke-3 subjek tersebut diperkuat oleh informan

subjek yang menyatakan bahwa verbal abuse adalah sebuah ucapan yang

seharusnya tidak pantas untuk diucapkan yang berifata menyakitkan.

berdasarkan pernyataan dari ke 3 subjek diatas dan subjek informan

dapat disimpulkan bahwa verbal abuse adalah sebuah ucapan yang tidak

pantas untuk diucapkan, seperti kata-kata jelek, dan kata kata kotor yang

bersifat menyakitkan. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Erniawati & Fitriani (2020) yang menyebutkan bahwa prilaku

kekerasan verbal tersebut dilakukan melalui tuturkata, seperti membentak,

41
42

memaki, menghina, mencemooh, meneriaki, dan berkata-kata kasar

didepan umum.

Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sutikno (2015) yang menyatakan bahwa kekerasan kata-kata / verbal

abuse adalah suatu bentuk kekerasan terhadap perasaan seseorang dengan

menggunakan kata-kata yang kasar yang dilakukan tanpa menyentuh

fisiknya. Kata-kata tersebut seperti kata-kata yang memfitnah, kata-kata

yang mengancam, menakutkan, menghina, membesar-besarkan kesalahan

orang lain.

2. Karakteristik dari verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus

Hasil wawancara di atas yang dilakukan peneliti dengan beberapa

subjek terkait karakteristik verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus,

dapat disimpulkan bahwa karakteristik verbal abuse menurut subjek 1

adalah sebuah penghinaan kepada korban dengan cara memanggil korban

dengan nama panggilan orangtua. Sedangkan subjek 2 menyatakan bahwa

karakteristik verbal abuse adalah sebagai sebuah ejekan kepada korban,

kemudian subjek 3 juga menyatakan bahwa karakteristik verbal abuse

adalah sebuah umpatan dengan berkata yang jelek jelek. kemudian hal

tersebut diperkuat oleh informan subjek yang menyatakan bahwa

katakteristik verbal abuse adalah sebuah penghinaan ejekan dan intimidasi

kepada seseorang.
43

Berdasarkan pernyataan di atas terkait karakteristik verbal abuse

dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

verbal abuse merupakan sebuah ucapan yang menghina, ucapan yang

mengejek dan sebuah kata-kata kotor, seperti memanggil nama korban

dengan nama panggilan orangtua, mengintimidasi, hingga mengumpat.

Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari

(2016) yang menyebutkan bahwa karakteristik verbal abuse adalah :

1. Sebagai korban intimidasi, seperti menjerit, mengancam anak,

mencela mengomel pada anakm memarahi, hingga menggeretak.

2. Sebagai bentuk pengucilan, seperti merendahkan, mencela nama

antara pihak satu dengan pihak lainnya

3. Kebiasaan mencela pada anak, seperti mengatakan sebuah kesalahan

anak.

4. Tidak mengindahkan atau menolak anak. Seperti tidak

memperhatikan anak.

Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tower (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik dari perilaku verbal

abuse yaitu: (1). Membentak, yaitu memarahi dengan suara keras,

seperti ; menghardik, adalah mencaci dengan perkataan keras.,

menghakimi, adalah mengadili atau berlaku sebagai hakim, mengumpat,

adalah mengeluarkan kata-kata kotor (2) Memaki, yaitu mengucapkan

kata-kata keji, tidak pantas, kurang baik dalam menyatakan kemarahan

atau kejengkelan, seperti; mencela, yaitu menghina dengan terang-


44

terangan, menyumpahi, adalah mengeluarkan kata-kata kotor untuk

mengambil sumpah (3). Memberi julukan negatif atau melabel, yaitu

memberi tanda identifikasi melalui bentuk kata-kata, seperti

mengklasifikasi, penggolongan, pengelompokkan berdasarkan sesuatu

yang sesuai dengan kelasnya (4) . Mengecilkan dan melecehkan

kemampuan anak, yaitu membuat jadi rendah keberadaan anak, antara

lain: mengabaikan, adalah melalaikan, menyia-nyiakan, menyampingkan,

adalah menyingkirkan kearah pinggir, menyepelekan, adalah memandang

remeh, menistakan, adalah hina, tercela

3. Faktor-fakor penyebab terjadinya verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus

Factor adalah sesuatu hal yang mendukung yang berasal dalam diri

seseorang. Dalam sebuah perilaku verbal abuse terdapat factor yang

menyebabkan terjadinya bentuk perilaku tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara diatas yang dilakukan dengan beberapa subjek terkait factor

penyebab terjadinya perilaku verbal abuse ke-3 subjek dan 1 subjek

informan adalah sama-sama menyatakan bahwa adanya sebuah kebiasaan

yang berada di lingkungan, dan juga kebiasaan dari teman-temannya,

sehingga dengan adanya kebiasaan tersebut dapat memicu sebuah

kebiasaan untuk melakukan Tindakan verbal abuse. Sehingga berdasarkan

pernyataan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa factor tersebut

dapat digolongkan 2 macam yaitu :


45

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan factor yang berasal pada diri siswa, yang

mana hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang ada pada diri siswa

(pelaku). Bahkan kebiasan dalam perilaku tersebut berasal dari

lingkungan dan teman sebayanya, sehingga siswa meniru kebiasaan

perilaku vebal abuse tersebut untuk kemudian diutarakan kepada

teman lainnya (korban)

b. Factor Ekternal

Faktor eksternal merupakan factor yang berasal dari luar diri siswa,

bahwa factor tersebut dipicu dari lingkungannya, yang mana dalam

perilaku ini verbal abuse terjadi karena adanya sebuah kebiasaan yang

berada dilingkungannya, jika lingkungan siswa baik, maka perilaku

atau perkataan siswa tersebut akan baik juga, begitupun sebaliknya jika

siswa berada di lingkungan yang salah maka perilaku atau kepribadian

siswa menjadi kurang baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rusmil (2004) Menjelaskan bahwa penyebab atau resiko terjadinya

kekerasan verbal adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan sosial / komunitas : kondisi lingkungan juga

dapat menjadi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Factor

lingkungan sosial dapat menyebabkan kekerasan pada anak

diantaranya adalah: (a) adanya nilai masyarakat dan tekanan nilai

yang rialistis. (b) kondisi sosial dan ekonomi yang rendah. (c)
46

adanya nilai masyarakat bahwa seorang anak adalah milik orangtua

sendiri. (d) status seorang wanita dipandang rendah. (e) system

keluarga yang patriakal. (f) nilai seorang masyarakat yang terlalu

individualistis.

2. Faktor dari anak itu sendiri : (a) penderita gangguan

perkembangan, menderita penyakit kronis disebabkan oleh

ketergantungan anak kepada lingkungannya. (b) perilaku

menyimpang pada anak.

Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Soetjiningsih (2014) yang menyatakan bahwa factor terjadinya seseorang

melakukan verbal abuse karena orang tua tidak mengetahui atau

mengenal sedikit informasi mengenai kebutuhan perkembangan anak,

misalnya usia anak belum memungkinkan untuk melakukan sesuatu tetapi

karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak,

maka anak dipaksa melakukan dan ketika anak belum bisa melakukan

perintah tersebut, akibatnya orang tua menjadi marah. Pengalaman orang

tua saat masa kecilnya mendapat perlakuan tidak benar merupakan situasi

terjadinya kekerasan pada anak.

4. Dampak verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus

Dampak sendiri merupakan sebagai suatu akibat yang dilakukan

oleh seseorang yang memiliki dampak negative. Berdasarkan hasil

wawancara diatas yang dilakukan dengan beberapa subjek terkait dampak


47

dari perilaku verbal abuse dapat di simpulkan bahwa dampak yang terjadi

pada pada subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tersebut adalah sama sama

merasakan sakit hati yang mendalam, bahkan ditambahkan juga dengan

pernyatan dari subjek 1 yang menyatakan bahwa bisa menyebabkan

amarah pada dirinya, kemudian pernyataan tersebut diperkuat Kembali

oleh informan subjek bahwa dampak yang jelas terjadi adalah korban

merasa sakit hati, marah hingga emosi.

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

dampak dari perilaku verbal abuse adalah korban merasa marah, sakit hati,

hingga emosi kemudian pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh

informan subjek yang menyatakan bahwa verbal abuse memiliki dampak

yang buruk yang dapat membuat korban merasa sakit hati hingga emosi

dan marah. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Arsih (2010) menyatakan kekerasan verbal atau verbal abuse pada

kondisi psikologis seorang korban akan menyebabkan perasaan marah,

sedih, kecewa, cemas, adanya gangguan makan, dan adanya gangguan

pada tidur. Bahkan korban dari kekerasan verbal abuse ini dapat

merasakan perasaan ingin bunuh diri dan rasa ingin menyakiti diri sendiri.

Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Noh & Talaat (2012) yang menyatakan bahwa perilaku verbal abuse

berdampak kebih buruk daripada perilaku kekerasan fisik dikarenakan

verbal abuse merupakan bentuk kekerasan psikologis. Kekerasan verbal

abuse ini menyerang emosional dan pada mental anak. Dalam konsep yang
48

lebih luas, kekerasan verbal abuse bahkan bisa juga dikatakan sebagai

penganiayaan terhadap anak-anak. Yang dapat merusak perkembangan diri

dan kompetensi sosial anak, serta pola psikis.


BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti di sekolah

Inklusi SMP Negerti 3 Maospati dapat disimpulkan bahwa para subjek

mengalami tindakan verbal abuse yang berupa sebuah ucapan menyakitkan,

kata-kata yang tidak baik, dan ucapan yang tidak pantas. Adapun karakteristik

dari perilaku verbal abuse berdasarkan pernyataan dari para subjek adalah

seperti sebuah ucapan yang menghina, ucapan yang mengejek dan sebuah

kata-kata kotor, seperti memanggil nama korban dengan nama panggilan

orangtua, mengakatakan korban bodoh, hingga mengumpat.

Faktor penyebab terjadinya perilaku verbal abuse yang terjadi pada para

subjek adalah adanya sebuah kebiasaan dari lingkungan sekitar sekolah,

seperti factor teman sebaya, dan factor anak itu sendiri, sehingga dengan

adalah factor tersebut muncul lah sebuah kebiasaan yang mana pelaku meniru

perilaku yang ada disekitarnya, untuk kemudian di lampiaskan atau diluapkan

kepada seseorang (korban), bahkan perilaku verbal abuse juga memiliki

dampak yang kurang baik dalam diri seseorang (korban), dampak sendiri

merupakan sebagai bentuk suatu akibat yang dilakukan oleh seseorang yang

memiliki berdampak negative. dampak dari perilaku verbal abuse tersebut

diantaranya adalah korban merasa marah, sakit hati, hingga emosi

49
50

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkam

beberapa saran sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

Siswa dapat mengetahui bentuk tindakan kekerasan verbal abuse ,

karakteristik, factor-faktor, dan dampak verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengetahuan tentang verbal abuse, sehingga guru

dapat mencegah dan menanggapi terjadinya verbal abuse pada anak

berkebutuhan khusus.

c. Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan pengetahuan tentang verbal abuse, sehingga

sekolah mampu menyusun program yang dapat meminimalisasi

terjadinya verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mengambangkan

kemampuan yang dimiliki oleh peneliti dalam mempersiapkan diri untuk

menjadi peneliti yang baik.

e. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bisa memberikan manfaat kepada masyarakat untuk

mendapatkan informasi lebih luas mengenai studi kasus verbal abuse pada
51

anak berkebutuhan khusus baik di lungkungan rumah maupun

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K. 2011.Masalah Lingkungan Pemicu Verbal Abuse.Jakarta : Salemba


Empat.
Armiyanti, L dan dkk. 2017.Pengalaman Verbal Abuse oleh Keluarga pada Anak
Usia Sekolah di Kota Semarang.Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Vol. 12 No.1.Available from:
http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/714
Arsih, F. 2010.Studi Fenomenologis: Kekerasan Kata-Kata (verbal abuse) pada
Remaja. Undergraduate thesis of Diponegoro University
Eraya & Mahmud. 2016. Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di Sekolah Inklusif. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan
Hukum Unesa. Vol 04 No 03 Th 2016. Available From:
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/16755/15221
Erniwati, & Fitriani, W. 2020. Faktor-Faktor Penyebab Orang Tua Melakukan
Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Dini. Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini.4(1), 1-8.
Ganda.2009. Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Mereka Agar Berhasil
Dalam Pendidikan Inklusif.Padang : UNP Press.
Garnida, D. 2015. Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: PT Refika Asitama
Indika, L. M., & Rokhanawati, D. 2017.Hubungan Pengetahuan Orang Tua
Dengan Perilaku Kekerasan Verbal Pada Anak. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan.13(2), 104–110.
Johnson, J. H. 2000. Verbal Abuse. British Journal of Perioperative Nursing,
10(10), 508–511
Lestari & Titik. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Lestari, T. 2016. Verbal Abuse Dampak Buruk Dan Solusi Penangananya Pada
Anak. Jogjakarta: Psikosain
Mahmud. 2019. Kekerasan Verbal pada anak. Journal Pendidikan islam anak usia
dini (PIAUD), Fakultas tarbiyah, Institute Agama Islam Negeri Bone.
Sulawesi Selatan. IndonesiaAvailable From :https://jurnal.iain-
bone.ac.id/index.php/annisa/article/view/676
Margono, S. 2010 .Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, L. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

52
Noh, C. H. C., & Talaat, W. I. A. W. 2012. Verbal Abuse on Children : Does It
Amount to Child Abuse under the Malaysian Law. Asian Social Science.
8(6), 224–228.
Rosilawati, Ina. 2013. Trik Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Inklusif.
Yogyakarta: Familia
Rusmil, K. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV.
Sagung. Seto
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabet
Sutikno, R.B. 2010. The Power 4q For HR And Company Development. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tarmasyah. 2007. Inklusi pendidikan untuk semua, Jakarta: depdiknas
Wicaksana, I. 2008.Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa Refleksi Kasus-Kasus Psikiatri
dan Problematika Kesehatan Jiwa di Indonesia.Yogyakarta: Kanisius
Yusuf, Munawir. 2014.Evaluasi Diri Sekolah Inklusi: Panduan bagi Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Solo: Tiga Serangkai.

53
LAMPIRAN

54
Lampiran 1. Instrumen Wawancara Dengan Subjek Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MENGENAI VERBAL

ABUSE PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH

INKLUSI SMP NEGERI 3 MAOSPATI

Petunjuk : Untuk interviwer

Pedoman ini hanya digunakan untuk interviwer dan tidak dibagikan dengan

responden, interviwer bisa mengembangkannsendiri pertanyaan yang diajukan

sehingga responden bersedia menjawab pertanyaan berdasarkan pengalaman atau

lainnya. Interviwer hanya mencatat hal yang penting terkait perilaku verbal abuse

pada Anak berkebutuhan Khusus sebagai berikut :

A. Untuk Subjek

Nama Siswa :

Kelas :

Umur :

Fokus
No Pokok-Pokok Pertanyaan Jawaban
Penelitian
1. Apa yang anda pahami terkait
verbal abuse
Verbal 2. Apa pendapat anda terkait
1.
Abuse perilaku verbal abuse
3. Pernahkah anda mengalami
verbal abuse?

55
4. Berapa lama anda mengalami
verbal abuse tersebut?
5. Bagaimana pendapat anda jika
anda mendapati teman anda
yang melakukan tindakan
verbal abuse
6. Menurut anda ciri-ciri dari
perilaku verbal abuse itu
Karakteristik
seperti apa?
2. Verbal
7. Tindakan verbal abuse seperti
Abuse
apa yang pernah anda alami /
temui ?
8. Bagaimana anda
menggambarkan kepribadian
3. pada diri anda? Misalnya
pendiam, pemalas, emosian,
mudah begaul?
Faktor 9. Menurut anda apa yang
tejadinya menyebabkan perilaku verbal
4.
verbal abuse abuse terjadi terjadi pada
anda?
10. Berdasarkan pengalaman
anda, kapan biasanya pelaku
5.
melakukan verbal abuse
kapada anda?
11. Apa yang anda rasakan ketika
Dampak anda manjadi korban verbal
6. Verbal abuse?
Abuse 12. Bagaimana anda mengatasi
perasaan akibat tindakan

56
verbal abuse?
13. Bagaimana tanggapan anda
ketika anda mendapatan
perlakuan verbal abuse?
14. Bagaimana dampak nyata
yang anda alami terkait verbal
abuse?

57
Lampiran 1.2 Instrumen Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

A. Tujuan

Tujuan Observasi adalah untuk memperoleh informasi dan data serta mengetahui

verbal abuse pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP Negeri 3

Maospati.

B. Pedoman Observasi

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan


1. Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di sekolah inklusi SMP
Negeri 3 Maospati
a. Terjadinya Tindakan Verbal
Abuse pada ABK
b. ABK mendapatkan
perkataan yang tidak pantas
c. ABK Mendapatkan
perkataan yang bersifat
menyakitkan
d. Sebagai sebuah penghinaan
pada ABK
e. Faktor penyebab terjadinya
verbal abuse
f. Berdampak Buruk pada
ABK

58
Lampiram 1.3 Identitas Subjek

1. Identitas Subjek 1

Nama : RDP

Kelas :VIII-A

Usia :15

Jenis Kelamin :Laki-laki

2. Identitas Subjek 2

Nama :ARS

Kelas :VII-A

Usia :13

Jenis Kelamin : Perempuan

3. Identitas Subjek 3

Nama : TANK

Kelas : VIII-B

Usia : 14

Jenis Kelamin : Perempuan

59
Lampiran 1.4 Subjek Pendukung

IDENTITAS INFORMAN

1. Identitas Informan 1

Nama : BA

Jabatan : Guru Pendamping Khusus (GPK)

Usia : 54

Jenis Kelamin : Perempuan

60
Lampiran 1.5 Kisi-kisi pedoman observasi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi

Pengamatan Variabel Aspek yang di observasi


Tujuan dari pedoman ini Verbal Abuse Terjadinya tindakan verbal
adalah untuk memperoleh abuse
informasi dan data terkait Karakteristik verbal abuse
perilaku verbal abuse pada Factor penyebab terjadinya
anak berkebutuhan khusus verbal abuse
di sekolah inklusi SMP Dampak verbal abuse
Negeri 3 Maospati

61
Lampiran 1.6 Hasil Observasi Subjek 1

Kode : OB01

Nama : RDP

Umur : 15

Jenis Kelamin : Laki-laki

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan


1. Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di sekolah inklusi SMP
Negeri 3 Maospati
a. Terjadinya Tindakan Verbal √ Peneliti mengamati
Abuse pada ABK bahwa terjadi
perilaku verbal
abuse pada korban
b. ABK mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang tidak pantas bahwa ABK
mendapatkan
perkataan yang tidak
pantas 9
c. ABK Mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang bersifat bahwa ABK
menyakitkan mendapatkan
perkataan yang
bersifat menyakitkan
d. Sebagai sebuah penghinaan √ Peneliti mengamati
pada ABK bahwa ABK
mendapatkan sebuah
penghinaan 18

62
e. Faktor penyebab terjadinya √ Peneliti mengamati
verbal abuse ada berbagai factor
yang menjebabkan
perilaku tersebut
terjadi, bisa dari
factor lingkungan
dan factor teman
sebaya 26
f. Berdampak Buruk pada √ Peneliti mengamati
ABK bahwa perilaku
verbal abuse
berdampak buruk
pada ABK

63
Lampiran 1.7 Hasil Observasi Subjek 2

Kode : OB02

Nama : ARS

Umur : 13

Jenis Kelamin : Perempuan

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan


1. Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di sekolah inklusi SMP
Negeri 3 Maospati
a. Terjadinya Tindakan Verbal √ Peneliti mengamati
Abuse pada ABK bahwa terjadi
perilaku verbal
abuse pada korban
b. ABK mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang tidak pantas bahwa ABK
mendapatkan
perkataan yang tidak
pantas
c. ABK Mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang bersifat bahwa ABK
menyakitkan mendapatkan
perkataan yang
bersifat menyakitkan
d. Sebagai sebuah penghinaan √ Peneliti mengamati
pada ABK bahwa ABK
mendapatkan sebuah
penghinaan
e. Faktor penyebab terjadinya √ Peneliti mengamati
verbal abuse ada berbagai factor

64
yang menjebabkan
perilaku tersebut
terjadi, bisa dari
factor lingkungan
dan factor teman
sebaya
f. Berdampak Buruk pada √ Peneliti mengamati
ABK bahwa perilaku
verbal abuse
berdampak buruk
pada ABK

65
Lampiran 1.8 Hasil Observasi Subjek 3

Kode : OB03

Nama : TANK

Umur : 14

Jenis Kelamin : Perempuan

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan


1. Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di sekolah inklusi SMP
Negeri 3 Maospati
a. Terjadinya Tindakan Verbal √ Peneliti mengamati
Abuse pada ABK bahwa terjadi
perilaku verbal
abuse pada korban
b. ABK mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang tidak pantas bahwa ABK
mendapatkan
perkataan yang tidak
pantas
c. ABK Mendapatkan √ Peneliti mengamati
perkataan yang bersifat bahwa ABK
menyakitkan mendapatkan
perkataan yang
bersifat menyakitkan
d. Sebagai sebuah penghinaan √ Peneliti mengamati
pada ABK bahwa ABK
mendapatkan sebuah
penghinaan
e. Faktor penyebab terjadinya √ Peneliti mengamati
verbal abuse ada berbagai factor

66
yang menjebabkan
perilaku tersebut
terjadi, bisa dari
factor lingkungan
dan factor teman
sebaya
f. Berdampak Buruk pada √ Peneliti mengamati
ABK bahwa perilaku
verbal abuse
berdampak buruk
pada ABK

67
Lampiran 1.9 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara

Aspek yang dikaji Komponen Indikator


Verbal Abuse Pada Anak Perilaku verbal 1. Kekerasan kata-kata
Berkebutuhan Khusus Di abuse 2. Kata kata yang tidak
Sekolah Inklusi SMP pantas
Negeri 3 Maospati 3. Ucapan yang
menyakitkan
Karakteristik 1. Intimidasi
verbal abuse 2. Menakuti
3. Menghina
4. Mengejek
5. Kata-Kata Kotor
6. Mengumpat
Faktor-faktor 1. Faktor budaya
Terjadinya 2. Faktor Lingkungan
verbal abuse 3. Faktor kebiasaan
Dampak verbal 1. Sakit hati
abuse 2. Marah
3. Gangguan emosi

68
Lampiran 1.10 Hasil wawancara Subjek Informan

Kode : IO1

Nama : BA

Jenis Kelamin: Perempuan

NO VERBATIME KOMENTAR INDIKATOR


1. Apa pendapat anda terkait perilaku verbal
2. Abuse pada anak berkebutuhan khusus?
3. Ya Kalau menurut saya itu adalah sebuah
4. Ucapan atau perkataan yang sebenarnya
Verbal abuse
5. Tidak pantas umtuk diucapkan ya mbak
6. Yang bersifat menyakitkan
7. Pernahkah anda melihat perilaku verbal
8. Abuse terjadi?
9. Ya Kalau dilakukan ke ABK pernah, tetapi
10. Tidak menjadi budaya juga di sekolah Verbal abuse
11. Ini mbak
12. Bagaimana pendapat anda, jika anda jika
13. Mendapati siswa yang melakukan tindakan
14. Verbal abuse pada anak berkebutuhan
15. Khusus?
16. Yang jelas saya tegur mbak, agar dia bisa
17. Membedakan mana ucapan yang baik mana
18. Ucapan yang tidak baik, karena perbuatan Verbal abuse
19. Itu bisa berdampak pada pola pikir si
20. ABK juga
21. Menurut anda cirri-ciri dari perilaku verbal
22. Abuse itu seperti apa?
23. Mungkin sebagai sebuah penghinaan Karakteristik
24. Kepada korban mbak, memanggil nama verbal abuse

69
25. Korban dengan nama orangtuanya
26. Menurut anda, apa saja bentuk perilaku
27. Verbal abuse yang terjadi pada ABK?
28. Ya setau saya memanggil pakai nama
Karakteristik
29. Panggilan orangtua, menghina, mengejek,
verbal abuse
30. intimidasi
31. Menurut anda apa yang menyebabkan
32. Perilaku verbal abuse terjadi?
33. Mungkin penyabab terjadinya perilaku
34. tersebut karena sebuah kebiasaan si anak ya
35. Mbak, mungkin bisa dari temannya Factor verbal
36. Kebiasaan dari lingkungannya juga, abuse
37. Sehingga dia melampiaskan kebiasaan itu
38. Ke temannya atau korban ABK itu tadi
39. Kira kira dampak yang timbul pada anak
40. Berkebutuhan khusus terhadap perilaku
41. Verbal abuse itu seperti apa?
42. Yang saya tau dampak yang sudah
43. jelas terjadi itu mungkin para korban

44. merasa sakit hati ya mbak, makanya Dampak


verbal abuse
45. hingga emosi ya mbak, ada juga yang

46. hingga marah mbak.

70
Lampiran 1.11 Hasil Wawancara Subjek 1

Kode : SUB 01

Nama : RDP

Jenis Kelamin: Laki-laki

NO VERBATIME KOMENTAR INDIKATOR


1. Apa yang anda pahami terkait verbal abuse?
Menurut saya ucapan yang menyakitkan
2. Verbal abuse
mbak
3. Apa pendapat anda terkait verbal abuse?
4. Ya itu tadi mbak ucapan yang menyakitkan Verbal abuse
5. Pernahkah anda mengalami verbal abuse?
6. Pernah mbak, teman saya satu kelas banyak
Yang melakukan, saya paling tidak suka
7.
kalo dia verbal abuse
manggil saya dengan nama orangtua saya
8.
mbak
9. Berapa lama anda mengalami verbal abuse
10. Tersebut?
11. Sudah lama mbak, sejak tau nama orang tua
Verbal abuse
12. saya
Bagaimana pendapat anda jika anda
13.
mendapati
14. Teman anda yang melakukan verbal abuse?
15. Tidak suka lah mbak, nama orangtua kok di Karakteristik
16. Bawa-bawa verbal abuse
17. Menurut anda cirri-ciri dari perilaku verbal
18. Abuse itu seperti apa?
19. Menurut saya penghinaan mbak, jenenge Karakteristik
20. Wong tuek kok digowo gowo verbal abuse

71
21. Tindakan verbal abuse seperti apa yang
22. Pernah anda alami / temui ?
23. Memanggil saya dengan panggilan
24. Orangtua saya mbak, seoerti ‘to yanto, gek Karakteristik
25. Pie to yanto’ benci pol aku mbak nek verbal abuse
26. dikonokne
27. Bagaimana anda menggambarkan
28. Kepribadian pada diri anda, misalnya
29. Pendiam, pemalas, emosian, mudah
30. Bergaul?
31. Mungkin karena saya pendiam mbak, dan Factor verbal
32. Gak pecicilan, makane sak penak e dewe abuse
33. Menurut anda apa yang menyebabkan
34. Perilaku verbal abuse terjadi pada anda?
35. Udah kebiasaan sih mbak, nek gak ngono
36. Mergo pegel karo aku mbak, makane sak
Faktor verbal
37. Penake dewe, la teman teman lain lo
abuse
38. Banyak juga yang mangil saya dengan
39. Nama orangtua saya
40. Berdasarkan pengalaman anda, kapan
41. Biasanya pelaku melakukan verbal abuse
42. Kepada anda?
43. Yo gak mesti mbak, biasanya pas manggil
Faktor verbal
44. saya kadang pas saya gak ngapa-ngapa
abuse
45. ngapain ujuk-ujuk ‘gek pieto yanto
46. Apa yang anda rasakan ketika anda menjadi
47. Korban verbal abuse?
Dampak
48. Yo jelas marah lah mbak
verbal abuse
49. Bagaimana anda mengatasi perasaan akibat

72
50. tindakan verbal abuse?
51. Ya terkadang aku langsung pergi mbak, Dampak
52. kadang tak biarin verbal abuse
53. Bagaimana tanggapan anda ketika anda
54. mendapatan perlakuan verbal abuse?
55. Yang jelas gak suka mbak, pernah tak balas
Dampak
56. ganti tak panggil pakai nama orangtuanya
verbal abuse
57. lakok aku di pisuhi mbak
58. Bagaimana dampak nyata yang anda alami
59. terkait verbal abuse?
60. Ya sakit hati lah mbak, jenenge wong tuek Dampak
61. Kok ge yak’yak an verbal abuse

73
Lampiran 1.12 Hasil Wawancara Subjek 2

Kode : SUB 02

Nama : ARS

Jenis Kelamin: Perempuan

NO VERBATIME KOMENTAR INDIKATOR


1. Apa yang anda pahami terkait verbal abuse?
2. ucapan yang ngelokne mbak Verbal abuse
3. Apa pendapat anda terkait perilaku verbal
4. Abuse?
5. ngelokne mbak, koyok kata kata sing
Verbal abuse
6. elek
7. Pernahkah anda mengalami verbal abuse?
8. Pernah mbak, sering malah Verbal abuse
Berapa lama anda mengalami verbal abuse
9.
tersebut?
10. Lumayan lama mbak, apalagi yang
11. Melakukan itu teman satu kelas yang gak Verbal abuse
12. Suka sama saya mbak
13. Bagaimana pendapat anda jika anda
14. Mendapati teman anda yang melakukan
15. Tindakan verbal abuse?
Karakteristik
16. Loro ati aku mbak nek di elokne
Verbal abuse
17. Menurut anda cirri-ciri perilaku verbal
18. Abuse itu seperti apa?
19. Ejekan kepada saya mbak, koyok ngelokne Karakteristik
20. Goblok lah, opolah verbal abuse
21. Tindakan verbal abuse seperti apa yang
22. Pernah anda alami / temui ?

74
Karakteristik
23. Saya pernah dibilang goblok mbak
verbal abuse
24. Bagaimana anda menggambarkan
25. Kepribadian pada diri anda? Misalnya
26. Pendiam, pemalas, emosian, mudah
27. Bergaul?
28. Gak tau sih mbak, tak akoni yo aku gak Faktor
29. Pinter tapikan gak harus gitu juga, kaya terjadinya
30. Temen saya itu udah pinter aja verbal abuse
31. Menurut anda apa yang menyebabkan
32. Perilaku verbal abuse itu terjadi pada anda?
33. Halah kebiasaan mbak sing jelas, karo tidak Factor
34. Suka sama saya mbak, wong konco terjadinya
35. Koncone yo ngono mbak saloke verbal abuse
36. Berdasarkan pengalaman anda, kapan
37. Biasanya pelaku melakukan verbal abuse
38. Kepada anda?
39. Yo kadang saat membahas apa gitu saya Factor
terjadinya
40. Tidak tau, trus saya di goblok-goblokin
verbal abuse
41. Apa yang anda rasakan ketika anda menjadi
42. Korban verbal abuse?
Dampak
43. Perasaan saya ya sakit hati lah mbak
verbal abuse
44. Bagaimana anda mengatasi perasaan akibat
45. tindakan verbal abuse?
46. Ya saya Cuma diam aja mbak, nek kesel Dampak
47. Lakyo meneng dewe verbal abuse
48. Bagaimana tanggapan anda ketika anda
49. Mendapatkan perlakuan tersebut?

75
Dampak
50. Yang jelas saya tidak suka mbak
verbal abuse
51. Bagaimana dampak nyata yang anda alami
52. Terkait verbal abuse?
53. Kon ora sakit hati pie mbak, oponeh nek Dampak
54. Omong goblok neng ngarepe cah okeh verbal abuse

76
Lampiran 1.13 Hasil Wawancara Subjek 3

Kode : SUB 03

Nama : TANK

Jenis Kelamin: Perempuan

NO VERBATIME KOMENTAR
1. Apa yang anda pahami terkait verbal abuse?
2. Kata-kata yang kotor mbak Verbal abuse
3. Apa pendapat anda terkait perilaku verbal
4. abuse ?
5. Ucapan yang tidak baik mbak Verbal abuse
6. Pernahkah anda mengalami verbal abuse?
7. Pernah mbak sering Verbal abuse
8. Berapa lama anda mengalami verbal abuse?
9. Dari kelas 7 hingga sekarang sudah dapat
Verbal abuse
10. Mbak
11. Bagaimana pendapat anda jika anda
12. Mendapati teman anda yang melakukan
13. Tindakan verbal abuse?
14. Aku ora seneng pokoke mbak, nek koncoku
Verbal abuse
15. Muni elek
16. Menurut anda cirri-ciri perilaku verbal
17. Abuse itu seperti apa?
18. Seperti misuh-misuh mbak, omongan sing Karakteristik
19. Elek-elek verbal abuse
20. Tindakan verbal abuse seperti apa yang
21. Pernah anda alami / temui ?
Karakteristik
22. Misuh mbak, koyo muni A*U
verbal abuse
23. Bagaimana anda menggambarkan

77
24. Kepribaduan pada diri anda? Misalnya
25. Pendiam, pemalas, emosian, mudah bergaul?
Factor verbal
26. Mungkin saya pendiam mbak
abuse
27. Menurut anda apa yang menyebabkan
28. Perilaku verbal abuse terjadi pada anda?
29. Kebiasaan mbak sing jelas, okeh yokan cah Factor verbal
30. Neng sekolahan kene sing gaene misuh abuse
31. Berdasarkan pengalaman anda, kapan
32. Biasanya pelaku melakukan verbal abuse
33. Kepada anda?
34. Sak wayah wayah mbak, sajak e rapatek Factor verbal
35. Cocok karo aku ujuk-ujuk muni ngono mbak abuse
36. Apa yang anda rasakan ketika anda menjadi
37. Korban verbal abuse?
Dampak
38. Sing jelas ya sakit hati mbak
verbal abuse
39. Bagaimana anda mengatasi perasaan akibat
40. Tindakan verbal abuse?
Dampak
41. Ya saya diam aja sih mbak
verbal abuse
42. Bagaimana tanggapan anda ketika anda
43. Mendapatkan perlakuan verbal abuse?
44. Yang jelas gak suka mbak karo omongan
Dampak
45. Ngonokui, wong omongan elek kok di
verbal abuse
46. Omongne
47. Bagaimana dampak nyata yang anda alami
48. Terkait verbal abuse?
Dampak
49. Sakit hati saya mbak, kadang yo mangkel
verbal abuse

78
Lampiran 1.14 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek informan

Variabel Indikator Pernyataan Kode


• Kekerasan kata
Ya kalau menurut saya itu adalah
kata
sebuah ucapan atau perkataan
Verbal • Kata-kata yang IO1/BA/
yang sebenarnya tidak pantas
Abuse tidak pantas 3-6
untuk diucapkan ya mbak yang
• Ucapan yang
bersifat menyakitkan
menyakitkan
Mungkin sebagai sebuah
• Intimidasi
penghinaan kepada korban mbak, IO1/BA/
• Menakuti
memanggil nama 23-25
Karakteris • Menghina
Korban dengan nama orangtuanya
tik Verbal • Mengejek
Ya setau saya memanggil pakai
Abuse • Kata-Kata
nama panggilan orangtua, IO1/BA/
Kotor
menghina, mengejek, 28-30
• Mengumpat
Intimidasi
Mungkin penyabab terjadinya
• Faktor budaya perilaku tersebut karena sebuah
Faktor • Faktor kebiasaan si anak ya mbak,
Terjadinya Lingkungan mungkin bisa dari temannya IO1/BA/
Verbal • Faktor kebiasaan dari lingkungannya 33-38
Abuse kebiasaan juga, sehingga dia melampiaskan
kebiasaan itu ke temannya atau
korban abk itu tadi
Yang saya tau dampak yang
• Sakit hati sudahjelas terjadi itu mungkin
Dampak
• Marah para korbanMerasa sakit hati ya IO1/BA/
Verbal
• Gangguan mbak, makanyahingga emosi ya 42-46
Abuse
emosi mbak, ada juga yanghingga marah
mbak.

79
Lampiran 1.15 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 1

Variabel Indikator Pernyataan Kode

• Kekerasan kata
Menurut saya verbal abuse adalah SUB01/R
kata
sebuah ucapan yang menyakitkan DP/2
Verbal • Kata-kata yang
Abuse tidak pantas
Peneliti mengamati bahwa ABK
• Ucapan yang OB1/RDP
mendapatkan perkataan yang tidak
menyakitkan /5-9
pantas
• Intimidasi
Menurut saya sebuah penghinaan
• Menakuti
mbak, jennege wong tuek kok SUB01/R
Karakteris • Menghina
digowo-gowo (namanya orangtua DP/19-20
tik Verbal • Mengejek
kok dibawa-bawa
Abuse • Kata-Kata
Kotor Peneliti mengamati bahwa ABK OB01/RD
• Mengumpat mendapatkan sebuah penghinaan P/15-18
Udah kebiasaan sih mbak, nek gak
ngono mergo pegel karo aku mbak
makane sak penak e dewe (Kalau
tidak begitu karena tidak suka
SUB01/R
• Faktor budaya sama saya mbak, makanya
DP/35-39
Faktor • Faktor seenaknya sendiri). La teman
Terjadinya Lingkungan teman lain lo banyak yang
Verbal • Faktor memanggil saya dengan nama
Abuse kebiasaan orangtua saya
Peneliti mengamati ada berbagai
factor yang menjebabkan perilaku
OB01/RD
tersebut terjadi, bisa dari factor
P/19-26
lingkungan dan factor teman
sebaya

80
Ya jelas saya marah lah mbak SUB01/R
• Sakit hati
Dampak DP/48
• Marah
Verbal Peneliti mengamati bahwa
• Gangguan OB01/RD
Abuse perilaku verbal abuse berdampak
emosi P/27-31
buruk pada ABK

81
Lampiran 1.16 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 2

Variabel Indikator Pernyataan Kode

Menurut saya verbal abuse (ucapan


SUB02/
yang tidak pantas) itu adalah
• Kekerasan kata
sebuah ngelokne (ejekan) mbak ARS/2-6
kata
koyo kata-kata sing elek (kaya
Verbal • Kata-kata yang
kata-kata yang jelek)
Abuse tidak pantas
• Ucapan yang
Peneliti mengamati bahwa ABK
menyakitkan OB02/A
mendapatkan perkataan yang tidak
RS/5-9
pantas

• Intimidasi
• Menakuti
Ejekan kepada saya mbak, koyo
Karakteris • Menghina SUB02/
tik Verbal • Mengejek ngelokne goblok lah, opolah (kaya ARS/19-

Abuse • Kata-Kata ngatain bodoh lah, apa lah) 20


Kotor
• Mengumpat
Halah kebiasaan mbak sing jelas,

karo tidak suka sama saya mbak,


• Faktor budaya
wong konco koncone yo ngono
Faktor • Faktor
mbak saloke SUB02/
Terjadinya Lingkungan
ARS/33-
Verbal • Faktor Artinya :
35
Abuse kebiasaan Ya kebiasaan sih mbak yang jelas,

sama tidak suka sama saya, orang

teman-temannya saja sebagian ya

82
begitu

Peneliti mengamati ada berbagai


OB02/A
factor yang menjebabkan perilaku
RS/19-
tersebut terjadi, bisa dari factor
26
lingkungan dan factor teman sebaya
Perasaan saya ya sakit hati lah
SUB02/
mbak ARS/43

• Sakit hati Kon ora loro ati pie mbak, oponeh


Dampak SUB02/
• Marah nek omong goblok neng ngarepe
Verbal ARS/53-
• Gangguan
Abuse wong okeh 54
emosi
Peneliti mengamati bahwa perilaku OB02/A
verbal abuse berdampak buruk pada RS/27-
ABK 31

83
Lampiran 1.17 Reduksi data hasil penelitian kepada subjek 3

Variabel Indikator Pernyataan Kode


SUB03/
Kata kata kotor mbak
• Kekerasan kata TANK/2
kata
SUB03/
Verbal • Kata-kata yang Ucapan yang tidak baik mbak
Abuse tidak pantas TANK/5

• Ucapan yang Peneliti mengamati bahwa ABK


OB03/T
menyakitkan mendapatkan perkataan yang tidak
ANK/5-9
pantas
• Intimidasi
• Menakuti
seperti misuh misuh (mengumpat)
Karakteris • Menghina SUB03/
tik Verbal • Mengejek mbak, omongan sing elek elek TANK/1

Abuse • Kata-Kata (kaya ucapan yang jelek-jelek) 8-19


Kotor
• Mengumpat
Mungkin saya pendiam mbak,

kebiasaan sih sing jelas (kebiasaan

sih yang jelas), okeh yokan cah cah


• Faktor budaya SUB03/
Faktor • Faktor neng sekolah kene sing gaene TANK/2

Terjadinya Lingkungan misuh mbak (banyak juga teman 6-30


Verbal • Faktor
teman di sekolah sini yang
Abuse kebiasaan
mengumpat)

Peneliti mengamati ada berbagai OB03/T


factor yang menjebabkan perilaku ANK/19-
tersebut terjadi, bisa dari factor 26

84
lingkungan dan factor teman sebaya
Yang jelas saya tidak suka mbak

karo omongan ngonokui, omongan


SUB03/
elek kok di omongne (yang jelas TANK/4

saya tidak suka mbak, omongan 4-46


• Sakit hati
Dampak
• Marah jelek kok di ungkapkan
Verbal
• Gangguan
Abuse Sakit hati saya mbak, kadang yo SUB03/
emosi TANK/4
mangkel
9
Peneliti mengamati bahwa perilaku OB03/T
verbal abuse berdampak buruk pada ANK/27-
ABK 31

85
Lampiran 1.18 Display Data

Informan
Variabel Indikator Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Pendukung
Verbal • Kekerasan BA RDP ARS ARS
Abuse kata kata menyatakan menyatakan menyatakan menyatakan
• Kata-kata bahwa verbal bahwa verbal bahwa bahwa
yang tidak abuse abuse adalah verbal verbal
pantas merupakan sebuah abuse abuse
• Ucapan sebuah ucapan yang merupakan merupakan
yang ucapan atau menyakitkan sebuah kata-kata
menyakitka perkataan (SUB01/RDP ejekan yang kotor
n yang /2) berupa kata- (SUB03/TA
sebenarnya kata yang NK/2)
tidak pantas jelek Dan ARS
untuk (SUB02/AR juga
diucapkan ya S/2-6) mengungka
mbak yang pkan juga
bersifat bahwa
menyakitkan verbal
(IO1/BA/3-6) abuse
merupakan
ucapan
yang tidak
baik
(SUB03/TA
NK/5)
Karakteri • Intimidasi BA RDP ARS TANK
stik • Menakuti menyatakan menyatakan menyatakan menyatakan
Verbal • Menghina bahwa bahwa bahwa bahwa
Abuse • Mengejek karakteristik karakteristik karakteristik karakteristik

86
• Kata-Kata verbal abuse verbal abuse verbal verbal
Kotor adalah adalah abuse abuse
• Mengumpat sebuah sebuah adalah adalah
penghinaan penghinaan sebuah sebuah
kepada dengan cara ejekan ucapan
korban membawa dengan cara umpatan
(IO1/BA/3-6) bawa nama mengakan dan ucapan
Seperti orangtua korban yang jelek
memanggil (SUB01/RDP bahwa ia (SUB03/TA
pakai nama /19-20) bodoh NK/18-19)
panggilan (SUB02/AR
orangtua, S/19-20)
menghina,
mengejek,
Intimidasi
(IO1/BA/28-
30)
Faktor • Faktor BA RDP ARS TANK
terjadiny budaya menyatakan Menyatakan menyatakan menyatakan
a Verbal • Faktor bahwa factor bahwa factor bahwa bahwa
Abuse Lingkungan penyabab penyebab factor factor
• Faktor terjadinya terjadinya penyebab penyebab
kebiasaan perilaku verbal abuse terjadinya terjadinya
tersebut adalah verbal verbal
karena adanya abuse abuse
sebuah sebuah adalah adalah
kebiasaan si kebiasaan karena karena
anak ya dan teman sebuah kebiasaan
mbak, sebayanya, kebiasaan si dan korban
mungkin bisa sehingga pelaku dan juga
dari korban juga teman merupakan

87
temannya meniru sebayanya anak yang
kebiasaan kebiasaan dan juga pendiam,
dari yang ada di pelaku tidak bahkan
lingkunganny lingkungan suka dengan banyak
a juga, tersebut korban sekali
sehingga dia (OB01/RDP/ sehingga teman-
melampiaska 19-26) pelaku temannya
n kebiasaan melakukan yang
itu ke perbuatan melakukan
temannya tersebut.(S hal tersebut
atau korban UB02/ARS/ (SUB03/TA
abk itu tadi 33-35) NK/26-30)
(IO1/BA/33-
38)
Dampak • Sakit hati BA RDP ARS TANK
Verbal • Marah menyatakan menyatakan menyatakan menyatakan
abuse • Gangguan bahwa bahwa bahwa bahwa
emosi dampak yang dampak yang dampak dari dampak dari
sudahjelas terjadi akibat verbal perilaku
terjadi itu perbuatan abuse verbal
mungkin para tersebut adalah sakit abuse
korbanMeras adalah marah hati, karena adalah sakit
a sakit hati (SUB01/RDP pelaku hati hingga
,hingga /48) melakukan kesal,
emosi , ada tindakan karena
juga tersebut merasa
yanghingga didepan tidak suka
marah teman- jika
(IO1/BA/42- temannya mendapatka
46) (SUB02/AR n perlakuan
S/53-54) tersebut

88
(SUB03/TA
NK/44-49)

89
Lampiran 1.19 Surat izin penelitian

90
Lampiran 1.20 Surat Balasan Penelitian

91
DATA PENDUKUNG

Gambar 1.1 Wawancara dengan subjek 1

Gambar 1.2 Wawancara dengan Subjek 2

Gambar 1.3 Wawancara dengan subjek 3

92
Gambar 1.4 Wawancara dengan Informan pendukung

93
94
Gambar 1.5 Tempat lokasi penelitian

95
96
97
Gambar 1.6 Data Subjek (Anak Berkebutuhan Khusus)

98
RIWAYAT HIDUP

Amalia Ananda Fitrah dilahirkan di Madiun pada tanggal 4 Juli 2000, Merupakan

Anak tunggal dari Pasangan Bapak Suyono dan Ibu Lilik Pujiati. Tinggal di

Dusun Cempo RT 29 RW 04 Desa Doho Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

Pendidikan yang pernah di tempuh, Pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah Negeri

(MIN) Doho Lulus pada tahun 2012, Pendidikan Madrasah Tsanawiyyah Doho

Dolopo Lulus pada tahun 2015 dan Pendidikan Sekolah Menengah Akhir (SMA)

Negeri 1 Dagangan Lulus pada tahun 2018.

Pendidikan berikutnya ditempuh di Universitas PGRI Madiun, Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan Dan Konseling. Semasa menjadi

mahasiswa aktif dalam UKM Karawitan yang diselenggarakan oleh kampus

99

Anda mungkin juga menyukai