Anda di halaman 1dari 104

INTEGRASI KEPERCAYAAN DIRI (SELF CONFIDENCE)

TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA


DI SMA MUHAMMADIYAH 9 MAKASSAR

SKIRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
Yusnia Karunta
NIM. 10538329715

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya. Selanjutnya,

penulis ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa

dorongam moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan

dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bapak

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP) Pendidikan Muhammadiyah Makassar. Ketua Program

Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd, beserta stafnya. Bapak

Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai pembimbing I (satu) dan

Ibu Dr. Budi Setiawati, M.Si selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta

Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga

Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga

ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.


Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial saya haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua saya yang tercinta,

Ayahanda Karunta dan Ibunda Maryam serta saudara saya Husna Karunta yang

dengan segala pengorbanannya tak akan pernah saya lupakan jasa-jasanya. Doa

restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka yang merupakan moril yang sangat

efektif bagi kelanjutan studi saya hingga saat ini.

Dan tak lupa senior-senior pendidikan sosiologi Unismuh dan kawan-

kawan seperjuangan dikelas 15D yang selalu memberikan saya bantuan dan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal bail dari semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari

rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal a’lamin.

Unismuh Makassar, 2019

Yusnia Karunta
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
SURAT PERNYATAAN iv
SURAT PERJANJIAN v
MOTTO vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Hasil Penelitian 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN
HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI 6
1. Konsep Dasar Self Confidence 6
a. Pengertian Self Confidence 6
b. Karakteristik Self Confidence 8
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Confidence 12
2. Interaksi Sosial Siswa 15
a. Pengertian Interaksi SosialSiswa 15
b. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial Siswa 16
c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Siswa 19
d. Jenis-jenis Interaksi Sosial 30
e. Ciri-ciri Interaksi Sosial 31
f. Faktor-faktor Interaksi Sosial 32
B. KERANGKA PIKIR 37
C. HIPOTESIS 39
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian 40
B. Variabel dan Desain Penelitian 40
C. Definisi Operasional 41
D. Populasi dan Sampel 41
E. Teknik Pengumpulan Data 43
F. Teknik Analisis Data 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
A. Hasil Penelitian 48
1. Analisis Statistik Deskritif 48
a. Deskripsi Data Self Confidence Siswa 48
b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa 50
2. Analisis Statistik Inferensial 57
a. Uji Normalitas Data 52
b. Uji Homogenitas Data 52
c. Uji Korelasi Product Moment 52
B. Pembahasan 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 60
B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 63
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR

No. Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian 39


DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian 42


Tabel 3.2 Pembobotan Item Angket 44
Tabel 4.1 Rentang Kelas Variabel Self Confidance 49
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Self Confidance
Siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar 49
Tabel 4.3 Rentang Kelas Variabel Interaksi Sosial 51
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Interaksi Sosial Siswa
SMA Muhammadiyah 9 Makassar 51
Tabel 4.5 Data Tingkat Variabel Penelitian 53
DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Lampiran Halaman

1 Kisi-kisi Skala Self Confidance 64


2 Angket Self Confidance 65
3 Hasil Angket Self Confidance 69
4 kisi Kisi Angket interaksi Sosial 72
5 Angket interaksi Sosial 74
6 Hasil Interaksi Sosial 77
7 Uji Normalitas Data 80
8 Uji Homogenitas Data 81
9 Uji Kolerasi 82
10 Data Penelitian 83
11 Distribusi Data Kepercayaan Diri 85
12 Distribusi Data Interaksi Sosial 86
13 Distribusi Rata Rata Siswa 87
14 Dokumentasi 99
15 Permohonan Judul skripsi
16 Persetujuan Judul
17 Surat Persetujuan Pembimbing
18 Surat Melakukan Penelitian
19 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian
MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


(QS. Alam Nasyroh: 6)

“Tak ada rahasia untuk menggapai sukses, sukses itu dapat terjadi
Karena persiapan, kerja keras dan bersedia belajar dari kegagalan”
(Collin Powel)

Kuperuntukkan karya ini untuk Ayahanda dan ibunda tercinta yang tiada

henti-hentinya memberikan doa kepadaku dengan penuh keikhlasan serta

saudara-saudaraku tercinta yang tak pernah berhenti mendoakan

keberhasilanku
ABSTRAK

YUSNIA KARUNTA 2019. Skripsi. Integrasi kepercayaan diri (self confidence)


Terhadap Interaksi Sosial Siswa Di SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Di
bimbing oleh Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. dan Ibu Dr. Hj.
Budisetiawati, M.SI Fakultas Ilmu Pendidkan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Peneletian ini menelaah integrasi kepercayaaan diri terhadap interaksi
sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Masalah penelitian ini adalah
bagaimana integrasi kepercayaan diri terhadap interaksi sosial siswa?. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui integrasi kepercayaan diri terahadap
interaksi sosial siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis penelitian korelatif prediktif. Subjek penelitian berjumlah 30 responden yang
merupakan siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar pada tahun ajaran 2018-
2019. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket dan laporan
hasil dokumentasi Analisis data menggunakan analisis presentase dan analisis
statistik inferensial yaitu product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepercayaan diri (X) berpengaruh secara signifikan terhadap interaksi sosial (Y).
Nilai r hitung (0,759)≥α = 0,5 dan nilai signifikan 0,402> 0,005. Jadi, H0 ditolak
dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
dengan interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dengan

manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

berinteraksi sosial semakin besar ketika berada dalam suatu kelompok baik itu

suatu perusahaan, industri atau organisasi lainnya. Interaksi sosial merupakan

suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan

nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat atau suatu

organisasi. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, maka interaksi sosial itu

sendiri dapat berlangsung dengan baik.

Menurut Homans (dalam Ali,2004) interaksi sosial didefinisiskan sebagai

suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi

ganjaran atu hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain

yang menjadi pasangannya. Hal itu senada juga dengan yang dikemukakan oleh

Bonner (dalam Ali 2004) interaksi sosial merupakan suatu hubungan anatara dua

individu atau lebih, dimana perilaku individu mempengaruhi, mengubah atau

mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Interaksi sosial merupakan modal dalam hubungan sosial dengan orang

lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan dengan antar


individu-individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpaadanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Untuk itu, semakin tinggi tingkat interaksi sosial seseorang maka

semakin baik dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis, begitu

pila sebaliknya ketika interaksi sosial berkurang merupakan awal mula dari

perselisihan dan perpecahan.

Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kepercayaan

diri. Kepercayaan diri perlu dimiliki oleh siswa di sekolah, karena dengan

rendahnya kepercayaan diri maka dapat menyebabkan siswa kurang mampu

menyalurkan kemampuan yang dimilikinya di karenakan siswa memiliki pikiran-

pikiran negatif yang mempengaruhi sehingga menimbulkan kurang percaya diri

pada dirinya. Disamping itu, kepercayaan diri dapat menunjang keberhasilan dan

kesuksesan dalam meningkatkan prestasi serta dalam meraih cita-cita,

sebagaimana dikemukakan oleh Wibowo (1996:3) bahwa:

Pada dasarnya cita-cita mudah diraih jika kita mempunyai keyakinan

untuk berhasil, tetapi disayangkan jika dalam pikiran selalu membayangkan

kegagalan, sangsi dan takut, agar keyakinan lebih kuat hendaknya disertai dengan

percaya diri, membuang rasa takut dan yakin berhasil.

Kepercayaan diri (self confidence) merupakan modal utama

seseorangkhususnya remaja untuk mencapai kesuksesan.Orang yang mempunyai

kepercayaan diri berarti orang tersebut sanggup, mampu, dan meyakini dirinya

dapat mencapai prestasi maksimal.

Dari sini bisa dikatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri tentunya akan

menghambat seseorang untuk mencapai harapannya dan kurang berani dalam

melakukan suatu kegiatan atau usaha, sebaliknya seseorang yang mempunyai


kepercayaan diri yang tinggi akan lebih berani dalam melakukan segala hal.

Kepercayaan diri yang rendah membuat seseorang mudah dihinggapi oleh

perasaan ragu, cemas, rendah diri, dan gejala kejiwaan lainnya yang menghambat

seseorang untuk melakukan sesuatu (Walgito, 2002).

Dilihat dari sudut pandang pendidikan, rasa kepercayaan diri sangat

menunjang individu untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga

terhindar dari rasa ragu-ragu yang sering mengganggu. Dilihat dari sudut pandang

perkembangan, pada usia pra remaja sangat rentan dengan rasa kepercayaan diri

yang dia miliki. Remaja yang memiliki rasa kurang kepercayaan diri akan

menghambat tumbuh kembang anak tersebut dalam beraktifitas.

Seseorang digolongkan memiliki kepercayaan diri yang positif, bila

memandang dirinya sebagai individu yang bahagia, optimis mampu mengontrol

diri dan memiliki berbagai kemampuan. Sebalinya individubdi golongkan sebagai

orang yang memiliki kepercayaan diri psikis yang negatif bila individu

memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimistis, tidak mampu

mengontrol diri dan memiliki berbagai macam kekurangan (fatimah, 2012).

Kepercayaan diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir

yang selanjutnya menjadi pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan

sosial tentang dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan sosial

terintegrasi ke dalam kepercayaan diri individu. Individu dengan kepercayaan diri

yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan dalam

hubungan interaksi sosial dengan orang lain dari pada individu dengan

kepercayaan diri rendah.


Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa interaksi sosial siswa dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk dapat

meneliti apakah ada Integrasi antara kepercayaan diri (self confidence) dengan

Interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kepercayaan diri siswa di SMA Muhammadiyah 9

Makassar?

2. Bagaimanakah gambaran interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9

Makassar?

3. Bagaimanakah hubungan kepercayaan diri dengan interaksi sosial siswa?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

pelaksaaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran kepercayaan diri siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar?

2. Gambaran interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar?

3. Hubungan kepercayaan diri dengan interaksi sosial siswa di SMA

Muhammadiyah 9 Makassar?

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan

praktis sebagai berikut :


1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Akademisi, sebagai bahan informasi dan pengetahuan dalam rangka

pengembangan wacana keilmuan khususnya di bidang pendidikan

berkaitan dengan integrasi kepercayaan diri dengan interaksi sosial siswa.

b. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan refleksi kajian tentang integrasi

kepercayaan diri dengan interaksi sosial siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan jajarannya Merupakan bahan informasi untuk

memberikan pengetahuan bagi siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar.

b. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran atau

rujukan kedepannya jika sesudah terjun ke lapangan sebagai seorang

guru.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Self confidence (Kepercayaan diri)

a. Pengertian Self confidence

Self confidence atau percaya diri adalah Keyakinan terhadap penilaian diri

atas kemampuan diri dan kepantasan diri untuk merasakan berhasil. Dariyo (2004)

mendefinisikan self confidence sebagai individu yang memiliki keyakinan

terhadap diri sendiri. Lauster (Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa self confidence

merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga

orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat

merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab

atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat

menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta

dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.

Menurut Jacinta (2006), Self confidence adalah sikap positif seorang

individu yang merasa memiliki kompetensi atau kemampuan untuk

mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya maupun lingkungan.

Menurut Hasan (Iswidharmanjaya, 2004) self confidence adalah percaya akan

kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki,

serta dapat memanfaatkan secara tepat.

Hakim (2002) menjelaskan self confidence yaitu sebagai suatu keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan


tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan

dalam hidupnya. Menurut Uqshari (2005), self confidence adalah keyakinan

seorang individu akan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa puas dengan

keadaan dirinya.

Bandura (Ahmadi, 2008) mendefenisikan self confidence sebagai suatu

keyakinan seseorang yang mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan

diinginkan. Selanjutnya Breneche dan Amich (Istadi, 2007) self confidence

merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam

kehidupannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain

dalam menentukan standar, karena ia selalu dapat menentukan sendiri.

Definisi self confidence menurut Cambridge Dictionaries Online yaitu

“behaving calmly because you have no doubts about your ability or knowledge”,

maknanya adalah bersikap tenang karena tidak memiliki keraguan tentang

kemampuan atau pengetahuan. Menurut Fishbein & Ajzen (Molloy 2010), “self-

confidence is a belief”, kepercayaan diri adalah sebuah keyakinan. Keyakinan ini

merupakan pemahaman dan perasaaan individu yang membentuk cara bahwa

konsep individu dan terlibat dalam perilaku. Perasaan dari kepercayaan diri sangat

memotivasi kepada siswa yang belum menikmati banyak keberhasilan di sekolah.

Kepercayaan diri adalah unsur penting dalam meraih kesuksesan. Selanjutnya

Molloy (2010: 138) bahwa kepercayaan diri adalah merasa mampu, nyaman dan

puas dengan diri sendiri, dan pada akhirnya tanpa perlu persetujuan dari orang

lain. Sedangkan kepercayaan diri menurut Nur Ghufron dan Rini R.S (2011: 35),

adalah “keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik
pribadi yang di dalamnya terdapat kemampuan diri, optimis, objektif,

bertanggung jawab, rasional dan realistis”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self confidence

adalah perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri yang mencakup penilaian dan

penerimaan yang baik terhadap dirinya secara utuh, bertindak sesuai dengan

harapan lingkungan sekitarnya. Penerimaan ini meliputi penerimaan secara fisik

dan psikis

b. Karakteristik Self confidence

Menurut Dariyo (2004), terdapat beberapa karakteristik yang

menggambarkan individu yang memiliki self confidence yaitu :

1) Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri.

2) Yakin dengan kemampuan yang dimiliki.

3) Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan.

4) Berpikir positif dalam kehidupan.

5) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan.

6) Memiliki potensi dan kemampuan

Menurut Hakim (2002) mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang

memiliki self confidence adalah :

1) Selalu bersikap tenang dan tidak mudah menyerah.

2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada situasi tertentu.

4) Memiliki kondisi mental dan fisik cukup menunjang penampilan.

5) Memiliki kecerdasan yang cukup.


6) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.

7) Memiliki keahlian dan keterampilan yang menunjang kehidupannya, misal

keterampialn bahasa asing.

8) Memiliki kemampuan sosialisasi.

9) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

10) Memiliki pengalaman hidup yang menempah mentalnya menjadi kuat dan

tahan dalam menghadapi berbagai cobaan.

11) Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah.

12) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi.

Menurut Lauster (Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk

menilai self confidence dalam diri individu, diantaranya:

1) Percaya kepada kemampuan sendiri

Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi

yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta

mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.

2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan

Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan

secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu,

mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya

tersebut.
3) Memiliki konsep diri yang positif

Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan

maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap

diri sendiri

4) Berani mengungkapkan pendapat

Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang

ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang

dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lauster, Fasikhah (1994)

menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki self confidence adalah tidak

mementingkan diri sendiri, cukup toleran, cukup berambisi, tidak perlu dukungan

orang lain, tidak berlebihan, optimistik, mampu bekerja secara efektif,

bertanggung jawab atas pekerjaannya, dan merasa gembira. Waterman (Yuanita,

2011) mengatakan bahwa orang yang mempunyai self confidence adalah mereka

yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan

bertanggung jawab serta mempunyai rencana terhadap masa depannya.

Ghufron & Rini (2011: 35-36), menyebutkan aspek-aspek kepercayaan diri

adalah sebagai berikut:

1) Keyakinan kemampuan diri


Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang
tentang dirinya merupakan keyakinan kemampuan diri.Ia
mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

2) Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri
dan kemampuannya.
3) Objektif
Seseorang yang memandang permasalahan sesuai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut dirinya.

4) Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk
menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5) Rasional dan realistis


Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,
sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran
yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan

Selanjutnya, Preston (2007: 14) menyebutkan aspek-aspek pembangun

kepercayaan diri adalah self-awareness(kesadaran diri), intention(niat),

thinking(berpikir positif dan rasional), imagination(berpikir kreatif pada saat akan

bertindak), act(bertindak). Menurut Surya (2010: 261-264), aspek psikologis yang

mempengaruhi dan membentuk percaya diri, yaitu gabungan unsur karakteristik

citra fisik, citra psikologis, citra sosial, aspirasi, prestasi, dan emosional, antara

lain: 1) Self-Control(Pengendali diri), 2) suasana hati yang sedang dihayati, 3)

citra fisik, 4) citra sosial, dan 5) self-image(citra diri) ditambah aspek

keterampilan teknis, yaiu kemampuan menyusun kerangka berpikir dan

keterampilan berbuat dalam menyelesaikan masalah

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang

percaya diri memiliki sikap yang tenang dan bersikap positif dalam menghadapi

berbagai masalah dan tidak mudah menyerah, memiliki kemampuan sosialisasi

yang baik, percaya kepada kemampuan sendiri, berani mengungkapkan pendapat,

tidak mementingkan diri sendiri melaksanakan tugas dengan baik dan

bertanggung jawab serta mempunyai rencana terhadap masa depannya. Dengan


kemampuan-kemampuan tersebut individu mempunyai kemungkinan untuk lebih

sukses dalam menjalani kehidupan bila dibandingkan dengan orang yang kurang

atau tidak percaya diri atau self confidence rendah

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Confidence

Self confidence merupakan sesuatu yang berasal dan berakar dari

pengalaman masa kanak-kanak dan berkembang, terutama sebagai akibat dari

hubungan individu dengan orang lain (Alwisol, 2004). Pengalaman saat

berhubungan dengan orang lain dan bagaimana orang lain memperlakukan kita

akan membentuk gagasan dan penilaian dalam diri kita yang dapat mempengaruhi

percaya diri atau self confidence.

Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Adapun yang termasuk dalam faktor internal yaitu:

a) Konsep Diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan

perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok.

Menurut Alwisol (2004), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya

sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai

konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan

memiliki konsep diri positif.

b) Harga Diri
Meadow (Anthony, 2011) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap

diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi

secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan

dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung

melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya

mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan

tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang

percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam

pergaulan.

c) Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri.Alwisol

(2004) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya

harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (2002) juga berpendapat bahwa

ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.

d) Pengalaman hidup

Lauster (2002) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari

pengalaman yang mengecewakan, yang paling sering menjadi sumber

timbulnya rasa rendah diri.Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki

rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Alwisol (2004) lebih


lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung

membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya

individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri

dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu

memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan

memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

b) Pekerjaan

Rogers (Alwisol, 2004) mengemukakan bahwa bekerja dapat

mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan

pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat

karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

c) Lingkungan dan Pengalaman hidup

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota

kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan

percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin

bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar

harga diri berkembang (Anthony, 2011). Sedangkan pembentukan

kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami

seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis

merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang


buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya

diri (Alwisol, 2004).

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kepercayaan diri (self confidence ) siswa adalah faktor yang

berasal dari diri siswa dan faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor yang berasal

dari diri siswa adalah konsep diri, harga diri, pengalaman hidup, dan kondisi fisik.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi self confidence adalah dari

lingkungan, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Interaksi Sosial Siswa

a. Pengertian Interaksi Sosial Siswa

Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu

yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik.

Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun Basrowi (20015)

mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan

orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan

kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga

berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan sejenisnya.

Menurut Partowisastro (2003) interaksi sosial ialah relasi sosial yang

berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik relasi itu

berbentuk antar individu, kelompok dengan kelompok, atau individu dengan

kelompok. Soekanto (2002) mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan


hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang

perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan

dengan kelompok manusia. Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) interaksi

sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara

individudengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok lain.

Gerungan (2006) secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah

proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu

yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu

dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana

individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki perilaku yang berlangsung antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

b. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi

dua syarat (Soerjono Sukanto) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya

komunikasi.

1. Kontak Sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-

sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah

bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi


hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan

badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya,

seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan.

Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan

satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang

tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung

dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto : 59) yaitu sebagai berikut :

a. Antara orang perorangan

Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-

kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi,

yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari

norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.

b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya

Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna bahwa

tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.

c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk

mengalahkan partai politik lainnya.

Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial positif dan kontak

sosial negative. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada

suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative mengarah kepada suatu

pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial.


Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak

primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan

berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu

perantara.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang

lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-

perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat

diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudain merupakan

bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran

terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan

sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan

sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi

memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi

disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yangterjadi karena

salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.

c. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

1. Proses Asosiatif (Processes of Association)

a. Kerja Sama (Cooperation)


Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk

interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama

merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama

untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar

bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja

sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan

bersama.

Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok

manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa

kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok

kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat

digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran

bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga

harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang

akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian- keahlian tertentu

diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat

terleksana dengan baik.

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya

(in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya). Kerja sama mungkin

akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada

tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau

institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau


segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam

jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak

puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena

adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.

Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama,

yaitu:

1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barabg-

barabg dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.

3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru

dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi,

sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam

stabilisasi organisasi yang bersangkutan.

4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi atau lebih yang

mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan

keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi

atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama

antara satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah

untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha

kooperatif.

5) Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek

tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman,

perhotelan, dll.
b. Akomodasi (Accomodation)

1) Pengertian

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada

suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang

menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium)

dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia

dalam kaitannya dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku

di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-

usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk

mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang

digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam

hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi

(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada

suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan

alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses

dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula

saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak

kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai

dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:


1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-

kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini

bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat

tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.

2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.

3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok- kelompok

sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor- faktor sosial

psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang

mengenal sistem kasta.

4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang

terpisah.

2) Bentuk-bentuk akomodasi

a) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh

karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana

salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan

dengan pihak lawan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis

(tidak langsung).

b) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak- pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian

terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan

compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan

memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.


c) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila

pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah

pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-

pihak bertentangan.

d) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah

pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak

ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.

Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak

berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan

tersebut.

e) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-

keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu

persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion

dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk

mengadakan asimilasi.

f) Toleration, juga sering disebut sebagai tolerant-participation. Ini

merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal

bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa

direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau

kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri

dari suatu perselisihan.

g) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang


bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada

suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan

oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk

maju maupun untuk mundur.

h) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

3) Hasil-hasil akomodasi

a) Akomodasi, dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak untuk

menghindari masyarakat dari benih-benih perentangan latent yang akan

melahirkan pertentangan baru.

b) Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi

keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak lain.

c) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.

d) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan

baru atau keadaan yang berubah.

e) Perubahan-perubahan dalam kedudukan.

f) Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.

c. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan

adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara

orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-

usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental

dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.


Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-

sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk

mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi,

pikiran, dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada:

1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.

2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara

langsung dan intensif untuk waktu yang lama.

3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut

masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:

1) Toleransi

2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi

3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya

4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat

5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan

6) Perkawinan campur (amalgamation)

7) Adanya musuh bersama di luar.

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi

adalah:

1) Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.

2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.

3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.

4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu


lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

5) Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah.

6) In-group feeling yang kuat.

7) Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang

berkuasa.

8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi

1. Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya

dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk

dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan system social masyarakat

bersangkutan.

Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk oposisi,

atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsure-unsur

kebudayaan terutama yang menyangkut system nilai, struktur masayarakat dan

system sosialnya. Factor yang paling menentukan adalah system nilai masyarakat

tersebut.

Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawanseseoran atau

sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan,

tempat tinggal serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama

dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk

tetap hidup (struggle for existence). Perlu dijelaskan bahwa pengertian struggle

for existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan di mana

manusia yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan
mana menimbulkan kerja sama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah

pada paling sedikit tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame,

perjuangan manusia melawan makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan

manusia melawan alam.

Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses

yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Persaingan (competition)

b. Kontravensi (contravention)

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

a. Persaingan (competition)

Adalah suatu proses social, di mana individu atau kelompok-kelompok

manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan

yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan

maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan

mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa Persaingan dalam batas-batas

tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara lain :

1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu ata u kelompok yang bersifat

kompetitif

2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada

suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka

yang bersaing.

3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan social

4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang


akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.

Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara lain :

1) Kepribadian seseorang

2) Kemajuan masyarakat

3) Solidaritas kelompok

4) Disorganisasi

b. Kontravensi (contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang

berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

1) Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard

Becker, ada 5, yaitu :

a) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,

keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,

gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana

pihak lain.

b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan

umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca, memfitnah,

melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya.

c) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas- desus,

mengecewakan pihak lain, dsb.

d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan

khianat, dll.

e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau


membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam

pemilihan umum.

2) Tipe-tipe Kontravensi

Menurut von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum kontravensi yaitu

kontravensi generasi masyarakat 9 bentokan antara generasi muda dengan tua

karena perbedaan latar belakang pendidikan, usia dan pengalaman),

kontravensi yang menyangkut seks (hubungan suami dengan istri dalam

keluarga) dan kontravensi parlementer (hubungan antara golongan mayoritas

dengan minoritas dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka

di dalam lembaga-lembaga legislative, keagamaan, pendidikan, dan

seterusnya).

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana individu atau

kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan

dengan ancaman atau kekerasan.

Penyebab terjadinya pertentangan, yaitu :

1) Perbedaan individu-individu

2) Perbedaan kebudayaan

3) Perbedaan kepentingan

4) Perbedaan sosial

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau

kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan social di


dalam srtuktur social tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat

positif.

Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan

benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-

valve institutions yang menyediaka objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan

perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.

Bentuk-bentuk pertentangan antara lain :

1) Pertentengan pribadi

2) Pertentangan rasial

3) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan oleh karena

adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.

4) Pertentangan politik

5) Pertentangan yang bersifat internasional.

Akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :

1) Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah sebaliknya yaitu terjadi

goyah dan retaknya persatuan kelompok

2) Perubahan kepribadian

3) Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu

d. Jenis-jenis Interaksi Sosial

Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:

a. Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu bertemu,

interaksi sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak

melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah


terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang

menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat

dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi

atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan

dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain.

b. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi

pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi

anggota kelompok yang bersangkutan. Contohnya, permusuhan antara

Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik.

c. Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini

berbeda- beda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok

manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dan

kepentingan kelompok.

e. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang

b. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol

c. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang)

yang menentukan sifat aksi yang sedan berlangsung

d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut

dengan yang diperkirakan oleh pengamat

Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi terletak pada

kesadaran mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus ada orientasi timbal-
balik antara pihak-pihak yang bersangkutan, tanpa menghiraukan isi

perbuatannya: cinta atau benci, kesetiaan atau pengkhianatan, maksud melukai

atau menolong.

f. Faktor-faktor Interaksi Sosial

Kelangsungan interaksi sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana,

ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-

bedakan beberapa faktor yang mendasarinys, baik secara tunggal maupun

bergabung, yaitu (vide Bonner, Social Psychology, no. 3):

a. Faktor Imitasi

Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya

berdasarkan faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah,

peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana

seorang anak belajar berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri

kemudian ia mengimitasi kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga

karena mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih

jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang terpenting,

tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui

proses imitasi. Misalnya, tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara

menyatakan terima kasih, cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan

lain-lain. Selain itu, pada lapangan pendidikan dan perkembangan

kepribadian individu, imitasi mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu

contoh yang baik itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang.

Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan


perbuatan- perbuatan yang baik.

Peranan imitasi dalam interaksi sosialjuga mempunyai segi-segi yang

neatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah atau secara

moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang

banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif

yang meliputi jumlah serba besar.

Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat

menimbulkan kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik,

seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain, adanya

peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala

kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan

kehidupannya.

Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti

yang diuraikan oleh Gabriel tarde, melainkan merupakan suatu segi dari

proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat

terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang

banyak.

b. Faktor Sugesti

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial

hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu

mengikuti sesuatu di luar dirinya; sedangkan pada sugesti, seseorang

memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh

orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan
sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara

penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa

kritik terlebih dahulu. Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan

tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:

i. Sugesti karena hambatan berpikir

Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya

mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya

pertimbangn-pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena

sugesti itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih

mudah terjadi apabila ia – ketika terkena sugesti – berada dalam keadaan

ketika cara-cara berpikir kritis itu sudah agak terkendala. Hal ini juga dapat

terjadi – misalnya – apabila orang itu sudah lelah berpikir, tetapi juga

apabila proses berpikir secara itu dikurangi dayanya karena sedang

mangalami rangsangan-rangsangan emosional. Misalnya: Rapat-rapat Partai

Nazi atau rapat-rapat raksasa seringkali diadakan pada malam hari ketika

orang sudah cape dari pekerjaannya. Selanjutnya mereka pun senantiasa

memasukkan dalam acara rapat-rapat itu hal-hal yang menarik perhatian,

merangsang emosi dan kekaguman sehingga mudah terjadi sugesti kepada

orang banyak itu.

ii. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)

Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karean kelelahan atau

karena rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah terjadi pada diri

seseorang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila


pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini dapat

terjadi – misalnya – apabila orang yangbersangkutan menjadi bingung

karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu

kompleks bagi daya penampungannya. Apabila orang menjadi bingung,

maka ia lebih mudah terkena sugesti orang lain yang mengetahui jalan

keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu. Keadaan semacam

ini dapat pula menerangkan mengapa dalam zaman modern ini orang-

orang yang biasanya berobat kepada dokter juga mendatangi dukun untuk

memperoleh sugestinya yang dapat membantu orang yang bersangkutan

mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.

iii. Sugesti karena otoritas atau prestise

Dalam hal ini, orang cenderung menerima pandangan-pandangan atau

sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh

para ahli dalam bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang

tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi.

iv. Sugesti karena mayoritas

Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan

atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian

besar dari golongannya, kelompknya atau masyarakatnya tidak hanya

merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara

lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak

sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang


dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya

sejauh kemampuan yang ada pada anak itu.

Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma,

sikap- sikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam

bermacam- macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan

identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan

kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia

itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama

dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi

kehidupannya serba ragam.

Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang

tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam

daripada ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya.

Di samping itu, imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang tidak

saling kenal, sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai

terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita

mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional

dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran

kita.

c. Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang

terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi

berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan


tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnua simpati itu merupakan

proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati terhadap orang lain.

Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua

orang atau lebih. Patut ditambahkan bahwa simpati dapat pula

berkembang perlahan-lahan di samping simpati yang timbul dengan tiba-

tiba.

d. Fakor Identifikasi

Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud.

Istilah identifikasi timbul dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang

anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis besarnya,

anak itu belajar menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat norma-norma

dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia pun

mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama. Pertama ia mempelajarinya

karena didikan orangtuanya yang menghargai tingkah laku wajar yang

memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang melanggar

norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan

mengenai apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut

perbuatan yang tidak baik melalui didikan dari orangtuanya.

B. Kerangka Fikir

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dengan

manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk


berinteraksi sosial semakin besar ketika berada dalam suatu kelompok baik itu

suatu perusahaan, industri atau organisasi lainnya.

Interaksi sosial merupakan modal dalam hubungan sosial dengan orang

lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan dengan antar

individu-individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan

bersama. Untuk itu, semakin tinggi tingkat interaksi sosial seseorang maka

semakin baik dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis, begitu

pila sebaliknya ketika interaksi sosial berkurang merupakan awal mula dari

perselisihan dan perpecahan.

Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kepercayaan

diri. Kepercayaan diri perlu dimiliki oleh siswa di sekolah, karena dengan

rendahnya kepercayaan diri maka dapat menyebabkan siswa kurang mampu

menyalurkan kemampuan yang dimilikinya di karenakan siswa memiliki pikiran-

pikiran negatif yang mempengaruhi sehingga menimbulkan kurang percaya diri

pada dirinya. Disamping itu, kepercayaan diri dapat menunjang keberhasilan dan

kesuksesan dalam meningkatkan prestasi serta dalam meraih cita-cita,

sebagaimana dikemukakan oleh Wibowo (1996:3) bahwa:

Pada dasarnya cita-cita mudah diraih jika kita mempunyai


keyakinan untuk berhasil, tetapi disayangkan jika dalam pikiran
selalu membayangkan kegagalan, sangsi dan takut, agar keyakinan
lebih kuat hendaknya disertai dengan percaya diri, membuang rasa
takut dan yakin berhasil.

Dari sini bisa dikatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri tentunya akan

menghambat seseorang untuk mencapai harapannya dan kurang berani dalam


melakukan suatu kegiatan atau usaha, sebaliknya seseorang yang mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi akan lebih berani dalam melakukan segala hal.

Agar lebih jelasnya akan diuraikan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

Self Confidence

Siswa memiliki Siswa memiliki Siswa memanfaatkan Berani


keyakinan diri yang pikiran yang positif kelebihan yang mengungkapkan
baik dimilikinya pendapat

Interaksi Sosial Meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Ada Integritas positif antara Self Confidence dengan

Interaksi Sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diubah dalam bentuk angka dan

dianalisis menggunakan analisis statistik. Sedangkan jenis penelitian ini adalah

korelasional, karena tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran hubungan self

confidence dengan interaksi sosial siswa.

B. Variabel dan Desain Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Self confidence sebagai variabel bebas atau yang

mempengaruhi (independent variable) dan interaksi sosial siswa sebagai variabel

terikat atau yang dipengaruhi (dependent variable).

Adapun desain penelitian ini adalah desain korelasional dimana akan

dilihat hubungan antara variabel X (independent) terhadap variabel Y (dependent).

Untuk lebih jelasnya akan digambarkan sebagai berikut:

X Y
Keterangan :
(X) : Variabel Bebas (Self Confidence)
(Y) : Variabel Terikat (Interaksi Sosial )
C. Defenisi Operasional

Dalam rangka memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel yang

akan diteliti, maka secara operasional dalam hal defenisi mempunyai batasan

sebagai berikut:

1. Self Confidence adalah perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri

yang mencakup penilaian dan penerimaan terhadap dirinya secara

utuh, meliputi sikap positif dalam menghadapi berbagai masalah, tidak

mudah menyerah, memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, percaya

pada kemampuan sendiri, berani mengungkapkan pendapat, tidak

mementingkan diri sendiri, dan melaksanakan tugas dengan baik dan

bertanggungjawab.

2. Interaksi Sosial siswa adalah kemampuan seorang individu dalam

melakukan hubungan sosial dengan individu lain atau kelompok

dengan ditandai adanya adanya kontak sosial dan komunikasi.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penetapan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

SMA Muhammadiyah 9 Makassar yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015.

Adapun jumlah populasi seluruhnya sebanyak 103 orang siswa. Untuk gambaran

selengkapnya tentang populasi yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 3.1. Keadaan dan penyebaran siswa yang menjadi populasi penelitian

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah


Laki- Perempuan
Laki
1. XI. IPA 1 14 18 32
2. XI. IPA 2 15 21 36
3. XI. IPS 1 21 13 34
Jumlah 50 52 103
Sumber data : Tata usaha SMA Muhammadiyah 9 Makassar tahun ajaran
2014/2015.
2. Sampel

Menurut Nana & Ibrahim (2004: 85) “sampel adalah sebagian dari

populasi terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”.

Pertimbangan bahwa populasi penelitian sebanyak 103 siswa dipandang oleh

peneliti terlalu besar untuk diteliti dan akan sangat mempersulit peneliti

mengingat keterbatasan waktu dan tenaga, maka ditetapkan untuk dilakukan

penarikan sampel. Besarnya sampel ditetapkan berdasarkan aturan penarikan

Slovin dengan rumus:

.
Dimana:
n = ukuran sampel yang diinginkan
N = Jumlah Populasi
x = Nilai koefisien sampel (1,04)

Berdasarkan pada hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin,

maka didapatkan jumlah dan ukuran sampel sebanyak 50 sampel. Karena semua

anggota populasi dinilai homogen, yaitu kelas XI yang berada pada lingkungan

sekolah yang sama, maka teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling. Pada teknik sampling, Dalam hal ini, sampel diambil secara acak dari

populasi sehingga ukuran sampel mencukupi 50 sampel

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan 2, yaitu alat ukur

menggunakan skala model Likert (self confidence) dan rapor (dokumentasi). Hal

ini dilakukan agar mempermudah dan menghemat waktu responden dalam

pengerjaan skala. Berikut adalah penjelasan masing-masing alat ukur.

1. Kuesioner

Kuesioner ini mengukur self confidence melalui 4 aspek utama yaitu; 1)

percaya pada kemampuan diri sendiri yang terdiri atas 5 item, 2) bertindak mandiri

dalam mengambil keputusan yang berjumlah 9 item, 3) memiliki konsep diri yang

positif sebanyak 8 item, dan 4) berani mengungkapkan pendapat terdiri atas 8 item.

Kuesioner Self confidence dapat dilihat pada lampiran.

Kuesioner yang diberikan kepada responden penelitian, berupa kuesioner

penelitian yang sifatnya tertutup, yang terdiri dari item positif dan item negatif

serta dilengkapi dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat tidak sesuai (STS),

tidak sesuai (TS), kurang sesuai (KS), sesuai(S) dan sangat sesuai (SS). Untuk

item positif penilaian pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) = 1, tidak sesuai

(TS) = 2, kurang sesuai (KS) = 3, sesuai (S) = 4, dan sangat sesuai (SS) = 5.

Sedangkan untuk item negatif pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) =

5, tidak sesuai (TS) = 4, kurang sesuai (KS) = 3, sesuai (S) = 2,dan sangat sesuai

(SS) = 1.
Tabel 3.2 Pembobotan Kuesioner Penelitian

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable


Sangat sesuai ( SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Cukup sesuai (CS) 3 3
Kurang sesuai (KS) 2 4
Tidak sesuai (TS) 1 5

Sebelum angket digunakan untuk penelitian lapangan, angket terlebih

dahulu divalidasi oleh dosen validator psikologi pendidikan dan bimbingan,

kemudian di ujicoba di lapangan terbatas dengan sampel percobaan sebanyak 10

orang untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya. Kemudian dilakukan uji

validitas dan realibilitas angket penelitian.

1) Uji Validitas

Pengujian hasil uji validitas skala dengan menggunakan pengolahan

komputer program SPSS 16,0. Adapun kriteria yang digunakan adalah

apabila nilai r yang diperoleh < (lebih kecil atau kurang) dari 0.3 maka

hasilnya dinyatakan tidak valid dan jika nilai r > (lebih besar atau sama

dengan) dari 0,3 maka hasilnya dinyatakan valid (Sugiyono, 2011).

Dari hasil pelaksanaan ujicoba lapangan terhadap 10

responden,ditemukan ada 5 item angket yang tidak valid yaitu item nomor 2

(0,290), nomor 8 (0,080), nomor 12 (0,124), nomor 16 (0,136), dan nomor 21

(0,200),. Berdasarkan hasil tersebut, maka item yang valid dan dijadikan

sebagai item penelitian berjumlah 25 item


2) Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat

ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang

responden, jika responden tersebut mengisi angket pada waktu yang tidak

bersamaan atau pada tempat yang berbeda, walaupun harus memperhatikan

adanya aspek persamaan karakteristik. Dalam penentuan tingkat reliabilitas

suatu instrumen penelitian dapat diterima apabila memiliki koefisien alpha

lebih besar dari 0,80 sesuai yang dikemukakan oleh Nugroho & Suyuthi

(Sugiyono, 2011).

Dari hasil perhitungan dengan SPSS 16,00 diperoleh nilai koefisien

alfa yaitu sebesar 0,874. Dari kriteria yang ditetapkan oleh peneliti, maka

dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliabel karena nilai koefisien

alfa yang diperoleh lebih besar dari standar yang ditetapkan yaitu 0,6.

2. Laporan Hasil Belajar (Dokumentasi)

Dalam teknik dokumentasi, peneliti menggunakan arsip-arsip dari sekolah

untuk mengumpulkan data. Arsip yang dimaksud adalah dokumen mengenai

interaksi sosial dari siswa yang bersangkutan. Selain itu, foto dokumentasi juga

diperlukan sebagai bukti dokumen dalam meneliti.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian dimaksudkan untuk menganalisis data hasil angket

penelitian berkaitan dengan self confidence dan interaksi sosial siswa. Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis

statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan self

confidence siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar dan hubungannya dengan

interaksi sosial siswa dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan

persentase dengan rumus persentase, yaitu:

f
P x100% (Tiro, 2004 : 242)
N

Dimana :

P : persentase
f : frekuensi yang dicari persentase
N : jumlah subyek (sampel)

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis stastik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan. Hipotesis yang telah diuji dengan statistik parametrik dengan

menggunakan korelasi product moment. Penggunaan product moment

mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi

normal dan homogen. Oleh karena itu dilakukan pengujian normalitas data dan

pengujian homogenitas data (Sugiyono, 2010).

a) Uji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas data dilakukan pada uji One Sample

Kolmogorov Smirnov. Sebelumnya diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Data tidak distribusi normal

H1 : Data berdistribusi normal


Kriteria yang digunakan yaitu terima H1 apabila harga sig. lebih besar dari

tingkatan alpha yang ditentukan (x2≥α=0,05) (Sugiyono,2010).

b) Uji Homogenitas Data

Untuk menguji homogenitas data dilakukan pada Uji homogeneity of

variance.Pengujian homogenitas sebelumnya diajukan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Data tidak varian homogen

H1 : Data varian homogen

Kriteria pengujian yang dilakukan yaitu tolak H0 apabila harga x 2≥α yang

telah ditetapkan yaitu 5% atau 0,05 (Sugiyono, 2010).

c) Uji Hipotesis

Jika uji normalitas dan uji homogenitas data terpenuhi maka akan

dianalisis dengan uji korelasi product moment. Penggunaan korelasi product

moment digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk

mengetahui besarnya hubungan dari independent variabel yaitu self confidence

terhadap dependent variable yaitu interaksi sosial siswa.

Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih kecil dari r tabel

maka H0 diterima dan H1 ditolak (rh <rt). Tetapi sebaliknya, jika r hitung lebih

besar dari r tabel maka H1 yang diterima (rh>rt). Tingkat signifikansi yang

digunakan adalah 0,5.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu self confidence dan

interaksi sosial siswa. Untuk mendeskripsikannya maka pada bagian ini disajikan

deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang diperoleh dari

tempat penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 9

Makassar dengan jumlah responden 50 siswa. Setelah dilakukan penyebaran

kuesioner pada siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar pelajaran 2018/2019

kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan program software SPSS

16 for windows.

1. Analisis Statistik Deskriptif

a. Deskripsi Data Self Confidence Siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Berikut akan dijelaskan bagaimana gambaran kondisi self confidence(X)

siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar berdasarkan indikator yang telah

dijabarkan dalam angket pernyataan penelitian. Variabel self confidence

berpengaruh pada interaksi sosial siswa dikembangkan menjadi 4 indikator

menjadi 25 pernyataan. Dalam pengukuran angket, peneliti menggunakan skala

likert dengan lima pilihan jawaban yakni sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai

(TS), kurang sesuai (KS), sesuai(S) dan sangat sesuai (SS).

Berdasarkan data hasil angket yang telah disebarkan pada 50 siswa yang

menjadi sampel dari penelitian ini, secara kuantitatif menunjukkan bahwa total
skor tertinggi adalah 125 (25 X 5) dan skor total terendah adalah 25 (25 X

1). Untuk melakukan interpretasi data sebaran jawaban responden akan

diklasifikasikan menjadi 5 interval kelas dengan kategorisangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah. Selanjutnya dibagi ke dalam 5 kelas interval

sehingga diperoleh interval kelas 20. Adapun kategori tingkat self confidence

siswa yaitu:

Tabel 4.1: Rentang Kelas Variabel Self Confidence

Interval Kategori
110-130 Sangat tinggi
88-109 Tinggi
67-87 Sedang
46-66 Rendah
25-45 Sangat rendah

Adapun hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase dengan berdasarkan data penelitian pada lampiran:

Tabel 4.2: Distribusi Frekuansi Skor Tingkat Self Confidence Siswa SMA
Muhammadiyah 9 Makassar
Interval Kategori Frekuensi Persentase
110-130 Sangat tinggi 6 12%
88-109 Tinggi 36 72%
67-87 Sedang 8 16%
46-66 Rendah 0 0
25-45 Sangat rendah 0 0
Jumlah 50 100%
Sumber : Data angket yang diolah

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat self confidence siswa di

SMA Muhammadiyah 9 Makassar berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 6

responden (12%), kategori tinggi sebanyak 36 responden (72%), dan kategori

sedang sebanyak 8 responden (16%) sedangkan tidak ada responden yang berada

dalam kategori rendah dan sangat rendah.


Berdasarkan dari uraian hasil pengolahan data secara statistik deskriptif,

nilai rata-rata (mean) dari hasil angket sebesar 74,66%. Namun dalam penskoran

hasil angket tersebut secara umum dapat diketahui bahwa self confidence siswa

SMA Muhammadiyah 9 Makassar secara umum termasuk dalam rentang kategori

tinggi (88-108) yaitu dengan nilai persentase sebesar 73,33 %.

b. Deskripsi Data Interaksi Sosial Siswa SMA Muhammadiyah 9 makassar

Berikut akan dijelaskan bagaimana gambaran kondisi interaksi sosial (Y)

siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar berdasarkan hasil interaksi akumulatif

yang telah didapatkan oleh siswa. Indikator interaksi sosial menurut Sarwono

dan Meinarno (2009) meliputi :

1) Kerjasama, yaitu dapat merancanakan sesuatu dengan orang lain dan

dapat mengambil keputusan secara tepat

2) Persaingan, yaitu dapat berkomunikasi dengan jelas dan efektif, dan

dapat berkomunikasi yang jelas dan efektif

3) Konflik, yaitu menganggap orang lain sebagai partner yang

mempunyai hak yang sama dan dapat menerima orang lain

sebagaimana adanya.

4) Akomodasi, yaitu dapat menerima perbedaan pendapat dalam

kelompok serta dapat memberi dan menerima unpan balik.

Berdasarkan data hasil pelajaran yang telah disebarkan pada 50 siswa yang

menjadi sampel dari penelitian ini, secara kuantitatif menunjukkan bahwa total

skor tertinggi adalah 150 dan skor total terendah adalah 30. Untuk melakukan

interpretasi data sebaran jawaban responden akan diklasifikasikan menjadi 5


interval kelas dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah. Selanjutnya dibagi ke dalam 5 kelas interval sehingga diperoleh interval

kelas 24. Adapun kategori tingkat interaksi sosial siswa yaitu:

Tabel 4.3: Rentang Kelas Variabel interaksi Sosial

Interval Kategori
126-150 Sangat Tinggi
102-125 Tinggi
78-101 Sedang
54-77 Rendah
30-53 Sangat Rendah

Adapun hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase dengan berdasarkan data penelitian pada lampiran:

Tabel 4.4: Distribusi Frekuansi Skor Tingkat Interaksi Sosial Siswa SMA
Muhammadiyah 9 Makassar
Interval Kategori Frekuensi Persentase
126-150 Sangat Tinggi 5 10%
102-125 Tinggi 33 66%
78-101 Sedang 12 24%
54-77 Rendah 0 0
30-53 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data angket yang diolah

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat interaksi sosial siswa di

SMA Muhammadiyah 9 Makassar berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5

responden (10%), kategori tinggi sebanyak 33 responden (66%), dan kategori

sedang sebanyak 12 responden (24%) sedangkan tidak ada responden yang berada

dalam kategori rendah dan sangat rendah.

Berdasarkan dari uraian hasil pengolahan data secara statistik deskriptif,

nilai rata-rata (mean) dari hasil angket sebesar 110,48 atau 73,65%. Namun dalam

penskoran hasil angket tersebut secara umum dapat diketahui bahwa interaksi
sosial siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar secara umum termasuk dalam

rentang kategori tinggi (102-125) yaitu dengan nilai persentase sebesar 66%.

2. Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil lampiran perhitungan uji normalitas data, diperoleh nilai

signifikansi 0,22. Karena nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa H1 yang berbunyi data berdistribusi normal dinyatakan

diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Kriteria pengujian yaitu dapat dinyatakan homogen jika nilai signifikansi

yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan uji

homogenitas, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,392 atau lebih besar dari 0,05.

Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel prestasi belajar

terhadap variabel self confidence mempunyai varian yang sama (homogen)

c. Uji Korelasi Product Moment

Hipotesis penelitian ini adalah“Ada hubungan antara self confidence

dengan interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar”. Dengan

hipotesis H1 Ada hubungan positif antara self confidence terhadap interaksi sosial

siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar dan Ho tidak ada hubungan antara self

confidence terhadap interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar.

Kriteria yang diajukan adalah “tolak Ho jika r hitung ≥ 0,5 dan diterima H0 jika r

hitung <0,5. (Hadi, 2004).


Untuk pengujian hipotesis di atas, terlebih dahulu disajikan data variabel

self confidence dan interaksi sosial siswa sebagai berikut:

Tabel 4.5: Data Tingkat Varibel Penelitian

Variabel Mean Kategori R Sig H0 H1

Self Confidence(X) 74,66% Tinggi .728* .376 Ditolak Diterima

Interaksi Sosial (Y) 73,65 % Tinggi

Dari hasil perhitungan data variabel, menunjukkan bahwa kedua variabel

memiliki mean yang berada pada kategori tinggi yakni self confidence sebesar

74,66 % dan interaksi sosial sebesar 73,65 %. Berdasarkan hasil penghitungan

dengan menggunakan SPSS 16 for windows melalui pearsons correlation

menghasilkan nilai r sebesar 0,728 dengan nilai signifikan (P) = 0,000 < α = 0,5.

Dari hasil tersebut menunjukkan kuatnya korelasi antara interaksi sosial dengan

self confidence karena nilai r berada diatas 0,5 sedangkan tanda (*) pada nilai r

menunjukkan bahwa semakin tinggi self confidence yang dimiliki oleh siswa

maka interaksi sosial siswa juga akan semakin tinggi begitu pula sebaliknya.

Selain itu, tanda (*) juga menunjukkkan hubungan yang signifikan antar variabel.

Dari kriteria hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti yaitu tolak Ho jika r

hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,5 makadapat disimpulkan bahwa bahwa

hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi tidak ada hubungan antara self confidence

terhadap interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar dinyatakan


ditolak. Sehingga hipotesis kerja (H1) yang berbunyi ada hubungan positif antara

self confidence terhadap interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9

Makassar dinyatakan diterima.

B. PEMBAHASAN

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dengan

manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

berinteraksi sosial semakin besar ketika berada dalam suatu kelompok baik itu

suatu perusahaan, industri atau organisasi lainnya.

Interaksi sosial merupakan modal dalam hubungan sosial dengan orang

lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan dengan antar

individu-individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan

bersama. Untuk itu, semakin tinggi tingkat interaksi sosial seseorang maka

semakin baik dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis dan dinamis, begitu

pila sebaliknya ketika interaksi sosial berkurang merupakan awal mula dari

perselisihan dan perpecahan.

Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kepercayaan

diri. Kepercayaan diri perlu dimiliki oleh siswa di sekolah, karena dengan

rendahnya kepercayaan diri maka dapat menyebabkan siswa kurang mampu

menyalurkan kemampuan yang dimilikinya di karenakan siswa memiliki pikiran-

pikiran negatif yang mempengaruhi sehingga menimbulkan kurang percaya diri

pada dirinya. Disamping itu, kepercayaan diri dapat menunjang keberhasilan dan
kesuksesan dalam meningkatkan prestasi serta dalam meraih cita-cita.

Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk

kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan

kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka

siswa yang memiliki interaksi sosial yang baik akan memperoleh banyak

pengalaman. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman

Dalam mencari pengalaman yang berharga, dibutuhkan kepercayaan diri (self

confidence) yang baik pula. Rendahnya kepercayaan diri tentunya akan

menghambat seseorang untuk mencapai harapannya dan kurang berani dalam

melakukan suatu kegiatan atau usaha, sebaliknya seseorang yang mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi akan lebih berani dalam melakukan segala hal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum self confidence, dan

prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar

tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis kerja

dalam penelitian ini diterima, artinya bahwa self confidence berpengaruh langsung

secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan

dari nilai r hitung yang diperoleh sebesar 0,728 dan nilai signifikansi 0,376.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa berarti semakin tinggi self

confidence yang dimiliki oleh siswa di sekolah, maka akan semakin baik pula

interaksi sosial siswa. Hal ini berarti self confidence yang memiliki cakupan aspek

berupa memiliki keyakinan diri yang baik, memiliki pikiran yang positif dan

memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya mempunyai pengaruh yang besar

terhadap interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Oleh karena


itu perlu dibangun suasana belajar yang aktif dan kreatif dimana siswa dapat

diberikan kesempatan untuk mengasah dan mengembangkan self confidence yang

dimilikinya, agar siswa dapat berpartisipasi aktif di dalam proses belajar selama

dikelas maupun pada saat melaksanakan praktek di lapangan. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Slameto (2010) yang menyatakan bahwa dalam hal mencapai

prestasi belajar yang baik, seseorang memerlukan banyak faktor didalamnya,

antara lain adanya minat belajar dan kepercayaan diri (self confidence). Hasil

penelitian Noerhayati (2010) juga menunjukkan ada hubungan positif antara

interaksi sosial siswa dengan rasa optimis siswa dalam kehidupan sosialnya. Dari

hasil penelitian tersebut, ia menyimpulkan bahwa interaksi sosial siswa berkaitan

erat tingkat optimis dalam menghadapi kehidupan. Semakin tinggi optimis siswa

maka interaksi sosial akan semakin baik pula.

Memang tugas berat bagi seorang guru untuk dapat memperhatikan semua

faktor yang berkaitan dengan peningkatan interaksi sosial siswa. Oleh karena itu

untuk meningkatkan interaksi sosial siswa perlu ditingkatkan lagi hal-hal yang

berhubungan dengan indikator self confidence seperti memiliki keyakinan diri

yang baik, memiliki pikiran yang positif dan memanfaatkan kelebihan yang

dimilikinya. Siswa sebagai pelajar harus meningkatkan interaksi sosialnya melalui

peningkatan self confidence agar dapat lebih aktif dan kreatif lagi dalam

mengikuti proses kehidupannya.

Adanya fenomena yang terjadi pada siswa berupa kepercayaan diri yang

tinggi namun berinteraksi rendah dan ada siswa berinteraksi rendah namun

memiliki kepercayaan diri yang tinggi menunjukkan bahwa kepercayaan diri


bukan satu-satunya aspek yang mempengaruhi interaksi sosial siswa. Pada

fenomena terebut, siswa yang secara pribadi memiliki dasar yang baik seperti

kepercayaan diri terkadang tidak diikuti dengan interaksi yang baik diakibatkan

oleh faktor yang berasal dari luar individu seperti cara belajar dan pola belajar

yang tidak teratur. Begitupula sebaliknya. Slameto (2010) menyatakan bahwa

banyak faktor yang menyebabkan prestasi siswa meningkat. Jadi bukan hanya

satu jenis faktor saja yang mempengaruhi interaksi sosial siswa. Namun,

penguatan pada salah satu faktor tergantung pada individu tersebut begaimana

mengelola kepribadian dan faktor-faktor yang berasal dari luar individu seperti

cara belajar dan lingkungan keluarga.

Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga

orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan

nonformal di samping secara formal seperti di sekolah,madrasah, dan institusi-

institusi lainnya. Bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara

mengajar diri sendiri

Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing peserta didik

untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan

kegiatan belajar pada anak. Guru secara terus-menerus membimbing peserta didik

untuk berinteraksi secara efektif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela.

Oleh karena itu, pengalaman belajar yang diberikan guru dalam kegiatan

demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan

pengalaman yang akan dating


Guru sebagai transformator ilmu pengetahuan harus selalu meningkatkan

metode pembelajaran, penguasaan materi pelajaran serta menggunakan alat

peraga yang dibutuhkan, mempermudah dan mendukung penyampaian materi

pelajaran. Guru juga dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan

belajar dengan memperhatikan kecepatan siswa dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan, tingkat kehadiran siswa, keaktifan siswa dalam kelompok diskusi, serta

kemampuan siswa dalam bekerja sama dan bersosialisasi dengan teman lainnya di

kelas dan di sekolah.

Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang

standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologi peserta didik. Menjalankan amanat Permendiknas tersebut memerlukan

beberapa faktor penting, di antaranya adalah faktor kepercayaan diri siswa agar

siswa dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan mandiri selama proses pembelajaran.

Faktor penting lainnya adalah faktor kemampuan guru dalam menerapkan model,

pendekatan ataupun metode pembelajaran sehingga dapat menciptakan suasana

pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi

peserta didik agar dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan mandiri selama proses

pembelajaran
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa self confidence sangat penting

dalam peningkatan interaksi sosial siswa. Dengan demikian pemanfaatan self

confidence yang dimiliki oleh siswa yang baik dapat memberikan kontribusi yang

baik pula pada interaksi sosial yang diperoleh siswa di SMA Muhammadiyah 9

Makassar.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 9

Makassar maka disimpulkan bahwa:

1. Kepercayaan diri siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar berada pada

kategori tinggi yang ditandai dengan memiliki keyakinan diri yang baik,

bertindak dan berpikir positif serta memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya

2. Interaksi sosial siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar berada pada

kategori tinggi.

3. Kepercayaan diri siswa memiliki hubungan yang positif terhadap interaksi

sosial siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Hal ini menunjukkan bahwa

kepercayaan diri yang ditunjukkan dengan indikator memiliki keyakinan diri

yang baik, bertindak dan berpikir positif serta memanfaatkan kelebihan yang

dimilikinya pada siswa SMA Muhammadiyah 9 Makassar berpengaruh

positif terhadap interaksi sosial siswa.

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka diajukan saran sebagai

berikut:

1. Untuk meningkatkan interaksi sosial siswa, dibutuhkan dukungan dari faktor

luar maupun dari dalam. Dukungan dari luar dapat diberikan dengan peran

serta guru, orangtua dan lingkungan yang secara aktif, kreatif, dan inovatif

mencari metode-metode yang tepat dalam meningkatkan interaksi sosial


siswa. Sedangkan dari dalam, dibutuhkan kepercayaan diri (self confidence)

yang kuat pada diri siswa

2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti dengan subjek yang

lebih banyak dan menghubungkan antara interaksi sosial siswa dengan

variabel lain yang pengaruhnya lebih kuat atau lebih besar.

3. Untuk pendidik/guru, agar meningkatkan peran serta guru yang secara aktif,

kreatif, dan inovatif mencari metode-metode yang tepat dalam membantu

siswa meningkatkan interaksi sosialnya.

4. Bagi sekolah, self confidence memiliki hubungan yang sangat kuat dengan

interaksi sosial siswa. Oleh karena itu, diperlukan wadah yang baik agar self

confidence siswa tetap baik dan dapat berkembang lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta
Angelis, B. 2005. Confidence (Percaya Diri). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anthony, R. 2011. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (Terjemahan Rita
Wiryadi). Jakarta : Binarupa Aksara
Burns, R. B. 1993. Konsep Diri : Teori Pengukuran, Perkembangan, dan
perilaku. Alih Bahasa oleh Eddy. Jakarta; Arcan.
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia
Fasikhah, SS. 1994. Peranan Kompetensi Sosial pada T.L Koping Remaja Akhir.
Tesis: Program P.S UGM Yogyakarta: tidak diterbitkan. Diakses pada
tanggal 03 Maret 2019

Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.


Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara
Iswidharmanjaya, D. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: Media
Komputindo
Jacinta. 2008. Langkah Dalam Membangun Rasa Percaya Diri. Jakarta: PT Elex
Komputindo

Sitorus, M. 2001. Berkenalan dengan Sosiologi Edisi Kedua Kelas 2 SMA.


Bandung: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sosiologi, Tim. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1
SMA. Jakarta: Yudhistira.
Uqshari, Y. 2005. Percaya Diri Pasti. Jakarta : Gema Insani
Yuanita, S 2011. Tips Menumbuhkan Rasa Percaya Diri. Yogyakarta : Briliant
Books
LAMPIRAN
Lampiran 1

KISI ANGKET SELF CONFIDENCE

Variabel Sub Variabel Indikator Item Jumla


Favorabl Unfavorabl h Item
e e
Percaya pada Kemauan 1, 12, 24 6, 17 5
kemampuan
diri sendiri
Bertindak Optimis 25 7, 18 3
mandiri dalam mandiri 2, 13 8, 19 4
mengambil
keputusan
Memiliki Tidak mudah 3, 14 9, 20 4
Self Konsep Diri menyerah
Confidenc Yang Positif Mampu 4, 15 21 3
e menyesuaikan
diri
Berani memanfaatka 16 10, 22 3
mengungkapka n kelebihan
n pendapat Memiliki 5 11, 23 3
mental yang
baik
Jumlah item 13 12 25
Lampiran 2

SKALA SELF CONFIDENCE SISWASETELAH UJI COBA


Diisi oleh siswa
Pengantar
Angket ini berisi sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan siswa yang

memiliki self confidence. Angket ini dimaksudkan untuk kebutuhan penelitian

ilmiah dan tidak ada sangkut pautnya dengan penilaian guru terhadap Anda.

Sangat diharapkan kejujuran, keterbukaan dan kesediaannya menjawab

pertanyaan yang terdapat dalam angket ini. Informasi yang Anda berikan akan

sangat membantu dalam mencapai maksud penelitian ini. Informasi yang bersifat

pribadi dan rahasia akan dijamin kerahasiaannya, dan apabila ada sesuatu yang

kurang jelas mohon ditanyakan langsung pada calon peneliti.

Atas kesediaan Anda menjawab angket ini, diucapkan terima kasih.

Makassar, 2019

Peneliti,

Yusnia Karunta
Petunjuk Pengisian

1. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan yang menggambarkan mengenai

kepribadian Anda.

2. Berikan jawaban Anda sesuai dengan keadaan diri Anda.

3. Berikan tanda cek ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang telah

desediakan pada bagian kanan.

4. Pilihlah jawaban yaitu : (SS) Sangat Sesuai, (S) Sesuai, (CS) cukup sesuai,

(KS) kurang sesuai, dan (TS) tidak sesuai.


Nama :
Nis :
Kelas :
No Pernyataan Pilihan
SS S CS KS TS
1. Saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya
ketika ada mata pelajaran yang tidak dimengerti
2 Saya berusaha bersikap dewasa dalam
menyelesaikan suatu masalah belajar
3. Saya menyukai tantangan dalam belajar
4. Saya mudah memahami materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru
5. Saya merasa bahagia jika belajar kelompok
6. Saya merasa tidak mempunyai tujuan belajar yang
jelas
7 Saya merasa orang lain lebih mampu daripada
saya dalam belajar
8. Saya merasa bergantung pada teman lain dalam
mengerjakan tugas
9 Saya mudah cemas dalam menghadapi soal-soal
yang sulit
10 Saya merasa kesulitan untuk mengembangkan
kelebihan yang saya miliki dalam kelas
11 Saya merasa kurang mampu dalam mengerjakan
tugas
12 Saya berani mengerjakan soal di depan kelas
13 Saya berusaha menyelesaikan tugas tanpa bantuan
orang lain
14 Saya menganggap bahwa semua soal-soal pasti
ada jalan keluarnya
15. Saya dijadikan rujukan oleh teman-teman dalam
mengerjakan soal-soal
16. Saya berusaha mengembangkan bakat yang saya
miliki
17. Saya konsisten dalam belajar
18. Saya dapat mengerjakan tugas tanpa bantuan
orang lain
19. Saya malu apabila persentasi di depan kelas
20. Saya merasa mudah putus asa jika tidak dapat
mengerjakan tugas dengan baik
21 Saya merasa teman-teman tidak mau bergaul
dengan saya karena saya kurang pandai
22. Saya mempunyai kepercayaan diri dalam diri saya
23 Saya merasa norma belajar yang saya miliki tidak
memuaskan
24 Saya mempunyai kemauan yang kuat dalam
belajar
25 Saya merasa mempunyai prestasi belajar yang
baik di sekolah

*TERIMA KASIH*
lampiran 3
Hasil Angket Self Confidence
Item
Resp Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 3 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 94
2 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 95
3 3 3 5 4 3 3 5 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 97
4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 5 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 100
5 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 5 4 4 4 5 3 5 3 93
6 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 5 4 3 3 5 4 3 4 86
7 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 97
8 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 3 3 3 4 3 4 4 4 93
9 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4 3 3 3 4 3 4 4 93
10 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 4 101
11 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 113
12 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 85
13 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 3 3 2 3 83
14 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 89
15 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 97
16 3 5 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 93
17 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 92
18 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 5 4 3 3 4 4 4 3 92
19 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 3 110
20 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3 95
21 4 5 3 3 5 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 3 97
22 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 117
23 3 5 4 3 4 4 4 3 3 5 3 3 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4 3 3 3 93
24 3 3 4 3 4 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3 5 4 4 4 4 97
25 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 83
26 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 87
27 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 90
28 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 86
29 4 3 3 4 4 3 4 4 3 5 4 4 3 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 3 91
30 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 89
31 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 3 3 3 88
32 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 3 3 2 4 5 5 5 4 4 3 89
33 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 3 90
34 4 4 3 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 3 93
35 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 85
36 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 93
37 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 93
38 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 115
39 4 4 5 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 5 4 93
40 3 3 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 113
41 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 3 5 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 92
42 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 86
43 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 89
44 3 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 3 3 3 1 3 3 5 4 4 4 3 90
45 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 93
46 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 4 4 3 3 3 94
47 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 112
48 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 88
49 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 87
50 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 93
Lampiran 4

KISI-KISI ANGKET INTERAKSI SOSIAL


Item
Variabel Aspek Indikator Jumlah
Favourable Unfavourable
Interaksi 1. Kerja sama a. Dapat 9,10,11,15,26,28 5,17,18,30 10
Sosial merancanaka
n sesuatu
dengan
orang lain
b. Dapat
mengambil
keputusan
secara tepat
c. Dapat
berkomunika
si dengan
jelas dan
efektif
a. Menganggap 1,2,4 6,7 5
2. Persaingan orang lain
sebagai
partner yang
mempunyai
hak yang
sama
b. Dapat
menerima
orang lain
sebagaimana
adanya
3. Konflik a. Dapat 16,3,21,22 8,13,23 7
mengatasi
perselisihan
dalam
kelompok
b. Dapat
menerima
orang lain
dengan
segala
kelemahan
dan dan
kelebihanny
4. Akomodasi a. Dapat 14,19,29,24,25 12,27,20 8
menerima
perbedaan
pendapat
dalam
kelompok
b. Dapat
memberi dan
menerima
unpan balik

Total Item 30
Lampiran 5
ANGKET INTERAKSI SOSIAL

Petunjuk Pengisian
1. Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan tingkat
kecenderungan perilaku agresif Anda.
2. Berikan jawaban Anda sesuai dengan keadaan diri Anda.
3. Berilah tanda cek (V) pada salah satu pilihan jawaban yang telah
disediakan pada bagian kanan.
4. Pilihan jawaban yaitu: (SS) sangat sesuai, (S) sesuai, (CS) Cukupsesuai,
(KS) Kurang sesuai, dan (TS) tidak sesuai.
Nama :
Nis :
Kelas

No. PERNYATAAN PILIHAN

SS S CS KS TS

1. Saya sadar kalau saya mempunyai kelemahan, dan saya tahu


betul apa kelebihan saya

2. Dengan adanya kelemahan pada diri saya maka saya akan


menerima apa adanya

3. Saya akan bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang


status sosial teman saya

4. Setiap belajar kelompok, saya menganggap teman yang lain


sebagai partner yang mempunyai hak sama

5. Jika selesai mengerjakan tugas, saya akan langsung


mengumpulkan tugas itu tanpa memperhatikan teman lain

6. Kalau saya berhasil dalam mempelajari sesuatu maka saya


tidak akan berbagi pengetahuan dengan teman saya
7. Apabila saya mempunyai kekurangan maka saya pura-pura
tidak tahu dan berusaha menutupi

8. Pada saat praktikum ada teman berselisih, maka mereka saya


biarkan saja

9. Saya suka mengajarkan soal latihan dengan berdiskusi


bersama teman-teman

10. Ketika berdiskusi saya dapat berkomunikasi dengan jelas dan


efektif

11. Apabila diberi pekerjaan rumah oleh guru, saya berusaha


membantu teman yang lain

12. Pada saat diskusi saya selalu fasif untuk menyampaikan


pendapat saya

13. Saya tidak senang jika ada teman yang mengkritik pendapat
saya

14. Saya akan menerima larangan dada jika ada kritik dari
teman-teman yang tidak sependapat dengan saya

15. Saya akan dengan senang hati membantu jika ada teman
yang meminta saya untuk menjelaskan tentang hal yang
belum dipahami oleh teman saya

16. Ketika berdiskusi sebaiknya jangan sampai ada perbedaan


pendapat karena hanya akan menghambat jalannya diskusi

17. Saya tidak memerlukan bantuan guru jika pada saat


berdiskusi tidak ditemukan kesepakatan dan saya tetap
memaksakan pendapat saya untuk diterimah oleh teman-
teman

18. Jika ada teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dan
bertnya pada saya, maka saya akan berpura-pura mengalami
kesulitan juga meskipun sebenarnyya saya sudah memehami
pelajaran tersebut

19. Saya akan meminta bantuan guru jika tidak tercapai


kesepakatan pada saat berdiskusi
20. Pada saat berdiskusi saya berusaha aktif untuk
mengemukakan pendapat

21. Saya menyapa orang lain ketika bertemu

22 Saya menatap muka lawan bicara saya

23. Saya malas berbicara dengan orang lain

24. Saya mengungkapkan pendapat ketika berdiskusi dengan


orang lain

25. Saya memperkenalkan diri kepada orang lain yang baru saya
temuai

26. Saya bertanya ketika saya tidak mengerti

27. Saya lebih banyak menjadi pendengar ketika bercakap-cakap

28. Saya mengajak orang lain untuk bercakap-cakap

29. Saya mengungkapkan perasaan yang saya rasakan dengan


orang lain

30 Saya malas bertegur sapa dengan orang lain


Lampiran 6

Hasil Interaksi Sosial

Item Jumlah
Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 5 3 5 4 4 4 2 3 2 5 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 4 3 3 5 3 4 4 3 100
2 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 110
3 5 4 4 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 3 3 2 4 2 3 3 3 5 112
4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 98
5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 5 3 3 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 117
6 4 5 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 5 91
7 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 115
8 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 4 5 5 3 4 5 2 4 5 5 3 5 2 5 117
9 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 5 5 5 5 3 4 4 3 5 5 92
10 5 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 3 5 5 3 5 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 3 3 5 5 129
11 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 192
12 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 100
13 4 5 3 5 4 4 4 2 3 2 5 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 4 3 3 5 3 4 4 3 108
14 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 90
15 5 4 4 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 3 3 2 4 2 3 3 3 5 113
16 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 126
17 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 5 3 3 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 112
18 4 5 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 5 116
19 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 98
20 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 4 5 5 3 4 5 2 4 5 5 3 5 2 5 100
21 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 5 5 5 5 3 4 4 3 5 5 115
22 5 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 3 5 5 3 5 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 3 3 5 5 113
23 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 108
24 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 106
25 4 5 3 5 4 4 4 2 3 2 5 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 4 3 3 5 3 4 4 3 112
26 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 115
27 5 4 4 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 3 3 2 4 2 3 3 3 5 112
28 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 100
29 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 5 3 3 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 127
30 4 5 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 5 131
31 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 112
32 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 4 5 5 3 4 5 2 4 5 5 3 5 2 5 113
33 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 5 5 5 5 3 4 4 3 5 5 113
34 5 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 3 5 5 3 5 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 3 3 5 5 106
35 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 108
36 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 122
37 4 5 3 5 4 4 4 2 3 2 5 4 5 4 3 4 4 4 3 5 5 4 4 3 3 5 3 4 4 3 125
38 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 95
39 5 4 4 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 3 3 2 4 2 3 3 3 5 106
40 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 121
41 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4 5 3 3 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 123
42 4 5 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 5 111
43 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 98
44 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 4 5 5 3 4 5 2 4 5 5 3 5 2 5 102
45 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 5 5 5 5 3 4 4 3 5 5 96
46 5 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 3 5 5 3 5 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 3 3 5 5 121
47 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 120
48 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5 4 5 110
49 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 5 3 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 121
50 5 4 4 3 3 5 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 3 3 2 4 2 3 3 3 5 89
Lampiran 7

Hasil Uji Normalitas Data

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Predicted Value
N 50
a
Normal Parameters Mean 110.4800000
Std. Deviation 1.39973116
Most Extreme Absolute .212
Differences Positive .212
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z 1.499
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 8

Uji Homogenitas

Oneway

Test of Homogeneity of Variances


Interaksi Sosial
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.523 12 30 .020

ANOVA
Interaksi Sosial
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2417.786 19 127.252 1.107 .392
Within Groups 3448.694 30 114.956
Total 5866.480 49
Lampiran 9

Uji Korelasi

Correlations
Self Confidence Prestasi Belajar
Self Confidence Pearson
1 .728*
Correlation
Sig. (2-tailed) .376
N 50 50
Interaksi Sosial Pearson
.728* 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .376
N 50 50
Lampiran 10

Data Penelitian
Di SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Responden Self Confidence Interaksi Sosial


1 94 100
2 95 110
3 97 112
4 100 98
5 93 117
6 86 91
7 97 115
8 93 117
9 93 92
10 101 129
11 113 129
12 85 100
13 83 108
14 89 90
15 97 113
16 93 126
17 92 112
18 92 116
19 110 98
20 95 100
21 97 115
22 117 113
23 93 108
24 97 106
25 83 112
26 87 115
27 90 112
28 86 100
29 91 127
30 89 131
31 88 112
32 89 113
33 90 113
34 93 106
35 85 108
36 93 122
37 93 125
38 115 95
39 93 106
40 113 121
41 92 123
42 86 111
43 89 98
44 90 102
45 93 96
46 94 121
47 112 120
48 88 110
39 87 121
50 93 89
N=50 4704 5524
Rata-rata 94,08 110,48
Sumber :Hasil angket penelitian
Lampiran 11
Distribusi Data Kepercayaan Diri Siswa
Di SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Interval Kategori Kepercayaan Diri


Frekuensi Persentase
110-130 Sangat tinggi 6 12%
88-109 Tinggi 36 72%
67-87 Sedang 8 16%
46-66 Rendah 0 0
25-45 Sangat rendah 0 0
Jumlah 50 100,00
Sumber : Hasil Angket Penelitian
Lampiran 12
Distribusi Data Interaksi Sosial Siswa
Di SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Interval Kategori Interaksi Sosial


Frekuensi Persentase
126-150 Sangattinggi 5 10%
102-125 Tinggi 33 66%
78-101 Sedang 12 24%
54-77 Rendah 0 0
30-53 Sangatrendah 0 0
Jumlah 50 100,00
Sumber :HasilAngketPenelitian
Lampiran 13

Distribusi Data rata-rata siswa di SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Data Penelitian Rata-Rata Interval Kategori

Self Confidence 94,08 88-109 Tinggi

Interaksi Sosial 110,48 102-125 Tinggi


 Perkenalan dan pemberian informasi tujuan mengisi angket

 Perkenalan dan pemberian informasi tujuan mengisi angket

 Pengisian angket Self Confidence oleh siswa


 Pengisian Angket Self Confidence oleh siswa
 Wawancara dengan siswa

 Depan kelas SMA Muhammadiyah 9 Makassar


RIWAYAT HIDUP

Yusnia Karunta, lahir di Enrekang pada tanggal 12


November 1996. Anak keenam dari enam bersaudara.
Buah hati dari pasangan Karunta dan Mariam. Peneliti
adalah seorang yang beragama islam. Peneliti menempuh
pendidikan Sekolah Dasardi SDN 119 Belalang pada tahun
2004 dan tamat pada tahun 2009 kemudian di tahun yang
sama melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Anggeraja dan lulus pada tahun
2012 .Kemudian di tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di SMAN 1 Anggerajadan tamat pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis berhasil lulus melalui melalui jalur Khusus Masuk
Perguruan Tinggi Swasta) di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidkan degan Program Studi Pendidikan Sosiologi Strata
Satu (S1).

Anda mungkin juga menyukai