ABSTRAK
Secara umum, krisis merupakan suatu keadaan atau kejadian yang menganggu
kondisi normal operasional suatu organisasi yang bisa membahayakan organisasi
tersebut. Krisis yang dibiarkan berlarut-larut bisa merusak reputasi bahkan
mengancam eksistensi organisasi tersebut. Sebagian orang menganggap krisis adalah
bencana, namun sebagian menganggap sebagai peluang. Bagaimana respon organisasi
terhadap krisis yang terjadi merupakan cara organisasi melakukan manajemen krisis.
Penelitian ini membahas tentang pemahaman TVRI tentang krisis yang dihadapinya
dan bagaimana manajemen krisis yang dilakukan untuk menangani krisis tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Krisis yang dihadapi TVRI adalah krisis terkait pengelolaan organisasi terutama
terkait keuangan dan SDM serta krisis reputasi karena image sebagai TV jadul yang
lama melekat di TVRI yang timbul karena perubahan pada khalayak sebagai
penerima pesan tidak diikuti dengan perubahan pada TVRI sebagai komunikator.
Manajemen TVRI mengambil langkah-langkah untuk beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi di era milenial ini. Langkah-langkah yang dilakukan tersebut
dikomunikasi kedalam dan keluar lembaga mengunakan media kekinian agar
mendapat dukungan dari internal dan menarik atensi publik.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas izin dan ridhoNya,
penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul Manajemen Krisis TVRI di Era
Milenial. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Andalas.
Karya ilmiah bisa bisa terwujud berkat bantuan dan dukungan moril maupun
materil dari banyak pihak berupa bimbingan, arahan, masukan, fasilitas, motivasi,
serta doa. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis. Untuk itu ucapan terima kasih dari lubuk hati yang
terdalam, penulis tujukan kepada:
1. Dr. Wakidul Kohar, M.Ag selaku pembimbing I yang telah membagikan ide
dan masukan serta motivasi sejak awal hingga selesainya tesis ini.
2. Dr. Maskota Delfi, M.Hum selaku pembimbing II yang telah meluangkan
banyak waktunya untuk membimbing penulis dengan masukan-masukan serta
arahan-arahan yang sangat berharga serta motivasi yang selalu diberikan agar
penulis bisa segera menyelesaikan tesis ini.
3. Tim Penguji yang terdiri dari Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Sarmiati,
M.Si, Bapak Dr. Jendrius, M.Si, Dr. Aidinil Zetra, MA, dan Dr. Elva
Ronaning Roem, M. Si. telah memberikan masukan dan saran yang sangat
berguna untuk penyempurnaan tesis ini.
4. Dr. Ernita Arif, M.Si selaku Koordinator Program Magister Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan masukan dan menfasilitasi peneliti untuk
menyelesaikan tesis ini.
5. Dosen-dosen Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Andalas yang telah membagikan ilmunya selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Terkhusus kepada istriku tercinta yang selalu mengingatkan, memberikan
semangat dan doa untuk segera menyelesaikan tesis ini.
iii
7. Jajaran Direksi TVRI terutama Direktur Utama, Helmi Yahya dan Direktur
Umum, Tumpak Pasaribu yang telah memberikan izin untuk mengikuti
bimbingan, seminar, dan ujian tesis di.
8. Segenap Civitas Akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Andalas yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga selesainya
tesis ini.
9. Teman-teman Angkatan 2014 Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Andalas atas kebersamaannya selama masa perkuliahan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
A. Penelitian Relevan 13
B. Krisis pada Organisasi 18
C. Manajemen Krisis 25
D. Manajemen Perubahan 28
E. Manajemen Reputasi 31
F. Komunikasi Organisasi 35
G. Strategi Komunikasi Manajemen Krisis 38
H. Media Komunikasi Krisis 41
I. Kerangka Pemikiran 45
BAB III METODE PENELITIAN 47
A. Deskripsi Objek dan Subjek Penelitian 47
B. Metode Penelitian 47
1. Sumber Data 48
2. Teknik Pengumpulan Data 49
3. Analisa Data 52
4. Pengujian Keabsahan Data 54
5. Lokasi Penelitian 56
C. Sistematika Penulisan 56
v
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
social media. Kemudian lebih memilih ponsel dibanding TV karena generasi ini lahir
di era perkembangan teknologi dimana internet berperan besar dalam
keberlangsungan hidup mereka. Maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial
untuk mendapatkan informasi, namun mereka lebih suka mendapat informasi dari
ponselnya, dengan mencarinya ke Google atau melalui perbincangan pada forum-
forum media sosial online yang mereka ikuti, supaya tetap kekinian. Sebagian besar
generasi ini melakukan semua komunikasinya melalui text messaging atau juga
chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profil dirinya, seperti
Twitter, Facebook, hingga Line. Jadi, hampir semua generasi millennial dipastikan
memiliki akun media sosial sebagai tempat berkomunikasi dan berekspresi.
Dalam era yang serba digital dan online, tak heran generasi millennial juga
menghabiskan hidupnya hampir senantiasa online 24 jam sehari 7 hari seminggu.
Generasi ini melihat dunia tidak secara langsung, namun dengan cara yang berbeda,
yaitu dengan berselancar di dunia maya, sehingga mereka jadi tahu segalanya.
Perjalanan panjang TVRI seiring dengan dinamika perjalanan bangsa ini dan
mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan bangsa.
4
teknologi komunikasi dan informasi saat ini membuat semakin ketatnya persaingan
dalam dunia pertelevisian. Teknologi telah mendorong terjadinya pembauran antara
media televisi konvensional dengan non konvensional sehingga siaran televisi tidak
hanya bisa dinikmati melalui layar kaca televisi tapi juga bisa streaming melaui
internet menggunakan gadged, computer, ataupun laptop bahkan melalui smartphone.
Di Indonesia saat ini teknologi penyiaran televisi terbagi dua, penyiaran analog dan
digital. Penyiaran analog adalah kegiatan produksi dan penyiaran televisi berbasis
pensinyalan analog menggunakan radio spectrum televisi. Sedangkan teknologi
digital dalam produksi dan penyiaran menggunakan sinyal format digital. Penggunaan
konten siaran ini dikenal dengan digital television ( DTV ) dengan platform digital
television terrestrial ( DTT ), digital satellite ( DSaT ), digital cable ( TV
Cable),television over digital subscriber line ( TV over DSL ) atau internet protocol
television ( IPTV ) dan tv over mobile,Ofcomm ( 2006 ).
Pembauran atau lazim disebut konvergensi media ini telah menyebabkan tidak
terbatasnya jangkauan atau cakupan siaran televisi dan juga target penonton. Hal ini
yang disebut sebagai fenomena konvergensi media Preston (2001: 2) dimana hadirnya
beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi tradisional, sehingga saat
ini kapanpun dan dimanapun siaran televisi bisa dinikmati. Bahkan masyarakat
negara lainpun bisa ikut menikmati siaran televisi Indonesia.
Menjadi stasiun televisi publik di era generasi milenial ini menjadi tantangan
berat bagi TVRI karena harus menyesuaikan diri dengan karekteristik generasi
tersebut dengan segala keterbatasan resources yang dimiliki TVRI. Ditengah-tengah
6
agresivitas stasiun televisi swasta baik lokal, nasional, bahkan internasional serta
gempuran konten sosial media, TVRI seolah-olah “tenggelam” dengan stigma negatif
sebagai stasiun TV jadul (jaman dulu) yang kuno, dan hanya ditonton oleh orang-
orang tua yang seolah membuat TVRI tenggelam di tengah dunia pertelevisian yang
mengejar rating dan keuntungan semata. TVRI harus mampu bersaing dengan kondisi
tersebut, namun tetap mengedepankan sisi edukasi dan infomatif untuk masyarakat
Indonesia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Apni Jaya Putra, Direktur Program dan
Berita TVRI periode 2017 – 2022 saat diwawancarai oleh reporter Tirto.id, Dieqy
Hasbi tanggal 15 Maret 2018. Menurut Apni, TVRI kini tua secara SDM, teknologi,
dan penonton. Apni mengatakan bahwa sejak lama TVRI sengaja ditidurkan secara
sistematis sebagai TV publik di Indonesia. Maksudnya “ditidurkan” adalah “Ada
hambatan-hambatan mengenai kelembagaan. TV publik kita mati suri sejak ada TV
swasta. Lalu ada undang-undang menyuruh TVRI berubah bentuk, pernah jadi Perjan
(Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), pernah jadi lembaga di bawah
Departemen Penerangan, lalu menjadi LPP (Lembaga Penyiaran Publik)”. Lebih
lanjut Apni mengatakan bahwa “diawal menjabat, indeks penonton tua TVRI sampai
200. Kemudian lebih banyak di blue-collar (kelas pekerja), white-collar (pekerja
kantoran) sedikit. Penonton anak muda hampir enggak ada”.
bertransformasi sesuai tuntutan jaman dengan cara update teknologi, aktif di media
sosial, program acara yang kekinian dan sebagainya. Semua upaya tersebut
membutuhkan dukungan semua stakeholder TVRI baik dari pemerintah maupun
sumber daya internal.
B. Perumusan Masalah
Model komunikasi Laswell ini menunjukkan komunikasi satu arah yang selama
bertahun-tahun menggambarkan proses komunikasi pada media massa. TVRI sebagai
WHO yang menyampaikan informasi melalui program-program acaranya kepada
masyarakat Indonesia dengan harapan informasi tersebut tersampaikan dengan baik
dan memberikan efek positif bagi masyarakat. Namun dengan karakteristik generasi
milenial yang lebih menyukai ponsel dibandingkan TV, lebih menyukai informasi
8
umpan balik yang didapatkan di sosial media karena mereka lebih menyukai
berkomunikasi melalui sosial media, maka TVRI sebagai komunikator harus
menyesuaikan program-program (informasi) yang dimilikinya untuk menarik
generasi ini.
Sebagai salah satu lembaga pemerintah maka sebagian besar Sumber Daya
Manusia (SDM) TVRI adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data
karyawan yang didapat dari Bagian SDM TVRI Pusat, saat ini komposisi SDM TVRI
sebagian besar bukanlah berada pada kelompok usia milenial. Untuk lebih jelas dan
detail komposisi SDM PNS berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada table
berikut;
Keterangan
No Jumlah
(tahun)
1 19 - 25 -
2 26 - 30 7
3 31 - 35 52
4 36 - 40 108
5 41 - 45 370
6 46 - 50 854
7 51 - 55 1,294
8 56 - 60 684
Total 3,369
Sumber: Bagian SDM TVRI Pusat
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa 98% pegawai PNS TVRI memiliki gap
usia yang cukup jauh dari generasi milenial yang mana usia-usia tersebut lebih sering
disebut sebagai generasi X (Gen-X) dan Baby Boomers yakni bapak-bapak dari
generasi milenial. Berdasarkan penelitian para ahli sosial, masing-masing generasi ini
memiliki karakteristik, sifat, etos kerja yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan yang
cukup berat bagi TVRI untuk mendorong SDMnya yang Gen-X ini beradaptasi
dengan generasi milenial untuk bisa menyampaikan informasi dengan cara yang bisa
diterima generasi. Dalam hal ini kreatifitas dan adaptasi sosial yang tinggi sangat
dibutuhkan.
sesuai tuntutan jaman membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Anggaran operasional
TVRI sangat terbatas hanya berasal dari APBN dengan perincian tahunan sebagai
berikut;
Nilai
No Mata Anggaran
(dalam Milyar)
1 Program Acara termasuk komponen produksi 120
2 Belanja pegawai 300
3 Anggaran untuk 29 Stasiun daerah @14 Milyar 406
4 Pemeliharaan dan Pengadaan Barang Teknik 44
Total 870
Sumber: Bagian Keuangan TVRI Pusat
Dengan anggaran yang minim dan kendala SDM diatas, TVRI dituntut
menjadi lembaga penyiaran yang mampu merangkul seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu image sebagai TV kuno yang tentu saja sangat tidak menarik bagi
generasi milenial. Citra ini kalau dibiarkan akan membuat TVRI semakin
ditinggalkan oleh pemirsanya dan lebih jauh bisa mengancam eksistensi TVRI yang
tentu saja akan mengakibatkan peran TVRI yang diamanatkan undang-undang tidak
dapat terlaksana. Ini merupakan krisis yang harus segera ditangani oleh seluruh
jajaran TVRI agar krisis tersebut tidak berkembang menjadi krisis yang lebih besar
dan bisa merusak reputasi perusahaan.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
12
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberi manfaat dan kontribusi
bagi para pembacanya, baik kalangan akademisi maupun praktisi di bidang
manajemen krisis dan komunikasi.
1. Manfaat akademis
Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu sarana
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi. Hasil
penelitian ini nantinya secara teoritis diharapkan dapat memberi masukan yang
bermanfaat bagi studi komunikasi dalam pengelolaan lembaga penyiaran publik yang
akhir-akhir ini makin banyak dikaji dan diteliti dari sudut berbagai disiplin ilmu baik
melalui kajian teoritis maupun melalui kajian riset di bidang terapan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat merefleksikan tentang
manajemen krisis yang dihadapi TVRI yang memiliki kompleksitas krisis berupa
krisis manajemen dan krisis reputasi. Deskripsi ini diharapkan menjadi bahan
evaluasi dan masukan bagi TVRI untuk menciptakan sebuah rencana tindakan
manajemen krisis (crisis management action plan) yang akan menjadi panduan
organisasi sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi krisis di masa mendatang.
13
A. Penelitian Relevan
Saat ini manajemen krisis sudah menjadi new corporate discipline menyusul
banyaknya kejadian yang menimpa perusahaan-perusahaan besar yang menganggu
operasionalnya sehingga menyebabkan kerugian finansial hingga kehilangan reputasi
bahkan mengancam keberadaan organisasi tersebut. Untuk itu kajian tentang
manajemen krisis akhir-akhir ini menjadi begitu penting dan menarik karena bisa
menjadi pembelajaran bagi organisasi-organisasi yang ada sebagai langkah antisipasi
jika menghadapi krisis.
Diantara kajian-kajian tersebut adalah studi yang dilakukan oleh dua orang
peneliti dari Turki yakni Assoc. Dr. Murat SEZGİN dari Faculty of Communication,
Usak University dan Kübra TELİNGÜN dari Institute of Social Sciences, Usak
University pada tahun 2016. Penelitian keduanya berjudul Crisis Management in
Strategic Public Relation and Case Studies yang dipublikasi pada The Journal of
Academic Social Science Studies Number: 47, p. 77-88, edisi Summer I 2016.
Penelitian ini menganalisa 4 kasus yakni: kasus yang dibahas adalah krisis yang
dihadapi Dominos Piz-za tahun 2009 yang disebabkan dari dalam organisasi sendiri
dimana dua pegawai perusahaan ini mengupload gambar tidak senonoh di Youtube,
akibatnya perusahaan mendapat banyak kecaman melalui email dan telepon
perusahaan yang biasanya digunakan untuk pemesanan pizza. CEO Domi-nos di
Amerika, Patrick Doyle, mengunggah video pribadi dan meminta maaf atas nama
kedua pekerja itu sehingga Dominos Pizza perlahan kembali meraih reputasinya.
Yang kedua adalah kasus Flu Burung (Bird Flu Crisis-Avian Flu) di Turki tahun 2005
yang berimbas pada pemusnahan jutaan unggas yang menjadi epidemic penyakit
tersebut. Proses komunikasi krisis yang dilakukan oleh produsen daging ayam terdiri
14
dari 2 langkah yakni menangkap adanya sinyal krisis dimana para produsen
menyadari bahwa kasus flu burung ini akan memberikan sentiment negative pada
produknya maka segera diluncurkan platform “Healthy Chicken Information” untuk
memberikan awareness ke masyarakat segara informasi tentang ayam seperti ciri-ciri
daging ayam yang sehat, manfaat daging ayam, dan lain-lain. Langkah berikutnya
adalah menunjuk Juru Bicara yang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang ayam
untuk kampanye ayam sehat. Strategi ini menghasilkan kepercayaan konsumen ayam.
Kasus ketiga yang dianalisa adalah isu Tylenol capsules yang diproduksi Johnson &
John-son's mengandung sianida tahun 1982 karena 7 orang meninggal setelah
mengkonsumsi kapsul ini. Berita tentang ini berkembang luas dengan cepat yang
menimpulkan kepanikan yang massive secara nasional. Begitu mengetahui adalah
kematian tersebut, PR perusahaan langsung melakukan kampanye untuk tidak
mengkonsumsi produk yang berhubungan dengan Tylenol dan juga mengumumkan di
semua channel media bahwa Johnson & John-son's menghentikan produksi dan iklan
produk tersebut. Manajemen krisis ini mendapat respon positif atas kepedulian
perusahaan terhadap masyarakat. Kedua peneliti ini juga menganalisa isu kaleng
PepsiCo berbahaya tahun 1993 akibat adanya konsumen yang mengklaim
menemukan jarum suntik dan benda-benda lain di kaleng PepsiCo. Berita ini
menggegerkan public dan menyebar dengan cepat. Respon dari perusahaan adalah
merelease video hasil investigasi dari FDA (Food and Drug Administration) yang
berisi pernyataan dari komisioner FDA, David Kessler, bahwa tidak satupun
ditemukan jarum suntik pada kaleng yang telah mereka selidiki.
Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Larissa Ott, mahasiswi Master of
Communication Studies pada Auckland University of Technology dengan kajian
berjudul Reputation in danger: Selected case studies of reputational crises created by
social networking sites untuk menyelesaikan studinya pada universitas tersebut pada
tahun 2013,. Pada penelitian ini, Ott malakukan kajian krisis yang dihadapi 3
perusahaan multinasional akibat reaksi atas postingan di sosial media. Kasus pertama
adalah ketika LSM Greenpeace memposting video “yang dianggap menghina”
tentang penggunaan minyak sawit oleh Nestle di YouTube. Perusahaan makanan
bereaksi dengan mencoba menghapus video tersebut dan juga menghapus komentar
15
Dari kedua penelitian diatas terlihat bahwa respon terhadap krisis yang
berbeda memberikan hasil yang berbeda pula. Itulah sebabnya majemen krisis sering
diartikan sebagai respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat
merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal.
turunnya wisatawan domestic. Langkah yang dilakukan adalah menunjuk juru bicara
yang bertugas 24 jam untuk memberikan pemahaman ke public dan disediakannya
line telepon juga 24 jam. Disamping itu juga dilakukan kampanye marketing
domestic bekerja sama dengan para mitra dagang. Hasilnya pertumbuhan wisatawan
menjadi lebih cepat. Peristiwa berikutnya adalah pengeboman menara WTC di
Amerika 11 September 2001 yang berdampak pada pemberlakuan penghentian
sementara perjalanan internasional. Untuk memulihkan pariwisata di Inggris maka
setelah peristiwa tersebut dilakukan kampanye “Million Visitor Campaign” dengan
focus pada pangsa pasar di 7 negara besar melalui website perusahaan-perusahaan
berskala kecil dan menengah serta bekerja sama dengan COBRA (Cabinet Office
Briefing Room A) untuk kerjasama antar negara. Hasilnya pemulihan sektor
pariwisata di Inggris 16% lebih cepat disbanding negara Eropa lainnya. Kasus lain
yang dibahas adalah perang saudara Bosnia- Herzegovina pada 2007. Upaya yang
dilakukan adalah melakukan kampanye yang menyatakan kondisi normal dengan
target resilient markets yakni anak muda, aktif, dan berjiwa petualang. Melalui target
market ini diharapkan cerita di mulut ke mulut. Hasilnya meski pertumbuhan
wisatawan tidak begitu cepat tapi meningkat secara bertahap. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa perencanaan yang strategis untuk mendapatkan kepercayaan publik
adalah dengan menyebarkan berita positif melalui media-media channel komunikasi
yang disebutnya sebagai “Everyday Credibility in a 24/7 World” yakni media sosial
seperti Facebook, Weibo, Tripadvisor. Youtube, Twitter, dan sejenisnya.
Peneliti tanah air yang melakukan penelitian terkait manajemen krisis salah
satunya adalah Kiki Handayani dan Erman Anom yang berasal dari Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta. Penelitian yang dilakukan tahun 2010
ini mengambil tema Peran PR Menerapkan Manajemen Krisis Dalam Memulihkan
Citra PT.Garuda Indonesia Pasca Kecelakaan Pesawat Boeing G.737/400 Di
Yogyakarta. Krisis ini terjadi pasca tragedy kebakaran yang menimpa Pesawat
Garuda Indonesia berjenis Boeing 737/400 jurusan Jakarta – Jogya dengan nomor
penerbangan GA-200 bergistrasi PK-GZC di Bandara Adi Sucipto Jogyakarta dengan
membawa 133 penumpang dan 7 awak kabin. Kecelakaan ini merubah image PT.
Garuda Indonesia yang sebelumnya memiliki citra yang positif dimata publik sebagai
17
Pada penelitian yang penulis lakukan, penyebab krisis TVRI adalah dari
internal dimana SDM dan teknologi yang dimiliki sudah tidak sesuai tuntutan jaman
sementara anggaran terbatas untuk melakukan regenerasi dan dari eksternal dimana
18
Pada tahun 2016 lalu, para pengemar dan pengguna gadget di seluruh dunia
pernah dikejutkan dengan kegagalan produk dari perusahaan besar Samsung dimana
Galaxy Note 7 memakan korban karena meledak saat pengisian baterai. Hal ini tentu
membuat konsumen loyal dan juga calon konsumen Samsung Galaxy Note sangat
dikecewakan. Ekspektasi mereka terhadap kecanggihan produk tersebut dan ternyata
hasilnya tidak sesuai harapan. Disamping itu, kasus Galaxy Note 7 ini menyebabkan
saham Samsung langsung anjlok 7%. Ditambah lagi kerugian finansial lainnya berupa
biaya penarikan 2,5 juta unit smartphone andalan Samsung tersebut dari peredaran di
seluruh dunia yang diperkirakan Credit Suisse AG dan dua lembaga finansial lain,
bisa mencapai 1 miliar dollar AS. Sebagai antisipasi keamanan penumpang, beberapa
maskapai penerbangan internasional mengeluarkan kebijakan larangan bagi
penumpang untuk membawa Note 7 ke dalam pesawat. Kejadian ini merupakan krisis
yang menjadikan reputasi Samsung sebagai produsen handphone berskala global
menjadi taruhan.
Pada 2014 lalu, publik juga dikejutkan oleh berita tentang keputusan maskapai
penerbangan plat merah PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) untuk
menghentikan sementara operasional penerbangan sejak 1 Februari 2014. Merpati
menghadapi kesulitan likuiditas karena memiliki utang Rp 6,7 triliun yang kemudian
membengkak menjadi Rp 7,3 triliun pada Februari 2014. Kesulitan keuangan di tubuh
Merpati ini mengakibatkan defisit kas perusahaan, penghentian operasi sejumlah rute
penerbangan, tunggakan asuransi, hingga tunggakan biaya gaji karyawan, termasuk
20
pilot. Akibatnya, 50 pilot mengundurkan diri dari Merpati. Hal ini diakui oleh
Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha bahwa kondisi
perusahaan yang dipimpinnya sedang krisis. Dalam pemberitaan Detik Finance 10
Februari 2014 https://finance.detik.com/industri/d-2492111/50-pilotnya-resign-bos-
merpati-kami-sedang-krisis , Asep mengatakan “Jadi 50 pilot mengundurkan diri.
Kami sadar, manajemen sedang alami keterbatasan melayani karyawan. Ini bukan
disengaja. Ini masuk katagori krisis, bagaimana berpikir harus hidup”. Pemberitaan
mengenai kondisi Merpati ini menimbulkan persepsi negatif yang mengancam
reputasi maskapai ini mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan. Sampai hari ini nama Merpati seolah tenggelam dalam industri
penerbangan nusantara.
Pada contoh-contoh kasus diatas terlihat bahwa krisis yang terjadi pada suatu
organisasi akan menganggu kelancaran operasional normal organisasi tersebut, yang
lebih jauh bisa menyebabkan kerugian finansial bahkan bisa mengancam reputasinya.
Dikutip dari Nova (2011: 68), definisi yang menggambarkan krisis dalam organisasi
diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Robert P.Powel dalam bukunya Crisis-A-
Leadership Opportunity (2005) yang menyatakan bahwa krisis adalah kejadian yang
tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang
mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan
organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata. Krisis tidak memiliki batas (no
boundaries) dan dapat terjadi kapan saja, dimana saja terhadap setiap organisasi
(profit dan nonprofit, publik dan privat). Krisis menyerang ketika suatu organisasi
21
Banyak faktor penyebab krisis yang terjadi pada suatu perusahaan atau
organisasi baik faktor internal maupun eksternal ataupun kombinasi keduanya.
Menurut Shirivasta dan Mitroff (Ngurah Putra, 1999:90) terdapat empat kategori
penyebab terjadinya krisis yakni kategori pertama adalah penyebab teknis dan
ekonomis, kedua adalah penyebab manusiawi, organisatoris dan sosial, ketiga dan
keempat penyebab dari asal atau tempat kejadian yakni di dalam atau di luar
organisasi. Berdasarkan keempat kategori penyebab tersebut, mereka membuat empat
sel untuk melihat tipologi krisis, seperti digambarkan dibawah ini:
Teknis/ Ekonomis
Internal
Sel 1 Sel 2
Eksternal
Kegagalan beradaptasi/melakukan perusahaan:
disampaikan Rachmat Kriyantono (2012: 171) bahwa krisis dapat menyebabkan
perubahan
Sabotase
reputasi olehmenjadi
organisasi objek kritikan danSymbolic
orang dalam cemoohan projection
masyarakat. Akibatnya,
Kemacetan organisasional Sabotase orang luar
organisasi tersebut akan mengalami
On-site product tampering kerugian
Teroris, penculikanmenurunnya
besar, misalnya eksekutif tingkat
Aktivitas
penjualan, illegal
modal, keuntungan, nilai saham, dan
Off-site
rasaproduct tempering
percaya diri. Dikutip dari
Penyakit karena pekerjaan Counterfeiting (pemalsuan/peniruan
Ardianto (2011: 305), Kathleen Fearn-Banksproduk) (2007) mengatakan bahwa krisis
merupakan suatu keadaan Manusia/ Organisasi/
yang berpotensi Sosial
mempengaruhi secara negatif suatu
perusahaan, organisasi, atau industry beserta khalayaknya, produk yang dihasilkan,
bahkan juga nama baik perusahaan atau organisasi itu sendiri. Biasanya suatu krisis
dapat menganggu transaksi normal suatu perusahaan dan bahkan mengancam
kelangsungan hidup atau keberadaan suatu organisasi. Oleh sebab itu, sebagai suatu
ancaman, krisis harus ditangani secara tepat agar organisasi dapat berjalan normal
kembali. Dari kedua pendapat ini tergambar bahwa krisis mempengaruhi nama baik
dan reputasi organisasi.
Menurut Claudia Reinhardt (Morissan, 2006: 154), ada tiga tipe krisis
berdasarkan kategori waktu, yaitu:
1. Tahap Prodromal
Tahap ini sering tidak disadari perusahaan karena terjadi pada saat organisasi
masih dalam keadaan baik-baik saja untuk itu disebut juga warning stage,
karena memberi sirene tanda bahaya mengenai gejala-gejala yang harus
segera diatasi. Ada tindakan yang musti di lakukan supaya krisis tidak
menjadi akut. Tahap prodromal biasanya muncul dalam salah satu dari tiga
bentuk ini, yaitu (1) Jelas sekali yakni ketika gejala awal memang sudah bisa
di lihat dengan jelas seperti munculnya desas-desus atau adanya kebocoran
pipa gas di pabrik, (2) Samar-samar yakni gejala yang muncul hanya samar-
samar sehingga sulit menafsirkan dan menduga luasnya satu kejadian, seperti
24
munculnya pesaing baru. Gejala-gejala krisis bisa tak terlihat sama sekali,
untuk itu perusahaan perlu melakukan general check-up secara rutin, misalnya
tiga atau enam bulan sekali dengan memanggil konsultan. Metode yang
biasanya di pakai adalah management audit yang menyangkut segala aspek di
dalam perusahaan.
2. Tahap Akut
Pada tahap ini krisis sudah kelihatan dan disadari krisis sudah terjadi. Salah
satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut ini adalah
intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak menyertai
tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan,
sedangkan intensitasnya ditentukan oleh kompleksnya permasalahan. Tahap
akut merupakan antara krisis berikutnya, yakni tahap kronis.
3. Tahap Kronis
Pada tahap ini sisa krisis kelihatan. Ini merupakan tahap untuk melakukan
pemulihan dan analisa diri. Ada langkah-langkah yang dilakukan, seperti
pergantian manajemen, perusahaan struktur perusahaan atau perubahan nama
perusahaan. Kadang diperlukan bantuan seorang krisis manager yang handal
sehingga perusahaan akan memasuki keadaan yang lebih baik, sehingga
pujian-pujian berdatangan dan penyembuhan (resolution) mulai berlangsung.
C. Manajemen Krisis
1. Mengidentifikasi Krisis
Pada tahap ini organisasi mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya krisis yang
berfungsi untuk mengetahui apakah perusahaan dapat menangani krisis yang terjadi
tersebut dengan segera atau tidak. Bila krisis tersebut sulit untuk diatasi, membuang
waktu, tenaga, dan biaya maka organisasi dapat melihat segi lain dari krisis tersebut
yang persoalannya tidak terbayangkan sebelumnya, yakni biasanya suatu perusahaan
yang terkena krisis atau musibah disertai kemunculan masalah lain yang tidak diduga
26
sebelumnya. Oleh karena itu, faktor utama penyebab krisis yang signifikan tersebut
harus terlebih dahulu diidentifikasikan, untuk diambil tindakan atau langkah-langkah
penanggulangan atau jalan keluarnya secara tepat, cepat dan benar.
2. Menganalisis Krisis
Tahap ini diperlukan guna menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk
mengatasi krisis. Langkah-langkah tersebut diperoleh dengan menganalisa krisis yang
terjadi secara mendalam, sistematis, informatif dan deskriptif melalui suatu laporan
yang mendalam (in-depth reporting). Salah satu cara untuk menganalisis adalah
dengan formula 5W + 1H yaitu menganalisis melalui beberapa pertanyaan yang
diajukan untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis, yakni:
Tahapan ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan siapa-siapa personel yang
mampu diikutsertakan dalam suatu tim penanggulangan krisis. Mengatasi bagaimana
krisis tersebut agar tidak berkembang dan dicegah supaya tidak terulang lagi di masa
mendatang. Untuk mengatasinya, selain memberikan informasi yang sejelas-jelasnya,
juga perlu diajak pihak ketiga seperti pejabat pemerintah yang berwenang dalam hal
27
ini, tokoh masyarakat, dan lainnya sebagai upaya menetralisasi terhadap tanggapan
negatif dan kontroversial.
4. Mengevaluasi Krisis
Tindakan terakhir adalah mengevaluasi krisis yang terjadi. Tujuannya adalah untuk
melihat sejauh mana perkembangan krisis itu di dalam masyarakat. Apakah
perkembangan krisis tersebut berjalan cukup lamban atau cepat, meningkat secara
kuantitas maupun kualitas serta bagaimana jenis dan bentuk krisis yang
terjadi.Komunikasi Organisasi.
Pada kasus Samsung dan Garuda diatas, krisis ditangani dengan cepat dan
baik sehingga kepercayaan para stakeholders dapat diraih kembali sehingga menjadi
turning point for better dengan menjadikan krisis sebagai pembelajaran untuk
menciptakan produk atau jasa yang lebih baik. Berbeda dengan kasus Merpati yang
krisis menyebabkan perusahaan kehilangan eksistensinya hingga saat ini.
Rosady Ruslan (1999:83) mengacu apa yang telah dilakukan Ivy Lee, pakar
public relations dalam menangani berbagai krisis di Amerika, mengatakan bahwa
untuk menanggulangi krisis yang tengah berlangsung, perlu membentuk suatu
program khusus yakni:
D. Manajemen Perubahan
Dalam Kasali (2006: 176), Charles Handy (1994) menyatakan bahawa setiap
organisasi akan berkembang mengikuti Kurva Sigmoid (Sigmoid Curve), yaitu seperti
kurva S yang tertidur. Organisasi akan menghadapi masa-masa pertumbuhan, puncak
dan akhirnya mencapai masa-masa penurunan.
IDENTITAS CITRA REPUTASI
(Identity) (Image) (Reputation)
32
Suatu organisasi menetapkan simbol-simbol visual sebagai representasi ciri dan jati
diri organisasi tersebut yang membedakannya dari organisasi lain sesuai visi dan
misinya. Simbol-simbol ini dikomunikasikan kepada publik secara terus menerus
sehingga terbentuk kesan atau pandangan atau persepsi publik terhadap organisasi
tersebut yang disebut sebagai image. Citra ini bersifat subjektif dan sangat dinamis
sesuai perubahan yang ada di masyarakat. Image masyarakat terhadap suatu
organisasi akan terkonfirmasi dengan pengalaman yang dirasakan publik terhadap
organisasi tersebut sehingga dapat menjelma menjadi reputasi yang merupakan
penilaian secara objektif atas kinerja organisasi yang sesungguhnya
Menurut Argenti & Druckenmiller (2004: 369), secara konsep identitas
organisasi adalah penjelasan mengenai apa dan siapa organisasi tersebut yakni segala
atribut yang dimiliki, seperti orang-orang didalamnya, produknya, dan layanannya,
sementara citra atau image suatu organisasi adalah apa yang tertanam di benak publik
mengenai organisasi beserta produk atau jasa dan layanan yang turut mewakilinya
33
termasuk juga persepsi yang timbul berdasarkan segala hal yang diceritakan atau
ditampakkan hingga sampai ke pikiran publik. Reputasi organisasi merupakan
akumulasi citra yang terbentuk atau tertanam di masyarakat. Warta (2017: 8)
menyatakan bahwa reputasi dimaknai sebagai keseluruhan appresiasi, kepercayaan,
dan pemosisian harga diri institusi/perusahaan dari para pemerhati atau khalayak (the
overall appreciation, trust, and esteem that observers feel for a company). Dengan
kata lain reputasi adalah keseluruhan citra yang terbentuk karena kinerja dan perilaku
organisasi serta komunikasi yang dilakukan.
Fombrun (2011: 24) memperlihat beberapa perusahaan kelas dunia
membangun reputasi atas harapan para pemangku kepentingan melalui upaya-upaya
tertentu diantaranya sebagai berikut;
F. Komunikasi Krisis
Program penanganan krisis ada saat suatu organisasi mengalami krisis harus
dikomunikasikan kepada pihak yang terkait karena selain masyarakat sebagai pihak
luar organisai, pihak internal pun terutama karyawan bisa menjadi panik dan bahkan
terprovokasi. Seperti halnya di kasus Merpati dimana para pilot yang menjadi salah
satu pion utama bisnis mengundurkan diri yang berakibat terganggunya operasional
sehingga kondisi keuangan semakin memburuk. Untuk itu manajemen harus
menkomunikasikan langkah-langkah yang ditempuh organisasi dalam menangani
krisis agar mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari internal. Komunikasi yang
dilakukan dengan baik dan efektif ke internal organisasi akan meningkatkan dan
mengembalikan kepercayaan kepada manajemen untuk bersama-sama menangani
krisis tersebut. Disinilah diperlukan proses komunikasi organisasi.
Banyak pesan suatu organisasi yang tidak hanya disampaikan untuk kalangan
internal saja tapi juga harus disampaikan ke pihak luar organisasi. Untuk itu Romli
(2011: 6-7), menklasifikasikan arus komunikasi organisasi menjadi dua yakni:
1. Komunikasi Internal
2. Komunikasi Eksternal
Pada saat suatu organisasi mengalami krisis, kadangkala bentuk respon dari
organisasi tersebut adalah melakukan penolakan telah terjadi krisis, berbohong,
berspekulasi, dan menolak untuk memberi informasi yang jujur dan komplit. Hal ini
terjadi karena organisasi tidak siap mengelola krisis dan manejemen tidak memiliki
kemampuan berkomunikasi. Menurut Fearn-Banks, Haggart, Stubbart yang dikutip
Ngurah Putra (1999: 8-19), komunikasi pada saat organisasi menghadapi krisis
menjadi sangat penting disebabkan antara lain karena krisis dicirikan oleh adanya
38
1. Nonexistence strategies
Strategi ini dilakukan oleh organisasi yang memang tidak menghadapi krisis,
namun ada rumor bahwa sebuah organisasi sedang menghadapi sebuah krisis
atau masalah serius. Untuk itu bentuk pesan bisa berupa: denial, yakni
organisasi menyangkal adanya sesuatu yang tidak beres; clarification, yakni
organisasi menolak dengan dibarengi argumen dan alasan mengapa tidak
terjadi krisis; attack, organisasi menyerang pihak yang menyebarkan rumor
dan intimidation, organisasi membuat ancaman terhadap penyebar rumor.
2. Distance strategies
3. Ingratiation strategies
yaitu berusaha menempatkan krisis dalam konteks yang lebih besar; dan
praising others, yaitu mengatakan hal-hal baik yang telah dilakukan publik.
4. Mortification strategies
5. Suffering strategy
Strategi komunikasi yang digunakan dan dipilih oleh suatu organisasi atau
lembaga yang mengalami krisis haruslah efektif dan efisien. Menurut Daryanto dalam
bukunya Ilmu Komunikasi yang diterbitkan pada 2010, untuk mencapai komunikasi
yang efektif dibutuhkan minimal dua strategi, yaitu;
Pemanfaatan media sosial sebagai media komunikasi dewasa ini semakin luas
yang sebelumnya hanya digunakan oleh individu-individu untuk berinteraksi, saat ini
organisasi atau lembaga-lembaga resmi baik pemerintahan maupun swasta juga ikut
memanfaatkannya sebagai sarana untuk menjangkau khalayak ramai. Hal ini karena
media sosial memiliki karakteristik yang menurut Neni Yulianita dan Ninok
Leksono dalam bukunya Corporate and Marketing Communication (2011) meliputi
karakter-karakter sebagai berikut:
I. Kerangka Pemikiran
Kendala
Internal Eksternal
Krisis
Program
Manajemen Krisis
Strategi
Komunikasi
Media Komunikasi
Respon
Evaluasi
B. Metode Penelitian
Metode merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu
pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Bogdan dan Taylor dalam
Mulyana (2001) mengatakan bahwa metodologi dipengaruhi atau berdasarkan
perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian. Sementara
perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang
memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan
peristiwa dan situasi lain.
Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
48
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara
peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Kriyantono (2014: 56) menyatakan bahwa “riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya.”. Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang
didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka
semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini. Bebeda dengan kuantitatif, objek
dalam penelitian kualitatif umumnya berjumlah terbatas. Dalam penelitian ini,
peneliti ikut serta dalam peristiwa/kondisi yang sedang diteliti. Untuk itu hasil dari
penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain itu, hasil penelitian
ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat digeneralisasikan. Secara umum, penelitian
kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Melalui metode ini,
peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti
tidak dapat meriset kondisi sosial yang dioservasi, karena seluruh realitas yang terjadi
merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah. Hasil dari penelitian kualitatif juga
dapat memunculkan teori atau konsep baru apabila hasil penelitiannya bertentangan
dengan teori dan konsep yang sebelumnya dijadikan sebagai kajian dalam penelitian.
1. Sumber Data
Dalam metode penelitian kualitatif, data yang digunakan adalah data yang
disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka sebagaimana yang
disampaikan oleh Muhadjir Noeng (1996: 2) dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kualitatif. Kata verbal tersebut akan penulis dapatkan dari informan penelitian ini.
Menurut Nasution (1992), sumber data adalah situasi yang wajar atau
“Natural Setting” dimana meneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi
49
yang wajar bagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Moleong (2000)
mengemukakan sumber data dalam penelitian kualitatif ialah dengan kata-kata dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Untuk itu sesuai dengan fokus penelitian maka sumber data adalah :
1. Key informan, informan awal dipilih secara persuasif (purposive
sampling) hal ini dimaksudkan untuk memilih informan yang benar-
benar relevan dan kompetensi dengan masalah penelitian sehingga
data yang diperoleh dipergunakan untuk membngun teori. Sedangkan
informan selanjutnya diminta pada informan awal untuk menunjuk
orang lain yang dapat memberikn informasi dan kemudian informan
ini diminta pula informan lain dan seterusnya, cara ini lazim disebut
“snowball sampling” yang dilakukan secara berurutan. Untuk itu
dalam penelitian ini yang dipandang sebagai informan awal adalah
Direktur Utama, Direktur Umum, dan Direktur Keuangan LPP TVRI.
2. Peristiwa, dengan melihat masalah yang akan diselesaikan dari situasi
sosial organisasi dalam hal ini adalah TVRI selama melakukan
observasi sesuai dengaan masalah dan fokus penelitian.
3. Dokumen-dokumen, yaitu dokumen yang berhubungan dengan
kebutuhan data baik primer maupun sekunder untuk menunjang hasil
penelitian berdasarkan pada masalah yang akan diteliti.
BAB II Observasi
Teknik ini sengaja ditempatkan pada urutan pertama. Observasi adalah salah
satu metode yang peneliti lakukan dalam rangka mengumpulkan data tentang
objek penelitian ini. Peneliti telah mengamati manajemen krisis dan cara
pimpinan mengkomunikasikannya di TVRI pusat sejak 2017 - 2018.
Disamping itu observasi juga dilakukan pada berita-berita terkait TVRI di
media konvensional maupun online. Menurut Kriyantono (2014: 64) metode
obsevasi adalah “metode dimana periset mengamati langsung objek yang
diteliti”. Pengamatan ini juga peneliti melakukan wawancara tidak formal
dengan sejumlah karyawan dan kepala-kepala Bagian terkait. Observasi yang
dilakukan peneliti dikategorikan observasi tak berstruktur. Menurut Sugiyono
(2014:228) obeservasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Data yang
didapatkan peneliti dari observasi ini adalah data sekunder berupa
dokumentasi kegiatan yang dilakukan manajemen TVRI. Fungsi observasi
dalam penelitian deskriptif adalah menjelaskan dan merinci gejala yang
terjadi.serta melacak secara sistematis gejala - gejala komunikasi terkait krisi
yang terjadi di TVRI.
Dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung untuk menentukan jenis data
yang di inginkan. Menurut Kriyantono (2014: 57) dalam penelitian kualitatif
“periset menjadi instrument riset yang harus terjun langsung di lapangan
untuk menggali informasi dari responden”. Peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan subjek penelitian setelah sebelumnya melakukan
pengamatan terhadap fenomena yang terjadi.
BAB IV Dokumentasi
1. Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut
Kriyantono (2014:196) data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, kalimat-
kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara langsung ataupun
observasi. Pada saat wawancara langsung, peneliti juga melakukan analisis terhadap
jawaban informan. Bila jawaban informan yang diberikan belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan wawancara sampai tahap data yang di peroleh diangap
kredibel. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman, sebagaimana dikutip Sugiyono (2014: 246); aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas sehingga datanya sudah jenuh.
Analisis data berdasarkan model Miles and Huberman yaitu pengumpulan
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan langkah analisis digambarkan
pada sebagai berikut:
Adapun komponen dalam analisis data model Miles and Huberman adalah
sebagai berikut :
53
Data
Display
54
Data
Collection
BAB X Triangulasi
Dari sumber data tersebut diatas maka didapatkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan objekitivitasnya dan keabsahannya karena tidak hanya dari
satu sumber melainkan dari berbagai sumber data.
A. Sistematika Penulisan
A. Profil TVRI
seluruh wilayah Indonesia. Sumber daya manusia yang dimiliki TVRI saat ini terdiri
dari 3.369 Pegawai Negeri Sipil yang merupakan karyawan PNS Kementrian
Komunikasi & Informatika yang dipekerjakan di TVRI serta 1,327 karyawan bukan
PNS (PB PNS) yang direkrut langsung oleh TVRI yang tersebar di seluruh stasiun
daerah dan kantor pusat.
Berdasarkan struktur diatas maka dapat diketahui peranan dari masing – masing
bagian diatas yang dapat dihubungkan dalam penanganan manajemen krisis di LPP
60
TVRI. Dewan Direksi memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam
menjalankan kegiatan operasional lembaga. Struktur Dewan Direksi LPP TVRI
adalah sebagaimana digambarkan dibawah ini:
Visi:
• Terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu
bangsa.
• Adapun maksud dari Visi adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor
utama penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan
dalam merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa.
Misi:
4. Profil Informan
2. Apni Jaya Putra, S.Sos yang merupakan Direktur Program dan Berita
TVRI periode 2017 – 2022 adalah Informan II. Pria yang menamatkan
pendidikan S1 di Universitas Bengkulu dan kemudian melanjutkan
pendidikan di Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) ini memulai karir
sebagai jurnalis di PT Jawa Pos National Network. Pengalamannya
sebagai praktisi di berbagai televisi swasta di Indonesia membuatnya
bergabung dengan perusahaan Broadcast Resource Indonesia sebagai CEO
pada Januari 2015 dan menjadi konsultan di sebuah lembaga penyiaran
publik di Malaysia, BERNAMA, sejak April 2015. Selain sebagai
konsultan, lewat Broadcast Resource Indonesia, Apni pun menjadi agensi
distribusi konten untuk RTM dan TV Al Hijrah Malaysia.
menjabat posisinya saat ini, dia merupakan Akuntan Senior pada Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Saat terjadi krisis, upaya yang pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi
krisis tersebut. Melalui penelitian ini, penulis mencoba melihat sejauh mana
pemahaman manajemen TVRI terhadap krisis dan identifikasi terhadap krisis yang
sudah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
penelitian, diperoleh gambaran pemahaman terhadap krisis yang dihadapi. Menurut
Informan II, krisis yang yang dihadapi TVRI disebabkan oleh faktor eksternal
organisasi yakni image sebagai TV kuno dan adanya pembiaran atas kondisi tersebut.
“Sebelum saya masuk, TVRI kelihatan kuno; sesuatu yang mewakili masa
lalu. Padahal TV publik tidak semestinya begitu. Tapi, ketika saya di dalam,
64
saya tahu banyak persoalan yang terjadi. Kesimpulan saya: TVRI secara
sistematis ditidurkan fungsi publiknya”
Menurut Informan IV, krisis yang dihadapi TVRI dipicu oleh SDM yang
sangat terbatas dimana karyawan yang memasuki usia pension tidak memiliki
pengganti yang menyebabkan banyak posisi-posisi di TVRI dirangkap jabatan. Haln
ini menjadikan kinerja karyawan kurang fokus dan optimal. Era milenial yang
dinamis dan berubah begitu cepat. TVRI tidak bisa langsung beradaptasi dengan
cepat atas segala perubahan tersebut. Salah satu penyebab lambatnya proses adaptasi
tersebut karena sebagian besar SDM TVRI berada pada usia diatas generasi milenial.
“lebih dari 90% SDM PNS TVRI berusia diatas 40 tahun, tentu saja mereka
bukan bagian generasi milenial seperti jaman sekarang. SDM TVRI perlu
peremajaan tapi kami tidak punya kewenangan merekrut sendiri tenaga muda
PNS karena PNS TVRI merupakan pegawai Kominfo yang dipekerjakan di
TVRI. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya SDM yang memasuki usia
pensiun, namun tidak ada pengganti sehingga banyak posisi yang dirangkap.
Tentu saja kondisi ini menyebabkan kinerjanya menjadi tidak optimal”
Secara umum krisis dapat diartikan sebagai kondisi yang lebih banyak
memiliki implikasi negatif terhadap organisasi. Sebagaimana pendapat Fearn – Banks
bahwa krisis merupakan suatu kejadian penting dengan hasil akhir cenderung negatif
yang berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan atau industri, maupun
terhadap publik, produk, servis atau reputasinya. Biasanya sebuah krisis mengganggu
transaksi normal dan bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup atau keberadaan
67
organisasi. Oleh karena itu, sebagai suatu ancaman, krisis harus ditangani secara tepat
agar organisasi dapat berjalan normal kembali (Putra, 1999: 84).
Dari hasil temuan yang dijabarkan diatas mengenail pemahaman TVRI
terhadap krisis dapat dinterpretasikan bahwa krisis yang dihadapi TVRI adalah
sebagai berikut:
1. Krisis dalam manajemen lembaga terutama terkait pengelolaan
keuangan dan sumber daya manusia yang tidak berjalan normal.
2. Krisis reputasi yang merupakan akibat dari citra jadul yang terus
menerus dibiarkan melekat pada TVRI.
Saat terjadi krisis pada satu organisasi dan lembaga, bagaimana organissai
atau lembaga tersebut menyikapinya adalah faktor yang sangat penting dalam upaya
penanganan krisis tersebut. Sebagian mungkin menganggap krisis sebagai bencana,
namun sebagian yang lain akan melihat sebagai peluang. Sikap terhadap krisis ini
akan mempengaruhi keputusan penanganan krisis yang akan diambil. Dalam
penelitian ini penulis berupa mengetahui bagaimana sikap manajemen TVRI terhadap
krisi yang dihadapi. Menurut Informan I, krisis yang terjadi di TVRI sudah
berlangsung lama namun upaya penanganannya pada lembaga pemerintahan seperti
TVRI tidak bisa langsung dilakukan sebagaimana halnya pada organisasi swasta. Hal
ini karena TVRI terikat pada undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah.
“kami menyadari bahwa jika terjadi krisis maka diperlukan respon segera dari
organisasi. Namun hal ini tidak berlaku bagi TVRI. Ada undang-undang, ada
peraturan-peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan dan menjadi
pedoman untuk bertindak”
yang penuh untuk mengelola keuangan dan SDM sehingga penanganan krisis secara
cepat sulit dilakukan. Awalnya hanya berupa kendala, namun akhirnya menjadi krisis
karena tidak ditangani segera. Ketidakleluasaan dalam Pengelolaan keuangan dan
SDM ini yang menjadi salah satu sumber utama krisis di TVRI.
Berdasarkan wawancara dengan Informan I didapatkan gambaran bahwa
TVRI tidak menyerah, mereka tetap berusaha untuk mengatasi krisis yang dihadapi
secara bertahap dengan kerja maraton. Manajemen puncak TVRI sangat optimis
dengan potensi yang dimilki TVRI.
“Shock juga awalnya. Saya tahu akan banyak PR-nya. Ternyata lebih banyak
dari yang dibayangkan. Tapi, syukurlah, direksi sangat solid. Dewan
pengawas sangat mendukung. Kami pelan-pelan, tapi bekerjanya harus
maraton “
Sikap Humas TVRI yang tidak berperan aktif dalam menghadapi krisis belum
sejalan dengan fungsi Humas sebagai mana yang disampaikan Scott M. Cutlip dan
Allen H, Center, dalam Ruslan (2005 : 6) bahwa “Public Relation merupakan fungsi
manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijksanaan dan tata
cara seseorang atau organisai demi kepentingan publik, serta merencanakan dan
melakukan suatu program untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari
70
publiknya”. Bahkan secara lebih rinci H. Fayol menyebutkan beberapa kegiatan dan
sasaran Humas yang seharusnya sebagaimana pada Ruslan (1998: 23-24):
1. Membangun identitas dan citra perusahaan (Building corporate
identity and image),
2. Menghadapi krisis (Facing of crisis)
3. Mempromosikan aspek kemasyarakan (Promotional public causes)
perbaikan. Dunia berubah, tidak ada cara lain kita juga harus ikut berubah, ini
selalu saya sampaikan kepada seluruh karyawan dalam setiap kesempatan”
Beradaptasi dan berubah adalah kata-kata yang banyak muncul dari informan.
Perubahan adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam dunia ini. Sebagaimana
seringkali kita mendengar ungkapan dalam kehidupan sehari-hari yang diamini
hampir semua orang bahwa menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan. Dari
ungkapan itu terlihat bahwa perubahan adalah suatu kepastian, makhluk hidup pasti
berubah, dunia berubah, masyarakat berubah, teknologi berubah, karakteristik
penonton berubah, namun kemampuan untuk beradaptasi atas perubahan itu
merupakan pilihan. Inilah yang dinamakan evolusi dalam teori Charles Darwin dalam
bukunya “On the Origin of Species” pada tahun 1859, dimana evolusi oleh seleksi
alam, ialah proses dimana organisme berubah dari kurun waktu ke waktu yang
merupakan hasil pergabungan fisik antar induk atau adaptasi lingkungannya. Adaptasi
yang dilakukan makhluk hidup terhadap lingkungannya, secara bersama-sama dalam
satuan populasi, dapat membantu untuk bertahan hidup dan memiliki keturunan yang
72
banyak dan berkelanjutan. Spesies yang tidak mampu beradaptasi akan punah karena
seleksi alam.
Demikian halnya juga dengan sebuah organisasi, agar mampu bertahan maka
harus bisa menyesuaikan diri dengan berubahnya teknologi dan tatanam masyarakat,
munculnya generasi baru dengan segala karakteristiknya. Dalam buku M. Nur
Nasution, Manajemen Perubahan (2010: 15), Kritner dan Kinicki (2001)
mengelompokkan perubahan dalam organisasi ke dalam tiga tipologi, yaitu: adaptive
change, innovative change dan radiccally innovative change. Adaptive change,
merupakan perubahan yang paling rendah tingkat komplektisitasnya dan
ketidakpastianya. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan perubahan yang sifatnya
berulang dan meniru perubahan dari unit kerja yang berbeda, dan karyawan tidak
merasakan kekhawatiran atas perubahan. Innovative change adalah dengan cara
memperkenalkan praktek baru dalam organisasi. Perubahan ini berada ditengah
kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastian. Ketidakbiasaan dalam
mengerjakan sesuatu yang baru dan ketidakpastian yang lebih besar akan hasilnya
dapat membuat ketakutan terhadap perubahan. Radiccaly innovative change
merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung paling
menakutkan bagi manajer untuk melaksanakan, karema memberikan dampak kuat
pada keamanan kerja karyawan. Perubahan inovatif radikal merupakan perubahan
yang bersifat mendasar/fundamental dengan dampak risiko yang luas.
Strategi yang dilakukan TVRI menghadapi krisis adalah mengakui adanya
krisis dan memutuskan melakukan adaptive change terhadap perubahan yang
menyebabkan terjadinya krisis tersebut.
bertanggung jawab atas apa. Dalam berbagai kasus krisis organisasi, Humas
memegang peranan kunci dalam menangani krisis terutama untuk melakukan
komunikasi dengan pihak luar organisasi, namun untuk kasus TVRI dengan
kompleksitas krisis yang dimiliki, diperlukan penanganan semua pihak dalam internal
lembaga terutama oleh manajemen tinggi TVRI. Hal ini tergambar dari wawancara
dengan Informan IV.
“krisis yang kami hadapi sangat kompleks. Citra kami terpuruk tetapi di
internal juga sangat banyak permasalahan. Perlu perencanaan dan strategi dari
manajemen tinggi, dalam hal ini jajaran direksi. Humas perlu diberdayakan
untuk memperbaiki citra di publik melalui media-media komunikasi yang
kami miliki”
sudah menyiapkan berbagai langkah strategis yang ditujukan bagi internal dan
eksternal lembaga.
“strategi kami adalah melakukan perubahan secara menyeluruh, baik dari segi
pengelolaan operasional lembaga maupun upaya penciptaan image ke luar.
Semua langkah-langkah yang diambil dikomunikasi kedalam dan keluar
lembaga. Karena kami butuh dukungan dari semua pihak agar semua program
yang dirancang bisa berjalan”.
1. Revitalisasi SDM
Menurut wawancara dengan Informan IV diketahui bahwa TVRI melakukan
rekrutmen tenaga-tenaga muda melalui program PBPNS (Pegawai Bukan PNS) pada
akhir 2017.
Peneliti melakukan konfirmasi dan cross check dengan data referensi yang ada di
SDM TVRI terkait komposisi karyawan TVRI saat ini dan didapat data sebagai
berikut;
77
Pada tabel diatas terlihat perimbangan komposisi karyawan TVRI saat ini
berdasarkan kelompok usia yang sebelum sebagian besar berada di kelompok umur
diatas 40 tahun. Kekurangan SDM karena tidak ada pergantian karyawan PNS yang
memasuki usia pension dapat diatasi oleh TVRI dengan merekrut tenaga PBPNS ini.
Saat ini TVRI mengatur keuangannya dengan skala prioritas, rapat-rapat internal
yang dulunya disediakan konsumsi, saat ini sudah dihapuskan. Pengaturan jam AC
dan lampu-lampu kantor dihidupkan juga dilakukan untuk menghindari pemborosan
energy. Untuk menghindari kebocoran anggaran, TVRI menerapkan sistem cashless,
dimana semua pengeluaran dan penerimaan dana dari internal maupun eskternal
perusahaan melalui transfer bank.
78
3. Layanan Digital
Berdasarkan wawancara dengan Informan II, untuk beradaptasi dengan era
digital, TVRI juga menghadirkan program-program acaranya melalui layanan
streaming sehingga kaum milenial yang lebih banyak menggunakan sosial media
dibanding TV konvensional, bisa menikmati tayangan TVRI.
“kami punya streaming itu di Android; namanya TVRI Klik. Namun masih
linear. Saya mau nonlinear di mana orang bisa pilih nonton berdasarkan apa
yang ia inginkan. Tiga hari saya masuk, TVRI sudah bersiaran di Facebook,
YouTube. Saya bilang jangkau mereka yang tidak menonton TV. Kami
sedang berbenah”
Play Store Android dan media sosial Facebook dan Youtube. Didapatkan informasi
bahwa layanan digital TVRI yang berbasis android dengan applikasi TVRI KLIK
sementara streaming melalui Facebook dan Youtube dapat diunduh melalui portal
www.tvri.co.id/live. Dan layanan streaming melalui website TVRI yang bisa
dinikmati melalui media sosial Youtube dan Facebook sebagai berikut:
4. Perbaikan konten
Hasil wawancara dengan Informan II, strategi manajemen krisis TVRI juga
dengan melakukan perubahan pada konten acara agar lebih milenial. Diantara upaya-
upaya tersebut adalah dengan melakukan program Campaign Goes to Millenial.
“Looks kami rombak. Tampilan untuk acara Milenial kami buat. Presenter-
presenter kami permuda. Campaign kami bahwa TVRI goes to Milenial itu
berdampak dalam empat bulan terakhir. Distribusi penonton sudah tidak
terlalu kuat di tua; sudah mulai ke usia penonton usia 30 sampai 25 tahun itu
mulai tumbuh.”
81
Tujuan melakukan repackaging ini adalah selain untuk menghemat biaya pembuatan
program namun juga untuk menarik kembali penonton lama yang dulu menjadi
penikmat acara tersebut agar kembali bernostalgia. Dibuat dengan kondisi kekinian
untuk menarik penonton muda.
Diantara program-program yang dihidupkan kembali teersebut adalah:
a. Ria Jenaka yang dulu dipopulerkan oleh Ateng dan Iskak, tapi kini
menghadirkan versi milenial dengan bintang para Komika (Stand Up
Comedian) Gilang Baskara, Babe Cabita, Arief Didu dan lain-lain.
b. Sinetron yang pernah populer seperti ‘Siti Nurbaya’, ‘Keluarga
Cemara’, ‘Dokter Kartika’.
c. Film-film asing yang pernah berjaya di TVRI juga dimunculkan
kembali, seperti ‘Oshin’ dan ‘Little House on The Praire’.
d. Acara Cepat Tepat, SD, SMP dan SMA, yang dulu disukai dan
dirindukan yang dihadirkan melalui kerjasama dengan Kementrian
Dikbud
Peneliti melakukan cross check pada susunan acara TVRI, dan mendapatkan
informasi jadwal penayangan Ria Jenaka Milenial setiap Sabtu jam 19.00.
Strategi lain untuk perbaikan konten yang dilakukan TVRI adalah dengan
pembentukan creative hub. Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan I
diketahui bahwa tujuan pembentukan creative hub ini adalah untuk menjaring ide-ide
dari kreator-kreator muda guna perbaikan dan inovasi program-program acara TVRI.
Untuk itu TVRI menyediakan tempat khusus di lingkungan kantor TVRI sebagai
sarana berdiskusi dengan anak-anak muda kreatif supaya bisa memberikan input ide
dan saran.
"TVRI punya kantor yang besar di Senayan, 4,6 hektare. …… lobi bawah
dijadikan creative hub. Tempat para kreator konten berkumpul. Ini saya
senang banget karena kreator konten dan anak milenial itu juga sudah komit
membantu TVRI.’’
program dengan TV Publik asing seperti NHK Jepang, Arirang Korea Selatan, DW
Jerman, RBTF Belgia, dan RAI Italia.
“untuk memperkaya program TVRI, kami melakukan pertukaran program
acara dengan TV Publik negara lain. Beberapa program Arirang, TV Publik
Korea Selatan sudah kami tayangkan. Penjajakan sedang kami lakukan
dengan NHK Jepang, DW Jerman, RBTF Belgia, dan RAI Italia. Tidak
menutup kemungkinan dengan negara lain juga”
Berdasarkan cross check yang Peneliti lakukan pada susunan acara TVRI
didapatkan informasi bahwa salah satu program TV publik asing yang sudah
ditayangkan TVRI adalah mengenai budaya dan pembangunan di Korea Selatan yang
merupakan program dokumenter televisi Arirang yang berjudl 100 icons of Korean
Culture. Acara ini ditayangkan setiap Selasa jam 15.00.\
“Kami juga membuka keran kerja sama luar negeri. Waktu kami masuk, kami
ubek-lah seluruh MoU yang enggak sempat ditandatangani atau di-follow-up”
Menurut Informan II, pertukaran program ini sudah sejak lama dilakukan namun
banyak yang belum difollow up sehingga manajemen TVRI yang sekarang melakukan
review kembali semua kesepakatan tersebut.
Gambar 13 diatas merupakan hasil cross check pada media sosial Direktur Utama
TVRI dan mendapatkan informasi bahwa baru-baru ini TVRI melakukan
penandatanganan MOU pertukaran program dengan China Media Group.
Berdasarkan wawancara dengan para informan tergambar bahwa strategi yang
diambil TVRI adalah berupaya beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
di dunia pertelevisian menggunakan resources-resources yang terbatas serta peluang-
peluang yang dimiliki semaksimal mungkin.
“strategi kami adalah melakukan perubahan secara menyeluruh, baik dari segi
pengelolaan operasional lembaga maupun upaya penciptaan image ke luar.
Semua langkah-langkah yang diambil dikomunikasi kedalam dan keluar
lembaga. Karena kami butuh dukungan dari semua pihak agar semua program
yang dirancang bisa berjalan”.
publik kunci mengenai langkah-langkah yang telah diambil dan akan dilaksanakan,
(3). Mengaktifkan Pusat Krisis selama 24 jam, (4). Mengaktifkan Pusat Media dan
(5). Memberikan penjelasan kepada pers mengenai perkembangan yang terjadi secara
periodik- disamping menyiapkan siaran pers”.
Menurut Sturges dkk (Ngurah Putra, 1999), fungsi komunikasi selama krisis
adalah (1) untuk menetralisir intervensi pihak ketiga yang mungkin dapat
memperparah krisis yang sedang dihadapi oleh sebuah organisasi dan (2). Untuk
menjaga agar karyawan dapat tetap memperoleh informasi yang tepat tentang
organisasi tempat mereka bekerja, sehingga mereka menjadi tim yang memperkuat
posisi organisasi dalam menghadapi krisis. Intervensi pihak ketiga umumnya datang
dari media massa yang punya prinsip untuk menyampaikan setiap realitas sosial
kepada khalayaknya, termasuk krisis yang sedang dialami sebuah organisasi.
1. Komunikasi Internal
Saya selalu tekankan ayo, we fight back! Saya motivasi mereka. Kadang-
kadang mereka nangis. Saya pun kadang-kadang berlinang air mata juga.
Terharu melihat kebangkitan TVRI mulai terasa. Walaupun PR kami masih
banyak sekali,’’
Peneliti melakukan cross check pada dokumentasi kegiatan direksi TVRI dan
mendapatkan informasi upaya direksi berkomunikasi dengan internal untuk
memberikan motivasi dan semangat baru. Contohnya yang dilakukan Direktur
Umum TVRI, Tumpak Pasaribu, saat mengunjungi TVRI Stasiun Jakarta pada 26
Maret 2018 sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.
Demikian juga cross check pada dokumentasi ulang tahun TVRI Stasiun Jawa Timur
pada 3 Maret 2018, Direktur Utama TVRI, Helmy Yahya juga berusaha
membangkitkan motivasi karyawan.
88
Menurut Informan IV, karyawan perlu dimotivasi setiap hari dan perlu
dibangun kepercayaan dirinya bahwa mereka bagian yang sangat penting bagi
lembaga. Dengan demikian maka diharapkan karyawan akan ikut serta mendukung
upaya pembenahan di TVRI.
“setiap pagi bagian Humas melalui pengeras suara keseluruh ruangan
kerja menyampaikan ucapan selamat bekerja kepada seluruh
karyawan, kemudian siang hari memberikan ucapan selamat
beristirahat dan selamat makan siang, saat jam pulang kerja kembali
Humas menyampaikan ucapan terima kasih atas kinerja hari ini dan
ucapan selamat kembali ke rumah. Upaya ini kami lakukan untuk
memotivasi karyawan. Agar karyawan merasakan bahwa mereka
bagian yang penting bagi organisasi.”
Peneliti melakukan observasi pada majalah monitor ini dan mendapatkan gambaran
antusiasme para karyawan dan stasiun-stasiun daerah memberikan kontribusi berupa
update kegiatan ataupun artikel-artikel yang bermanfaat bagi internal TVRI.
2. Komunikasi Eksternal
Melalui wawancara dengan Informan V, Humas yang selama ini kurang aktif
dihidupkan kembali sebagai media komunikasi TVRI dengan publik. Media-media
sosial milik lembaga diupdate dengan berita dengan menggunakan tagar
#wefightback #kamikembali. Saluran-saluran yang memudahkan komunikasi dengan
publik dibuka.
“fungsi humas kami hidupkan kembali. Kami menggunakan media sosial
untuk sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Saluran-saluran
komunikasi dengan publik kami buka. Di kantor pusat dan kantor-kantor
stasiun daerah kami pasang banner berisi pemberitahuan bahwa kami
menerima keluhan dan input dari masyarakat”
Selain Humas, seluruh karyawan juga diminta aktif di media sosial dan
meramaikan tagar #wefightback #kamikembali. Menurut Informan IV seluruh
karyawan didorong untuk memiliki akun media sosial dan diminta aktif
menkomunikasikan kegiatan-kegiatan dan program-program TVRI di akunnya
masing-masing.
“sebagian besar karyawan kami sudah memiliki akun sosial media. Kami
meminta mereka aktif menyebarkan informasi tentang TVRI di sosial media.
Dan harus selalu memakai tagar #wefightback #kamikembali”.
Hal ini sejalan dengan salah satu cara membangun reputasi yang dikemukakan
Waska Warta dalam bukunya Manajemen Reputasi (2017: 98-103) yakni dengan
cara: kenali kekurangan diri (recognize your shortcoming), selalu waspada (stay
vigilant), mendorong anggota sebagai pejuang reputasi (make your employees your
reputation champion), control atau kendalikan internet sebelum ia mengendalikan
kita (control internet before it controls you), bicaralah dengan satu suara (speak with
a single voice), dan waspada akan bahaya runtuhnya reputasi (beware the danger of
reputation rub-off).
“saya bukan generasi milenial tapi semangat saya milenial. Saya aktif di sosial
media. Saya selalu menyebarkan informasi kegiatan dan program-program
acara TVRI di semua akun sosial media saya. Selalu pakai tagar #wefightback
#kamikembali. Kehadiran kami di media-media sosial diharapkan
menciptakan image bahwa kami TV kekinian”
Penggunaan akun media sosial sebagai media komunikasi akan
mempermudah dan mempercepat penyebaran suatu informasi sebagaimana pendapat
Marshall Mc Luhan yang diambil dari bukunya Prof. Onong Uchjana Effendy Ilmu
Komunikasi : Teori dan Praktek (2006) tentang perkembangan teknologi komunikasi
bahwa “the medium is the message”. Mc Luhan mengungkapkan bahwa pesan yang
disampaikan memanglah penting, namun media yang digunakan juga memiliki peran
sebagai pesan, Hal ini diperkuat oleh Burgon & Huffner (2002) bahwa media
92
Media sosial dewasa ini sudah menjadi media audio visual dimana pesan yang
disampaikan bisa didengar dan dilihat komunikan. Bahkan media sosial saat ini juga
bisa menjadi Media Audio Visual Aid (AVA). Menurut Grant & Meadows (2014)
dalam bukunya Communication Technology Update and Fundamentals (2014), AVA
adalah media komunikasi yang dapat dilihat dan juga dapat didengar, untuk
mendapatkan informasi secara bersamaan, dimana comtoh dari AVA ini adalah
televisi. Namun fungsi televisi sebagai media komunikasi sudah bisa digantikan oleh
media sosial saat ini karena memungkinkan berkirim informasi berupa suara (audio),
gambar (gambar), maupun video (audio visual) atau bahkan kombinasinya. Selain
menggunakan media social, menurut Informan I, komunikasi ke pihak luar lembaga
juga dilakukan dengan komunikasi secara langsung dalam setiap kesempatan baik
secara formal atau informal.
2. Twitter
96
3. Facebook
97
Berdasarkan hitungan instagram yang diambil tanggal 13 Mei 2018 jam 18.59
WIB, lebih 10 ribu tagar #wefightback dan 8 ribu #kamikembali memenuhi sosial
media. Sebagai Lembaga penyiaran publik TVRI tentu saja program –program yang
disirkan berbeda dengan Stasiun televisi Swasta yang orentasinya profit. Program
TVRi harus berlandaskan pada empat filosofi, yakni independen, inspiratif, cerdas,
dan mendidik. Sedangkan televisi swasta berdasarkan rating tertinggi yaitu
infotainment,sinetron, dan debat yang kadang - kadang bersifat sarkasme. Untuk itu
TVRI harus melaksanakan strategi komunikasi agar program yang berbeda dengan
televisi swasta juga menjadi pilihan penonton generasi millennial.
98
99
A. Kesimpulan
Krisis yang dihadapi TVRI adalah krisis dalam hal menajemen yakni terkait
pengelolaan keuangan dan SDM. Disamping itu TVRI juga menghadapi krisis
reputasi karena image sebagai TV jadul yang lama terbentuk di masyarakat. Krisis
yang dihadapi TVRI ini berlangsung cukup lama dan tidak segera ditangani.
Manajemen krisis merupakan respon pertama berupa upaya yang dilakukan
organisasi terhadap suatu kejadian krisis. Upaya tersebut harus bersifat segera agar
krisis tidak semakin parah namun TVRI sebagai salah satu lembaga pemerintah yang
terikat dengan undang-undang dan peraturan pemerintah tidak bisa merespon dengan
cepat begitu krisis terjadi karena untuk kebijakan tertentu memerlukan persetujuan
lembaga terkait. Krisis di TVRI sudah melewati tahap akut dan sudah berada di tahap
tahap resolusi, yaitu tahap ketika manajemen harus memulihkan kekuatan agar
kembali seperti semula dan dapat melanjutkan aktivittas dengan normal dan lancar.
dalam formula Laswell terhambat. Penonton sebagai penerima pesan (TO WHOM)
mengalami perubahan karakteristik di era milenial ini, namun TVRI sebagai
komunikator (WHO) tidak melakukan adaptasi seiring perubahan tersebut. Unuk itu
krisis yang dihadapi TVRI menurut tipologi krisis Shirivasta dan Mitroff berada pada
Sel 3 yakni krisis yang terjadi karena faktor sosial/manusia dan manajemen yang
bersumber di dalam perusahaan akibat terlambat melakukan adaptasi atau perubahan.
Kendala SDM yang sebagian besar terdiri dari Gen-X diatasi dengan
mendapatkan green player dari generasi milenial melalui program PBPNS. Kendala
anggaran diatasi dengan cost efficiency dan cashless program. Sementara perubahan
karakteristik penonton milenial yang social media oriented diatasi dengan
merepackaging program-program acara yang dimiliki, menjaring ide kreatifitas anak
muda melalui pembentukan creative hub, dan melakukan pertukaran program dengan
TV publik asing. Krisis telah dijadikan turning point bagi TVRI for better.
B. Saran-Saran
1. Saran Akademis
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, masih banyak hal-hal terkait
manajemen krisis yang belum tergali secara mendalam. Untuk itu penulis
menyarankan kepada akademisi yang tertarik meneliti tentang manajemen krisis di
suatu lembaga agar melakukan penelitian yang lebih mendalam. Manajemen krisis
telah menjadi studi yang menarik dewasa ini bahkan telah menjadi new corporate
discipline yang tentu saja penelitian-penelitian tentang manajemen krisis ini akan
sangat bermanfaat, tidak hanya bagi ilmu terapan terkait tapi juga bagi organisasi,
lembaga, atau perusahaan. Lebih jauh lagi krisis tidak hanya menimpa organisasi tapi
juga negara bahkan dunia, untuk itu masih banyak penelitian terkait manajemen krisis
yang bisa dilakukan.
2. Saran Praktis
Tidak ada yang tahu kapan krisis akan terjadi dan banyak organisasi yang
tidak siap menghadapinya karena tidak memiliki crisis management plan sebagai
langkah antisipasi dan menjadikannya sebagai standar operasi perusahaan (SOP).
TVRI sudah membuat rencana strategis untuk menangani krisis yang sedang
dihadapinya, untuk itu penulis menyarankan agar diperluas secara lengkap menjadi
blueprint rencana penanganan krisis lembaga. Disamping itu penulis juga
menyarankan agar TVRI bekerja sama dengan endorser-endorser di sosial media agar
perubahan yang dilakukannya lebih viral dan menarik perhatian generasi milenial.
102
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2018. Hasil Survei Penetrasi
dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017. https://apjii.or.id/survei2017
[diakses 10 April 2018].
Ardianto, Elvinaro, Komala Lukiati, dan Karlinah, Sitti. 2014. Komunikasi Massa:
Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Refika Offset. 277 hal.
Ardianto, E. 2011. Handbook of Public Relations: Pengantar Komprehensif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 374 hal.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 138 hal.
Arnold, H.J. dan Feldman, D.C. 1986. Organizational Behavior. New York: McGraw-
Hill. 623 p.
Suparmo, L. 2018. Manajemen Krisis, Isu, dan Resiko dalam Komunikasi. Jakarta:
CV. Campustaka. 156 hal.
Tubbs, S.L. dan Moss, S. 2005. Human Communication: Konteks-Konteks
Komunikasi. Penerjemah; Mulyana, D., penyunting. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Terjemahan dari Human Communication. 316 hal.
Warta, W. 2017. Manajemen Reputasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 260 hal.
Widhana, D.H. 2018. Apni Jaya Putra: “TVRI Mati Suri Sejak Ada TV Swasta
Keluarga Soeharto". https://tirto.id/tvri-mati-suri-sejak-ada-tv-swasta-
keluarga-soeharto-cG11. [diakses 12 April 2018].
Winastiti, Agnes. 2016, Generasi Millenial dan Karakteristiknya.
https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160823145217-445-
153268/generasi-millenial-dan-karakteristiknya/ [diakses 6 April 2018]
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana. 97 hal.
Wulandari, Dwi. 2016. Pertarungan Stasiun TV Makin Sengit, Apa Kabar TVRI?
Dalam MIX Marketing Communication.
http://mix.co.id/headline/pertarungan-stasiun-tv-makin-sengit-apa-kabar-tvri.
[diakses 9 April 2018]
Yulianita, N. dan Leksono, N. 2011. Corporate and Marketing Communication.
Bandung: Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi. 340 hal
106
Data Informan
Nama :
Pekerjaan :
Usia :
Pertanyaan
1. Apakah menurut informan TVRI mengalami krisis?
2. Menurut informan, apakah penyebab krisis di TVRI
3. Bagaimana sikap TVRI terhadap krisis yang dihadapi?
4. Bagaimana strategi manajemen krisis TVRI?
5. Siapa yang merancang strategi manajemen krisis tersebut?
6. Apakah sebelumnya TVRI sudah memiliki rancangan strategi manajemen
krisis?
7. Apa tujuan dibuatnya rancangan strategi manajemen krisis tersebut?
8. Bagaimana peranan Humas dalam manajemen krisis TVRI?
9. Bagaimana komunikasi yang dilakukan dalam manajemen krisis?
10. Apa media komunikasi yang digunakan dalam manajemen krisis?
107
Data Informan I
Nama : Helmy Yahya, MPA, Ak., CPMA,CA (“H”)
Pekerjaan : Direktur Utama TVRI
Hari/Tanggal : 24 April 2018
Tempat : Kantor Pusat TVRI, Jakarta
Tadi Bapak mengatakan butuh dukungan dari dalam dan luar lembaga dalam
menangani krisis, bagaimana cara mendapatkan dukungan tersebut Pak?
110
Jadi dikomunikasikan kedalam dan luar organisasi ya Pak. Kalau selain melalui
tatap muka, media komunikasi lain apa saja yang digunakan Pak?
H: saya bukan generasi milenial tapi semangat saya milenial. Saya aktif di sosial
media. Saya selalu menyebarkan informasi kegiatan dan program-program
acara TVRI di semua akun sosial media saya. Selalu pakai tagar #wefightback
#kamikembali. Kehadiran kami di media-media sosial diharapkan
menciptakan image bahwa kami TV kekinian.
H: kami punya website. Itu sarana komunikasi juga. Ada whats up, Facebook,
dan Instagram yang dikelola Humas. Para karyawan juga menkomunikasikan
informasi-informasi TVRI di akun media sosialnya masing-masing. Tagline
kami sudah lumayan mewarnai media sosial saat ini, cek saja #wefightback
#kamikembali hehehe. TVRI sekarang sudah milenial. Penonton milenial
kami sudah ada, kami semuapun sudah bersemangat milenial hahahha.
Data Informan II
Nama : Apni Jaya Putra, S.Sos (“A”)
Pekerjaan : Direktur Program dan Berita TVRI
Hari/Tanggal : 25 April 2018
Tempat : Kantor Pusat TVRI, Jakarta
sudah tidak terlalu kuat di tua; sudah mulai ke usia penonton usia 30 sampai
25 tahun itu mulai tumbuh
Strategi lainnya Pak?
A: kami banyak mendaur ulang acara-acara lawas yang pernah jaya dengan
konsep lebih kekinian. Biayanya pembuatan programnya tentu saja lebih
murah dibanding membuat program baru. Ada variety show, kuiz, sinetron,
dan film lawas yang kami tayangkan kembali. Unttuk menmperkaya program
kami juga membuka keran kerja sama luar negeri. Waktu kami masuk, kami
ubek-lah seluruh MoU yang enggak sempat ditandatangani atau di-follow-up.
Kami melakukan pertukaran program acara dengan TV publik negara lain,
saat ini program Arirang, TV Publik Korea, sedang kami tayangkan.
Bagaimana upaya menjangkau kaum milenial yang tidak suka menonton di
depan TV Pak?
A: kami punya streaming itu di Android; namanya TVRI Klik. Namun masih
linear. Saya mau nonlinear di mana orang bisa pilih nonton berdasarkan apa
yang ia inginkan. Tiga hari saya masuk, TVRI sudah bersiaran di Facebook,
YouTube. Saya bilang jangkau mereka yang tidak menonton TV. Kami
sedang berbenah. Boleh dijelaskan strateginya Pak?
H: strategi kami adalah melakukan perubahan secara menyeluruh, baik dari segi
pengelolaan operasional lembaga maupun upaya penciptaan image ke luar.
Semua langkah-langkah yang diambil dikomunikasi kedalam dan keluar
lembaga. Karena kami butuh dukungan dari semua pihak agar semua program
yang dirancang bisa berjalan.
Terus Pak
H: Strategi kita memperbaiki layar, …. banyak sekali acara yang kita
repackaging. Doakan kami sehingga ini kan TV bisa jadi TV yang terdepan
yang tetap netral dan independen. Semua nostalgia yang membangkitkan
kenangan kejayaan TVRI dihidupkan kembali dengan kondisi kekinian.
Sekarang banyak acara TVRI yang dikemas secara milenial. Masih ingat Ria
Jenaka kan? Nah sekarang dikemas ulang dan para pengisi acaranya anak
muda, temanya tema kekinian, jadilah Ria Jenaka Milenial. Saya juga sudah
melakukan pendekatan dengan Depdikbud untuk menghidupkan kembali
acara Cerdas Cermat yang pernah jaya. Sekarang kurang sekali program acara
pendidikan. Depdikbud siap membantu. untuk memperkaya program TVRI,
kami melakukan pertukaran program acara dengan TV Publik negara lain.
Beberapa program Arirang, TV Publik Korea Selatan sudah kami tayangkan.
Penjajakan sedang kami lakukan dengan NHK Jepang, DW Jerman, RBTF
Belgia, dan RAI Italia. Tidak menutup kemungkinan dengan negara lain juga.
Saat ini sudah tayang Program dari Arirang, yang 100 icons of Korean
Culture. Kuis saya yang pernah jaya di salah satu TV swasta Siapa Berani,
113
saya berikan rightnya ke TVRI. Sudah siap tayang. Tunggu saja dalam waktu
dekat hehehe.
Sekarang kan era milenial, bagaimana upaya menyelaskan program TVRI agar
kekinian dengan dana terbatas?
H: Banyak cara ….. TVRI punya kantor yang besar di Senayan, 4,6 hektare. ……
lobi bawah dijadikan creative hub. Tempat para kreator konten berkumpul. Ini
saya senang banget karena kreator konten dan anak milenial itu juga sudah
komit membantu TVRI. Saya juga sering ikut serta diskusi-diskusi dengan
komunitas-komunitas jaman NOW hehehe. Seperti ketemuan dengan para
Youtubers Indonesia. Semua siap membantu, bukti TVRI masih dicintai,
membuat saya makin optimis.
Tadi Bapak mengatakan butuh dukungan dari dalam dan luar lembaga dalam
menangani krisis, bagaimana cara mendapatkan dukungan tersebut Pak?
Jadi dikomunikasikan kedalam dan luar organisasi ya Pak. Kalau selain melalui
tatap muka, media komunikasi lain apa saja yang digunakan Pak?
H: saya bukan generasi milenial tapi semangat saya milenial. Saya aktif di sosial
media. Saya selalu menyebarkan informasi kegiatan dan program-program
acara TVRI di semua akun sosial media saya. Selalu pakai tagar #wefightback
#kamikembali. Kehadiran kami di media-media sosial diharapkan
menciptakan image bahwa kami TV kekinian.
H: kami punya website. Itu sarana komunikasi juga. Ada whats up, Facebook,
dan Instagram yang dikelola Humas. Para karyawan juga menkomunikasikan
informasi-informasi TVRI di akun media sosialnya masing-masing. Tagline
kami sudah lumayan mewarnai media sosial saat ini, cek saja #wefightback
#kamikembali hehehe. TVRI sekarang sudah milenial. Penonton milenial
kami sudah ada, kami semuapun sudah bersemangat milenial hahahha.
I: tentu saja, sangat penting agar apa yang dicanangkan manajemen bisa sampai
kebawah dan bisa mendapat dukungan dari karyawan.
Data Informan IV
Nama : Tumpak Pasaribu, SE, Ak., M.Ak., CA (“T”)
Pekerjaan : Direktur Umum TVRI
Hari/Tanggal : 24 April 2018
Tempat : Kantor Pusat TVRI, Jakarta
T: Para Direksi tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan dari karyawan.
Upaya-upaya penanganan krisis kami komunikasikan ke karyawan. Kita kasih
pengertian. Kita minta dukungan dan kerjasamanya. Kita motivasi mereka.
Kita bangun kepercayaan diri mereka.
kembali ke rumah. Upaya ini kami lakukan untuk memotivasi karyawan. Agar
karyawan merasakan bahwa mereka bagian yang penting bagi organisasi.
Itu untuk internal lembaga, kalau yang diluar lembaga apa yang dilakukan
Pak?
T: Sekarang hampir semua orang punya akun media sosial, jadi kami jadikan itu
untuk sarana komunikasi dengan pihak luar. Humas sekarang mengelola
instagram, facebook dan twitter milik TVRI. Karyawan kami dorong juga
untuk memiliki akun media sosial agar bisa ikut serta menyebarkan informasi
tentang kegiatan-kegiatan dan program-program acara TVRI. Dan juga agar
ikut meramaikan tagar kami #wefightback dan #kamikembali. Karyawan
cukup antusias.
Data Informan V
120
punya akun instagram, twitter dan facebook yang dikelola oleh Humas.
Melalui media tersebut kami komunikasikan ke masyarakat apa-apa saja yang
dilakukan TVRI, program-program acaranya, dan sebagainya.
Apakah penggunaan media sosial terseut sebagai media komunikasi efektif Pak?
R: Sangat efektif. Sifatnya kan real time. Jadi bisa kita masukkan berita setiap
saat dan banyak mendapat respon masyarakat. Tagar kami di media sosial
#wefightback dan #kamikembali cukup banyak mewarnai. Bisa dicek tagar
tersebut bisa muncul sampai 10 ribu kali.
RIWAYAT HIDUP
(almarhumah). Penulis menamatkan SD pada tahun 1981, SMP tahun 1984 dan SMA
pada tahun 1987 di SMA Hang Kesturi Medan. Penulis memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Jurusan Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatra
Utara, Medan tahun 1993.
Sejak tahun 1997 sampai sekarang penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil pada Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI dengan penempatan awal di TVRI
Stasiun Sumatra Barat dan sekarang di TVRI Pusat Jakarta. Pada tahun 2014, penulis
memperoleh kesempatan meneruskan pendidikan pada Program Pascasarjana
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Andalas di Padang.