SKRIPSI
Diajukan sebagai memenuhi syarat penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi) Pada Program Studi
Pendidikan Luar Biasa FKIP UNINUS
Oleh:
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Emay Mastiani, M.Pd. Prinanda Gustarina Ridwan, M.Pd.
NIP. 300390 NIP. 300440
Disahkan oleh:
Dekan Fakultas Keguruan Ketua Program Studi
dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Luar Biasa,
MOTO HIDUP
“LEBIH BAIK GAGAL SETELAH MENCOBA, DARI PADA GAGAL
KARENA BELUM PERNAH MENCOBA”
KARENA DI SETIAP KEGAGALAN , PASTI ADA KEMUDAHAN DAN
JALAN KELUAR
A. Identitas
Nama : Aini Latifah
NIM : 41032102181018
Tempat/Tanggal/Lahir : Majalengka, 12 Mei 2000
Alamat : Blok Sabtu RT 001/007 Desa
Jatitengah Kec Jatitujuh Kab
Majalengka.
Agama : Islam
B. Keterangan Keluarga
Nama Ayah : Abdul Gani
Nama Ibu : Iin Sukarsih
Saudara Perempuan : Puput Siti Fatimah
C. Riwayat Pendidikan
1. TK Kartini : 2006 - 2007
2. SDN Jatitengah II : 2007 - 2012
3. MTSN Jatitujuh : 2012 - 2014
4. Persatuan Persis 92 Majalengka : 2015 – 2018
5. Universitas Islam Nusantara
Jurusan S-1 Pendidikan Luar Biasa : 2018 – Sekarang
ABSTRAK
Aini Latifah (2022) Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka
Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka
Ringan Bagi Anak Tunagrahita Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung”
Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
skripsi ini baik berupa bimbingan, nasehat, maupun dukungan yang sangat berarti
dan membantu penulis. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan yaitu :
1. selaku Ketua Yayasan Bandung.
2. selaku Ketua Bandung.
3. Dr. Yoga Budhi Santoso M.Pd selaku Ketua Program Luar Biasa .
4. Dr. Emay Mastiani M.Pd selaku Pembimbing I yang selalu sabar dan
meluangkan waktu serta tenaga dan memberikan petunjuk, arahan, motivasi
yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Prinanda Gustarina Ridwan M.Pd selaku Pembimbing II yang selalu sabar dan
meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan petunjuk, arahan,
motivsi yag sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan Luar Biasa yang telah mendidik penulis
selama menempuh pendidikan.
7. Marsudi S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB Ar-Rahman Kota Bandung dan
Seluruh Staf.
8. Ayahanda (Abdul Gani) dan Ibunda (Iin Sukarsih ) tercinta yang senantiasa
selalu memberikan motivasi serta Do’a yang tiada henti.
9. Untuk Ilham yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis
setiap
saat dalam keadaan susah maupun senang, ssehingga penulis bisa
termotivasi untuk menyelesaikan skripsil ini.
10. Rekan-rekan angkatan 2018 Terimakasih atas kebersamaannya selama ini,
semoga sukses selalu. Serta Seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna sehingga saran dan
kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan serta demi
kemajuan ilmu pendidikan luar biasa di masa yang mendatang.
Bandung
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
SURAT PERNYATAAN ii
MOTTO HIDUP iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Batasan Masalah 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Tujuan Penelitian 6
F. Definisi Operasional 7
G. Pertanyaan Penelitian 9
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mendapatkan keseimbangan
dan kemampuan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Sehingga
pendidikan tidak hanya sekedar pengajaran yang dapat dikatakan sebagai suatu
proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan
segala aspek yang dicakupnya, melainkan pendidikan sangat berperan penting
bagi masyarakat indonesia.
Menurut Undang–undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2
menegaskan “Bahwa tujuan adanya pendidikan ialah untuk menjadikan warga
negara indonesia sebagai pribadi yang tidak hanya memiliki wawasan luas
namun juga memiliki sikap-sikap yang berbudi luhur sebagaimana yang dicita-
citakan dalam pancasila”. Isi undang-undang di atas bahwa pendidikan
bertujuan agar warga negara indonesia memiliki wawasan yang luas, serta
berbudi luhur.
Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi
individu pada umumnya termasuk bagi anak tunagrahita yang memiliki
kelainan fisik dan intelektual, salah satunya adalah anak tunagrahita ringan
yang memiliki keterbatasan intelektual.
Menurut American Psychiatric Association (2013:33) menjelaskan:
“Anak tunagrahita ringan atau disebut dengan IDD (Intellectual Developmental
Disorder) atau gangguan perkembangan intelektual adalah anak yang
mengalami gangguan pada masa periode perkembangan yang meliputi
intelektual dan keterbatasan fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan
keterampilan adaptif, yang mempunyai IQ antara 68-52”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa perkembangan fungsi intelektual
anak tunagrahita yang rendah disertai dengan perkembangan perilaku adaptif
yang rendah pula akan berakibat langsung kepada kemampuan mereka dalam
mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan mereka.
Masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita diantaranya: masalah
belajar, masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, masalah gangguan
bicara, pengembangan diri seperti merawat diri, menolong diri, merawat diri,
mengurus diri, menghindari dari bahaya, menafaatkan waktu luang.
Pengembangan diri memperoleh hal yang sangat penting dikuasai dalam
anak tunagrahita ringan. Agar mereka dapat mengurangi ketergantungan
kepada orang lain.
Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak
tunagrahita adalah merawat luka ringan. Luka ringan tersebut
diantaranya;tersenyat pisau, terjatuh saat berlari, tergores, tertusuk jarum,
tercakar oleh teman , terpeleset,. Luka ringan akan berujung infeksi apabila
tidak ditangani dengan benar, sehingga perlu ditangani dan dirawat dengan
baik.
Anak tunagrahita ringan belum memahami bagaimana cara
membersihkan atau merawat luka, hal tersebut memerlukan bimbingan dari
guru agar mereka memiliki keterampilan dalam merawat luka. Oleh karena itu
anak tunagrahita memerlukan program pembelajaran mengenai merawat luka
ringan untuk memberikan pemahaman bagi anak tunagrahita ringan, dapat
mengembangkan dirinya.
Berdasarkan studi terdahulu dan dilakukan oleh Muhlis Nurhakim (2017)
dengan judul peningkatan keterampilan penanganan luka ringan anak
tunagrahita ringan kelas III metode Latihan di SLB ABCD Tuna kasih
donoharjo ngaglik slemen Yogyakarta menjelaskan bahwa perlu memberikan
pembelajaran keterampilan penanganan luka ringan kepada siswa tunagrahita,
supaya siswa mempunyai kesadaran untuk mengobati luka serta dapat
menangani luka ringan yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain
secara sigap sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya infeksi. Oleh karena
itu pemberian keterampilan pengembangan diri ini memang perlu. Sehingga
bekal untuk merawat dan menolong diri secara mandiri bagi anak tunagrahita
ringan.
Menurut Kemis dan Rosnawati (2013:18) bahwa “ Keterampilan
merawat diri merupakan bentuk pelatihan dan pembinaan terhadap anak
tunagrahita ringan agar dapat merawat dirinya sendiri tanpa harus menunggu
bantuan dari orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merawat diri merupakan suatu pembelajaran yang perlu diberikan bagi anak
tunagrahita ringan sebagai bentuk pelatihan agar meningkatkan kemandirian
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Hasil Studi Pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh
peneliti bulan Desember 2021 di SLB AR-Rahman Kota Bandung, peneliti
menemukan bahwa disekolah tersebut belum terdapat program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. sehingga terdapat 2 anak
tunagrahita ringan di kelas XI dengan kemampuan dibawah rata-rata yang
mengalami kesulitan dalam penanganan merawat luka ringan. Oleh karena itu
anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran dalam
keterampilan yang khusus untuk melatih dalam pembelajaran tata cara
penanganan merawat luka ringan yaitu seperti mengenal alat-alat yang
diperlukan dalam penanganan luka ringan, cara membersihkan luka sebelum
luka diobati, cara memberi obat pada luka, dan cara memasangkan perban pada
luka.
Maka berdasarakan permasalahan kondisi tersebut dibutuhkan adanya
program pembelajaran mengenai kemampuan merawat luka ringan secara
spesifik bagi anak tunagrahita ringan di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Penyusunan
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan bagi Anak Tunagrahita Ringan
Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Penyusunan
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?“
C. Batasan Masalah
Untuk memperoleh hasil dalam melakukan penelitian ini maka peneliti
membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh
peneliti dan guru.
3. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang telah
divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah,
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah, guru dan siswa.
Pentingnya pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut :
a. Anak Tungrahita Ringan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu solusi atau jalan bagi
penyandang disabilitas dalam menjalani kehidupan sehari- hari untuk
menolong dirinya sendiri secara mandiri, dalam merawat luka ringan.
b. Guru
Guru diharapkan dapat lebih terampil untuk mempersiapkan
program-program yang dibutuhkan untuk menolong diri dan merawat diri
sehingga peserta didik mempunyai bekal ketika sudah tamat di SMALB.
c. Kepala Sekolah
Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
dapat melakukan pembinaan terhadap guru agar memiliki keterampilan
dalam memberikan program-program yang dibutuhkan peserta didik di
SMALB.
d. Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan sebagai calon guru
untuk meningkatkan program pembelajaran keterampilan bagi anak
tunagrahita ringan dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyusunan program merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan
kelas XI di SLB Ar-Rahman .
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
b. Untuk mengetahui bentuk program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang disusun oleh peneliti dan guru .
c. Untuk mengetahui bentuk penyusunan program pembelajaran merawat
luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman
Kota Bandung yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan
SLB Gelora Karya.
F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas judul penelitian ini maka definisi oprasional
diuraikan sebagai berikut :
1. Penyusunan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1573) mengartikan
bahwa “Penyusunan adalah, proses, cara, perbuatan menyusun (Seperti
penyusunan kamus, ensiklopedia)”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan adalah
kegiatan dalam memproses data yang dilakukan oleh kelompok atau
perorangan secara baik dan teratur. Penyusunan dalam penelitian disini
adalah proses penyusunan program merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan di SLB Ar- Rahman Kota Bandung.
2. Program Merawat Luka Ringan
Menurut Schultz (2003) dalam Arisanty 2013 bahwa “Internasional
Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB) banyak
mengembangkan konsep persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan luka
sehingga dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh atau dari luar
tubuh seperti memfasilitasi dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau
jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali
pengembangan konsep untuk pelaksanaan luka sehingga dapat
meningkatkan penyembuhan agar tidak terjadinya infeksi dan ditangani
secara baik.
3. Merawat Luka Ringan
Menurut Sukma Wijaya (2018:57) “Merawat luka ringan merupakan
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam, benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa merawat luka ringan merupakan
suatu kerusakan pada organ tubuh sehingga dapat mengakibatkan hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ tubuh seperti berdarah karena teriris
pisau dan sebagainya.
4. Anak Tunagrahita Ringan
Menurut Astati dan Mulyati (2010:15) bahwa “Anak tunagrahita
ringan adalah anak yang IQ nya berkisar 50-70. Anak termasuk tunagrahita
ringan adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk berkembang
dalam akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan.”
Sesuai dengan pendapat Kirk dan Gallagher dalam Astati dan Mulyati
(2010:14) “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata
berada dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi
tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.”
Anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita
yang berumur 15-18 tahun, kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Berdasarkan definisi operasional di atas, maksud dari judul penelitian ini
adalah penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan sehingga anak tunagrahita ringan dapat menolong dirinya
sendiri.
G. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan rangkaian permasalahan yang akan
diteliti, yaitu :
1. Bagaimana kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?
2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun
oleh peneliti dan guru?
3. Bagaimana bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora
Karya?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Definisi yang menjadi sebuah rujukan penulis yaitu anak tunagrahita
secara istilah dikatakan sebagai anak dengan Intellectual Developmentental
Disability (untuk selanjutnya ditulis IDD). American Assosiation of
Intellectual Develompental Disability (AAIDD) dalam (Daniel P.Hallahan
et. All., 2009:147) mendefinisikan “mental retardation is a disability
characterized by significant limitations both in intellectual functioning and
in adaptive behavior as expressed in conceptual sosial and practical
adaptive skills. This diability originates before age 18”. Yang dimaksud dari
definisi tersebut bahwa “anak retardasi mental adalah disabilitas yang
ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual,
maupun dalam perilaku adaptif, seperti yang diekspresikan dalam
keterampilan adaptif sosial, konseptual dan praktis. Kecacatan ini terjadi
sebelum usia 18 tahun”.
Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
mempunyai hambatan atau kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata normal
sehingga mempunyai hambatan dalam perkembangannya yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan.
2. Klasifikasi
Pengklasifikasian anak tunagrahita secara umum dilakukan untuk
memudahkan dalam pemberian bantuan layanan sesuai dengan kebutuhan anak
sehingga terlaksana dengan baik dan seefektif mungkin. Adapun beberapa
pengklasifikasikan anak tunagrahita tersebut dijadikan acuan hasil dari
beberapa pendapat berbagai sudut pandang.
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan agar memudahkan
guru dalam menyusun program pembelajaran dan memberikan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya.
Klasifikasi anak tunagrahita menurut Aproditta (2012:45) sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Intelegensi ( IQ )
Tingkat
Keterbelakangan Tingkat IQ Berdasarkan Skor
Mental
Weschsler
Approdita Binet Grossman
(WISC)
Tunagrahita Ringan 51-70 68-52 69-55 50-55
Tunagrahita Sedang 63-51 51-36 54-40 35-40
Tunagrahita Berat 20-35 25-20 39-25 20-25
Tunagrahita Sangat IQ Di bawah Kurang dari Kurang dari
Di bawah 20
Berat 20 19 24
3. Karakteristik
Adapun karakteristik anak tunagrahita lebih mengacu pada kondisi fisik.
Menurut James D. Page Suhaeri (1979:25) dalam Astati dan Mulyati (2015:15-
17) yang sudah diadaftasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a. Kecerdasaan
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote
learning ) bukan dengan pengertian.
b. Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam
masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.Anak
tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari
usianya, ketergantungan kepada orang tua sangat besar,sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi.Selain itu mereka
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang
menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan
dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau
perlakuan dan lingkungan yang kondusif.
c. Fungsi-fungsi Mental Lain
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat
pengolahan (perbendarahan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan waktu yang lama untuk
melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenal.
1) Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan
bahasa.
2) Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan
sesuatu, membedakan antara baik dan yang buruk, dan
membedakan yang benar dengan yang salah.
3) Anak tunagrahita pelupa dan mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan kembali suatu ingatan.
d. Dorongan dan Emosi
Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda
sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Anak yang
berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannya. Hampir tidak
memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri. Anak yang
tidak terlalu berat ketunagrahitaanya mempunyai kehidupan emosi
yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang
kuat dan kurang banyak mempunyai keragaman.
e. Organisme
Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang
lebih tua dari anak normal. Sikap dan bergerak legaknya kurang indah.
Diantaranya banyak yang mengalami terhambatnya bicara, pandangan
penglihatannya berkurang. Anak yang berat dan sangat berat
ketunagrahitaanya kurang rentan terhadap penyakit, badannya relatif
kecil seperti kurang segar sehingga mata sayu dan tidak bersemangat,
tenaganya berkurang, cepat letih, daya tahan tubuh mengurang.
b) Kelompok akademis
Mata pelajaran kelompok akademis pada umumnya hanya diberikan
kepada anak tunagrahita ringan yang menekankan pada
pengembangan kemampuan berpikir logis, konseptual, dan analisis
sederhana.
c) Kelompok sensorimotorik
Sensorimotorik merupakan fase dasar perkembangan manusia yang
menunjang perkembangan selanjutnya.
d) Kelompok keterampilan
Berbeda dengan pelajaran-pelajaran akademik, kebanyakan pelajaran
keterampilan tidak banyak menutut kecerdasan yang tinggi.
Keterangan:
1) Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
▪ Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhan khusus
tunagrahita dan autis dalam seminggu satu jam pelajaran. Satu jam
pelajaran ditambahkan pada Kelompok C Pilihan Kemandirian
2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan lokal.
3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
4) Kelompok C (berupa pilihan kemandirian. Peserta didik memilih dua Pilihan
Kemandirian)
5) Pada semester I Kelas XII SMALB perlu melaksanakan program magang
selama satu bulan.
6) Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus) diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kekhususan siswa. Program Kebutuhan Khusus untuk:
a) Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan
Komunikasi.
b) Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan
Irama
(1) Tunagrahita berupa adalah Pengembangan Diri
(2) Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; dan
(3) Autis adalah Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan
Perilaku.
7) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh)
menit.
8) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal
60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan
9) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,
dan faktor lain yang dianggap penting.
10) Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya terdiri atas empat aspek
yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Peserta didik mengikuti
salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti
dapat diganti setiap semesternya.
11) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan dan usaha
kesehatan sekolah (UKS). Satuan pendidikan dapat mengembangkan kegiatan
ekstra kurikuler sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing
12) Memahami jumlah jam pelajaran (alokasi waktu) dalam satu minggu untuk
mata pelajaran yang ditematikan pada setiap kelas dan satuan pendidikan
(SDLB, SMPLB, dan SMALB), serta mata pelajaran yang tidak ditematikan
dan program kebutuhan khusus berdasarkan struktur kurikulum SDLB,
SMPLB, dan SMALB.
13) Dengan menganalisis struktur kurikulum SDLB, SMPLB, dan SMALB
akan mengetahui kelompok mata pelajaran, banyaknya mata pelajaran pada
setiap tingkatan kelas/satuan pendidikan, mata pelajaran yang ditematikan
dan yang tidak ditematikan untuk setiap tingkatan kelas dan jenis
kelainan/hambatan/ketunaan, alokasi waktu untuk mata pelajaran yang
ditematikan dan yang tidak ditematikan dalam satu minggu
d. Tempat Pendidikan
Anak tunagrahita dengan hambatan intelektualnya perlu mendapatkan
layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan
hambatannya, maka dari anak butuh tempat pendidikan yang bisa
menyesuaikan kebutuhan dan hambatannya, Menurut Astati dan Mulyati
(2011:27-33) :
1) Sistem pendidikan yang hanya menyelengarakan pendidikan untuk anak
luar biasa saja adalah sistem segregasi adalah sebagai berikut:
a) Sekolah khusus, sekolah khusus anak tunagrahita disebut Sekolah Luar
Biasa C (SLB-C) dan Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB-C).
b) Kelas jauh, kelas jauh adalah kelas yang dibentuk jauh dari sekolah
induk karena di daerah tersebut banyak anak luar biasa.
c) Guru kunjung, diantara anak tunagrahita terdapat yang mengalami
kelainan berat sehingga tidak memungkinkan untuk berkunjung ke
sekolah khusus.
d) Lembaga perawatan (Institusi Khusus), disediakn khusus anak
tunagrahita yang tergolong berat dan sangat berat.
2) Di sekolah umum (Reguler), di sekolah integrrasi anak tunagrahita harus
mengikuti pelajaran yang sesuai dengan anak biasa (Reguler) berdasarkan
keadaan seperti ini akan menyebabkan permasalahan bagi anak tunagrahita.
Bentuk pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan derajat ketunagrahitaanya,
seperti:
a) Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru,
anak tunagrahita yang dimasukan di kelas ini adalah yang paling ringan
ketunagrahitaanya.
b) Di kelas biasa dengan guru konsultan, anak tunagrahita belajar bersama-
sama dengan anak normal dibawah pimpinan guru kelasnya.
c) Di kelas biasa dengan guru kunjung, anak tunagrahita belajar bersama-
sama dengan anak normal di kelas biasa dan dijar oleh guru kelasnya.
d) Di kelas biasa dengan ruang sumber, ruang sumber adalah ruangan
khusus yang menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan
belajar anak tunagrahita.
e) Di kelas khusus sebagian waktu, kelas ini berada disekolah biasa dan
menampung anak tunagrahita ringan tingkat bawah atau anak
tunagrahita sedang tingkat atas.
f) Kelas khusus, kelas ini juga berada di sekolah biasa yang berupa
ruangan khusus untuk anak tunagrahita, biasanya tunagrahita sedang
lebih efektif ditempatkan di kelas ini.
Tabel 3.1.
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan
Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan
dengan benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan yang
benar
7. Anak
diberikan
kesempatan untuk
mempraktekan
cara merawat luka
ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru
melihat kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12.
Selanjutnya guru
membagikan alat
dan bahan untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi dengan
benar
13. Anak dan
guru bersama-
sama melakukan
kegiatan merawat
luka dengan benar
(mengkomunikasi
kan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik yang
mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan kepada
peserta didik yang
telah berhasil
mengikuti
langkah-langkah
dengan tepat
berupa penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dilakukan agar suatu penelitian berjalan dengan
lancar dan sesuai prosedur sehingga data yang diperoleh akurat.
Menurut Ismunarti (2020:1) bahwa “Intrumen penelitian adalah alat ukur
yang digunakan secara sistematis untuk mengumpulkan data penelitian, data
merupakan nilai karakteristik objek yang diperoleh melalui proses pengukuran
atau pengamatan. Pengamatan menghasilkan sekumpulan nilai atau atribut dari
objek penelitian yang disebut variabel penelitian”.
Dalam penelitian kualitatif , peneliti berperan sebagai instrumen
penelitian untuk mengumpulkan data. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2016:306) bahwa “Peneliti kualitatif sebagai
Human Instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan dat, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan dta dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Sejalan dengan pendapat Anggito (2018:75) bahwa “Pengamat atau
peneliti dalam penelitian kualitatif sangat berperan dalam proses pengumpulan
data atau dalam kata lain yang menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri”.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Berupa observasi, wawancara, maupun studi dokumentasi.
Peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif, dalam penelitian
ini peneliti menyusun dan menggunakan instrumen observasi,wawancara, dan
studi dokumentasi.
Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Nama/ Inisial Jenis Kelamin Usia Keterangan
1. PN Perempuan 18 Tahun Anak Tunagrahita
2. NER Perempuan 17 Tahun Anak Tunagrahita
3. TD Perempuan 28 Tahun Guru Kelas
4. SS Perempuan 31 Tahun Guru Validasi
5. DL Perempuan 36 Tahun Guru Validasi
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penyusunan program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tnagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-
Rahman Kota Bandung. Dengan aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang
disusun oleh peneliti dan guru.
c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang
telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.
F. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, ada tiga tahap yang dapat dilakukukan penelitian
dalam melakukan prsedur penelitian ini yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap proses pencatatan.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian merupakan tahap awal untuk melakukan
penelitian. Di dalam pelaksanaan tahap ini, kegiatan yang dilakukan dalam
tahap persiapan penelitian adalah :
a. Survei Tempat Penelitian
Survei tempat penelitian adalah langkah pertama yang dilakukan
peneliti dalam memulai penelitian. Dalam hal ini peneliti mencari masalah
yang akan diteliti kemudian menjelaskan sebagai pertimbangan dalam
merumuskan masalah.
b. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,
menemukan berbagai masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian. Untuk melaksanakan studi pendahuluan, peneliti akan
melakukan pendekatan terhadap pihak sekolah untuk membahas masalah-
masalah yang terjadi di sekolah, baik masalah yang dihadapi oleh kepala
sekolah ,maslah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar maupun masalah yang dihadapi oleh anak saat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
c. Menentukan topik dan judul penelitian
Setelak melakukan pendekatan kepada pihak sekolah, peneliti memilih
topik dan judul yang dianggap menarik untuk diteliti. Kemudian peneliti
mengajukan kepada dewan skripsi untuk memperoleh persetujuan
menindaklanjuti menyusun rancangan penelitian.
d. Menyusun proposal
Setelah menentukan topik dan judul yang di teliti, maka tahap
selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat proposal untuk
diajukan kepada pembimbing. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
melalui arahan pembimbing.
e. Validasi Instumen Penelitian
Validasi dilaksanakan kepada 1 (Satu) guru SLBN Majalengka, dan 1
(Satu) guru SLB Gelora Karya yang bertindak sebagai validator. Validasi
dilakukan untuk mengetahui keterbacaan dan keterlaksanaan penyusunan
program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan
kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2. Tahap Pelaksanaan penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tahap yang harus
dilakukan:
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan berbagai data yang ada
diperkirakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data ini meliputi kegiatan
wawancara dan observasi terhadap responden yaitu anak tunagrahita
ringan kelas XI dan guru kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
1) Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengamati anak,
kemudian data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kemampuan persepsi
visual anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan observasi dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai kesepakatan guru. Dengan
melaksanakan observasi diharapkan dapat melihat kemampuan pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. Observasi dilakukan
sebanyak 7 kali di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai guru dengan
acuan yang ada pada pedoman wawancara, untuk menjawab pertanyaan
peneleitian tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh data
tentang kemampuan persepsi anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan
wawancara dilakukan secara mendalam di sekolah saat pembelajaran dimulai
atau waktu luang guru. Wawancara dilakukan di dalam kelas sesuai dengan
kesepakatan yang ditentukan sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan
dilapangan.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi di laksanakan di SLB Ar-Rahmn Kota Bandung hasil
dokumentasi berupa buku pedoman program pembelajaran merawat luka
ringan untuk anak tunagrahita dan modul tata cara merawat luka ringan.
4) FGD (Focus Group Discussion)
Kegiatan Focus Group Discussion ini dilaksanakan di sekolah SLB Ar-
Rahman Kota Bandung dihadiri oleh peneliti, guru, dan staf bidang kurikulum
untuk mendiskusikan rancangan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI dengan tujuan dapat menjadi pedoman
bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
5) Validasi
Pelaksanaan validasi dilakukan oleh peneliti dengan memvalidasikan
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan yang disusun oleh guru dan peneliti SLB Ar-Rahman
Kota Bnadung.
b. Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
induktif dimana data yang diperoleh hasil penelitian dideskripsikan kemudian
dilakukan analisis secara kritis dan menarik kesimpulan secara bertahap serta
dilakukan pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh data observasi, wawancara, studi
dokumentasi, FGD, dan validasi dilakukan pemilihan atau
pengelompokan serta merangkum hal-hal yang penting sesuai dengan
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2) Penyajian Data
Setelah mendapatkan data yang diperoleh, lalu peneliti
menyajikan data dalam bentuk pernyataan atau uraian untuk
mempermudah memahami apa yang terjadi dengan penyusunan program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB
Ar-Rahman Kota Bandung.
3) Kesimpulan dan Verifikasi Data
Peneliti menarik kesimpulan dari awal sampai akhir data yang telah
diperoleh, namun kesimpulan bersifat sementara seiring data yang di
dapat, agar menjaga tingkat kepercayaan hasil penelitian, maka
menanyakan kembali hasil yang telah diperoleh pada guru
tersebut. setelah itu hasil penelitian tersebut dihubungkan
dengan jawaban-jawaban serta pertanyaan penelitian yang berkaitan
dengan penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
c. Kesimpulan
Menarik kesimpulan merupakan langkah akhir dari kegiatan
penelitian. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian terhadap data-data yang diperoleh baik melalui
wawancara, studi dokumentasi, FGD, validasi. Dari data tersebut, maka
tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan tentang hasil penyusunan
program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung kemudian dihubungkan dengan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
3. Tahap Pelapor
Pada tahap akhir dari kegiatan penelitian adalah menyusun laporan
penulisan laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena
melalui laporan penelitian tersebut, hasil penelitian dapat mudah untuk
dipahami dan digunakan oleh berbagai pihak terkait.
Penulisan laporan ini merujuk sesuai dengan pedoman sistematika penulisan
skripsi yang dikeluarkan oleh FKIP Universitas Islam Nusantara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Latar Penelitian
Penelitian terdiri dari Profil Lembaga dan Profil Responden. Adapun
subjek yang diteliti adalah 1 (Satu) orang guru dan 2 (Dua) anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
1. Profil Lembaga
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SLB Ar-Rahman Kota
Bandung yang beralamat di Jalan Terusan GBI (Griya Bandung Indah) atau
Bodogol No. 126 RT 4 RW 5 Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari
Kota Bandung, Kode Pos 40286. Merupakan Sekolah swasta yang berdiri
sejak tanggal 2 September 2002, mulai didirikan dan telah Terdata di Dinas
Provinsi Jawa Barat, izin pendirian : Nomor:421/1316-Disdik 2003 Tanggal,
09 Juli 2003 dengan Surat Keputusan /SK 02.00/443/BAP-SM/X/2009 Luas
2 2.
bangunan sekolah 174 M luas bangunan 08 M
Sarana yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung. Diantaranya:
a. Ruangan kelas terdapat sarana seperti: meja guru, meja belajar peserta
didik, kursi guru, kursi peserta didik, jam dinding, rak hasil karya
peserta didik, dan papan tulis.
b. Ruangan aula terdapat sarana seperti: lemari, rak hasil karya peserta
didik, tempat cuci tangan, jam dinding, timbangan badan, pengeras
suara, dan tape recorder, WC siswa L/P dan WC guru L/P terdapat
sarana seperti kloset jongkok, tempat air (Bak), dan gayung.
c. Ruang tata usaha (TU) terdapat sarana seperti: meja TU, kursi TU,
computer TU, Printer TU. Ruangan guru dan Kepala sekolah terdapat
sarana seperti lemari, jam dinding, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, kursi
pimpinan, meja pimpinan, lemari arsip, dan perlengkapan P3K.
d. Ruang perpustakaan terdapat sarana seperti rak buku dan berbagai
macam buku guru dan buku siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SLB Ar-Rahman dilakukan
pada pagi hari dan diakhiri di siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB.
SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang dipimpin oleh 1 kepala
sekolah dan dibantu dengan 10 tenaga pendidik dan 1 tenaga
kependidikan. Semua karyawan dan guru tersebut memberikan
pelayanan pendidikan terhadap 37 peserta didik.
Jenjang pendidikan yang ada di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
terdiri dari SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan jenis kelainan
diantaranya tunarungu, tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
Kurikulum yang digunakan SLB Ar-Rahman Kota Bandung adalah
kurikulum 2013.
Program unggulan yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
Sebagai Berikut :
a. Kegiatan Kesenian
b. Kegiatan Olahraga
c. Kegiatan Pramuka.
2. Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 1 (satu orang) guru dan 2 (dua
orang) anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Profil responden adalah sebagi berikut:
a. Responden Guru (RG)
Responden berinisial TD, berusia 28 tahun, jenis kelamin perempuan.
Alamat Kampung Tabrik RT.13/RW.5 Desa Babakancikao Kecamatan
Babakancikao, Pendidikan terakhir S1, status kepegawaian non PNS, bertugas
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sejak bulan Februari tahun 2022.
Responden memiliki sikap yang baik, penyayang, tegas, dan sabar dalam
mendidik anak berkebutuhan khusus, terlihat ketika responden mendidik dan
melayani peserta didik di kelas.
b. Responden Anak (RA)
1) Responden Anak Kesatu (RA-1)
Responden berinisial NER, Berusia 18 tahun, jenis kelamin
perempuan, anak ketiga dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial
HJ bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bernisial RAK bekerja sebagai
wiraswasta, beralamat di Komplek GBI Blok F11 No.01 Buah Batu
Kecamatan Bojongsoang.
Fisik sama seperti pada umumnya, untuk motorik kasarnya NER
masih perlu dilatih karena masih kaku dalam memegang benda,
kemampuan dalam bersosialisasi NER cukup baik, selain itu NER juga
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat, sehingga guru
harus terus menanyakan berulang-ulang agar NER dapat mengungkapkan
pendapatnya.
2) Responden Anak Kedua (RA-2)
Responden berinisial PN, Berusia 18 tahun, jenis kelamin
perempuan, anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial R
bekerja sebagai buruh dan ibu bernisial A bekerja sebagai ibu rumah
tangga, beralamat Rancabolang Kecamatan Gede Bage.
Fisik PN sama seperti anak pada umumnya, kemampuan dalam
bersosialisasi PN cukup baik, dan PN mampu mengekpresikan
pendapatnya ketika tanya jawab dengan guru.
3. Aspek Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa aspek. Berikut aspek dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam belajar pengembangan diri merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.
Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.
Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru yang
berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat
luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:
Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, Adapun kritik
dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber ( gambar-gambar
kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus kepada pembelajaran
merawat luka ringan. Saran dari kedua validator yaitu materi dipermudah
dan program pembelajaran akan lebih baik apabila disusun dalam bentuk
program pembelajaran yang disusun sudah baik dan dapat diterapkan di
seokalah yang lain.
E. Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di
SLB Ar-Rahman Kota Bandung, anak tunagrahita ringan menurut
Mumpuniarti (2010:64)
Anak tunagrahita ringan (Mild mentally retalted) adalah anak yang
tingkat kecerdasannya (IQ) berkisar antara 50-70. Rendahnya tingkat
kecerdasan itu juga mengakibatkan terbatasnya perkembangan
pencapaian tingkat usia mental mereka. Tingkat usia mental/umur
kecerdasan mental setaraf anak usia sekolah dasar kelas 6 (umur anak 12
tahun) walaupun sudah mencapai usia dewasa.
Lebih lanjut menurut definisi yang diterima secara luas dan menjadi
rujukan utama ialah definisi dari AAMD (Amerivcan Association Of Mental
Deficiency ) yang dikutip Grossman (Krik dan Gallagher, 1986) dalam Astati
dan Mulyati (2011:9) bahwa “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual
yang nyata dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi
tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan”.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki kondisi kecerdasan di bawah rata-rata,
selain itu anak tunagrahita mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan mereka kurang cakap dalam hal- hal yang abstrak.
Sehingga anak tunagrahita membutuhkan layanan dan Pendidikan khusus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, akan tetapi memiliki potensi yang
dapat dikembangkan dalam bidang akademik sedehana dan keterampilan
sederhana untuk menjalani kehidupan dengan mandiri.
Anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran khusus
yang sesuai dengan kemampuan, dan kebutuhannya. Salah satu program
pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan adalah program
pembelajaran pengembangan diri yang dahulu dikenal istilah Bina Diri
tercantum dalam buku milik Astati (2015:7) jika ditinjau dari kata Bina
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “Membangun atau
proses penyempurnaan agar lebih baik; maka Bina Diri adalah usaha
membangun diri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui
pendidikan di keluarga, sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya
kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara
memadai”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program
pengembangan diri bagi anak tunagrahita merupakan hal yang sangat penting
untuk mengantarkan anak tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya
yang berupa kegiatan pembelajaran. Dalam hal merawat diri, mengurus diri,
menolong diri, menghindari dari bahaya, berkomunikasi, bersosialisasi,
keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang. Hal tersebut merupakan
kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sehingga dengan program
pembelajaran pengembangan diri diharapkan dapat meminimalisir atau
menghilangkan ketergantungan anak terhadap orang lain sehingga tercapainya
kemandirian pada anak untuk menjalankan aktivitas kehidupannya.
Berdasarkan hasil penelitian, kenyataan di lapangan khususnya di SLB
Ar-Rahman Kota Bandung belum memiliki program pembelajaran
pengembangan diri khususnya dalam merawat luka ringan, oleh karena itu
perlu dilakukan penyusunan program pembelajaran pengembangan diri
merawat luka ringan.
Peneliti bekerjasama dengan guru untuk menyusun program
pembelajaran pengembangan diri, lalu penyusun dilakukan FGD bersama
kepala sekolah, dan guru-guru di SLB Ar-Rahman Kota Bandung, kemudian
hasil program pembelajaran yang sudah di FGD kan dan divalidasikan kedua
guru dengan dua sekolah berbeda.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berikut ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian
sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya yaitu, sebagai berikut :
1. Simpulan Umum
Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan belajar
akademis oleh karena itu program pendidikan bagi mereka lebih diarahkan
pada penguasaan dalam pengembangan dirinya, agar anak kelak memiliki
bekal hidup di masyarakat.
Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak
tunagrahita ringan adalah merawat luka ringan. Melalui pembelajaran
merawat luka ringan diharapkan anak tunagrahita ringan memiliki bekal
untuk merawat luka ringan ketika tersenyat pisau, terjatuh dari sepeda,
tergores dan masih banyak lainnya.
Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa anak tunagrahita
ringan sudah mampu dalam merawat luka ringan, akan tetapi masih ada
yang harus diberikan bimbingan atau arahan.
2. Simpulan Khusus
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dalam program
pembelajaran merawat luka ringan, bahwa:
a. Kemampuan dalam belajar sebelum merawat luka ringan, diantaranya
anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan ketika luka,
seiring berjalannya waktu anak mampu mengenal alat (gunting medis,
perlak,sarung tangan, pinset) tetapi ada anak yang tidak mengenal perlak dan
pinset sehingga membutuhkan bantuan dalam menyebutkan klu. Anak
mampu mengenal bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) ada anak yang
tidak mengenal revanol dan kain kasa sehingga memerlukan pengulangan dan
diberikan klu, anak mampu mempersiapkan alat, mempraktikan cara merawat
luka ringan, hanya butuh bantuan dalam menyebutkan bahan-bahan dalam
merawat luka ringan, anak mampu membersihkan alat, merapihkan bahan
hanya keduanya belum mampu atau masih membutuhkan bantuan dalam
mencegah dan mengurangi infeksi pada luka. Maka perlu adanya mengobati
luka secara teratur dan mengganti plaster dirasa sudah gatal.
Kemampuan dalam belajar pada saat merawat luka ringan, Sebagian
besar anak mampu melakukan tindakan yang benar ketika berada di dalam
kelas. Pada tahap mempraktikan langkah-langkah atau proses cara
menangani, merawat luka ringan anak masih membutuhkan bantuan
dalam menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan
klu terlebih dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan
tersebut.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh peneliti
dan guru. Bahwa berdasarkan hasil FGD dan studi dokumentasi diperoleh
jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sebagai
berikut:
Penyusunan program pembelajaran merupakan hasil dari kerja sama
antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Melalui FGD program
pembelajarann merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-komponen
diantaranya : Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka
ringan adalah RPP, Modul, buku guru, buku siswa, poster, dan analisis
tugas yang disusun oleh peneliti.
c. bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:
Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru
yang berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya
sebagai berikut:
Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI,
Adapun kritik dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber (
gambar-gambar kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus
kepada pembelajaran merawat luka ringan. Saran dari kedua validator
yaitu materi dipermudah dan program pembelajaran akan lebih baik
apabila disusun dalam bentuk program pembelajaran yang disusun sudah
baik dan dapat diterapkan di seokalah yang lain.
B. Rekomendasi
Berdasarkan data hasil peneliti berikut ini akan dikemukan beberapa
rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan, rekomendasi dalam
penelitian ini ditunjukkan bagi:
1. Bagi Guru
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bahwa program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan di
sekolah tersebut belum tersedia. Oleh karena itu, dengan adanya
penyusunan program pembelajaran dapat membantu guru untuk dalam
memberikan keterampilan merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan.
2. Kepala Sekolah
Berdasarkan fakta di lapangan bahwa anak tunagrahita
ringan adalah anak yang mengalami gangguan kecerdasan jauh di bawah
rata-rata, dengan demikian adanya penyusunan program pembelajaran
dapat membatu serta memfasilitasi guru untuk memberikan keterampilan
merawat luka ringan supaya dapat memudahkan pembelajaran yang
kondusif.
Alangkah baiknya apabila sekolah dapat memberikan pelatihan dan
arahan kepada semua guru tentang pentingnya penyusunan program
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan. Serta dapat mengembangkan penyusunan program
pembelajaran yang telah dibuat menjadi lebih baik lagi.
C. Penutup
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan
menyusun laporan hasil penelitian ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi masih jauh dari
sempurna. Kekurangan dan kelemahan yang semata-mata disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimilii oleh peneliti. Oleh karena itu kritik dan
saran peneliti harap untuk di masa mendatang. Peneliti mengucapkan
terimaksih pada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini,
semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya Amin.
DAFTAR PUSTAKA
AC, S., & Criminales K. (2006). Aspek Medikolegal Luka Pada Forensik Klinik.
Majalah Kedokteran Nusantara, 39:(4):430:2.
American Psychiatric Association . (2013). Arlington , 33.
Gunahardi, & Dan Maryadi . (2011). Modul PLPG Pendidikan Luar Biasa
Pendalaman Materi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Moh, A. (2006, Juni 23). Hubungan Orang Tua Dalam Pelatihan Bina Diri
Sebagai Upaya Kemandirian Pada Siswa Tunagrahita Kelas D3 Dan D4
Di SLB-C AKW II Surabaya. Retrieved From Skripsi Pendidikan Luar
Biasa Unesa : Https://Digilib.Uinsby.Ac.Id/8638/3/BAB%20II.Pdf
Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2019, January 1). Retrieved
From Penyusunan : Https://Typoonline.Com/Kbbi/Penyusunan
Somantri. (2014). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sudrajat , & Dan Rosida. (2013). Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus . Jakarta: PT Lukima Metro Mandiri.
LAMPIRAN
112
Daftar Guru
SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat
Status Jenis
No Nama NUPTK JK NIP Kepegawaian PTK
Ahmad
Mugni Guru
1 Almarogi L GTY/PTY Kelas
Guru
2 Arien Fitriani P GTY/PTY Kelas
PNS Guru
3 Asep Juhana 8554741643200033 L 196312222007011005 Diperbantukan Kelas
Guru
4 Enjang 5450745649200013 L GTY/PTY Kelas
Guru
5 Gunawan 4548768670120003 L GTY/PTY Kelas
Guru
6 Nursyamsiah 5845742646300012 P GTY/PTY Kelas
Ryan Guru
7 Permana 0852772673130072 L GTY/PTY Kelas
Guru
8 Tati Karyati 1138740641300053 P 196208061986032006 PNS Kelas
Tryash Guru
9 Destryanawati 3535772673130003 P GTY/PTY Kelas
Guru
10 Tukiyo 4452744648200023 L 196611202007011003 PNS Kelas
Tempat
Tanggal Status Jenis
No Nama NUPTK JK Lahir
Lahir Kepegawaian PTK
1970- Kepala
1 Marsudi 2553748651200023 L Garut 12-21 GTY/PTY Sekolah
Rahmat 1993- Penjaga
2 Gustian L BANDUNG 06-22 GTY/PTY Sekolah
2007-
1 AFDIL SYAFA'AT 21118 L 2077300977 Kota Bumi 02-04 3204080402070003
2002-
2 ANDRIYANTO 1073 L 0006446342 Cilacap 11-11 3301101111020003
2003-
3 Astri Apriliana 20113 P 0038525300 Garut 08-05 3204084508030009
2013-
4 BIMA PRATAMA 21115 L 3138450326 Bandung 12-11 3273221112130005
DAFFINA 2009-
5 DELAILAH SARI 15103 P 0096523519 BANDUNG 08-31 3273227108090001
FADILA EGA 2005-
6 PERMANA 1283 L 0054804567 Bandung 11-03 3204080411050002
Fariz Ridha 2005-
7 Mubarrak 1397 L 0056523952 Bandung 09-14 3204081409050003
FIFIN NUR 2001-
8 AJIJAH 1070 P 0016992661 Bandung 08-24 3204086408010005
Fitra Septiani 2009-
9 Nugraha 19109 L 3095640909 Bandung 10-05 3273220510090002
ILHAM
RAMADANI 2005-
10 PUTRA 1179 L 0053242715 Bandung 05-10 3273230101000002
KELVIN 2009-
11 KURNIAWAN 1789 L 0093843157 Bandung 09-21 3273272109090001
KHANSA 2003-
12 AALIYAH 1392 P 0035971265 Bandung 03-02 3273234203030001
2009-
13 MAMANG DADI 1893 L 0099760168 Bandung 09-09 3204080909090017
MARSYA
AGUSTINA 2009-
14 RAMADHANI 1395 P 0092155601 Bandung 08-24 3204086408090003
MAULANA 2007-
15 HAMDANI 1396 L 0071906830 Bandung 11-21 3204082111070001
2012-
16 MIPTAHUDDIN 21117 L 0125478653 Sumedang 07-05 3211180507120001
MOCHAMAD
FARIS 2011-
17 FATHURRAHMAN 16108 L 0115004789 Bandung 06-06 3273220606110002
MOCHAMAD
IQBAL 2007-
18 FIRMANSYAH 15100 L 0073605684 BANDUNG 04-09 3273230904070001
Mochamad Rifki 2012-
19 Dwi Hermawan 19111 L 3121422997 Bandung 04-16 3273231604120001
MUHAMAD 2007-
20 WISNU 1394 L 0077657506 Bandung 05-03 3273270305070002
2004-
21 NAJIB GUSDITYA 1286 L 0047183453 Bandung 12-15 3273231512040002
NAJRIN ZULFA
MISDATUL 2011-
22 HASANAH P 0112527863 BANDUNG 02-12 3273165202110002
NATHANIA 2003-
23 EAVAN RUSNADI 1175 P 0036861399 Bandung 12-01 3204084112030001
2003-
24 Putri Nabila 1068 P 0035703735 Bandung 05-04 3273234405030001
Rangga Pria Metro 2002-
25 Hutama 17110 L 0029488451 Lampung 09-15 3204081509020004
RIDHO RAIHAN 2006-
26 NUGRAHA 16105 L 0069637788 BANDUNG 02-14 3273131402060001
2005-
27 RIZAL FAHREZI 1387 L 0054564221 Bandung 08-24 3273232408050001
SALSABILA
MAULIDINA 2007-
28 AFRILIA 1285 P 0075923090 Bandung 04-01 3204084104070001
2009-
29 SUTISNA 20114 L 0096869889 Sumedang 04-16 3211181604090004
TANJI NUR 2007-
30 HALIM 16106 L 0077101905 Bandung 01-24 3273232401070004
VINA 2011-
31 YUNIARSAH 21116 P 3119153831 Bandung 01-29 3204086901110003
WHILDAN
KHOLID AL 2008-
32 WARDANI 15101 L 0085669805 Bandung 07-13 3273221307080005
2012-
33 Wiski Nugraha 19112 L 3121116141 Bandung 08-16 3204081608120001
2011-
34 WULAN NURAINI 16107 P 0119830808 Bandung 11-08 3273234511110002
ZAHRA AHSANU 2006-
35 AULIA 16109 P 0068708944 Bandung 01-21 3273236101060001
Zahra Kirania 2006-
36 Riskia Juliani 1493 P 0063979651 Bandung 07-01 3273234107060006
37 Zaky Ramadhan 18105 L 0083305322 Bandung 2008- 3205062909080001
09-29
INSTRUMEN OBSERVASI
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA
RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB
AR-RAHMAN KOTA BANDUNG
2.1.3.1. Membedakan
2.1.3. Membedakan plaster dengan koyo
Bahan 2.1.2.2. Membedakan
kain kasa dengan
perban
2.1.2.3. Membedakan
revanol dengan NACL
2.1.2.4..Membedakan
betadine dengan obat
merah
2.3. Mempraktekan 2.3.1. Menyiapkan 2.3.1.1. Menyiapkan
Cara Merawat Alat gunting medis
Luka Ringan Langkah-
langkah :
2.3.1.1.1.
Mengambil gunting
medis
2.3.1.1.2.
Menyimpan gunting
medis
2.3.1.2. Menyiapkan
perlak karet
Langkah-
langkah :
2.3.1.2.1.
Mengambil perlak
karet
2.3.1.2.2.
Menyimpan perlak
karet
2.3.2. Menyiapkan
Bahan 2.3.1.3. Menyiapkan
sarung tangan
medis
Langkah-
langkah :
2.3.1.3.1.
Mengambil
sarung tangan
medis
2.3.1.3.2.
Menyimpan
sarung tangan
medis
2.3.1.4. Menyiapkan
pinset
Langkah-
langkah :
2.3.1.3.1.
2.3.3. Praktik Mengambil
Merawat Luka pinset
Ringan 2.3.1.3.2.
Menyimpan
pinset
2.3.2.1. Menyiapkan
plaster
Langkah-
langkah :
2.3.2.2.1.
Mengambil
plaster
2.3.2.2.2.
Menyimpan
plaster
2.3.2.2. Menyebutkan
kain kasa
Langkah-
langkah :
2.3.2.2.1.
Mengambil
kain kasa
2.3.2.2.2.
Menyimpan
kain kasa
2.3.2.3. Menyebutkan
revanol
Langkah-
langkah :
2.3.2.3.1.
Mengambil
revanol
2.3.2.3.2.
Menyimpan
revanol
2.3.2.4. Menyebutkan
betadine
Langkah-
langkah :
2.3.2.4.1.
Mengambil
betadine
2.3.2.4.2.
Menyimpan
betadine
2.3.3.1.Langkah-
langkah cara
merawat luka
ringan sebagai
berikut:
2.3.3.1.1
Mengatur
posisi pesesrta
didik sesuai
kebutuhan
2.3.3.1.2
Memasangkan
perlak karet di
bawah daerah
luka
2.3.3.1.3
Membuka
peralatan yang
ada di P3K
2.3.3.1.4
Memakai
sarung tangan
2.3.3.1.5
Membasahi
kasa dengan
betadine,
kemudian
dengan
menggunakan
pinset
2.3.3.1.6
Membersihkan
area sekitar
luka bagian
luar sampai
bersih dari
kotoran
(Gunakan
teknik
memutar
searah jarum
jam)
2.3.3.1.7.
Basahi kasa
dengan cairan
Revanol
(NaCI 0,9% )
kemudian
dengan
menggunakan
pinset.
2.3.3.1.8 Lalu
bersihkan
kembali area
luka bagian
dalam
(Menggunakan
teknik usapan
dari atas ke
bawah)
2.3.3.1.9
Keringkan
daerah luka
dan pastikan
area daerah
luka bersih
dari kotoran
2.3.3.1.10
Memberikan
obat luka
sesuai
kebutuhan jika
perlu
2.3.3.1.11
Memsangkan
kasa steril
pada area luka
sampai tepi
luka.
2.3.3.1.12
Fiksasi balutan
menggunakan
plester sesuai
dengan
kebutuhan
2.3.3.1.13
Mengatur
posisi peserta
didik seperti
semula
2.3.3.1.14 Lalu
membuka
sarung tangan,
kemudian
mencuci
tangan agar
steril.
2.3.3.1.15.
Simpanlah
alat-alat pada
tempatnya
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya kepada
peserta didik:
“Anak-anak tadi
kita belajar apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita harus
merawat luka?
2. Anak mampu
memberikan jawaban
dari pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru berdoa
bersama-sama
dipimpin oleh salah
satu siswa.
112
Disusun :
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018
A. Standar Kompetensi
1. Mampu merawat luka ringan dengan cara yang benar
B. Kompetensi Dasar
3.4. Menerapkan prosedur merawat luka ringan
4.4. Melakukan merawat luka ringan ketika terluka
C. Indikator
3.4.1. Mengenal alat merawat luka ringan
3.4.2. Mengenal bahan merawat luka ringan
3.4.3. Memahami proses merawat luka ringan
3.4.4. Memahami cara memelihara alat dan bahan merawat luka ringan
3.4.5. Memahami cara memelihara hasil merawat luka ringan
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah ditunjukkan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta
didik dapat menyebutkan alat dan bahan untuk merawat luka ringan
dengan baik dan benar
2. Setelah ditunjukan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta
didik dapat menunjukan kembali alat dan bahan untuk merawat luka
ringan dengan baik dan benar
3. Peserta didik diharapkan mampu merawat luka ringan secara mandiri
E. Materi Pokok
1. Mengenal alat
▪ Gunting medis
▪ Perlak karet
▪ Sarung tangan medis
▪ Pinset
2. Mengenal bahan
▪ Plaster
▪ Kain kasa
▪ Revanol
▪ Betadine
3. Proses merawat luka ringan
▪ Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
▪ Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
▪ Membuka peralatan yang ada di P3K
▪ Memakai sarung tangan
▪ Membasahi kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan
pinset
▪ Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari
kotoran (Gunakan teknik memutar searah jarum jam)
▪ Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan
menggunakan pinset.
▪ Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik
usapan dari atas ke bawah)
▪ Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari
kotoran
▪ Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
▪ Memsangkan kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
▪ Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan
▪ Mengatur posisi peserta didik seperti semula
▪ Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.
▪ Simpanlah alat-alat pada tempatnya
4. Memelihara hasil
▪ Menceghah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
▪ Memberikan rasa aman dan nyaman terhadap luka
▪ Memberi pengobatan pada luka
▪ Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
H. Sumber Belajar
▪ Buku siswa “Pengembangan Diri”. Buku Tematik terpadu kurikulum 2013
▪ Buku guru “Pengembangan Diri”. Buku tematik terpadu kurikulum 2013
▪ Tutorial merawat luka ringan
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
Kegiatan Awal 1. Guru mengawali pertemuan pertama dengan
mengucapkan salam
2. Peserta didik dan guru bersama-sama berdoa
sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan/pernyataan tentang “kabar hari ini?”.
Contoh:
“Anak-anak gimana kabar hari ini?”
“apakah ada yang sakit hari ini?”.
Diharapkan peserta didik merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru mengabsen peserta didik
Kegiatan Inti 1. Guru menyebutkan satu per satu nama alat dan
bahan merawat luka
2. Guru menunjukan gambar anak yang sedang
merawat luka
3. Peserta didik melihat gambar anak yang sedang
merawat luka yang ditunjukan oleh guru
(mengamati)
4. Peserta didik diharapkan memberi respon dengan
bertanya. Contoh: “gambar apa itu bu?”
(menanya)
5. Guru mempersiapkan alat dan bahan untuk
melakukan kegiatan merawat luka ringan dengan
benar
6. Guru menjelaskan masing-masing alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan merawat luka ringan
yang benar
7. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
mempraktekan cara merawat luka ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru mendemostrasikan langkah-langkah untuk
merawat luka ringan dengan benar
9. Peserta didik melihat kegiatan demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru menanyakan kepada peserta didik
“pentingnya merawat luka?”
11. Peserta didik memberikan berbagai
pendapat/jawaban (menalar)
12. Selanjutnya guru membagikan alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan demostrasi dengan
benar
13. Peserta didik dan guru bersama-sama melakukan
kegiatan merawat luka dengan benar
(mengkomunikasikan dengan demostrasi evaluasi
proses kerja)
14. Ketika mendemostrasi ulang, guru membimbing
peserta didik yang mengalami kesulitan secara
bergiliran. Guru juga memberi penguatan kepada
peserta didik yang telah berhasil mengikuti
langkah-langkah dengan tepat berupa penguatan
verbal seperti “hebat, goodjob kids”.
Kegiatan Penutup 1. Membuat simpulan akhir bersama peserta
didik dengan:
Bertanya kepada peserta didik:
“Anak-anak tadi kita belajar apa?”
“Mengapa kita harus merawat luka?”
“Kapan kita harus merawat luka?”
2. Peserta didik memberikan jawaban dari
pertanyaan guru (evaluasi tes lisan)
3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-sama
dipimpin oleh salah satu siswa
Tindak Lanjut 1. Mengulang kembali materi yang dianggap
sulit oleh peserta didik
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Memberikan tugas rumah
Kriteria Penskoran :
1. 0 – 1 Anak belum mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
2. 2 – 3 Anak mulai mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
3. 4 Anak sudah mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
4. 5 Anak sudah terbiasa menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
Kunci Jawaban :
1. Gunting
2. Hansaplast, Kain kasa, revanol, betadine
3. Ketika terluka saat terjatuh, tersenyat pisau, dan lain-lain
4. Agar tidak infeksi
Kriteria Penskoran
N= Jumlah jawaban benar x 25
Nilai Maksimal (N Mak) = 4 x 25 = 100
Rekap Hasil Penilaian
No Nama Siswa Nilai (N)
1.
2.
3.
4.
c. Penilaian Keterampilan
1. Proses Kerja (Unjuk Kerja)
Nama Siswa :
Tujuan : Siswa mampu merawat luka ringan dengan baik
dan benar
No Aktivitas yang Diamati Hasil
Ya Tidak
1. Menyiapkan alat P3K
2. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
3. Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
4. Membuka peralatan yang ada di P3K
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi kasa dengan betadine, kemudian dengan
menggunakan pinset
7. Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai
bersih dari kotoran (Gunakan teknik memutar
searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% )
kemudian dengan menggunakan pinset.
9. Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam
(Menggunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
10. Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah
luka bersih dari kotoran
11. Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
12. Memsangkan kasa steril pada area luka sampai tepi
luka.
13. Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai dengan
kebutuhan
14. Mengatur posisi peserta didik seperti semula
15. Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci
tangan agar steril.
16. Simpanlah alat-alat pada tempatnya
17. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
Jumlah
Kriteria Penskoran:
1. 0 – 3 : Anak belum mampu merawat luka ringan dengan benar
2. 4 – 5 : Anak mulai mampu merawat luka ringan dengan benar
3. 6 – 7 : Anak sudah mampu merawat luka ringan dengan benar
4. 8 – 9 : Anak sudah terbiasa merawat luka ringan dengan benar
Aini Latifah
Nim. 41032102181018
112