Anda di halaman 1dari 83

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA

RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB AR-


RAHMAN KOTA BANDUNG

SKRIPSI
Diajukan sebagai memenuhi syarat penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi) Pada Program Studi
Pendidikan Luar Biasa FKIP UNINUS

Oleh:
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : AINI LATIFAH


NIM : 41032102181018
JUDUL : PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN
MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
RINGAN KELAS XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Emay Mastiani, M.Pd. Prinanda Gustarina Ridwan, M.Pd.
NIP. 300390 NIP. 300440

Disahkan oleh:
Dekan Fakultas Keguruan Ketua Program Studi
dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Luar Biasa,

Dr. H. Achmad Saefurridjal, M.Ag. Dr. Yoga Budhi Santoso, M.Pd.


NIP. 2000440428045901 NIP. 300435

MOTO HIDUP
“LEBIH BAIK GAGAL SETELAH MENCOBA, DARI PADA GAGAL
KARENA BELUM PERNAH MENCOBA”
KARENA DI SETIAP KEGAGALAN , PASTI ADA KEMUDAHAN DAN
JALAN KELUAR

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Aini Latifah
NIM : 41032102181018
Tempat/Tanggal/Lahir : Majalengka, 12 Mei 2000
Alamat : Blok Sabtu RT 001/007 Desa
Jatitengah Kec Jatitujuh Kab
Majalengka.
Agama : Islam
B. Keterangan Keluarga
Nama Ayah : Abdul Gani
Nama Ibu : Iin Sukarsih
Saudara Perempuan : Puput Siti Fatimah

C. Riwayat Pendidikan
1. TK Kartini : 2006 - 2007
2. SDN Jatitengah II : 2007 - 2012
3. MTSN Jatitujuh : 2012 - 2014
4. Persatuan Persis 92 Majalengka : 2015 – 2018
5. Universitas Islam Nusantara
Jurusan S-1 Pendidikan Luar Biasa : 2018 – Sekarang

ABSTRAK
Aini Latifah (2022) Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka
Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung

Pembelajaran bagi anak tunagrahita lebih mengarah pada pembelajaran dengan


tujuan untuk memberikan pengembangan diri dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya untuk menolong diri, melindungi diri dari bahaya, merawat dirinya
sendiri ketika menghadapi bahaya luka ringan, jika tidak ditangani dengan cepat
akan mengakibatkan infeksi. Mengingat keterbatasan yang dimiliki anak
tunagrahita ringan maka diperlukan program pembelajaran merawat luka ringan
yang sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah
memperoleh gambaran tentang penyusunan program pembelajaran merawat luka
ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsif dengan pendekatan
kualitatif, dan data diperoleh melalui observasi, wawancara, FGD, dan validasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak tunagrahita ringan sudah mampu dalam
merawat luka ringan, akan tetapi masih ada yang harus diberikan bimbingan atau
arahan dalam menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan
petunjuk terlebih dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan tersebut.
Penelitian ini menghasilkan program pembelajaran merawat luka ringan yang
disusun oleh peneliti, guru dan kepala sekolah serta validasi oleh dua orang guru.
Dengan adanya penyusunan program pembelajaran dapat membantu guru dalam
pelaksanaan pembelajaran, untuk itu rekomendasi bagi sekolah agar dapat
memberikan pelatihan dan arahan kepada guru tentang pentingnya penyusunan
program pembelajaran.

Kata kunci: program pembelajaran, pengembangan diri, langkah-langka


merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan.

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka
Ringan Bagi Anak Tunagrahita Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung”
Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
skripsi ini baik berupa bimbingan, nasehat, maupun dukungan yang sangat berarti
dan membantu penulis. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan yaitu :
1. selaku Ketua Yayasan Bandung.
2. selaku Ketua Bandung.
3. Dr. Yoga Budhi Santoso M.Pd selaku Ketua Program Luar Biasa .
4. Dr. Emay Mastiani M.Pd selaku Pembimbing I yang selalu sabar dan
meluangkan waktu serta tenaga dan memberikan petunjuk, arahan, motivasi
yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Prinanda Gustarina Ridwan M.Pd selaku Pembimbing II yang selalu sabar dan
meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan petunjuk, arahan,
motivsi yag sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan Luar Biasa yang telah mendidik penulis
selama menempuh pendidikan.
7. Marsudi S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB Ar-Rahman Kota Bandung dan
Seluruh Staf.
8. Ayahanda (Abdul Gani) dan Ibunda (Iin Sukarsih ) tercinta yang senantiasa
selalu memberikan motivasi serta Do’a yang tiada henti.
9. Untuk Ilham yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis
setiap
saat dalam keadaan susah maupun senang, ssehingga penulis bisa
termotivasi untuk menyelesaikan skripsil ini.
10. Rekan-rekan angkatan 2018 Terimakasih atas kebersamaannya selama ini,
semoga sukses selalu. Serta Seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna sehingga saran dan
kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan serta demi
kemajuan ilmu pendidikan luar biasa di masa yang mendatang.

Bandung

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
SURAT PERNYATAAN ii
MOTTO HIDUP iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Batasan Masalah 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Tujuan Penelitian 6
F. Definisi Operasional 7
G. Pertanyaan Penelitian 9

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Anak Tunagrahita 10
B. Anak Tunagrahita Ringan 19
C. Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita 35
D. Pembelajaran Merawat Luka Ringan 38
E. Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Metode penelitian dan Pendekatan Penelitian 54
B. Teknik Pengumpulan Data 55
C. Teknik Analisis Data 59
D. Instrumen Penelitian 61
E. Subjek dan Objek Penelitian 62
F. Prosedur Penelitian 63

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Latar Penelitian 70
B. Deskripsi Hasil Penelitian 73
C. Analisis Data 97
D. Jawaban Pertanyaan Penelitian 105
C. Pembahasan 111

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Simpulan 114
B. Rekomendasi 116

DAFTAR PUSTAKA 118


LAMPIRAN 119

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Intelegensi (IQ) 12


Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMALB 29
Tabel 2.3 Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan 49
Tabel 3.1 Subjek Penelitian 63
Tabel 4.1. Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan 91
Table 4.2 Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan 106

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mendapatkan keseimbangan
dan kemampuan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Sehingga
pendidikan tidak hanya sekedar pengajaran yang dapat dikatakan sebagai suatu
proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan
segala aspek yang dicakupnya, melainkan pendidikan sangat berperan penting
bagi masyarakat indonesia.
Menurut Undang–undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2
menegaskan “Bahwa tujuan adanya pendidikan ialah untuk menjadikan warga
negara indonesia sebagai pribadi yang tidak hanya memiliki wawasan luas
namun juga memiliki sikap-sikap yang berbudi luhur sebagaimana yang dicita-
citakan dalam pancasila”. Isi undang-undang di atas bahwa pendidikan
bertujuan agar warga negara indonesia memiliki wawasan yang luas, serta
berbudi luhur.
Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi
individu pada umumnya termasuk bagi anak tunagrahita yang memiliki
kelainan fisik dan intelektual, salah satunya adalah anak tunagrahita ringan
yang memiliki keterbatasan intelektual.
Menurut American Psychiatric Association (2013:33) menjelaskan:
“Anak tunagrahita ringan atau disebut dengan IDD (Intellectual Developmental
Disorder) atau gangguan perkembangan intelektual adalah anak yang
mengalami gangguan pada masa periode perkembangan yang meliputi
intelektual dan keterbatasan fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan
keterampilan adaptif, yang mempunyai IQ antara 68-52”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa perkembangan fungsi intelektual
anak tunagrahita yang rendah disertai dengan perkembangan perilaku adaptif
yang rendah pula akan berakibat langsung kepada kemampuan mereka dalam
mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan mereka.
Masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita diantaranya: masalah
belajar, masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, masalah gangguan
bicara, pengembangan diri seperti merawat diri, menolong diri, merawat diri,
mengurus diri, menghindari dari bahaya, menafaatkan waktu luang.
Pengembangan diri memperoleh hal yang sangat penting dikuasai dalam
anak tunagrahita ringan. Agar mereka dapat mengurangi ketergantungan
kepada orang lain.
Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak
tunagrahita adalah merawat luka ringan. Luka ringan tersebut
diantaranya;tersenyat pisau, terjatuh saat berlari, tergores, tertusuk jarum,
tercakar oleh teman , terpeleset,. Luka ringan akan berujung infeksi apabila
tidak ditangani dengan benar, sehingga perlu ditangani dan dirawat dengan
baik.
Anak tunagrahita ringan belum memahami bagaimana cara
membersihkan atau merawat luka, hal tersebut memerlukan bimbingan dari
guru agar mereka memiliki keterampilan dalam merawat luka. Oleh karena itu
anak tunagrahita memerlukan program pembelajaran mengenai merawat luka
ringan untuk memberikan pemahaman bagi anak tunagrahita ringan, dapat
mengembangkan dirinya.
Berdasarkan studi terdahulu dan dilakukan oleh Muhlis Nurhakim (2017)
dengan judul peningkatan keterampilan penanganan luka ringan anak
tunagrahita ringan kelas III metode Latihan di SLB ABCD Tuna kasih
donoharjo ngaglik slemen Yogyakarta menjelaskan bahwa perlu memberikan
pembelajaran keterampilan penanganan luka ringan kepada siswa tunagrahita,
supaya siswa mempunyai kesadaran untuk mengobati luka serta dapat
menangani luka ringan yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain
secara sigap sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya infeksi. Oleh karena
itu pemberian keterampilan pengembangan diri ini memang perlu. Sehingga
bekal untuk merawat dan menolong diri secara mandiri bagi anak tunagrahita
ringan.
Menurut Kemis dan Rosnawati (2013:18) bahwa “ Keterampilan
merawat diri merupakan bentuk pelatihan dan pembinaan terhadap anak
tunagrahita ringan agar dapat merawat dirinya sendiri tanpa harus menunggu
bantuan dari orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merawat diri merupakan suatu pembelajaran yang perlu diberikan bagi anak
tunagrahita ringan sebagai bentuk pelatihan agar meningkatkan kemandirian
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Hasil Studi Pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh
peneliti bulan Desember 2021 di SLB AR-Rahman Kota Bandung, peneliti
menemukan bahwa disekolah tersebut belum terdapat program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. sehingga terdapat 2 anak
tunagrahita ringan di kelas XI dengan kemampuan dibawah rata-rata yang
mengalami kesulitan dalam penanganan merawat luka ringan. Oleh karena itu
anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran dalam
keterampilan yang khusus untuk melatih dalam pembelajaran tata cara
penanganan merawat luka ringan yaitu seperti mengenal alat-alat yang
diperlukan dalam penanganan luka ringan, cara membersihkan luka sebelum
luka diobati, cara memberi obat pada luka, dan cara memasangkan perban pada
luka.
Maka berdasarakan permasalahan kondisi tersebut dibutuhkan adanya
program pembelajaran mengenai kemampuan merawat luka ringan secara
spesifik bagi anak tunagrahita ringan di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Penyusunan
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan bagi Anak Tunagrahita Ringan
Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Penyusunan
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?“

C. Batasan Masalah
Untuk memperoleh hasil dalam melakukan penelitian ini maka peneliti
membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh
peneliti dan guru.
3. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang telah
divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah,
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah, guru dan siswa.
Pentingnya pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut :
a. Anak Tungrahita Ringan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu solusi atau jalan bagi
penyandang disabilitas dalam menjalani kehidupan sehari- hari untuk
menolong dirinya sendiri secara mandiri, dalam merawat luka ringan.
b. Guru
Guru diharapkan dapat lebih terampil untuk mempersiapkan
program-program yang dibutuhkan untuk menolong diri dan merawat diri
sehingga peserta didik mempunyai bekal ketika sudah tamat di SMALB.
c. Kepala Sekolah
Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
dapat melakukan pembinaan terhadap guru agar memiliki keterampilan
dalam memberikan program-program yang dibutuhkan peserta didik di
SMALB.
d. Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan sebagai calon guru
untuk meningkatkan program pembelajaran keterampilan bagi anak
tunagrahita ringan dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus:
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyusunan program merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan
kelas XI di SLB Ar-Rahman .
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
b. Untuk mengetahui bentuk program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang disusun oleh peneliti dan guru .
c. Untuk mengetahui bentuk penyusunan program pembelajaran merawat
luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman
Kota Bandung yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan
SLB Gelora Karya.

F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas judul penelitian ini maka definisi oprasional
diuraikan sebagai berikut :
1. Penyusunan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1573) mengartikan
bahwa “Penyusunan adalah, proses, cara, perbuatan menyusun (Seperti
penyusunan kamus, ensiklopedia)”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan adalah
kegiatan dalam memproses data yang dilakukan oleh kelompok atau
perorangan secara baik dan teratur. Penyusunan dalam penelitian disini
adalah proses penyusunan program merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan di SLB Ar- Rahman Kota Bandung.
2. Program Merawat Luka Ringan
Menurut Schultz (2003) dalam Arisanty 2013 bahwa “Internasional
Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB) banyak
mengembangkan konsep persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan luka
sehingga dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh atau dari luar
tubuh seperti memfasilitasi dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau
jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali
pengembangan konsep untuk pelaksanaan luka sehingga dapat
meningkatkan penyembuhan agar tidak terjadinya infeksi dan ditangani
secara baik.
3. Merawat Luka Ringan
Menurut Sukma Wijaya (2018:57) “Merawat luka ringan merupakan
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam, benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan”.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa merawat luka ringan merupakan
suatu kerusakan pada organ tubuh sehingga dapat mengakibatkan hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ tubuh seperti berdarah karena teriris
pisau dan sebagainya.
4. Anak Tunagrahita Ringan
Menurut Astati dan Mulyati (2010:15) bahwa “Anak tunagrahita
ringan adalah anak yang IQ nya berkisar 50-70. Anak termasuk tunagrahita
ringan adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk berkembang
dalam akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan.”
Sesuai dengan pendapat Kirk dan Gallagher dalam Astati dan Mulyati
(2010:14) “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata
berada dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi
tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.”
Anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita
yang berumur 15-18 tahun, kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Berdasarkan definisi operasional di atas, maksud dari judul penelitian ini
adalah penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan sehingga anak tunagrahita ringan dapat menolong dirinya
sendiri.

G. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan rangkaian permasalahan yang akan
diteliti, yaitu :
1. Bagaimana kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?
2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun
oleh peneliti dan guru?
3. Bagaimana bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora
Karya?

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Definisi yang menjadi sebuah rujukan penulis yaitu anak tunagrahita
secara istilah dikatakan sebagai anak dengan Intellectual Developmentental
Disability (untuk selanjutnya ditulis IDD). American Assosiation of
Intellectual Develompental Disability (AAIDD) dalam (Daniel P.Hallahan
et. All., 2009:147) mendefinisikan “mental retardation is a disability
characterized by significant limitations both in intellectual functioning and
in adaptive behavior as expressed in conceptual sosial and practical
adaptive skills. This diability originates before age 18”. Yang dimaksud dari
definisi tersebut bahwa “anak retardasi mental adalah disabilitas yang
ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual,
maupun dalam perilaku adaptif, seperti yang diekspresikan dalam
keterampilan adaptif sosial, konseptual dan praktis. Kecacatan ini terjadi
sebelum usia 18 tahun”.
Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
mempunyai hambatan atau kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata normal
sehingga mempunyai hambatan dalam perkembangannya yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan.
2. Klasifikasi
Pengklasifikasian anak tunagrahita secara umum dilakukan untuk
memudahkan dalam pemberian bantuan layanan sesuai dengan kebutuhan anak
sehingga terlaksana dengan baik dan seefektif mungkin. Adapun beberapa
pengklasifikasikan anak tunagrahita tersebut dijadikan acuan hasil dari
beberapa pendapat berbagai sudut pandang.
Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan agar memudahkan
guru dalam menyusun program pembelajaran dan memberikan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya.
Klasifikasi anak tunagrahita menurut Aproditta (2012:45) sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Intelegensi ( IQ )
Tingkat
Keterbelakangan Tingkat IQ Berdasarkan Skor
Mental
Weschsler
Approdita Binet Grossman
(WISC)
Tunagrahita Ringan 51-70 68-52 69-55 50-55
Tunagrahita Sedang 63-51 51-36 54-40 35-40
Tunagrahita Berat 20-35 25-20 39-25 20-25
Tunagrahita Sangat IQ Di bawah Kurang dari Kurang dari
Di bawah 20
Berat 20 19 24

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak


tunagrahita dibagi menjadi 4 (Empat) klasifikasi yaitu : anak tunagrahita
ringan, anak tunagrahita sedang, anak tunagrahita berat, dan anak tunagrahita
sangat berat. Sehingga dalam menyusun prgram pembelajaran guru harus
benar-benar memperhatikan klasifikasi dari anak tunagrahita itu sendiri.
Sehingga prgram pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kemampuan,
kesulitan dan kebutuhannya.

3. Karakteristik
Adapun karakteristik anak tunagrahita lebih mengacu pada kondisi fisik.
Menurut James D. Page Suhaeri (1979:25) dalam Astati dan Mulyati (2015:15-
17) yang sudah diadaftasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a. Kecerdasaan
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote
learning ) bukan dengan pengertian.
b. Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam
masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.Anak
tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari
usianya, ketergantungan kepada orang tua sangat besar,sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi.Selain itu mereka
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang
menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan
dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau
perlakuan dan lingkungan yang kondusif.
c. Fungsi-fungsi Mental Lain
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat
pengolahan (perbendarahan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan waktu yang lama untuk
melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenal.
1) Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan
bahasa.
2) Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan
sesuatu, membedakan antara baik dan yang buruk, dan
membedakan yang benar dengan yang salah.
3) Anak tunagrahita pelupa dan mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan kembali suatu ingatan.
d. Dorongan dan Emosi
Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda
sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Anak yang
berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannya. Hampir tidak
memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri. Anak yang
tidak terlalu berat ketunagrahitaanya mempunyai kehidupan emosi
yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang
kuat dan kurang banyak mempunyai keragaman.
e. Organisme
Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang
lebih tua dari anak normal. Sikap dan bergerak legaknya kurang indah.
Diantaranya banyak yang mengalami terhambatnya bicara, pandangan
penglihatannya berkurang. Anak yang berat dan sangat berat
ketunagrahitaanya kurang rentan terhadap penyakit, badannya relatif
kecil seperti kurang segar sehingga mata sayu dan tidak bersemangat,
tenaganya berkurang, cepat letih, daya tahan tubuh mengurang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak


tunagrahita yaitu mencakup dari segi intelektual, sosial, mental, dorongan dan
emosi, dan organisme pada umumnya anak tunagrahita memiliki ciri-ciri yang
berbeda- beda sesuai dengan hambatannya, begitupun dengan potensi yang
dimiliki anak tunagrahita berbeda dengan anak pada umunya, namun beberapa
anak tunagrahita dapat melakukan aktifitas yang sederhana sehingga
kemampuan anak dapat dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
4. Penyebab
Faktor penyebab tunagrahita selain menurut pendapat dari Amin dan
Kemis & Ati yaitu pendapat dari Wantah. Wantah (2007:22) mengemukakan
bahwa secara biologi dan faktor lingkungan yang menjadi penyebab
keterbelakangan mental dapat dirinci sebagai berikut:
a. Keturunan
Keterbelakangan mental disebabkan oleh kelainan yang diwariskan
oleh kelainan pada gen seperti fragile X syndrome. Fragile X yndrome
adalah kerusakan pada kromosom yang menentukan jenis kelamin,
biasanya mewarisi penyebab keterbelakangan mental.
b. Sebelum lahir
Berbagai faktor yang menyebabkan bayi yang ada dalam kandungan
mengalami keterbelakangan mental adalah minum alkohol,
penggunaan faktor penyebab tunagrahita selain obat terlarang, infeksi,
penyakit, ibu mengalami tekanan darah tinggi dan sebagainya.
c. Kerusakan pada waktu lahir
Pada waktu melahirkan berbagai resiko akan dialami oleh ibu maupun
bayi. Resiko tersebut bia berlaku untuk ibu sehingga dapat
mengancam jiwa ibu, maupun untuk bayi.
d. Penyakit dan luka- luka pada masa kanak- kanak
Infeksi pada selaput yang menutupi otak (meningitis) atau radang
pada otak itu sendiri (en-cephalitis) dapat menyebabkan
pembengkakan. Selanjutnya mengakibatkan kerusakan pada otak dan
keterbelakangan mental.
e. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Berdasarkan pendapat ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat
banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi tunagrahita. Penyebab anak
memiliki kelainan tunagrahita bisa terjadi sebelum lahir atau masih dalam
kandungan, saat lahir atau setelah kelahiran.

B. Anak Tunagrahita Ringan


1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan adalah anak dengan tingkat kecerdasan jauh di
bawah rata-rata anak pada umumnya. Definisi dari AAMD (Amerivcan
Association Of Mental Deficiency) yang dikutip Grossman (Krik dan
Gallagher, 1986) dalam Astati dan Mulyati (2015:9) bahwa “Tunagrahita
mengacu pada fungsi intelektual yang nyata dibawah rata-rata bersamaan
dengan kekurangan dalam adaftasi tingkah laku dan berlangsung pada masa
perkembangan”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai anak tunagrahita
ringan dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan merupakan anak
yang memiliki IQ jauh di bawah rata- rata yang berkisar antara 50 sampai
70, sehingga secara perkembangannya sangat berbeda dengan anak pada
umunya.
2. Karakteristik
Karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Astati (2001:5) sebagai
berikut:
a. Ciri fisik dan motorik
Keterampilan motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari
anak normal. Sedangkan tinggi dan berat badan sama.
b. Bahasa dan penggunaannya
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara, tetapi
kurang dalam pembendaharaan kata. Mereka juga kurang mampu
menarik kesimpulan mengenai apa yang dibicarakannya.
c. Kecerdasan
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berfikir
abstrak. Tetapi mereka masih mampu mempelajari hal-hal bersifat
akademik walaupun terbatas. Sebagian dari mereka mencapai usia
kecerdasan yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika
mencapai usia dewasa. Disamping itu mereka menunjukan
keterbatasan lingkup perhatian, mudah terganggu perhatian, hiperaktif,
dan pasif ( diam berjam-jam).
d. Sosial
Anak tunagrahita ringan cenderung menarik diri, acuh tak acuh,
mudah bingung. Keadaan seperti ini akan bertambah berat apabila
lingkungan tidak memberikan reaksi positif. Mereka cenderung
bergabung dengan anak normal yang lebih muda dengan usianya.
e. Kepribadian
Ciri-ciri anak tunagrahita ringan, antara lain: kurang percaya diri,
merasa rendah diri, mudah frustasi. Ciri- ciri ini berkaitan dengan
reaksi rang lain terhadap kondisi mereka karena orang lain meraksi
berdasarkan pada keterampilan penyesuaian diri dan pola perilakunya.
f. Pekerjaan
Dalam kemampuan bekerja anak tunagrahita ringan dapat
melakukan pekerjaan yang bersifat semi skilled dan pekerjaan itu
bersifat sederhana. Bahkan diantara mereka dapat mandiri melakukan
pekerjaan, sebagai orang dewasa asal sesuai dengan kemampuan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak


tunagrahita ringan secara fisik sama seperti pada anak umumnya, tetapi dengan
kecerdasan jauh di bawah rata-rata.
3. Permasalahan
Anak tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam kecerdasannya hal
ini berdampak pada perkembangannya. Sehingga masalah-masalah yang
dihadapi oleh anak tunagrahita ringan yang diadaptasi dari Astati dan Mulyati
(2015:22-25) sebagai berikut :
a. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri
dalam kehidupan sehati-hari. Melihat kndisi keterbatasan anak-anak
dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi
yang termasuk kategori berat dan sangat berat. Pemeliharaan kehidupan
sehari-harinya sangat memerlukan bimbingan, karena itulah disekolah
diharapkan sekali dapat membiasakan anak dididik untuk merawat dirinya
sendiri. Masalah-masalah yang sering ditemui diantaranya adalah : cara
makan, menggsok gigi , memakai baju, memasangkan sepatu dan lain-
lain.
b. Masalah kesulitan belajar
Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir
mereka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu mengalami
kesulitan belajar, yang diantaranya kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan
belajar dengan baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berfikir
abstrak teratas, daya ingat yang lemah.
c. Masalah penyesuaian diri
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan dalam
hubungan dengan kelompok maupun individu dan sekitarnya. Disadari
bahwa kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi
leh tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-
jelas berada dibawah rata-rata (normal) maka dalam kehidupan
bersosialisasi mengalami hambatan. Disamping itu mereka ada
kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya.
d. Masalah penyaluran ke tempat kerja
Secara empirik dapat dilihat bahwa kehidupan anak tunagrahita
cenderung banyak yang masih menggantungkan diri kepada orang lain
terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah
dapat hidup mandiri, inipun masih terabatas pada anak tunagrahita ringan.
Dengan demikian perlu disadari betapa pentingnya masalah penyaluran
tenaga kerja ini dan itu perlu dipikikan masing-masing dan secara ideal
dapat di wujudkan dengan penanganan yang serius.
e. Masalah pemanfaatan waktu luang
Mereka cenderung suka bermain diri dan menjauh diri dari keramaian
sehingga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya. Untuk mengimbangi
kndisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan dalam waktu luang,
sehingga mereka dapat terjatuhkan dari kondisi yang berbahaya, dan pula
tidak sampai mengganggu ketenangan masyarakat maupun keluarganya
sendiri.
f. Masalah kepribadian dan emosi
Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, nampak jelas bahwa
anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, perkembangan
pribadinya kurang konstan atau labil, kondisi yang demikian itu dapat
dilihat pada penampilan tingkah lakunya sehari-hari, misalnya: berdiam diri
berjam-jam lainnya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah dan mudah
tersinggung, serta mengganggu orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan yang
dimiliki anak tunagrahita ringan menimbulkan beberapa permasalahan baik itu
permasalahan pada fisik, intelektual, sosial, maupun emosi. sehingga anak
tunagrahita ringan membutuhkan pendidikan serta pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhannya sehingga permasalahan tersebut dapat
terselesaikan. Maka dari itu potensi yang dimiliki anak tunagrahita dapat
berkembang secara optimal.
4. Kebutuhan
Kebutuhan anak tunagrahita ringan sama halnya seperti anak
normal, hanya karena kebutuhan mereka membutuhkan perhatian yang lebih
khusus.
Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud menurut Astati (2001:18):
a. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik anak tunagrahita
misalnya makanan, minuman, pakaian dan perumahan. Selain itu
mereka perlu perawatan badan dan kesehatan, bahkan mereka
membutuhkan sarana untuk bergerak, bermain, bereaksi dan
sebagainya.
b. Kebutuhan Kejiwaan
Kebutuhan ini berhubungan dengan mental anak tunagrahita,
misalnya:
1) Kebutuhan Penghargaan
Anak luar biasa pun ingin diperhatikan, dipuji dan didapat
dengan baik. banyak rangtua dan guru kurang hangat kepada
anak tunagrahita, bahkan tidak pernah menyartakan
penghargaan terhadap kegiatan, sikap dan kelakuan anak.
Yang paling penting adalah memberikan dukungan dan
dorongan apabila anak menghadapi sesuatu yang
menyulitkan.
2) Kebutuhan akan Komunikasi
Sebagai manusia, anak luar biasa juga ingin mengungkapkan diri.
Mempunyai keinginan, ide dan gagasan. Walaupun itu kecil dan
tidak berarti serta mereka sangat sukar menyampaikannya.
Akibatnya mereka mengekspresikan komunikasi itu dengan
kerewelan-kerewelan dengan pola tingkah laku yang justru sulit
dimengerti orangtua maupun dilingkungannya. Apabila orangtua
tidak memahami hal ini, maka kebutuhan anak jadi tidak
terpenuhi.anak akan lebih terpukul apabila orangtua hanya mau
berbicara satu arah yaitu membentak, menyuruh atau memaki
tanpa mau berusaha memahami keterbatasan komunikasi anak.
3) Kebutuhan Kelompok
Kebutuhan ini meliputi : diakui sebagai anggota keluarga,
mendapat pengakuan di depan teman-temannya, mendapat
kedudukan dalam kelompok, mengerjakan sesuatu tanpa bantuan,
pengalaman mencapai keberhasilan.
4) Kebutuhan Sosial
Memerlukan kontak dan kerja sama dengan orang lain.
5) Kebutuhan Disiplin
Mereka perlu mengenal disiplin yang diperlukan, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
6) Kebutuhan Rasa Terjamin
Rasa terjamin dibutuhkan agar anak dapat belajar dan bekerja
dengan baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diartikan bahwa anak tunagrahita


ringan memiliki kebutuhan sama halnya dengan anak yang lainnya sehingga
anak tunagrahita ringan membutuhkan pelayanan dan pendidikan sesuai yang
dibutuhkan pada anak tersebut. Tetapi karena keadaan dan hambatan, mereka
membutuhkan perhatian yang lebih untuk memenuhi kebutuhan bagi anak
tunagrahita ringan.
5. Pendidikan
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tidak mampu berfikir abstrak,
mereka membutuhkan pelayanan Pendidikan yang disesuaikan dengan
kemampuan yang mereka miliki. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan
Pendidikan anak tunagrahita ringan adalah dengan pelayanan Pendidikan
khusus. Tempat Pendidikan yang diperuntukan bagi anak tunagrahita ringan.
Menurut Amin (2006:23) secara khusus tujuan pendidikan anak
tunagrahita ringan mencakup :

a. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita


1) Dapat mengembangkan potensi dengan sebaik-baiknya
Bagi anak tunagrahita mereka masih harus dibantu untuk dapat mencapai
tingkat perkembangan secara optimal, karena potensi yang dimiliki oleh
anak tunagrahita hanya terbatas sehingga guru mengusahakan agar anak
tidak hanya sekedar memiliki potensi itu saja, tetapi juga
mengembangkannya sehingga menjadi kecakapan yang berarti dan
berdampak terhadap diri sendiri.
2) Dapat melakukan kegiatan bina diri, berdiri sendiri dan berguna bagi
masyarakat
Bina diri yang dimaksud ialah anak tunagrahita berbuat untuk kepentingan
sendiri seperti: merawat diri, menolong diri, makan, minum, mandi, berias,
menjaga kesehatan, berpakaian, menghindari dari bahaya, dan sebagainya.
Anak tunagrahita terutama yang tingkat kelainannya ringan masih bisa
dilatih secara terus menerus sehingga anak tunagrahita ringan dapat terbiasa
dalam melakukan kegiatan atau aktivitas tanpa mengandalkan bantuan orang
lain. Memiliki kehidupan lahir bathin yang layak.
b. Program Pembelajaran Anak Tunagrahita
Program pembelajaran anak tunagrahita sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Menurut
Astati (2015:30) sebagai berikut:
a) Kelompok pengembangan diri
Mata pelajaran kelompokpengembangan diri untuk anak tunagrahita
mempunyai sasaran yang hendak dicapai yaitu mampu mandiri, tidak
bergantung pada orang lain.

b) Kelompok akademis
Mata pelajaran kelompok akademis pada umumnya hanya diberikan
kepada anak tunagrahita ringan yang menekankan pada
pengembangan kemampuan berpikir logis, konseptual, dan analisis
sederhana.
c) Kelompok sensorimotorik
Sensorimotorik merupakan fase dasar perkembangan manusia yang
menunjang perkembangan selanjutnya.
d) Kelompok keterampilan
Berbeda dengan pelajaran-pelajaran akademik, kebanyakan pelajaran
keterampilan tidak banyak menutut kecerdasan yang tinggi.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa program pembelajaran anak


tunagrahita terdiri dari beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai
sasaran yang hendak dicapai.
c. Struktur Kurikulum
Tabel 2.2
STRUKTUR KURIKULUM SMALB
KELAS DAN
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
PERMINGGU
X XI XII
KELOMPOK A (WAJIB)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 3 3 3
4 Matematika 3 3 3
5 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2*) 2*) 2*)
KELOMPOK B (WAJIB)
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
KELOMPOK C (PILIHAN KEMANDIRIAN)
10 Pilihan Kemandirian 1 10 11 11
11 Pilihan Kemandirian 2 10 11 11
KELOMPOK D (PROGRAM KEBUTUHAN
KHUSUS)
12 Program Kebutuhan Khusus
Jumlah alokasi waktu perminggu 42 44 44

Keterangan:
1) Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
▪ Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhan khusus
tunagrahita dan autis dalam seminggu satu jam pelajaran. Satu jam
pelajaran ditambahkan pada Kelompok C Pilihan Kemandirian
2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan lokal.
3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang
berdiri sendiri. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
4) Kelompok C (berupa pilihan kemandirian. Peserta didik memilih dua Pilihan
Kemandirian)
5) Pada semester I Kelas XII SMALB perlu melaksanakan program magang
selama satu bulan.
6) Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus) diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kekhususan siswa. Program Kebutuhan Khusus untuk:
a) Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan
Komunikasi.
b) Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan
Irama
(1) Tunagrahita berupa adalah Pengembangan Diri
(2) Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; dan
(3) Autis adalah Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan
Perilaku.
7) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh)
menit.
8) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal
60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan
9) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,
dan faktor lain yang dianggap penting.
10) Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya terdiri atas empat aspek
yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Peserta didik mengikuti
salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti
dapat diganti setiap semesternya.
11) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan dan usaha
kesehatan sekolah (UKS). Satuan pendidikan dapat mengembangkan kegiatan
ekstra kurikuler sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing
12) Memahami jumlah jam pelajaran (alokasi waktu) dalam satu minggu untuk
mata pelajaran yang ditematikan pada setiap kelas dan satuan pendidikan
(SDLB, SMPLB, dan SMALB), serta mata pelajaran yang tidak ditematikan
dan program kebutuhan khusus berdasarkan struktur kurikulum SDLB,
SMPLB, dan SMALB.
13) Dengan menganalisis struktur kurikulum SDLB, SMPLB, dan SMALB
akan mengetahui kelompok mata pelajaran, banyaknya mata pelajaran pada
setiap tingkatan kelas/satuan pendidikan, mata pelajaran yang ditematikan
dan yang tidak ditematikan untuk setiap tingkatan kelas dan jenis
kelainan/hambatan/ketunaan, alokasi waktu untuk mata pelajaran yang
ditematikan dan yang tidak ditematikan dalam satu minggu
d. Tempat Pendidikan
Anak tunagrahita dengan hambatan intelektualnya perlu mendapatkan
layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan
hambatannya, maka dari anak butuh tempat pendidikan yang bisa
menyesuaikan kebutuhan dan hambatannya, Menurut Astati dan Mulyati
(2011:27-33) :
1) Sistem pendidikan yang hanya menyelengarakan pendidikan untuk anak
luar biasa saja adalah sistem segregasi adalah sebagai berikut:
a) Sekolah khusus, sekolah khusus anak tunagrahita disebut Sekolah Luar
Biasa C (SLB-C) dan Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB-C).
b) Kelas jauh, kelas jauh adalah kelas yang dibentuk jauh dari sekolah
induk karena di daerah tersebut banyak anak luar biasa.
c) Guru kunjung, diantara anak tunagrahita terdapat yang mengalami
kelainan berat sehingga tidak memungkinkan untuk berkunjung ke
sekolah khusus.
d) Lembaga perawatan (Institusi Khusus), disediakn khusus anak
tunagrahita yang tergolong berat dan sangat berat.
2) Di sekolah umum (Reguler), di sekolah integrrasi anak tunagrahita harus
mengikuti pelajaran yang sesuai dengan anak biasa (Reguler) berdasarkan
keadaan seperti ini akan menyebabkan permasalahan bagi anak tunagrahita.
Bentuk pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan derajat ketunagrahitaanya,
seperti:
a) Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru,
anak tunagrahita yang dimasukan di kelas ini adalah yang paling ringan
ketunagrahitaanya.
b) Di kelas biasa dengan guru konsultan, anak tunagrahita belajar bersama-
sama dengan anak normal dibawah pimpinan guru kelasnya.
c) Di kelas biasa dengan guru kunjung, anak tunagrahita belajar bersama-
sama dengan anak normal di kelas biasa dan dijar oleh guru kelasnya.
d) Di kelas biasa dengan ruang sumber, ruang sumber adalah ruangan
khusus yang menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan
belajar anak tunagrahita.
e) Di kelas khusus sebagian waktu, kelas ini berada disekolah biasa dan
menampung anak tunagrahita ringan tingkat bawah atau anak
tunagrahita sedang tingkat atas.
f) Kelas khusus, kelas ini juga berada di sekolah biasa yang berupa
ruangan khusus untuk anak tunagrahita, biasanya tunagrahita sedang
lebih efektif ditempatkan di kelas ini.

Merujuk pada pernyataan di atas tempat pendidikan untuk anak


tunagrahita yaitu di sekolah khsusus atau segregasi yang terdiri dari sekolah
luar biasa tunagrahita atau SLB-C, kelas jauh, guru kunjung dan lembaga
perawatan yang disediakan khusus untuk anak tunagrahita berat dan sangat
berat. Kemudian di sekolah umum atau reguler yang di sekolah umum. Anak
tunagrahita biasanya di tempatkan di kelas biasa untuk anak tunagrahita ringan,
di kelas biasa dengan guru konsultasi, di kelas biasa dengan guru kunjung, di
kelas biasa dengan ruang sumber, di kelas khusus untuk sementara waktu dan
di kelas khusus yang di sediakan sekolah umum khusus untuk anak
tunagrahita.

C. Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita


1. Pengertian Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita
Pengembangan diri merupakan serangkaian kegiatan pengembangan
dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan
khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan
koordinasi gerak motorik, hambatan intelegensi, dan sebagainya. Sehingga
mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan
meminimalisir atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang
lain dalam melakukan aktivitasnya.
Pengembangan diri yang dahulu dikenal istilah Bina Diri tercantum
dalam Astati (2015:7) jika ditinjau dari kata Bina menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “Membangun atau proses penyempurnaan
agar lebih baik; maka Bina Diri adalah usaha membangun diri sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga,
sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan
keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hakikatnya pengembangan diri untuk anak tunagrahita berperan penting agar
mereka mampu mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang mendasar sehingga dapat
dilakukan secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
2. Tujuan Pengembangan Diri
Menurut Astati (2015:8) tujuan kajian Bina Diri adalah:
Untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam memelihara dan
memenuhi kebutuhan anak tunagrahita sehingga dapat hidup mandiri
dengan tidak bergantung pada orang lain, mempunyai tanggung jawab
sesuai dengan kemampuan, baik sebagai makhluk individu maupun
makhluk sosial.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa tujuan


pengembangan diri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan anak
tunagrahita dalam kegiatan sehari-hari meliputi merawat diri, menolong diri,
bersosialisasi, komunikasi, keterampilan dan mengisi waktu luang sehingga
dapat mandiri tidak bergantung pada orang lain.
3. Ruang Lingkup Pengembangan Diri
Ruang lingkup pengembangan diri mencakup komponen-komponen
penting bagi anak tunagrahita. Menurut Sudrajat dan Rosida (2013:63) ruang
lingkup pengembangan diri sebagai berikut:
a. Merawat diri
Merawat diri merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat mendasar
seperti mengenal dan menggunakan alat-alat makan dan minum.
b. Mengurus diri
Mengurus diri merupakan kemampuan kegiatan sehari-hari yang
berkaitan dengan keterampilan dirinya seperti cara berpakaian
c. Menolong diri
Menolong diri merupakan kemampuan mengatasi berbagai masalah
dalam kehidupan sehri-hari seperti menghindari bahaya api.
d. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam
menggunakan keinginan dan memahami apa yang disampaikan oleh
orang lain.
e. Sosialisasi
Kemampuan sosialisasi merupakan interaksi dengan lingkungan
sekitar, seperti bermain, kerjasma dengn lingkungan.
f. Keterampilan hidup
Kemampuan keterampilan hidup adalah kemampuan dalam mengatur
dan menggunakan uang belanja dan mengatur hasil pembelajaran.
g. Mengisi waktu luang adalah waktu sisa setelah menyelesaikan
kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup


pengembangan diri anak tunagrahita, meliputi rangkaian kegiatan
pembelajaran untuk melatih anak tunagrahita agar dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara optimal.

D. Pembelajaran Merawat Luka Ringan


1. Pengertian Luka
Luka adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang mengakibatkan cidera pada permukaan tubuh.
Menurut Satyo AC dan Criminales K. (2006:39-430) sebagai berikut:
Luka dapat disebabkan oleh adanya trauma tumpul dan tajam, trauma
tumpul merupakan suatu rudapaksa akibat terbentur oleh benda
tumpul, trauma tumpul dapat menyebabkan luka memar (contusio),
luka lecet (abrasio) dan luka robek (vulnus laceratum). Trauma tajam
adalah suatu rudapaksa akibat kontak dengan benda tajam. Trauma
tajam dapat mengakibatkan terbentuknya luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus
caesum).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa luka dapat terjadi akibat sentuhan


terhadap permukaan tubuh dengan benda-benda yang lain. Seperti luka memar,
luka lecet, luka robek dan masih banyak lainnya.
2. Tujuan
Tujuan dari pembelajaran merawat luka ringan adalah mendapatkan
penyembuhan yang cepat dengan fungsi dan hasil estetik yang optimal. Tujuan
ini dicapai dengan pencegahan infeksi dan trauma lebih lanjut serta
memberikan lingkungan yang optimal bagi penyembuhan luka
3. Klasifikasi Luka
Adapun klasifikasi luka secara umum yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut:
Mair (2013:5-7) bahwa “Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan
mekanisme cideranya seperti luka sayat. Luka sayat merupakan salah satu jenis
luka terbuka atau luka bersih yang disebabkan oleh pisau bedah dengan
meminimalkan kerusakan kulit”.
Berdasarkan diatas bahwa luka dapat diklasifikasikan berdasarkan
mekanisme dengan adanya teknik astiseptik sehingga mengurangi infeksi pada
area luka.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Perawatan Luka Ringan
Dalam pengkajian perawatan luka ringan ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antibiotik dan
pengangkatan jahitan Pengkajian pada saat perawatan luka ringan dapat
dilakukan melalui beberapa tahap menurut Pahlevi dan Reza Muhamad
(2012:12) yaitu:
a. Evaluasi luka dan pemeriksaan fisik
Tugas guru dalam evaluasi luka dan pemeriksaan fisik anak tunagrahita
adalah mengkaji turgor kulit, adanya tanda-tanda inflamasi pada daerah sekitar
luka, tanda- tanda infeksi, dan kaji nyeri yang dirasakan anak tunagrahita.
b. Tindakan antiseptik
Tujuan dari tindakan antiseptik adalah membunuh bakteri, virus dan
jamur sehingga mencegah terjadinya infeksi, tindakan ini dapat membantu
proses penyembuhan luka khususnya pada fase proliferasi dan regenerasi.
Pemberian cairan antiseptik tidak boleh berlebihan karena hal tersebut
akan mengganggu proses penyembuhan luka pada fase haemostatis yang
memiliki potensi untuk memperburuk penyembuhan luka. Pada luka insisi
tindakan antiseptic dapat dilakukan dengan pemberian Povido Iodine yang
dapat dikombinasikan dengan chlorhexidine, iodine povacrylex, dan Isopropil
Alcohol.
c. Pembersihan luka
Pembersihan luka secara umum dilakukan untuk memperbaiki sel kulit
yang telah rusak, menumbuhkan jaringan baru dan menjaga kelembapan kulit.
Pembersihan daerah luka dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Lakukan irigasi luka dengan menggunakan normal saline atau
menggunakan cairan antiseptik
2) Bersihkan area luka dengan kasa yang diberi cairan normal saline secara
lembut untuk menghindari kerusakan jaringan kulit pada area sekitar luka
maupun jaringan sel kulit yang baru.
3) Jika perlu berilah dressing sesuai dengan ukuran luka
4) Berikan balutan pada area luka tanpa memberikan penekanan
d. Penjahitan luka
Luka yang terbuka dan sangat lebar perlu tindakan penjahitan atau suture
untuk mengurangi pendarahan. Penjahitan luka memiliki beberapa teknik yang
berbeda tergantung lokasi dan lebar luka.
e. Penutupan luka
Penutupan luka ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka
dengan menyediakan lingkungan yang lembab pada area luka, melindungi kulit
dari bahaya luar yang berpotensi untuk memperburuk kondisi luka, sebagai
bahan pengkajian luka post-operasi, mengabsorbsi eksudat yang keluar dan
memberi kenyamanan
f. Pembalutan
Pembalutan luka operasi bertujuan agar jika terdapat pendarahan yang
berlebih dapat diantisipasi dengan penggunaan kasa.Pembalutan luka lebih
banyak dilakukan pada operasi dengan luka yang lebar. Pembalutan luka
dilakukan setelah penggunaan dressing, setelah dibalut maka kasa difiksasi
dengan plester agar tidak bergeser dan membuat pasien merasa nyaman
g. Pemberian antibiotik
Antibiotik dapat dikombinasikan dengan teknik antiseptik untuk
membunuh bakteri dan fungi pada area luka insisi. Antibiotik local: Antibiotik
lokal tidak disarankan untuk luka insisi karena kurang efektif dalam
membunuh bakter. Antibiotik sistemik: digunakan untuk mengurangi resiko
infeksi, sehingga diperlukan antibiotik sistemik yang biasa.
Pemberian antibiotik secara topikal atau jelly petroleum dapat
dilakukan setelah dua hari pasca penjahitan luka untuk mempercepat
epitelisasi jaringan pada kulit. Antibiotik Prophylactic harus diberikan
pada pasien dengan infeksi luka yang cukup parah.
h. Pengangkatan jahitan
Jahitan pada luka insisi dilepaskan untuk mengurangi resiko
kontaminasi benang suture dengan jaringan disekitar kulit yang dapat
menyebabkan resiko infeksi.
Pengangkatan jahitan dilakukan sekitar 3-10 hari setelah proses
penjahitan tergantung dari lokasi luka insisi. Prosedur pengangkatan
jahitan harus dimulai dari pengamatan luka dan pembersihan daerah luka
dengan menggunakan teknik steril.

E. Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan


Penyusunan program pembelajaran adalah serangkaian kegiatan dalam
merencanakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan belajar.
Adapun beberapa langkah dalam menyusun program pembelajaran
diantaranya:
1. Persiapan
Persiapan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal anak tahapan
sebagai berikut:
a. Melakukan Assesmen
Pada tahap persiapan guru melakukan assesmen terlebih dahulu terhadap
anak. Asesmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan, dan kebutuhan
belajar anak dalam merawat luka ringan dari mulai mengenal alat, mengenal
bahan, tahapan-tahapan cara merawat luka ringan, memelihara alat,
memelihara bahan, dan memelihara hasil yang dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi guru dalam menyusun program.
b. Menyusun Program
Penyusunan program pembelajajaran yang dilakukan melalui FGD yang
dihadiri oleh guru, kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan peneliti. Langkah
pertama yang dilakukan pada saat FGD yaitu :
1) Pemaparan tujuan dilakukan FGD
a) Tujuan menyusun program
Tujuan penyusunan program dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
hasil kolaborasi guru dan peneliti.
b) Materi
Materi dalam Focus Group Discussion (FGD) Pada penelitian ini
mengenai penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
c) Petugas
Petugas Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini melibatkan
wakasek kurikulum, guru kelas, dan peneliti.
d) Tempat dan waktu
Maka tempat untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) yaitu di
sekolah SLB Ar-Rahman Kota Bandung pada waktu dipagi hari ketika
pembelajaran berlangsung.
2) Diskusi berkaitan dengan penyusunan program merawat luka ringan, isinya
sebagai berikut:
a) Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merawat luka ringan yang dimaksud yaitu anak
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, terhadap
peserta didik seperti mengenal alat, mengenal bahan, mempraktikan cara
merawat luka ringan, memelihara alat, memelihara bahan, serta
memelihara hasil sehingga anak dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari pada saat terluka.
b) Menentukan Materi Pembelajaran
Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah
mengenal alat (gunting medis, perlak, sarung tangan medis, pinset) dan
bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) untuk merawat luka ringan.
c) Menentukan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah
berupa poster (Langkah-langkah merawat luka ringan),internet, alat dan
bahan yang digunakan untuk merawat luka ringan
d) Menentukan Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan
menggunakan metode ceramah, latihan (kinerja), dan penugasan.
e) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan
yaitu buku guru, buku siswa, internet, P3K, HDI.
f) Menentukan Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran dalam merawat luka ringan dengan cara menilai
pengetahuan, sikap, keterampilan, pada saat peserta didik melakukan kegiatan
merawat luka ringan dan guru memberikan penilaian terhadap peserta didik
dalam bentuk tes tulis, tes lisan, tanya jawab, diskusi, observasi,
kinerja/praktik.
2. Penyusunan Draf
Penyusunan draf dilakukan setelah peneliti menganalisis kebutuhan anak
dan mengumpulkan sumber belajar. Draf yang dimaksud dalam penlitian ini
adalah draf program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang
berbentuk program pembelajaran.
a. Draf program pembelajaran

Tabel 3.1.
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan mengawali alat dan bahan Tes 2.
merawat luka pertemuan pertama 2. Anak mampu Tulis Poster
ringan dengan menunjukan Unjuk 3.
4.4. mengucapkan alat dan bahan Kerja Youtube
Mempraktikan salam 3. Anak mampu
merawat luka 2. Peserta didik dan membedakan
ringan guru bersama-sama alat dan bahan
berdoa sesuai 4. Anak mampu
agama dan mempraktikan
kepercayaan Langkah-
masing-masing. langkah
3. Melakukan merawat luka
apersepsi dengan ringan
mengajukan 5. Anak mampu
pertanyaan/ memelihara
pernyataan tentang alat dan bahan
“kabar hari ini?”. 6. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak gimana hasil
kabar hari ini?”
“apakah ada yang
sakit hari ini?”.
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru
mengabsen anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan satu
per satu nama alat
dan bahan
merawat luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak yang
sedang merawat
luka
3. Anak melihat
gambar anak yang
sedang merawat
luka yang
ditunjukan oleh
guru (mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan bertanya.
Contoh: “gambar
apa itu bu?”
(menanya)

5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan
dengan benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan yang
benar
7. Anak
diberikan
kesempatan untuk
mempraktekan
cara merawat luka
ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru
melihat kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12.
Selanjutnya guru
membagikan alat
dan bahan untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi dengan
benar
13. Anak dan
guru bersama-
sama melakukan
kegiatan merawat
luka dengan benar
(mengkomunikasi
kan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik yang
mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan kepada
peserta didik yang
telah berhasil
mengikuti
langkah-langkah
dengan tepat
berupa penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian dan Pendekatan Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara dalam memperoleh data yang
sistematis untuk tercapainya sebuah tujuan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Menurut Narbuko dan Achmad (2012:44) bahwa metode penelitian
deskriptif adalah “ Penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang sudah disajikan
datanya secara valid, serta menganalisis dan menginterprestasikan”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan dalam
penyelesaian suatu masalah yang diperoleh berdasarkan data-data yang ada
dalam menyajikan, menganalisis serta menginterprestasikan data dari suatu
masalah yang ada saat sekarang. Yang diperoleh berdasarkan fakta yang
ada, peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu untuk menyajikan serta
menganalisis data yang diperoleh secara langsung di lapangan sesuai
dengan masalah yang diteliti.
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
karena permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan. Menurut Moleong (2011:6)
bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenmena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
pelaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara hlistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
knteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.

Sedangkan definisi pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2011:9)


bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berdasarkan pada
filsafat post positivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat
induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan


kualitatif adalah pendekatan yangg dilakukan secara terstruktur terhadap
subjek penelitian. Dimana terdapat sebuah peristiwa dimana peneliti menjadi
instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut
diuraikan dalam bentuk deskriptif yang tertulis data empiris yang telah
diperoleh dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna daripada
generalisasi.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan untuk mengamati objek keadaan
secara langsung di lapangan.

Arikunto (2013:199) bahwa :


Sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu
dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik, observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
pengciuman, pendengaran, peraba, dan pengecapan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah


suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu objek penelitian untuk mendapatkan
informasi dari subjek tersebut dengan melakukan pencatatan terhadap segala
sesuatu yang dialami subjek penelitian secara sistematik.
2. Wawancara
Wawancara atau interviu (Interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual atau dilakukan secara kelompok.
Menurut Moleong (2010: 186) bahwa “Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan dengan dua belah pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan
proses tanya jawab yang terjadi antara dua individu atau lebih secara
berhadapan langsung atau secara spontan dalam mendapatkan keterangan
mengenai suatu hal yang diinginkan untuk mendapatkan sebuah informasi
yang valid. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan
dalam program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI SMALB di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan data yang di pelajari atau data-data yang
dimiliki oleh sekolah.
Menurut Fathoni (2011:112) bahwa studi dokumentasi adalah “Teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatn mengenai data pribadi
responden, seperti yang dilakukan seorang klien melalui catatan pribadinya”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahws studi dokumentasi
merupakan bahan tertulis yang diarsipkan oleh suatu lembaga. Bahan
tertulis yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data anak, guru, dan
dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam penelitian
ini.
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa keberadaan
Program pembelajaran data anak, dan dokumen yang lain, yang terkait dengan
penyusunan program merawa luka ringn Di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
4. FGD (Focus Group Discussion)
Focus Group Discussion atau diskusi kelompok berfokus adalah salah
satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan diskusi yang
terpusat pada suatu masalah, hal ini sejalan dengan penjelasan Sumantri
(2015:173) sebagai berikut:
Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD (Focus Group Discussion) merupakan teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman kelompok.
Penjelasan tersebut juga didukung oleh Satori dan Komariah (2017:96)
mengungkapkan bahwa “Focus Group Discussion (FGD) dilakukan dengan
mengundang para informan kunci untuk mendiskusikan beberapa konsep yang
berkaitan dengan data yang diungkapkan atau dapat juga menjawab beberapa
pertanyaan penelitian”.
Berdasarkan kutipan di atas bahwa Focus Group Discussion bertujuan
untuk mengumpulkan informasi melalui kegiatan diskusi kelompok yang
terpusat pada suatu masalah yang spesifik.
FGD dalam penelitian ini merupakan pertemuan antara peneliti, guru dan
bidang kurikulum untuk membahas tentang penyusunan program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman
Kota Bandung.
5. Validasi
Validasi digunakan untuk menguji kelayakan suatu instrument. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:1543) bahwa “validasi adalah
pengesahan, pengujian kebenaran atau sesuatu”.
Adapun pendapat Arikunto (2013:211) bahwa “validasi adalah suatu
ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument”. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Lebih lanjut Sugiyono (2018:173)
menjelaskan bahwa: “valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa validasi adalah
suatu kegiatan dimana peneliti melakukan uji kelayakan dari hasil data
penelitian.
C. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul tahap selajutnya yaitu pengolahan data
atau menganalisis data. Menurut Suyanto dan Sutinah (2006: 173) bahwa
“pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema
sesuai fokus penelitannya.
Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Miles dan Huberman (2010:16) dalam Sugiyono bahwa “reduksi data
merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
lapangan”.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis,
menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan
melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang
direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan
penelitian.
Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik
dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan
rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak
bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.
2. Penyajian Data (Display Data)
Penyajian data merupakan upaya untuk melihat gambaran keseluruhan
data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
Menurut Dharma (2008:14) bahwa “Penyajian data diarahkan agar
data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
peneliti memamhami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya”.
Adapun menurut Sugiyono (2018:341) bahwa “setelah data direduksi,
maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian data
adalah menyajikan data yang telah terkumpul dari lapangan untuk dapat
menggambarkan keadaan penelitian, baik secara keseluruhan maupun secara
bagian-bagian agar mudah dibaca dan dipahami.
Peneliti mengelompokan data dan menyajikan data tersebut dengan teks,
dalam bentuk narasi mengenai penyusunan program pembelajaran merawat
luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
3. Verifikasi Penarikan Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang
telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian.
Menurut pendapat Miles dan Huberman (2010:18) dalam Sugiyono
bahwa:
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab
akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih
dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa proses analisis tidak sekali jadi,


melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah
melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan
merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan kesimpulan ini
merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dilakukan agar suatu penelitian berjalan dengan
lancar dan sesuai prosedur sehingga data yang diperoleh akurat.
Menurut Ismunarti (2020:1) bahwa “Intrumen penelitian adalah alat ukur
yang digunakan secara sistematis untuk mengumpulkan data penelitian, data
merupakan nilai karakteristik objek yang diperoleh melalui proses pengukuran
atau pengamatan. Pengamatan menghasilkan sekumpulan nilai atau atribut dari
objek penelitian yang disebut variabel penelitian”.
Dalam penelitian kualitatif , peneliti berperan sebagai instrumen
penelitian untuk mengumpulkan data. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2016:306) bahwa “Peneliti kualitatif sebagai
Human Instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan dat, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan dta dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Sejalan dengan pendapat Anggito (2018:75) bahwa “Pengamat atau
peneliti dalam penelitian kualitatif sangat berperan dalam proses pengumpulan
data atau dalam kata lain yang menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri”.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Berupa observasi, wawancara, maupun studi dokumentasi.
Peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif, dalam penelitian
ini peneliti menyusun dan menggunakan instrumen observasi,wawancara, dan
studi dokumentasi.

E. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penlitian
Menurut Arikunto (2010:175) mengemukakan bahwa “Yang
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data yang di peroleh”. Subjek dalam penelitian merupakan unsur yang
sangat penting untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan.
Maka subjek dari penelitian ini adalah 1 (Satu) orang guru SLB Ar-Rahman
Kota Bandung, 2 (Dua) orang anak tunagrahita ringan kelas XI SLB Ar-
Rahman Kota Bandung untuk lebih jelasnya subjek penelitian dapat dilihat
pada table berikut ini :

Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Nama/ Inisial Jenis Kelamin Usia Keterangan
1. PN Perempuan 18 Tahun Anak Tunagrahita
2. NER Perempuan 17 Tahun Anak Tunagrahita
3. TD Perempuan 28 Tahun Guru Kelas
4. SS Perempuan 31 Tahun Guru Validasi
5. DL Perempuan 36 Tahun Guru Validasi

2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penyusunan program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tnagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-
Rahman Kota Bandung. Dengan aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang
disusun oleh peneliti dan guru.
c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang
telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.

F. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, ada tiga tahap yang dapat dilakukukan penelitian
dalam melakukan prsedur penelitian ini yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap proses pencatatan.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian merupakan tahap awal untuk melakukan
penelitian. Di dalam pelaksanaan tahap ini, kegiatan yang dilakukan dalam
tahap persiapan penelitian adalah :
a. Survei Tempat Penelitian
Survei tempat penelitian adalah langkah pertama yang dilakukan
peneliti dalam memulai penelitian. Dalam hal ini peneliti mencari masalah
yang akan diteliti kemudian menjelaskan sebagai pertimbangan dalam
merumuskan masalah.
b. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,
menemukan berbagai masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian. Untuk melaksanakan studi pendahuluan, peneliti akan
melakukan pendekatan terhadap pihak sekolah untuk membahas masalah-
masalah yang terjadi di sekolah, baik masalah yang dihadapi oleh kepala
sekolah ,maslah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar maupun masalah yang dihadapi oleh anak saat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
c. Menentukan topik dan judul penelitian
Setelak melakukan pendekatan kepada pihak sekolah, peneliti memilih
topik dan judul yang dianggap menarik untuk diteliti. Kemudian peneliti
mengajukan kepada dewan skripsi untuk memperoleh persetujuan
menindaklanjuti menyusun rancangan penelitian.
d. Menyusun proposal
Setelah menentukan topik dan judul yang di teliti, maka tahap
selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat proposal untuk
diajukan kepada pembimbing. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
melalui arahan pembimbing.
e. Validasi Instumen Penelitian
Validasi dilaksanakan kepada 1 (Satu) guru SLBN Majalengka, dan 1
(Satu) guru SLB Gelora Karya yang bertindak sebagai validator. Validasi
dilakukan untuk mengetahui keterbacaan dan keterlaksanaan penyusunan
program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan
kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2. Tahap Pelaksanaan penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tahap yang harus
dilakukan:
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan berbagai data yang ada
diperkirakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data ini meliputi kegiatan
wawancara dan observasi terhadap responden yaitu anak tunagrahita
ringan kelas XI dan guru kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
1) Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengamati anak,
kemudian data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kemampuan persepsi
visual anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan observasi dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai kesepakatan guru. Dengan
melaksanakan observasi diharapkan dapat melihat kemampuan pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. Observasi dilakukan
sebanyak 7 kali di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai guru dengan
acuan yang ada pada pedoman wawancara, untuk menjawab pertanyaan
peneleitian tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh data
tentang kemampuan persepsi anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan
wawancara dilakukan secara mendalam di sekolah saat pembelajaran dimulai
atau waktu luang guru. Wawancara dilakukan di dalam kelas sesuai dengan
kesepakatan yang ditentukan sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan
dilapangan.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi di laksanakan di SLB Ar-Rahmn Kota Bandung hasil
dokumentasi berupa buku pedoman program pembelajaran merawat luka
ringan untuk anak tunagrahita dan modul tata cara merawat luka ringan.
4) FGD (Focus Group Discussion)
Kegiatan Focus Group Discussion ini dilaksanakan di sekolah SLB Ar-
Rahman Kota Bandung dihadiri oleh peneliti, guru, dan staf bidang kurikulum
untuk mendiskusikan rancangan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI dengan tujuan dapat menjadi pedoman
bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
5) Validasi
Pelaksanaan validasi dilakukan oleh peneliti dengan memvalidasikan
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan yang disusun oleh guru dan peneliti SLB Ar-Rahman
Kota Bnadung.
b. Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
induktif dimana data yang diperoleh hasil penelitian dideskripsikan kemudian
dilakukan analisis secara kritis dan menarik kesimpulan secara bertahap serta
dilakukan pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh data observasi, wawancara, studi
dokumentasi, FGD, dan validasi dilakukan pemilihan atau
pengelompokan serta merangkum hal-hal yang penting sesuai dengan
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
2) Penyajian Data
Setelah mendapatkan data yang diperoleh, lalu peneliti
menyajikan data dalam bentuk pernyataan atau uraian untuk
mempermudah memahami apa yang terjadi dengan penyusunan program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB
Ar-Rahman Kota Bandung.
3) Kesimpulan dan Verifikasi Data
Peneliti menarik kesimpulan dari awal sampai akhir data yang telah
diperoleh, namun kesimpulan bersifat sementara seiring data yang di
dapat, agar menjaga tingkat kepercayaan hasil penelitian, maka
menanyakan kembali hasil yang telah diperoleh pada guru
tersebut. setelah itu hasil penelitian tersebut dihubungkan
dengan jawaban-jawaban serta pertanyaan penelitian yang berkaitan
dengan penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
c. Kesimpulan
Menarik kesimpulan merupakan langkah akhir dari kegiatan
penelitian. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian terhadap data-data yang diperoleh baik melalui
wawancara, studi dokumentasi, FGD, validasi. Dari data tersebut, maka
tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan tentang hasil penyusunan
program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung kemudian dihubungkan dengan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
3. Tahap Pelapor
Pada tahap akhir dari kegiatan penelitian adalah menyusun laporan
penulisan laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena
melalui laporan penelitian tersebut, hasil penelitian dapat mudah untuk
dipahami dan digunakan oleh berbagai pihak terkait.
Penulisan laporan ini merujuk sesuai dengan pedoman sistematika penulisan
skripsi yang dikeluarkan oleh FKIP Universitas Islam Nusantara.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Penelitian
Penelitian terdiri dari Profil Lembaga dan Profil Responden. Adapun
subjek yang diteliti adalah 1 (Satu) orang guru dan 2 (Dua) anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
1. Profil Lembaga
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SLB Ar-Rahman Kota
Bandung yang beralamat di Jalan Terusan GBI (Griya Bandung Indah) atau
Bodogol No. 126 RT 4 RW 5 Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari
Kota Bandung, Kode Pos 40286. Merupakan Sekolah swasta yang berdiri
sejak tanggal 2 September 2002, mulai didirikan dan telah Terdata di Dinas
Provinsi Jawa Barat, izin pendirian : Nomor:421/1316-Disdik 2003 Tanggal,
09 Juli 2003 dengan Surat Keputusan /SK 02.00/443/BAP-SM/X/2009 Luas
2 2.
bangunan sekolah 174 M luas bangunan 08 M
Sarana yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung. Diantaranya:
a. Ruangan kelas terdapat sarana seperti: meja guru, meja belajar peserta
didik, kursi guru, kursi peserta didik, jam dinding, rak hasil karya
peserta didik, dan papan tulis.
b. Ruangan aula terdapat sarana seperti: lemari, rak hasil karya peserta
didik, tempat cuci tangan, jam dinding, timbangan badan, pengeras
suara, dan tape recorder, WC siswa L/P dan WC guru L/P terdapat
sarana seperti kloset jongkok, tempat air (Bak), dan gayung.
c. Ruang tata usaha (TU) terdapat sarana seperti: meja TU, kursi TU,
computer TU, Printer TU. Ruangan guru dan Kepala sekolah terdapat
sarana seperti lemari, jam dinding, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, kursi
pimpinan, meja pimpinan, lemari arsip, dan perlengkapan P3K.
d. Ruang perpustakaan terdapat sarana seperti rak buku dan berbagai
macam buku guru dan buku siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SLB Ar-Rahman dilakukan
pada pagi hari dan diakhiri di siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB.
SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang dipimpin oleh 1 kepala
sekolah dan dibantu dengan 10 tenaga pendidik dan 1 tenaga
kependidikan. Semua karyawan dan guru tersebut memberikan
pelayanan pendidikan terhadap 37 peserta didik.
Jenjang pendidikan yang ada di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
terdiri dari SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan jenis kelainan
diantaranya tunarungu, tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
Kurikulum yang digunakan SLB Ar-Rahman Kota Bandung adalah
kurikulum 2013.
Program unggulan yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
Sebagai Berikut :
a. Kegiatan Kesenian
b. Kegiatan Olahraga
c. Kegiatan Pramuka.
2. Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 1 (satu orang) guru dan 2 (dua
orang) anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
Profil responden adalah sebagi berikut:
a. Responden Guru (RG)
Responden berinisial TD, berusia 28 tahun, jenis kelamin perempuan.
Alamat Kampung Tabrik RT.13/RW.5 Desa Babakancikao Kecamatan
Babakancikao, Pendidikan terakhir S1, status kepegawaian non PNS, bertugas
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sejak bulan Februari tahun 2022.
Responden memiliki sikap yang baik, penyayang, tegas, dan sabar dalam
mendidik anak berkebutuhan khusus, terlihat ketika responden mendidik dan
melayani peserta didik di kelas.
b. Responden Anak (RA)
1) Responden Anak Kesatu (RA-1)
Responden berinisial NER, Berusia 18 tahun, jenis kelamin
perempuan, anak ketiga dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial
HJ bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bernisial RAK bekerja sebagai
wiraswasta, beralamat di Komplek GBI Blok F11 No.01 Buah Batu
Kecamatan Bojongsoang.
Fisik sama seperti pada umumnya, untuk motorik kasarnya NER
masih perlu dilatih karena masih kaku dalam memegang benda,
kemampuan dalam bersosialisasi NER cukup baik, selain itu NER juga
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat, sehingga guru
harus terus menanyakan berulang-ulang agar NER dapat mengungkapkan
pendapatnya.
2) Responden Anak Kedua (RA-2)
Responden berinisial PN, Berusia 18 tahun, jenis kelamin
perempuan, anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial R
bekerja sebagai buruh dan ibu bernisial A bekerja sebagai ibu rumah
tangga, beralamat Rancabolang Kecamatan Gede Bage.
Fisik PN sama seperti anak pada umumnya, kemampuan dalam
bersosialisasi PN cukup baik, dan PN mampu mengekpresikan
pendapatnya ketika tanya jawab dengan guru.
3. Aspek Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa aspek. Berikut aspek dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam belajar pengembangan diri merawat luka ringan
bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.
c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi
dokumentasi, FGD, dan validasi yang dideskripsikan dan dikelompokkan
berdasarkan subjek, sebagai berikut:
1. Hasil Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat kemampuan dalam belajar
merawat luka ringan, hasilnya sebagai berikut:
a. Responden Anak Kesatu (RA-1)
1) Mengenal Alat
a) Menyebutkan Alat
(1) Menyebutkan gunting Medis
Responden mampu menyebutkan gunting medis secara lantang,
serta dapat menyebutkan kegunaan gunting medis seperti
mengaplikasikannya dalam merawat luka ringan .
(2) Menyebutkan perlak
Responden masih perlu bimbingan dengan cara diberikan klu
dalam menyebutkan perlak, dengan cara mengucapkan “Per” terlebih
dahulu agar anak dapat menyebutkannya.
(3) Menyebutkan sarung tangan medis
Responden mampu menyebutkan sarung tangan medis, dan
mampu mengetahui kegunaan sarung tangan medis untuk
melindungi dari bakteri atau kuman. Dengan menggunakan sarung
tangan medis luka tersebut akan lebih steril dibandingkan tidak
menggunakan sarung tangan medis.
(4) Menyebutkan pinset
Responden masih butuh bantuan dengan diberikan klu agar
menyebutkan alat pinset dengan cara mengucapkan “pin” terlebih
dahulu
b) Menunjukkan Alat
(1) Menunjukkan gunting medis
Responden dapat menunjukkan gunting medis secara langsung serta
menunjukkannya dengan cepat ketika diberikan intruksi.
(2) Menunjukkan perlak
Responden masih perlu bimbingan secara verbal. Sehingga untuk
menunjukannya responden harus diberikan arahan untuk dapat memegang
perlak, mengenal warna perlak. Disaat menunjukan perlak masih perlu
dibantu dengan memberikan klu. Agar responden dapat menunjukkannya.
(3) Menunjukkan sarung tangan medis
Responden mampu menunjukkan sarung tangan medis, beserta jarinya
yang terdapat lima jari bahannya yaitu plastik sehingga responden
menunjukan tanpa berulang kali dalam pengucapan.
(4) Menunjukkan pinset
Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang pinset
terlebih dahulu dan menelaah agar responden dapat menunjukan secara
mandiri..
c) Membedakan Alat
(1) Membedakan gunting medis
Responden dapat membedakan gunting medis dengan gunting kertas.
(2) Membedakan perlak
Responden dapat membedakan perlak karet dengan perlak plastik karena
dengan ciri khas perlak yaitu besar, berwarna coklat, sehingga dapat
memudahkan responden dalam membedakannya.
(3) Membedakan sarung tangan medis
Responden mampu membedakan sarung tangan medis dengan sarung
tangan kain.
(4) Membedakan pinset
Responden mampu dalam membedakan pinset medis dengan
pinset pencabut bulu rambut, karena ciri khas pinset medis yaitu
panjang dengan ujung pipih dan tumpul.
2) Mengenal bahan
a) Menyebutkan bahan
(1) Menyebutkan plaster
Responden masih perlu bantuan, dengan diberikan klu seperti dalam
pengucapan “plaster”, dengan cara 3 kali pengulangan.
(2) Menyebutkan kain kasa
Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu, seperti huruf
awal “K” dengan cara guru sambil memegang kain kasa.
(3) Menyebutkan revanol
Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu dalam
menyebutkan revanol, karena revanol jarang digunakan ketika
terluka sehingga responden kurang paham dalam penyebutan
revanol, untuk mengenalnya responden sudah mengenal akan tetapi
dalam penyebutannya responden masih sering lupa.
(4) Menyebutkan Betadine
Responden mampu menyebutkan betadine secara jelas, karena
betadine sering digunkan di sekolah ketika terluka.
b) Menunjukkan bahan
(1) Menunjukkan plaster
Responden mampu menyebutkan plaster secara langsung.
(2) Menunjukkan kain kasa
Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang
terlebih dahulu bahannya.
(3) Menunjukkan revanol
Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang,
dan melihat teksturnya.
(4) Menunjukkan betadine
Responden mampu dalam menunjukan Betadine secara langsung.
c) Membedakan bahan
(1) Membedakan plaster
Responden mampu membedakan plaster dengan koyo sehingga
responden dapat mengingat bentuk,warna pada plaster.
(2) Membedakan kain kasa
Responden masih butuh bantuan secara fisik dengan cara memegang
bentuk dan teksturnya, sehingga dapat membedakan kain kasa dengan
perban,
(3) Membedakan revanol
Responden masih butuh bantuan secara fisik dengan cara memegang
bentuk dan warnanya, dalam membedakan revanol dengan NACL.
(4) Membedakan betadine
Responden mampu membedakan betadine dengan obat merah karena
responden sudah mengetahui bentuk, warna pada betadine dan sering
digunakan Ketika terluka.
3) Cara merawat luka ringan
a) Menyiapkan alat
Responden mampu menyiapkan seperti gunting medis, perlak, sarung
tangan, pinset, secara langsung
b) Menyebutkan bahan
Responden dapat menyebutkan plaster,Betadine akan tetapi untuk
menyebutkan kain kasa dan revanol responden masih perlu bantuan dalam
mengucapkan sehingga harus diberi klu terlebih dahulu agar dapat
menyebutkannya.
c) Praktik merawat luka ringan
(1) Menyiapkan alat dan bahan
Responden dapat menyiapkan semua alat dan bahan sesuai intruksi dari
guru dan meletakannya di tempat meja yang sudah disiapkan.
(2) Langkah-langkah cara Merawat luka ringan
(a) Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
Responden mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara
meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara
mandiri.
(b) Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
Responden mampu memasangkan perlak diatas meja secara
mandiri
(c) Membuka peralatan yang ada di P3K
Responden mampu membuka kotak P3K dan mengambil peralatan
yang ada didalamnya.
(d) Memakai sarung tangan
Responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri.
(e) Membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan
pinset
Responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu
menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan
pinset agar steril.
(f) Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran
(Gunakan teknik memutar searah jarum jam)
Responden mampu membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka.
(g) Membasahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan
menggunakan pinset.
Responden mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan
Revanol.
(h) Membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan
dari atas ke bawah)
Responden mampu membersihkan luka bagian luar dan bagian dalam
menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara perlahan.
(i) Mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran
Responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati dengan
betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan waktu
yang panjang.
(j) Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
Responden mampu memberikan obat luka dan merawatnya ketika terluka
(k) Memasang kain kasa pada area luka sampai tepi luka.
Responden mampu memasangkan kain kasa yang telah dituangkan
betadine.
(l) Membalut menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan
Responden mampu membalutkan plaster setelah kain kasa dituangkan
betadine.
(m) Mengatur posisi anak tunagrahita seperti semula
Responden mampu mengatur posisi duduk seperti semula
seperti tangannya digerakan atau kakinya digerakan ketika
duduk.
(n) Membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.
Responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya
ketempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan
menggunakan sabun.
(o) Menyimpan alat-alat pada tempatnya
Responden mampu menyimpan alat dan bahan P3K pada tempatnya
yang ada di UKS
d) Memelihara Alat
(1) Membersihkan gunting medis
Responden mampu membersihkan gunting medis, dengan cara mencucinya
dan menggunakan sabun.
(2) Membersihkan perlak
Responden mampu membersihkan perlak dan mencucinya secara bersih
dengan menggunakan sabun diair mengalir. .
(3) Membuang sarung tangan medis
Responden mampu membuang sarung tangan medis pada tempat
sampah secara mandiri.
(4) Membersihkan pinset
Responden mampu membersihkan pinset dengan cara merendam pinset
dengan menggunakan air panas agar steril..
4) Memelihara bahan
a) Merapikan plaster
Responden mampu menyimpan plaster ke dalam kotak P3K ketika sudah
selesai simulasi praktik.
b) Merapikan kain kasa
Responden mampu merapihkan kain kasa yang tercecer dimeja, dengan cara
menyimpan ke tempat kotak P3K
c) Merapikan revanol
Responden mampu merapihkan revanol agar kemasan revanol tetap dalam
keadaan steril dengan menggunakan tisu basah.
d) Merapikan Betadine
Responden mampu menyimpan betadine ke dalam kotak P3K
5) Memelihara hasil
a) Mencegah infeksi pada luka
Menjaga agar penutup luka tidak terbuka serta menjaga agar luka tidak kena
benturan.
b) Mempercepat penyembuhan luka
Menjaga agar luka tidak terkena air, dan perban tidak terlepas sehingga
perban tetap steril.
b. Responden Anak Kedua (RA-2)
1) Mengenal Alat
a) Menyebutkan Alat
(1) Menyebutkan gunting medis
Responden mampu menyebutkan gunting medis secara langsung.
(2) Menyebutkan perlak
Responden masih perlu bimbingan dengan cara diberikan klu dalam
menyebutkan perlak, dengan cara mengucapkan “Per” terlebih
dahulu agar anak dapat menyebutkannya.
(3) Menyebutkan sarung tangan medis
Responden mampu menyebutkan sarung tangan medis, sehingga
responden mampu mengetahui sarung tangan.
(4) Menyebutkan pinset
Responden masih butuh bantuan dengan diberikan klu agar
menyebutkan alat pinset dengan cara mengucapkan “pin” terlebih
dahulu
b). Menunjukkan Alat
(1) Menunjukkan gunting medis
Responden dapat menunjukkan gunting medis secara langsung
serta menunjukkannya dengan cepat ketika diberikan intruksi
(2) Menunjukkan perlak
Responden masih perlu bimbingan secara verbal. Sehingga untuk
menunjukannya responden harus diberikan arahan untuk dapat
memegang perlak, mengenal warna perlak. Disaat menunjukan
perlak masih perlu dibantu dengan memberikan klu. Agar responden dapat
menunjukkannya.
(3) Menunjukkan sarung tangan medis
Responden mampu menunjukkan sarung tangan medis dengan cepat dan
benar.
(4) Menunjukkan pinset
Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang pinset
terlebih dahulu dan menelaah agar responden dapat menunjukan secara
mandiri..
c) Membedakan Alat
(1) Membedakan gunting medis
Responden dapat membedakan gunting medis dengan gunting
kertas.
(2) Membedakan perlak
Responden dapat membedakan perlak karet dengan perlak plastik
karena dengan ciri khas perlak yaitu besar, berwarna coklat,
sehingga dapat memudahkan responden dalam membedakan-nya.
(3) Membedakan sarung tangan medis
Responden mampu membedakan sarung tangan medis dengan sarung
tangan kain.
(4) Membedakan pinset
Responden mampu dalam membedakan pinset medis dengan pinset
pencabut bulu rambut.
2) Mengenal bahan
a) Menyebutkan bahan
(1) Menyebutkan plaster
Responden mampu menyebutkan plaster sesuai dengan intruksi yang
telah diberikan oleh guru.
(2) Menyebutkan kain kasa
Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu, seperti huruf
awal “K” dengan cara guru sambil memegang kain kasa.
(3) Menyebutkan revanol
Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu dalam
menyebutkan revanol, karena revanol jarang digunakan ketika terluka
sehingga responden kurang paham dalam penyebutan revanol.
(4) Menyebutkan Betadine
Responden mampu menyebutkan betadine, karena sering digunakan
ketika responden terjatuh, dan sering digunakan dirumah.
b) Menunjukkan bahan
(1) Menunjukkan plaster
Responden mampu menunjukkan plaster secara langsung sesuai
dengan intruksi guru.
(2) Menunjukkan kain kasa
Responden mampu menunjukkan kain kasa sesuai dengan intruksi
yang telah diberikan oleh guru.
(3) Menunjukkan revanol
Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang,
dan melihat teksturnya.
(4) Menunjukkan betadine
Responden mampu dalam menunjukkan Betadine secara langsung
tanpa melihat betadine.
c) Membedakan bahan
(1) Membedakan plaster
Responden mampu membedakan plaster dengan koyo sehingga
responden dapat mengingat bentuk,warna pada plaster.
(2) Membedakan kain kasa
Responden mampu membedakan kain kasa dengan perban, karena
kain kasa memiliki bentuk lonjong dan warnanya putih.
(3) Membedakan revanol
Responden mampu membedakan revanol dengan NACL, karena
warnanya yang berbeda dan bentuk yang berbeda..
(4) Membedakan betadine
Responden mampu membedakan betadine dengan obat merah karena
responden sudah mengetahui bentuk, warna pada betadine dan sering
digunakan ketika terluka.
3) Cara merawat luka ringan
a) Menyiapkan alat
Responden mampu menyiapkan seperti gunting medis, perlak, sarung
tangan, pinset, sesuai dengan intruksi.
b) Menyebutkan bahan
Responden dapat menyebutkan betadine akan tetapi untuk menyebutkan
plaster, kain kasa dan revanol responden masih perlu bantuan dalam
mengucapkan sehingga harus diberi klu terlebih dahulu agar dapat
menyebutkannya.
c) Praktik merawat luka ringan
(1) Menyiapkan alat dan bahan
Responden dapat menyiapkan semua alat dan bahan sesuai intruksi dari
guru dan meletakannya di tempat meja yang sudah disiapkan.
(2) Langkah-langkah cara Merawat luka ringan
(a) Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
Responden mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara
meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara
mandiri.
(b) Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
Responden mampu memasangkan perlak diatas meja secara mandiri
(c) Membuka peralatan yang ada di P3K
Responden mampu membuka kotak P3K dan mengambil peralatan
yang ada didalamnya.
(d) Memakai sarung tangan
Responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri.
(e) Membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan
menggunakan pinset
Responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu
menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan
menggunakan pinset agar steril.
(f) Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran
(mengunakan teknik memutar searah jarum jam).
Responden mampu membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka.
(g) Membasahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan
menggunakan pinset.
Responden mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan Revanol.
(h) Membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan
dari atas ke bawah)
Responden mampu membersihkan luka bagian luar dan bagian dalam
menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara perlahan.
(i) Mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran.
Responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati
dengan betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan
waktu yang panjang.
(j) Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
Responden mampu mengobati obat luka dan merawatnya ketika
terluka
(k) Memasang kain kasa pada area luka sampai tepi luka.
Responden mampu memasangkan kain kasa yang telah diberi betadine.
(l) Membalut menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan
Responden mampu membalutkan plaster setelah kain kasa diberi betadine.
(m) Mengatur posisi anak tunagrahita seperti semula
Responden mampu mengatur posisi duduk seperti semula seperti tangannya
digerakan atau kakinya digerakan ketika duduk.
(n) Membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.
Responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya ke
tempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan
menggunakan sabun.
(o) Menyimpan alat-alat pada tempatnya
Responden mampu menyimpan alat dan bahan P3K pada tempatnya
yang ada di UKS
4) Memelihara Alat
a) Membersihkan gunting medis
Responden mampu membersihkan gunting medis, dengan cara
mencucinya menggunakan sabun.
b) Membersihkan perlak
Responden mampu membersihkan perlak dan mencucinya secara bersih
dengan menggunakan sabun di air mengalir. .
c) Membuang sarung tangan medis
Responden mampu membuang sarung tangan medis ke tempat sampah
secara mandiri.
d) Membersihkan pinset
Responden mampu membersihkan pinset dengan cara merendam pinset
dengan menggunakan air panas agar steril..
5) Memelihara bahan
a) Merapikan plaster
Responden mampu menyimpan plaster ke dalam kotak P3K ketika sudah
selesai simulasi praktik.
b) Merapikan kain kasa
Responden mampu merapihkan kain kasa yang tercecer dimeja, dengan
cara menyimpan ke tempat kotak P3K
c) Merapikan revanol
Responden mampu merapihkan revanol agar kemasan revanol tetap
dalam keadaan steril dengan menggunakan tisu basah.
d) Merapikan Betadine
Responden mampu menyimpan betadine ke dalam kotak P3K
6) Memelihara hasil
a) Mencegah infeksi pada luka
Menjaga agar penutup luka tidak terbuka serta menjaga agar luka tidak
kena benturan.
b) Mempercepat penyembuhan luka
Menjaga agar luka tidak terkena air, dan perban tidak terlepas sehingga
perban tetap steril.
2. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan peneliti terhadap
responden di SLB Ar-Rahman Kota Bandung mengenai program pembelajaran
merawat luka ringan, dapat deskripsikan sebagai berikut:
a. Persiapan
Persiapan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal anak tahapan
sebagai berikut:
1) Melakukan Assesmen
Pada tahap persiapan guru melakukan assesmen terlebih dahulu
terhadap anak. Assessmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik dalam merawat luka ringan dari mulai mengenal alat, mengenal bahan,
tahapan-tahapan cara merawat luka ringan, memelihara alat, memelihara
bahan, dan memelihara hasil yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
guru dalam menyusun program.
2) Menyusun Program
Program pembelajaran merawat luka ringan mencakup beberapa aspek
yaitu :
a) Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merawat luka ringan yang dimaksud yaitu anak dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, terhadap peserta
didik seperti mengenal alat, mengenal bahan, mempraktikan cara merawat
luka ringan, memelihara alat, memelihara bahan, serta memelihara hasil
sehingga anak dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pada saat
terluka.
b) Menentukan Materi Pembelajaran
Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah mengenal
alat (gunting medis, perlak, sarung tangan medis, pinset) dan bahan (plaster,
kain kasa, revanol, betadine) untuk merawat luka ringan.
c) Menentukan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah berupa
poster (Langkah-langkah merawat luka ringan),internet, alat dan bahan yang
digunakan untuk merawat luka ringan
d) Menentukan Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan
menggunakan metode ceramah, latihan (kinerja), dan penugasan.
e) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan
yaitu buku guru, buku siswa, internet, P3K, HDI.
f) Menentukan Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran dalam merawat luka ringan dengan cara menilai
pengetahuan, sikap, keterampilan, pada saat peserta didik melakukan
kegiatan merawat luka ringan dan guru memberikan penilaian terhadap
peserta didik dalam bentuk tes tulis, tes lisan, tanya jawab, diskusi,
observasi, kinerja/praktik.
3. Studi Dokumentasi
Hasil studi dokumentasi yang diperoleh adalah program yang disusun
oleh guru yang memiliki komponen-komponen antara lain :
Tabel 3.1.
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan mengawali alat dan bahan Tes 2.
merawat luka pertemuan pertama 2. Anak mampu Tulis Poster
ringan dengan menunjukan Unjuk 3.
4.4. mengucapkan alat dan bahan Kerja Youtube
Mempraktikan salam 3. Anak mampu
merawat luka 2. Peserta didik dan membedakan
ringan guru bersama-sama alat dan bahan
berdoa sesuai 4. Anak mampu
agama dan mempraktikan
kepercayaan Langkah-
masing-masing. langkah
3. Melakukan merawat luka
apersepsi dengan ringan
mengajukan 5. Anak mampu
pertanyaan/ memelihara
pernyataan tentang alat dan bahan
“kabar hari ini?”. 6. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak gimana hasil
kabar hari ini?”
“apakah ada yang
sakit hari ini?”.
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru
mengabsen anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan satu
per satu nama alat
dan bahan
merawat luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak yang
sedang merawat
luka
3. Anak melihat
gambar anak yang
sedang merawat
luka yang
ditunjukan oleh
guru (mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan bertanya.
Contoh: “gambar
apa itu bu?”
(menanya)
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan
dengan benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan yang
benar
7. Anak
diberikan
kesempatan untuk
mempraktekan
cara merawat luka
ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru
melihat kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12.
Selanjutnya guru
membagikan alat
dan bahan untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi dengan
benar
13. Anak dan
guru bersama-
sama melakukan
kegiatan merawat
luka dengan benar
(mengkomunikasi
kan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik yang
mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan kepada
peserta didik yang
telah berhasil
mengikuti
langkah-langkah
dengan tepat
berupa penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.

4. Focus Group Discussion (FGD)


Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung yang diikuti oleh peneliti, guru, dan bagian kurikulum untuk
menyusun program pembelajaran merawat luka ringan terdiri dari :
a. Dasar penyusunan
Penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan sangat diperlukan, agar untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan pembelajaran sehingga dapat dijadikan pedoman mengajar,
selain itu meningkatkan kemampuan pengembangan diri dalam merawat
luka ringan.
b. Komponen-komponen program
1) Tujuan pembelajaran
2) Materi pembelajaran
3) Media pembelajaran
4) Metode pembelajaran
5) Sumber belajar
6) Penilaian pembelajaran
5. Responden Validasi
Hasil validasi yang telah dilakukan kepada guru yang berbeda
dengan sekolah yang berbeda sebagai validator, hasil validasi sebagai
berikut:
a. Responden Validator Kesatu (RV-1)
Responden memberikan masukan atau saran terhadap program yang telah di
buat, menurut responden validator pertama, program yang telah di buat
sudah cukup baik, akan tetapi perlu ada yang ditambahakan di salah satu
point yang telah dibuat yaitu merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan.
b. Responden Validator Kedua (RV-2)
responden dari validator kedua menyatakan bahwa secara keseluruhan
program pembelajaran merawat luka ringan dalam mengatasi masalah
penyesuaian diri pada anak tunagrahita ringan telah tersusun dengan baik.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan semua data diperoleh, yang terdiri dari hasil
observasi, wawancara, studi dokumentasi, FGD, dan validasi. Data yang
sudah diperoleh kemudian direduksi, dipaparkan, diverifikasi, kemudian
ditarik kesimpulan. Hasil analisis data sebagai berikut:
1. Hasil Observasi
Berdasarkan deskripsi data hasil observasi tentang kemampuan belajar
dalam merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan sebagai berikut:
a. Responden Anak Kesatu (RA-1)
Responden belum mampu menyebutkan, membedakan,
menunjukan apa yang dimaksud dengan alat dan bahan merawat luka
ringan serta kegunaan dan manfaatnya. Akan tetapi responden mampu
mengetahui penyebabnya ketika terluka yaitu saat terjatuh, teriris
pisau, dan sebagainya.
Responden mampu mengetahui gunting medis, perlak, sarung
tangan medis, pinset, plaster betadine, tetapi responden belum mampu
dalam mengucapkan, sehingga perlu diberikan klu agar anak dapat
mengucapkan yang keras seperti kain kasa, revanol.
Responden mampu mengikuti intruksi dari guru berkaitan
dengan langkah-langkah dalam menyiapkan alat dan bahan (gunting
medis, perlak,sarung tangan medis, pinset, plaster, kain kasa, revanol,
betadine).
Langkah-langkah yang dipraktikan ketika merawat luka ringan
seperti: Mengatur posisi anak sesuai kebutuhan ,mengatur posisinya
disaat terluka dengan cara meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan
tangan, secara mandiri, Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka,
membuka peralatan yang ada di P3K, membuka kotak P3K dan mengambil
peralatan yang ada didalamnya., memakai sarung tangan, membasahi kain kasa
dengan betadine, kemudian dengan menggunakan pinset, setelah itu
menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan
pinset agar steril. membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih
dari kotoran (Gunakan teknik memutar searah jarum jam), membasahi kasa
dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan pinset,
membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan
dari atas ke bawah).
Responden mampu menyimpan hasil merawat luka ringan dengan
mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran,
memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu, memasang kain kasa pada
area luka sampai tepi luka, membalut menggunakan plester sesuai dengan
kebutuhan, mengatur posisi anak seperti semula, membuka sarung tangan,
kemudian mencuci tangan agar steril dan mencucinya dengan menggunakan
sabun, menyimpan alat-alat pada tempatnya.
b. Responden Anak kedua (RA-2)
Responden mampu menunjukan, menyebutkan, dan membedakan apa
yang dimaksud dengan alat dan bahan merawat luka ringan serta kegunaan dan
manfaatnya. Sehingga penyebab yang terjadi ketika luka ringan responden
mengetahui dan dapat menjelaskannya.
Responden mampu mengikuti instruksi dari guru berkaitan dengan
langkah-langkah merawat luka ringan, responden mengetahui gunting medis,
perlak, sarung tangan, plaster, kain kasa, betadine, akan tetapi tidak
mengetahui perlak, pinset, revanol. Responden mampu menyiapkan gunting
medis, perlak, sarung tangan medis, pinset.
Langkah-langkah yang dipraktikan dalam merawat luka ringan
diantaranya mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan, Responden
mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara meluruskan kaki dan
tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara mandiri, memasangkan perlak
karet di bawah daerah luka responden mampu memasangkan perlak diatas
meja secara mandiri, membuka peralatan yang ada di P3K, responden mampu
membuka kotak P3K dan mengambil peralatan yang ada didalamnya, memakai
sarung tangan responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri,
membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan pinset
responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu
menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan
pinset agar steril, membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih
dari kotoran (mengunakan teknik memutar searah jarum jam) responden
mampu membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka, membasahi kasa
dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan pinset
responden mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan revanol,
membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan
dari atas ke bawah) responden mampu membersihkan luka bagian luar dan
bagian dalam menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara
perlahan, mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari
kotoran, responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati
dengan betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan
waktu yang panjang, memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu,
responden mampu mengobati obat luka dan merawatnya ketika terluka,
memasang kain kasa pada area luka sampai tepi luka responden mampu
memasangkan kain kasa yang telah diberi betadine, membalut menggunakan
plester sesuai dengan kebutuhan, responden mampu membalutkan plaster
setelah kain kasa diberi betadine
Responden mampu menyimpan hasil dalam merawat luka ringan
diantaranya mengatur posisi anak seperti semula, responden mampu mengatur
posisi duduk seperti semula seperti tangannya digerakan atau kakinya
digerakan ketika duduk, membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan
agar steril responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya ke
tempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan menggunakan
sabun. menyimpan alat-alat pada tempatnya
2. Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari wawancara bersama guru tentang
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan adalah dengan tujuan
anak memiliki kesadaran untuk mengobati luka serta dapat menangani luka
ringan yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain secara sigap
sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu
pemberian keterampilan pengembangan diri ini memang perlu. Sehingga
bekal untuk merawat dan menolong diri secara mandiri bagi anak tunagrahita
ringan.
Materi pembelajaran dalam penyusunan program ini adalah merawat
luka ringan dengan media pembelajaran P3K, poster, dan youtube. Ketika
pembelajaran berlangsung metode yang digunakan dalam pembelajaran ini
yaitu ceramah, praktik, penugasan.
Program pembelajaran merawat luka ringan menggunakan sumber
belajar dari buku guru, dan buku siswa. Sumber belajar tersebut menjadi
acuan dalam penyusunan program pembelajaran dikarnakan sangat
mendukung dan memfasilitasi sesuai dengan kebutuhan anak.
Aspek penilaian yang dinilai dalam pembelajaran ini adalah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
3. Hasil Studi Dokumentasi
Program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-
komponen diantaranya : Dasar penyusuna program pembelajaran merawat
luka ringan adalah langkah-langkah cara merawat luka ringan agar tidak
terjadinya infeksi.
Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka ringan ini
adalah berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh guru kelas,
peneliti, bidang kurikulum, bsesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak .
4. Hasil Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) Yang diadakan melibatkan peneliti,
guru kelas, dan bidang kurikulum bertempat diruang kantor guru membahas
serta mengidentifikasi poin-poin didalam program pembelajaran yang
sekiranya perlu ditingkatkan kembali. Berdasarkan hasil FGD yang telah
diuraikan di atas, dasar penyusunan dalam program pembelajaran merawat
luka ringan adalah belum tecapainya penguasaan anak terhadap materi pada
pembelajaran merawat luka ringan .
Aspek yang akan disusun, pada tahap penyusunan program
pembelajaran peneliti dan guru menganalisis atau assesmen kebutuhan belajar
anak dan menyusun pembelejaran diantaranya : menentukan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, metode
pembelajaran, sumber belajar, penilaian pembelajaran.
Pada tahap terakhir yaitu laporan hasil program pembelajaran merawat
luka ringan diinformasikan kepada pihak sekolah dan orang tua, responden
memberikan rekomendasi kepada orang tua untuk memberikan bimbingan
apabila anak cidera seperti tersenyat pisau, terjatuh, sehingga akan
mengakibatkan pendarahan dan membutuhkan pertolongan pertama agar tidak
terjadinya infeksi.
5. Hasil Validasi
Setelah peneliti dan guru menyusun program pembelajaran merawat luka
ringan, kemudian hasilnya divalidasikan kepada 2 sekolah yang berbeda
dengan 2 orang sebagai validator yaitu guru SLBN Majalengka, dan guru SLB
Gelora Karya. Adapun hasil validasi yang telah dilakukan kepada guru yang
berbeda dengan sekolah yang berbeda sebagai validator, sebagai berikut:
a. Validator Kesatu (RV-1)
Validator memberikan penilaian bahwa program yang disusun sudah
cukup baik hanya saja ada beberapa hal yang perlu ditambahkan
khususnya pada program tersebut harus ada gambar merawat luka ringan
yang lebis spesifik.
b. Validator Kedua (RV-2)
Validator memberikan penilaian mengenai program pembelajaran pada
anak tunagrahita secara keseluruhan sudah disusun dengan baik hanya saja
ada beberapa aspek yang kurang. Tetapi untuk penulisan sudah baik.
Berdasarkan pendapat dari kedua responden validator di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa, program pembelajaran merawat luka ringan dapat
digunakan di sekolah luar biasa khususnya dalam membantu mengatasi
masalah luka ringan.
D. Jawaban Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data observasi, wawancara, studi
dokumentasi, Focus Group Discussion (FGD), dan validasi. Dapat dijadikan
sebagai jawaban pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Pertanyaan dan
jawaban penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan dalam belajar pengembangan diri merawat luka
ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung?

Kemampuan dalam belajar sebelum merawat luka ringan, diantaranya


anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan ketika luka, seiring
berjalannya waktu anak mampu mengenal alat (gunting medis,
perlak,sarung tangan, pinset) tetapi ada anak yang tidak mengenal perlak
dan pinset sehingga membutuhkan bantuan dalam menyebutkan klu. Anak
mampu mengenal bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) ada anak
yang tidak mengenal revanol dan kain kasa sehingga memerlukan
pengulangan dan diberikan klu, anak mampu mempersiapkan alat,
mempraktikan cara merawat luka ringan, hanya butuh bantuan dalam
menyebutkan bahan-bahan dalam merawat luka ringan, anak mampu
membersihkan alat, merapihkan bahan hanya keduanya belum mampu atau
masih membutuhkan bantuan dalam mencegah dan mengurangi infeksi pada
luka. Maka perlu adanya mengobati luka secara teratur dan mengganti
plaster dirasa sudah gatal.
Kemampuan dalam belajar pada saat merawat luka ringan, Sebagian
besar anak mampu melakukan tindakan yang benar ketika berada di dalam
kelas. Pada tahap mempraktikan langkah-langkah atau proses cara
menangani, merawat luka ringan anak masih membutuhkan bantuan dalam
menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan klu terlebih
dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan tersebut.
2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang disusun oleh peneliti dan guru?

Berdasarkan hasil FGD dan studi dokumentasi diperoleh jawaban


tentang bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sebagai
berikut:
Penyusunan program pembelajaran merupakan hasil dari kerja sama
antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Melalui FGD program
pembelajarann merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di
SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-komponen diantaranya
: Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka ringan adalah RPP,
Modul, buku guru, buku siswa, poster, dan analisis tugas yang disusun oleh
peneliti.
Table 4.1
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan mengawali alat dan bahan Tes 2.
merawat luka pertemuan pertama 2. Anak mampu Tulis Poster
ringan dengan menunjukan Unjuk 3.
4.4. mengucapkan alat dan bahan Kerja Youtube
Mempraktikan salam 3. Anak mampu
merawat luka 2. Peserta didik dan membedakan
ringan guru bersama-sama alat dan bahan
berdoa sesuai 4. Anak mampu
agama dan mempraktikan
kepercayaan Langkah-
masing-masing. langkah
3. Melakukan merawat luka
apersepsi dengan ringan
mengajukan 5. Anak mampu
pertanyaan/ memelihara
pernyataan tentang alat dan bahan
“kabar hari ini?”. 6. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak gimana hasil
kabar hari ini?”
“apakah ada yang
sakit hari ini?”.
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru
mengabsen anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan satu
per satu nama alat
dan bahan
merawat luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak yang
sedang merawat
luka
3. Anak melihat
gambar anak yang
sedang merawat
luka yang
ditunjukan oleh
guru (mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan bertanya.
Contoh: “gambar
apa itu bu?”
(menanya)
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan
dengan benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk melakukan
kegiatan merawat
luka ringan yang
benar
7. Anak
diberikan
kesempatan untuk
mempraktekan
cara merawat luka
ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru
melihat kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12.
Selanjutnya guru
membagikan alat
dan bahan untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi dengan
benar
13. Anak dan
guru bersama-
sama melakukan
kegiatan merawat
luka dengan benar
(mengkomunikasi
kan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik yang
mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan kepada
peserta didik yang
telah berhasil
mengikuti
langkah-langkah
dengan tepat
berupa penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak
tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.

3. Bagaimana bentuk penyusunan program pembelajaran merawat ringan


bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora
Karya.?

Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru yang
berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat
luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:
Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, Adapun kritik
dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber ( gambar-gambar
kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus kepada pembelajaran
merawat luka ringan. Saran dari kedua validator yaitu materi dipermudah
dan program pembelajaran akan lebih baik apabila disusun dalam bentuk
program pembelajaran yang disusun sudah baik dan dapat diterapkan di
seokalah yang lain.

E. Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di
SLB Ar-Rahman Kota Bandung, anak tunagrahita ringan menurut
Mumpuniarti (2010:64)
Anak tunagrahita ringan (Mild mentally retalted) adalah anak yang
tingkat kecerdasannya (IQ) berkisar antara 50-70. Rendahnya tingkat
kecerdasan itu juga mengakibatkan terbatasnya perkembangan
pencapaian tingkat usia mental mereka. Tingkat usia mental/umur
kecerdasan mental setaraf anak usia sekolah dasar kelas 6 (umur anak 12
tahun) walaupun sudah mencapai usia dewasa.

Lebih lanjut menurut definisi yang diterima secara luas dan menjadi
rujukan utama ialah definisi dari AAMD (Amerivcan Association Of Mental
Deficiency ) yang dikutip Grossman (Krik dan Gallagher, 1986) dalam Astati
dan Mulyati (2011:9) bahwa “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual
yang nyata dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi
tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan”.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki kondisi kecerdasan di bawah rata-rata,
selain itu anak tunagrahita mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan mereka kurang cakap dalam hal- hal yang abstrak.
Sehingga anak tunagrahita membutuhkan layanan dan Pendidikan khusus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, akan tetapi memiliki potensi yang
dapat dikembangkan dalam bidang akademik sedehana dan keterampilan
sederhana untuk menjalani kehidupan dengan mandiri.
Anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran khusus
yang sesuai dengan kemampuan, dan kebutuhannya. Salah satu program
pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan adalah program
pembelajaran pengembangan diri yang dahulu dikenal istilah Bina Diri
tercantum dalam buku milik Astati (2015:7) jika ditinjau dari kata Bina
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “Membangun atau
proses penyempurnaan agar lebih baik; maka Bina Diri adalah usaha
membangun diri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui
pendidikan di keluarga, sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya
kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara
memadai”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program
pengembangan diri bagi anak tunagrahita merupakan hal yang sangat penting
untuk mengantarkan anak tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya
yang berupa kegiatan pembelajaran. Dalam hal merawat diri, mengurus diri,
menolong diri, menghindari dari bahaya, berkomunikasi, bersosialisasi,
keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang. Hal tersebut merupakan
kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sehingga dengan program
pembelajaran pengembangan diri diharapkan dapat meminimalisir atau
menghilangkan ketergantungan anak terhadap orang lain sehingga tercapainya
kemandirian pada anak untuk menjalankan aktivitas kehidupannya.
Berdasarkan hasil penelitian, kenyataan di lapangan khususnya di SLB
Ar-Rahman Kota Bandung belum memiliki program pembelajaran
pengembangan diri khususnya dalam merawat luka ringan, oleh karena itu
perlu dilakukan penyusunan program pembelajaran pengembangan diri
merawat luka ringan.
Peneliti bekerjasama dengan guru untuk menyusun program
pembelajaran pengembangan diri, lalu penyusun dilakukan FGD bersama
kepala sekolah, dan guru-guru di SLB Ar-Rahman Kota Bandung, kemudian
hasil program pembelajaran yang sudah di FGD kan dan divalidasikan kedua
guru dengan dua sekolah berbeda.

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berikut ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian
sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya yaitu, sebagai berikut :
1. Simpulan Umum
Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan belajar
akademis oleh karena itu program pendidikan bagi mereka lebih diarahkan
pada penguasaan dalam pengembangan dirinya, agar anak kelak memiliki
bekal hidup di masyarakat.
Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak
tunagrahita ringan adalah merawat luka ringan. Melalui pembelajaran
merawat luka ringan diharapkan anak tunagrahita ringan memiliki bekal
untuk merawat luka ringan ketika tersenyat pisau, terjatuh dari sepeda,
tergores dan masih banyak lainnya.
Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa anak tunagrahita
ringan sudah mampu dalam merawat luka ringan, akan tetapi masih ada
yang harus diberikan bimbingan atau arahan.
2. Simpulan Khusus
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dalam program
pembelajaran merawat luka ringan, bahwa:
a. Kemampuan dalam belajar sebelum merawat luka ringan, diantaranya
anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan ketika luka,
seiring berjalannya waktu anak mampu mengenal alat (gunting medis,
perlak,sarung tangan, pinset) tetapi ada anak yang tidak mengenal perlak dan
pinset sehingga membutuhkan bantuan dalam menyebutkan klu. Anak
mampu mengenal bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) ada anak yang
tidak mengenal revanol dan kain kasa sehingga memerlukan pengulangan dan
diberikan klu, anak mampu mempersiapkan alat, mempraktikan cara merawat
luka ringan, hanya butuh bantuan dalam menyebutkan bahan-bahan dalam
merawat luka ringan, anak mampu membersihkan alat, merapihkan bahan
hanya keduanya belum mampu atau masih membutuhkan bantuan dalam
mencegah dan mengurangi infeksi pada luka. Maka perlu adanya mengobati
luka secara teratur dan mengganti plaster dirasa sudah gatal.
Kemampuan dalam belajar pada saat merawat luka ringan, Sebagian
besar anak mampu melakukan tindakan yang benar ketika berada di dalam
kelas. Pada tahap mempraktikan langkah-langkah atau proses cara
menangani, merawat luka ringan anak masih membutuhkan bantuan
dalam menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan
klu terlebih dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan
tersebut.
b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh peneliti
dan guru. Bahwa berdasarkan hasil FGD dan studi dokumentasi diperoleh
jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sebagai
berikut:
Penyusunan program pembelajaran merupakan hasil dari kerja sama
antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Melalui FGD program
pembelajarann merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI
di SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-komponen
diantaranya : Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka
ringan adalah RPP, Modul, buku guru, buku siswa, poster, dan analisis
tugas yang disusun oleh peneliti.
c. bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:
Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru
yang berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya
sebagai berikut:
Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI,
Adapun kritik dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber (
gambar-gambar kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus
kepada pembelajaran merawat luka ringan. Saran dari kedua validator
yaitu materi dipermudah dan program pembelajaran akan lebih baik
apabila disusun dalam bentuk program pembelajaran yang disusun sudah
baik dan dapat diterapkan di seokalah yang lain.

B. Rekomendasi
Berdasarkan data hasil peneliti berikut ini akan dikemukan beberapa
rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan, rekomendasi dalam
penelitian ini ditunjukkan bagi:
1. Bagi Guru
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bahwa program
pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan di
sekolah tersebut belum tersedia. Oleh karena itu, dengan adanya
penyusunan program pembelajaran dapat membantu guru untuk dalam
memberikan keterampilan merawat luka ringan bagi anak tunagrahita
ringan.
2. Kepala Sekolah
Berdasarkan fakta di lapangan bahwa anak tunagrahita
ringan adalah anak yang mengalami gangguan kecerdasan jauh di bawah
rata-rata, dengan demikian adanya penyusunan program pembelajaran
dapat membatu serta memfasilitasi guru untuk memberikan keterampilan
merawat luka ringan supaya dapat memudahkan pembelajaran yang
kondusif.
Alangkah baiknya apabila sekolah dapat memberikan pelatihan dan
arahan kepada semua guru tentang pentingnya penyusunan program
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait
penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan. Serta dapat mengembangkan penyusunan program
pembelajaran yang telah dibuat menjadi lebih baik lagi.
C. Penutup
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan
menyusun laporan hasil penelitian ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi masih jauh dari
sempurna. Kekurangan dan kelemahan yang semata-mata disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimilii oleh peneliti. Oleh karena itu kritik dan
saran peneliti harap untuk di masa mendatang. Peneliti mengucapkan
terimaksih pada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini,
semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya Amin.

DAFTAR PUSTAKA

AC, S., & Criminales K. (2006). Aspek Medikolegal Luka Pada Forensik Klinik.
Majalah Kedokteran Nusantara, 39:(4):430:2.
American Psychiatric Association . (2013). Arlington , 33.

Apriyanto . (2012). Seluk Beluk Tunagrahita Dan Strategi Pembelajarannya .


Yogyakarta.

Aproditta. (2012). Klasifikasi Anak Tunagrahita . 45.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka


Cipta.

Astati , & Mulyati. (2015). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah


Offset Jl. Kalipah Apo Gg. Wireja No.14 Bandung Anggota IKAPI Jawa
Barat.

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Cacat Tunagrahita. Bandung:


CV. Pendawa.

Astati, & Mulyati. (2015). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung.


Dumville. (2013 ). Preoperative Skin Antiseptics For Preventing Surgical Wound
Infections After Clean Surgery :Intervention Review Issue . Inggris :
Willey.

Effendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Bandung: Bumi


Aksara.

Fathoni. (2011). Metodologi Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Dan Teknik


Penyusunan Skripsi . Jakarta: Rineka Cipta.

Gunahardi, & Dan Maryadi . (2011). Modul PLPG Pendidikan Luar Biasa
Pendalaman Materi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Hallahan,D.P, Kauffman J,M, & Pullen PC. (2009). Exceptional Learners An


Introduction To Sprcial Education. Een Ratnengsih , 147.

Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar. (2013). Arisanty, 35.

Kemis , & Rosnawati . (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Tunagrahita (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dengan Hambatan
Kecerdasan. Jakarta : PT. Luxima Metro Media.

Kemis, & Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Tunagrahita . Jakarta: Luxima Metro Media.

Mair. (2013). Equine Medicine Surgery And Reproduction. Inggris: Elsevier.

Moh, A. (2006, Juni 23). Hubungan Orang Tua Dalam Pelatihan Bina Diri
Sebagai Upaya Kemandirian Pada Siswa Tunagrahita Kelas D3 Dan D4
Di SLB-C AKW II Surabaya. Retrieved From Skripsi Pendidikan Luar
Biasa Unesa : Https://Digilib.Uinsby.Ac.Id/8638/3/BAB%20II.Pdf

Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Narbuko, & Achmad. (2012). Metodologi Penelitian . Jakarta: Bumi Aksara.

Pahlevi, & Reza, M. (2012). Konsep Dasar Perawatan Luka. Jakarta.

Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2019, January 1). Retrieved
From Penyusunan : Https://Typoonline.Com/Kbbi/Penyusunan

Putra, E. (2013). Evaluasi Manajemen Luka. Jakarta: Trans Info Media.

Ratnengsih, E. (2017). Implementasi Program Vokasional Bagi Anak Tunagrahita


. Jassi_Anakku, 2.

Somantri. (2014). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Somantri. (2014). Psikologi Anak Luar Biasa . Bandung: Refika Aditama.

Sudrajat , & Dan Rosida. (2013). Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus . Jakarta: PT Lukima Metro Mandiri.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D . Bandung:


Afabeta.

Sukma Wijaya. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin .


Yogyakarta: Andi Offeset.

Suriadi. (2015). Pengkajian Luka Dan Penanganannya. Jakarta: Adam Astrada.

Undang Undang UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional . (2003, Juli 8).


Undang-Undang , P. 37.

Velner T, & Bailey T. (2009). The Wound Healing Process An Overview Of


Celluler And Molecular Mechanism . The Journal Of Internasional
Medical Reserach , 37 (5):128-1542.

Wantah . (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih .


Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

WT, L. (2002). Wound Healing Biology And Its Application To Wound


Management . Proses Penyembuhan Luka , 107-32.

LAMPIRAN
112

Daftar Guru
SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat

Status Jenis
No Nama NUPTK JK NIP Kepegawaian PTK
Ahmad
Mugni Guru
1 Almarogi L GTY/PTY Kelas
Guru
2 Arien Fitriani P GTY/PTY Kelas
PNS Guru
3 Asep Juhana 8554741643200033 L 196312222007011005 Diperbantukan Kelas
Guru
4 Enjang 5450745649200013 L GTY/PTY Kelas
Guru
5 Gunawan 4548768670120003 L GTY/PTY Kelas
Guru
6 Nursyamsiah 5845742646300012 P GTY/PTY Kelas
Ryan Guru
7 Permana 0852772673130072 L GTY/PTY Kelas
Guru
8 Tati Karyati 1138740641300053 P 196208061986032006 PNS Kelas
Tryash Guru
9 Destryanawati 3535772673130003 P GTY/PTY Kelas
Guru
10 Tukiyo 4452744648200023 L 196611202007011003 PNS Kelas

Daftar Tenaga Kependidikan


SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa
Barat

Tempat
Tanggal Status Jenis
No Nama NUPTK JK Lahir
Lahir Kepegawaian PTK
1970- Kepala
1 Marsudi 2553748651200023 L Garut 12-21 GTY/PTY Sekolah
Rahmat 1993- Penjaga
2 Gustian L BANDUNG 06-22 GTY/PTY Sekolah

Daftar Peserta Didik


SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat
Tempat Tanggal
No Nama NIPD JK NISN NIK
Lahir Lahir

2007-
1 AFDIL SYAFA'AT 21118 L 2077300977 Kota Bumi 02-04 3204080402070003
2002-
2 ANDRIYANTO 1073 L 0006446342 Cilacap 11-11 3301101111020003
2003-
3 Astri Apriliana 20113 P 0038525300 Garut 08-05 3204084508030009
2013-
4 BIMA PRATAMA 21115 L 3138450326 Bandung 12-11 3273221112130005
DAFFINA 2009-
5 DELAILAH SARI 15103 P 0096523519 BANDUNG 08-31 3273227108090001
FADILA EGA 2005-
6 PERMANA 1283 L 0054804567 Bandung 11-03 3204080411050002
Fariz Ridha 2005-
7 Mubarrak 1397 L 0056523952 Bandung 09-14 3204081409050003
FIFIN NUR 2001-
8 AJIJAH 1070 P 0016992661 Bandung 08-24 3204086408010005
Fitra Septiani 2009-
9 Nugraha 19109 L 3095640909 Bandung 10-05 3273220510090002
ILHAM
RAMADANI 2005-
10 PUTRA 1179 L 0053242715 Bandung 05-10 3273230101000002
KELVIN 2009-
11 KURNIAWAN 1789 L 0093843157 Bandung 09-21 3273272109090001
KHANSA 2003-
12 AALIYAH 1392 P 0035971265 Bandung 03-02 3273234203030001
2009-
13 MAMANG DADI 1893 L 0099760168 Bandung 09-09 3204080909090017
MARSYA
AGUSTINA 2009-
14 RAMADHANI 1395 P 0092155601 Bandung 08-24 3204086408090003
MAULANA 2007-
15 HAMDANI 1396 L 0071906830 Bandung 11-21 3204082111070001
2012-
16 MIPTAHUDDIN 21117 L 0125478653 Sumedang 07-05 3211180507120001
MOCHAMAD
FARIS 2011-
17 FATHURRAHMAN 16108 L 0115004789 Bandung 06-06 3273220606110002
MOCHAMAD
IQBAL 2007-
18 FIRMANSYAH 15100 L 0073605684 BANDUNG 04-09 3273230904070001
Mochamad Rifki 2012-
19 Dwi Hermawan 19111 L 3121422997 Bandung 04-16 3273231604120001
MUHAMAD 2007-
20 WISNU 1394 L 0077657506 Bandung 05-03 3273270305070002
2004-
21 NAJIB GUSDITYA 1286 L 0047183453 Bandung 12-15 3273231512040002
NAJRIN ZULFA
MISDATUL 2011-
22 HASANAH P 0112527863 BANDUNG 02-12 3273165202110002
NATHANIA 2003-
23 EAVAN RUSNADI 1175 P 0036861399 Bandung 12-01 3204084112030001
2003-
24 Putri Nabila 1068 P 0035703735 Bandung 05-04 3273234405030001
Rangga Pria Metro 2002-
25 Hutama 17110 L 0029488451 Lampung 09-15 3204081509020004
RIDHO RAIHAN 2006-
26 NUGRAHA 16105 L 0069637788 BANDUNG 02-14 3273131402060001
2005-
27 RIZAL FAHREZI 1387 L 0054564221 Bandung 08-24 3273232408050001
SALSABILA
MAULIDINA 2007-
28 AFRILIA 1285 P 0075923090 Bandung 04-01 3204084104070001
2009-
29 SUTISNA 20114 L 0096869889 Sumedang 04-16 3211181604090004
TANJI NUR 2007-
30 HALIM 16106 L 0077101905 Bandung 01-24 3273232401070004
VINA 2011-
31 YUNIARSAH 21116 P 3119153831 Bandung 01-29 3204086901110003
WHILDAN
KHOLID AL 2008-
32 WARDANI 15101 L 0085669805 Bandung 07-13 3273221307080005
2012-
33 Wiski Nugraha 19112 L 3121116141 Bandung 08-16 3204081608120001
2011-
34 WULAN NURAINI 16107 P 0119830808 Bandung 11-08 3273234511110002
ZAHRA AHSANU 2006-
35 AULIA 16109 P 0068708944 Bandung 01-21 3273236101060001
Zahra Kirania 2006-
36 Riskia Juliani 1493 P 0063979651 Bandung 07-01 3273234107060006
37 Zaky Ramadhan 18105 L 0083305322 Bandung 2008- 3205062909080001
09-29

KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA


RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB
AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

NO KOMPONEN ASPEK SUB ASPEK KENYATAAN


1. Bagaimana 1.1. Mengenal 1.1.1. Menyebutkan
kemampuan Alat P3K alat
dalam belajar 1.1.2. Menunjukan
merawat luka alat
ringan bagi anak 1.1.3. Membedakan
tunagrahita alat
ringan kelas XI
di SLB Ar-
Rahman Kota
Bandung?
1.2. Mengenal 1.2.1. Menyebutkan
Bahan P3K bahan
1.2.2. Menunjukan
bahan
1.2.3. Membedakan
bahan
1.3. 1.3.1. Menyiapkan
Mempraktekan alat
Cara Merawat 1.3.2. Menyebutkan
Luka Ringan bahan
1.3.3. Praktik
merawat luka
ringan
1.4. Memelihara 1.4.1. Membersihkan
Alat alat
1.5. Memelihara 1.5.1. Merapihkan
Bahan bahan
1.6. Memilihara 1.6.1. Mencegah
Hasil infeksi pada
luka
1.6.2. Mempercepat
penyembuhan
luka

INSTRUMEN OBSERVASI
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA
RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB
AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

1. Bagaimana kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak


tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?
PENILAIAN
NO ASPEK SUB ASPEK URAIAN
Butuh Belum
Mampu
Bantuan Mampu
1.1. Mengenal Alat 1.1.1. Menyebutkan 1.1.1.1. Menyebutkan
Alat gunting medis
1.1.1.2. Menyebutkan
perlak karet
1.1.1.3. Menyebutkan
sarung tangan
medis
1.1.1.4. Menyebutkan
pinset
1.2. 1.2.1. Menunjukan 1.1.2.1. Menunjukan
Alat gunting medis
1.1.2.2. Menunjukann
perlak karet
1.1.2.3. Menunjukan
sarung tangan
medis
1.1.2.4. Menunjukan
pinset
1.3. 1.1.3. Membedakan 1.1.3.1.
Alat Membebedakan
gunting medis
dengan gunting
kertas
1.1.3.2. Membedakan
perlak karet
dengan perlak
plastik
1.1.3.3. Membedakan
sarung tangan
medis dengan
sarung tangan
kain
1.1.3.4. Membedakan
pinset dengan
pinset pencabut
bulu rambut
2.1. Mengenal 2.1.1. Menyebutkan 2.1.1.1. Menyebutkan
Bahan Bahan plaster
2.1.1.2. Menyebutkan
kain kasa
2.1.1.3. Menyebutkan
revanol
2.1.1.4..Menyebutkan
betadine
2.1.2. Menunjukan 2.1.2.1. Menunjukan
Bahan plaster
2.1.2.2. Menunjukan
kain kasa
2.1.2.3. Menunjukan
revanol
2.1.2.4..Menunjukan
betadine

2.1.3.1. Membedakan
2.1.3. Membedakan plaster dengan koyo
Bahan 2.1.2.2. Membedakan
kain kasa dengan
perban
2.1.2.3. Membedakan
revanol dengan NACL
2.1.2.4..Membedakan
betadine dengan obat
merah
2.3. Mempraktekan 2.3.1. Menyiapkan 2.3.1.1. Menyiapkan
Cara Merawat Alat gunting medis
Luka Ringan Langkah-
langkah :
2.3.1.1.1.
Mengambil gunting
medis
2.3.1.1.2.
Menyimpan gunting
medis

2.3.1.2. Menyiapkan
perlak karet
Langkah-
langkah :
2.3.1.2.1.
Mengambil perlak
karet
2.3.1.2.2.
Menyimpan perlak
karet
2.3.2. Menyiapkan
Bahan 2.3.1.3. Menyiapkan
sarung tangan
medis
Langkah-
langkah :
2.3.1.3.1.
Mengambil
sarung tangan
medis
2.3.1.3.2.
Menyimpan
sarung tangan
medis

2.3.1.4. Menyiapkan
pinset
Langkah-
langkah :
2.3.1.3.1.
2.3.3. Praktik Mengambil
Merawat Luka pinset
Ringan 2.3.1.3.2.
Menyimpan
pinset

2.3.2.1. Menyiapkan
plaster
Langkah-
langkah :
2.3.2.2.1.
Mengambil
plaster
2.3.2.2.2.
Menyimpan
plaster

2.3.2.2. Menyebutkan
kain kasa
Langkah-
langkah :
2.3.2.2.1.
Mengambil
kain kasa
2.3.2.2.2.
Menyimpan
kain kasa

2.3.2.3. Menyebutkan
revanol
Langkah-
langkah :
2.3.2.3.1.
Mengambil
revanol
2.3.2.3.2.
Menyimpan
revanol

2.3.2.4. Menyebutkan
betadine
Langkah-
langkah :
2.3.2.4.1.
Mengambil
betadine
2.3.2.4.2.
Menyimpan
betadine

2.3.3.1.Langkah-
langkah cara
merawat luka
ringan sebagai
berikut:
2.3.3.1.1
Mengatur
posisi pesesrta
didik sesuai
kebutuhan
2.3.3.1.2
Memasangkan
perlak karet di
bawah daerah
luka
2.3.3.1.3
Membuka
peralatan yang
ada di P3K
2.3.3.1.4
Memakai
sarung tangan
2.3.3.1.5
Membasahi
kasa dengan
betadine,
kemudian
dengan
menggunakan
pinset
2.3.3.1.6
Membersihkan
area sekitar
luka bagian
luar sampai
bersih dari
kotoran
(Gunakan
teknik
memutar
searah jarum
jam)
2.3.3.1.7.
Basahi kasa
dengan cairan
Revanol
(NaCI 0,9% )
kemudian
dengan
menggunakan
pinset.
2.3.3.1.8 Lalu
bersihkan
kembali area
luka bagian
dalam
(Menggunakan
teknik usapan
dari atas ke
bawah)
2.3.3.1.9
Keringkan
daerah luka
dan pastikan
area daerah
luka bersih
dari kotoran
2.3.3.1.10
Memberikan
obat luka
sesuai
kebutuhan jika
perlu
2.3.3.1.11
Memsangkan
kasa steril
pada area luka
sampai tepi
luka.
2.3.3.1.12
Fiksasi balutan
menggunakan
plester sesuai
dengan
kebutuhan
2.3.3.1.13
Mengatur
posisi peserta
didik seperti
semula
2.3.3.1.14 Lalu
membuka
sarung tangan,
kemudian
mencuci
tangan agar
steril.
2.3.3.1.15.
Simpanlah
alat-alat pada
tempatnya

2.4. Memelihara 2.4.1. 2.4.1.1. Membersihkan


Alat Membersihkan Alat gunting medis
dengan
mencucinya
2.4.1.2. Membersihkan
perlak
2.4.1.3. Membuang
sarung tangan
medis
2.4.1.4. Membersihkan
pinset
2.5. Memelihara 2.5.1. Merapihkan 2.5.1.1. Merapihkan
Bahan Bahan plaster
2.5.1.2. Merapihkan
kain kasa
2.5.1.3. Merapihkan
revanol
2.5.1.4..Merapihkan
betadine
2.6. Memelihara 2.6.1. Mencegah 2.6.1.1. Menceghah
Hasil infeksi pada masuknya kuman dan
luka kotoran ke dalam luka
2.6.2. Mempercepat 2.6.1.2. Memberikan
penyembuhan rasa aman dan nyaman
luk terhadap luka
2.6.2.1. Memberi
pengobatan pada luka
2.6.2.1. Mengevaluasi
tingkat kesembuhan
luka

KISI KISI WAWANCARA


PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA
RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB
AR-RAHMAN KOTA BANDUNG
2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak
tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun
oleh peneliti dan guru?
NO ASPEK SUB ASPEK KENYATAAN
1. Tujuan Pembelajaran 1.1. Kognitif
1.2. Afektif
1.3. Psikomotorik
2. Materi Pembelajaran 2.1. Merawat luka ringan
3. Media Pembelajaran 3.1. Poster
3.2. Alat P3K
4. Metode Pembelajaran 4.1. Ceramah
4.2. Latihan
4.3. Penugasan
5. Sumber Belajar 5.1. Buku Guru
5.2. Buku Siswa
6. Penilaian 6.1. Penilaian Pengetahuan
Pembelajaran 6.2. Penilaian Sikap
6.3. Penilaian
Keterampilan
PEDOMAN WAWANCARA

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA


RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB
AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN


1. Tujuan 1.1. Kognitif 1.1.1. Bagaimana cara bapak/ibu
Pembelajaran mengembangkan kemampuan
kognitif peserta didik dengan cara
yang efisien ?
a. Dengan cara belajar secara terus
menerus
b. Dengan cara berlatih secara terus
menerus
c. ...............................
1.1.2. Apakah bapak/ibu mengaitkan materi
pembelajaran dengan pengetahuan
yang lain, yang relevan?
a. Ya
b. Tidak
c. ....................
2. 1.2. Afektif 1.2.1. Apakah bapak/ibu memperkenalkan
tujuan pembelajaran terhadap peserta
didik pada setiap pertemuan sebelum
memulai pembelajaran?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. .................
1.2.2. Apakah bapak/ibu memberikan
memberikan motivasi peserta didik
agar berpartiifasi aktif selana proses
pembelajaran ?
a. Ya
b. Tidak
c..........
3. 1.3. 1.3.1. Pada saat bapak/ibu memberikan
Psikomotorik pembelajaran merawat luka ringan, apa
saja yang diajarakan kepada peserta
didik ?
a. cara merawat, cara membersihkan
b. cara tidak terluka
c......................
1.3.2. Bagaimana cara bapak/ibu
memberikan pembelajaran tentang
pentingnya merawat luka ringan disaat
terluka ?
a. Dengan cara melakukan langkah-
langkah merawat luka
b. Dengan cara melihat
c.....................
4. Materi 4.1. Merawat 4.1.1. Bagaimana bapak/ibu cara
Pembelajaran luka ringan mengembangkan materi
pembelajaran yang disajikan
dikelas?
a. Buku, poster,
b. Benda
c. .......................
4.1.2. Bagaimana bapak/ibu guru
menentukan sebuah materi dalam
pembelajaran P3K ?
a. Disesuaikan dengan kesulitan
anak
b. Disesuaikan dengan yang
tertera di dalam KI-KD
c. .....................
5. Media 3.1. Poster 3.1.1. Apakah bapak/ibu selalu
Pembelajaran menggunakan media pembelajaran
(Poster) untuk memudahkan dalam
proses pembelajaran ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. ............
3.1.2. Apa saja media pembelajaran yang
dipesiapkan dalam pembelajaran
merawat luka ringan selain poster?
a. Karton
b. Buku langkah-langkah merawat
luka ringan
c. ..............................
3.2. Alat P3K 3.2.1. Apakah bapak/ibu selalu
menggunakan alat P3K dalam proses
pembelajaran ?
a. Ya
b. Tidak
c. ......................
3.2.2. Apakah bapak/ibu selalu
menggunakan alat peraga dalam
proses pembelajaran?
a. Ya
b. Kadang-kadang
6. Metode 6.1. Ceramah 6.1.1. Apakah peserta didik memahami
Pembelajaran materi setelah diterangkan oleh
bapak/ibu ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. .................
6.1.2. Apakah metode pembelajaran
(ceramah) sangat efektif bagi
bapak/ibu ?
a. Ya
b. Tidak
c. ...............
6.2. Latihan 6.2.1. Bagaimana keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran merawat luka
ringan dengn metode latihan ?
a. Aktif
b. Biasa saja
c. ................
6.2.2. Apakah metode pembelajaran
(Latihan) sangat efektif bagi
bapak/ibu?
a. Ya
b. Tidak
c. ..............
6.3. Penugasan 6.3.1. Bagaimana bentuk penugasan yang
bapak/ibu berikan ?
a. Pengulangan materi
b. Pemberian tugas tertulis
c. .....................
6.3.2. Apakah metode pembelajaran
(Penugasan) sangat efektif bagi
bapak/ibu?
a. Ya
b. Tidak
c. ...................
7. Sumber 5.1.Buku Guru 5.1.1. Apa saja sumber belajar yang
Belajar disediakan di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung untuk mendukung
pembelajaran merawat luka ringan ?
a. P3K
b. Buku paket
c. ..................
5.1.2. Apakah sumber belajar “merawat
luka ringan” yang disediakan di SLB
Ar-Rahman Kota Bandung,
mendukung pembelajaran dikelas ?
a. Ya
b. Tidak
c.......................
5.2. Buku Siswa 5.2.1. Bagaimana bapak/ibu memanfaatkan
sumber belajar dalam pembelajaran ?
a. Alam sekitar
b. Poster
c. ...................
5.2.2. Apakah peserta didik mempunyai
buku pegangan semacam modul/ poster
dalam kegiatan pembelajaran ?
a. Ya
b. Tidak
8. Penilaian 8.1. Penilaian 8.1.1. Evaluasi seperti apa yang bapak/ibu
Pembelajaran Pengetahuan lakukan agar pengetahuan peserta
didik dapat meningkat ?
a. Tes tulis
b. Tes lisan
c. ...............
8.1.2. Bagaimana bapak/ibu meriview
peserta didik dalam evaluasi
pembelajaran ?
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. .............
8.2. Penilaian 8.2.1. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan
Sikap penilaian sikap terhadap peserta
didik?
a. Observasi
b. Penilaian diri
c. ...............
8.2.2. Bagaimana bapak/ibu menerapkan
sikap yang baik terhadap peserta
didik ketika pembelajaran dimulai ?
a. Berdoa
b. Salam
c. ................
8.3. Penilaian 8.3.1. Bagaimana bapak/ibu melakukan
Keterampilan penilaian keterampilan terhadap
peserta didik?
a. Penilaian keahlian/kemahiran
b. Kecepatan
c. ...............
8.3.2. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan
penilaian keterampilan?
a. Kinerja /praktik
b. Portopolio
c. ....................

KISI-KISI INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSION

No Pertanyaan Aspek Sub Aspek No


Item
2 Bagaimana bentuk program 2.1 Persiapan 2.1.1 Persiapan Tim 2
pembelajaran merawat luka 2.1.2 Persiapan Kelompok Item
ringan bagi anak tunagrahita 2.1.3 Pesiapan Sebelum 2
ringan kelas XI di SLB Ar- Kegiatan Item
Rahman Kota Bandung yang 2
disusun oleh peneliti dan Item
guru?

2.2 Kegiatan 2.2.1 Sambutan 2


Awal 2.2.2 Pemaparan Tujuan Item
Pertemuan 3
2.2.3 Prosedur Pertemuan Item
2.2.4 Perkenalan
2
Item
1
Item
2.3 Kegiatan 2.3.1 Diskusi 2
Inti 2.3.2 Mengajukan Item
Pertanyaan 1
2.3.3 Penampungan Item
Pendapat dan 1
Masukan Item
2.4 Kegiatan 2.4.1 Kesimpulan 1
Akhir 2.4.2 Verifikasi Item
2.4.3 Ucapan Terimakasi 1
Item
1
Item

INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSION

2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak


tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun
oleh peneliti dan guru?
Apek Sub Aspek Indikator Item Ket
2.1 2.1.1 Persiapan Tim 2.1.1.1 2.1.1.1.1 Memimpin acara
Persiapan Moderator 2.1.1.2.1 Mencatat hal penting
2.1.1.2 saat diskusi
Notulen
2.1.2 Persiapan 2.1.2.1 2.1.2.1.1 Pemaparan materi
Kelompok Observer 2.1.2.2.1 Perijinan
2.1.2.2
Humas
2.1.3 Pesiapan 2.1.3.1 2.1.3.1.1 Pengecakan kesiapan
Sebelum Humas tempat dan peralatan
Kegiatan
2.2 2.2.1 Sambutan 2.2.1.1 2.2.1.1.1 Sambutan kepada para
Kegiatan Moderator hadirin
Awal 2.2.1.1.2 Sambutan dari hadirin
2.2.2 Pemaparan 2.2.2.1 2.2.2.1.1 Penyusunan program
Tujuan Pertemuan Moderator pembelajaran
merawat luka ringan
yang didiskusikan
2.2.2.1.2 Masalah yang terdapat
di lapangan
2.2.2.1.3 Pemaparan hasil di
lapangan
2.2.3 Prosedur 2.2.3.1 2.2.3.1.1 Alur diskusi
Pertemuan Moderator 2.2.3.1.2 Peraturan diskusi
2.2.4 Perkenalan 2.2.4.1 2.2.4.1.1 Perkenalan anggota
Moderator
2.3 2.3.1 Diskusi 2.3.1.1 2.3.1.1.1 Memaparkan masalah
Kegiatan Observer di lapangan
Inti 2.3.1.1.2 Memaparkan bentuk
program pembelajaran
merawat luka ringan
2.3.2 Mengajukan 2.3.2.1 2.3.2.1.1 Pertanyaan seputar
Pertanyaan Penilai topik dan masalah
yang didiskusikan
2.3.3 Penampungan 2.3.3.1 2.3.3.1.1 Saran dan masukan
Pendapat Notulen mengenai bentuk
program pembelajaran
merawat luka ringan
2.4 2.4.1 Kesimpulan 2.4.1.1 2.4.1.1.1 Menyampaikan
Kegiatan Moderator kesimpulan dari semua
Akhir catatan selama diskusi
2.4.2 Verifikasi 2.4.2.1 2.4.2.1.1 Verifikasi kesimpulan
Moderator atau perbaikan hasil
kesimpulan
2.4.3 Ucapan 2.4.3.1 2.4.3.1.1 Ucapan terimakasih
Terimakasih Observer atas kehadiran dan
partisipasi dalam
diskusi
Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Indikator Jenis Alokasi


No Kegiatan Pembelajaran Sumber
Dasar Pokok Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan mengawali pertemuan alat dan bahan Tes 2.
merawat luka pertama dengan 2. Anak mampu Tulis Poster
ringan mengucapkan salam menunjukan Unjuk 3.
4.4. 2. Peserta didik dan guru alat dan bahan Kerja Youtube
Mempraktikan p aitu-sama berdoa 3. Anak mampu
merawat luka sesuai agama dan membedakan
ringan kepercayaan masing- alat dan bahan
masing. 4. Anak mampu
3. Melakukan mempraktikan
apersepsi dengan Langkah-
mengajukan langkah
pertanyaan/ merawat luka
pernyataan tentang ringan
“kabar hari ini?”. 5. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak gimana alat dan bahan
kabar hari ini?” 6. Anak mampu
“apakah ada yang sakit memelihara
hari ini?”. hasil
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai pendapat
10. Guru mengabsen anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan satu
per satu nama alat
dan bahan merawat
luka
2. Guru
menunjukan gambar
anak yang sedang
merawat luka
3. Anak melihat gambar
anak yang sedang
merawat luka yang
ditunjukan oleh guru
(mengamati)
4. Anak
diharapkan memberi
respon dengan
bertanya. Contoh:
“gambar p aitu bu?”
(menanya)
5. Guru
mempersiapkan alat
dan bahan untuk
melakukan kegiatan
merawat luka ringan
dengan benar
6. Guru
menjelaskan masing-
masing alat dan
bahan untuk
melakukan kegiatan
merawat luka ringan
yang benar
7. Anak diberikan
kesempatan untuk
mempraktekan cara
merawat luka ringan
dengan benar
(mencoba)
8. Guru
mendemostra-sikan
langkah-langkah
untuk merawat luka
ringan dengan benar
9. Guru melihat
kegiatan demostrasi
guru (mengamati)
10. Guru
menanyakan kepada
anak “pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12. Selanjutnya
guru membagikan
alat dan bahan untuk
melakukan kegiatan
demostrasi dengan
benar
13. Anak dan
guru bersama-sama
melakukan kegiatan
merawat luka dengan
benar
(mengkomunikasikan
dengan demostrasi
evaluasi proses kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing peserta
didik yang
mengalami kesulitan
secara bergiliran.
15. Guru juga
memberi penguatan
kepada peserta didik
yang telah berhasil
mengikuti langkah-
langkah dengan tepat
berupa penguatan
verbal seperti “hebat,
goodjob kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya kepada
peserta didik:
“Anak-anak tadi
kita belajar apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita harus
merawat luka?
2. Anak mampu
memberikan jawaban
dari pertanyaan guru
(evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru berdoa
bersama-sama
dipimpin oleh salah
satu siswa.

112

Wawancara bersama wali kelas

Menggunting kain kasa


Membersihkan luka dengan menggunakan cairan revanol

Membuka plaster dan revanol

Memberikan obat dengan menggunakan betadine agar luka cepat kering

Menutup luka dengan menggunakan plaster

Simulasi praktik cara merawat luka ringan


PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA
RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI

Disusun :
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022

PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI MERAWAT LUKA RINGAN

Satuan Pendidikan : SMALB-C


Mata Pelajaran :Pengembangan Diri
Kelas :XI
Ketunaan :Tunagrahita Ringan

A. Standar Kompetensi
1. Mampu merawat luka ringan dengan cara yang benar

B. Kompetensi Dasar
3.4. Menerapkan prosedur merawat luka ringan
4.4. Melakukan merawat luka ringan ketika terluka

C. Indikator
3.4.1. Mengenal alat merawat luka ringan
3.4.2. Mengenal bahan merawat luka ringan
3.4.3. Memahami proses merawat luka ringan
3.4.4. Memahami cara memelihara alat dan bahan merawat luka ringan
3.4.5. Memahami cara memelihara hasil merawat luka ringan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah ditunjukkan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta
didik dapat menyebutkan alat dan bahan untuk merawat luka ringan
dengan baik dan benar
2. Setelah ditunjukan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta
didik dapat menunjukan kembali alat dan bahan untuk merawat luka
ringan dengan baik dan benar
3. Peserta didik diharapkan mampu merawat luka ringan secara mandiri

E. Materi Pokok
1. Mengenal alat
▪ Gunting medis
▪ Perlak karet
▪ Sarung tangan medis
▪ Pinset
2. Mengenal bahan
▪ Plaster
▪ Kain kasa
▪ Revanol
▪ Betadine
3. Proses merawat luka ringan
▪ Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
▪ Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
▪ Membuka peralatan yang ada di P3K
▪ Memakai sarung tangan
▪ Membasahi kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan
pinset
▪ Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari
kotoran (Gunakan teknik memutar searah jarum jam)
▪ Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan
menggunakan pinset.
▪ Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik
usapan dari atas ke bawah)
▪ Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari
kotoran
▪ Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
▪ Memsangkan kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
▪ Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan
▪ Mengatur posisi peserta didik seperti semula
▪ Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.
▪ Simpanlah alat-alat pada tempatnya
4. Memelihara hasil
▪ Menceghah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
▪ Memberikan rasa aman dan nyaman terhadap luka
▪ Memberi pengobatan pada luka
▪ Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka

F. Metode dan Model Pembelajaran


Metode : Demostrasi, Ceramah, Penugasan
Model Pembelajaran : Menggunakan alat P3K
G. Media Pembelajaran
▪ Gambar anak yang sedang merawat luka
▪ Alat dan bahan untuk kegiatan “merawat luka ringan dengan baik dan
benar”
▪ Alat P3K
▪ Poster

H. Sumber Belajar
▪ Buku siswa “Pengembangan Diri”. Buku Tematik terpadu kurikulum 2013
▪ Buku guru “Pengembangan Diri”. Buku tematik terpadu kurikulum 2013
▪ Tutorial merawat luka ringan
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu
Kegiatan Awal 1. Guru mengawali pertemuan pertama dengan
mengucapkan salam
2. Peserta didik dan guru bersama-sama berdoa
sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan/pernyataan tentang “kabar hari ini?”.
Contoh:
“Anak-anak gimana kabar hari ini?”
“apakah ada yang sakit hari ini?”.
Diharapkan peserta didik merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru mengabsen peserta didik
Kegiatan Inti 1. Guru menyebutkan satu per satu nama alat dan
bahan merawat luka
2. Guru menunjukan gambar anak yang sedang
merawat luka
3. Peserta didik melihat gambar anak yang sedang
merawat luka yang ditunjukan oleh guru
(mengamati)
4. Peserta didik diharapkan memberi respon dengan
bertanya. Contoh: “gambar apa itu bu?”
(menanya)
5. Guru mempersiapkan alat dan bahan untuk
melakukan kegiatan merawat luka ringan dengan
benar
6. Guru menjelaskan masing-masing alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan merawat luka ringan
yang benar
7. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
mempraktekan cara merawat luka ringan dengan
benar (mencoba)
8. Guru mendemostrasikan langkah-langkah untuk
merawat luka ringan dengan benar
9. Peserta didik melihat kegiatan demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru menanyakan kepada peserta didik
“pentingnya merawat luka?”
11. Peserta didik memberikan berbagai
pendapat/jawaban (menalar)
12. Selanjutnya guru membagikan alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan demostrasi dengan
benar
13. Peserta didik dan guru bersama-sama melakukan
kegiatan merawat luka dengan benar
(mengkomunikasikan dengan demostrasi evaluasi
proses kerja)
14. Ketika mendemostrasi ulang, guru membimbing
peserta didik yang mengalami kesulitan secara
bergiliran. Guru juga memberi penguatan kepada
peserta didik yang telah berhasil mengikuti
langkah-langkah dengan tepat berupa penguatan
verbal seperti “hebat, goodjob kids”.
Kegiatan Penutup 1. Membuat simpulan akhir bersama peserta
didik dengan:
Bertanya kepada peserta didik:
“Anak-anak tadi kita belajar apa?”
“Mengapa kita harus merawat luka?”
“Kapan kita harus merawat luka?”
2. Peserta didik memberikan jawaban dari
pertanyaan guru (evaluasi tes lisan)
3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-sama
dipimpin oleh salah satu siswa
Tindak Lanjut 1. Mengulang kembali materi yang dianggap
sulit oleh peserta didik
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Memberikan tugas rumah

J. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian
Penilaian Sikap : Lembar cek list
Penilaian Pengetahuan : Tes Lisan
Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran
a. Penilaian Sikap
Nama Siswa :
Tujuan :Anak mampu menunjukan sikaf positif selama
pembelajaran.
No Aktivitas yang Diamati Hasil
Ya Tidak
1. Cermat mengamati demonstrasi guru
2. Percaya diri menjawab pertanyaan tentang demonstasi
3. Disiplin melakukan kegiatan merawat luka
4. Mengikuti langkah-langkah kegiatan merawat luka
5. Tertib merapikan alat dan bahan
Jumlah

Kriteria Penskoran :
1. 0 – 1 Anak belum mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
2. 2 – 3 Anak mulai mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
3. 4 Anak sudah mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
4. 5 Anak sudah terbiasa menunjukan sikap positif selama
pembelajaran

Rekap Hasil Penilaian :


No Nama Siswa Hasil Penilaian
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
b. Penilaian Pengetahuan :
Nama Siswa :
Tujuan : Anak mampu menjawab pertanyaan mengenai topik
merawat luka ringan dengan benar
Beri tanda ceklis cek list () pada kolom Ya atau Tidak !
No Pertanyaan Jawab
Benar Salah
1. Apa alat untuk merawat luka ringan?
2. Sebutkan bahan untuk merawat luka
ringan?
3. Kapan kita harus merawat luka ringan?
4. Mengapa kita harus merawat luka ringan?
Jumlah

Kunci Jawaban :
1. Gunting
2. Hansaplast, Kain kasa, revanol, betadine
3. Ketika terluka saat terjatuh, tersenyat pisau, dan lain-lain
4. Agar tidak infeksi
Kriteria Penskoran
N= Jumlah jawaban benar x 25
Nilai Maksimal (N Mak) = 4 x 25 = 100
Rekap Hasil Penilaian
No Nama Siswa Nilai (N)
1.
2.
3.
4.

c. Penilaian Keterampilan
1. Proses Kerja (Unjuk Kerja)
Nama Siswa :
Tujuan : Siswa mampu merawat luka ringan dengan baik
dan benar
No Aktivitas yang Diamati Hasil
Ya Tidak
1. Menyiapkan alat P3K
2. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
3. Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
4. Membuka peralatan yang ada di P3K
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi kasa dengan betadine, kemudian dengan
menggunakan pinset
7. Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai
bersih dari kotoran (Gunakan teknik memutar
searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% )
kemudian dengan menggunakan pinset.
9. Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam
(Menggunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
10. Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah
luka bersih dari kotoran
11. Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
12. Memsangkan kasa steril pada area luka sampai tepi
luka.
13. Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai dengan
kebutuhan
14. Mengatur posisi peserta didik seperti semula
15. Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci
tangan agar steril.
16. Simpanlah alat-alat pada tempatnya
17. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
Jumlah

Kriteria Penskoran:
1. 0 – 3 : Anak belum mampu merawat luka ringan dengan benar
2. 4 – 5 : Anak mulai mampu merawat luka ringan dengan benar
3. 6 – 7 : Anak sudah mampu merawat luka ringan dengan benar
4. 8 – 9 : Anak sudah terbiasa merawat luka ringan dengan benar

Rekap Hasil Penilaian


No Nama Siswa Hasil Penilaian
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.

Mengetahui Bandung, 10 Juni 2022


Kepala SLB Ar-Rahman Mahasiswa Penelitian

Aini Latifah
Nim. 41032102181018
112

Anda mungkin juga menyukai