Anda di halaman 1dari 170

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA

RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI DI SLB AR-


RAHMAN KOTA BANDUNG

SKRIPSI
Diajukan sebagai memenuhi syarat penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi) Pada Program Studi
Pendidikan Luar Biasa FKIP UNINUS

Oleh:
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : AINI LATIFAH

NIM : 41032102181018

JUDUL : PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT

LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS

XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Emay Mastiani, M.Pd. Prinanda Gustarina Ridwan, M.Pd.


NIP. 300390 NIP. 300440

Disahkan oleh:

Dekan Fakultas Keguruan Ketua Program Studi


dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Luar Biasa,

Dr. H. Achmad Saefurridjal, M.Ag. Dr. Yoga Budhi Santoso, M.Pd.


NIP. 2000440428045901 NIP. 300435

i
ii
MOTO HIDUP

“LEBIH BAIK GAGAL SETELAH MENCOBA, DARI PADA GAGAL


KARENA BELUM PERNAH MENCOBA”
KARENA DI SETIAP KEGAGALAN , PASTI ADA KEMUDAHAN DAN
JALAN KELUAR

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Aini Latifah
NIM : 41032102181018
Tempat/Tanggal/Lahir : Majalengka, 12 Mei 2000
Alamat : Blok Sabtu RT 001/007 Desa
Jatitengah Kec Jatitujuh Kab
Majalengka.

Agama : Islam

B. Keterangan Keluarga
Nama Ayah : Abdul Gani
Nama Ibu : Iin Sukarsih
Saudara Perempuan : Puput Siti Fatimah

C. Riwayat Pendidikan
1. TK Kartini : 2006 - 2007
2. SDN Jatitengah II : 2007 - 2012
3. MTSN Jatitujuh : 2012 - 2014
4. Persatuan Persis 92 Majalengka : 2015 – 2018
5. Universitas Islam Nusantara
Jurusan S-1 Pendidikan Luar Biasa : 2018 – Sekarang

iv
ABSTRAK

Aini Latifah (2022) Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka


Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung

Pembelajaran bagi anak tunagrahita lebih mengarah pada pembelajaran dengan


tujuan untuk memberikan pengembangan diri dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya untuk menolong diri, melindungi diri dari bahaya, merawat dirinya sendiri
ketika menghadapi bahaya luka ringan, jika tidak ditangani dengan cepat akan
mengakibatkan infeksi. Mengingat keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita
ringan maka diperlukan program pembelajaran merawat luka ringan yang sesuai
dengan kondisi dan karakteristiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah
memperoleh gambaran tentang penyusunan program pembelajaran merawat luka
ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsif dengan pendekatan
kualitatif, dan data diperoleh melalui observasi, wawancara, FGD, dan validasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak tunagrahita ringan sudah mampu dalam
merawat luka ringan, akan tetapi masih ada yang harus diberikan bimbingan atau
arahan dalam menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan
petunjuk terlebih dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan tersebut.
Penelitian ini menghasilkan program pembelajaran merawat luka ringan yang
disusun oleh peneliti, guru dan kepala sekolah serta validasi oleh dua orang guru.
Dengan adanya penyusunan program pembelajaran dapat membantu guru dalam
pelaksanaan pembelajaran, untuk itu rekomendasi bagi sekolah agar dapat
memberikan pelatihan dan arahan kepada guru tentang pentingnya penyusunan
program pembelajaran.

Kata kunci: program pembelajaran, pengembangan diri, langkah-langka


merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka

Ringan Bagi Anak Tunagrahita Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung”

Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

skripsi ini baik berupa bimbingan, nasehat, maupun dukungan yang sangat berarti

dan membantu penulis. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan yaitu :

1. selaku Ketua Yayasan Bandung.

2. selaku Ketua Bandung.

3. Dr. Yoga Budhi Santoso M.Pd selaku Ketua Program Luar Biasa .

4. Dr. Emay Mastiani M.Pd selaku Pembimbing I yang selalu sabar dan

meluangkan waktu serta tenaga dan memberikan petunjuk, arahan, motivasi

yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Prinanda Gustarina Ridwan M.Pd selaku Pembimbing II yang selalu sabar

dan meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan petunjuk, arahan,

motivsi yag sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan Luar Biasa yang telah mendidik penulis

selama menempuh pendidikan.

7. Marsudi S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB Ar-Rahman Kota Bandung dan

Seluruh Staf.

vi
8. Ayahanda (Abdul Gani) dan Ibunda (Iin Sukarsih ) tercinta yang senantiasa

selalu memberikan motivasi serta Do’a yang tiada henti.

9. Untuk Ilham yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis

setiap saat dalam keadaan susah maupun senang, ssehingga penulis bisa

termotivasi untuk menyelesaikan skripsil ini.

10. Rekan-rekan angkatan 2018 Terimakasih atas kebersamaannya selama ini,

semoga sukses selalu. Serta Seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna sehingga saran dan

kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan serta demi

kemajuan ilmu pendidikan luar biasa di masa yang mendatang.

Bandung

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ii
MOTTO HIDUP.....................................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Batasan Masalah.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
F. Definisi Operasional............................................................................................7
G. Pertanyaan Penelitian..........................................................................................9

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Anak Tunagrahita..............................................................................................10
B. Anak Tunagrahita Ringan..................................................................................19
C. Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita.....................................................35
D. Pembelajaran Merawat Luka Ringan................................................................38
E. Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan..............................46

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Metode penelitian dan Pendekatan Penelitian...................................................54
B. Teknik Pengumpulan Data................................................................................55
C. Teknik Analisis Data.........................................................................................59

viii
D. Instrumen Penelitian..........................................................................................61
E. Subjek dan Objek Penelitian.............................................................................62
F. Prosedur Penelitian............................................................................................63

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Latar Penelitian..................................................................................................70
B. Deskripsi Hasil Penelitian.................................................................................73
C. Analisis Data.....................................................................................................97
D. Jawaban Pertanyaan Penelitian .......................................................................105
C. Pembahasan ....................................................................................................111

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. Simpulan .........................................................................................................114
B. Rekomendasi...................................................................................................116

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................118
LAMPIRAN.........................................................................................................119

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Intelegensi (IQ)..................................12


Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMALB.................................................................29
Tabel 2.3 Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan......................................49
Tabel 3.1 Subjek Penelitian....................................................................................63
Tabel 4.1. Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan.....................................91
Table 4.2 Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan....................................106

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mendapatkan keseimbangan

dan kemampuan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Sehingga

pendidikan tidak hanya sekedar pengajaran yang dapat dikatakan sebagai suatu

proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan

segala aspek yang dicakupnya, melainkan pendidikan sangat berperan penting

bagi masyarakat indonesia.

Menurut Undang–undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2

menegaskan “Bahwa tujuan adanya pendidikan ialah untuk menjadikan warga

negara indonesia sebagai pribadi yang tidak hanya memiliki wawasan luas

namun juga memiliki sikap-sikap yang berbudi luhur sebagaimana yang dicita-

citakan dalam pancasila”. Isi undang-undang di atas bahwa pendidikan

bertujuan agar warga negara indonesia memiliki wawasan yang luas, serta

berbudi luhur.

Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi

individu pada umumnya termasuk bagi anak tunagrahita yang memiliki

kelainan fisik dan intelektual, salah satunya adalah anak tunagrahita ringan

yang memiliki keterbatasan intelektual.

Menurut American Psychiatric Association (2013:33) menjelaskan:

“Anak tunagrahita ringan atau disebut dengan IDD (Intellectual Developmental

Disorder) atau gangguan perkembangan intelektual adalah anak yang

mengalami gangguan pada masa periode perkembangan yang meliputi


2

intelektual dan keterbatasan fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan

keterampilan adaptif, yang mempunyai IQ antara 68-52”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa perkembangan fungsi intelektual

anak tunagrahita yang rendah disertai dengan perkembangan perilaku adaptif

yang rendah pula akan berakibat langsung kepada kemampuan mereka dalam

mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan mereka.

Masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita diantaranya: masalah

belajar, masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, masalah gangguan

bicara, pengembangan diri seperti merawat diri, menolong diri, merawat diri,

mengurus diri, menghindari dari bahaya, menafaatkan waktu luang.

Pengembangan diri memperoleh hal yang sangat penting dikuasai dalam

anak tunagrahita ringan. Agar mereka dapat mengurangi ketergantungan

kepada orang lain.

Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak

tunagrahita adalah merawat luka ringan. Luka ringan tersebut

diantaranya;tersenyat pisau, terjatuh saat berlari, tergores, tertusuk jarum,

tercakar oleh teman , terpeleset,. Luka ringan akan berujung infeksi apabila

tidak ditangani dengan benar, sehingga perlu ditangani dan dirawat dengan

baik.

Anak tunagrahita ringan belum memahami bagaimana cara

membersihkan atau merawat luka, hal tersebut memerlukan bimbingan dari

guru agar mereka memiliki keterampilan dalam merawat luka. Oleh karena itu

anak tunagrahita memerlukan program pembelajaran mengenai merawat luka

ringan untuk memberikan pemahaman bagi anak tunagrahita ringan, dapat


3

mengembangkan dirinya.

Berdasarkan studi terdahulu dan dilakukan oleh Muhlis Nurhakim (2017)

dengan judul peningkatan keterampilan penanganan luka ringan anak

tunagrahita ringan kelas III metode Latihan di SLB ABCD Tuna kasih

donoharjo ngaglik slemen Yogyakarta menjelaskan bahwa perlu memberikan

pembelajaran keterampilan penanganan luka ringan kepada siswa tunagrahita,

supaya siswa mempunyai kesadaran untuk mengobati luka serta dapat

menangani luka ringan yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain

secara sigap sehingga dapat memperkecil resiko terjadinya infeksi. Oleh karena

itu pemberian keterampilan pengembangan diri ini memang perlu. Sehingga

bekal untuk merawat dan menolong diri secara mandiri bagi anak tunagrahita

ringan.

Menurut Kemis dan Rosnawati (2013:18) bahwa “ Keterampilan

merawat diri merupakan bentuk pelatihan dan pembinaan terhadap anak

tunagrahita ringan agar dapat merawat dirinya sendiri tanpa harus menunggu

bantuan dari orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

merawat diri merupakan suatu pembelajaran yang perlu diberikan bagi anak

tunagrahita ringan sebagai bentuk pelatihan agar meningkatkan kemandirian

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Hasil Studi Pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh

peneliti bulan Desember 2021 di SLB AR-Rahman Kota Bandung, peneliti

menemukan bahwa disekolah tersebut belum terdapat program pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. sehingga terdapat 2 anak
4

tunagrahita ringan di kelas XI dengan kemampuan dibawah rata-rata yang

mengalami kesulitan dalam penanganan merawat luka ringan. Oleh karena itu

anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran dalam

keterampilan yang khusus untuk melatih dalam pembelajaran tata cara

penanganan merawat luka ringan yaitu seperti mengenal alat-alat yang

diperlukan dalam penanganan luka ringan, cara membersihkan luka sebelum

luka diobati, cara memberi obat pada luka, dan cara memasangkan perban pada

luka.

Maka berdasarakan permasalahan kondisi tersebut dibutuhkan adanya

program pembelajaran mengenai kemampuan merawat luka ringan secara

spesifik bagi anak tunagrahita ringan di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Penyusunan

Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan bagi Anak Tunagrahita Ringan

Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Penyusunan

Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan Bagi Anak Tunagrahita Ringan

Kelas XI Di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?“

C. Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil dalam melakukan penelitian ini maka peneliti

membuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita


5

ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

2. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh

peneliti dan guru.

3. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang telah

divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah,

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi sekolah, guru dan siswa.

Pentingnya pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut :

a. Anak Tungrahita Ringan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu solusi atau jalan bagi

penyandang disabilitas dalam menjalani kehidupan sehari- hari untuk

menolong dirinya sendiri secara mandiri, dalam merawat luka ringan.

b. Guru

Guru diharapkan dapat lebih terampil untuk mempersiapkan

program-program yang dibutuhkan untuk menolong diri dan merawat


6

diri sehingga peserta didik mempunyai bekal ketika sudah tamat di

SMALB.

c. Kepala Sekolah

Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk

dapat melakukan pembinaan terhadap guru agar memiliki keterampilan

dalam memberikan program-program yang dibutuhkan peserta didik di

SMALB.

d. Peneliti

Dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan sebagai calon guru

untuk meningkatkan program pembelajaran keterampilan bagi anak

tunagrahita ringan dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus:

1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

penyusunan program merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan

kelas XI di SLB Ar-Rahman .

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi

anak tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

b. Untuk mengetahui bentuk program pembelajaran merawat luka ringan

bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung


7

yang disusun oleh peneliti dan guru .

c. Untuk mengetahui bentuk penyusunan program pembelajaran merawat

luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman

Kota Bandung yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan

SLB Gelora Karya.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas judul penelitian ini maka definisi oprasional

diuraikan sebagai berikut :

1. Penyusunan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019:1573) mengartikan

bahwa “Penyusunan adalah, proses, cara, perbuatan menyusun (Seperti

penyusunan kamus, ensiklopedia)”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan adalah

kegiatan dalam memproses data yang dilakukan oleh kelompok atau

perorangan secara baik dan teratur. Penyusunan dalam penelitian disini

adalah proses penyusunan program merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan di SLB Ar- Rahman Kota Bandung.

2. Program Merawat Luka Ringan

Menurut Schultz (2003) dalam Arisanty 2013 bahwa “Internasional

Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB) banyak

mengembangkan konsep persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan luka

sehingga dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh atau dari luar

tubuh seperti memfasilitasi dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau
8

jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali

pengembangan konsep untuk pelaksanaan luka sehingga dapat

meningkatkan penyembuhan agar tidak terjadinya infeksi dan ditangani

secara baik.

3. Merawat Luka Ringan

Menurut Sukma Wijaya (2018:57) “Merawat luka ringan merupakan

hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh, keadaan ini dapat disebabkan

oleh trauma benda tajam, benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,

sengatan listrik atau gigitan hewan”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa merawat luka ringan merupakan

suatu kerusakan pada organ tubuh sehingga dapat mengakibatkan hilangnya

seluruh atau sebagian fungsi organ tubuh seperti berdarah karena teriris

pisau dan sebagainya.

4. Anak Tunagrahita Ringan

Menurut Astati dan Mulyati (2010:15) bahwa “Anak tunagrahita

ringan adalah anak yang IQ nya berkisar 50-70. Anak termasuk tunagrahita

ringan adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk berkembang

dalam akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan.”

Sesuai dengan pendapat Kirk dan Gallagher dalam Astati dan Mulyati

(2010:14) “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata

berada dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi

tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.”

Anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita


9

yang berumur 15-18 tahun, kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maksud dari judul penelitian ini

adalah penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan sehingga anak tunagrahita ringan dapat menolong dirinya

sendiri.

G. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan rangkaian permasalahan yang akan

diteliti, yaitu :

1. Bagaimana kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?

2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun

oleh peneliti dan guru?

3. Bagaimana bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan

bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung

yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora

Karya?
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Definisi yang menjadi sebuah rujukan penulis yaitu anak tunagrahita

secara istilah dikatakan sebagai anak dengan Intellectual Developmentental

Disability (untuk selanjutnya ditulis IDD). American Assosiation of

Intellectual Develompental Disability (AAIDD) dalam (Daniel P.Hallahan

et. All., 2009:147) mendefinisikan “mental retardation is a disability

characterized by significant limitations both in intellectual functioning and

in adaptive behavior as expressed in conceptual sosial and practical

adaptive skills. This diability originates before age 18”. Yang dimaksud

dari definisi tersebut bahwa “anak retardasi mental adalah disabilitas yang

ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual,

maupun dalam perilaku adaptif, seperti yang diekspresikan dalam

keterampilan adaptif sosial, konseptual dan praktis. Kecacatan ini terjadi

sebelum usia 18 tahun”.

Dari kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita

mempunyai hambatan atau kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata normal

sehingga mempunyai hambatan dalam perkembangannya yang tidak sesuai

dengan pertumbuhan.

2. Klasifikasi

Pengklasifikasian anak tunagrahita secara umum dilakukan untuk


11

memudahkan dalam pemberian bantuan layanan sesuai dengan kebutuhan anak

sehingga terlaksana dengan baik dan seefektif mungkin. Adapun beberapa

pengklasifikasikan anak tunagrahita tersebut dijadikan acuan hasil dari

beberapa pendapat berbagai sudut pandang.

Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan agar memudahkan

guru dalam menyusun program pembelajaran dan memberikan pelayanan

pendidikan sesuai dengan kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya.

Klasifikasi anak tunagrahita menurut Aproditta (2012:45) sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Intelegensi ( IQ )

Tingkat Tingkat IQ Berdasarkan Skor


Keterbelakangan
Mental Weschsler
Approdita Binet Grossman
(WISC)
Tunagrahita Ringan 51-70 68-52 69-55 50-55
Tunagrahita Sedang 63-51 51-36 54-40 35-40
Tunagrahita Berat 20-35 25-20 39-25 20-25
Tunagrahita Sangat IQ Di Kurang Kurang dari Di bawah
Berat bawah 20 dari 19 24 20

Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita dibagi menjadi 4 (Empat) klasifikasi yaitu : anak tunagrahita

ringan, anak tunagrahita sedang, anak tunagrahita berat, dan anak tunagrahita

sangat berat. Sehingga dalam menyusun prgram pembelajaran guru harus

benar-benar memperhatikan klasifikasi dari anak tunagrahita itu sendiri.

Sehingga prgram pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kemampuan,

kesulitan dan kebutuhannya.


12

3. Karakteristik

Adapun karakteristik anak tunagrahita lebih mengacu pada kondisi fisik.

Menurut James D. Page Suhaeri (1979:25) dalam Astati dan Mulyati

(2015:15-17) yang sudah diadaftasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Kecerdasaan
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote
learning ) bukan dengan pengertian.
b. Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam
masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.Anak
tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari
usianya, ketergantungan kepada orang tua sangat besar,sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi.Selain itu mereka
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang
menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya. Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan
dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau
perlakuan dan lingkungan yang kondusif.
c. Fungsi-fungsi Mental Lain
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat
pengolahan (perbendarahan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan waktu yang lama untuk
melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenal.
1) Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
2) Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan
sesuatu, membedakan antara baik dan yang buruk, dan
membedakan yang benar dengan yang salah.
3) Anak tunagrahita pelupa dan mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan kembali suatu ingatan.
d. Dorongan dan Emosi
Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda
sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Anak yang
berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannya. Hampir tidak
memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri. Anak yang
tidak terlalu berat ketunagrahitaanya mempunyai kehidupan emosi
13

yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang
kuat dan kurang banyak mempunyai keragaman.
e. Organisme
Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang
lebih tua dari anak normal. Sikap dan bergerak legaknya kurang indah.
Diantaranya banyak yang mengalami terhambatnya bicara, pandangan
penglihatannya berkurang. Anak yang berat dan sangat berat
ketunagrahitaanya kurang rentan terhadap penyakit, badannya relatif
kecil seperti kurang segar sehingga mata sayu dan tidak bersemangat,
tenaganya berkurang, cepat letih, daya tahan tubuh mengurang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak

tunagrahita yaitu mencakup dari segi intelektual, sosial, mental, dorongan dan

emosi, dan organisme pada umumnya anak tunagrahita memiliki ciri-ciri yang

berbeda- beda sesuai dengan hambatannya, begitupun dengan potensi yang

dimiliki anak tunagrahita berbeda dengan anak pada umunya, namun beberapa

anak tunagrahita dapat melakukan aktifitas yang sederhana sehingga

kemampuan anak dapat dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya.

4. Penyebab

Faktor penyebab tunagrahita selain menurut pendapat dari Amin dan

Kemis & Ati yaitu pendapat dari Wantah. Wantah (2007:22) mengemukakan

bahwa secara biologi dan faktor lingkungan yang menjadi penyebab

keterbelakangan mental dapat dirinci sebagai berikut:

a. Keturunan
Keterbelakangan mental disebabkan oleh kelainan yang diwariskan
oleh kelainan pada gen seperti fragile X syndrome. Fragile X yndrome
adalah kerusakan pada kromosom yang menentukan jenis kelamin,
biasanya mewarisi penyebab keterbelakangan mental.
b. Sebelum lahir
Berbagai faktor yang menyebabkan bayi yang ada dalam kandungan
mengalami keterbelakangan mental adalah minum alkohol,
penggunaan faktor penyebab tunagrahita selain obat terlarang, infeksi,
penyakit, ibu mengalami tekanan darah tinggi dan sebagainya.
14

c. Kerusakan pada waktu lahir


Pada waktu melahirkan berbagai resiko akan dialami oleh ibu maupun
bayi. Resiko tersebut bia berlaku untuk ibu sehingga dapat
mengancam jiwa ibu, maupun untuk bayi.
d. Penyakit dan luka- luka pada masa kanak- kanak
Infeksi pada selaput yang menutupi otak (meningitis) atau radang
pada otak itu sendiri (en-cephalitis) dapat menyebabkan
pembengkakan. Selanjutnya mengakibatkan kerusakan pada otak dan
keterbelakangan mental.
e. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat

banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi tunagrahita. Penyebab anak

memiliki kelainan tunagrahita bisa terjadi sebelum lahir atau masih dalam

kandungan, saat lahir atau setelah kelahiran.

B. Anak Tunagrahita Ringan

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan adalah anak dengan tingkat kecerdasan jauh di

bawah rata-rata anak pada umumnya. Definisi dari AAMD (Amerivcan

Association Of Mental Deficiency) yang dikutip Grossman (Krik dan

Gallagher, 1986) dalam Astati dan Mulyati (2015:9) bahwa “Tunagrahita

mengacu pada fungsi intelektual yang nyata dibawah rata-rata bersamaan

dengan kekurangan dalam adaftasi tingkah laku dan berlangsung pada masa

perkembangan”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai anak tunagrahita

ringan dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan merupakan

anak yang memiliki IQ jauh di bawah rata- rata yang berkisar antara 50

sampai 70, sehingga secara perkembangannya sangat berbeda dengan anak

pada umunya.
15

2. Karakteristik

Karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Astati (2001:5) sebagai

berikut:

a. Ciri fisik dan motorik


Keterampilan motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari
anak normal. Sedangkan tinggi dan berat badan sama.
b. Bahasa dan penggunaannya
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara, tetapi
kurang dalam pembendaharaan kata. Mereka juga kurang mampu
menarik kesimpulan mengenai apa yang dibicarakannya.
c. Kecerdasan
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berfikir
abstrak. Tetapi mereka masih mampu mempelajari hal-hal bersifat
akademik walaupun terbatas. Sebagian dari mereka mencapai usia
kecerdasan yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika
mencapai usia dewasa. Disamping itu mereka menunjukan
keterbatasan lingkup perhatian, mudah terganggu perhatian,
hiperaktif, dan pasif ( diam berjam-jam).
d. Sosial
Anak tunagrahita ringan cenderung menarik diri, acuh tak acuh,
mudah bingung. Keadaan seperti ini akan bertambah berat apabila
lingkungan tidak memberikan reaksi positif. Mereka cenderung
bergabung dengan anak normal yang lebih muda dengan usianya.
e. Kepribadian
Ciri-ciri anak tunagrahita ringan, antara lain: kurang percaya diri,
merasa rendah diri, mudah frustasi. Ciri- ciri ini berkaitan dengan
reaksi rang lain terhadap kondisi mereka karena orang lain meraksi
berdasarkan pada keterampilan penyesuaian diri dan pola perilakunya.
f. Pekerjaan
Dalam kemampuan bekerja anak tunagrahita ringan dapat
melakukan pekerjaan yang bersifat semi skilled dan pekerjaan itu
bersifat sederhana. Bahkan diantara mereka dapat mandiri melakukan
pekerjaan, sebagai orang dewasa asal sesuai dengan kemampuan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak

tunagrahita ringan secara fisik sama seperti pada anak umumnya, tetapi dengan

kecerdasan jauh di bawah rata-rata.

3. Permasalahan

Anak tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam kecerdasannya hal


16

ini berdampak pada perkembangannya. Sehingga masalah-masalah yang

dihadapi oleh anak tunagrahita ringan yang diadaptasi dari Astati dan Mulyati

(2015:22-25) sebagai berikut :

a. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari

Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri

dalam kehidupan sehati-hari. Melihat kndisi keterbatasan anak-anak

dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi

yang termasuk kategori berat dan sangat berat. Pemeliharaan kehidupan

sehari-harinya sangat memerlukan bimbingan, karena itulah disekolah

diharapkan sekali dapat membiasakan anak dididik untuk merawat dirinya

sendiri. Masalah-masalah yang sering ditemui diantaranya adalah : cara

makan, menggsok gigi , memakai baju, memasangkan sepatu dan lain-

lain.

b. Masalah kesulitan belajar

Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir

mereka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu mengalami

kesulitan belajar, yang diantaranya kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan

belajar dengan baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berfikir

abstrak teratas, daya ingat yang lemah.

c. Masalah penyesuaian diri

Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan dalam

hubungan dengan kelompok maupun individu dan sekitarnya. Disadari

bahwa kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi

leh tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-


17

jelas berada dibawah rata-rata (normal) maka dalam kehidupan

bersosialisasi mengalami hambatan. Disamping itu mereka ada

kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya.

d. Masalah penyaluran ke tempat kerja

Secara empirik dapat dilihat bahwa kehidupan anak tunagrahita

cenderung banyak yang masih menggantungkan diri kepada orang lain

terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah

dapat hidup mandiri, inipun masih terabatas pada anak tunagrahita ringan.

Dengan demikian perlu disadari betapa pentingnya masalah penyaluran

tenaga kerja ini dan itu perlu dipikikan masing-masing dan secara ideal

dapat di wujudkan dengan penanganan yang serius.

e. Masalah pemanfaatan waktu luang

Mereka cenderung suka bermain diri dan menjauh diri dari keramaian

sehingga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya. Untuk mengimbangi

kndisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan dalam waktu luang,

sehingga mereka dapat terjatuhkan dari kondisi yang berbahaya, dan pula

tidak sampai mengganggu ketenangan masyarakat maupun keluarganya

sendiri.

f. Masalah kepribadian dan emosi

Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, nampak jelas bahwa

anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, perkembangan

pribadinya kurang konstan atau labil, kondisi yang demikian itu dapat

dilihat pada penampilan tingkah lakunya sehari-hari, misalnya: berdiam diri

berjam-jam lainnya, gerakan yang hiperaktif, mudah marah dan mudah

tersinggung, serta mengganggu orang lain di sekitarnya.


18

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa keterbatasan yang

dimiliki anak tunagrahita ringan menimbulkan beberapa permasalahan baik itu

permasalahan pada fisik, intelektual, sosial, maupun emosi. sehingga anak

tunagrahita ringan membutuhkan pendidikan serta pembelajaran yang tepat dan

sesuai dengan kebutuhannya sehingga permasalahan tersebut dapat

terselesaikan. Maka dari itu potensi yang dimiliki anak tunagrahita dapat

berkembang secara optimal.

4. Kebutuhan

Kebutuhan anak tunagrahita ringan sama halnya seperti anak

normal, hanya karena kebutuhan mereka membutuhkan perhatian yang lebih

khusus.

Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud menurut Astati (2001:18):

a. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik anak tunagrahita
misalnya makanan, minuman, pakaian dan perumahan. Selain itu
mereka perlu perawatan badan dan kesehatan, bahkan mereka
membutuhkan sarana untuk bergerak, bermain, bereaksi dan
sebagainya.
b. Kebutuhan Kejiwaan
Kebutuhan ini berhubungan dengan mental anak tunagrahita,
misalnya:
1) Kebutuhan Penghargaan
Anak luar biasa pun ingin diperhatikan, dipuji dan didapat
dengan baik. banyak rangtua dan guru kurang hangat kepada
anak tunagrahita, bahkan tidak pernah menyartakan
penghargaan terhadap kegiatan, sikap dan kelakuan anak.
Yang paling penting adalah memberikan dukungan dan
dorongan apabila anak menghadapi sesuatu yang
menyulitkan.
2) Kebutuhan akan Komunikasi
Sebagai manusia, anak luar biasa juga ingin mengungkapkan diri.
Mempunyai keinginan, ide dan gagasan. Walaupun itu kecil dan
tidak berarti serta mereka sangat sukar menyampaikannya.
Akibatnya mereka mengekspresikan komunikasi itu dengan
kerewelan-kerewelan dengan pola tingkah laku yang justru sulit
dimengerti orangtua maupun dilingkungannya. Apabila orangtua
19

tidak memahami hal ini, maka kebutuhan anak jadi tidak


terpenuhi.anak akan lebih terpukul apabila orangtua hanya mau
berbicara satu arah yaitu membentak, menyuruh atau memaki
tanpa mau berusaha memahami keterbatasan komunikasi anak.
3) Kebutuhan Kelompok
Kebutuhan ini meliputi : diakui sebagai anggota keluarga,
mendapat pengakuan di depan teman-temannya, mendapat
kedudukan dalam kelompok, mengerjakan sesuatu tanpa bantuan,
pengalaman mencapai keberhasilan.
4) Kebutuhan Sosial
Memerlukan kontak dan kerja sama dengan orang lain.
5) Kebutuhan Disiplin
Mereka perlu mengenal disiplin yang diperlukan, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
6) Kebutuhan Rasa Terjamin
Rasa terjamin dibutuhkan agar anak dapat belajar dan bekerja
dengan baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diartikan bahwa anak tunagrahita

ringan memiliki kebutuhan sama halnya dengan anak yang lainnya sehingga

anak tunagrahita ringan membutuhkan pelayanan dan pendidikan sesuai yang

dibutuhkan pada anak tersebut. Tetapi karena keadaan dan hambatan, mereka

membutuhkan perhatian yang lebih untuk memenuhi kebutuhan bagi anak

tunagrahita ringan.

5. Pendidikan

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tidak mampu berfikir abstrak,

mereka membutuhkan pelayanan Pendidikan yang disesuaikan dengan

kemampuan yang mereka miliki. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan

Pendidikan anak tunagrahita ringan adalah dengan pelayanan Pendidikan

khusus. Tempat Pendidikan yang diperuntukan bagi anak tunagrahita ringan.

Menurut Amin (2006:23) secara khusus tujuan pendidikan anak

tunagrahita ringan mencakup :


20

a. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita

1) Dapat mengembangkan potensi dengan sebaik-baiknya

Bagi anak tunagrahita mereka masih harus dibantu untuk dapat mencapai

tingkat perkembangan secara optimal, karena potensi yang dimiliki oleh

anak tunagrahita hanya terbatas sehingga guru mengusahakan agar anak

tidak hanya sekedar memiliki potensi itu saja, tetapi juga

mengembangkannya sehingga menjadi kecakapan yang berarti dan

berdampak terhadap diri sendiri.

2) Dapat melakukan kegiatan bina diri, berdiri sendiri dan berguna bagi

masyarakat

Bina diri yang dimaksud ialah anak tunagrahita berbuat untuk kepentingan

sendiri seperti: merawat diri, menolong diri, makan, minum, mandi, berias,

menjaga kesehatan, berpakaian, menghindari dari bahaya, dan sebagainya.

Anak tunagrahita terutama yang tingkat kelainannya ringan masih bisa

dilatih secara terus menerus sehingga anak tunagrahita ringan dapat terbiasa

dalam melakukan kegiatan atau aktivitas tanpa mengandalkan bantuan orang

lain. Memiliki kehidupan lahir bathin yang layak.

b. Program Pembelajaran Anak Tunagrahita

Program pembelajaran anak tunagrahita sangat penting untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Menurut

Astati (2015:30) sebagai berikut:

a) Kelompok pengembangan diri


Mata pelajaran kelompokpengembangan diri untuk anak tunagrahita
mempunyai sasaran yang hendak dicapai yaitu mampu mandiri, tidak
bergantung pada orang lain.
21

b) Kelompok akademis
Mata pelajaran kelompok akademis pada umumnya hanya diberikan
kepada anak tunagrahita ringan yang menekankan pada
pengembangan kemampuan berpikir logis, konseptual, dan analisis
sederhana.
c) Kelompok sensorimotorik
Sensorimotorik merupakan fase dasar perkembangan manusia yang
menunjang perkembangan selanjutnya.
d) Kelompok keterampilan
Berbeda dengan pelajaran-pelajaran akademik, kebanyakan pelajaran
keterampilan tidak banyak menutut kecerdasan yang tinggi.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa program pembelajaran anak

tunagrahita terdiri dari beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai

sasaran yang hendak dicapai.

c. Struktur Kurikulum

Tabel 2.2
STRUKTUR KURIKULUM SMALB
KELAS DAN
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
PERMINGGU
X XI XII
KELOMPOK A (WAJIB)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 3 3 3
4 Matematika 3 3 3
5 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2*) 2*) 2*)
KELOMPOK B (WAJIB)
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
KELOMPOK C (PILIHAN KEMANDIRIAN)
10 Pilihan Kemandirian 1 10 11 11
22

KELAS DAN
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
PERMINGGU
X XI XII
11 Pilihan Kemandirian 2 10 11 11
KELOMPOK D (PROGRAM KEBUTUHAN
KHUSUS)
12 Program Kebutuhan Khusus
Jumlah alokasi waktu perminggu 42 44 44

Keterangan:

1) Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan

dan acuannya dikembangkan oleh pusat.

 Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhan khusus

tunagrahita dan autis dalam seminggu satu jam pelajaran. Satu jam

pelajaran ditambahkan pada Kelompok C Pilihan Kemandirian

2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan

dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan

lokal.

3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang

berdiri sendiri. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.

4) Kelompok C (berupa pilihan kemandirian. Peserta didik memilih dua Pilihan

Kemandirian)

5) Pada semester I Kelas XII SMALB perlu melaksanakan program magang

selama satu bulan.

6) Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus) diberikan sesuai dengan

kebutuhan dan kekhususan siswa. Program Kebutuhan Khusus untuk:

a) Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan


23

Komunikasi.

b) Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi, dan

Irama

(1) Tunagrahita berupa adalah Pengembangan Diri

(2) Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; dan

(3) Autis adalah Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan

Perilaku.

7) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh)

menit.

8) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal

60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang

bersangkutan

9) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya,

dan faktor lain yang dianggap penting.

10) Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya terdiri atas empat aspek yaitu

seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Peserta didik mengikuti salah

satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat

diganti setiap semesternya.

11) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan dan usaha

kesehatan sekolah (UKS). Satuan pendidikan dapat mengembangkan kegiatan

ekstra kurikuler sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing

12) Memahami jumlah jam pelajaran (alokasi waktu) dalam satu minggu untuk

mata pelajaran yang ditematikan pada setiap kelas dan satuan pendidikan
24

(SDLB, SMPLB, dan SMALB), serta mata pelajaran yang tidak ditematikan

dan program kebutuhan khusus berdasarkan struktur kurikulum SDLB,

SMPLB, dan SMALB.

13) Dengan menganalisis struktur kurikulum SDLB, SMPLB, dan SMALB akan

mengetahui kelompok mata pelajaran, banyaknya mata pelajaran pada setiap

tingkatan kelas/satuan pendidikan, mata pelajaran yang ditematikan dan yang

tidak ditematikan untuk setiap tingkatan kelas dan jenis

kelainan/hambatan/ketunaan, alokasi waktu untuk mata pelajaran yang

ditematikan dan yang tidak ditematikan dalam satu minggu

d. Tempat Pendidikan

Anak tunagrahita dengan hambatan intelektualnya perlu mendapatkan

layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan

hambatannya, maka dari anak butuh tempat pendidikan yang bisa

menyesuaikan kebutuhan dan hambatannya, Menurut Astati dan Mulyati

(2011:27-33) :

1) Sistem pendidikan yang hanya menyelengarakan pendidikan untuk anak

luar biasa saja adalah sistem segregasi adalah sebagai berikut:

a) Sekolah khusus, sekolah khusus anak tunagrahita disebut Sekolah Luar

Biasa C (SLB-C) dan Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB-C).

b) Kelas jauh, kelas jauh adalah kelas yang dibentuk jauh dari sekolah

induk karena di daerah tersebut banyak anak luar biasa.

c) Guru kunjung, diantara anak tunagrahita terdapat yang mengalami

kelainan berat sehingga tidak memungkinkan untuk berkunjung ke

sekolah khusus.
25

d) Lembaga perawatan (Institusi Khusus), disediakn khusus anak

tunagrahita yang tergolong berat dan sangat berat.

2) Di sekolah umum (Reguler), di sekolah integrrasi anak tunagrahita harus

mengikuti pelajaran yang sesuai dengan anak biasa (Reguler) berdasarkan

keadaan seperti ini akan menyebabkan permasalahan bagi anak tunagrahita.

Bentuk pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan derajat ketunagrahitaanya,

seperti:

a) Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru,

anak tunagrahita yang dimasukan di kelas ini adalah yang paling ringan

ketunagrahitaanya.

b) Di kelas biasa dengan guru konsultan, anak tunagrahita belajar bersama-

sama dengan anak normal dibawah pimpinan guru kelasnya.

c) Di kelas biasa dengan guru kunjung, anak tunagrahita belajar bersama-

sama dengan anak normal di kelas biasa dan dijar oleh guru kelasnya.

d) Di kelas biasa dengan ruang sumber, ruang sumber adalah ruangan

khusus yang menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan

belajar anak tunagrahita.

e) Di kelas khusus sebagian waktu, kelas ini berada disekolah biasa dan

menampung anak tunagrahita ringan tingkat bawah atau anak

tunagrahita sedang tingkat atas.

f) Kelas khusus, kelas ini juga berada di sekolah biasa yang berupa

ruangan khusus untuk anak tunagrahita, biasanya tunagrahita sedang

lebih efektif ditempatkan di kelas ini.


26

Merujuk pada pernyataan di atas tempat pendidikan untuk anak

tunagrahita yaitu di sekolah khsusus atau segregasi yang terdiri dari sekolah

luar biasa tunagrahita atau SLB-C, kelas jauh, guru kunjung dan lembaga

perawatan yang disediakan khusus untuk anak tunagrahita berat dan sangat

berat. Kemudian di sekolah umum atau reguler yang di sekolah umum. Anak

tunagrahita biasanya di tempatkan di kelas biasa untuk anak tunagrahita ringan,

di kelas biasa dengan guru konsultasi, di kelas biasa dengan guru kunjung, di

kelas biasa dengan ruang sumber, di kelas khusus untuk sementara waktu dan

di kelas khusus yang di sediakan sekolah umum khusus untuk anak tunagrahita.

C. Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita

1. Pengertian Pengembangan Diri Bagi Anak Tunagrahita

Pengembangan diri merupakan serangkaian kegiatan pengembangan

dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan

khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang

membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan

koordinasi gerak motorik, hambatan intelegensi, dan sebagainya. Sehingga

mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan

meminimalisir atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang

lain dalam melakukan aktivitasnya.

Pengembangan diri yang dahulu dikenal istilah Bina Diri tercantum

dalam Astati (2015:7) jika ditinjau dari kata Bina menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “Membangun atau proses penyempurnaan

agar lebih baik; maka Bina Diri adalah usaha membangun diri sebagai
27

individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga,

sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan

keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

hakikatnya pengembangan diri untuk anak tunagrahita berperan penting agar

mereka mampu mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang mendasar sehingga dapat

dilakukan secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain.

2. Tujuan Pengembangan Diri

Menurut Astati (2015:8) tujuan kajian Bina Diri adalah:

Untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam memelihara dan


memenuhi kebutuhan anak tunagrahita sehingga dapat hidup mandiri
dengan tidak bergantung pada orang lain, mempunyai tanggung jawab
sesuai dengan kemampuan, baik sebagai makhluk individu maupun
makhluk sosial.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa tujuan

pengembangan diri adalah untuk mengoptimalkan kemampuan anak

tunagrahita dalam kegiatan sehari-hari meliputi merawat diri, menolong diri,

bersosialisasi, komunikasi, keterampilan dan mengisi waktu luang sehingga

dapat mandiri tidak bergantung pada orang lain.

3. Ruang Lingkup Pengembangan Diri

Ruang lingkup pengembangan diri mencakup komponen-komponen

penting bagi anak tunagrahita. Menurut Sudrajat dan Rosida (2013:63) ruang

lingkup pengembangan diri sebagai berikut:

a. Merawat diri
Merawat diri merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat mendasar
seperti mengenal dan menggunakan alat-alat makan dan minum.
28

b. Mengurus diri
Mengurus diri merupakan kemampuan kegiatan sehari-hari yang
berkaitan dengan keterampilan dirinya seperti cara berpakaian
c. Menolong diri
Menolong diri merupakan kemampuan mengatasi berbagai masalah
dalam kehidupan sehri-hari seperti menghindari bahaya api.
d. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam
menggunakan keinginan dan memahami apa yang disampaikan oleh
orang lain.
e. Sosialisasi
Kemampuan sosialisasi merupakan interaksi dengan lingkungan
sekitar, seperti bermain, kerjasma dengn lingkungan.
f. Keterampilan hidup
Kemampuan keterampilan hidup adalah kemampuan dalam mengatur
dan menggunakan uang belanja dan mengatur hasil pembelajaran.
g. Mengisi waktu luang adalah waktu sisa setelah menyelesaikan
kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

pengembangan diri anak tunagrahita, meliputi rangkaian kegiatan pembelajaran

untuk melatih anak tunagrahita agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari

secara optimal.

D. Pembelajaran Merawat Luka Ringan

1. Pengertian Luka

Luka adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang mengakibatkan cidera pada permukaan tubuh.

Menurut Satyo AC dan Criminales K. (2006:39-430) sebagai berikut:

Luka dapat disebabkan oleh adanya trauma tumpul dan tajam, trauma
tumpul merupakan suatu rudapaksa akibat terbentur oleh benda
tumpul, trauma tumpul dapat menyebabkan luka memar (contusio),
luka lecet (abrasio) dan luka robek (vulnus laceratum). Trauma tajam
adalah suatu rudapaksa akibat kontak dengan benda tajam. Trauma
tajam dapat mengakibatkan terbentuknya luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus
caesum).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa luka dapat terjadi akibat sentuhan


29

terhadap permukaan tubuh dengan benda-benda yang lain. Seperti luka memar,

luka lecet, luka robek dan masih banyak lainnya.

2. Tujuan

Tujuan dari pembelajaran merawat luka ringan adalah mendapatkan

penyembuhan yang cepat dengan fungsi dan hasil estetik yang optimal. Tujuan

ini dicapai dengan pencegahan infeksi dan trauma lebih lanjut serta

memberikan lingkungan yang optimal bagi penyembuhan luka

3. Klasifikasi Luka

Adapun klasifikasi luka secara umum yang dikemukakan oleh para ahli

sebagai berikut:

Mair (2013:5-7) bahwa “Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan

mekanisme cideranya seperti luka sayat. Luka sayat merupakan salah satu jenis

luka terbuka atau luka bersih yang disebabkan oleh pisau bedah dengan

meminimalkan kerusakan kulit”.

Berdasarkan diatas bahwa luka dapat diklasifikasikan berdasarkan

mekanisme dengan adanya teknik astiseptik sehingga mengurangi infeksi pada

area luka.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Perawatan Luka Ringan

Dalam pengkajian perawatan luka ringan ada beberapa tahap yang

dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,

penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antibiotik dan

pengangkatan jahitan Pengkajian pada saat perawatan luka ringan dapat

dilakukan melalui beberapa tahap menurut Pahlevi dan Reza Muhamad

(2012:12) yaitu:
30

a. Evaluasi luka dan pemeriksaan fisik

Tugas guru dalam evaluasi luka dan pemeriksaan fisik anak tunagrahita

adalah mengkaji turgor kulit, adanya tanda-tanda inflamasi pada daerah sekitar

luka, tanda- tanda infeksi, dan kaji nyeri yang dirasakan anak tunagrahita.

b. Tindakan antiseptik

Tujuan dari tindakan antiseptik adalah membunuh bakteri, virus dan

jamur sehingga mencegah terjadinya infeksi, tindakan ini dapat membantu

proses penyembuhan luka khususnya pada fase proliferasi dan regenerasi.

Pemberian cairan antiseptik tidak boleh berlebihan karena hal tersebut

akan mengganggu proses penyembuhan luka pada fase haemostatis yang

memiliki potensi untuk memperburuk penyembuhan luka. Pada luka insisi

tindakan antiseptic dapat dilakukan dengan pemberian Povido Iodine yang

dapat dikombinasikan dengan chlorhexidine, iodine povacrylex, dan Isopropil

Alcohol.

c. Pembersihan luka

Pembersihan luka secara umum dilakukan untuk memperbaiki sel kulit

yang telah rusak, menumbuhkan jaringan baru dan menjaga kelembapan kulit.

Pembersihan daerah luka dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Lakukan irigasi luka dengan menggunakan normal saline atau menggunakan

cairan antiseptik

2) Bersihkan area luka dengan kasa yang diberi cairan normal saline secara

lembut untuk menghindari kerusakan jaringan kulit pada area sekitar luka

maupun jaringan sel kulit yang baru.

3) Jika perlu berilah dressing sesuai dengan ukuran luka


31

4) Berikan balutan pada area luka tanpa memberikan penekanan

d. Penjahitan luka

Luka yang terbuka dan sangat lebar perlu tindakan penjahitan atau suture

untuk mengurangi pendarahan. Penjahitan luka memiliki beberapa teknik yang

berbeda tergantung lokasi dan lebar luka.

e. Penutupan luka

Penutupan luka ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka

dengan menyediakan lingkungan yang lembab pada area luka, melindungi kulit

dari bahaya luar yang berpotensi untuk memperburuk kondisi luka, sebagai

bahan pengkajian luka post-operasi, mengabsorbsi eksudat yang keluar dan

memberi kenyamanan

f. Pembalutan

Pembalutan luka operasi bertujuan agar jika terdapat pendarahan yang

berlebih dapat diantisipasi dengan penggunaan kasa.Pembalutan luka lebih

banyak dilakukan pada operasi dengan luka yang lebar. Pembalutan luka

dilakukan setelah penggunaan dressing, setelah dibalut maka kasa difiksasi

dengan plester agar tidak bergeser dan membuat pasien merasa nyaman

g. Pemberian antibiotik

Antibiotik dapat dikombinasikan dengan teknik antiseptik untuk

membunuh bakteri dan fungi pada area luka insisi. Antibiotik local: Antibiotik

lokal tidak disarankan untuk luka insisi karena kurang efektif dalam

membunuh bakter. Antibiotik sistemik: digunakan untuk mengurangi resiko

infeksi, sehingga diperlukan antibiotik sistemik yang biasa.


32

Pemberian antibiotik secara topikal atau jelly petroleum dapat

dilakukan setelah dua hari pasca penjahitan luka untuk mempercepat

epitelisasi jaringan pada kulit. Antibiotik Prophylactic harus diberikan

pada pasien dengan infeksi luka yang cukup parah.

h. Pengangkatan jahitan

Jahitan pada luka insisi dilepaskan untuk mengurangi resiko

kontaminasi benang suture dengan jaringan disekitar kulit yang dapat

menyebabkan resiko infeksi.

Pengangkatan jahitan dilakukan sekitar 3-10 hari setelah proses

penjahitan tergantung dari lokasi luka insisi. Prosedur pengangkatan

jahitan harus dimulai dari pengamatan luka dan pembersihan daerah luka

dengan menggunakan teknik steril.

E. Penyusunan Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Penyusunan program pembelajaran adalah serangkaian kegiatan dalam

merencanakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan belajar.

Adapun beberapa langkah dalam menyusun program pembelajaran

diantaranya:

1. Persiapan

Persiapan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal anak tahapan

sebagai berikut:

a. Melakukan Assesmen

Pada tahap persiapan guru melakukan assesmen terlebih dahulu terhadap

anak. Asesmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan, dan kebutuhan


33

belajar anak dalam merawat luka ringan dari mulai mengenal alat, mengenal

bahan, tahapan-tahapan cara merawat luka ringan, memelihara alat,

memelihara bahan, dan memelihara hasil yang dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi guru dalam menyusun program.

b. Menyusun Program

Penyusunan program pembelajajaran yang dilakukan melalui FGD yang

dihadiri oleh guru, kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan peneliti. Langkah

pertama yang dilakukan pada saat FGD yaitu :

1) Pemaparan tujuan dilakukan FGD

a) Tujuan menyusun program

Tujuan penyusunan program dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi

anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung

hasil kolaborasi guru dan peneliti.

b) Materi

Materi dalam Focus Group Discussion (FGD) Pada penelitian ini

mengenai penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi

anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

c) Petugas

Petugas Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini melibatkan

wakasek kurikulum, guru kelas, dan peneliti.

d) Tempat dan waktu

Maka tempat untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) yaitu di

sekolah SLB Ar-Rahman Kota Bandung pada waktu dipagi hari ketika

pembelajaran berlangsung.
34

2) Diskusi berkaitan dengan penyusunan program merawat luka ringan, isinya

sebagai berikut:

a) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merawat luka ringan yang dimaksud yaitu anak

dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, terhadap

peserta didik seperti mengenal alat, mengenal bahan, mempraktikan cara

merawat luka ringan, memelihara alat, memelihara bahan, serta

memelihara hasil sehingga anak dapat menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari pada saat terluka.

b) Menentukan Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah

mengenal alat (gunting medis, perlak, sarung tangan medis, pinset) dan

bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) untuk merawat luka ringan.

c) Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah

berupa poster (Langkah-langkah merawat luka ringan),internet, alat dan

bahan yang digunakan untuk merawat luka ringan

d) Menentukan Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan

menggunakan metode ceramah, latihan (kinerja), dan penugasan.

e) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan

yaitu buku guru, buku siswa, internet, P3K, HDI.

f) Menentukan Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran dalam merawat luka ringan dengan cara menilai


35

pengetahuan, sikap, keterampilan, pada saat peserta didik melakukan kegiatan

merawat luka ringan dan guru memberikan penilaian terhadap peserta didik

dalam bentuk tes tulis, tes lisan, tanya jawab, diskusi, observasi,

kinerja/praktik.

2. Penyusunan Draf

Penyusunan draf dilakukan setelah peneliti menganalisis kebutuhan anak

dan mengumpulkan sumber belajar. Draf yang dimaksud dalam penlitian ini

adalah draf program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang

berbentuk program pembelajaran.

a. Draf program pembelajaran

Tabel 3.1.
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru mengawali menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan pertemuan alat dan Tes 2. Poster
merawat pertama dengan bahan Tulis 3. Youtube
luka ringan mengucapkan 2. Anak mampu Unjuk
4.4. salam menunjukan Kerja
Mempraktik 2. Peserta didik dan alat dan
an merawat guru bersama- bahan
luka ringan sama berdoa 3. Anak mampu
sesuai agama dan membedakan
kepercayaan alat dan
masing-masing. bahan
3. Melakukan 4. Anak mampu
apersepsi dengan mempraktika
36

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
mengajukan n Langkah-
pertanyaan/ langkah
pernyataan merawat luka
tentang “kabar ringan
hari ini?”. 5. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak alat dan
gimana kabar hari bahan
ini?” 6. Anak mampu
“apakah ada yang memelihara
sakit hari ini?”. hasil
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai
pendapat
4. Guru mengabsen
anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan
satu per satu
nama alat dan
bahan merawat
luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak
yang sedang
merawat luka
3. Anak melihat
gambar anak
yang sedang
merawat luka
yang ditunjukan
oleh guru
(mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan
bertanya.
Contoh:
“gambar apa itu
bu?” (menanya)
37

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
merawat luka
ringan dengan
benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
merawat luka
ringan yang
benar
7. Anak diberikan
kesempatan
untuk
mempraktekan
cara merawat
luka ringan
dengan benar
(mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru melihat
kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
38

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
berbagai
pendapat/jawab
an (menalar)
12. Selanjutnya
guru
membagikan
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi
dengan benar
13. Anak dan guru
bersama-sama
melakukan
kegiatan
merawat luka
dengan benar
(mengkomunika
sikan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik
yang mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan
kepada peserta
didik yang telah
berhasil
mengikuti
langkah-
langkah dengan
tepat berupa
penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.
39

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak tadi
kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes
lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara dalam memperoleh data yang

sistematis untuk tercapainya sebuah tujuan. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Menurut Narbuko dan Achmad (2012:44) bahwa metode penelitian

deskriptif adalah “ Penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang sudah disajikan

datanya secara valid, serta menganalisis dan menginterprestasikan”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang digunakan dalam

penyelesaian suatu masalah yang diperoleh berdasarkan data-data yang ada

dalam menyajikan, menganalisis serta menginterprestasikan data dari suatu

masalah yang ada saat sekarang. Yang diperoleh berdasarkan fakta yang

ada, peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu untuk menyajikan serta

menganalisis data yang diperoleh secara langsung di lapangan sesuai dengan

masalah yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,

karena permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan. Menurut Moleong (2011:6)

bahwa :
41

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami


fenmena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
pelaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara hlistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
knteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.

Sedangkan definisi pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2011:9)

bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berdasarkan pada


filsafat post positivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat
induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kualitatif adalah pendekatan yangg dilakukan secara terstruktur terhadap subjek

penelitian. Dimana terdapat sebuah peristiwa dimana peneliti menjadi

instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut

diuraikan dalam bentuk deskriptif yang tertulis data empiris yang telah

diperoleh dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan untuk mengamati objek keadaan

secara langsung di lapangan.


42

Arikunto (2013:199) bahwa :

Sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu


dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik, observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pengciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecapan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah

suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu objek penelitian untuk mendapatkan

informasi dari subjek tersebut dengan melakukan pencatatan terhadap segala

sesuatu yang dialami subjek penelitian secara sistematik.

2. Wawancara

Wawancara atau interviu (Interview) merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka

secara individual atau dilakukan secara kelompok.

Menurut Moleong (2010: 186) bahwa “Wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan dengan dua belah pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan

proses tanya jawab yang terjadi antara dua individu atau lebih secara

berhadapan langsung atau secara spontan dalam mendapatkan keterangan

mengenai suatu hal yang diinginkan untuk mendapatkan sebuah informasi yang

valid. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dalam

program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas
43

XI SMALB di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan data yang di pelajari atau data-data yang

dimiliki oleh sekolah.

Menurut Fathoni (2011:112) bahwa studi dokumentasi adalah “Teknik

pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatn mengenai data pribadi

responden, seperti yang dilakukan seorang klien melalui catatan pribadinya”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahws studi dokumentasi

merupakan bahan tertulis yang diarsipkan oleh suatu lembaga. Bahan

tertulis yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data anak, guru, dan

dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam penelitian

ini.

Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa keberadaan

Program pembelajaran data anak, dan dokumen yang lain, yang terkait dengan

penyusunan program merawa luka ringn Di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung.

4. FGD (Focus Group Discussion)

Focus Group Discussion atau diskusi kelompok berfokus adalah salah

satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan diskusi yang

terpusat pada suatu masalah, hal ini sejalan dengan penjelasan Sumantri

(2015:173) sebagai berikut:

Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan suatu kelompok


berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD (Focus Group Discussion) merupakan teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman kelompok.
44

Penjelasan tersebut juga didukung oleh Satori dan Komariah (2017:96)

mengungkapkan bahwa “Focus Group Discussion (FGD) dilakukan dengan

mengundang para informan kunci untuk mendiskusikan beberapa konsep yang

berkaitan dengan data yang diungkapkan atau dapat juga menjawab beberapa

pertanyaan penelitian”.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa Focus Group Discussion bertujuan

untuk mengumpulkan informasi melalui kegiatan diskusi kelompok yang

terpusat pada suatu masalah yang spesifik.

FGD dalam penelitian ini merupakan pertemuan antara peneliti, guru dan

bidang kurikulum untuk membahas tentang penyusunan program pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman

Kota Bandung.

5. Validasi

Validasi digunakan untuk menguji kelayakan suatu instrument. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:1543) bahwa “validasi adalah

pengesahan, pengujian kebenaran atau sesuatu”.

Adapun pendapat Arikunto (2013:211) bahwa “validasi adalah suatu

ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrument”. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Lebih lanjut Sugiyono (2018:173)

menjelaskan bahwa: “valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa validasi adalah

suatu kegiatan dimana peneliti melakukan uji kelayakan dari hasil data

penelitian.
45

C. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul tahap selajutnya yaitu pengolahan data

atau menganalisis data. Menurut Suyanto dan Sutinah (2006: 173) bahwa

“pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema

sesuai fokus penelitannya.

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Miles dan Huberman (2010:16) dalam Sugiyono bahwa “reduksi data

merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

lapangan”.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis,

menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan

melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang

direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan

penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik

dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta

mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan

rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak

bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.


46

2. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data merupakan upaya untuk melihat gambaran keseluruhan

data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.

Menurut Dharma (2008:14) bahwa “Penyajian data diarahkan agar

data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga

peneliti memamhami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian

selanjutnya”.

Adapun menurut Sugiyono (2018:341) bahwa “setelah data direduksi,

maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian data

adalah menyajikan data yang telah terkumpul dari lapangan untuk dapat

menggambarkan keadaan penelitian, baik secara keseluruhan maupun secara

bagian-bagian agar mudah dibaca dan dipahami.

Peneliti mengelompokan data dan menyajikan data tersebut dengan teks,

dalam bentuk narasi mengenai penyusunan program pembelajaran merawat

luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung.

3. Verifikasi Penarikan Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang

telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian.

Menurut pendapat Miles dan Huberman (2010:18) dalam Sugiyono

bahwa:
47

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau


memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur sebab
akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih
dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan
atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa proses analisis tidak sekali jadi,

melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah

melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil

penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.Penarikan kesimpulan ini

merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dilakukan agar suatu penelitian berjalan dengan

lancar dan sesuai prosedur sehingga data yang diperoleh akurat.

Menurut Ismunarti (2020:1) bahwa “Intrumen penelitian adalah alat ukur

yang digunakan secara sistematis untuk mengumpulkan data penelitian, data

merupakan nilai karakteristik objek yang diperoleh melalui proses pengukuran

atau pengamatan. Pengamatan menghasilkan sekumpulan nilai atau atribut dari

objek penelitian yang disebut variabel penelitian”.

Dalam penelitian kualitatif , peneliti berperan sebagai instrumen

penelitian untuk mengumpulkan data. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2016:306) bahwa “Peneliti kualitatif sebagai

Human Instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan dat, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan dta dan membuat kesimpulan atas temuannya”.


48

Sejalan dengan pendapat Anggito (2018:75) bahwa “Pengamat atau

peneliti dalam penelitian kualitatif sangat berperan dalam proses pengumpulan

data atau dalam kata lain yang menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif

adalah peneliti itu sendiri”.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

merupakan alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

dalam suatu penelitian. Berupa observasi, wawancara, maupun studi

dokumentasi. Peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif,

dalam penelitian ini peneliti menyusun dan menggunakan instrumen

observasi,wawancara, dan studi dokumentasi.

E. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penlitian

Menurut Arikunto (2010:175) mengemukakan bahwa “Yang

dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data yang di peroleh”. Subjek dalam penelitian merupakan unsur yang

sangat penting untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan.

Maka subjek dari penelitian ini adalah 1 (Satu) orang guru SLB Ar-Rahman

Kota Bandung, 2 (Dua) orang anak tunagrahita ringan kelas XI SLB Ar-

Rahman Kota Bandung untuk lebih jelasnya subjek penelitian dapat dilihat

pada table berikut ini :


49

Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Nama/ Inisial Jenis Usia Keterangan
Kelamin
1. PN Perempuan 18 Tahun Anak Tunagrahita
2. NER Perempuan 17 Tahun Anak Tunagrahita
3. TD Perempuan 28 Tahun Guru Kelas
4. SS Perempuan 31 Tahun Guru Validasi
5. DL Perempuan 36 Tahun Guru Validasi

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penyusunan program pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tnagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-

Rahman Kota Bandung. Dengan aspek sebagai berikut:

a. Kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan Kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh

peneliti dan guru.

c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi

anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang

telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora Karya.

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, ada tiga tahap yang dapat dilakukukan penelitian

dalam melakukan prsedur penelitian ini yaitu: tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap proses pencatatan.


50

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian merupakan tahap awal untuk melakukan

penelitian. Di dalam pelaksanaan tahap ini, kegiatan yang dilakukan dalam

tahap persiapan penelitian adalah :

a. Survei Tempat Penelitian

Survei tempat penelitian adalah langkah pertama yang dilakukan

peneliti dalam memulai penelitian. Dalam hal ini peneliti mencari masalah

yang akan diteliti kemudian menjelaskan sebagai pertimbangan dalam

merumuskan masalah.

b. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,

menemukan berbagai masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan

penelitian. Untuk melaksanakan studi pendahuluan, peneliti akan melakukan

pendekatan terhadap pihak sekolah untuk membahas masalah-masalah yang

terjadi di sekolah, baik masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah ,maslah

yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

maupun masalah yang dihadapi oleh anak saat melaksanakan kegiatan

belajar mengajar.

c. Menentukan topik dan judul penelitian

Setelak melakukan pendekatan kepada pihak sekolah, peneliti memilih

topik dan judul yang dianggap menarik untuk diteliti. Kemudian peneliti

mengajukan kepada dewan skripsi untuk memperoleh persetujuan

menindaklanjuti menyusun rancangan penelitian.


51

d. Menyusun proposal

Setelah menentukan topik dan judul yang di teliti, maka tahap

selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat proposal untuk

diajukan kepada pembimbing. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

melalui arahan pembimbing.

e. Validasi Instumen Penelitian

Validasi dilaksanakan kepada 1 (Satu) guru SLBN Majalengka, dan 1

(Satu) guru SLB Gelora Karya yang bertindak sebagai validator. Validasi

dilakukan untuk mengetahui keterbacaan dan keterlaksanaan penyusunan

program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan

kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tahap yang harus

dilakukan:

a. Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan berbagai data yang ada

diperkirakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Pengumpulan data ini meliputi kegiatan wawancara dan

observasi terhadap responden yaitu anak tunagrahita ringan kelas XI dan

guru kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

1) Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengamati anak,

kemudian data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi

untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kemampuan persepsi


52

visual anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan observasi dilakukan pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai kesepakatan guru. Dengan

melaksanakan observasi diharapkan dapat melihat kemampuan pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan. Observasi dilakukan

sebanyak 7 kali di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

2) Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai guru dengan

acuan yang ada pada pedoman wawancara, untuk menjawab pertanyaan

peneleitian tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh data

tentang kemampuan persepsi anak tunagrahita ringan kelas XI. Pelaksanaan

wawancara dilakukan secara mendalam di sekolah saat pembelajaran dimulai

atau waktu luang guru. Wawancara dilakukan di dalam kelas sesuai dengan

kesepakatan yang ditentukan sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan

dilapangan.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi di laksanakan di SLB Ar-Rahmn Kota Bandung hasil

dokumentasi berupa buku pedoman program pembelajaran merawat luka

ringan untuk anak tunagrahita dan modul tata cara merawat luka ringan.

4) FGD (Focus Group Discussion)

Kegiatan Focus Group Discussion ini dilaksanakan di sekolah SLB Ar-

Rahman Kota Bandung dihadiri oleh peneliti, guru, dan staf bidang kurikulum

untuk mendiskusikan rancangan program pembelajaran merawat luka ringan

bagi anak tunagrahita ringan kelas XI dengan tujuan dapat menjadi pedoman

bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.


53

5) Validasi

Pelaksanaan validasi dilakukan oleh peneliti dengan memvalidasikan

penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan yang disusun oleh guru dan peneliti SLB Ar-Rahman

Kota Bnadung.

b. Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

induktif dimana data yang diperoleh hasil penelitian dideskripsikan kemudian

dilakukan analisis secara kritis dan menarik kesimpulan secara bertahap serta

dilakukan pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh data observasi, wawancara, studi

dokumentasi, FGD, dan validasi dilakukan pemilihan atau

pengelompokan serta merangkum hal-hal yang penting sesuai dengan

penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

2) Penyajian Data

Setelah mendapatkan data yang diperoleh, lalu peneliti

menyajikan data dalam bentuk pernyataan atau uraian untuk

mempermudah memahami apa yang terjadi dengan penyusunan program

pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB

Ar-Rahman Kota Bandung.


54

3) Kesimpulan dan Verifikasi Data

Peneliti menarik kesimpulan dari awal sampai akhir data yang telah

diperoleh, namun kesimpulan bersifat sementara seiring data yang di

dapat, agar menjaga tingkat kepercayaan hasil penelitian, maka

menanyakan kembali hasil yang telah diperoleh pada guru

tersebut. setelah itu hasil penelitian tersebut dihubungkan

dengan jawaban-jawaban serta pertanyaan penelitian yang berkaitan

dengan penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan

bagi anak tunagrahita kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung.

c. Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan langkah akhir dari kegiatan

penelitian. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan penelitian terhadap data-data yang diperoleh baik melalui

wawancara, studi dokumentasi, FGD, validasi. Dari data tersebut, maka

tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan tentang hasil penyusunan

program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita kelas XI

di SLB Ar-Rahman Kota Bandung kemudian dihubungkan dengan

jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

3. Tahap Pelapor

Pada tahap akhir dari kegiatan penelitian adalah menyusun laporan

penulisan laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena

melalui laporan penelitian tersebut, hasil penelitian dapat mudah untuk

dipahami dan digunakan oleh berbagai pihak terkait.


55

Penulisan laporan ini merujuk sesuai dengan pedoman sistematika penulisan

skripsi yang dikeluarkan oleh FKIP Universitas Islam Nusantara.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Penelitian

Penelitian terdiri dari Profil Lembaga dan Profil Responden. Adapun

subjek yang diteliti adalah 1 (Satu) orang guru dan 2 (Dua) anak tunagrahita

ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

1. Profil Lembaga

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SLB Ar-Rahman Kota

Bandung yang beralamat di Jalan Terusan GBI (Griya Bandung Indah) atau

Bodogol No. 126 RT 4 RW 5 Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari

Kota Bandung, Kode Pos 40286. Merupakan Sekolah swasta yang berdiri

sejak tanggal 2 September 2002, mulai didirikan dan telah Terdata di Dinas

Provinsi Jawa Barat, izin pendirian : Nomor:421/1316-Disdik 2003

Tanggal, 09 Juli 2003 dengan Surat Keputusan /SK

02.00/443/BAP-SM/X/2009 Luas bangunan sekolah 174 M2 luas bangunan

08 M2.

Sarana yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung. Diantaranya:

a. Ruangan kelas terdapat sarana seperti: meja guru, meja belajar peserta

didik, kursi guru, kursi peserta didik, jam dinding, rak hasil karya peserta

didik, dan papan tulis.

b. Ruangan aula terdapat sarana seperti: lemari, rak hasil karya peserta

didik, tempat cuci tangan, jam dinding, timbangan badan, pengeras

suara, dan tape recorder, WC siswa L/P dan WC guru L/P terdapat

sarana seperti kloset jongkok, tempat air (Bak), dan gayung.


57

c. Ruang tata usaha (TU) terdapat sarana seperti: meja TU, kursi TU,

computer TU, Printer TU. Ruangan guru dan Kepala sekolah terdapat

sarana seperti lemari, jam dinding, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, kursi

pimpinan, meja pimpinan, lemari arsip, dan perlengkapan P3K.

d. Ruang perpustakaan terdapat sarana seperti rak buku dan berbagai

macam buku guru dan buku siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di SLB Ar-Rahman dilakukan

pada pagi hari dan diakhiri di siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB.

SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang dipimpin oleh 1 kepala

sekolah dan dibantu dengan 10 tenaga pendidik dan 1 tenaga

kependidikan. Semua karyawan dan guru tersebut memberikan

pelayanan pendidikan terhadap 37 peserta didik.

Jenjang pendidikan yang ada di SLB Ar-Rahman Kota Bandung

terdiri dari SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan jenis kelainan

diantaranya tunarungu, tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.

Kurikulum yang digunakan SLB Ar-Rahman Kota Bandung adalah

kurikulum 2013.

Program unggulan yang terdapat di SLB Ar-Rahman Kota Bandung

Sebagai Berikut :

a. Kegiatan Kesenian

b. Kegiatan Olahraga

c. Kegiatan Pramuka.

2. Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah 1 (satu orang) guru dan 2 (dua

orang) anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.


58

Profil responden adalah sebagi berikut:

a. Responden Guru (RG)

Responden berinisial TD, berusia 28 tahun, jenis kelamin perempuan.

Alamat Kampung Tabrik RT.13/RW.5 Desa Babakancikao Kecamatan

Babakancikao, Pendidikan terakhir S1, status kepegawaian non PNS, bertugas

di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sejak bulan Februari tahun 2022.

Responden memiliki sikap yang baik, penyayang, tegas, dan sabar dalam

mendidik anak berkebutuhan khusus, terlihat ketika responden mendidik dan

melayani peserta didik di kelas.

b. Responden Anak (RA)

1) Responden Anak Kesatu (RA-1)

Responden berinisial NER, Berusia 18 tahun, jenis kelamin

perempuan, anak ketiga dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial

HJ bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bernisial RAK bekerja sebagai

wiraswasta, beralamat di Komplek GBI Blok F11 No.01 Buah Batu

Kecamatan Bojongsoang.

Fisik sama seperti pada umumnya, untuk motorik kasarnya NER

masih perlu dilatih karena masih kaku dalam memegang benda,

kemampuan dalam bersosialisasi NER cukup baik, selain itu NER juga

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat, sehingga guru

harus terus menanyakan berulang-ulang agar NER dapat mengungkapkan

pendapatnya.

2) Responden Anak Kedua (RA-2)

Responden berinisial PN, Berusia 18 tahun, jenis kelamin


59

perempuan, anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari bapak berinisial R

bekerja sebagai buruh dan ibu bernisial A bekerja sebagai ibu rumah

tangga, beralamat Rancabolang Kecamatan Gede Bage.

Fisik PN sama seperti anak pada umumnya, kemampuan dalam

bersosialisasi PN cukup baik, dan PN mampu mengekpresikan

pendapatnya ketika tanya jawab dengan guru.

3. Aspek Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa aspek. Berikut aspek dalam penelitian

ini sebagai berikut:

a. Kemampuan dalam belajar pengembangan diri merawat luka ringan

bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung.

b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung.

c. Bentuk penyusunan program pembelajaran merawat ringan bagi

anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi

dokumentasi, FGD, dan validasi yang dideskripsikan dan dikelompokkan

berdasarkan subjek, sebagai berikut:

1. Hasil Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat kemampuan dalam belajar


60

merawat luka ringan, hasilnya sebagai berikut:

a. Responden Anak Kesatu (RA-1)

1) Mengenal Alat

a) Menyebutkan Alat

(1) Menyebutkan gunting Medis

Responden mampu menyebutkan gunting medis secara lantang, serta

dapat menyebutkan kegunaan gunting medis seperti

mengaplikasikannya dalam merawat luka ringan .

(2) Menyebutkan perlak

Responden masih perlu bimbingan dengan cara diberikan klu dalam

menyebutkan perlak, dengan cara mengucapkan “Per” terlebih

dahulu agar anak dapat menyebutkannya.

(3) Menyebutkan sarung tangan medis

Responden mampu menyebutkan sarung tangan medis, dan mampu

mengetahui kegunaan sarung tangan medis untuk melindungi dari

bakteri atau kuman. Dengan menggunakan sarung tangan medis luka

tersebut akan lebih steril dibandingkan tidak menggunakan sarung

tangan medis.

(4) Menyebutkan pinset

Responden masih butuh bantuan dengan diberikan klu agar

menyebutkan alat pinset dengan cara mengucapkan “pin” terlebih

dahulu

b) Menunjukkan Alat

(1) Menunjukkan gunting medis


61

Responden dapat menunjukkan gunting medis secara langsung serta

menunjukkannya dengan cepat ketika diberikan intruksi.

(2) Menunjukkan perlak

Responden masih perlu bimbingan secara verbal. Sehingga untuk

menunjukannya responden harus diberikan arahan untuk dapat memegang

perlak, mengenal warna perlak. Disaat menunjukan perlak masih perlu

dibantu dengan memberikan klu. Agar responden dapat menunjukkannya.

(3) Menunjukkan sarung tangan medis

Responden mampu menunjukkan sarung tangan medis, beserta jarinya

yang terdapat lima jari bahannya yaitu plastik sehingga responden

menunjukan tanpa berulang kali dalam pengucapan.

(4) Menunjukkan pinset

Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang pinset

terlebih dahulu dan menelaah agar responden dapat menunjukan secara

mandiri..

c) Membedakan Alat

(1) Membedakan gunting medis

Responden dapat membedakan gunting medis dengan gunting kertas.

(2) Membedakan perlak

Responden dapat membedakan perlak karet dengan perlak plastik karena

dengan ciri khas perlak yaitu besar, berwarna coklat, sehingga dapat

memudahkan responden dalam membedakannya.

(3) Membedakan sarung tangan medis

Responden mampu membedakan sarung tangan medis dengan sarung


62

tangan kain.

(4) Membedakan pinset

Responden mampu dalam membedakan pinset medis dengan pinset

pencabut bulu rambut, karena ciri khas pinset medis yaitu panjang

dengan ujung pipih dan tumpul.

2) Mengenal bahan

a) Menyebutkan bahan

(1) Menyebutkan plaster

Responden masih perlu bantuan, dengan diberikan klu seperti dalam

pengucapan “plaster”, dengan cara 3 kali pengulangan.

(2) Menyebutkan kain kasa

Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu, seperti huruf

awal “K” dengan cara guru sambil memegang kain kasa.

(3) Menyebutkan revanol

Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu dalam

menyebutkan revanol, karena revanol jarang digunakan ketika

terluka sehingga responden kurang paham dalam penyebutan

revanol, untuk mengenalnya responden sudah mengenal akan tetapi

dalam penyebutannya responden masih sering lupa.

(4) Menyebutkan Betadine

Responden mampu menyebutkan betadine secara jelas, karena

betadine sering digunkan di sekolah ketika terluka.

b) Menunjukkan bahan

(1) Menunjukkan plaster


63

Responden mampu menyebutkan plaster secara langsung.

(2) Menunjukkan kain kasa

Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang

terlebih dahulu bahannya.

(3) Menunjukkan revanol

Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang,

dan melihat teksturnya.

(4) Menunjukkan betadine

Responden mampu dalam menunjukan Betadine secara

langsung.

c) Membedakan bahan

(1) Membedakan plaster

Responden mampu membedakan plaster dengan koyo sehingga

responden dapat mengingat bentuk,warna pada plaster.

(2) Membedakan kain kasa

Responden masih butuh bantuan secara fisik dengan cara memegang

bentuk dan teksturnya, sehingga dapat membedakan kain kasa dengan

perban,

(3) Membedakan revanol

Responden masih butuh bantuan secara fisik dengan cara memegang

bentuk dan warnanya, dalam membedakan revanol dengan NACL.

(4) Membedakan betadine

Responden mampu membedakan betadine dengan obat merah karena

responden sudah mengetahui bentuk, warna pada betadine dan sering


64

digunakan Ketika terluka.

3) Cara merawat luka ringan

a) Menyiapkan alat

Responden mampu menyiapkan seperti gunting medis, perlak, sarung

tangan, pinset, secara langsung

b) Menyebutkan bahan

Responden dapat menyebutkan plaster,Betadine akan tetapi untuk

menyebutkan kain kasa dan revanol responden masih perlu bantuan dalam

mengucapkan sehingga harus diberi klu terlebih dahulu agar dapat

menyebutkannya.

c) Praktik merawat luka ringan

(1) Menyiapkan alat dan bahan

Responden dapat menyiapkan semua alat dan bahan sesuai intruksi dari

guru dan meletakannya di tempat meja yang sudah disiapkan.

(2) Langkah-langkah cara Merawat luka ringan

(a) Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan

Responden mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara

meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara

mandiri.

(b)Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka

Responden mampu memasangkan perlak diatas meja secara

mandiri

(c) Membuka peralatan yang ada di P3K

Responden mampu membuka kotak P3K dan mengambil peralatan


65

yang ada didalamnya.

(d) Memakai sarung tangan

Responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri.

(e) Membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan

pinset

Responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu

menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan

pinset agar steril.

(f) Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran

(Gunakan teknik memutar searah jarum jam)

Responden mampu membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka.

(g) Membasahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan

menggunakan pinset.

Responden mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan

Revanol.

(h) Membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan

dari atas ke bawah)

Responden mampu membersihkan luka bagian luar dan bagian dalam

menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara perlahan.

(i) Mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran

Responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati dengan

betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan waktu

yang panjang.

(j) Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu


66

Responden mampu memberikan obat luka dan merawatnya ketika terluka

(k) Memasang kain kasa pada area luka sampai tepi luka.

Responden mampu memasangkan kain kasa yang telah dituangkan

betadine.

(l) Membalut menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan

Responden mampu membalutkan plaster setelah kain kasa dituangkan

betadine.

(m) Mengatur posisi anak tunagrahita seperti semula

Responden mampu mengatur posisi duduk seperti semula

seperti tangannya digerakan atau kakinya digerakan ketika

duduk.

(n) Membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.

Responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya

ketempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan

menggunakan sabun.

(o) Menyimpan alat-alat pada tempatnya

Responden mampu menyimpan alat dan bahan P3K pada tempatnya

yang ada di UKS

d) Memelihara Alat

(1) Membersihkan gunting medis

Responden mampu membersihkan gunting medis, dengan cara mencucinya

dan menggunakan sabun.

(2) Membersihkan perlak

Responden mampu membersihkan perlak dan mencucinya secara bersih


67

dengan menggunakan sabun diair mengalir. .

(3) Membuang sarung tangan medis

Responden mampu membuang sarung tangan medis pada tempat

sampah secara mandiri.

(4) Membersihkan pinset

Responden mampu membersihkan pinset dengan cara merendam pinset

dengan menggunakan air panas agar steril..

4) Memelihara bahan

a) Merapikan plaster

Responden mampu menyimpan plaster ke dalam kotak P3K ketika sudah

selesai simulasi praktik.

b) Merapikan kain kasa

Responden mampu merapihkan kain kasa yang tercecer dimeja, dengan cara

menyimpan ke tempat kotak P3K

c) Merapikan revanol

Responden mampu merapihkan revanol agar kemasan revanol tetap dalam

keadaan steril dengan menggunakan tisu basah.

d) Merapikan Betadine

Responden mampu menyimpan betadine ke dalam kotak P3K

5) Memelihara hasil

a) Mencegah infeksi pada luka

Menjaga agar penutup luka tidak terbuka serta menjaga agar luka tidak kena

benturan.

b) Mempercepat penyembuhan luka

Menjaga agar luka tidak terkena air, dan perban tidak terlepas sehingga
68

perban tetap steril.

b. Responden Anak Kedua (RA-2)

1) Mengenal Alat

a) Menyebutkan Alat

(1) Menyebutkan gunting medis

Responden mampu menyebutkan gunting medis secara langsung.

(2) Menyebutkan perlak

Responden masih perlu bimbingan dengan cara diberikan klu dalam

menyebutkan perlak, dengan cara mengucapkan “Per” terlebih

dahulu agar anak dapat menyebutkannya.

(3) Menyebutkan sarung tangan medis

Responden mampu menyebutkan sarung tangan medis, sehingga

responden mampu mengetahui sarung tangan.

(4) Menyebutkan pinset

Responden masih butuh bantuan dengan diberikan klu agar

menyebutkan alat pinset dengan cara mengucapkan “pin” terlebih

dahulu

b). Menunjukkan Alat

(1) Menunjukkan gunting medis

Responden dapat menunjukkan gunting medis secara langsung

serta menunjukkannya dengan cepat ketika diberikan intruksi

(2) Menunjukkan perlak

Responden masih perlu bimbingan secara verbal. Sehingga untuk

menunjukannya responden harus diberikan arahan untuk dapat


69

memegang perlak, mengenal warna perlak. Disaat menunjukan

perlak masih perlu dibantu dengan memberikan klu. Agar responden dapat

menunjukkannya.

(3) Menunjukkan sarung tangan medis

Responden mampu menunjukkan sarung tangan medis dengan cepat dan

benar.

(4) Menunjukkan pinset

Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang pinset

terlebih dahulu dan menelaah agar responden dapat menunjukan secara

mandiri..

c) Membedakan Alat

(1) Membedakan gunting medis

Responden dapat membedakan gunting medis dengan gunting

kertas.

(2) Membedakan perlak

Responden dapat membedakan perlak karet dengan perlak plastik

karena dengan ciri khas perlak yaitu besar, berwarna coklat,

sehingga dapat memudahkan responden dalam membedakan-

nya.

(3) Membedakan sarung tangan medis

Responden mampu membedakan sarung tangan medis dengan sarung

tangan kain.

(4) Membedakan pinset

Responden mampu dalam membedakan pinset medis dengan pinset


70

pencabut bulu rambut.

2) Mengenal bahan

a) Menyebutkan bahan

(1) Menyebutkan plaster

Responden mampu menyebutkan plaster sesuai dengan intruksi yang

telah diberikan oleh guru.

(2) Menyebutkan kain kasa

Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu, seperti huruf

awal “K” dengan cara guru sambil memegang kain kasa.

(3) Menyebutkan revanol

Responden masih perlu bantuan dengan diberikan klu dalam

menyebutkan revanol, karena revanol jarang digunakan ketika terluka

sehingga responden kurang paham dalam penyebutan revanol.

(4) Menyebutkan Betadine

Responden mampu menyebutkan betadine, karena sering digunakan

ketika responden terjatuh, dan sering digunakan dirumah.

b) Menunjukkan bahan

(1) Menunjukkan plaster

Responden mampu menunjukkan plaster secara langsung sesuai

dengan intruksi guru.

(2) Menunjukkan kain kasa

Responden mampu menunjukkan kain kasa sesuai dengan intruksi

yang telah diberikan oleh guru.

(3) Menunjukkan revanol


71

Responden masih perlu bantuan secara fisik dengan cara memegang,

dan melihat teksturnya.

(4) Menunjukkan betadine

Responden mampu dalam menunjukkan Betadine secara langsung

tanpa melihat betadine.

c) Membedakan bahan

(1) Membedakan plaster

Responden mampu membedakan plaster dengan koyo sehingga

responden dapat mengingat bentuk,warna pada plaster.

(2) Membedakan kain kasa

Responden mampu membedakan kain kasa dengan perban, karena

kain kasa memiliki bentuk lonjong dan warnanya putih.

(3) Membedakan revanol

Responden mampu membedakan revanol dengan NACL, karena

warnanya yang berbeda dan bentuk yang berbeda..

(4) Membedakan betadine

Responden mampu membedakan betadine dengan obat merah karena

responden sudah mengetahui bentuk, warna pada betadine dan sering

digunakan ketika terluka.

3) Cara merawat luka ringan

a) Menyiapkan alat

Responden mampu menyiapkan seperti gunting medis, perlak, sarung

tangan, pinset, sesuai dengan intruksi.

b) Menyebutkan bahan
72

Responden dapat menyebutkan betadine akan tetapi untuk menyebutkan

plaster, kain kasa dan revanol responden masih perlu bantuan dalam

mengucapkan sehingga harus diberi klu terlebih dahulu agar dapat

menyebutkannya.

c) Praktik merawat luka ringan

(1) Menyiapkan alat dan bahan

Responden dapat menyiapkan semua alat dan bahan sesuai intruksi dari

guru dan meletakannya di tempat meja yang sudah disiapkan.

(2) Langkah-langkah cara Merawat luka ringan

(a) Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan

Responden mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara

meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara

mandiri.

(b) Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka

Responden mampu memasangkan perlak diatas meja secara mandiri

(c) Membuka peralatan yang ada di P3K

Responden mampu membuka kotak P3K dan mengambil peralatan

yang ada didalamnya.

(d) Memakai sarung tangan

Responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri.

(e) Membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan

menggunakan pinset

Responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu

menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan


73

menggunakan pinset agar steril.

(f) Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran

(mengunakan teknik memutar searah jarum jam).

Responden mampu membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka.

(g) Membasahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan

menggunakan pinset.

Responden mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan Revanol.

(h) Membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan

dari atas ke bawah)

Responden mampu membersihkan luka bagian luar dan bagian dalam

menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara perlahan.

(i) Mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran.

Responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati dengan

betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan waktu

yang panjang.

(j) Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu

Responden mampu mengobati obat luka dan merawatnya ketika

terluka

(k) Memasang kain kasa pada area luka sampai tepi luka.

Responden mampu memasangkan kain kasa yang telah diberi betadine.

(l) Membalut menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan

Responden mampu membalutkan plaster setelah kain kasa diberi betadine.

(m) Mengatur posisi anak tunagrahita seperti semula

Responden mampu mengatur posisi duduk seperti semula seperti tangannya


74

digerakan atau kakinya digerakan ketika duduk.

(n) Membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.

Responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya ke

tempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan

menggunakan sabun.

(o) Menyimpan alat-alat pada tempatnya

Responden mampu menyimpan alat dan bahan P3K pada tempatnya

yang ada di UKS

4) Memelihara Alat

a) Membersihkan gunting medis

Responden mampu membersihkan gunting medis, dengan cara mencucinya

menggunakan sabun.

b) Membersihkan perlak

Responden mampu membersihkan perlak dan mencucinya secara bersih

dengan menggunakan sabun di air mengalir. .

c) Membuang sarung tangan medis

Responden mampu membuang sarung tangan medis ke tempat sampah

secara mandiri.

d) Membersihkan pinset

Responden mampu membersihkan pinset dengan cara merendam pinset

dengan menggunakan air panas agar steril..

5) Memelihara bahan

a) Merapikan plaster

Responden mampu menyimpan plaster ke dalam kotak P3K ketika sudah


75

selesai simulasi praktik.

b) Merapikan kain kasa

Responden mampu merapihkan kain kasa yang tercecer dimeja, dengan

cara menyimpan ke tempat kotak P3K

c) Merapikan revanol

Responden mampu merapihkan revanol agar kemasan revanol tetap

dalam keadaan steril dengan menggunakan tisu basah.

d) Merapikan Betadine

Responden mampu menyimpan betadine ke dalam kotak P3K

6) Memelihara hasil

a) Mencegah infeksi pada luka

Menjaga agar penutup luka tidak terbuka serta menjaga agar luka tidak

kena benturan.

b) Mempercepat penyembuhan luka

Menjaga agar luka tidak terkena air, dan perban tidak terlepas sehingga

perban tetap steril.

2. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan peneliti terhadap

responden di SLB Ar-Rahman Kota Bandung mengenai program pembelajaran

merawat luka ringan, dapat deskripsikan sebagai berikut:

a. Persiapan

Persiapan dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal anak tahapan

sebagai berikut:

1) Melakukan Assesmen
76

Pada tahap persiapan guru melakukan assesmen terlebih dahulu

terhadap anak. Assessmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta

didik dalam merawat luka ringan dari mulai mengenal alat, mengenal bahan,

tahapan-tahapan cara merawat luka ringan, memelihara alat, memelihara

bahan, dan memelihara hasil yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi

guru dalam menyusun program.

2) Menyusun Program

Program pembelajaran merawat luka ringan mencakup beberapa aspek

yaitu :

a) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merawat luka ringan yang dimaksud yaitu anak dapat

meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, terhadap peserta

didik seperti mengenal alat, mengenal bahan, mempraktikan cara merawat

luka ringan, memelihara alat, memelihara bahan, serta memelihara hasil

sehingga anak dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pada saat

terluka.

b) Menentukan Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah mengenal

alat (gunting medis, perlak, sarung tangan medis, pinset) dan bahan (plaster,

kain kasa, revanol, betadine) untuk merawat luka ringan.

c) Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah berupa

poster (Langkah-langkah merawat luka ringan),internet, alat dan bahan yang


77

digunakan untuk merawat luka ringan

d) Menentukan Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan

menggunakan metode ceramah, latihan (kinerja), dan penugasan.

e) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran merawat luka ringan

yaitu buku guru, buku siswa, internet, P3K, HDI.

f) Menentukan Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran dalam merawat luka ringan dengan cara menilai

pengetahuan, sikap, keterampilan, pada saat peserta didik melakukan

kegiatan merawat luka ringan dan guru memberikan penilaian terhadap

peserta didik dalam bentuk tes tulis, tes lisan, tanya jawab, diskusi,

observasi, kinerja/praktik.

3. Studi Dokumentasi

Hasil studi dokumentasi yang diperoleh adalah program yang disusun

oleh guru yang memiliki komponen-komponen antara lain :

Tabel 3.1.
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru mengawali menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan pertemuan alat dan Tes 2. Poster
merawat pertama dengan bahan Tulis 3. Youtube
luka ringan mengucapkan 2. Anak mampu Unjuk
4.4. salam menunjukan Kerja
Mempraktik 2. Peserta didik dan alat dan
an merawat guru bersama- bahan
luka ringan sama berdoa 3. Anak mampu
sesuai agama dan membedakan
78

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
kepercayaan alat dan
masing-masing. bahan
3. Melakukan 4. Anak mampu
apersepsi dengan mempraktika
mengajukan n Langkah-
pertanyaan/ langkah
pernyataan merawat luka
tentang “kabar ringan
hari ini?”. 5. Anak mampu
Contoh: memelihara
“Anak-anak alat dan
gimana kabar hari bahan
ini?” 6. Anak mampu
“apakah ada yang memelihara
sakit hari ini?”. hasil
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai
pendapat
4. Guru mengabsen
anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan
satu per satu
nama alat dan
bahan merawat
luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak
yang sedang
merawat luka
3. Anak melihat
gambar anak
yang sedang
merawat luka
yang ditunjukan
oleh guru
(mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan
bertanya.
79

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
Contoh:
“gambar apa itu
bu?” (menanya)
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
merawat luka
ringan dengan
benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
merawat luka
ringan yang
benar
7. Anak diberikan
kesempatan
untuk
mempraktekan
cara merawat
luka ringan
dengan benar
(mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru melihat
kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
80

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawab
an (menalar)
12. Selanjutnya
guru
membagikan
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi
dengan benar
13. Anak dan guru
bersama-sama
melakukan
kegiatan
merawat luka
dengan benar
(mengkomunika
sikan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik
yang mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan
kepada peserta
didik yang telah
berhasil
mengikuti
langkah-
langkah dengan
tepat berupa
penguatan
81

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak tadi
kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes
lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan di SLB Ar-Rahman Kota

Bandung yang diikuti oleh peneliti, guru, dan bagian kurikulum untuk

menyusun program pembelajaran merawat luka ringan terdiri dari :

a. Dasar penyusunan

Penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak


82

tunagrahita ringan sangat diperlukan, agar untuk memudahkan guru dalam

menyampaikan pembelajaran sehingga dapat dijadikan pedoman mengajar,

selain itu meningkatkan kemampuan pengembangan diri dalam merawat

luka ringan.

b. Komponen-komponen program

1) Tujuan pembelajaran

2) Materi pembelajaran

3) Media pembelajaran

4) Metode pembelajaran

5) Sumber belajar

6) Penilaian pembelajaran

5. Responden Validasi

Hasil validasi yang telah dilakukan kepada guru yang berbeda

dengan sekolah yang berbeda sebagai validator, hasil validasi sebagai

berikut:

a. Responden Validator Kesatu (RV-1)

Responden memberikan masukan atau saran terhadap program yang telah di

buat, menurut responden validator pertama, program yang telah di buat

sudah cukup baik, akan tetapi perlu ada yang ditambahakan di salah satu

point yang telah dibuat yaitu merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan.

b. Responden Validator Kedua (RV-2)

responden dari validator kedua menyatakan bahwa secara keseluruhan

program pembelajaran merawat luka ringan dalam mengatasi masalah


83

penyesuaian diri pada anak tunagrahita ringan telah tersusun dengan baik.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan semua data diperoleh, yang terdiri dari hasil

observasi, wawancara, studi dokumentasi, FGD, dan validasi. Data yang

sudah diperoleh kemudian direduksi, dipaparkan, diverifikasi, kemudian

ditarik kesimpulan. Hasil analisis data sebagai berikut:

1. Hasil Observasi

Berdasarkan deskripsi data hasil observasi tentang kemampuan belajar

dalam merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan sebagai berikut:

a. Responden Anak Kesatu (RA-1)

Responden belum mampu menyebutkan, membedakan,

menunjukan apa yang dimaksud dengan alat dan bahan merawat luka

ringan serta kegunaan dan manfaatnya. Akan tetapi responden mampu

mengetahui penyebabnya ketika terluka yaitu saat terjatuh, teriris

pisau, dan sebagainya.

Responden mampu mengetahui gunting medis, perlak, sarung

tangan medis, pinset, plaster betadine, tetapi responden belum mampu

dalam mengucapkan, sehingga perlu diberikan klu agar anak dapat

mengucapkan yang keras seperti kain kasa, revanol.

Responden mampu mengikuti intruksi dari guru berkaitan

dengan langkah-langkah dalam menyiapkan alat dan bahan (gunting

medis, perlak,sarung tangan medis, pinset, plaster, kain kasa, revanol,

betadine).
84

Langkah-langkah yang dipraktikan ketika merawat luka ringan

seperti: Mengatur posisi anak sesuai kebutuhan ,mengatur posisinya

disaat terluka dengan cara meluruskan kaki dan tangan, memiringkan kaki dan

tangan, secara mandiri, Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka,

membuka peralatan yang ada di P3K, membuka kotak P3K dan mengambil

peralatan yang ada didalamnya., memakai sarung tangan, membasahi kain kasa

dengan betadine, kemudian dengan menggunakan pinset, setelah itu

menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan pinset

agar steril. membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari

kotoran (Gunakan teknik memutar searah jarum jam), membasahi kasa dengan

cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan pinset,

membersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan

dari atas ke bawah).

Responden mampu menyimpan hasil merawat luka ringan dengan

mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran,

memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu, memasang kain kasa pada

area luka sampai tepi luka, membalut menggunakan plester sesuai dengan

kebutuhan, mengatur posisi anak seperti semula, membuka sarung tangan,

kemudian mencuci tangan agar steril dan mencucinya dengan menggunakan

sabun, menyimpan alat-alat pada tempatnya.

b. Responden Anak kedua (RA-2)

Responden mampu menunjukan, menyebutkan, dan membedakan apa

yang dimaksud dengan alat dan bahan merawat luka ringan serta kegunaan dan
85

manfaatnya. Sehingga penyebab yang terjadi ketika luka ringan responden

mengetahui dan dapat menjelaskannya.

Responden mampu mengikuti instruksi dari guru berkaitan dengan

langkah-langkah merawat luka ringan, responden mengetahui gunting medis,

perlak, sarung tangan, plaster, kain kasa, betadine, akan tetapi tidak

mengetahui perlak, pinset, revanol. Responden mampu menyiapkan gunting

medis, perlak, sarung tangan medis, pinset.

Langkah-langkah yang dipraktikan dalam merawat luka ringan

diantaranya mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan, Responden

mampu mengatur posisinya disaat terluka dengan cara meluruskan kaki dan

tangan, memiringkan kaki dan tangan, secara mandiri, memasangkan perlak

karet di bawah daerah luka responden mampu memasangkan perlak diatas meja

secara mandiri, membuka peralatan yang ada di P3K, responden mampu

membuka kotak P3K dan mengambil peralatan yang ada didalamnya, memakai

sarung tangan responden mampu memakai sarung tangan secara mandiri,

membasahi kain kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan pinset

responden mampu membasahi kain kasa terlebih dahulu, setelah itu

menuangkan betadine keatas permukaan kain kasa dengan menggunakan pinset

agar steril, membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari

kotoran (mengunakan teknik memutar searah jarum jam) responden mampu

membersihkan kotoran yang ada dipermukaan luka, membasahi kasa dengan

cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan pinset responden

mampu membasahi luka dengan menggunakan cairan revanol, membersihkan

kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan dari atas ke
86

bawah) responden mampu membersihkan luka bagian luar dan bagian dalam

menggunakan cairan revanol dengan teknik mengusap secara perlahan,

mengeringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran,

responden mampu mengeringkan daerah luka ketika setelah diobati dengan

betadine dan dibersihkan menggunakan revanol, akan tetapi dengan waktu

yang panjang, memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu, responden

mampu mengobati obat luka dan merawatnya ketika terluka, memasang kain

kasa pada area luka sampai tepi luka responden mampu memasangkan kain

kasa yang telah diberi betadine, membalut menggunakan plester sesuai dengan

kebutuhan, responden mampu membalutkan plaster setelah kain kasa diberi

betadine

Responden mampu menyimpan hasil dalam merawat luka ringan

diantaranya mengatur posisi anak seperti semula, responden mampu mengatur

posisi duduk seperti semula seperti tangannya digerakan atau kakinya

digerakan ketika duduk, membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan

agar steril responden mampu membuka sarung tangan dan membuangnya ke

tempat sampah ketika sudah dipakai, dan mencucinya dengan menggunakan

sabun. menyimpan alat-alat pada tempatnya

2. Hasil Wawancara

Data yang diperoleh dari wawancara bersama guru tentang penyusunan

program pembelajaran merawat luka ringan adalah dengan tujuan anak

memiliki kesadaran untuk mengobati luka serta dapat menangani luka ringan

yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain secara sigap sehingga

dapat memperkecil resiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu pemberian


87

keterampilan pengembangan diri ini memang perlu. Sehingga bekal untuk

merawat dan menolong diri secara mandiri bagi anak tunagrahita ringan.

Materi pembelajaran dalam penyusunan program ini adalah merawat

luka ringan dengan media pembelajaran P3K, poster, dan youtube. Ketika

pembelajaran berlangsung metode yang digunakan dalam pembelajaran ini

yaitu ceramah, praktik, penugasan.

Program pembelajaran merawat luka ringan menggunakan sumber

belajar dari buku guru, dan buku siswa. Sumber belajar tersebut menjadi

acuan dalam penyusunan program pembelajaran dikarnakan sangat

mendukung dan memfasilitasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Aspek penilaian yang dinilai dalam pembelajaran ini adalah

pengetahuan, sikap, dan keterampilan

3. Hasil Studi Dokumentasi

Program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-

komponen diantaranya : Dasar penyusuna program pembelajaran merawat

luka ringan adalah langkah-langkah cara merawat luka ringan agar tidak

terjadinya infeksi.

Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka ringan ini

adalah berdasarkan program pembelajaran yang disusun oleh guru kelas,

peneliti, bidang kurikulum, bsesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak .

4. Hasil Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) Yang diadakan melibatkan peneliti,

guru kelas, dan bidang kurikulum bertempat diruang kantor guru membahas
88

serta mengidentifikasi poin-poin didalam program pembelajaran yang

sekiranya perlu ditingkatkan kembali. Berdasarkan hasil FGD yang telah

diuraikan di atas, dasar penyusunan dalam program pembelajaran merawat

luka ringan adalah belum tecapainya penguasaan anak terhadap materi pada

pembelajaran merawat luka ringan .

Aspek yang akan disusun, pada tahap penyusunan program

pembelajaran peneliti dan guru menganalisis atau assesmen kebutuhan belajar

anak dan menyusun pembelejaran diantaranya : menentukan tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, metode

pembelajaran, sumber belajar, penilaian pembelajaran.

Pada tahap terakhir yaitu laporan hasil program pembelajaran merawat

luka ringan diinformasikan kepada pihak sekolah dan orang tua, responden

memberikan rekomendasi kepada orang tua untuk memberikan bimbingan

apabila anak cidera seperti tersenyat pisau, terjatuh, sehingga akan

mengakibatkan pendarahan dan membutuhkan pertolongan pertama agar tidak

terjadinya infeksi.

5. Hasil Validasi

Setelah peneliti dan guru menyusun program pembelajaran merawat luka

ringan, kemudian hasilnya divalidasikan kepada 2 sekolah yang berbeda

dengan 2 orang sebagai validator yaitu guru SLBN Majalengka, dan guru SLB

Gelora Karya. Adapun hasil validasi yang telah dilakukan kepada guru yang

berbeda dengan sekolah yang berbeda sebagai validator, sebagai berikut:

a. Validator Kesatu (RV-1)


89

Validator memberikan penilaian bahwa program yang disusun sudah

cukup baik hanya saja ada beberapa hal yang perlu ditambahkan

khususnya pada program tersebut harus ada gambar merawat luka ringan

yang lebis spesifik.


90

b. Validator Kedua (RV-2)

Validator memberikan penilaian mengenai program pembelajaran pada

anak tunagrahita secara keseluruhan sudah disusun dengan baik hanya saja ada

beberapa aspek yang kurang. Tetapi untuk penulisan sudah baik.

Berdasarkan pendapat dari kedua responden validator di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa, program pembelajaran merawat luka ringan dapat

digunakan di sekolah luar biasa khususnya dalam membantu mengatasi

masalah luka ringan.


91

D. Jawaban Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data observasi, wawancara, studi

dokumentasi, Focus Group Discussion (FGD), dan validasi. Dapat dijadikan

sebagai jawaban pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Pertanyaan dan

jawaban penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan dalam belajar pengembangan diri merawat luka


ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung?

Kemampuan dalam belajar sebelum merawat luka ringan, diantaranya


92

anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan ketika luka, seiring

berjalannya waktu anak mampu mengenal alat (gunting medis,

perlak,sarung tangan, pinset) tetapi ada anak yang tidak mengenal perlak

dan pinset sehingga membutuhkan bantuan dalam menyebutkan klu. Anak

mampu mengenal bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) ada anak

yang tidak mengenal revanol dan kain kasa sehingga memerlukan

pengulangan dan diberikan klu, anak mampu mempersiapkan alat,

mempraktikan cara merawat luka ringan, hanya butuh bantuan dalam

menyebutkan bahan-bahan dalam merawat luka ringan, anak mampu

membersihkan alat, merapihkan bahan hanya keduanya belum mampu atau

masih membutuhkan bantuan dalam mencegah dan mengurangi infeksi pada

luka. Maka perlu adanya mengobati luka secara teratur dan mengganti

plaster dirasa sudah gatal.

Kemampuan dalam belajar pada saat merawat luka ringan, Sebagian

besar anak mampu melakukan tindakan yang benar ketika berada di dalam

kelas. Pada tahap mempraktikan langkah-langkah atau proses cara

menangani, merawat luka ringan anak masih membutuhkan bantuan dalam

menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan klu terlebih

dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan tersebut.

2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi


anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang disusun oleh peneliti dan guru?

Berdasarkan hasil FGD dan studi dokumentasi diperoleh jawaban

tentang bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sebagai


93

berikut:

Penyusunan program pembelajaran merupakan hasil dari kerja sama

antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Melalui FGD program

pembelajarann merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di

SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-komponen diantaranya

: Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka ringan adalah RPP,

Modul, buku guru, buku siswa, poster, dan analisis tugas yang disusun oleh

peneliti.

Table 4.1
Program Pembelajaran Merawat Luka Ringan

Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru mengawali menyebutkan Lisan P3K
prosedur Ringan pertemuan alat dan Tes 2. Poster
merawat pertama dengan bahan Tulis 3. Youtube
luka ringan mengucapkan 2. Anak mampu Unjuk
4.4. salam menunjukan Kerja
Mempraktik 2. Peserta didik dan alat dan
an merawat guru bersama- bahan
luka ringan sama berdoa 3. Anak mampu
sesuai agama dan membedakan
kepercayaan alat dan
masing-masing. bahan
3. Melakukan 4. Anak mampu
apersepsi dengan mempraktika
mengajukan n Langkah-
pertanyaan/ langkah
pernyataan merawat luka
tentang “kabar ringan
hari ini?”. 5. Anak mampu
94

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
Contoh: memelihara
“Anak-anak alat dan
gimana kabar hari bahan
ini?” 6. Anak mampu
“apakah ada yang memelihara
sakit hari ini?”. hasil
Diharapkan anak
merespon dengan
berbagai
pendapat
4. Guru mengabsen
anak
Kegiatan Inti
1. Guru
menyebutkan
satu per satu
nama alat dan
bahan merawat
luka
2. Guru
menunjukan
gambar anak
yang sedang
merawat luka
3. Anak melihat
gambar anak
yang sedang
merawat luka
yang ditunjukan
oleh guru
(mengamati)
4. Anak
diharapkan
memberi respon
dengan
bertanya.
Contoh:
“gambar apa itu
bu?” (menanya)
5. Guru
mempersiapkan
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
95

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
merawat luka
ringan dengan
benar
6. Guru
menjelaskan
masing-masing
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
merawat luka
ringan yang
benar
7. Anak diberikan
kesempatan
untuk
mempraktekan
cara merawat
luka ringan
dengan benar
(mencoba)
8. Guru
mendemostra-
sikan langkah-
langkah untuk
merawat luka
ringan dengan
benar
9. Guru melihat
kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru
menanyakan
kepada anak
“pentingnya
merawat luka?”
11. Guru
memberikan
berbagai
pendapat/jawab
an (menalar)
12. Selanjutnya
guru
membagikan
96

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
alat dan bahan
untuk
melakukan
kegiatan
demostrasi
dengan benar
13. Anak dan guru
bersama-sama
melakukan
kegiatan
merawat luka
dengan benar
(mengkomunika
sikan dengan
demostrasi
evaluasi proses
kerja)
14. Ketika
mendemostrasi
ulang, guru
membimbing
peserta didik
yang mengalami
kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga
memberi
penguatan
kepada peserta
didik yang telah
berhasil
mengikuti
langkah-
langkah dengan
tepat berupa
penguatan
verbal seperti
“hebat, goodjob
kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat
simpulan akhir
bersama peserta
didik dengan:
97

Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Jenis Alokasi


No Sumber
Dasar Pokok Pembelajaran Pencapain Tes Waktu
Bertanya
kepada peserta
didik:
“Anak-anak tadi
kita belajar
apa?”
“Mengapa kita
harus merawat
luka?”
“Kapan kita
harus merawat
luka?
2. Anak mampu
memberikan
jawaban dari
pertanyaan guru
(evaluasi tes
lisan)
3. Anak dan guru
berdoa bersama-
sama dipimpin
oleh salah satu
siswa.

3. Bagaimana bentuk penyusunan program pembelajaran merawat ringan


bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
yang telah divalidasi kepada SLB Negeri Majalengka dan SLB Gelora
Karya.?

Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru yang

berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat

luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:

Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, Adapun kritik

dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber ( gambar-gambar


98

kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus kepada pembelajaran

merawat luka ringan. Saran dari kedua validator yaitu materi dipermudah

dan program pembelajaran akan lebih baik apabila disusun dalam bentuk

program pembelajaran yang disusun sudah baik dan dapat diterapkan di

seokalah yang lain.

E. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat program

pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di

SLB Ar-Rahman Kota Bandung, anak tunagrahita ringan menurut

Mumpuniarti (2010:64)

Anak tunagrahita ringan (Mild mentally retalted) adalah anak yang


tingkat kecerdasannya (IQ) berkisar antara 50-70. Rendahnya tingkat
kecerdasan itu juga mengakibatkan terbatasnya perkembangan
pencapaian tingkat usia mental mereka. Tingkat usia mental/umur
kecerdasan mental setaraf anak usia sekolah dasar kelas 6 (umur anak 12
tahun) walaupun sudah mencapai usia dewasa.

Lebih lanjut menurut definisi yang diterima secara luas dan menjadi

rujukan utama ialah definisi dari AAMD (Amerivcan Association Of Mental

Deficiency ) yang dikutip Grossman (Krik dan Gallagher, 1986) dalam Astati

dan Mulyati (2011:9) bahwa “Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual

yang nyata dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaftasi

tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan”.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita adalah anak yang memiliki kondisi kecerdasan di bawah rata-rata,

selain itu anak tunagrahita mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungan dan mereka kurang cakap dalam hal- hal yang abstrak.
99

Sehingga anak tunagrahita membutuhkan layanan dan Pendidikan khusus yang

sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, akan tetapi memiliki potensi yang

dapat dikembangkan dalam bidang akademik sedehana dan keterampilan

sederhana untuk menjalani kehidupan dengan mandiri.

Anak tunagrahita ringan membutuhkan program pembelajaran khusus

yang sesuai dengan kemampuan, dan kebutuhannya. Salah satu program

pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan adalah program

pembelajaran pengembangan diri yang dahulu dikenal istilah Bina Diri

tercantum dalam buku milik Astati (2015:7) jika ditinjau dari kata Bina

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti “Membangun atau

proses penyempurnaan agar lebih baik; maka Bina Diri adalah usaha

membangun diri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui

pendidikan di keluarga, sekolah dan di masyarakat sehingga terwujudnya

kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara

memadai”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program

pengembangan diri bagi anak tunagrahita merupakan hal yang sangat penting

untuk mengantarkan anak tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya

yang berupa kegiatan pembelajaran. Dalam hal merawat diri, mengurus diri,

menolong diri, menghindari dari bahaya, berkomunikasi, bersosialisasi,

keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang. Hal tersebut merupakan

kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sehingga dengan program

pembelajaran pengembangan diri diharapkan dapat meminimalisir atau

menghilangkan ketergantungan anak terhadap orang lain sehingga tercapainya


100

kemandirian pada anak untuk menjalankan aktivitas kehidupannya.

Berdasarkan hasil penelitian, kenyataan di lapangan khususnya di SLB

Ar-Rahman Kota Bandung belum memiliki program pembelajaran

pengembangan diri khususnya dalam merawat luka ringan, oleh karena itu

perlu dilakukan penyusunan program pembelajaran pengembangan diri

merawat luka ringan.

Peneliti bekerjasama dengan guru untuk menyusun program

pembelajaran pengembangan diri, lalu penyusun dilakukan FGD bersama

kepala sekolah, dan guru-guru di SLB Ar-Rahman Kota Bandung, kemudian

hasil program pembelajaran yang sudah di FGD kan dan divalidasikan kedua

guru dengan dua sekolah berbeda.


BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berikut ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian

sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya yaitu, sebagai berikut :

1. Simpulan Umum

Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan belajar

akademis oleh karena itu program pendidikan bagi mereka lebih diarahkan

pada penguasaan dalam pengembangan dirinya, agar anak kelak memiliki

bekal hidup di masyarakat.

Salah satu program pengembangan diri yang harus dikuasai oleh anak

tunagrahita ringan adalah merawat luka ringan. Melalui pembelajaran

merawat luka ringan diharapkan anak tunagrahita ringan memiliki bekal

untuk merawat luka ringan ketika tersenyat pisau, terjatuh dari sepeda,

tergores dan masih banyak lainnya.

Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa anak tunagrahita

ringan sudah mampu dalam merawat luka ringan, akan tetapi masih ada

yang harus diberikan bimbingan atau arahan.

2. Simpulan Khusus

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dalam program

pembelajaran merawat luka ringan, bahwa:

a. Kemampuan dalam belajar sebelum merawat luka ringan, diantaranya

anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan ketika luka,

seiring berjalannya waktu anak mampu mengenal alat (gunting medis,


102

perlak,sarung tangan, pinset) tetapi ada anak yang tidak mengenal perlak dan

pinset sehingga membutuhkan bantuan dalam menyebutkan klu. Anak

mampu mengenal bahan (plaster, kain kasa, revanol, betadine) ada anak yang

tidak mengenal revanol dan kain kasa sehingga memerlukan pengulangan dan

diberikan klu, anak mampu mempersiapkan alat, mempraktikan cara merawat

luka ringan, hanya butuh bantuan dalam menyebutkan bahan-bahan dalam

merawat luka ringan, anak mampu membersihkan alat, merapihkan bahan

hanya keduanya belum mampu atau masih membutuhkan bantuan dalam

mencegah dan mengurangi infeksi pada luka. Maka perlu adanya mengobati

luka secara teratur dan mengganti plaster dirasa sudah gatal.

Kemampuan dalam belajar pada saat merawat luka ringan, Sebagian

besar anak mampu melakukan tindakan yang benar ketika berada di dalam

kelas. Pada tahap mempraktikan langkah-langkah atau proses cara

menangani, merawat luka ringan anak masih membutuhkan bantuan

dalam menyebutkan alat dan bahan sehingga guru harus memberikan

klu terlebih dahulu agar anak dapat menyebutkan alat dan bahan

tersebut.

b. Bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun oleh peneliti

dan guru. Bahwa berdasarkan hasil FGD dan studi dokumentasi diperoleh

jawaban tentang bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi

anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung sebagai

berikut:

Penyusunan program pembelajaran merupakan hasil dari kerja sama


103

antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Melalui FGD program

pembelajarann merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI

di SLB Ar-Rahman Kota Bandung memiliki komponen-komponen

diantaranya : Bentuk bahan ajar program pembelajaran merawat luka

ringan adalah RPP, Modul, buku guru, buku siswa, poster, dan analisis

tugas yang disusun oleh peneliti.

c. bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan kelas XI, hasilnya sebagai berikut:

Berdasarkan validasi yang dilakukan di dua sekolah dan dua guru

yang berbeda diperoleh jawaban tentang bentuk program pembelajaran

merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI, hasilnya

sebagai berikut:

Kedua validator memberikan predikat baik mengenai program

pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI,

Adapun kritik dari kedua validatornya yaitu mengenai buku sumber

( gambar-gambar kurang banyak) yang tidak tercantum dan belum fokus

kepada pembelajaran merawat luka ringan. Saran dari kedua validator

yaitu materi dipermudah dan program pembelajaran akan lebih baik

apabila disusun dalam bentuk program pembelajaran yang disusun sudah

baik dan dapat diterapkan di seokalah yang lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan data hasil peneliti berikut ini akan dikemukan beberapa

rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam


104

meningkatkan pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan, rekomendasi dalam

penelitian ini ditunjukkan bagi:

1. Bagi Guru

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bahwa program

pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan di

sekolah tersebut belum tersedia. Oleh karena itu, dengan adanya

penyusunan program pembelajaran dapat membantu guru untuk dalam

memberikan keterampilan merawat luka ringan bagi anak tunagrahita

ringan.

2. Kepala Sekolah

Berdasarkan fakta di lapangan bahwa anak tunagrahita ringan

adalah anak yang mengalami gangguan kecerdasan jauh di bawah rata-rata,

dengan demikian adanya penyusunan program pembelajaran dapat

membatu serta memfasilitasi guru untuk memberikan keterampilan

merawat luka ringan supaya dapat memudahkan pembelajaran yang

kondusif.

Alangkah baiknya apabila sekolah dapat memberikan pelatihan dan

arahan kepada semua guru tentang pentingnya penyusunan program

pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait

penyusunan program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak

tunagrahita ringan. Serta dapat mengembangkan penyusunan program

pembelajaran yang telah dibuat menjadi lebih baik lagi.


105

C. Penutup

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan

menyusun laporan hasil penelitian ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi masih jauh dari sempurna.

Kekurangan dan kelemahan yang semata-mata disebabkan karena keterbatasan

kemampuan yang dimilii oleh peneliti. Oleh karena itu kritik dan saran peneliti

harap untuk di masa mendatang. Peneliti mengucapkan terimaksih pada semua

pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, semoga Allah SWT selalu

memberikan rahmat dan karunia-Nya Amin.


DAFTAR PUSTAKA

AC, S., & Criminales K. (2006). Aspek Medikolegal Luka Pada Forensik Klinik.
Majalah Kedokteran Nusantara, 39:(4):430:2.
American Psychiatric Association . (2013). Arlington , 33.
Apriyanto . (2012). Seluk Beluk Tunagrahita Dan Strategi Pembelajarannya .
Yogyakarta.
Aproditta. (2012). Klasifikasi Anak Tunagrahita . 45.
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka
Cipta.
Astati , & Mulyati. (2015). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah
Offset Jl. Kalipah Apo Gg. Wireja No.14 Bandung Anggota IKAPI Jawa
Barat.
Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Cacat Tunagrahita. Bandung:
CV. Pendawa.
Astati, & Mulyati. (2015). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung.
Dumville. (2013 ). Preoperative Skin Antiseptics For Preventing Surgical Wound
Infections After Clean Surgery :Intervention Review Issue . Inggris :
Willey.
Effendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Bandung: Bumi
Aksara.
Fathoni. (2011). Metodologi Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Dan Teknik
Penyusunan Skripsi . Jakarta: Rineka Cipta.
Gunahardi, & Dan Maryadi . (2011). Modul PLPG Pendidikan Luar Biasa
Pendalaman Materi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Hallahan,D.P, Kauffman J,M, & Pullen PC. (2009). Exceptional Learners An
Introduction To Sprcial Education. Een Ratnengsih , 147.
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar. (2013). Arisanty, 35.
Kemis , & Rosnawati . (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dengan Hambatan
Kecerdasan. Jakarta : PT. Luxima Metro Media.
Kemis, & Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita . Jakarta: Luxima Metro Media.
Mair. (2013). Equine Medicine Surgery And Reproduction. Inggris: Elsevier.
Moh, A. (2006, Juni 23). Hubungan Orang Tua Dalam Pelatihan Bina Diri
Sebagai Upaya Kemandirian Pada Siswa Tunagrahita Kelas D3 Dan D4
Di SLB-C AKW II Surabaya. Retrieved From Skripsi Pendidikan Luar
Biasa Unesa : Https://Digilib.Uinsby.Ac.Id/8638/3/BAB%20II.Pdf
Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Narbuko, & Achmad. (2012). Metodologi Penelitian . Jakarta: Bumi Aksara.
Pahlevi, & Reza, M. (2012). Konsep Dasar Perawatan Luka. Jakarta.
Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2019, January 1). Retrieved
From Penyusunan : Https://Typoonline.Com/Kbbi/Penyusunan
107

Putra, E. (2013). Evaluasi Manajemen Luka. Jakarta: Trans Info Media.


Ratnengsih, E. (2017). Implementasi Program Vokasional Bagi Anak Tunagrahita
. Jassi_Anakku, 2.
Somantri. (2014). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Somantri. (2014). Psikologi Anak Luar Biasa . Bandung: Refika Aditama.
Sudrajat , & Dan Rosida. (2013). Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus . Jakarta: PT Lukima Metro Mandiri.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D . Bandung:
Afabeta.
Sukma Wijaya. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan Multidisiplin .
Yogyakarta: Andi Offeset.
Suriadi. (2015). Pengkajian Luka Dan Penanganannya. Jakarta: Adam Astrada.
Undang Undang UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional . (2003, Juli 8).
Undang-Undang , P. 37.
Velner T, & Bailey T. (2009). The Wound Healing Process An Overview Of
Celluler And Molecular Mechanism . The Journal Of Internasional
Medical Reserach , 37 (5):128-1542.
Wantah . (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih .
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
WT, L. (2002). Wound Healing Biology And Its Application To Wound
Management . Proses Penyembuhan Luka , 107-32.
LAMPIRAN
Daftar Guru
SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat

Status
No Nama NUPTK JK NIP Kepegawaian Jenis PTK
Ahmad Mugni
1 Almarogi L GTY/PTY Guru Kelas
2 Arien Fitriani P GTY/PTY Guru Kelas
19631222200701100
3 Asep Juhana 8554741643200033 L 5 PNS Diperbantukan Guru Kelas
4 Enjang 5450745649200013 L GTY/PTY Guru Kelas
5 Gunawan 4548768670120003 L GTY/PTY Guru Kelas
6 Nursyamsiah 5845742646300012 P GTY/PTY Guru Kelas
7 Ryan Permana 0852772673130072 L GTY/PTY Guru Kelas
19620806198603200
8 Tati Karyati 1138740641300053 P 6 PNS Guru Kelas
9 Tryash Destryanawati 3535772673130003 P GTY/PTY Guru Kelas
19661120200701100
10 Tukiyo 4452744648200023 L 3 PNS Guru Kelas
Daftar Tenaga Kependidikan
SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat

Status
No Nama NUPTK JK Tempat Lahir Tanggal Lahir Kepegawaian Jenis PTK
255374865120002
1 Marsudi 3 L Garut 1970-12-21 GTY/PTY Kepala Sekolah
2 Rahmat Gustian L BANDUNG 1993-06-22 GTY/PTY Penjaga Sekolah
Daftar Peserta Didik
SLB ARRAHMAN
Kecamatan Kec. Rancasari, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Prov. Jawa Barat
Tanggal
No Nama NIPD JK NISN Tempat Lahir NIK
Lahir
1 AFDIL SYAFA'AT 21118 L 2077300977 Kota Bumi 2007-02-04 3204080402070003
2 ANDRIYANTO 1073 L 0006446342 Cilacap 2002-11-11 3301101111020003
3 Astri Apriliana 20113 P 0038525300 Garut 2003-08-05 3204084508030009
4 BIMA PRATAMA 21115 L 3138450326 Bandung 2013-12-11 3273221112130005
5 DAFFINA DELAILAH SARI 15103 P 0096523519 BANDUNG 2009-08-31 3273227108090001
6 FADILA EGA PERMANA 1283 L 0054804567 Bandung 2005-11-03 3204080411050002
7 Fariz Ridha Mubarrak 1397 L 0056523952 Bandung 2005-09-14 3204081409050003
8 FIFIN NUR AJIJAH 1070 P 0016992661 Bandung 2001-08-24 3204086408010005
9 Fitra Septiani Nugraha 19109 L 3095640909 Bandung 2009-10-05 3273220510090002
10 ILHAM RAMADANI PUTRA 1179 L 0053242715 Bandung 2005-05-10 3273230101000002
11 KELVIN KURNIAWAN 1789 L 0093843157 Bandung 2009-09-21 3273272109090001
12 KHANSA AALIYAH 1392 P 0035971265 Bandung 2003-03-02 3273234203030001
13 MAMANG DADI 1893 L 0099760168 Bandung 2009-09-09 3204080909090017
MARSYA AGUSTINA
14 RAMADHANI 1395 P 0092155601 Bandung 2009-08-24 3204086408090003
15 MAULANA HAMDANI 1396 L 0071906830 Bandung 2007-11-21 3204082111070001
16 MIPTAHUDDIN 21117 L 0125478653 Sumedang 2012-07-05 3211180507120001
MOCHAMAD FARIS
17 FATHURRAHMAN 16108 L 0115004789 Bandung 2011-06-06 3273220606110002
MOCHAMAD IQBAL
18 FIRMANSYAH 15100 L 0073605684 BANDUNG 2007-04-09 3273230904070001
19 Mochamad Rifki Dwi Hermawan 19111 L 3121422997 Bandung 2012-04-16 3273231604120001
20 MUHAMAD WISNU 1394 L 0077657506 Bandung 2007-05-03 3273270305070002
21 NAJIB GUSDITYA 1286 L 0047183453 Bandung 2004-12-15 3273231512040002
NAJRIN ZULFA MISDATUL
22 HASANAH P 0112527863 BANDUNG 2011-02-12 3273165202110002
23 NATHANIA EAVAN RUSNADI 1175 P 0036861399 Bandung 2003-12-01 3204084112030001
24 Putri Nabila 1068 P 0035703735 Bandung 2003-05-04 3273234405030001
25 Rangga Pria Hutama 17110 L 0029488451 Metro Lampung 2002-09-15 3204081509020004
26 RIDHO RAIHAN NUGRAHA 16105 L 0069637788 BANDUNG 2006-02-14 3273131402060001
27 RIZAL FAHREZI 1387 L 0054564221 Bandung 2005-08-24 3273232408050001
SALSABILA MAULIDINA
28 AFRILIA 1285 P 0075923090 Bandung 2007-04-01 3204084104070001
29 SUTISNA 20114 L 0096869889 Sumedang 2009-04-16 3211181604090004
30 TANJI NUR HALIM 16106 L 0077101905 Bandung 2007-01-24 3273232401070004
31 VINA YUNIARSAH 21116 P 3119153831 Bandung 2011-01-29 3204086901110003
WHILDAN KHOLID AL
32 WARDANI 15101 L 0085669805 Bandung 2008-07-13 3273221307080005
33 Wiski Nugraha 19112 L 3121116141 Bandung 2012-08-16 3204081608120001
34 WULAN NURAINI 16107 P 0119830808 Bandung 2011-11-08 3273234511110002
35 ZAHRA AHSANU AULIA 16109 P 0068708944 Bandung 2006-01-21 3273236101060001
36 Zahra Kirania Riskia Juliani 1493 P 0063979651 Bandung 2006-07-01 3273234107060006
37 Zaky Ramadhan 18105 L 0083305322 Bandung 2008-09-29 3205062909080001
KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

NO KOMPONEN ASPEK SUB ASPEK KENYATAAN


1. Bagaimana kemampuan dalam belajar 1.1. Mengenal Alat 1.1.1. Menyebutkan alat
merawat luka ringan bagi anak tunagrahita P3K 1.1.2. Menunjukan alat
ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota 1.1.3. Membedakan alat
Bandung? 1.2. Mengenal Bahan 1.2.1. Menyebutkan bahan
P3K 1.2.2. Menunjukan bahan
1.2.3. Membedakan bahan
1.3. Mempraktekan 1.3.1. Menyiapkan alat
Cara Merawat Luka 1.3.2. Menyebutkan bahan
Ringan 1.3.3. Praktik merawat luka
ringan
1.4. Memelihara Alat 1.4.1. Membersihkan alat
1.5. Memelihara Bahan 1.5.1. Merapihkan bahan
1.6. Memilihara Hasil 1.6.1. Mencegah infeksi pada
luka
1.6.2. Mempercepat
penyembuhan luka

INSTRUMEN OBSERVASI
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

1. Bagaimana kemampuan dalam belajar merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota Bandung?
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
1.1. Mengenal Alat 1.1.1. Menyebutkan 1.1.1.1. Menyebutkan gunting medis
Alat 1.1.1.2. Menyebutkan perlak karet
1.1.1.3. Menyebutkan sarung tangan medis
1.1.1.4. Menyebutkan pinset
1.2.1. Menunjukan 1.1.2.1. Menunjukan gunting medis
Alat 1.1.2.2. Menunjukann perlak karet
1.1.2.3. Menunjukan sarung tangan medis
1.1.2.4. Menunjukan pinset
1.1.3. Membedakan 1.1.3.1. Membebedakan gunting medis dengan gunting
Alat kertas
1.1.3.2. Membedakan perlak karet dengan perlak
plastik
1.1.3.3. Membedakan sarung tangan medis dengan
sarung tangan kain
1.1.3.4. Membedakan pinset dengan pinset pencabut
bulu rambut
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
2.1 Mengenal Bahan 2.1.1. Menyebutkan 2.1.1.1. Menyebutkan plaster
. Bahan 2.1.1.2. Menyebutkan kain kasa
2.1.1.3. Menyebutkan revanol
2.1.1.4..Menyebutkan betadine
2.1.2. Menunjukan 2.1.2.1. Menunjukan plaster
Bahan 2.1.2.2. Menunjukan kain kasa
2.1.2.3. Menunjukan revanol
2.1.2.4..Menunjukan betadine

2.1.3.1. Membedakan plaster dengan koyo


2.1.3. Membedakan 2.1.2.2. Membedakan kain kasa dengan perban
Bahan 2.1.2.3. Membedakan revanol dengan NACL
2.1.2.4..Membedakan betadine dengan obat merah
2.3 Mempraktekan Cara 2.3.1. Menyiapkan Alat 2.3.1.1. Menyiapkan gunting medis
. Merawat Luka Ringan Langkah-langkah :
2.3.1.1.1. Mengambil gunting medis
2.3.1.1.2. Menyimpan gunting medis

2.3.1.2. Menyiapkan perlak karet


Langkah-langkah :
2.3.1.2.1. Mengambil perlak karet
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
2.3.1.2.2. Menyimpan perlak karet

2.3.1.3. Menyiapkan sarung tangan medis


Langkah-langkah :
2.3.1.3.1. Mengambil sarung tangan medis
2.3.1.3.2. Menyimpan sarung tangan medis

2.3.1.4. Menyiapkan pinset


Langkah-langkah :
2.3.1.3.1. Mengambil pinset
2.3.1.3.2. Menyimpan pinset
2.3.2. Menyiapkan
Bahan 2.3.2.1. Menyiapkan plaster
Langkah-langkah :
2.3.2.2.1. Mengambil plaster
2.3.2.2.2. Menyimpan plaster

2.3.2.2. Menyebutkan kain kasa


Langkah-langkah :
2.3.2.2.1. Mengambil kain kasa
2.3.2.2.2. Menyimpan kain kasa
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
2.3.2.3. Menyebutkan revanol
Langkah-langkah :
2.3.2.3.1. Mengambil revanol
2.3.2.3.2. Menyimpan revanol

2.3.2.4. Menyebutkan betadine


Langkah-langkah :
2.3.2.4.1. Mengambil betadine
2.3.3. Praktik Merawat 2.3.2.4.2. Menyimpan betadine
Luka Ringan
2.3.3.1.Langkah-langkah cara merawat luka ringan
sebagai berikut:
2.3.3.1.1 Mengatur posisi pesesrta didik sesuai
kebutuhan
2.3.3.1.2 Memasangkan perlak karet di bawah
daerah luka
2.3.3.1.3 Membuka peralatan yang ada di P3K
2.3.3.1.4 Memakai sarung tangan
2.3.3.1.5 Membasahi kasa dengan betadine,
kemudian dengan menggunakan pinset
2.3.3.1.6 Membersihkan area sekitar luka
bagian luar sampai bersih dari kotoran
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
(Gunakan teknik memutar searah jarum jam)
2.3.3.1.7. Basahi kasa dengan cairan Revanol
(NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan
pinset.
2.3.3.1.8 Lalu bersihkan kembali area luka
bagian dalam (Menggunakan teknik usapan
dari atas ke bawah)
2.3.3.1.9 Keringkan daerah luka dan pastikan
area daerah luka bersih dari kotoran
2.3.3.1.10 Memberikan obat luka sesuai
kebutuhan jika perlu
2.3.3.1.11 Memsangkan kasa steril pada area
luka sampai tepi luka.
2.3.3.1.12 Fiksasi balutan menggunakan plester
sesuai dengan kebutuhan
2.3.3.1.13 Mengatur posisi peserta didik seperti
semula
2.3.3.1.14 Lalu membuka sarung tangan,
kemudian mencuci tangan agar steril.
2.3.3.1.15. Simpanlah alat-alat pada tempatnya

2.4 Memelihara Alat 2.4.1. Membersihkan 2.4.1.1. Membersihkan gunting medis dengan
PENILAIAN
N
ASPEK SUB ASPEK URAIAN Butuh
O Belum
Mampu Bantua
Mampu
n
. Alat mencucinya
2.4.1.2. Membersihkan perlak
2.4.1.3. Membuang sarung tangan medis
2.4.1.4. Membersihkan pinset
2.5 Memelihara Bahan 2.5.1. Merapihkan 2.5.1.1. Merapihkan plaster
. Bahan 2.5.1.2. Merapihkan kain kasa
2.5.1.3. Merapihkan revanol
2.5.1.4..Merapihkan betadine
2.6 Memelihara Hasil 2.6.1. Mencegah 2.6.1.1. Menceghah masuknya kuman dan kotoran ke
. infeksi pada luka dalam luka
2.6.2. Mempercepat 2.6.1.2. Memberikan rasa aman dan nyaman terhadap
penyembuhan luk luka
2.6.2.1. Memberi pengobatan pada luka
2.6.2.1. Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
KISI KISI WAWANCARA
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG
2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung yang disusun oleh peneliti dan guru?
N ASPEK SUB ASPEK KENYATAAN
O
1. Tujuan Pembelajaran 1.1. Kognitif
1.2. Afektif
1.3. Psikomotorik
2. Materi Pembelajaran 2.1. Merawat luka ringan

3. Media Pembelajaran 3.1. Poster


3.2. Alat P3K
4. Metode Pembelajaran 4.1. Ceramah
4.2. Latihan
4.3. Penugasan
5. Sumber Belajar 5.1. Buku Guru
5.2. Buku Siswa
6. Penilaian Pembelajaran 6.1. Penilaian
N ASPEK SUB ASPEK KENYATAAN
O
Pengetahuan
6.2. Penilaian Sikap
6.3. Penilaian
Keterampilan

PEDOMAN WAWANCARA

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS XI DI SLB AR-RAHMAN KOTA BANDUNG

NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN


1. Tujuan Pembelajaran 1.1. Kognitif 1.1.1. Bagaimana cara bapak/ibu mengembangkan kemampuan kognitif peserta
didik dengan cara yang efisien ?
a. Dengan cara belajar secara terus menerus
b. Dengan cara berlatih secara terus menerus
c. ...............................
1.1.2. Apakah bapak/ibu mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan
yang lain, yang relevan?
a. Ya
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
b. Tidak
c. ....................
1.2. Afektif 1.2.1. Apakah bapak/ibu memperkenalkan tujuan pembelajaran terhadap peserta
didik pada setiap pertemuan sebelum memulai pembelajaran?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. .................
1.2.2. Apakah bapak/ibu memberikan memberikan motivasi peserta didik agar
berpartiifasi aktif selana proses pembelajaran ?
a. Ya
b. Tidak
c..........
1.3. Psikomotorik 1.3.1. Pada saat bapak/ibu memberikan pembelajaran merawat luka ringan, apa
saja yang diajarakan kepada peserta didik ?
a. cara merawat, cara membersihkan
b. cara tidak terluka
c......................
1.3.2. Bagaimana cara bapak/ibu memberikan pembelajaran tentang pentingnya
merawat luka ringan disaat terluka ?
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
a. Dengan cara melakukan langkah-langkah merawat luka
b. Dengan cara melihat
c.....................
4. Materi Pembelajaran 4.1. Merawat luka ringan 4.1.1. Bagaimana bapak/ibu cara mengembangkan materi pembelajaran yang
disajikan dikelas?
a. Buku, poster,
b. Benda
c. .......................
4.1.2. Bagaimana bapak/ibu guru menentukan sebuah materi dalam
pembelajaran P3K ?
a. Disesuaikan dengan kesulitan anak
b. Disesuaikan dengan yang tertera di dalam KI-KD
c. .....................
5. Media Pembelajaran 3.1. Poster 3.1.1. Apakah bapak/ibu selalu menggunakan media pembelajaran (Poster) untuk
memudahkan dalam proses pembelajaran ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. ............
3.1.2. Apa saja media pembelajaran yang dipesiapkan dalam pembelajaran
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
merawat luka ringan selain poster?
a. Karton
b. Buku langkah-langkah merawat luka ringan
c. ..............................
3.2. Alat P3K 3.2.1. Apakah bapak/ibu selalu menggunakan alat P3K dalam proses pembelajaran
?
a. Ya
b. Tidak
c. ......................
3.2.2. Apakah bapak/ibu selalu menggunakan alat peraga dalam proses
pembelajaran?
a. Ya
b. Kadang-kadang
6. Metode Pembelajaran 6.1. Ceramah 6.1.1. Apakah peserta didik memahami materi setelah diterangkan oleh
bapak/ibu ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. .................
6.1.2. Apakah metode pembelajaran (ceramah) sangat efektif bagi bapak/ibu ?
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
a. Ya
b. Tidak
c. ...............
6.2. Latihan 6.2.1. Bagaimana keaktifan peserta didik dalam pembelajaran merawat luka
ringan dengn metode latihan ?
a. Aktif
b. Biasa saja
c. ................
6.2.2. Apakah metode pembelajaran (Latihan) sangat efektif bagi bapak/ibu?
a. Ya
b. Tidak
c. ..............
6.3. Penugasan 6.3.1. Bagaimana bentuk penugasan yang bapak/ibu berikan ?
a. Pengulangan materi
b. Pemberian tugas tertulis
c. .....................
6.3.2. Apakah metode pembelajaran (Penugasan) sangat efektif bagi bapak/ibu?
a. Ya
b. Tidak
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
c. ...................
7. Sumber Belajar 5.1.Buku Guru 5.1.1. Apa saja sumber belajar yang disediakan di SLB Ar-Rahman Kota Bandung
untuk mendukung pembelajaran merawat luka ringan ?
a. P3K
b. Buku paket
c. ..................
5.1.2. Apakah sumber belajar “merawat luka ringan” yang disediakan di SLB Ar-
Rahman Kota Bandung, mendukung pembelajaran dikelas ?
a. Ya
b. Tidak
c.......................
5.2. Buku Siswa 5.2.1. Bagaimana bapak/ibu memanfaatkan sumber belajar dalam pembelajaran ?
a. Alam sekitar
b. Poster
c. ...................
5.2.2. Apakah peserta didik mempunyai buku pegangan semacam modul/ poster
dalam kegiatan pembelajaran ?
a. Ya
b. Tidak
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
8. Penilaian Pembelajaran 8.1. Penilaian Pengetahuan 8.1.1. Evaluasi seperti apa yang bapak/ibu lakukan agar pengetahuan peserta
didik dapat meningkat ?
a. Tes tulis
b. Tes lisan
c. ...............
8.1.2. Bagaimana bapak/ibu meriview peserta didik dalam evaluasi pembelajaran
?
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. .............
8.2. Penilaian Sikap 8.2.1. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan penilaian sikap terhadap peserta
didik?
a. Observasi
b. Penilaian diri
c. ...............
8.2.2. Bagaimana bapak/ibu menerapkan sikap yang baik terhadap peserta didik
ketika pembelajaran dimulai ?
a. Berdoa
b. Salam
NO ASPEK SUB ASPEK PERTANYAAN
c. ................
8.3. Penilaian Keterampilan 8.3.1. Bagaimana bapak/ibu melakukan penilaian keterampilan terhadap peserta
didik?
a. Penilaian keahlian/kemahiran
b. Kecepatan
c. ...............
8.3.2. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan penilaian keterampilan?
a. Kinerja /praktik
b. Portopolio
c. ....................
KISI-KISI INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSION

No Pertanyaan Aspek Sub Aspek No Item


2 Bagaimana bentuk program 2.1 Persiapan 2.1.1 Persiapan Tim 2 Item
pembelajaran merawat luka ringan bagi 2.1.2 Persiapan Kelompok 2 Item
anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB 2.1.3 Pesiapan Sebelum Kegiatan 2 Item
Ar-Rahman Kota Bandung yang disusun 2.2 Kegiatan Awal 2.2.1 Sambutan 2 Item
oleh peneliti dan guru? 2.2.2 Pemaparan Tujuan 3 Item
Pertemuan
2.2.3 Prosedur Pertemuan 2 Item
2.2.4 Perkenalan 1 Item
2.3 Kegiatan Inti 2.3.1 Diskusi 2 Item
2.3.2 Mengajukan Pertanyaan 1 Item
2.3.3 Penampungan Pendapat dan 1 Item
Masukan
2.4 Kegiatan Akhir 2.4.1 Kesimpulan 1 Item
2.4.2 Verifikasi 1 Item
2.4.3 Ucapan Terimakasi 1 Item
INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSION

2. Bagaimana bentuk program pembelajaran merawat luka ringan bagi anak tunagrahita ringan kelas XI di SLB Ar-Rahman Kota
Bandung yang disusun oleh peneliti dan guru?
Apek Sub Aspek Indikator Item Ket
2.1 Persiapan 2.1.1 Persiapan Tim 2.1.1.1 Moderator 2.1.1.1.1 Memimpin acara
2.1.1.2 Notulen 2.1.1.2.1 Mencatat hal penting saat diskusi
2.1.2 Persiapan Kelompok 2.1.2.1 Observer 2.1.2.1.1 Pemaparan materi
2.1.2.2 Humas 2.1.2.2.1 Perijinan
2.1.3 Pesiapan Sebelum 2.1.3.1 Humas 2.1.3.1.1 Pengecakan kesiapan tempat dan
Kegiatan peralatan
2.2 Kegiatan 2.2.1 Sambutan 2.2.1.1 Moderator 2.2.1.1.1 Sambutan kepada para hadirin
Awal 2.2.1.1.2 Sambutan dari hadirin
2.2.2 Pemaparan Tujuan 2.2.2.1 Moderator 2.2.2.1.1 Penyusunan program pembelajaran
Pertemuan merawat luka ringan yang
didiskusikan
2.2.2.1.2 Masalah yang terdapat di lapangan
2.2.2.1.3 Pemaparan hasil di lapangan
2.2.3 Prosedur Pertemuan 2.2.3.1 Moderator 2.2.3.1.1 Alur diskusi
2.2.3.1.2 Peraturan diskusi
2.2.4 Perkenalan 2.2.4.1 Moderator 2.2.4.1.1 Perkenalan anggota
2.3 Kegiatan Inti 2.3.1 Diskusi 2.3.1.1 Observer 2.3.1.1.1 Memaparkan masalah di lapangan
2.3.1.1.2 Memaparkan bentuk program
pembelajaran merawat luka ringan
2.3.2 Mengajukan Pertanyaan 2.3.2.1 Penilai 2.3.2.1.1 Pertanyaan seputar topik dan masalah
yang didiskusikan
2.3.3 Penampungan Pendapat 2.3.3.1 Notulen 2.3.3.1.1 Saran dan masukan mengenai bentuk
program pembelajaran merawat luka
ringan
2.4 Kegiatan 2.4.1 Kesimpulan 2.4.1.1 Moderator 2.4.1.1.1 Menyampaikan kesimpulan dari
Akhir semua catatan selama diskusi
2.4.2 Verifikasi 2.4.2.1 Moderator 2.4.2.1.1 Verifikasi kesimpulan atau perbaikan
hasil kesimpulan
2.4.3 Ucapan Terimakasih 2.4.3.1 Observer 2.4.3.1.1 Ucapan terimakasih atas kehadiran
dan partisipasi dalam diskusi
Nama :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :

Kompetensi Materi Indikator Alokasi


No Kegiatan Pembelajaran Jenis Tes Sumber
Dasar Pokok Pencapain Waktu
1. 3.4. Merawat Kegiatan awal 1. Anak mampu Tes Lisan 2 x 45’ 1. Alat
Menerapkan Luka 1. Guru mengawali pertemuan menyebutka Tes Tulis P3K
prosedur Ringan pertama dengan n alat dan Unjuk 2. Poster
merawat luka mengucapkan salam bahan Kerja 3. Youtube
ringan 2. Peserta didik dan guru p aitu- 2. Anak mampu
4.4. sama berdoa sesuai agama menunjukan
Mempraktikan dan kepercayaan masing- alat dan
merawat luka masing. bahan
ringan 3. Melakukan apersepsi dengan 3. Anak mampu
mengajukan pertanyaan/ membedaka
pernyataan tentang “kabar n alat dan
hari ini?”. bahan
Contoh: 4. Anak mampu
“Anak-anak gimana kabar mempraktika
hari ini?” n Langkah-
“apakah ada yang sakit hari langkah
ini?”. merawat
Diharapkan anak merespon luka ringan
dengan berbagai pendapat 5. Anak mampu
Kompetensi Materi Indikator Alokasi
No Kegiatan Pembelajaran Jenis Tes Sumber
Dasar Pokok Pencapain Waktu
10. Guru mengabsen anak memelihara
Kegiatan Inti alat dan
1. Guru menyebutkan satu per bahan
satu nama alat dan bahan 6. Anak mampu
merawat luka memelihara
2. Guru menunjukan gambar hasil
anak yang sedang merawat
luka
3. Anak melihat gambar anak
yang sedang merawat luka
yang ditunjukan oleh guru
(mengamati)
4. Anak diharapkan memberi
respon dengan bertanya.
Contoh: “gambar p aitu
bu?” (menanya)
5. Guru mempersiapkan alat
dan bahan untuk melakukan
kegiatan merawat luka
ringan dengan benar
6. Guru menjelaskan masing-
masing alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan
merawat luka ringan yang
benar
7. Anak diberikan kesempatan
Kompetensi Materi Indikator Alokasi
No Kegiatan Pembelajaran Jenis Tes Sumber
Dasar Pokok Pencapain Waktu
untuk mempraktekan cara
merawat luka ringan
dengan benar (mencoba)
8. Guru mendemostra-sikan
langkah-langkah untuk
merawat luka ringan
dengan benar
9. Guru melihat kegiatan
demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru menanyakan kepada
anak “pentingnya merawat
luka?”
11. Guru memberikan berbagai
pendapat/jawaban
(menalar)
12. Selanjutnya guru
membagikan alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan
demostrasi dengan benar
13. Anak dan guru bersama-
sama melakukan kegiatan
merawat luka dengan benar
(mengkomunikasikan
dengan demostrasi evaluasi
proses kerja)
Kompetensi Materi Indikator Alokasi
No Kegiatan Pembelajaran Jenis Tes Sumber
Dasar Pokok Pencapain Waktu
14. Ketika mendemostrasi
ulang, guru membimbing
peserta didik yang
mengalami kesulitan secara
bergiliran.
15. Guru juga memberi
penguatan kepada peserta
didik yang telah berhasil
mengikuti langkah-langkah
dengan tepat berupa
penguatan verbal seperti
“hebat, goodjob kids”.

Kegiatan Penutup
1. Membuat simpulan akhir
bersama peserta didik
dengan:
Bertanya kepada peserta
didik:
“Anak-anak tadi kita belajar
apa?”
“Mengapa kita harus
merawat luka?”
“Kapan kita harus merawat
luka?
2. Anak mampu memberikan
Kompetensi Materi Indikator Alokasi
No Kegiatan Pembelajaran Jenis Tes Sumber
Dasar Pokok Pencapain Waktu
jawaban dari pertanyaan
guru (evaluasi tes lisan)
3. Anak dan guru berdoa
bersama-sama dipimpin
oleh salah satu siswa.
Wawancara bersama wali kelas

Menggunting kain kasa

Membersihkan luka dengan menggunakan cairan revanol


Membuka plaster dan revanol

Memberikan obat dengan menggunakan betadine agar luka cepat kering

Menutup luka dengan menggunakan plaster


Simulasi praktik cara merawat luka ringan
PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN MERAWAT LUKA RINGAN BAGI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XI

Disusun :
AINI LATIFAH
NIM. 41032102181018

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022
PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI MERAWAT LUKA RINGAN

Satuan Pendidikan : SMALB-C


Mata Pelajaran :Pengembangan Diri
Kelas :XI
Ketunaan :Tunagrahita Ringan

A. Standar Kompetensi
1. Mampu merawat luka ringan dengan cara yang benar

B. Kompetensi Dasar
3.4. Menerapkan prosedur merawat luka ringan
4.4. Melakukan merawat luka ringan ketika terluka

C. Indikator
3.4.1. Mengenal alat merawat luka ringan
3.4.2. Mengenal bahan merawat luka ringan
3.4.3. Memahami proses merawat luka ringan
3.4.4. Memahami cara memelihara alat dan bahan merawat luka ringan
3.4.5. Memahami cara memelihara hasil merawat luka ringan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah ditunjukkan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta didik dapat menyebutkan
alat dan bahan untuk merawat luka ringan dengan baik dan benar
2. Setelah ditunjukan alat dan bahan untuk merawat luka ringan, peserta didik dapat menunjukan
kembali alat dan bahan untuk merawat luka ringan dengan baik dan benar
3. Peserta didik diharapkan mampu merawat luka ringan secara mandiri

E. Materi Pokok
1. Mengenal alat
 Gunting medis
 Perlak karet
 Sarung tangan medis
 Pinset
2. Mengenal bahan
 Plaster
 Kain kasa
 Revanol
 Betadine
3. Proses merawat luka ringan
 Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
 Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
 Membuka peralatan yang ada di P3K
 Memakai sarung tangan
 Membasahi kasa dengan betadine, kemudian dengan menggunakan pinset
 Membersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran (Gunakan teknik
memutar searah jarum jam)
 Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% ) kemudian dengan menggunakan pinset.
 Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam (Menggunakan teknik usapan dari atas ke
bawah)
 Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari kotoran
 Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
 Memsangkan kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
 Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai dengan kebutuhan
 Mengatur posisi peserta didik seperti semula
 Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci tangan agar steril.
 Simpanlah alat-alat pada tempatnya
4. Memelihara hasil
 Menceghah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
 Memberikan rasa aman dan nyaman terhadap luka
 Memberi pengobatan pada luka
 Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka

F. Metode dan Model Pembelajaran


Metode : Demostrasi, Ceramah, Penugasan
Model Pembelajaran : Menggunakan alat P3K

G. Media Pembelajaran
 Gambar anak yang sedang merawat luka
 Alat dan bahan untuk kegiatan “merawat luka ringan dengan baik dan benar”
 Alat P3K
 Poster

H. Sumber Belajar
 Buku siswa “Pengembangan Diri”. Buku Tematik terpadu kurikulum 2013
 Buku guru “Pengembangan Diri”. Buku tematik terpadu kurikulum 2013
 Tutorial merawat luka ringan
I. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu


Kegiatan Awal 1. Guru mengawali pertemuan pertama dengan
mengucapkan salam
2. Peserta didik dan guru bersama-sama berdoa
sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan/pernyataan tentang “kabar hari
ini?”.
Contoh:
“Anak-anak gimana kabar hari ini?”
“apakah ada yang sakit hari ini?”.
Diharapkan peserta didik merespon dengan
berbagai pendapat
4. Guru mengabsen peserta didik
Kegiatan Inti 1. Guru menyebutkan satu per satu nama alat dan
bahan merawat luka
2. Guru menunjukan gambar anak yang sedang
merawat luka
3. Peserta didik melihat gambar anak yang
sedang merawat luka yang ditunjukan oleh
guru (mengamati)
4. Peserta didik diharapkan memberi respon
dengan bertanya. Contoh: “gambar apa itu
bu?” (menanya)
5. Guru mempersiapkan alat dan bahan untuk
melakukan kegiatan merawat luka ringan
dengan benar
6. Guru menjelaskan masing-masing alat dan
bahan untuk melakukan kegiatan merawat luka
ringan yang benar
7. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
mempraktekan cara merawat luka ringan
dengan benar (mencoba)
8. Guru mendemostrasikan langkah-langkah
untuk merawat luka ringan dengan benar
9. Peserta didik melihat kegiatan demostrasi guru
(mengamati)
10. Guru menanyakan kepada peserta didik
“pentingnya merawat luka?”
11. Peserta didik memberikan berbagai
pendapat/jawaban (menalar)
12. Selanjutnya guru membagikan alat dan bahan
untuk melakukan kegiatan demostrasi dengan
benar
13. Peserta didik dan guru bersama-sama
melakukan kegiatan merawat luka dengan
benar (mengkomunikasikan dengan demostrasi
evaluasi proses kerja)
14. Ketika mendemostrasi ulang, guru
membimbing peserta didik yang mengalami
kesulitan secara bergiliran. Guru juga memberi
penguatan kepada peserta didik yang telah
berhasil mengikuti langkah-langkah dengan
tepat berupa penguatan verbal seperti “hebat,
goodjob kids”.
Kegiatan Penutup 1. Membuat simpulan akhir bersama peserta
didik dengan:
Bertanya kepada peserta didik:
“Anak-anak tadi kita belajar apa?”
“Mengapa kita harus merawat luka?”
“Kapan kita harus merawat luka?”
2. Peserta didik memberikan jawaban dari
pertanyaan guru (evaluasi tes lisan)
3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-
sama dipimpin oleh salah satu siswa
Tindak Lanjut 1. Mengulang kembali materi yang dianggap
sulit oleh peserta didik
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Memberikan tugas rumah
J. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Teknik Penilaian
Penilaian Sikap : Lembar cek list
Penilaian Pengetahuan : Tes Lisan
Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Instrumen penilaian dan pedoman penskoran
a. Penilaian Sikap
Nama Siswa :
Tujuan :Anak mampu menunjukan sikaf positif selama pembelajaran.

Hasil
No Aktivitas yang Diamati
Ya Tidak
1. Cermat mengamati demonstrasi guru
2. Percaya diri menjawab pertanyaan tentang
demonstasi
3. Disiplin melakukan kegiatan merawat luka
4. Mengikuti langkah-langkah kegiatan merawat luka
5. Tertib merapikan alat dan bahan
Jumlah

Kriteria Penskoran :

1. 0–1 Anak belum mampu menunjukan sikap positif selama


pembelajaran
2. 2–3 Anak mulai mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
3. 4 Anak sudah mampu menunjukan sikap positif selama
pembelajaran
4. 5 Anak sudah terbiasa menunjukan sikap positif selama
pembelajaran

Rekap Hasil Penilaian :

Hasil Penilaian
No Nama Siswa
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
b. Penilaian Pengetahuan :
Nama Siswa :
Tujuan : Anak mampu menjawab pertanyaan mengenai topik merawat luka
ringan dengan benar
Beri tanda ceklis cek list (√ ) pada kolom Ya atau Tidak !

Jawab
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Apa alat untuk merawat luka ringan?
2. Sebutkan bahan untuk merawat luka
ringan?
3. Kapan kita harus merawat luka ringan?
4. Mengapa kita harus merawat luka ringan?
Jumlah

Kunci Jawaban :
1. Gunting
2. Hansaplast, Kain kasa, revanol, betadine
3. Ketika terluka saat terjatuh, tersenyat pisau, dan lain-lain
4. Agar tidak infeksi
Kriteria Penskoran
N= Jumlah jawaban benar x 25
Nilai Maksimal (N Mak) = 4 x 25 = 100

Rekap Hasil Penilaian


No Nama Siswa Nilai (N)
1.
2.
3.
4.
c. Penilaian Keterampilan
1. Proses Kerja (Unjuk Kerja)
Nama Siswa :
Tujuan : Siswa mampu merawat luka ringan dengan baik dan benar

Hasil
No Aktivitas yang Diamati
Ya Tidak
1. Menyiapkan alat P3K
2. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
3. Memasangkan perlak karet di bawah daerah luka
4. Membuka peralatan yang ada di P3K
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi kasa dengan betadine, kemudian
dengan menggunakan pinset
7. Membersihkan area sekitar luka bagian luar
sampai bersih dari kotoran (Gunakan teknik
memutar searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan Revanol (NaCI 0,9% )
kemudian dengan menggunakan pinset.
9. Lalu bersihkan kembali area luka bagian dalam
(Menggunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
10. Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah
luka bersih dari kotoran
11. Memberikan obat luka sesuai kebutuhan jika perlu
12. Memsangkan kasa steril pada area luka sampai
tepi luka.
13. Fiksasi balutan menggunakan plester sesuai
dengan kebutuhan
14. Mengatur posisi peserta didik seperti semula
15. Lalu membuka sarung tangan, kemudian mencuci
tangan agar steril.
16. Simpanlah alat-alat pada tempatnya
17. Mengatur posisi pesesrta didik sesuai kebutuhan
Jumlah

Kriteria Penskoran:

1. 0 – 3 : Anak belum mampu merawat luka ringan dengan benar


2. 4 – 5 : Anak mulai mampu merawat luka ringan dengan benar
3. 6 – 7 : Anak sudah mampu merawat luka ringan dengan benar
4. 8 – 9 : Anak sudah terbiasa merawat luka ringan dengan benar

Rekap Hasil Penilaian

Hasil Penilaian
No Nama Siswa
1 2 3 4
1.
2.
3.
4.

Mengetahui Bandung, 10 Juni 2022


Kepala SLB Ar-Rahman Mahasiswa Penelitian

Aini Latifah
Nim. 41032102181018

Anda mungkin juga menyukai