Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

PENINGKATAN KOSAKATA DAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI


MELALUI METODE PEMBELAJARAN OUTING CLASS PADA SISWA
KELAS VI UPT SPF SD NEGERI BULUROKENG MAKASSAR

Diajukan Oleh

ROSMINI
4622106054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Peningkatan Kosakata dan Menulis Karangan

Deskripsi Melalui Metode Pembelajaran Outing

Class Pada Siswa Kelas VI UPT SPF SD Negeri

Bulurokeng Makassar

2. Nama Mahasiswa : Rosmini

3. NIM : 4622106054

4. Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mas’ud Muhammadiah, M.Si. Dr. Asdar, S.Pd., M. Pd.


NIDN. 0910106304 NIDN. 0920097001

Mengetahui:

Direktur Ketua
Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar

Prof. Dr. Ir. A. Muhibbundin, M.Si. Dr. Sundari Hamid, M.Si.


NIDN. 0913017402 NIDN. 0924037001

ii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
E. Lingkup Penelitian 9
II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 10
A. Deskripsi Teori 10
B. Penelitian Terdahulu 31
C. Kerangka Pikir 34
D. Hipotesis 35
III METODOLOGI PENELITIAN
36
A. Jenis Penelitian 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
C. Populasi dan Sampel 37
D. Variabel Penelitian 38
E. Instrumen Penilaian 39
F. Jenis dan Sumber Data 39
G. Teknik Pengumpulan Data 40
H. Teknik Analisis Data 40

DAFTAR PUSTAKA 42

iii
I. PENDAHULUAN

Pada Bagian ini, peneliti memberikan penjelasan tentang seluruh isi

pendahuluan. Bagian ini terdiri dari; latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Masing-masing poin

akan dibahas secara representatif seperti berikut ini:

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagaimana yang dicantumkan pada pasal 19 ayat 1 No.19 Tahun 2005

tentang standar Nasional pendidikan bahwa pembelajaran harus disajikan secara

menarik. Wujud dari pembelajaran menarik tersebut, harus, interaksi, inspirasi,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif secara memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik.

Sistem pendidikan berorientasi pada kepetingan dan bukan untuk

kepentingan anak didik, pasar dan bukan pengguna jasa pendidikan atau

masyarakat dengan dalil bahwa strategi pendidikan nasional adalah untuk

membekali generasi muda agar mampu membawa bangsa dan negeri ini cepat

sejajar dengan bangsa dan negara lebih maju. Namun dalam implikasi
2

perkembangan tidak diperoleh sesuai apa yang dicita-citakan. Keahlian IPTEK

yang diperoleh sesuai menamatkan studinya berada dalam posisi dimiliki secara

individual dan siap dijual melalui kontrak kerja demi uang, dan bukan menjadikan

diri sebagai ilmuwa yang perduli dengan nilai-nilai kemanusiaan, bangsa dan

negara.

Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah seperangkat ujaran yang di

memiliki arti atau makna yang dihasilkan dari ucap. Pengertian secara praktis,

bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa

system lambing bunyi yang bermakna (Syamsiah, 2016). Bahasa Indonesia sendiri

memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan tujuan pembelajaran yang lain, yakni

untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan kreativitas, dan sikap.

Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat aspek,

yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis (writing

skills).

Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Pengajaran keterampilan berbahasa,

sesuai dengan namanya, bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan

keterampilan berbahasa siswa, terampil berbahasa berarti terampil menyimak,

terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis dalam Bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Keempat keterampilan tersebut saling

berhubungan dan menjadi satu kesatuan.


3

Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses

berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Semakin seseorang terampil berbahasa. Semakin cerah dan jelas pula jalan

pikiranya tersebut, keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan

praktek dan banyak latihan. Aspek keterampilan berbahasa itu sendiri meliputi

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berbahasa yang

digunakan dalam mengekspresikan sesuatu dapat berbentuk lisan maupun tertulis.

Secara lebih lengkap ragam bahasa itu terdiri dari empat kemampuan yaitu

kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keempat keterampilan tersebut pada dasar nya saling berkaitan dan

merupakan satu kesatuan. Sepertinya terlihat mudah, tetapi menulis yang

sesungguhnya, sangat membutuhkan perhatian dan latihan. Jadi tidak berlebihan

jika menulis dikatakan sebagai kemampuan yang kompleks dan menuntut

penguasaan bahasa Indonesia secara memadai.

Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2007), menulis adalah suatu

kegiatan penyampain pesan (Komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai suatu alat atau madiumnya. Menurut Dindin Ridwanuddin (2015) menulis

merupakan suatu proses kreativitas menuangkan gagasan ataupun ide yang ada di

dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan tujuan tertentu. Kegiatan menulis

juga dinilai rumit karena bukan hanya sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-

kalimat semata melainkan perlu mengembangkan ide, gagasan, dan

menuangkannya dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Terbukti bahwa tidak

semua orang memiliki keterampilan menulis.


4

Keterampilan menulis merupakan bagian penting yang harus dikuasai

siswa SD. Menulis merupakan keterampilan yang digunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung kepada pihak lain. Keterampilan menulis seseorang tidak

akan datang dengan sendirinya, tetapi harus dilakukan pembinaan dan latihan

sejak dini. Keterampilan menulis dapat dibina dan dilatih sejak usia SD, yaitu

melalui pembelajaran menulis karangan deskripsi. Keterampilan menulis

karangan deskripsi merupakan salah satu keterampilan bahasa yang cukup

penting, terutama untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara

tertulis. Pembelajaran menulis karangan deskripsi bagi peserta didik Kelas VI

UPT SPF SD Negeri Bulurokeng Makassar dapat melatih keterampilan peserta

didik untuk menuangkan gagasan kedalam bahasa tulis. Untuk meningkatkan

keterampilan menulis siswa diperlukan strategi yang sesuai agar kemampuan

menulis siswa bisa terlaksana dengan baik.

Melihat kondisi tersebut, peneliti merasa perlu adanya upaya untuk

mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang

tepat sesuai dengan tujuan keterampilan pembelajaran. Pembelajaran di luar kelas

(outing class) adalah salah satu cara yang biasa digunakan, karena dengan

keterampilan pembelajaran di luar (outing class), peserta didik akan dapat

melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami sendiri, hal itu sangat sesuai

dengan tujuan penulisan karangan deskripsi. Keterampilan menulis karangan

deskripsi merupakan salah satu keterampilan Bahasa yang cukup penting,

terutama untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara tertulis.

Pembelajaran menulis karangan deskripsi bagi peserta.


5

Pembelajaran di luar kelas (outing class) dapat dikatakan sebagai suatu

paket lengkap pembelajaran yang kaya hasil. Tidak hanya segi pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang dapat diperoleh dengan pembelajaran di luar kelas

(outing class), namun penanaman nilai-nilai karakter dan ahlak mulia dapat secara

langsung diwujudkan dan diterapkan dalam aktivitas belajar.

Selama ini sering kita jumpai metode ceramah masih dominan digunakan

para pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, juga adanya ketidak aktifan

peserta didik dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran bahasa

Indonesia. Peserta didik sekedar mengikuti pelajaran yang diajarkan guru didalam

kelas, yaitu dengan hanya mendengar ceramah dan mengerjakan soal yang

diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan peserta didik

kepada guru sebagai feedback atau umpan balik.

Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus maka akan

mengakibatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam kegiatan belajar

mengajar terhambat. Peserta didik akan beranggapan bahwa belajar bahasa

bukanlah kebutuhan, hanya saja peserta didik kurang paham yang dijelaskan oleh

guru di dalam kelas.

Pembelajaran di luar kelas (outing class) membuat kegiatan pembelajaran

lebih menyenangkan, hal ini dapat kita lihat jika peserta didik berada di luar kelas,

mereka bebas dan leluasa bergerak, dapat memandang ke segala arah, dan

membuat pikiran mereka menjadi lebih fresh dan juga lebih semangat.

Pembelajaran yang dilakukan di luar kelas membuat peserta didik tidak akan

merasa jenuh atau bosan.


6

Namun aktivitas di alam bebas membuat peserta didik lebih antusias

dalam bekerja mencari pengetahuan, apalagi ditambah dengan permainan-

permainan yang mengacu pada materi dan pengetahuan tertentu, kegiatan ini akan

semakin membuat pembelajaran terasa menyenangkan.

Keterampilan menulis karangan deskripsi merupakan salah satu

keterampilan Bahasa yang cukup penting, terutama untuk meningkatkan

keterampilan berkomunikasi secara tertulis. Pembelajaran menulis karangan

deskripsi bagi peserta peserta didik untuk menuangkan gagasan ke dalam bahasa

tulis.

Berdasarkan observasi tentang kemampuan menulis karangan deskripsi di

kelas VI, pada saat proses pembelajaran menulis karangan deskripsi. Oleh karena

itu, banyak peserta didik yang tidak memiliki gambaran jelas tentang karangan

deskripsi, sehingga keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik

tergolong masih rendah. Masalah lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan

menulis karangan deskripsi siswa adalah kurangnya kosa kata.

Melihat kondisi tersebut, peneliti merasa perlu adanya upaya untuk

mengatasi permasalahan yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang tepat sesuai

dengan tujuan keterampilan pembelajaran. Pembelajaran di luar kelas (outing

class) adalah salah satu cara yang bisa digunakan, karena dengan keterampilan

Pembelajaran di luar kelas (outing class), peserta didik akan dapat melihat,

mendengar, merasakan, dan mengalami sendiri, hal itu sangat sesuai dengan

tujuan penulisan karangan deskripsi.


7

Dengan menggunakan metode pembelajaran di luar kelas (outing class)

peserta didik tidak bosan lagi karena apa yang mereka tulis dalam bukunya

tentang keterampilan menulis karangan deskrpsi itu sudah mereka kuasai, semoga

peserta didik dapat termotivasi untuk belajar sehingga peserta didik mudah

memahami pelajaran dan mengerjakansoal dengan cara yang menyenangkan,

tanpa ada rasa bosan dan jenuh.

Dengan menggunakan strategi pembelajaran diluar kelas (outing class)

peserta didik tidak bosan lagi karena apa yang mereka tulis dalam bukunya

tentang keterampilan menulis karangan deskripsi itu sudah mereka kuasai, semoga

peserta didik dapat termotivasi untuk belajar sehingga peserta didik mudah

memahami pelajaran dan mengerjakan soal dengan cara yang menyenangkan,

tanpa ada rasa bosan dan jenuh.

Ada pun kelebihan pembelajaran diluar kelas (outing class) membuat

kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan, hal ini dapat kita lihat jika peserta

didik berada di luar kelas, mereka bebas dan leluasa bergerak, dapat memandang

ke segala arah, dan membuat pikiran mereka menjadi lebih fresh dan juga lebih

semangat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Metode Pembelajaran Outing Class dapat meningkatkan

kemampuan kosakata Pada Siswa Kelas VI UPT SPF SD Negeri Bulurokeng

Makassar?
8

2. Bagaimana Metode Pembelajaran Outing Class dapat meningkatkan

kemampuan menulis karangan deskripsi pada Siswa Kelas VI UPT SPF SD

Negeri Bulurokeng Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kosa kata menggunakan metode

pembelajaran outing class pada siswa kelas VI UPT SPF SD Negeri

Bulurokeng Makassar.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi

menggunakan metode pembelajaran outing class pada siswa kelas VI UPT

SPF SD Negeri Bulurokeng Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilaksanakan yaitu:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan ilmiah dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah

dasar, yakni memberikan sumbangan tentang pengaruh pembelajaran berbasis

outing class untuk membantu siswa dalam meningkatkan kosakata dan

kemampuan menulis karangan deskripsi.

2. Secara Praktis
9

a. Bagi guru, Bagi guru memperoleh pengetahuan lebih tentang model

pembelajaran berbasis Outing Class, sehingga kelak guru dapat

menerapkan pembelajaran berbasis Outing Class.

b. Bagi siswa, Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan inovatif

sehingga pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa dampak pada

peningkatan kemampuan pemahaman kosakata bahasa Indonesia sehingga

anak dapat terbantu mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya melalui

kegiatan pembelajaran yang menerapkan metode sesuai dengan

kemampuan, kebutuhanya, juga sesuai karakteristinya.

c. Bagi sekolah, diharapkan dapat mengkaji secara mendalam dan dapat

mengembang sehingga dapat dicapai hasil yang lebih baik, serta dapat

memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu

proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak, sehingga

dapat meningkatkan sumber daya pendidikan.

d. Bagi peneliti, Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai

pembelajaran yang berharga serta landasan dalam melaksanakan penelitian

ini selanjutnya agar lebih baik dan lebih sempurna dalam hal peningkatan

kosakata dan keterampilan menulis karangan deskripsi pada mata

pembelajaran bahasa Indonesia.

E. Lingkup Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti hanya berfokus pada penikatan kosakata dan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VI UPT SPF SD Negeri

Bulurokeng Makassar dalam mata pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam


10

penelitian ini Peneliti menerapkan strategi pembelajaran outing class pada siswa

kelas VI UPT SPF SD Negeri Bulurokeng Makassar.

II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Pada Bagian ini, peneliti memberikan penjelasan tentang kajian teori dan

kerangka pikir. Bagian ini terdiri dari; deskripsi teori, penelitian terdahulu, dan

kerangka pikir. Masing-masing poin akan dibahas seperti berikut ini:

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut Riding & Rayner (2017) “a learning strategy as a set of one or

more procedures that an individual acquires to facilitate the performance on a

learning task.” Rumusan ini menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan

kumpulan satu atau lebih prosedur yang dibutuhkan oleh siswa untuk

memfasilitasi kemampuan belajar siswa. Prosedur yang dimaksudkan adalah

tahapan yang harus dilalui agar tujuan pembelajaran tercapai.

Riding dan Rayner (2017) menekankan bahwa strategi pembelajaran

adalah kebutuhan siswa. Guru yang merancang sebuah strategi pembelajaran

semata-mata harus berdasarkan pada siswa. Siswa yang terdiri dari berbagai

macam latar belakang kemampuan harus dikombinasi kebutuhannya melalui

kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi menurut Kemp adalah


11

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya

Kemp, Dick and Carey dalam Awang (2017) juga menyebutkan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta

didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara

optimal.

Sedangkan menurut peneliti, strategi pembelajaran merupakan keahlian

untuk mengatasi masalah dengan menggunakan teori dan komponen strategi

pembelajaran sebagai teknologi pembelajaran yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Guru disini sangat diutamakan supaya mampu memiliki kompetensi atau

keahlian tersendiri dalam melaksanakan 25 tugasnya sebagai pendidik. Semua

guru mata pelajaran, baik yang diujikan secara nasional maupun sekolah, perlu

mengatur teknik dan strategi mengajar yang baik agar kegiatan belajar mengajar

(KBM) di kelas terjadi pertukaran ilmu secara maksimal dan dapat dengan mudah

diterima/ diserap siswa secara baik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

dengan cara menyampaikan konsep-konsep dasar dan memberikan umpan balik

kepada siswa diharapkan mampu mengembangkan konsep-konsep dasar yang

pernah diterimanya. Kemudian dengan cara memberi contoh-contoh dan

diteruskan dengan latihan-latihan soal yang menyangkut soal penguasaan konsep

dengan semua variasi dan jenis soal yang ada.


12

2. Pengertian Pembelajaran di Luar Kelas (Outing Class)

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku

dimanapun dan kapanpun termasuk di dalam kelas ataupun di luar kelas (outing

class), bahkan di luar sekolah ( Erwin, 2017).

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses

pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar

yang dimiliki oleh peserta didik meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar

belakang akademis, latar belakang ekonomi, dan lain sebagainya. Kesiapan guru

untuk mengenal karakteristik peserta didik dalam pembelajaran merupakan modal

utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan

pembelajaran.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru

untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya

kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya

usaha.
13

Pembelajaran di luar kelas (Outing class) adalah sebuah proses

pembelajaran yang dilakukan di luar kelas ataupun di luar sekolah, pembelajaran

di luar kelas (outing class) sendiri bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar

kepada peserta didik dan untuk memperluas pengetahuan. Proses pembelajaran

memang sangat efektif untuk menumbuhkan semangat belajar kepada peserta

didik

karena psoses pembelajaran yang santai dan tidak terlalu kaku yang membuat

peserta didik betah dengan konsep pembelajaran yang seperti itu. Misalnya,

bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian, nelayan,

berkemah, dan kegiatan yang bersifat petualangan, serta pengembangan aspek

pengetahuan yang relevan (Widiasworo, 2017).

Mengajar di luar kelas juga dapat dipahami sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi

pembelajaran terhadap berbagai permainan, sebagai media transformasi konsep-

konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Dengan demikian, mengajar di

luar kelas kita pahami sebagai suatu kegiatan atau aktivitas belajar mengajar

berlangsung di luar kelas atau alam terbuka. Orang menyebut dengan outing class,

yaitu suatu kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan

sumber belajar.

Suherdiyanto (2013) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa pembelajaran

di luar kelas (outing class) merupakan satu jalan bagaimana kita meningkatkan

kapasitas belajar anak. Anak dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-

objek yang dihadapi daripada jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak
14

keterbatasan. Lebih lanjut, belajar di luar kelas dapat menolong anak untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas

lebih menantang dari peserta didik dan menjembatani antar teori di dalam buku

dan kenyaman yang ada di lapangan. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang

nyata akan memberikan peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek

yang dipelajari dapat membangun keterampilan sosial dan personal yang lebih

baik.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar di luar

kelas, para peserta didik bisa beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta

dengan kehidupan masyarakat. Metode pembelajaran di luar kelas yang

melibatkan peserta didik akan menunjukkan ketekunan, semangat, antusiasme,

serta penuh partisipasi antar sesama peserta didik dan guru. Pola interaksi dengan

peserta didik dalam kegiata pembelajaran menurut keterampilan guru dalam

mengelola kegiatan tersebut. Penerapan pembelajaran di luar kelas (outing class)

dalam pembelajaran yaitu dengan cara peserta didik melakukan kegiatan belajar di

luar kelas atau dilingkungan sekolah, alam sekitar atau pun masyarakat. Dalam

proses pembelajaran di luar kelas, karena sikap dan perilaku dalam kegiatan

belajar mengajar di luar kelas sangat menentukan keberhasilan para peserta didik

belajar. Secara garis besar, Ketika seorang mengajar para peserta didik di luar

kelas, ia tidak hanya sebagai seorang guru, melainkan sebagai fasilitator, teman

pelatih, dan motivator (Widiasworo, 2017).

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dengan ini kita bisa menyimpulkan

bahwa pembelajaran di luar kelas (outing class) bukan sebatas hanya mengajak
15

peserta didik belajar di alam terbuka, namun cara penyampaian pembelajaran ini

juga mengajak peserta didik dari suasana yang menjenuhkan terkaitnya dengan

situasi pembelajaran yang ada dengan memaksimalkan seluruh indra yang dimiliki

peserta didik dan diharapkan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan

mereka akan lebih kekal dibandingkan dengan ketika mereka belajar di dalam

kelas.

3. Tujuan Pembelajaran di Luar Kelas (Outing Class)

Tujuan pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah suatu

pembelajaran yang dilakukan peserta didik di luar kelas yang bertujuan

membekali keterampilan peserta didik dan mengembangkan kemampuan yang

dimiliki. Adapun tujuan pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah sebagai

berikut (Widiasworo, 2017):

a. Kegiatan mengajar peserta didik untuk melakukan kegiatan di luar

kelas, misalnya: merawat tanaman di halaman sekolah, mengamati

benda – benda yang ada di sekitar sekolah, bercerita di sekitar sekolah.

b. Mengajar peserta didik jalan–jalan dan memberikan tugas pada peserta

didik untuk mengamati apa yang dilihatnya.

c. Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar

menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan jiwa, raga,

dan spirit yang sempurna.


16

d. Memberikan konteks dalam proses pengenalan kehidupan sosial dalam

tata praktik (kenyataan di lapangan).

e. Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik dalam hal

pembelajaran.

f. Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai

alam dan lingkungan.

g. Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat

pembelajaran lebih kreatif. Misalnya, seorang guru dapat

menyampaikan mengenai konsep tumbuhan, seorang guru bisa

menjelaskan mengenai tumbuhan di taman yang berada di lapangan

sekolah.

h. Memberikan kesempatan yang unik kepada para peserta didik untuk

perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.

Misalnya, jika di dalam kelas peserta didik selalu ribut, maka di luar

kelas diharapkan keributan itu tidak terjadi.

i. Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu

mengembangkan hubungan guru dan peserta didik.

j. Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar dari

pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah di

berbagai area.

k. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan

komunikasi sekitar untuk pendidikan.


17

l. Agar peserta didik bisa memahami secara optimal mata pelajaran yang

di sampaikan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran di luar kelas (outing class)

adalah untuk menambah wawasan peserta didik agar peserta didik mampu

mengeluarkan ide-ide kreatifnya mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas

yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif. Misalnya, seorang guru dapat

menyampaikan mengenai konsep tumbuhan, seorang guru bisa menjelaskan

mengenai tumbuhan di taman yang berada di lapangan sekolah.

4. Langkah-Langkah Persiapan Pembelajaran di Luar Kelas (Outing

Class)

Adapun langkah-langkah persiapan pembelajaran di luar kelas (outing class)

adalah sebagai berikut:

a. Tahapan Persiapan

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai

berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran di luar kelas ini yang perlu diperhatikan

oleh guru, yaitu tujuan akademik yang dirumuskan sesuai dengan taraf

perkembangan peserta didik dan hasil analisis tugas.

2. Guru menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan sekolah

dan akan digunakan sebagai objek materi pembelajaran yang akan

disampaikan, dengan tempat di sekitar sekolah.


18

3. Guru mengajak peserta didik di luar kelas.

4. Baik guru maupun peserta didik harus dalam keadaan nyaman, rileks, dan

tidak merasa paksa.

b. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan ini terdapat beberapa hal yang akan dilakukan

oleh

guru yaitu sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tentang materi pelajaran di dalam kelas.

2. Setelah menjelaskan materi, guru menginstruksikan kepada peserta didik

waktu keluar kelas sesuai dengan setting (tempat) yang telah ditentukan.

3. Peserta didik berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di luar kelas.

4. Guru berhadapan dengan peserta didik berjarak kira-kira 1 meter,

melaksanakan percakapan antara guru dengan peserta didik.

5. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru di luar kelas. Guru

memberikan kepada peserta didik untuk bertanya.

Berdasarkan kesimpulan di atas tentang langkah-langkah, guru sebaiknya

memperhatikan langkah-langkah tesebut agar pelaksanaan pembelajaran di luar

kelas (outing class) dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran

tercapai.

c. Tahap Evaluasi

1. Tahap evaluasi merupakan kesempatan yang diberikan guru kepada peserta

didik untuk memperlihatkan kemajuannya.

2. Guru melakukan penilaian terhadap karya yang dibuatnya.


19

5. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran ddi luar kelas (Outing Class).

1) Kekurangan Pembelajaran di Luar Kelas (Outing Class)

Pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah guru mengondisikan peserta

didik di luar kelas yang tentunya jauh lebih sulit dibandingkan dengan di dalam

kelas. Dan hal ini memerlukan keterampilan serta usaha ekstra guru untuk dapat

mengarahkan peserta didik sebaik mungkin agar pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Adapun kekurangan pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah

sebagai berikut:

a) Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan

pada waktu peserta didik dibawa ke tujuan tidak melakukan kegiatan

belajar yang diharapkan sehingga ada kesan main-main.

b) Kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama,

sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.

c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di

dalam kelas (Husama, 2013).

Adapun kesimpulan di atas tentang pembelajaran di luar kelas (outing class)

merupakan solusi yang dapat guru pilih dalam menyajikan pelajaran.

pembelajaran di luar kelas (outing class) sangat cocok digunakan untuk

meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi peserta didik, karena

dalam metode pembelajaran di luar kelas (outing class) peserta didik langsung

terlibat pada setiap kegiatan. Peserta didik juga dituntut dalam setiap proses

pembelajaran. Sehingga daya nalar peserta didik pun turut berkembang dan ini
20

tentunya memudahkan guru dalam merangsang keterampilan menulis karangan

deskripsi.

2) Kelebihan Pembelajaran di Luar Kelas (Outing Class)

Melihat betapa banyaknya keuntungan menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar maka dapat dikatakan pula bahwa belajar di luar ruangan pun

memiliki banyak kelebihan, pembelajaran di luar kelas (outing class) jelas banyak

memiliki kelebihan dibandingkan pembelajaran secara konvesional yang selalu

berlangsung didalam kelas, dari segi peserta didik, pembelajaran di luar kelas

(outing class) akan membuat peserta didik lebih tertarik mengikuti kegiatan

pembelajaran, sedangkan dari segi guru, dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengembangkan kreativitas dalam merancang pembelajaran. Pembelajaran di luar

kelas (outing class) mampu menghilangkan kejenuhan, baik peserta didik maupun

guru, dari rutinitas belajar yang selalu berlangsung di dalam ruang kelas.

Adapun kelebihan pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah sebagai

berikut:

a) Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.

b) Peserta didik lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

c) Daya pikir peserta didik lebih berkembang.

d) Pembelajaran lebih menginspirasi peserta didik.

e) Pembelajaran lebih menyenangkan.

f) Lebih mengembangkan kreativitas guru dan peserta didik.

g) Melatih peserta didik untuk dapat bersosialisasi secara langsung dengan

masyarakat.
21

h) Kegiatan belajar lebih komunikatif.

i) Lebih menyeimbangkan antara pencapaian pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

j) Pembelajaran lebih dapat mengembangkan nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia (Husama, 2013).

Dari kelebihan pembelajaran di luar kelas (outing class) di atas adalah

pembelajaran di luar kelas lebih menantang bagi peserta didik dan menjembatangi

antara teori didalam buku dan kenyataaan yang ada di lapangan. Kualitas

pembelajaran. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang nyata akan memberikan

peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek yang dipelajari serta dapat

membangun keterampilan sosial dan personal yang lebih baik.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di luar kelas

(outing class) memiliki kelebihan yaitu peserta didik memperoleh pengalaman

langsung dengan cara mengamati, mendengarkan, mencoba, bertanya, dan

membuktikan secara nyata sehingga peserta didik meperoleh pengalaman yang

lebih komprehensif dan terpandu. Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh

merupakan pengalaman baru sebelumnya tidak pernah diperoleh ketika

melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan kekurangan metode

pembelajaran di luar kelas (outing class) adalah tempat yang dituju jauh akan

memerlukan persiapan lebih matang, kesulitan transportasi, membutuhkan biaya

lebih banyak, dan memerlukan pengawasan ekstra. Pembelajaran di luar kelas

(outing class) yang diterapkan dalam menggunakan lingkungan sekitar sekolah


22

agar dapat meminimalisir segenap kekurangan yang muncul dengan penerapan di

luar kelas (outing class), tetapi dapat memperoleh hasil maksimal.

6. Pembelajaran di Luar Kelas (Outing Class)

Dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan lingkungan atau

alam terbuka sebagai “ruang kelas baru” bagi peserta didik, maka dengan ini guru

dalam menggunakan pendukung antara lain:

a. Penugasan

Penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dari seorang guru dengan

memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Mengajar di luar kelas, guru memberikan tugas kepada peserta didiknya yang

harus dilaksanakan di luar kelas. Artinya, tugas itu bukanlah pekerjaan luang yang

masing-masing dapat dikerjakan di rumah, melainkan dikerjakan saat itu juga, dan

dilaksanakan di luar kelas, serta dinilai dan disimpulkan.

b. Tanya Jawab

Selanjutnya yaitu metode tanya jawab. Metode ini adalah cara

menyampaikan pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didiknya

dengan menentukan jawaban melalui proses tanya jawab. Tanya ini sifatnya tidak

hanya satu arah, namun dua arah. Artinya, pertanyaan itu tidak hanya diberikan

guru kepada peserta didiknya, namun peserta didik juga bisa memberikan

pertanyaan kepada guru.

Jika metode ini digunakan dalam pembelajaran di luar kelas, bisa saja guru

hanya bertanya kepada peserta didik tanpa meminta mereka membaca atau
23

menulis. Namun, ketika mereka menjawab perntayaan tersebut, guru menjelaskan

lebih jauh mengenai pertanyaan jawaban peserta didik, sehingga mereka semakin

paham mengenai pelajaran yangdisampikan oleh gurunya.

Penjelasan di atas tentang metode tanya jawab adalah cara penyajian

pelajaran dalam proses belajar mengajar melalu interaksi dua arah dari guru ke

pesera didik atau dari peserta didik ke guru agar diperoleh jawaban kepastian

materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

c. Bermain

Berangkat dari pemahaman penulis mengenai metode pembelajara ini, penulis

menyadari bahwa bermain di sini bukanlah bermain dalam artian sebenarnya,

dalam kaitannya dengan metode pembelajaran di luar kelas (outing class) seorang

guru mengajar bermain peserta didik mereka tanpa mereka sadar bahwa

bermainnya mereka adalah belajar. Bermain memang memerlukan tempat yang

sedikit luas, sehingga seorang guru perlu mengajak peserta didik keluar kelas

dengan tujuan dengan tersedia ruangan yang memadai bagi “bermainnya” mereka.

Adapun penjelasan di atas tentang metode bermain sangatlah banyak

manfaatnya, karena masa anak – anak merupakan masa bermain, seorang yang

guru yang tahu kalau dunia anak adalah dunia bermain, maka guru yang

profesional akan memasukan pembelajaran sedikit demi sedikit melalui bermain,

sesuai dengan konsep ketika belajar sambil bermain.

d. Observasi

Seperti yang penulis ketahui mengenai metode observasi, dimana dalam

metode observasi pembelajaran di luar kelas (outing class) metode ini adalah
24

dengan jalan melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang sedang menjadi

pembelajaran yang diadakan. Contoh dari pembelajaran di luar kelas ini adalah

dengan mengajak peserta didik pergi di luar kelas untuk mengamati alam disekitar

sekolahnya.

Berdasarkan kesimpulan di atas tentang pembelajaran di luar kelas

merupakan atau tehnik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru

pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individu maupun secara

kelompok. Metode adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui

penuturan dan penerapan lisa oleh guru kepada peserta didik.

7. Lokasi-Lokasi yang Bisa digunakan untuk Pembelajaran di Kelas

(Outing Class)

Dalam pembelajaran di luar kelas (outing class), seorang guru dapat memilih

lokasi- lokasi yang akan dijadikan sebagai “ruang kelasbaru” bagi peserta didik

mereka, antara lain, yaitu:

1) Lingkungan di Luar Kelas (Outing Class)

Lingkungan sekolah yang bisa dijadikan lokasi pembelajaran outing class,

yaitu adalah:

a) Halaman sekolah.

b) Taman bunga sekolah.

c) Pohon-pohon yang ada di halaman sekolah (termasuk lokasi di bawah

pohon).

d) Halaman belakang sekolah.


25

e) Lapangan sekolah.

2) Lingkungan di luar sekolah

Pembelajaran di luar sekolah, sangat beragam lokasi yang bisa mendukung

penerapan pembelajara ini, antara lain:

a) Kebun binatang

b) Museum

c) Rumah ibadah

d) Objek wisata, dan lain-lain.

Berdasarkan kesimpulan tentang pembelajaran di luar lingkungan sekolah

akan menambah pengetahua dan kecintaan peserta didik terhadap alam sekitar,

mengurangi kejenuhan dalam belajara sehingga mudah menerima informasi,

menambah keperdulianya tentang alam sekitar sekolahnya, meningkatkan

kemampuan dalam bercerita, merangsang kreativitas , menambah pengetahuan

guru dalam merencanakan pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar.

Khusus untuk lokasi yang berada di luar sekolah, dalam memilih lokasi harus

mempertimbangkan kriteria-kriteria berikut, antara lain:

1) Sesuai dengan kurikulum yang berlaku

Lokasi yang dipilih harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pemilihan

lokasi jangan hanya berdasarkan sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diluar.

2) Mudah dijangkau

Keberadaan lokasi belajar di luar lingkungan sekolah harus dipastikan bahwa

dapat dijangkau dengan mudah oleh para peserta didik dan tidak membahayakan

mereka.
26

3) Tidak memerlukan biaya mahal

Dalam pemilihan lokasi hendaknya jangan sampai menyulitkan para peserta

didik khususnya dalam kemampuan pembiayaan mereka. Jangan sampai belajar

mereka harus dengan menyulitkan mereka dengan mengeluarkan biaya banyak

yang pada akhirnya biaya ini akan menghalangi kegiatan tersebut.

4) Memiliki untuk digunakan pada berbagai materi

Salah satu kriteria pemilihan lokasi pembelajaran di luar kelas, lingkungan

sekolah bahwa lokasi tersebut bisa digunakan untuk berbagai materi yang

berbeda-beda, sehingga bisa dikatakan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi yang

multi fungsi.

5) Tidak asing bagi guru

Lokasi yang dipilih oleh guru merupakan lokasi yang tidak asing lagi bagi

guru, walaupun pada kenyataannya lokasi ini adalah lokasi yang asing bagi para

peserta didik. Hal ini dengan pertimbangan bahwa nantinya guru akan mudah

dalam mendesain pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan kesimpulan tentang lokasi di atas guru harus memiliki lokasi

yang mudah di jangkau oleh peserta didik supaya peserta didik tidak

mengeluarkan banyak biaya.

8. Hakikat Kosakata Bahasa Indonesia

1) Pengertian Kosakata

Kosakata merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan

dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa Indonesia baik dalam lisan maupun tulisan. Dalam Kamus Besar Bahasa
27

Indonesia (2005: 597) definisi kosakata adalah pembendaharaan kata. Adapun

menurut Soedjito (Labib, 2016: 13) kosakata adalah:

a) Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

b) Kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara atau penulis.

c) Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.

d) Daftar kata yang disusun seperti kamus yang disertai penjelasan secara

singkat dan praktis.

Dari beberapa pengertian tentang kosakata di atas, dapat disimpulkan bahwa

kosakata adalah kata-kata yang dipahami baik maknanya maupun cara

pengguanaannya oleh seseorang.

2) Kosakata Bahasa Indonesia

Setiap bahasa di dunia memiliki kosakata sebagai perbendaharaan untuk

mengembangkan bahasanya dalam bentuk yang lebih kompleks sehingga

membentuk serangkaian bunyi yang memiliki arti dan dapat dipahami. Bahasa

Indonesia, seperti bahasa dunia lainnya juga memiliki kosakata dalam

perbendaharaannya. Secara umum, kosakata bahasa Indonesia ini dibagi dalam

kelas-kelas kata seperti kelas kata kerja (verba), kelas kata sifat (adjektiva), dan

kelas kata benda (nomina). Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau

perbuatan (Chaer,1994:166). Contohnya, makan, minum, menari, dan lainnya.

Adjektiva yaitu kata yang menerangkan nomina dan secara umum dapat 27

bergabung dengan kata lebih dan sangat (KBBI, 2007:8). Misalnya, lebih cantik,

sangat tinggi, lebih baik, dan sangat pintar.


28

Chaer juga menjelaskan bahwa nomina adalah kelas kata benda atau yang

dibendakan (1994:166), seperti ayah, ibu, ikan, pohon, dan lainnya. Kata benda

(nomina) ini terdiri atas dua bagian, yaitu kata benda abstrak dan kata benda

konkret. Kata benda abstrak adalah yang secara fisik tidak berwujud

(Kridalaksana, 2008:1), sedangkan kata benda konkret adalah mempunyai ciri-ciri

fisik yang nampak (tentang nomina), (Kridalaksana, 2008: 132).

9. Pengertian Menulis Karangan Deskripsi

Keterampilan menulis karangan deskripsi merupakan salah satu keterampilan

bahasa yang cukup penting, terutama untuk meningkatkan keterampilan

berkomunikasi secara tertulis. Pembelajaran menulis karangan deskripsi bagi

peserta didik dapat melatih keterampilan peserta didik untuk menuangkan gagasan

ke dalam bahasa tulis.

Keterampilan menulis karangan deskripsi adalah keterampilan menulis

peserta didik dalam menggunakan bentuk karangan yang berisi penggambaran

terhadap suatu objek tertentu yang berhasil ditangkap melalui panca indra

penglihatan.

10. Tujuan Menulis Karangan Deskripsi

Tulis pada dasarnyaada sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan

agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi

salah satu sarana komunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau

khayalan masa yang luas. Tujuan menulis karangan deskripsi adalah:

1) Menginformasikan segala sesuatu


29

2) Membujuk

3) Mendidik

4) Menghibur

Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa tujuan menulis adalah memberikan

informasi kepada pembaca, mengekspresikan diri, menghibur pembaca dan

mendorong seseorang untuk mengekspresikan dirinya ke dalam tulisan.

11. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Ciri-ciri karangan deskripsi adalah:

1) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.

2) Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk

imajinasi pembaca.

3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang

menggugah.

4) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar,

dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam,

warna, dan manusia.

12. Macam-macam Karangan Deskripsi

Macam-macam karangan deskripsi adalah:

1) Deskripsi orang

Adalah menulis karangan deskripsi orang tentukan hal-hal yang menarik dari

orang yang akan deskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi tentang orang itu
30

dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca seolah-olah

mengenalinya sendiri.

2) Deskripsi tempat

Tempat memegang perang penting dalam setiap peristiwa, tidak ada peristiwa

yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisa akan selalu mempunyai

latar belakang tempat jalanya sebuah peristiwa akan lebih menarik jika dikaitkan

dengan tempat terjadinya peristiwa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis

karang deskripsi merupakan karangan yang berupa fiksi maupun nonfiksi yang

bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca berupa ciri-ciri, sifat, sehingga

pembaca dapat merasakan, melihat apa yang ditulis oleh penulis. Karangan

deskripsi cukup sulit dan memerlukan latihan, strategi pembelajaran inovatif,

media pembelajaran yang menarik dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan

dengan kemasan semenarik mungkin.

13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Karangan

Deskripsi

Aditya Perdana mengungkapkan ada dua faktor yang mempengaruhi

keterampilan menulis karangan deskripsi yaitu faktor eksternal dan internal.

Kedua faktor tersebut, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Faktor eksternal
31

a) Sarana dan alat yang tersedia.

b) Lingkungan sosial penulis, seperti keteladanan guru, orang tua dan teman

sebaya.

2) Faktor internal

a) Minat, dalam menulis karangan seorang penulis harus mempunyai minat

yang kuat supaya menghasilkan tulisan yang baik.

b) Motivasi, sebagai usaha yang dapat menimbulkan dorongan kepada

individu untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.

c) Intelegensi, kompetensi atau yang lebih erat kaitannya dengan skema.

Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan.

d) Deskripsi gagasan-gagasan tokoh.

Hal ini menggambarkan tentang perasaan dan unsur fisik mempunyai

hubunganyan gerat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak

tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

keterampilan menulis karangan deskripsi ada dua yaitu factor eksternal dan faktor

internal.

B. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Harmin

(2021) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Di Luar Kelas

Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Peserta Didik Kelas Iii Mis

Ncera Kecamatan Belo Kabupaten Bima”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outing class)


32

terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik kelas V MIS

Ncera Kecamatan Belo kabupaten bima. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh metode pembelajaran di luar kelas (outing class) terhadap keterampilan

menulis karangan deskripsi peserta didik diajar dengan menggunakan di luar kelas

(outing class) dan pengaruh pembelajaran di luar kelas (outing class) terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik kelas V MIS Ncera

Kecamatan Belo kabupaten bima. Penelitian pre-eksperimen ini menggunakan

desain penelitan one group pretest-posttest design. Populasi dalam

penelitianadalah seluruh peserta didik. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Adapun instrumen

yang digunakan pada penelitian ini adalah tes keterampilan menulis karangan

deskripsi dan lembar observasi. Kemudian teknik analisis data yang diguanakan

pada penelitian ini yaitu statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan

terdapat pengaruh keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik setelah

diajar dengan menggunakan pembelajaran di luar kelas (outing class).

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan statistik deskripstif

diperoleh nilai rata-rata peserta didik sebelum diajar dengan pembelajaran di luar

kelas (outing class) yaitu sebesar 52,41 dan nilai rata-rata setelah diajar dengan

pembelajaran luar kelas (outing class) sebesar 83,43. Adapun hasil analisis

statistik < 𝛼 = 0,05 (0,037 < 0,05) dalam artian H0 ditolak dan H1 diterima,

dengan tingkat kepercayaan 95% dikatakan bahwa rata-rata nilai hasil

keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik sebelum diajar

menggunakan metode pembelajaran di luar kelas (outing class) tidak sama dengan
33

nilai rata-rata hasil keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik setelah

diajar mengguanakan pembelajaran di luar kelas (outing class).

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Ayu Lestari (2023)

yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Outing Class Pada Merdeka Belajar Untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas V SD Inpres Tamalatea Kabupaten Gowa”. Penelitian ini

merupakan penelitian terkait pengaruh pembelajaran outing class pada merdeka

belajar untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa mata

pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Tamalatea Kabupaten Gowa.

Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan hasil belajar peserta didik serta

mengetahui pengaruh metode pembelajaran di luar kelas (outing class) terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik kelas V SD Inpres

Tamalatea. Penelitian ini menggunakan desain penelitan one group pretest-

posttest desing dengan populasi seluruh peserta didik kelas V SD Inpres

Tamalatea dimana teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

sampling jenuh. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah tes

keterampilan menulis karangan deskripsi serta lembar observasi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial

menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diterapkan

pembelajaran di luar kelas 12 peserta didik memiliki keterampilan menulis

karangan deskripsi yang rendah dengan nilai yang masih berada di bawah KKM

dengan kualifikasi katagori kurang. Setelah diberikan treatment, keterampilan dan

nilai peserta didik meningkat hingga berada di atas nilai KKM dengan Kualifikasi
34

Katagori Sangat Baik. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar

2,201 sehingga jika dibandingkan dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 30,08 maka

hipotesis nol (𝐻0) ditolak. Artinya metode pembelajaran di luar kelas (outing

class) berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi

peserta didik pada taraf signifikasi 5%.

Penelitian lainnya juga dilakukan Penelitian Amirullah (2023) yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis Outing Class terhadap

Pembendaharaan Kosa Kata Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V di SD Negeri

9 Sumanga”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh pembelajaran kontekstual berbasis outing class terhadap

pembendaharaan kosa kata bahasa Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian

Pre-eksperimental Design (Nondesigns). Desain penelitian yang digunakan

adalah “One-Group Pretest-Posttest Design”. Desain ini melakukan dua kali

pengukuran terhadap pemahaman kosakata. Sampel pada penelitian ini ialah siswa

kelas V SD Negeri 9 Sumanga yang berjumlah 24 orang. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar wawancara, dan

lembar tes hasil belajar. Teknik pengumpalan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Adapun teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah statistik deskriptif dan

statistik inferensial. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan uji normalitas yang

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi

terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dengan


35

menggunakan program SPSS versi 25 diperoleh nilai pretest dengan nilai terendah

dan tertinggi yaitu 45 dan 75. Nilai rata-rata yaitu 61.46 dengan kategori sedang.

Kemudian, setelah diberikan treatment maka diperoleh nilai posttest dengan nilai

terendah yaitu 70 dan nilai tertinggi 95. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

posttest lebih tinggi dan kategori meningkat dibanding pretest. Dengan kata lain

hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V lebih baik setelah diadakannya

treatment dibandingkan sebelum diadakan treatment..

C. Kerangka Pikir

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, nampak beberapa atau sebagian

besar siswa merasa jenuh dengan posisi belajar yang monoton disertai gaya

penyampaian yang monoton pula. Selama pembelajaran, guru belum

memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum

mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran.

Beberapa siswa belum sampai pada tingkat pemahaman. Padahal, materi Bahasa

Indonesia merupakan bahasa nasional yang di gunakan sehari-hari, dimana kata-

katanya juga berkaitan dengan dunia mereka. Oleh karena itu, perlu adanya upaya

guru mengadakan inovasi pembelajaran. Mengganti posisi belajar serta

menerapkan pembelajaran yang lebih bermakna merupakan upaya yang tepat

dalam mengatasi kesulitan memahami kosa kata bahasa indonesia. Dengan

demikian, minat belajar akan meningkat. Ketika minat belajar meningkat maka

semangat belajar meningkat. Sehingga akan mempengaruhi pemahaman daya

ingat mereka.
36

Pembelajaran berbasis Outing Class dapat menjawab permasalahan di atas.

Pembelajaran yang di lakukan di luar kelas memberikan suasana baru bagi siswa

dengan mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari dan membantu siswa

memahami setiap kata yang berkaitan dengan kehidupan mereka serta dapat

membantu mereka mengingat dalam jangka panja.

Berdasarkan uraian diatas kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:.

PROSES BELAJAR MENGAJAR

PEMBELAJARAN BERBASIS OUTING CLASS

KEMAMPUAN MENULIS
KOSAKATA
KARANGAN DESKRIPSI

Gambar 3 Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian pustaka,

maupun kerangka pikir, dalam penelitian ini digunakan hipotesis yaitu, ada

peningkatan kosakata dan menulis karangan deskripsi melalui metode

pembelajaran outing class pada siswa kelas VI UPT SPF SD Negeri Bulurokeng

Makassar.
37

III. METODE PENELITIAN

Pada Bagian ini, peneliti memberikan penjelasan tentang metode

penelitian. Bagian ini terdiri dari; jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

populasi dan sample, variabel penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Masing-masing poin akan

dibahas secara representatif seperti berikut ini:

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian Kuantitaif

dengan Metode eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (sugiyono, 2017). Penelitian

eksperimen didalamnya terdapat kelompok yang mendapat perlakuan treatment

yang disebut kelompok eksperimen atau kelas eksperimen. Selain itu juga ada

kelompok kontrol atau kelas kontrol, yaitu kelompok yang tidak mendapat

perlakuan. Quasi experiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mungkin

berpengaruh terhadap penelitian.

Tabel 3.1 Design Penelitian Quasi experiment

Pretest Perlakuan Posttest


O₁ X O₂
O3 O4

Keterangan:
A = Kelas eksperimen
B = Kelas kontrol
X = Perlakuan berupa Outing Class
O1 = Pretest
O2 = Posttest
38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan UPT SPF SDN Bulurokeng. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2023 semester Genap tahun akademik

2023/2024.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan sumber data adalah

seluruh siswa VI UPT SPF SDN Bulurokeng. Dengan demikian, total populasi

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.2 Keadaan Populasi Penelitian

No Kelas Sampel

1 Kelas VI A 61

2 Kelas VI B 60

121

Sumber: Sekolahkita

2. Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Dari kalimat tersebut

memiliki dua arti, yang pertama semua populasi dapat dilibatkan sebagai unit

sampel. Kedua sampel sebagai penduga populasi, sehingga diambil sebagian kecil

atau disebut dengan miniatur populasi.

Sampel yang digunakan pada penelitian adalah kelas VI B Dimana peneliti

membagi kelas tersebut menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
39

kontrol, dipilih dengan teknik purposive sampling yang artinya sampel dipilih

peneliti tidak secara acak dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut memiliki

kemampuan yang sama. Adapun nilai siswa yang dijadikan sebagai sampel dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Kelas Sampel

1 Kelas Eksperimen 30

2 Kelas Kontrol 30

60

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran outing class.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kosa kata dan Kemampuan

menulis karangan deskripsi.


40

E. Instrumen Penelitian

1. Tes

Tes adalah teknik atau cara yang digunakan sebagai alat pengukuran yang

disusun dengan terstruktur. Tes adalah kumpulan soal yang berfungsi untuk

mengukur seberapa jauh kecakapan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Penelitian

yang dilakukan di UPT SPF SDN Bulurokeng menggunakan tes dengan bentuk

menulis karangan deskripsi. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat

sebelum dan setelah diberikannya perlakuan (pretest dan posttest).

2. Dokumentasi

Dokumentasi meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

daftar kehadiran siswa, modul dan foto kegiatan pembelajaran dikelas.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis

yaitu data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).

1. Data Primer (primary data)

Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya.

2. Data Sekunder (secondary data)

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik

berupa keterangan maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian yang

bersifat melengkapi atau mendukung data primer.


41

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

adalah tes. Adapun langkah-langkah (prosedur) pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

a. Peneliti memberikan tes (Pretest). Peneliti memberikan tindakan

berupa penerapan Pembelajaran Berbasis Outing Class.

b. Peneliti memberikan tes (Posttest).

c. Peneliti melakukan kegiatan analisis data dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif danteknik analisis inferensial.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang

digunakan dari masing-masing variabel telah terdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22 dengan metode

Kolmogorov Smirnov. Menurut (sugiyono, 2017), apabila p> 0,05, maka data

terdistribusi normal dan sebaliknya jika p<0,05, maka data tidak terdistribusi normal.

Uji normalitas dilakukan pada data pretest dan posttest siswa.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan

dalam penelitian berasal dari variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22.0. uji homogenitas ditentukan oleh

taraf signifikansi (sig.), jika nilai (sig.)>0,05, maka data dinyatakan homogen, dan
42

bila nilai (sig.) <0,05 maka data dinyatakan tidak homogen. Uji homogenitas

dilakukan pada data pretest dan posttest siswa.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode Paired t-Test.

Analisis ini merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan dua variabel

dalam satu grup dan juga digunakan untuk melakukan pengujian pada satu sampel

yang mendapatkan treatment kemudian akan dibandingkan rata – rata sampel

tersebut. Peneliti menggunakan metode Paired t-Test untuk menguji ada tidaknya

pengaruh pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Data yang dianalisis

menggunakan Paired sample t-test berasal dari data yang mempunyai distribusi

normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan Paired sample t-test

menggunakan bantuan program SPSS dengan kriteria uji pengambilan keputusan uji

t:

a) Jika t hitung < t tabel maka Ha diterima

b) Jika t hitung > t tabel maka Ha ditolak


43

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum


2013. Refika Aditama.

Anita. 2007. Model pembelajaran thingking Aloud pair Problem solving


(TAPPS). Tesis Magister PPS UPI.

Boss, Suzie.,& Krauss, Jane. 2007. Reinventing Project Based Learning: Your
Field Guide To Real World Projects In The Digital Age. International
Society for Technology In Education.

Brahim, K. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.


Jurnal Pendidikan penabur.

Diffily Deborah & Sassman Charlotte. 2004. Project-Based Learning with Young
Children. Texas: Southern Methodist University.

Dimyanti & Mudjiono. 2013 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta

Djaali & Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta


Grasindo

Fauziah, C., Taufiqulloh, T., & Sudibyo, H. 2020. Implementasi Model Project
Based Learning Pada Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis E-Learning
Selama Pandemi Covid-19. PSEJ (Pancasakti Science Education Journal),
5(2), 38-48.

Febriana, Rina. 2017. The Effectiveness of Project Based Learning on Sudent


Social Attitude and Learning Outcomes. Jurnal Pendidikan dan Teknologi.
Volume 23, Nomor 24.

Fitriyani, A., & Erlin, E. 2020. Implementasi Model Pjbl-Stem untuk


Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.

Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran.


Bandung. Humaniora.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai


Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.
44

Intan, R. R. 2022. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)


Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IV Di Sd Negeri 1 Sidomulyo
(Doctoral Dissertation, Uin Raden Intan Lampung).

Jusita, M. L. 2019. Implementasi model pembelajaran berbasis proyek (project-


based learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jurnal
Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, 4(2), 90-95.

Kemendikbud. 2014. Model Pembelajaran Project Based Learning. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lestari, A. (2023). Pengaruh Pembelajaran Outing Class Pada Merdeka Belajar


Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Sd Inpres Tamalatea Kabupaten
Gowa. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 9(5), 571-582.

Liikkanen, Karri Jaakko. 2013. Ideal Observer Theory. University of Helsinki

Mabruroh, M. 2019. Pengaruh model pembelajaran project based learning pada


mata pelajaran IPA terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VI SD
Negeri Margorejo .Surabaya. Child Education Journal, 1(1), 28-35.

Majid, Abdul. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, Eko. 2015. Penerapan Model Project Based Learning untuk


Meningkatkan Kinerja dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal
Pendidikan dan Teknologi. Vol 22, Nomor 4.

Murniarti, Erni. 2014. Penerapan Metode Project Based Learning dalam


Pembelajaran. Universitas Kristen Indonesia.

Musbikin. 2010. Guru yang menakjubkan. Yogyakarta: Buku Biru.

Nurohman, Sabar. 2013. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya


Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Purwanto. 2010. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Rahim, R., & Alam, A. S. (2023). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasis


Outing Class terhadap Pembendaharaan Kosa Kata Bahasa Indonesia pada
Siswa Kelas V di SD Negeri 9 Sumanga. EDULEC: Education, Language,
And Culture Journal, 3(2), 145-160.
45

Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja.


Grafindo Persada

Setyawati, I. A. (2022). Penggunaan Model Project Based Learning Untuk


Meningkatkan Ketrampilan Menulis Teks Fabel Atau Legenda. Language:
Jurnal Inovasi Pendidikan Bahasa dan Sastra, 2(1), 12-19.

Slameto. 2010. “Belajar Dan Faktor- Faktor Yang. Mempengaruhinya”. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: P.T Bumi Aksara.

Sulistiyarini Dewi, Sukardi. 2016. The Influence of Motivation, Learning Styles,


Teacher Leadership, and Teaching Intensity on Students Learning
Outcomes. Jurnal Pendidikan dan Teknologi. Volume 23, Nomor 2.

Susanto, Ahmad. 2013. Hasil Belajar Menyangkut Beberapa Aspek. Jurnal


Pendidikan Matematika.

Samsiyah, N., & SD, S. P. (2016). Pembelajaran Bahasa Indonesia: Di Sekolah


Dasar Kelas Tinggi. CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Tipani, A., Toto, T., & Yulisma, L. 2019. Implementasi model PjBL berbasis
STEM untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
analitis siswa. Bio Educatio, 4(2), 379081.

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Wahyu, R. 2016. Implementasi model project-based learning (pjbl) ditinjau dari


penerapan kurikulum 2013. Jurnal Tecnoscienza, 1(1), 49-62.

Wajdi, F. 2017. Implementasi project based learning (PBL) dan penilaian


autentik dalam pembelajaran drama indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra UPI, 17(1), 86-101.

Wagiran. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.


Lampiran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan : UPT SPF SDN Bulurokeng


Kelas/Semester :V
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 3 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
1. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
secara tertulis dalam bentuk karangan dan dialog tertulis.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan ejaan.
C. Indikator
a. Memahami cara menulis karangan berdasarkan pengalaman
b. Menulis karangan berdasarkan pengalaman
D. Tujuan Pembelajaran
a. Melalui penjelasan guru, peserta didik dapat menjelaskan
konsep karangan deskripsi.
b. Melalui penjelasan guru, peserta didik dapat membuat
karangan dengan mengguanakan pilihan kata dan penggunaan
ejaan.
E. Materi ajar
 Menulis karangan deskripsi berdasarkan pengalaman.
F. Metode Pembelajaran
 Metode : Outing class
 Tanya Jawab
G. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Apersepsi
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang konsep
karangan deskripsi yang telah di pelajarai sebelumnya.
2. Guru menuliskan cara membuat karangan deskripsi melalui
metode outing class di papan tulis, kemudian menjelaskan.
3. Guru memberikan contoh membuat karangan deskripsi
dengan mengamati alam di sekitar lingkungan sekolah.
4. Guru menugaskan peserta didik membuat karangan
deskripsi dengan mengamati alam di sekitar lingkungan
sekolah melalui metodeouting class
5. Guru memantau aktivitas peserta didik dalam membuat karangan
deskripsi.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru meminta beberapa peserta didik mengemukakan
karangan yang telah dibuat.
2. Guru bertanya kepada peserta didik tentang materi apa
saja yang telah dipelajari.
3. Bersama peserta didik, guru menyimpulkan materi yang dipelajari.
H. Sumber
1. Guru
2. Lembar kerja psesrta didik.
I. Media
1. Papan tulis
2. Buku siswa

G. Langkah-Langkah Pembelajara
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokas
i
waktu
Pendahuluan ⚫ Guru memberikansalam, menanyakan kabar, 15
dan meng- ajak semua pserta didik berdo’a menit
dipimpin oleh salah satu
peserta didik.
⚫ Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar ke- hadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 apersepsi

⚫ Guru menginformasikan tema yang akan


dibelajarkan yaitu tentang ”Menulis Karangan
Deskripsi” dan menyampaikan tahapan
kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, meng-
komunikasikan dan menyimpulkan.
Inti Mengenal Bilangan bersama Teman
⚫ Guru bertanya jawab dengan peserta didik 60
tentang konsep karangan dan karangan menit
dekripsi yang diketahui peserta didik.
⚫ Guru menjelaskan materi tentang karangan
deskripsi
⚫ Guru memberi contoh karangan deskripsi
⚫ Guru menjelaskan cara membuat
karangan deskripsi melalui metode di
lkuar kelas (outing class).
⚫ Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik mengenai hal yang belum dimengerti
tentang materi yang dijelaskan.
⚫ Guru menyuruh peserta didik mencatat materi
yang telah
⚫ dijelaskan.
⚫ Guru menugaskan peserta didik membuat
karangan deskripsi melalui metode
pembelajaran di luar kelas (outing class).
⚫ Guru memantau aktivitas peserta didik dalam
membuat karangan deskripsi.
Penutup ⚫ Guru meminta beberapa peserta didik 15
mengemukakan hasil karangan yang telah menit
dibuat
⚫ Guru bertanya kepada peserta didik tentang
materi apa saja yang telah dibuat
Bersama peserta didik, guru menyimpulkan materi
tentang karangan deskripsi.
H . Penilaian
1. Prosedur tes
a. Tes awal : ada
b. Tes proses : ada dalam proses
2. Instrument penilaian
a. Tes menulis karangan deskripsi.
b. Lembar observasi (terlampir)
3. Alat tes
a. Butir-butir tes Bahan ajar
1. Pengertian bahan ajar

Karangan adalah sebuah cerita, hasil ciptaan atau hasil rangkaian (susunan)
kamu dapat menyusun sebuah karangan. Karangan terdiri atas beberapa
paragraf yang berkaitan, Bentuk karangan bebas, dapat berupa pengalaman
pribadi atau kejadian sekitarmu, suatu karangan yang dapat ditulis dengan
tema atau topik yang berbeda. penulisan karangan harus memperlihatkan
penggunaan ejaan yang benar, ejaan yang digunakan biasanya huruf besar,
tanda titik, dan tanda koma.
2. Karangan deskripsi

karangan deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan


sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengarkan, merasankan, dan
mengalaminya sendiri.
LEMBAR HASIL OBSERVASI GURU
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DI
LUAR KELAS (OUTING CLASS)PADA PESERTA DIDIK KELAS KELAS
VI UPT SPF SDN BULUROKENG
No. Aktivitas yang di amati Skala Penilaian
B C K

3 2 1

1. Guru melakukan apreasi


2. Guru menulis karangan di papan tulis.
3. Guru menjelaskan karangan deskripsi.
4. Guru memberikan semangat untuk siswa mengikuti
proses pembelajaran.
5. Guru mengulang kembali karangan deskripsi.
6. Guru menutup pelajaran.
Jumlah
Rata-rata

Baik : Jika melakukan


tiga indikator.
Cukup : Jika melakukan
dua indikator. Kurang:
Jika melakukan satu
indikator.
jumlah skor perolehan
Persentase Pencapaian (%) = x100 %
jumlah skor maksimal
LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK PEMBELAJARAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
DI LUAR KELAS (OUTING CLASS) PADA PESERTA DIDIK KELAS VI
UPT SPF SDN BULUROKENG

Petunjuk Pengisian :
Amatilah aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kemudian isilah lembaran pengamatan dengan memberikan
tanda (√) pada kategori pengamatan sesuai pada baris dan kolom yang
tersedia.
No. Aktivitas yang di amati Skala Penilaian
B C K

3 2

1. Peserta didik meperhatikan guru melakukan


apersepsi
2. Peserta didik meperhatikan guru
menulis sebuah
karangan deskripsi.
3. Peserta didik mampu menjelaskan karangan
deskripsi.
4. Peserta didik meperhatikan
bersemangat untuk
mengikuti proses pembelajaran.
5. Peserta didik membaca kembali karangan
di depan
kelas.
6. Peserta didik meperhatikan guru
menutup kegiatan
pembelajaran.
Jumlah
Rata-rata
Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses
Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Berilah tanda centang (√) sesuai fakta yang diamati.
No. Skor
Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5
1. Siswa menyimak sungguh-sungguh
petunjuk guru dalam menulis
karangandeskripsi menggunakan
metode pembelajaran di luar (outing class)
kelas .
2. Siswa antusias dan berminat
dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi.
3. Siswa bersungguh-sungguh dalam
proses pembelajaran di luar
kelas.
4. Siswa mengamati tempat yang dituju
dengan sungguh-sungguh.
5. Siswa menulis karangan deskripsi sesuai
tempat yang dituju.
Keterangan skor:
1= kurang sekali
2= kurang
3= cukup
4=baik
5=sangatbaik
Lembar Pengamatan Terhadap Aktivitas Guru Selama Proses
Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi

Berilah tanda centang (√) sesuai fakta yang diamati.


No. Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5
1. Guru membuka interaksi dengan
siswa untuk memperkenalkan
rencana kegiatan pembelajaran
menulis deskripsi.
2. Guru mengarahkan siswa
melakukan pembelajaran di luar
kelas.
3. Guru dan siswa menyepakati
tempat yang akan dituju dan waktu
yang dipilih dalam pembelajaran
menulis karangan
4. Guru dan siswa bersama
mengunjungi tempat yang dituju.
5. Guru membimbing siswa selama
mengunjungi tempat yang dituju.
6. Guru membimbing siswa untuk
segera menulis dan mendeskripsikan
suatu objek yang telah dikunjungi

7. Guru merefleksi tulisan yang


sudah ditulis oleh siswa
Keterangan skor:
1= kurang sekali
2= kurang
3= cukup
4= baik
5= sangat baik
Lembar Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi
Aspek yang
No. Dinilai Sub Aspek Indikator Skor

1. Isi gagasan yang Isi gagasan Isi gagasan yang 13-15


Dikemukakan dikemukakan sesuai dengan
tema, ditulis secara padat dan
tuntas.
Isi gagasan sesuai dengan 10-12
tema tetapi terbatas dan
kurang tuntas.

Isi gagasan yang 6-9


dikemukakan kurang sesuai
dengan tema, terbatas dan
kurang lengkap.
Isi gagasan yang 1-5
dikemukakan tidak sesuai
dengan tema.
Hasil Penggambaran terhadap 13-15
Pendeskripsian Lingkungan atau tempat yang
diamati sangat teliti dan
melukiskannya secara jelas
serta pengembangan ide-ide
gagasan sangat mendalam.

Penggambaran terhadap 10-12


lingkungan atau tempat yang
diamati cukup teliti dan
melukiskannya cukup jelas
serta pengembangan ide-ide
gagasan cukup mendalam.
Penggambaran terhadap 6-9
lingkungan atau tempat yang
diamati kurang teliti dan
melukiskannya kurang jelas
jelas serta
pengembangan ide-
ide gagasan kurang
mendalam.
Penggambaran 1-5
terhadap lingkungan
atau tempat yang
diamati kurang teliti
dan melukiskannya
kurang jelas jelas serta
pengembangan ide-ide
gagasan kurang
mendalam.
4. Gaya: Pilihan Pemanfaatan potensi kata 13-15
struktur dan diksi canggih, pilihan kata dan
ungkapan tepat,
menguasai
pembentukan kata.
Pemanfaatan kata agak 10-12
canggih, pilihan kata
dan ungkapan kadang-
kadang kurang tepat
namun tidak
Pemanfaatan potensi kata 7-9
terbatas, sering terjadi
kesalahan penggunaan
kosakata dan dapat
merusak
makna.
Pemanfaatan potensi kata 4-6
asal-asalan,
pengetahuan
tentang kosakata
rendah,
tidak layak nilai.
5. Ejaaan dan tanda Menguasai aturan 9-10
penulisan,
Baca hanya terjadi beberapa
kesalahan ejaan.
Kadang-kadang terjadi 7-8
kesalahan ejaan tetapi
tidak
mengaburkan makna.
Terjadi kesalahan ejaan, 5-6
makna membingungkan
atau
kabur.
Tidak menguasai aturan 3-4
penulisan, terdapat
banyak
kesalahan ejaan, tulisan
tidak
terbaca

Anda mungkin juga menyukai