Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL DESIGN THINKING

PENGGUNAAN MEDIA PETA TIMBUL DAN MODEL PEMBELAJARAN


DISCOVERY LEARNING UNTUK MEMBERIKAN PENGALAMAN
BERMAKNA PADA MATERI KERAGAMAN INDONESIA
KELAS IV SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Design Thinking
Dosen Pengampu : Lathifatul Anwar, S.Si, M.Sc, Ph.D

Disusun oleh :

NURUZ ZAKIA TARTILA QISTI


NIM. 223113914866

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU
BIDANG STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JUNI 2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
a. Latar Belakang.........................................................................................................1

BAB II RUMUSAN TUJUAN DAN SOLUSI .................................................................4


a. Crafting Insight .......................................................................................................4
b. Design Challange ....................................................................................................7

BAB III SOLUSI DAN INOVASI .................................................................................... 8


a. Solusi ....................................................................................................................... 8
b. Metode Pelaksanaan ................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hal terpenting dalam kehidupan yang harus dijalani oleh setiap orang salah
satunya adalah pendidikan. Melalui pendidikan kita mendapatkan pengajaran dan
ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari proses
pendidikan tentunya memperoleh hasil belajar yang diharapkan mendapat predikat
baik sehingga dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal
berasal dari lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kedua faktor
tersebut diusahakan dapat seimbang dalam mendukung keberhasilan proses belajar
yang dilakukan. Selain harus adanya kemauan belajar dari dalam diri siswa, faktor
penting berikutnya adalah dari faktor sekolah yakni pengadaan proses
pembelajaran yang memberikan motivasi bagi siswa untuk terus aktif dalam
belajar. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa belum semua pendidikan,
sekolah, dan proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai kebutuhan siswa. Ada
beberapa guru yang masih menerapkan pembelajaran convensional yaitu metode
ceramah dengan cenderung guru lebih aktif mengambil peran dalam pembelajaran
daripada siswa.

Perkembangan zaman telah mengubah pemikiran seseorang untuk lebih


maju dari sebelumnya, begitu pula dalam dunia pendidikan. Guru selalu berinovasi
untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang menarik, menyenangkan dan
bermakna bagi siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru ialah dengan
mempelajari hal baru kemudian mencoba untuk diterapkan. Baik dalam
penggunaan model pembelajaran, media pembelajaran, metode, teknik, dan lain
sebagainya. Hal tersebut diupayakan agar dapat mencapai tujuan dari pendidikan,
yaitu mencerdaskan dan mengembangkan potensi dalam diri seseorang. Agar dapat
memberikan pemahaman yang baik saat proses belajar mengajar adapun teknik
yang saat ini sering digunakan oleh para guru yakni memberikan peranan aktif

1
pada siswa untuk melakukan eksperimen-eksperimen dan membiarkan mereka
menemukan prinsip pengetahuan bagi diri sendiri.

Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang sering


digunakan dalam proses pembelajaran sehingga istilahnya sudah tidak asing lagi di
kalangan dunia pendidikan. Model pembelajaran Discovery Learning merupakan
metode memahami konsep, arti dan hubungan melalu proses intuitif untuk akhirnya
sampai pada sebuah kesimpulan. Model Discovery Learning menjadi strategi
pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi,
eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil
tindakan tersebut (Saifuddin, 2014: 108). Dalam model ini guru hanya sebagai
fasilitator sedangkan siswa mengontruksikan pengetahuan dan memahami makna
dari kegiatan belajarnya. Ciri utama dari model Discovery Learning adalah; 1)
mengekplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat pada siswa; 3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Model
Discovery Learning membiarkan siswa mengikuti minat mereka sendiri untuk
mencapai kompetensi.

Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan siswa dalam proses


belajar yang dilakukan. Hasil belajar dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini sesuai dengan pendapat
Chatib (2012: 169-170), ia menyatakan bahwa “Hasil belajar tidak hanya terbatas
pada ujian saja namun sangat luas. Hasil belajar dapat dilihat dari; a) perubahan
perilaku anak; b) perubahan pola pikir anak; c) membangun konsep baru”
keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut; materi,
lingkungan, perangkat pembelajaran, model, metode dan media. Untuk
memperoleh hasil belajar yang baik, faktor ini dirancang sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan materi dan subjek belajar.

Faktos psikologis berhubungan dengan kondisi fisik maupun internal dari


dalam diri siswa. Seperti sikap mental yang positif, intelegensi, kemauan, bakat,
daya ingat dan daya konsentrasi. Kondisi mental yang stabil akan tampak dengan
sikap siswa yang siap dalam proses belajar. Dapat ditunjukkan dengan ketekunan
belajar, tidak mudah menyerah menghadapi kesulitan, tidak terpengaruh untuk

2
gaduh di dalam kelas, berani bertanya dan selalu percaya diri. Kemauan belajar
menjadi faktor paling penting dalam keberhasilan belajar seseorang. Karena
dengan adanya kemauan maka adanya semangat dan ketekunan.

Ketertarikan peneliti didasarkan pada pertimbangan seperti: (1) Lingkungan


sekolah terdapat beberapa sekolah swasta, dan masyarakat sekitar masih tertarik
menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah swasta terutama sekolah di bawah
binaan Lembaga/Yayasan Pendidikan Islam, (2) Jumlah siswa kelas IV sebanyak
31 siswa, (3) Pemahaman siswa terhadap tata wilayah Indonesia masih sangat
kurang, (4) Keadaan sosial ekonomi orang tua sekitar berpenghasilan di bawah
rata-rata dan kurangnya pemahaman bahwa pendidikan itu penting bagi setiap
orang, (5) Hasil penelitian yang relevan yang mempermasalahkan mengapa
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah,
termasuk di Sekolah Dasar Negeri 2 Mendalanwangi tahun pelajaran 2022/2023.

3
BAB II
RUMUSAN TUJUAN DAN SOLUSI

A. Crafting Insight

Faktor penting dalam proses pembelajaran salah satunya ialah aktivitas


belajar siswa. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterasi
dengan objek yang dipelajarinya sehingga proses pemahaman pengetahuan
baru akan lebih baik. Sadirman (Asmaradewi, 2017:10) menyatakan bahwa,
“Aktivitas belajar harus melibatkan secara fisik maupun mental” dalam proses
pembelajaran kedua aktivitas tersebut harus daling berkaitan. Dengan
demikian, akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, aktvitas belajar adalah keterlibatan siswa


dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas secara aktif guna mencapai
keberhasilan belajar. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan saja, namun guru harus mampu mengadakan pembelajaran
dengan suasana yang menantang, menyenangkan dan memotivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Paul B. Diedrich (Sadirman, 2010: 101) membuat suatu daftar berisi 177
macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca,


memperhatikan.
b) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, dan interupsi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,
mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, musik, pidato.
d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi,
bermain, berkebum, beternak.

4
g) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat keterkaitan/hubungan, mengambil
keputusan.
h) Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan,
bergembira, bersemangat, bergairah, berani. Tanggap, gugup.

Klasifikasi kegiatan siswa diatas menunjukkan bahwa aktivitas yang terjadi


selama proses pembelajaran di kelas cukup luas. Apabila kegiatan tersebut
dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar maka hasil belajarpun
optimal dan proses pembelajaran berjalan dengan menyenangkan, aktif, hangat,
kondusif, menarik dan nyaman. Sehingga pembelajaran yang berlangsung tidak
membosankan dan pada akhirnya akan menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal jika hal tersebut di atas dapat dilakukan.

Menurut Briggs (Susilana dan Riyana, 2009: 6) bahwa media merupakan


alat untuk memberikan stimulus pada siswa agar terjadi proses belajar. Media
pembelajaran menjadi peranan penting untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar. Adanya media pembelajaran dapat menghubungkan antara guru dan
siswa, pemahaman siswa pun lebih mudah terkoneksi dengan apa yang
disampaikan oleh guru. Selain itu juga adanya media pembelajaran juga sebagai
sumber partisipasi siswa agar dapat aktif dalam proses belajar. Sehingga
dibutuhkan pengembangan media pembelajaran.

Pengembangan media pembelajaran merupakan salah satu bentuk dari


kegiatan proses pembelajaran guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Adanya pengembangan media karena mengikuti perkembangan
zaman juga perkembangan kebutuhan siswa. Media pembelajaran bukan hanya
berupa alat dan bahan saja, namun hal-hal yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan atau pemahaman ketika menggunakan media
tersebut. Berdasarkan jenis media pembelajaran jika ditinjau dari segi
penggunaannya media peta timbul termasuk ke dalam media berbasis visual
yang memegang peran sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat
memudahkan pemahaman dan memperkuat daya ingat siswa, selain itu

5
menumbuhkan minat siswa dan menghubungkan antara isi materi dengan dunia
nyata.

Penggunaan media juga disesuaikan dengan materi yang akan dibahas,


contohnya akan menyampaikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang
Siklus Air maka media yang ditampilkan juga berupa bentuk visual tentang
proses air. Atau bisa juga dalam mata pelajaran matematika materi operasi
hitung pecahan maka media yang dapat mempermudah pemahaman siswa
adalah bentuk sederhana dari pecahan yang dikaitkan dengan kehidupan dunia
nyata. Jika membahas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa
cenderung kesulitan menentukan tata wilayah di Indonesia maka dapat
menggunakan media berupa peta Indonesia.

Peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan


abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Peta
merupakan gambaran sebagian atau seluruh wilayah permukaan bumi dengan
berbagai kenampakannya pada suatu bidang datar yang diperkecil
menggunakan skala tertentu. Sedangkan kata timbul dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu naik dan keluar ke atas, nampak; muncul atau
keluar. Sehingga peta timbul dapat didefinisikan peta yang dibuat berdasarkan
bentuk muka bumi sebenarnya. Peta timbul juga disebut peta tiga dimensi,
sebab mengandung 3 unsur, yakni unsur panjang, lebar, dan tinggi.

Menurut Daryanto (2013: 31) bahwa, “Peta timbul yang secara fisik
termasuk model lapangan, adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi
rendahnya permukaan bumi. Peta timbul memiliki ukuran panjang, lebar, dan
dalam”. Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga dapat
menumbuhkan daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa tanggung jawab
terhadap hasil karya bersama. Bahan yang dipakai membuat peta timbul adalah
papan triplek, semen, dan cat. Pemilihan bahan disesuaikan dengan keperluan
peta timbul yang ingin dibuat.

Sehingga penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan model


pembelajaran Discovery Learning berbantuan peta timbul dalam mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial materi Kekayaan Budaya sangat efektif diterapkan di
Sekolah Dasar. Pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dapat membantu

6
siswa memahami konsep-konsep yang abstrak menjadi lebih kongkret dan
meningkatkan kinerja guru di lapangan sehingga hasilnya mengalami
peningkatan.

B. Design Challenge

1. Apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dan berbantuan


media peta timbul dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial materi kekayaan budaya Indonesia kelas IV Sekolah
Dasar?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial melalui model pembelajaran Discovery Learning dan
berbantuan media peta timbul dalam materi kekayaan budaya Indonesia kelas
IV Sekolah Dasar?

7
BAB III
SOLUSI DAN INOVASI

A. Solusi
Berdasarkan masalah yang diteliti bahwa minat belajar siswa dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahun Sosial kurang maksimal, saat pembelajaran berlangsung
siswa terlihat bosan dan cenderung pasif karena metode pembelajaran yang
digunakan kurang bervariasi. Selain itu juga kurangnya pemanfaatan media
pembelajaran sehingga pembelajaran kurang bermakna. Melihat situasi tersebut
dapat dilakukan upaya pemecahan masalah dengan melakukan penerapan model
pembelajaran Discovery Learning berbantuan media peta timbul yang berpusat
pada aktivitas siswa. Dalam model dan media ini diharapkan siswa lebih aktif
dalam belajar, bekerja sama, serta membangun pemahaman yang diberikan oleh
guru. Setelah siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning dan media peta timbul diharapkan meningkatkan
minat siswa dalam belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi
Kekayaan Budaya Indonesia.

B. Metode Pelaksanaan
1. Peran guru
Para pendidik memiliki peran dalam pembentukan pemahaman peserta
didik dalam lingkungan sekolah. Bahkan hal tersebut sudah menjadi tugas dan
tanggung jawab dari seorang pendidik untuk menumbuhkembangkan
keterampilan peserta didik, salah satunya keterampilan (kognitif) pengetahuan.
Beberapa yang dapat dilakukan oleh pendidik yakni mengobservasi
lingkungan, baik secara karakteristik peserta didik, latar belakang, gaya
belajar, kemampuan, dan lain-lain. Selain itu mnegelompokkan peserta didik
berdasarkan kemampuannya. Sehingga semua dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Setelah itu barulah catatan observasi digunakan untuk
menentukan strategi, model, teknik, media dalam pengajaran.
2. Peran Siswa & Lingkungan Sekolah
Langkah lain yang bisa dilakukan tentu dengan partisipasi dari peran
siswa dan lingkungan sekolah. Dalam hal ini pada saat proses pembelajaran
peserta didik diharapkan mampu menangkap materi yang disampaikan.

8
Penggunaan media peta timbul ini menandakan adanya inovasi dan kreatifitas
seorang pendidik dalam membangun pemahaman dan pengalaman bermakna
bagi pesrta didik. Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yakni
mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

9
DAFTAR RUJUKAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di


Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mariyana, R. A. & Rachmawati. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Prenada


Media Group.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.
Pribadi, B.A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Rahayu, G. D. S., & Firmansyah, D. 2019. “Pengembangan Pembelajaran Inovatif berbasis


Pendampingan Bagi Guru Sekolah Dasar.” Abdimas Siliwangi 1 (1): 17-25.
Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima.

Subali, B. dan Paidi. 2002. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.

Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

Suyono. 2011. Pembelajaran Efektif dan Produktif Berbasis Literasi: Analisis Konteks,
Prinsip, dan Wujud Alternatif Strategi Implementasinya di Sekolah. Malang:
Penerbit Cakrawala Indonesia.
Uno. 2012. Assesmen Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai