Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POP-UP BOOK TERHADAP

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR KONSEP IPA SD


KELAS V

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk menyusun skripsi pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :
Devi Dwi Soraya
NIM 19843020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL BAHASA DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan peyusunan proposal ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Akhir zaman, Nabi
Muhammad saw. yang atas karena kecintaannya pada umatnya, maka hingga kini
kita dapat berdiri di bawah naungan cahaya ilmu pengetahuan dalam nikmat
Islam.

Proposal ini adalah langkah awal sebelum saya menyelesaikan skripsi.


untuk itu saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, motivasi, dan dorongan sampai saya berhasil menyelesaikan proposal
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Pop Up Book Terhadap Minat Dan
Kemampuan Pemahaman Konsep IPA SD Kelas V”.

Proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya harap,


pembaca tak segan memberikan kritik dan saraanya. Sehingga saya dapat
melakukan perbaikan di masa depan, agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Dan saya berharap proposal ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Garut, 11 Januari 2023

Devi Dwi Soraya


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Identifikasi Masalah 4
C. Batasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 5
G. Hipotesis Penelitian 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 6
B. Kajian Hasil penelitian yang relevan 20
C. Kerangka Berpikir 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rencana penelitian 24
B. Populasi dan Sample 25
C. Variable Penelitian dan Definisi Istilah 26
D. Metode Pengumpulan Data dan Inatrumen Penelitian 29
E. Metode Analisis Data 33

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan yang menunjang
pengembangan bakat serta potensi yang ada didalam diri seseorang.
Pendidikan membuat seorang individu mengalami perubahan ke arah yang
positif di mana ia akan berkembang baik secara mental maupun
pemikirannya. Sejalan den gan hal tersebut, M.J. Langeveld (Sundari, dkk,
2004 hlm 20) mengemukakan bahwa Pendidikan merupakan proses
membimbing seorang menuju kedewasaan dan kemandirian, dengan
demikian Pendidikan membutuhkan proses di mana individu dapat
perkembang dan mengalami perubahan ke arah yang positif. Adanya
perubahan yang di alami seseorang melalui proses Pendidikan membuat
Pendidikan menjadi semakin penting untuk menunjang kehidupan yang
lebih baik.

Di Indonesia, pendidikan berperan sangat penting dalam proses


belajar mengajar untuk membawa perubahan peserta didik menjadi lebih
baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan UU RI nomor 20 tahun 2003 bab II
pasal 3, bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Mah Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (UUD, 2003 no. 20) jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan
secara sadar untuk mendidik dan mengembangkan apa yang ada pada
peserta didik.
Pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Pane & Darwis
Dasopang, 2017). Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan
adanya beberapa unsur antara lain tujuan, materi, metode, dan alat atau
media, serta evaluasi (Hanafy, 2014). Unsur metode dan media

1
2

merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang
berfungsi sebagai cara atau teknik untuk menghantarkan bahan pelajaran
agar sampai kepada tujuan (Arsyad, 2014; Ichsan et al, 2018). Proses
pembelajaran tersebut harus mengacu pada tujuan pembelajaran, sehingga
tujuan pembelajaran tersebut harus mampu dicapai oleh siswa selama
mengikuti proses pembelajaran (Yulyani et al, 2020). Salah satu tujuan
pembelajaran yaitu siswa mampu mencapai standar kompetensi. Tetapi
faktanya masih banyak ditemukannya hasil belajar siswa yang berada di
bawah KKM
Media pembelajaran merupakan salah satu alat belajar mengajar
yang dapat mempermudah proses belajar mengajar. Guru harus
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
meningkatkan gairah belajar peserta didik, agar peserta didik lebih
termotivasi sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. menurut pendapat (Purwono,
dkk, 2014) menjelaskan bahwa media pembelajaran memiliki peranan
penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media juga
dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Sedangkan menurut Adam dan Syastra (2015) bahwa media


pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa fisik maupun
teknis dalam proses pembelajaran yang dapat membantu guru
untuk mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa sehingga memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pemahaman anak tentang berbagai konsep yang sesuai dengan


materi yang mereka pelajari akan membawa anak pada pembelajaran yang
berdayaguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang seharusnya.
Cullingford dan Claxton (dalam Samatowa, 2018. hlm, 11)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), anak memerlukan kegiatan pemahaman konsep serta diberi
kesempatan untuk Samatowa (2018. hlm,7) mengemukakan bahwa
pemahaman konsep anak dalam pembelajaran IPA harus berkembang
3

dengan baik melalui pengamatan langsung, sebelum mengenal informasi-


informasi abstrak mengembangkan sikap ingin tahunya dengan berbagai
penjelasan logis.
Selain itu, pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan
menerima, menyerap, serta mengerti suatu materi maupun informasi yang
diperoleh melalui serangkaian kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat
langsung maupun didengar yang disimpan di dalam pikiran yang nantinya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Susanto (2013.
hlm, 8) pemahaman konsep diartikan kemampuan untuk menyerap arti
dari materi atau bahan yang dipelajari, seberapa besar peserta didik
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami,
atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung ia
lakukan. Siswa dikatakan dapat memahami suatu konsep apabila siswa
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang
suatu konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar memerlukan partisipasi
aktif baik secara fisik maupun mental, seorang guru perlu memperhatikan
lingkungan serta peristiwa yang sering dialami oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tidak membosankan yang berakibat siswa
tidak aktif dan kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar. Menurut
pendapat Mukti (2009, hlm.178) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
seharusnya dilakukan menggunakan suatu pendekatan, metode dan media
yang sesuai dengan perkembangan dan kesukaan anak sehingga anak
tertarik dalam belajar IPA.
Bagi sebagian peserta didik, mata pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang kurang disukai karena menurut mereka IPA itu merupakan
pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga untuk mengikuti
pelajaran IPA mereka merasa kurang termotivasi dan menjadikan IPA
sebagai beban, menurut pendapat (Khoir 2008, hlm,20) adalah terlalu
banyak istilah asing, materi yang terlalu padat, siswa terkesan mau tidak
4

mau harus menghafal materi, terbatasnya media pembelajaran, peserta


didik terkesan susah memahami materi tanpa tersedianya media, guru yang
cenderung mendominasi pembelajaran, penguasaan guru akan materi
lemah, dan terlalu monoton. Sehingga membuat peserta didik kurang
paham terhadap pemahaman materi yang di ajarkan. Sebagai pendidik
guru memiliki kewajiban untuk membuat peserta didik paham terhadap
materi yang diajarkan dan peserta didik mengalami sendiri pembelajaran
atau dengan kata lain peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, maka
dari itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas
Di samping itu, siswa tidak begitu tertarik dengan pelajaran IPA,
Rendahnya minat belajar, menyebabkan kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran juga rendah. Dan ini berpengaruh terhadap
hasil belajar atau ketuntasan belajar yang telah ditentukan kriteria
ketuntasan minimalnya. Slameto (2003, hlm, 57) menyatakan, “Minat
belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar, karena jika
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan baik. Jika belajar tanpa disertai minat, siswa
akan malas dan tidak akan mendapatkan kepuasan dalam mengikuti
pembelajaran”. Rendahnya minat belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas
siswa selama proses pembelajaran. Kondisi ini kemungkinan besar karena
selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang membosankan,
dan selama ini media yang dipakai tidak efektif.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran
yang merangsang proses berfikir siswa, media pembelajaran merupakan
salah satu pendukung dalam proses pembelajaran, dengan adanya media
pembelajaran dapat membantu siswa dalam belajar dan dapat
mempermudah guru untuk menyampaikan materi. Menurut Mariani, dkk,
(2014, hlm 532) menyatakan bahwa pengembangan media pembelajaran
sangat perlu dilakukan terus menerus, mengikuti kebutuhan dan kemajuan
siswa. Tantangannya saat ini adalah bagaimana membuat media belajar
yang menarik dan harus praktis, mendidik, dan tentunya sesuai dengan
5

karakteristik siswa tersebut. Salah satu media yang menjawab tantangan


ini adalah Pop-Up Book.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa pentingnya media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sehingga
dapat meningkatkan mutu pendidikan siswa, penyampaian materi yang
bisa tercapai, dan secara perlahan merubah pola belajar menjadi
pembelajaran yang asyik dan menyenangkan, contohnya dengan media
pembelajaran pop-up book. (Solichah & Mariana, 2018) juga menjelaskan
media Pop-Up Book termasuk jenis media 3D yang mampu memberikan
efek menarik, karena setiap halamannya dibuka akan menampakkan
sebuah gambar yang timbul dan materi yang terdapat di Pop-Up Book bisa
disesuaikan dengan materi ajar yang ingin disampaikan.
Pada mata pelajaran IPA apabila menggunakan metode ceramah
tanpa menggunakan media yang kurang menarik perhatian siswa yang
menjadikan siswa hanya mendengarkan, mencatat dan setelah itu diberikan
tugas. Hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. siswa kurang percaya diri saat mengerjakan soal
latihan di depan dan membutuhkan waktu yang lama, siswa sulit
memahami pelajaran IPA dan mereka merasa bosan, banyak siswa yang
tidak dapat menyelesaikan soal-soal. Selaras dengan hasil penelitian
(Khalifah, 2019) media pop up book sangat membantu dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, seiring dengan kemajuan pembelajaran
siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan rasa ingin tahunya meningkat.
Antusiasme siswa juga tinggi, terlihat pada siswa yang memusatkan
perhatiannya pada pembelajaran dan berani mencoba penggunaan media di
depan kelas.
Dari permasalahan di atas menyebabkan pemahaman siswa
terhadap belajar konsep IPA kelas V menurun. Hal ini muncul bukan
hanya karena kemampuan dan motivasi belajar peserta didik yang kurang,
namun proses pembelajaran yang berlangsung kurang menarik sehingga
peserta didik akan merasa cepat bosan, kurangnya keaktifan peserta didik
dalam bertanya bahkan mereka hanya duduk diam dan enggan bertanya
6

padahal banyak materi yang kemungkian mereka belum pahami, dan


banyak peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan dari sang guru
ketika di kelas. Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang
ingin disampaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara kreatif
sehingga memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk mencapai tujuan.
(Wahyuningtyas & Sulasmono, 2020).
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini diujicobakan salah satu media
pembelajaran yaitu media pop-up book. Dengan adanya media pop-up
book, diharapkan siswa dapat merangsang daya imajinasinya untuk
memahami materi pelajaran dan dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Selain itu, proses pembelajaran dengan media pop-up book akan jauh lebih
menyenangkan karena media tersebut dapat memperluas pemahaman dan
perhatian siswa di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian dan
penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dilakukan penelitian
eksperimen untuk mencari dan menerapkan suatu media pembelajaran
yang dapat mempengaruhi pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran
IPA agar lebih baik.
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Penggunaan Media Pop-Up Book Terhadap Kemampuan
Pemahaman dan Minat Belajar Konsep IPA SD Kelas V

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat
mengidentifkasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembelajaran IPA, guru masih menggunakan metode


yang konvensional tanpa menggunakan metode pembelajaran.
2. Masih rendahnya minat belajar IPA siswa, dilihat dari nilai rata-
rata siswa masih dibawah KKM.
3. Kurangnya minat belajar siswa sehingga timbul rasa kurang
semangat dalam proses pembelajaran.
4. Siswa masih kurang memahami materi pelajaran IPA.
7

5. Masih kurangnya penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan


inovatif.

B. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan penelitian yang
dilakukan tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi masalah-masalah
yang diteliti yaitu:
1. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah media
Pop-Up Book pada materi Sistem Organ Pencernaan pada Manusia
kelas V semester ganjil tahun ajaran 2022-2023 , dan
2. Penelitian ini akan meneliti pemahaman dan minat belajar
konsep IPA siswa pada materi Sistem Organ Pencernaan pada
Manusia kelas V.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh dalam penggunaan media pop-up book
terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V?
2. Apakah terdapat pengaruh dalam penggunaan media pop-up book
terhadap minat belajar konsep IPA siswa kelas V?
3. Apakah media pop up book berpengaruh terhadap kemampuan
pemahaman dan minat belajar konsep IPA siswa kelas V?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji adakah pengaruh penggunaan media pop up book
terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V.
2. Untuk menguji adakah pengaruh penggunaan media pop up book
terhadap minat belajar konsep IPA siswa kelas V.
8

3. Untuk menguji adakah pengaruh penggunaan media pop up book


terhadap kemampuan pemahaman dan minat belajar konsep IPA
siswa kelas V

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan
sebagai upaya pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata
berdasarkan bekal teori dan praktik yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di bangku kuliah
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan
tambahan pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran
pada pelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman siswa.
3. Bagi sekolah, dapat membantu meningkatkan minat belajar dalam
pelajaran IPA yang berdampak pada kualitas pendidikan sekolah.

F. Asumsi Peneliti
Asumsi pengembangan media pop-up book pada kelas V sekolah
dasar, yaitu sebagai berikut.
1. Siswa sudah mampu mengusai keterampilan membaca, sehingga media
pop up book yang dikembangkan akan mampu digunakan dengan baik.
2. Guru menggunakan media pop-up book di dalam kegiatan belajar
mengajar akan memberi pengalaman baru dan memberikan pembelajaran
yang berbeda, dan akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
menarik.
G. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2010, hlm. 110) Hipotesis berasal dari 2
penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya
“kebenaran”. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas dan terarah
9

pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam


melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian
maupun dalam pengumpulan data. Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh penggunaan media pop up book terhadap
kemampuan pemahaman konsep ipa pada siswa di kelas V
2. Terdapat pengaruh penggunaan media pop up book terhadap
minat belajar konsep ipa pada siswa di kelas V
3. Terdapat pengaruh penggunaan media pop up book terhadap
kemampuan pemahaman dan minat belajar konsep ipa pada siswa
kelas V
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara
atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. (Djamarah, 2015
hlm. 120)
Media diartikan sebagai pengantar atau perantara, diartikan
pula sebagai pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.
Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, media diartikan
sebagai alat dan bahan yang membawa informasi atau bahan
pelajaran yang bertujuan mempermudah mencapai tujuan
pembelajaran. (Suprihatiningrum, 2012 hlm. 319-320)
Sedangkan menurut Arsyad (2019, hlm. 3) media dalam arti
sempit berarti komponen bahan dan komponen alat dalam sistem p
embelajaran. Dalam arti luas media berarti pemanfaatan secara
maksimum semua komponen sistem dan sumber belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai
perantara atau saluran dalam kegiatan komunikasi (penyampaian
dan penerimaan pesan) antara komunikator (penyampai pesan) dan
komunikan (penerima pesan).
Sedangkan, istilah pembelajaran atau pengajaran adalah upaya
membelajarkan pembelajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi
komunikasi antara pendidik dan peserta didik, meskipun dapat saja
terjadi komunikasi secara langsung antara pendidik dan peserta
didik disana ada peranan media pembelajaran.
Batasan pembelajaran secara implisit terdapat terdapat
beberapa kegiatan yaitu, kegiatan memilih, menetapkan,

6
7

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang


diinginkan. Dalam upaya bagaimana membelajarkan peserta didik
itulah peranan media tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran.

b. Fungsi Media Pembelajaran


Menurut Suprihatiningrum (2012, hlm. 320-321) menyatakan
fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki enam
fungsi utama sebagai berikut:
1) Fungsi atensi, menarik perhatian siswa dengan
menampilkan sesuatu yang menarik dari media tersebut
2) Fungsi motivasi, menumbuhkan kesadaran siswa untuk
lebih giat belajar
3) Fungsi afeksi, menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap
siswa terhadap materi pelajaran dan orang lain
4) Fungsi kompensatori, mengakomodasi siswa yang lemah
dalam menerima dan memahami pelajaran yang disajikan
secara teks atau verbal
5) Fungsi psikomotorik, mengakomodasi siswa untuk
melakukan suatu kegiatan secara motorik
6) Fungsi evaluasi, mampu menilai kemampuan siswa dalam
merespon pembelajaran”

Penggunaan media pembelajaran pada orientasi


pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses
pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu. Selain membangkitkan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya..
c. Macam-macam media pembelajaran
Menurut Sundayana (2013, hlm. 13) macam-macam media
Pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Dilihat dari Sifatnya
Dilihat dari sifatnya media dibagi ke dalam:
a) Media Auditif
8

Media yang hanya dapat di dengar saja, atau media


yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan
rekamana suara.
b) Media Visual
Media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media
visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar, pop-up book dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c) Media Audiovisual
Jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan
lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media
yang pertama dan kedua.
2) Menurut Djamarah (2015, hlm 125) dilihat dari Daya Liputnya,
media dibagi dalam :
a) Media yang Memiliki Daya Liput Luas dan Serentak
Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual
secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b) Media yang Memiliki Daya Liput Terbatas
Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
ruang dan waktu seperti film slide, film, video dan lain
sebagainya.”

3) Dilihat dari Bahan Pembuatannya


Djamarah (2015, hlm 126) menyatakan bahwa dilihat dari
bahan pembuatannya media dibagi dalam:
a) Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya
murah, cara pembuatnnya mudah, dan penggunannya tidak
sulit.
b) Media Kompleks
9

Media ini adalah media yang bahan dan alat


pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit
membuatnya, dan penggunannya memerlukan keterampilan
yang memadai
4) Dilihat dari Teknik Pemakaiannya
Dilihat dari teknik pemakaiannya menurut Sanjaya (2014,
hlm. 172-173) menyatakan bahwa media dibagi ke dalam:
a) Media yang Diproyeksikan
Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film
strip, transparansi dan lain sebagainya. Jenis media
yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti
film projector untuk memproyeksikan film, slide
projector untuk memproyeksikan film slide, operhead
(OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa
dukungan alat proyeksi samacam ini, maka media
semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
b) Media yang Tidak Diproyeksikan
Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar,
foto, lukisan, radio dan lain sebagainya.”

B. Media Pop-Up Book


a. Pengertian Media Pop-up Book
Menurut Giyanti (2018, hlm 21) Media pop up book adalah
sebagai buku yang berisi catatan atau kertas bergambar tiga
dimensi yang mengandung unsur interaktif pada saat dibuka
seolah-olah ada sebuah benda yang muncul dari dalam buku.
Menurut Srihariani (dalam Paramita dan Ernawati, 2020)
Media Pop up book adalah sebuah buku yang memiliki tampilan
gambar yang bisa ditegakkan serta membentuk obyek-obyek yang
indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang menakjubkan.
Sedangkan menurut Dzuanda (dalam Rahmawati, 2014) Media
pop up book merupakan sebuah buku yang menampilkan potensi
untuk bergerak dan interaksinya melalui penggunaan kertas
sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putarannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa
media pop-up book adalah sebuah media belajar yang memiliki
unsur 3 dimensi dan dapat bergerak ketika halamannya dibuka,
10

serta memiliki tampilan gambar yang indah dan dapat ditegakkan.


media pop-up book dianggap mempunyai daya tarik tersendiri bagi
peserta didik karena mampu menyajikan visualisasi dengan
bentuk-bentuk yang dibuat dengan melipat, bergerak dan muncul
sehingga memberikan kejutan dan kekaguman bagi peserta didik
ketika membuka setiap halamannya.
b. Sejarah Media Pop-up Book
Menurut Nurwahidah (2015, hlm 22) menyatakan bahwa media
pop-up book mempunyai manfaat dan telah dipergunakan untuk
sarana pembelajaran sejak abad ke-13, Pada tahun 1850-an, Dean
& Sons diakui sebagai penemu ilustrasi 3 dimensi, mulai dengan
karyanya 50 judul yang berbeda dengan perubahan lain dan dengan
elemen yang dapat digerakkan, seperti peepshows, transformation,
dan metamorphoses. Hingga saat ini, media pop-up book
digunakan sebagai salah satu sarana edukasi dan hiburan bagi
anak-anak. Media Pop-up book sebagai sarana edukasi dapat
dilihat dari pengambilan cerita di dalamnya
Dari sejarah media pop-up book diatas dapat diketahui bahwa,
media pop-up book merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran,
media hiburan dan ilmu pengetahuan sehingga seiring berjalannya
waktu media pop-up book dimanfaatkan juga sebagai pembelajaran
di dunia pendidikan seperti: anatomi tubuh manusia, bidang
keagamaan, astronomi, navigasi, dan ilmu pengetahuan yang
hingga saat ini bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Pop Up Book.
Menurut Dzuanda (dalam Halisah, 2018) menyatakan bahwa
media pop-up book berpotensi untuk dikembangkan sebagai media
karena memiliki kelebihan, diantaranya :
1) Dapat mengatasi batasan ruang, waktu, dan pengamatan
karena tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat
dibawa ke dalam kelas.
2) Bersifat konkret, yang berarti lebih realistis dari pada media
verbal.
11

3) Dapat menjadi sumber belajar untuk semua usia karena


setiap halaman buku dapat diisi dengan gambar dan
informasi yang sesuai konsep.
4) Media pop up book memiliki ruang-ruang dimensi dimana
buku ini bias berbentuk struktur tiga dimensi sehingga buku
ini lebih menarik untuk dibaca, Selain itu, penggunaan
material buku yang lebih berkualitas juga membuat buku
ini lebih mahal.”

Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan penggunaan media


pop-up book memudahkan anak untuk memahami materi pelajaran
yang ada pada media pop-up book tersebut. Selain itu, diharapkan
dapat mengembangkan saraf motorik anak karena adanya kegiatan
membuka, menutup, melipat, menarik, maupun mendorong yang
ada di media pop-up book.
d. Manfaat Media Pop-Up Book
Menurut Dzuanda (dalam Hanifah, 2014) ada beberapa
manfaat dari penggunaan media pop up book diantaranya sebagai
berikut:
1. Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan
memperlakukannya dengan lebih baik.
2. Mendekatkan hubungan anak dengan orang tua.
3. Mengembangkan kreativitas anak.
4. Merangsang imajinasi anak.
5. Menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran
bentuk suatu benda (pengenalan benda).

e. Langkah-langkah Penggunaan Media Pop-Up Book


Langkah-langkah pembuatan media Pop Up Book menurut
Dungworth dan Gibson (dalam Yulianti, 2016 hlm. 52-54) adalah
sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat dan bahan Menyiapkan alat dan bahan seperti
gunting, lem, cutter, penggaris, dan gambar yang sudah dicetak
12

menggunakan kertas karton atau kertas ivory. Tentukan ukuran


kertas dan objek yang akan dibuat.
2) Membuat pola Membuat pola atau desain gambar sendiri, bisa juga
dengan mengunduh gambar dari internet sesuai dengan tema yang
akan dibuat.
3) Menyiapkan alas/background Menyiapkan kertas karton atau kertas
ivory dengan bentuk persegi panjang. Pilih gambar background
yang sesuai dengan tema yang akan dibuat.
4) Menggunting gambar Gunting gambar sebagai objek sesuai dengan
pola gambar dan sisakan 3-5 cm dibawah objek sebagai
penyangga.
5) Merekatkan gambar Gambar yang telah digunting kemudian
direkatkan sesuai dengan pola yang sudah dibuat.
6) Membuat Pop Up Book Buat beberapa Pop Up dengan ukuran
yang sama, kemudian direkatkan pada masing-masing sisi
belakang Pop Up.
7) Menambahkan kertas sampul Lembaran Pop Up yang sudah jadi
kemudian diberi hard cover dibagian luar sebagai sampul. Sampul
dibuat semenarik mungkin dengan menambah beberapa hiasan.

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD


a. Pengertian Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA adalah sebagai mata pelajaran, diberikan
mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang sekolah menengah
atas. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi dilingkungan fisik maupun lingkungan sosial. (Jufri.
2017, hlm 122)
Menurut Wisudawati (2014, hlm. 26) Pembelajaran IPA adalah
interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk
kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah
13

melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses Pembelajaran IPA


terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran
Pembelajaran IPA merupakan usaha manusia dalam memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. (Susanto. 2013, hlm 167)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa
pembelajaran IPA adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu menjawab
permasalahan-permasalahan yang dijumpai, baik itu dilingkungan
fisik maupun lingkungan sosial guna mendapatkan suatu
kesimpulan dan mencapai kompetensi, tujuan pendidikan yang
diharapkan.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Susanto (2013, hlm 171) Pelaksanaan pembelajaran
IPA dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui
pembelajaran tersebut. Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaanNya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi ntara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
14

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam


memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.”

c. Fungsi Pembelajaran IPA


Menurut Widyatmoko (2012, hlm 51-56) mata pelajaran IPA di
SD dan Madrasah Ibtidaiyah berfungsi untuk menguasai konsep
dan manfaat Sains dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi
untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Adapun secara rinci fungsi mata pelajaran IPA antara lain ialah:
1) Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupn
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-
konsep IPA.
3) Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam
menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya.
4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala
keindahanya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan
mengagungkan Pencipta-Nya.
5) Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa
6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru
dalam bidang IPTEK.
7) Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap
IPA.”

d. Karakteristrik Pembelajaran IPA


Menurut Djumhana (2012, hlm. 41) Karakteristik Pembelajaran
IPA ada tiga yaitu:
15

1) Memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan


untuk menguji validitas (kebenaran) prinsip dan teori
ilmiah meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan
secara hipotesis. Teori dan prinsip hanya berguna jika
sesuai dengan kenyataan yang ada.
2) Pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang
diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi.
Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan
data yang teruji kebenarannya.
3) Memberi makna bahwa teori Sains bukanlah kebenaran
yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat
pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada
kreativitas dan gagasan tentang perubahan yang telah lalu
dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta
pengertian tentang perubahan itu sendiri.”

Sedangkan menurut Yulianti (2013, hlm 57) Pembelajaran IPA


terpadu mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Holistik adalah suatu gejala/fenomena yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji
dari beberapa bidang kajian sekaligus tidak dari sudut
pandang yang berkotak-kotak.
2. Bermakna adalah pengkajian suatu fenomena dari berbagai
aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
konsep -konsep yang berhubungan.
3. Otentik adalah pembelajaran terpadu memungkinkan siswa
memahami secara langsung prisip dan konsep yang ingin
dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung. (mereka
memahami dari hasil belajar sendiri, informasi dan
pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik)
4. Aktif adalah pembelajaran terpadu menekankan keaktifan
siswa dalam pembelajaran baik secara fisik maupun mental,
intelektual, maupun emosional guna tercapai hasil belajar
16

optimal dengan mempertimbangkan hasrat minat, dan


kemampuan siswa sehingga termotivasi untuk terus
belajar.”

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa


karakteristik IPA adalah pembelajaran yang dipelajari di sekolah
tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan
fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan
pengetahuan dasar IPA, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai
fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di
sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengarahkan pembelajaran
IPA dengan materi pokok Organ Pencernaan pada Manusia. Maka
dari itu peneliti akan membuat sebuah media pop-up book untuk
proses pembelajarannya.
D. Pemahaman Konsep
1. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan


konsep. Pemahaman menurut Sudjana (dalam Karunia dan Mulyono,
2016, hlm. 338) Pemahaman merupakan tingkat hasil belajar yang lebih
tinggi dari pada pengetahuan yang diperoleh, perlu adanya mengenal atau
mengetahui untuk dapat memahami.
Konsep menurut Hamalik (dalam Yuliani, dkk, 2018, hlm. 93)
yaitu:
"Konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri
umum. Konsep merujuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan
suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokan benda-benda atau
mengasosiasikan nama dalam suatu kelompok tertentu"
17

Lebih lanjut Putri (dalam Yuliani, dkk, 2018, hlm 94)


mengemukakan definisi pemahaman konsep yaitu:
"Pemahaman konsep adalah penguasaan sejumlah pembelajaran, dimana
siswa tidak sekedar men genal dan mengetahui, tetapi mampu
mengungkapkan kembali konsep dalam bentuk yang lebih Imudah
dimengerti Serta mampu mengaplikasikannya".
Dari beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan
pengertian pemahaman konsep yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang
terhadap sejumlah materi pembelajaran, kemampuan pemahaman konsep
yang baik menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu atau mengingat,
akan tetapi siswa juga mampu mengaplikasikannya.

2. Indikator Pemahaman Konsep

Anderson dan Krathwohl (2010, hlm. 106) mengemukakan bahwa,


“dalam kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif, meliputi:
menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik
inferensi/ menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan
menjelaskan (explaining)”.

a. Menafsirkan (interpreting), yaitu mengubah dari suatu bentuk informasi


ke bentuk informasi lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau
gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau sebaliknya,
maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat
paraphrase.
b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu memberikan contoh dari suatu
konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut
kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya
menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.
c. Mengklasifikasikan (classifying), yaitu mengenali bahwa sesuatu (benda
atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu.
18

d. Meringkas (summarizing), yaitu membuat suatu pernyataan yang


mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah
tulisan;
e. Menarik inferensi (inferring), yaitu menemukan suatu pola dari sederetan
contoh atau fakta.
f. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi persamaan dan
perbedaan yang dimiliki dua objek, ide ataupun situasi
g. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruk dan menggunakan model
sebab-akibat dalam suatu sistem.

Kilpatrick dan Findell (Dasari 2002: 21) mengemukakan indikator


pemahaman konsep yaitu:

a. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.


b. Kemampuan memberi contoh dari konsep yang telah dipelajari.
c. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep yang telah dipelajari

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas ciri-ciri pemahaman


konsep meliputi siswa dapat menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari,
mampu memberikan contoh dari konsep yang telah dipelajari serta mampu
mengaitkan berbagai konsep IPA yang telah di pahami.
Indikator pemahaman konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini
dikemukakan oleh Anderson dan Krathwohl (2010, hlm. 106) meliputi:
menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi/
menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan
(explaining).

E. Minat Belajar Siswa


1. Pengertian Minat Belajar

Secara bahasa, minat berarti kecenderungan hati yang tinggi


terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hlm. 1027).
19

Pengertian belajar menurut Ernest R Hilgard (Zanikhan, 2008), adalah


proses yang dengan sengaja menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan sebelumnya. Menurut Gagne
(Zanikhan, 2008), belajar merupakan perubahan yang diperlihatkan dalam
tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada
dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang sempurna itu.
Menurut Sardiman (2008, hlm 38).

Minat belajar menurut (Bahri, 2011 hlm 166) mengemukakan


bahwa minat belajar adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat belajar adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh.

Menurut (Slameto, 2013, 180) mengungkapkan bahwa Minat


adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di lur
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari.

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar


artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati
itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi,
sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah (Dalyono, 2009 hlm, 56-57).

Menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat


belajar adalah adalah kecenderungan hati dan jiwa terhadap suatu yang
dapat dipelajari yang diangg ap penting dan berguna sehingga sesuatu itu
diperlukan, diperhatikan dan kemudian diikuti dengan perasaan senang
20

seperti gairah, kemauan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan


tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari
pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu
mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa) seperti
perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan
melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Minat sangat
erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa
menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong
oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya
terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya,
orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung
jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa
merangsang minat siswa terhadap belajar.

2. Indikator Minat Belajar

Menurut (Safari, 2003) terdapat empat Indıkator minat, yaitu: a.


perasaan senang, b. ketertarikan Siswa, c. perhatian siswa, dan d.
keterlibatan siswa. Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap


suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu
yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk
mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung


merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman
afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendir.

c. Perhatian Siswa
21

Perhatian merupakan konsentrast atau aktivitas jiwa terhadap


penjamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari ada
itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya
akan memperhatikan objek terscbut.

d. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang


lersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan
dari objek tersebut.

Uno (2009) mengemukakan bahwa indikator minat belajar dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.


b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas ciri-ciri minat belajar


meliputi perasaan senang akan mempelajari suatu mata pelajaran maka siswa
tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginnya, kemudian ada
ketertarikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran IPA, Adapun perhatian
siswa terfokuskan pada objek tertentu yang mengakibatkan keterlibatan siswa
dalam melakukan atau mengerjakan objek tersebut.

Indikator minat belajar siswa yang di gunkan dalam penelitian ini di


kemukakan oleh Safari (2003), yaitu: perasaan senang, ketertarikan siswa,
perhatian siswa dan keterlibatan siswa, karena penelitian ini akan lebih sesuai
untuk di gunakan sebagai tolak ukur dalam peningkatan minat belajar siswa.

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


22

1. Skripsi Sulastri (2016) dengan judul “Pengembangan Media Pop-up


Book Untuk Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sd Negeri
Bangunharjo Bantul”.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan Media pop-up book yang layak
digunakan untuk membaca permulaan siswa kelas I SD. Hal ini
dibuktikan dari hasil validasi ahli materi mendapatkan skor rata-rata
4,60 dengan kategori sangat baik.
Hasil validasi ahli media mendapat skor rata-rata 4,25 termasuk
dalam kategori sangat baik. Validasi empiris media pop-up book
dilakukan terhadap siswa kelas I SD Negeri Bangunharjo Bantul. Hasil
uji coba perorangan mendapat skor rata-rata 4,39 termasuk dalam
kategori sangat baik. Hasil uji coba kelompok kecil mendapat skor rata-
rata 4,53 termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan
mendapat skor rata-rata 4,64 termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Skripsi Nur Indah Sylvia (2015), dengan judul “Pengaruh Penggunaan
Media pop-up book Terhadap Keterampilan Menulis Narasi Siswa
Sekolah Dasar”.
Hasil penelitian menunjukkan nilai pretest berjumlah 1319 dengan
rata-rata kelas sebesar 52,76 dan nilai post-test berjumlah 1853 dengan
rata-rata kelas sebesar 74,12. Data hasil nilai pre-test dan post-test
keterampilan menulis siswa dianalisis dengan uji t. Observasi
keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dua kali, pada pertemuan 1
dan pertemuan 2 keterlaksanaannya 100% sesuai yang telah
dirumuskan dalam RPP dan nilai ketercapaian rata-rata sebesar 96,67.
Hal ini menunjukkanbahwa penggunaan media pop-up book terlaksana
dengan sangat baik. Pada uji t diperoleh hasil thitung = 9,565 dan ttabel =
2,064 sehingga thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pada penggunaan media pop- up book terhadap
keterampilan menulis narasi.
23

3. Jurnal, Giyanti yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Pop Up


Book Mata Pelajaran IPA untuk Anak Tunarungu Kelas IV SDLB B DI
Yogyakarta”.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil validasi oleh dua ahli
media pop up book memperoleh skor rata-rata 3,59 kategori layak, dan
hasil validasi oleh dua ahli materi memperoleh skor rata-rata 3,81
kategori layak dan uji coba pemakaian memperoleh skor rata-rata 0,98
kategori layak. hasil keseluruhan uji coba bahan ajar pop up adalah
layak.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti menggunakan
mata pelajaran IPA, dengan memvalidasi oleh ahli media dan ahli
materi. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian ini penaruh
penggunaan media pop up book, sedangkan penelitian Giyanti menguji
cobaan bahan ajar pop up book.
4. Skripsi, Seflan Tanton Saputra, yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Media Hutan Dongeng Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II SDN 68 Bengkulu
Tengah”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar
menggunakan media hutan dongeng pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas II terdapat pengaruh dibandingkan sebelum penerapan
media hutan dongeng, dengan perhitungan Uji t thitung > ttabel (2,304 >
2,021).
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti menggunakan
media yang jenisnya tiga dimensi, dan menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan metode eksperimen. Sedangkan perbedaannya adalah
terletak pada mata pelajarannya, dalam penelitian ini mata pelajarannya
yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA), sedangkan penelitian Seflan mata
pelajarannya Bahasa Indonesia.
5. Jurnal, Kurniawati (2016) dengan judul “Pengaruh Metode Bercakap-
Cakap Berbasis Media Pop-up Book Terhadap Kemampuan Berbicara
Anak Kelompok A”, dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa dari
24

hasil penelitian dengan uji wilcoxon dapat diketahui bahwa thitung>ttabel


(0<52) dengan taraf signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
Jadi, apabila thitung>ttabel maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan metode bercakap-cakap berbasis
media Pop-up Book terhadap kemampuan berbicara anak.

G. Kerangka Berfikir
Selama ini siswa menganggap bahwa pelajaran IPA adalah suatu
pelajaran yang sulit karena cenderung bersifat menghafal dan memerlukan
tingkat pemahaman yang tinggi untuk menguasai suatu materi khusus nya
materi panas dan perpindahannya. Sifat inilah menyebabkan bahwa
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan membuat
siswa semakin malas, sehingga menjadi kurang memahami serta minat
belajar IPA menurun. Jika keadaan ini bertahan terus menerus dalam
waktu yang panjang, maka tentu mempengaruhi sikap siswa terhadap
pelajaran IPA.
Penerapan suatu model, strategi, atau media dalam pembelajaran IPA,
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan
siswa secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi,
karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi,
metode dan media pembelajaran yang tepat, efektif, efisien dan mengenai
pada tujuan yang di harapkan salah satunya dapat melibatkan siswa secara
aktif, menarik minat dan perhatian siswa, mengembangkan motivasi
siswa, sehingga tentunya dapat meningkatkan pemahaman dan minat
belajar. Diharapkan siswa dapat memahami serta meningkatkan minat
belajar IPA dan kesan negatif dalam pelajaran IPA dapat di hilangkan.
Selain itu, isinya diselingi dengan unsur yang menarik sehingga
mempelajarinya menjadi menyenangkan. Jika media pop-up book
digunakan dalam proses belajar mengajar, maka media pop-up book dapat
membantu menciptakan tingkat pemahaman dan minat belajar dalam
25

pembelajaran IPA. Berdasarkan uraian tentang pemahaman dan minat


belajar IPA dan fungsi media pop-up book diharapkan bahwa media pop-
up book dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar IPA. Untuk
lebih jelasnya, penjelasan uraian di atas dapat dilihat gambar 1.2

Gambar 1.2
Kerangka Berfikir

Identifikasi Masalah

1. Rendahnya kemampuan pemahaman


siswa
2. Rendahnya minat belajar siswa

Pemecahan masalah agar


kemampuan pemahaman dan minat
belajar siswa meningkat

Dengan menggunakan media pembelajaran pop up book

Penggunaan media pop up book


lebih efektif dan meningkatkan
kemampuan pemahaman serta
minat belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono. 2016,
hlm 2). Dalam penelitian ini, tujuan utamanya yaitu untuk mengetahui
kemampuan pemahaman dan minat belajar siswa dengan melalui
penggunaan media pop-up book yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Menurut Tanzeh (2011, hlm 63-64) Pendekatan kuantitatif
adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-
induktif, yang artinya pendekatan penelitian ini berangkat dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman penulis
berdasarkan pengalamannya. Kemudian dikembangkan menjadi
permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran dalam bentuk data empiris di lapangan.
Menurut pendapat Sugiyono(2010, hlm 14) penelitian kuantitatif
adalah salah satu jenis penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analasis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
jenis eksperimen (Pre•Eksperimental Design). Metode eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
terhadap yang lain dengan kondisi yang terkendalikan. Adapun alasan
menggunakan Pre•Eksperimental Design yaitu karena pada penelitian ini
tidak terdapat kelas kontrol dan sampel yang dipilih tidak secara random.
Desain penelitian ini adalah One Group Pretest Postest Design. Alasan
peneliti menggunakan One Group Pretest Postest Design karena desain
penelitian hanya menggunakan satu kelompok saja. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan penelitian di kelas V SDN 2 Karangmulya.

24
25

Adapun dalam proses pelaksanaan penelitian siswa diberikan pretest


terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan atau treatment, sesudah
treatment selesai maka langkah selanjutnya siswa diberikan postest untuk
mengetahui sejauh mana perubahan siswa sesudah diberikan treatment
dengan begitu hasil perlakuan dapat diketaui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebalum diberi trecatment. Desaign
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Bentuk desain ini dapat dilihat pada tabel 1.3


Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Keterangan :
O1 = Nilai pretest sebelum ada treatment
X = Treatment menggunakan media pop-up book
O2 = Nilai posttest sesudah diberikan treatment
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2016, hlm
38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam,
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen atau
variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan
variabel dependen atau variabel terikat (Y) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independen. Pada
penelitian ini memiliki variabel sebagai berikut :
26

Variabel bebas (X) : Media Pop Up Book

Variabel terikat (Y) : Y1 Kemampuan Pemahaman

Y2 Minat Belajar

1. Variabel bebas (independent variabel) yaitu “variabel yang menjadi


sebab atau mempengaruhi timbulnya atau berubahnya variabel
dependen.ˮ Tanzeh (2011, hlm 85) Dengan kata lain variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Menurut Kadir (2015, hlm 8) Dalam penelitian ini media pop book
disebut variabel bebas atau variabel (X).
2. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu “variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas atau
independen.ˮ Tanzeh (2011, hlm 85) dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikat adalahkemampuan pemahaman dan minat
belajarm. Selanjutnya dalam penelitian ini variabel terikat disebut
juga variabel (Y).

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai keseluruhan atau objek yang
menjadi sasaran penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu.
(Sundayana. 2018, hlm 15)
Sedangkan menurut Sugiyono (2016, hlm. 80) bahwa populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik /
sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu.
27

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa


SDN 2 Karangmulya yang terdiri dari kelas V yang berjumlah 28
siswa
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sedangkan yang dijadikan sampel, peneliti menggunakaan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Teknik ini biasanya dikatakan sebagai suatu
proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu
jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel
dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak
menyimpang dari ciri-ciri sampel yang di tetapkan.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28
siswa dari kelas V SDN 2 Karangmulya.

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data
Menurut, Juliansyah (2012, hlm. 138) Cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian guna
menjawab rumusan masalah penelitian disebut dengan teknik
pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan diantaranya:
a. Angket (kuesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam
hal ini yaitu laporan tentang pribadi atau hal-hal lainnya.
“Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan ataupun pernyataan
28

yang akan diberikan kepada responden untuk dijawab.”


Sugiyono (2016, hlm. 142)
Angket dalam penelitian ini hasilnya berfungsi untuk
memberikan informasi terkait dengan jawaban dari responden,
dan penggunaan angket ini untuk mendapatkan data tentang
penggunaan media pembelajaran. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan
pengaruh penggunaan media pop-up book dalam pembelajaran.
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket langsung, yang berbentuk skala likert dengan
pertanyaan bersifat tertutup yaitu dengan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan telah tersedia. Dalam hal ini, peneliti
memberikan beberapa alternatif jawaban kepada responden
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan selanjutnya
responden memilih alternative jawaban yang sesuai dengan
pengetahuannya dengan memberi tanda check list (√) pada
alternative jawaban tersebut. Instrumen tersebut menggunakan
skala likert dengan gradasi jawaban SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

b. Tes
Menurut Arikunto (2016) tes adalah prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil aspek kognitif
siswa. Menurut Jihad dan Haris (2012, hlm. 67) Tes merupakan
himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi,
atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang
dites. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes
pada penelitian ini berupa Posttest yang digunakan dengan
tujuan untuk mengukur pengetahuan IPA siswa. Posttest
diberikan setelah sampel memperoleh perlakuan.
29

Tes yang digunakanan dalam penelitian ini menggunakan


tes lisan dan tindakan. Melalui metode tes lisan dan tindakan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan
setelah diberikan perlakuan terhadap pemahaman konsep
pembelajaran IPA dengan menggunakan media Pop Up Book.

2. Instrumen Penelitian
Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran, maka dengan
itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam sebuah penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data untuk mengukur
fenomena alam ataupun sosial yang diamati, agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis, sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instumen berupa
angket, tes dan observasi dalam angket tertutup, yaitu kuesioner yang
disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga
responden hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket
digunakan untuk mencari data tentang minat belajar siswa sebelum
dan setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen, untuk
mengetahui perbedaan minat belajar siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol, serta untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
minat belajar siswa kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
berupa pembelajaran dengan media pop-up book.
E. Metode Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas
ini digunakan uji Chi-Kuadrat (x2) Teknik ini digunakan untuk
menguji signifikansi perbedaan frekuensi. Teknik ini juga
30

dapat digunakan untuk mengadakan estimasi dan untuk


menguji hipotesis.
Rumus untuk mencari Chi-Kuadrat (X2) yang tercantum dalam
Sundayana (2018, hlm. 88) adalah sebagai berikut:

x =∑ ¿ ¿ ¿
2

Keterangan:
X2 = Nilai Chi-Kuadrat
fi = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)
Ei = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Adapun kriteria dalam pengujian ini, jika chi-kuadrat


hitung dalam tabel (X2hitung ) lebih kecil dari chi-kuadrat (X2)
dalam tabel pada taraf signifikansi 5% atau p > 0,05, maka
sebaran datanya berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya

b. Uji Homogenitas
Uji homegenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
sampel berasal dari variansi yang sama atau tidak. Uji yang
digunakan dalam uji homogenitas adalah uji F. Rumus uji F
tersebut ditunjukkan sebagai berikut :

varian terbesar
F=
varianterkecil

Adapun kriteria dalam pengujian ini adalah jika fhitung


lebih kecil daripada ftabel maka dapat dikatakan sampel
homogen atau sebaliknya.
31

c. Uji t
Uji t digunakan setelah data hasil penelitian diketahui sebaran
datanya berdistribusi normal, serta mempunyai varian yang
homogen, maka uji t dapat digunakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya
2. Menentukan nilai t hitung dihitung dengan rumus

Keterangan:

X1 = nilai rata-rata pada kumpulan data pertama

X2 = nilai rata-rata dari kumpulan data kedua

n1 = jumlah ulangan atau data pada kumpulan data pertama

n2 = jumlah ulangan atau data pada sekumpulan data kedua

S = standar deviasi atau variasi

Keterangan :

n1 = jumlah data atau ulangan pada kumpulan pertama

n2 = jumlah data atau ulangan pada kumpulan kedua

S1 = standar deviasi dari kumpulan data pertama


32

S2 = standar deviasi dari kumpulan data kedua

3. Menentukan nilai ttabel = ta (dk=n1=n2-2)


4. Kriteria penguji hipotesis:
Jika: -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

d. Uji Gain Ternormalisasi Besarnya peningkatan sebelum dan


sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi
( normalized gain) yang dikembangkan oleh Hake sebagai
berikut:
Gain ternormalisasi (g) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Kategori gain ternormalisasi (g) menurut Hake ( dalam
Sundayana (2020, hlm.151 ) :
Interpretasi Gain Ternormalisasi

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi

-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan

g = 0,00 Tetap

0.00 < g < 0,30 Rendah

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi

e. Uji Manova
33
34

Anda mungkin juga menyukai