Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

MOTIF BELAJAR INTERNAL SISWA KELAS XII IPA DENGAN


METODE PENDIDIKAN JARAK JAUH DI SEKOLAH MENENGAH
ATAS SANTO KRISTOFORUS 1 JAKARTA TAHUN AKADEMIK
2020/2021

Disusun Oleh:
Yoel Yulisti Tua Sirait 2017-0304-0023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN BAHASA
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena saya telah
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Motif Belajar Internal Siswa Kelas
XII IPA Dengan Metode Pendidikan Jarak Jauh Di Sekolah Menengah Atas Santo
Kristoforus 1 Jakarta Tahun Akademik 2020/2021". Penulisan proposal ini dilakukan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sebagai mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling Unika Atma Jaya. Terdapat beberapa hambatan yang
penulis alami dalam penyusunan proposal skripsi. Oleh karena itu, penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak lain berkat bimbingan
dosen, serta dukungan teman-teman, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
bisa diatasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Laura F.N. Sudarnoto, selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian yang telah memberikan arahan dalam penyelesain proposal
skripsi.
2. Teman-teman mahasiswa mata kuliah Metodologi Penelitian yang membantu
dalam proses diskusi judul pada saat perkuliahan.
3. Orang tua dan keluarga penulis, Papa, Mama, Sari, dan Tia yang selalu
memberikan dukungan doa, semangat, bantuan moral, dan material untuk
menyelesaikan perkuliahan dan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi yang saya susun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan saran demi
penyempurnaan proposal skripsi ini. Penulis berharap konten, informasi, dan kajian
teori dalam proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sudut
pandang baru bagi pihak yang membutuhkan, terkhusus pendidik dan guru BK.

Jakarta, 03 Agustus 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 2

1. Identifikasi masalah 2

2. Pembatasan 3

3. Perumusan masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN TEORETIS 5

A. Motivasi 5

B. Motivasi Belajar 5

C. Jenis-Jenis Motivasi Belajar 7

1. Motif Belajar Internal 7

2. Motivasi belajar eksternal 8

D. Fungsi Motivasi Belajar 9

E. Prinsip-Prinsip Motif Belajar Internal 10

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motif Belajar Peserta Didik 10

G. Meningkatkan Motivasi Belajar 11

ii
BAB III Metode Penelitian 15

A. Populasi dan Sampel 15

B. Waktu dan Tempat 15

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 15

1. Definisi Operasional 15

D. Jenis Penelitian 15

E. Teknik Pengumpulan Data 16

F. Teknik Analisis Data 16

1. Analisis Ujicoba 16

2. Analisis Rasional 16

3. Analisis Empiris 16

Daftar Pustaka17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menengah atas sebagai salah satu lembaga pendidikan wajib 12 tahun
yang memiliki fungsi bagi para siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
aktivitas belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, sekolah menengah atas
merupakan tempat bagi para siswa dididik dan dibina agar dapat menjadi peserta
didik yang memiliki karakter, terampil, produktif, peduli, dan bersikap baik, serta
dapat mengembangkan pengetahuannya. Pendidikan merupakan tindakan yang
mendidik para siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam strategi kegiatan
bimbingan, pengajaran atau latihan, baik secara klasikal maupun secara pribadi.
Bimbingan pada hakekatnya merupakan pemberian bantuan, arahan, motivasi, dan
penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi
kesulitan tersendiri yang siswa alami.

Tantangan dan hambatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah


semakin besar, karena penyesuaian pembelajaran dengan metode pendidikan jarak
jauh (PJJ). Metode pendidikan jarak jauh sudah resmi dan diterapkan oleh
beberapa sekolah yang berada dalam zona merah pandemi covid 19. Hal ini sangat
mempengaruhi gairah atau semangat para siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh memiliki
keterbatasan yang berdampak terhadap para siswa. Salah satu hal yang berdampak
besar adalah motif belajar dalam diri para siswa. Motif belajar siswa sangat
menentukan hasil belajar dan keaktifan dalam setiap kegiatan belajar mengajar
dengan metode pendidikan jarak jauh yang dicapai oleh siswa tersebut. Siswa
yang memiliki motif belajar tinggi akan mampu mencapai hasil belajar yang
tinggi, tetapi sebaliknya, siswa yang memiliki motif belajar rendah cenderung
mendapatkan hasil belajar yang rendah pula dan akan mengalami kesulitan belajar
yang lebih tinggi dengan metode pembelajaran jarak jauh.

Menurut tim pengembang ilmu pendidikan (2007) motivasi merupakan suatu


keadaan internal ataupun eksternal yang menimbulkan, mengarahkan, dan
memperkuat individu. Dalam pembelajaran dengan metode pendidikan jarak jauh,

1
motif sangat erat hubungannya dengan perilaku siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar dimulai. Motif siswa akan tumbuh dengan baik apabila ada upaya yang
dilakukan oleh pengajar untuk membangkitkan motivasi tersebut, hal ini disebut
dengan motif belajar eksternal. Namun motif yang timbul dalam diri siswa yang
mendorong agar memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, mengerjakan tugas-
tugas, memotivasi untuk bersaing dalam belajar, mengerjakan ulangan dll, dikenal
dengan istilah motif belajar internal. Daya upaya yang telah dilakukan pengajar
dalam metode pendidikan jarak jauh, tidak dapat menjamin para siswa semangat
dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar, masih ada siswa yang memiliki
motivasi yang rendah. Hal ini tampak pada saat proses belajar mengajar
pendidikan jarak jauh berlangsung, yaitu dengan terlihatnya siswa yang
menunjukan gejala-gejala kurang bergairah dalam belajar. Kondisi demikian juga
tampak pada saat kesiapan para siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Adakalanya terlihat siswa merasa bosan, bingung, dan tidak bergairah dalam
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.
Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor penyebab yang memungkinkan
siswa tidak bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran pada saat pendidikan
jarak jauh. Berdasarkan uraian tersebut, penulis terdorong untuk meneliti motif
belajar internal siswa kelas XII IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA
Santo Kristoforus 1 Jakarta tahun akademik 2020/2021 yang akan diwujudkan
dalam skripsi diwaktu mendatang.

B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah
tersebut:
a. Apa yang dimaksud dengan motif belajar internal?
b. Bagaimana gambaran mengenai kondisi motif belajar internal siswa kelas XII
IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta
tahun akademik 2020/2021?
c. Mengapa para siswa kurang bergairah dalam kegiatan belajar mengajar
pendidikan jarak jauh?

2
d. Perilaku belajar seperti apa yang menggambarkan siswa memiliki motif belajar
internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh?

2. Pembatasan
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah mengenai
gambaran kondisi motif belajar internal siswa kelas XII IPA dengan metode
pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta tahun akademik
2020/2021.

3. Perumusan masalah
Adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran mengenai kondisi motif belajar internal siswa kelas XII
IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta
tahun akademik 2020/2021?
b. Perilaku belajar seperti apa yang menggambarkan siswa memiliki motif belajar
internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh? Bagaimana cara mengetahui perilaku belajar siswa??

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini sebagai berikut:
a. Menguraikan gambaran kondisi motif belajar internal siswa memiliki motif
belajar internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode
pendidikan jarak jauh.
b. Menjabarkan perilaku belajar siswa yang memiliki motif belajar internal yang
baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Kepada Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1 Jakarta, penelitian ini
dapat memberikan gambaran fakta dan kondisi motif belajar internal siswa
kelas XII IPA sebagai referensi untuk memberikan metode pembelajaran

3
efektif, kreatif, dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode
pendidikan jarak jauh.
b. Kepada para siswa kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas Kristoforus 1
Jakarta, penelitian ini dapat memberikan pemahaman terkait kondisi motif
belajar internal para siswa untuk mengambil langkah strategis dalam upaya
meningkatkan diri pada kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh.
c. Kepada orang tua atau keluarga siswa kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas
Santo Kristoforus 1 Jakarta, penelitian ini dapat memberikan pemahaman
gambaran kondisi motif belajar internal dari anaknya sebagai dasar untuk
mendampingi dan mengasuh.

4
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata motif. Winkel (1983) menyatakan bahwa motif
adalah daya penggerak atau pendorong yang terdapat didalam diri individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut
Slavin (2019) motivasi sebagai proses yang terjadi didalam diri yang
mengaktifkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut Slavin (2019) menjelaskan motivasi bukan hanya berperan penting
untuk memberdayakan siswa terlibat dalam kegiatan akademis, namun juga
menentukan seberapa luas dan utuh hal yang dipelajari siswa dari kegiatan belajar
mengajar yang para siswa lakukan atau dari informasi yang diberikan kepada
mereka. Fauziah dkk (2017) menambahkan motivasi adalah dorongan individu
yang dialami secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu aktivitas
dalam mencapai tujuannya. Lebih lanjut Fauziah dkk (2017) menyatakan motivasi
juga dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) dan dari orang lain (eksternal).

Parnawi (2019) menyatakan motif adalah kekuatan pendorong yang berada


didalam diri individu untuk berbuat sesuatu. Lebih lanjut, Parnawi (2019)
menyatakan motif dipengaruhi oleh dua faktor, faktor eksternal dan faktor
internal. Menurut Walgito (2004, dalam Pamawi 2019) motivasi adalah perilaku
mengarah ke tujuan yang di dorong oleh kondisi dalam diri seseorang. Plotnik
(2005, dalam Parnawi 2019) juga menyatakan faktor fisiologi dan psikologi
individu diarahkan oleh motivasi individu pada saat beraktivitas di waktu dan
dengan cara tertentu. Lebih jauh lagi, Mc. Donald (dalam Parnawi 2019)
menyatakan motivasi adalah energi yang diubah menjadi sebuah reaksi yang
menimbulkan afeksi kuat untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan motivasi adalah kekuatan individu yang mendorong dan
mengarahkan seseorang untuk berperilaku tertentu dalam mencapai tujuan.

5
B. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi dan
belajar merupakan sebuah kesatuan yang saling mempengaruhi. Belajar adalah
perilaku yang mengarahkan diri kepada perubahan berbagai aspek individu yang
akan memperbaharui, pengetahuan, keterampilan, sikap, pengalaman, dan nilai.
Lebih spesifik, belajar adalah perubahan yang melibatkan aspek kognitif individu
dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Kurniasih (1989, dalam Susanto 2018) motivasi belajar adalah segala
daya upaya peserta didik yang berfungsi untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar. Kurniasih (1989, dalam Susanto 2018) lanjut menyatakan motivasi belajar
bukan hanya dorongan jiwa atau kemauan peserta didik melainkan segala daya
upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Fauziah dkk (2017)
menyatakan peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan fokus, serius, dan
tertarik dalam kegiatan belajar mengajar, namun peserta didik yang tidak memiliki
motivasi belajar cenderung atau selalu merasa jenuh dan tidak bergairah dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Fauziah dkk (2017) membuat sebuah ilustrasi
yang menarik tentang motivasi belajar ketika kegiatan belajar mengajar, ilustrasi
yang dibuat adalah motivasi belajar seperti bahan bakar untuk menggerakan
mesin. Selanjutnya Prayitno (1989, dalam Susanto 2018) menyatakan motivasi
belajar bukan hanya perubahan suatu energi yang mendorong peserta didik untuk
belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan perilaku peserta didik kepada
tujuan belajar. Menurut Suryabrata (2008, dalam Badaruddin 2015) bahwa peserta
didik yang mengarahkan perilaku kepada tujuan belajar dan memiliki motif
belajar dapat diketahui melalui aktivitas-aktivitas selama proses belajar, antara
lain:
1) Menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.
2) Mengikuti pelajaran di kelas.
3) Menindak lanjuti pelajaran di sekolah.

Selanjutnya, Badaruddin (2015) menyatakan motivasi belajar adalah suatu


tindakan yang didorong oleh psikologis individu untuk mencapai tujuan belajar.
Hal ini diperkuat oleh Hamzah (2012, dalam Badaruddin 2015) menyatakan

6
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
diwujudkan pada kegiatan belajar mengajar. Lebih lengkap lagi Mc Clelland
(1961, dalam Susanto 2018) menyatakan motivasi belajar merupakan upaya besar
dalam diri yang diperlihatkan individu untuk mencapai keberhasilan belajar.
Berdasarkan pernyataan Mc Clleland (1961, dalam Susanto 2018) diketahui
bahwa motivasi belajar merupakan suatu proses internal dalam diri individu yang
memberikan semangat atau dorongan dalam belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan yang terdapat pada peserta didik (internal dan eksternal) yang
menggerakan individu pada perilaku-perilaku belajar untuk mencapai tujuan dan
keberhasilan tertentu.

C. Jenis-Jenis Motivasi Belajar


Perumusan tentang jenis-jenis motivasi belajar hanya dapat dipahami oleh dua
perspektif, yakni motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu yang
disebut motif belajar internal, dan motivasi belajar yang berasal dari luar diri
individu yang disebut motif belajar eksternal. Indikator motif belajar internal dan
eksternal (Badaruddin 2015) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Terdapat hasrat dan keinginan berhasil (motif belajar internal).
2) Terdapat dorongan dan kebutuhan dalam belajar (motif belajar internal).
3) Terdapat harapan dan cita-cita masa depan (motif belajar internal).
4) Terdapat penghargaan dalam belajar (motif belajar internal).
5) Terdapat kegiatan yang menarik dalam belajar (motif belajar eksternal).
6) Terdapat lingkungan belajar yang kondusif (motif belajar eksternal).

Menurut Badaruddin (2015) jika peserta didik mampu memahami tujuan belajar,
kemungkinan besar peserta didik akan termotivasi untuk belajar, dan hal ini yang
dapat diukur dengan aspek-aspek motif belajar internal maupun eksternal.

1. Motif Belajar Internal


Menurut Parnawi (2019) motivasi belajar internal adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau bergerak sesuai fungsinya tanpa perlu stimuli dari faktor
eksternal, karena didalam diri setiap peserta didik sudah terdapat dorong untuk
melakukan sesuatu. Parnawi (2019) menyatakan lebih lanjut, peserta didik yang

7
tidak memiliki motivasi belajar internal akan sangat kesulitan melakukan aktivitas
belajar mengajar secara konsisten. Oleh karena itu, motivasi belajar internal
sangat penting dalam keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Parnawi (2019) menambahkan bahwa peserta didik yang memiliki
motivasi belajar internal akan terus ingin maju dalam belajar, cenderung akan
menjadi seseorang terdidik, berwawasan, dan mempuyai kemampuan dalam
bidang tertentu. Selanjutnya menurut Sadirman (2004: 81, dalam Susanto 2018)
indikator motif belajar internal sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas. Terlihat pada perilaku mencari berbagai sumber
buku untuk mengumpulkan informasi dalam mengerjakan tugas, dan
terdorong mengerjakan tugas dengan tekun sampai tuntas.
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak mudah putus asa
dan terbiasa mengeumpulkan tugas tepat waktu. Peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam mata pelajaran, terdorong untuk bertanya
kepada guru atau teman sekelas.
3) Tertarik terhadap bermacam-macam masalah-masalah belajar dalam diri.
Berani menghadapi hambatan dan kendala dalam belajar serta peserta
didik mampu menemukan solusi dalam ketika menghadapi hambatan
dalam belajar.
4) Lebih senang bekerja mandiri. Peserta didik bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas mata pelajaran secara mandiri dan dengan rasa
senang.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional. Peserta didik
memiliki prinsip yang kuat dalam mempertahankan argumennya, dan
yakin dengan apa yang telah dia kerjakan.

Menurut Susanto (2018) apabila seseorang telah memiliki karakteristik


sebagaimana telah disebutkan di atas, maka berarti seseorang itu telah memiliki
motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan penjelasan dari paragraf sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa, indikator motif belajar internal tekun menghadapi
tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, tertarik terhadap bermacam-macam
masalah-masalah belajar dalam diri, lebih senang bekerja secara mandiri, cepat

8
bosan terhadap tugas-tugas rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan
rasional.

2. Motivasi belajar eksternal


Motivasi belajar eksternal adalah kebalikan dari motivasi belajar internal, artinya
motif-motif yang aktif dan bergerak karena terdapat stimuli dari luar diri (Parnawi
2019). Selanjutnya, Slavin (2019) menyatakan motivasi ekstrinsik adalah imbalan
atas kegiatan belajar mengajar yang tidak melekat pada bahan yang dipelajari,
yang berupa pujian, nilai, penghargaan, hingga hadiah atau imbalan lain. Dengan
demikian, dapat disimpulkan motivasi belajar eksternal adalah dorongan yang
diberikan dari luar peserta didik untuk dapat melakukan sesuatu dalam mencapai
tujuan belajar.

D. Fungsi Motivasi Belajar


Parnawi (2019) menyatakan motif belajar internal dan motif belajar eksternal
berfungsi sama sebagai pendorong dan penggerak yang menyatu dalam sikap
terimplikasi dalam perbuatan. Selanjutnya, Parnawi (2019) menyatakan dorongan
adalah peristiwa psikologis dari dalam diri yang memunculkan hasrat untuk
bergerak dan berperilaku/berbuat sesuatu. Lebih jauh, Parnawi (2019)
merumuskan ketiga fungsi motivasi belajar sebagai berikut:
1) Motivasi belajar sebagai pendorong perbuatan. Peserta didik diawali
dengan sikap dan tidak memiliki gairah untuk belajar, namun karena ada
sesuatu yang dicari atau mau diketahui, muncullah dorongannya untuk
belajar.
2) Motivasi belajar sebagai penggerak. Dorongan psikologis yang terdapat
dalam diri peserta didik, diwujudkan dalam sebuah kegiatan psikologis
dan fisik. Peserta didik yang sudah memiliki aktivitas belajar cenderung
berperilaku belajar dengan segenap jiwa dan raga.
3) Motivasi belajar sebagai pengarah perbuatan. Dengan memiliki motivasi
belajar, peserta didik memahami perilaku/perbuatan yang mana yang harus
dilakukan dan perilaku/perbuatan yang diabaikan.
Selain sebagai pendorong aktivitas belajar, motif dalam belajar dapat menjadi
kontrol diri agar dapat mencapai tujuan belajar. Pendapat yang sama juga

9
dirumuskan oleh Syaiful (2012, dalam Badaruddin 2015) mengenai fungsi dari
motif belajar, sebagai berikut:
1) Motif sebagai pendorong yang merupakan motor penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan kepada tujuan yang dicapai, yaitu tujuan
belajar.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan
yang serasi dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif belajar memiliki tiga fungsi
utama antara lain, sebagai pendorong, penggerak, dan menyeleksi perbuatan
dalam kegiatan belajar mengajar.

E. Prinsip-Prinsip Motif Belajar Internal


Prinsip-prinsip motif belajar berhubungan dengan banyak hal. Menurut Syaiful
(2011: 152, dalam Badaruddin), prinsip-prinsip motif dalam belajar diantaranya
sebagai berikut:
1) Motif sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar. Ketertarikan
pada suatu hal merupakan alat motivasi dalam belajar yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motif peserta didik. Apabila peserta didik
sudah termotivasi dalam belajar, maka peserta didik tersebut akan
melakukan aktivitas belajar dalam rentangan tertentu.
2) Motif internal lebih utama daripada motif eksternal dalam belajar. Peserta
didik yang belajar berdasarkan motif internal sangat sedikit terpengaruh
dari luar. Tekad belajarnya sangat kuat. Peserta didik belajar bukan karena
mendapatkan pujian dari orang lain ataupun hadiah, namun karena dalam
dirinya peserta didik bergairah memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.
3) Motif sangat erat berhubungan dengan kebutuhan dalam belajar.
Kebutuhan yang tak dapat dihindari oleh peserta didik adalah
mengembangkan potensi diri atau aktualisasi diri.
4) Motif dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam belajar. Dengan adanya
motif dalam belajar pada peserta didik, maka kegiatan belajar mengajar
bukanlah hal yang sia-sia atau tidak bermakna baginya. Peserta didik

10
memiliki persepktif hasilnya akan berguna dikemudian hari. Bahkan dapat
menghindari dan mencegah peserta didik untuk mencontek dan stres
ketika ujian. Hal ini menunjukan optimisme peserta didik.
5) Motif belajar dapat melahirkan prestasi dalam belajar. Berbagai hasil
penelitian selalu menyimpulkan bahwa motif mempengaruhi prestasi
belajar. Tinggi rendahnya motif selalu menjadi indikator baik buruknya
prestasi belajar peserta didik.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motif Belajar Peserta Didik


Motif belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor motif belajar
tersebut mempengaruhi tingkatan motif dalam belajar. Terdapat enam faktor yang
berpengaruh terhadap motif belajar, menurut Wlodkowski (2008, dalam
Badaruddin 2015) sebagai berikut:
1) Sikap. Sikap merupakan kecenderungan bagaimana peserta didik
merespon kebutuhan dalam belajar, yang didasarkan pada pemahaman
pembelajar tentang untung-rugi dalam perbuatan belajar yang sedang
dilakukan.
2) Kebutuhan. Kebutuhan adalah kekuatan dari dalam diri peserta didik,
sebagai pendorong pembelajar untuk berbuat menuju ke arah tujuan yang
telah ditetapkan.
3) Ransangan. Ransangan yang dimaksud pada faktor ini adalah perasaan
bahwa potensi yang diperoleh peserta didik dari belajar dapat
meningkatkan kemampuan untuk menguasai dan berdaptasi di
lingkungannya, untuk terus meransang belajar.
4) Emosi. Emosi adalah perasaan/suasana hati yang timbul sewaktu
menjalankan kegiatan belajar.
5) Kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan/keahlian tertentu peserta
didik untuk menguasai lingkungan dalam arti luas.
6) Penguatan. Penguatan adalah hasil belajar yang baik biasanya merupakan
penguatan dan pemantapan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar
yang lebih lanjut dan konsisten.

11
G. Meningkatkan Motivasi Belajar
Kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh (PPJ), cenderung
memperkuat tidak bergairahnya peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Belum lagi, mungkin terdapat peserta didik yang tidak termotivasi dalam belajar.
Sebagian siswa mungkin dapat terlibat aktif, namun sebagian yang lain tidak
terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak
jauh. Peran guru penting dalam menciptakan kondisi kegiatan belajar mengajar
yang mendorong peserta didik untuk bergairah dalam belajar. Menurut De Decce
dan Grawford (1974, dalam Parnawi 2019) ada empat peran guru sebagai pengajar
yang berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motif belajar peserta
didik, sebagai berikut:
1) Menggairahkan peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan
metode pendidikan jarak jauh, guru harus mampu menarik rasa penasaran
peserta didik dalam belajar dan menghindari hal-hal yang monoton atau
membosankan. Dengan menarik rasa penasaran, guru sedang menjaga
minat peserta didik dalam belajar dan guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
2) Memberikan harapan realistis. Guru harus mampu memilihara harapan-
harapan peserta didik secara realistis dan memodifikasi harapan-harapan
tidak realistis peserta didik dengan tepat sesuai kemampuannya. Guru
juga harus bijak dalam membedakan harapan yang realistis, pesimistis,
maupun terlalu optimistis. Oleh karena itu, guru harus memiliki
pengetahuan tentang keberhasilan atau kegagalan akademis peserta didik
dimasa lalu.
3) Memberikan insentif. Peserta didik yang mendapatkan kemajuan atau
keberhasilan dalam aktivitas belajar, guru diharapkan memberikan
insentif (hadiah) dapat berupa pujian, nilai yang baik dll, sehingga peserta
didik terdorong untuk melakukan upaya lebih lanjut dalam belajar.
4) Mengarahkan perilaku peserta didik. Mengarakan perilaku peserta didik
merupakan salah satu peran dari guru. Para guru dituntut untuk
memberikan respon yang tepat kepada peserta didik yang tidak terlibat

12
dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.
Teguran harus diberikan secara arif dan bijaksana.

Selanjutnya, Slavin (2019) menyatakan kegiatan belajar mengajar diharapkan


meningkatkan motif belajar internal. Motif belajar internal yang bertumbuh dan
meningkat selalu membantu dalam kegiatan belajar mengajar, tanpa peduli
pengaruh insentif dari luar diri (eksternal) digunakan atau tidak (Covington, 1999;
Vansteenkiste, Lens dan Deci, 2006, dalam Slavin 2019). Hal ini bermasksud
bahwa guru harus mampu mencoba memberdayakan perserta didik tertarik dengan
bahan materi yang diberikan dan kemudian menyajikannya dengan
menyenangkan, memikat yang memenuhi rasa keingintahuan peserta didik akan
bahan materi tersebut. Slavin (2019) menyatakan sarana mengupayakan
meningkatkan motif belajar internal peserta didik, sebagai berikut:
1) Membangkitkan ketertarikan. Penting mendapat kepercayaan peserta didik
mengenai kadar pentingnya dan daya tarik bahan materi yang akan
dipelajari dan diberikan, untuk menunjukan betapa ilmu pengetahuan yang
akan diperoleh akan bermanfaat bagi peserta didik (Bergin, 1999; Brophy,
2008; Tomlinson; 2002, dalam Slavin, 2019). Menurut Slavin (2019)
pengenalan pelajaran dengan contoh konkrit yang menghubungkan bahan
ajar dengan budaya peserta didik dapat sangat sesuai dan efektif. Metode
lain meningkatkan motif belajar internal peserta didik adalah memberikan
mereka pilihan tentang apa yang mau dibahas dan dipelajari atau
bagaimana cara peserta didik akan mempelajarinya (Cordova & Lepper,
1996; Stipek, 2009, dalam Slavin 2019). Misalnya, peserta didik diberi
pilihan menulis tentang pendapat pendidikan jarak jauh atau cita-cita, atau
pilihan cara bekerja individual atau berkelompok.
2) Mempertahankan keingintahuan. Guru yang berkompeten akan
menggunakan berbagai fasilitas dan sarana untuk membangkitkan lebih
jauh atau mempertahankan keingintahuan terhadap pelajaran (Slavin,
2019). Bottage (2001, dalam Slavin 2019) menyatakan kegiatan yang tidak
terduga atau menantang peserta didik dengan latihan soal yang tidak dapat
peserta didik selesaikan dengan pengetahuan mereka saat ini dapat

13
memunculkan rasa keingintahuan dan hal itu membangkitkan motif belajar
intrinsik.
3) Menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik. Motif belajar
internal untuk mempelajari sesuatu hal atau bahan ajar akan meningkat
melalui penggunaan bahan yang menarik, dan juga berbagai cara
penyajian (Slavin, 2019). Misalnya, guru dapat mempertahankan
ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu dengan
mengunakan secara bergantian penggunaan video animasi, film, pengajar
tamu, peragaan, dan seterusnya, walauapun penggunaan tiap-tiap sumber
daya harus diperlukan persiapan secara matang dan seksama untuk
memastikan hal itu terfokus pada hal yang mau dicapai dalam pelajaran
dan melengkapi aktivitas lain (Slavin, 2019). Yang membuat bahan
menarik adalah unsur-unsur seperti bahan yang emosional (misalnya,
bahaya, seks, uang, kesedihan, bencana), contoh konkret dan bukan
abstrak, hubungan sebab-akibat, dan pengorganisasian yang jelas (Jetton &
Alexander, 2001; Schraw et al., 2001; Wade, 2001, dalam Slavin, 2019).
Slavin (2019) menyatakan salah satu sarana yang sangat baik untuk
meningkatkan ketertarikan peserta didik terdapat mata pelajaran adalah
penggunaan permainan atau simulasi. Keunggulan simulasi ialah hal ini
memungkinkan peserta didik belajar tentang mata pelajaran dari dalam dan
simulasi memberikan pengetahuan afeksi yang khas dan berbeda tentang
mata pelajaran tertentu (Slavin, 2019).
4) Membantu peserta didik membuat pilihan dan menentukan sasarannya
sendiri. Prinsip mendasar motivasi adalah bahwa peserta didik akan
berupaya keras demi target atau sasaran yang peserta didik sendiri
tentukan daripada target atau sasaran yang ditentukan oleh orang lain
baginya (Ryan & Deci, 2000: Slavin, 2019). Peserta didik akan sangat
termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan aktivitas belajar yang dia pilih,
sekalipun pilihan itu hanya berupa diantara dua pilihan (Patall et all.,
2008; Vokoun & Bingelow, 2008; Slavin 2019).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan motif belajar peserta didik dengan membangkitkan ketertarikan

14
peserta didik mengenai bahan ajar, menjaga rasa keingintahuan peserta didik,
menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik, dan membantu peserta didik
membuat sasaran atau target-target mereka sendiri.

15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel perhatikan saran Bu Henny ya
Populasi yang diteliti adalah para siswa/i Sekolah Menengah Atas Santo
Kristoforus 1 Jakarta. Selanjutnya sampel yang diteliti adalah para siswa/i kelas
XII IPA berjumlah 20 siswa/i Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1
Jakarta, dengan menggunakan teknik simple random sampling yang semua siswa/i
diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan menggunakan lama waktu adalah 1 Semester (6 bulan), dan
tempat di SMA St Kristoforus 1 RT.14/RW.4, Jelambar, Kec. Grogol petamburan,
Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11460. Waktu penelitian
dimulai dari bulan Agustus - Januari 2020.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel penelitian dalam proposal skripsi ini berjumlah satu variabel yaitu motif
belajar internal yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara umum terkait
motif belajar internal yang dimiliki oleh para siswa/i kelas XII IPA Sekolah
Menengah Atas Santo Kristoforus 1 Jakarta.

1. Definisi Operasional
Motif belajar internal adalah dorongan dalam diri individu dalam belajar yang
memiliki ciri-ciri terdiri dari tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa), tertarik terhadap bermacam-macam masalah masalah
belajar dalam diri, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas
rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional.

D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan salah satu penilitian
dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
menggambarkan atau mendeskripsikan secara sistematis suatu fenomena di masa

16
sekarang berdasarkan keadaan asli fenomena tersebut dengan menggunakan
sampel berjumlah banyak. Fenomena tersebut adalah motif belajar internal dari
para siswa/i kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1 Jakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan skala penilaian, alat ukur yang
digunakan mengungkapkan suatu kondisi dari siswa/i yang merupakan subjek
penelitian. Skala penilaian yang digunakan adalah motif belajar internal, dengan
enam komponen sebagai berikut, tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi
kesulitan, tertarik terhadap bermacam-macam masalah belajar dalam diri, lebih
senang bekerja mandiri, cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin, dan dapat
mempertahankan pendapatnya dengan rasional.

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis Ujicoba

2. Analisis Rasional
Instrumen skala penelitian yang mengukur motif belajar internal siswa kelas XII
IPA SMA St Kristoforus 1 Jakarta diteliti kembali oleh rekan sejawat atau peneliti
lain. Instrumen dapat diteliti peneliti lainnya, atau dosen yang kemudian
didiskusikan untuk memeriksa mengenai landasan teori yang digunakan,
komponen, penjabaran komponen ke dalam indikator, serta kalimat untuk
menyusun butir-butir pernyataan. Tujuan dari analisis rasional yang dilakukan
professional lain atau peneliti lain adalah untuk memperbaiki instrumen dari
keliruan tata bahasa agar lebih mudah dipahami oleh subjek penelitian.

3. Analisis Empiris
Hasil yang didapat dari ujicoba terhadap sampel dianalisis menggunakan program
SPSS (Statistical Package for Social Science) dan dianalisis dengan rumus
variabilitas (standar deviasi dan varians).

17
Daftar Pustaka
Badaruddin, A. (2015). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling
Klasikal. Padang: CV Abe Kreatifindo.

Parnawi, A. (2019). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Deepublish Publisher.


Slavin, R. E. (2019). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Jilid 2. Jakarta: PT
INDEKS.
Sudarnoto, L. F. N. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta.
Susanto, A. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan
Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT
Gramedia.
Lampiran:
1. Teori dan Kisi-Kisi Motif Belajar Internal

a. Motif Belajar Internal


Menurut Parnawi (2019) motivasi belajar internal adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau bergerak sesuai fungsinya tanpa perlu stimuli dari faktor eksternal, karena
didalam diri setiap peserta didik sudah terdapat dorong untuk melakukan sesuatu.
Parnawi (2019) menyatakan lebih lanjut, peserta didik yang tidak memiliki motivasi
belajar internal akan sangat kesulitan melakukan aktivitas belajar mengajar secara
konsisten. Oleh karena itu, motivasi belajar internal sangat penting dalam
keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Parnawi
(2019) menambahkan bahwa peserta didik yang memiliki motivasi belajar internal
akan terus ingin maju dalam belajar, cenderung akan menjadi seseorang terdidik,
berwawasan, dan mempuyai kemampuan dalam bidang tertentu. Selanjutnya menurut
Sadirman (2004: 81, dalam Susanto 2018) indikator motif belajar internal sebagai
berikut:
1) Tekun menghadapi tugas. Terlihat pada perilaku mencari berbagai sumber
buku untuk mengumpulkan informasi dalam mengerjakan tugas, dan
terdorong mengerjakan tugas dengan tekun sampai tuntas.
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak mudah putus asa dan
terbiasa mengeumpulkan tugas tepat waktu. Peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam mata pelajaran, terdorong untuk bertanya kepada guru atau
teman sekelas.
3) Tertarik terhadap bermacam-macam masalah-masalah belajar dalam diri.
Berani menghadapi hambatan dan kendala dalam belajar serta peserta didik
mampu menemukan solusi dalam ketika menghadapi hambatan dalam belajar.
4) Lebih senang bekerja mandiri. Peserta didik bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas mata pelajaran secara mandiri dan dengan rasa senang.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional. Peserta didik memiliki
prinsip yang kuat dalam mempertahankan argumennya, dan yakin dengan apa
yang telah dia kerjakan.

Menurut Susanto (2018) apabila seseorang telah memiliki karakteristik sebagaimana


telah disebutkan di atas, maka berarti seseorang itu telah memiliki motivasi belajar
yang tinggi. Berdasarkan penjelasan dari paragraf sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, indikator motif belajar internal tekun menghadapi tugas, ulet dalam
menghadapi kesulitan, tertarik terhadap bermacam-macam masalah-masalah belajar
dalam diri, lebih senang bekerja secara mandiri, cepat bosan terhadap tugas-tugas
rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional.
b. Kisi-Kisi

Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

1. Tekun menghadapi a. Mencari berbagai sumber buku 1. Saya terdorong mencari sumber informasi
tugas dalam mengerjakan tugas dari buku untuk mengerjakan tugas mata

1, 15, pelajaran.

29, 43 2. Saya tertarik membaca buku terlebih dahulu


4 sebelum mengerjakan tugas mata pelajaran
3. Saya mampu mencari sumber informasi dari
buku untuk mengerjakan tugas.
4. Saya terdorong membaca buku-buku yang
sesuai dengan mata pelajaran yang saya
ambil.
b. Mengerjakan tugas dengan 1. Saya biasa mengerjakan tugas mata pelajaran
tekun sampai tuntas sampai tuntas.
2. Saya terdorong untuk menyelesaikan tugas
2, 16, mata pelajaran sampai tuntas.
4
30,44 3. Saya mampu menyelesaikan tugas dengan
tekun.
4. Saya tergerak menyelesaikan tugas dengan
tekun sampai tuntas.
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

2. Ulet menghadapi a. Mengumpulkan tugas tepat 1. Saya dapat mengumpulkan tugas tepat
kesulitan waktu 3, 17, waktu.

3 31 2. Saya terbiasa menyelesaikan tugas tepat


waktu.
3. Saya terdorong menyelesaikan tugas
sebelum waktu pengumpulan.
b. Bertanya kepada guru atau 1. Saya terdorong bertanya kepada guru atau
teman bila mengalami kendala teman bila tidak memahami mata pelajaran.
dalam mata pelajaran 2. Saya percaya diri untuk bertanya kepada
guru atau teman bila mengalami kesulitan
4, 18,
3 dalam mata pelajaran.
32
3. Saya tergerak bertanya kepada guru
mengenai materi pelajaran yang menarik
bagi saya.

c. Tidak mudah putus asa ketika 3 5, 19, 1. Saya mampu menghadapi kesulitan dalam
mengalami kesulitan belajar 33 belajar.
2. Saya dapat bertahan ketika mengalami
kesulitan dalam belajar.
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

3. Saya terdorong untuk tetap berusaha mencari


solusi ketika menghadapi kesulitan belajar.
3. Menunjukkan minat a. Berani menghadapi masalah 1. Saya mampu menyelesaikan masalah dalam
terhadap bermacam- belajar proses belajar.
macam masalah 6, 20, 2. Saya tertarik menghadapi masalah dalam
3
belajar dalam diri. 34, proses belajar yang saya alami.
3. Saya terdorong mencari solusi ketika
menghadapi masalah dalam belajar.
b. Dapat mencari jalan keluar 1. Saya tertarik untuk menemukan solusi bila
ketika menghadapi masalah 7, 21, mengalami hambatan dalam belajar.
belajar 3 35, 2. Saya mampu mengatasi hambatan dalam
mata pelajaran.
3. Saya tergerak mencari sudut pandang baru
ketika menghadapi masalah belajar
c. Patang menyerah dalam 1. Saya tidak mudah putus asa untuk mengatasi
menghadapi masalah belajar 8, 22, hambatan dalam proses belajar.

3 36 2. Saya berusaha untuk menghadapi masalah


belajar.
3. Saya terdorong berjuang menyelesaikan
masalah belajar
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

4. Lebih senang belajar a. Bertanggung jawab dalam 1. Saya sanggup bertanggung jawab
mandiri menyelesaikan tugas mata menyelesaikan tugas mata pelajaran.
pelajaran secara mandiri 2. Saya terdorong menyelesaikan tugas mata
9, 23, pelajaran tanpa bantuan orang lain.
4
37,45 3. Saya bersemangat untuk menyelesaikan
tugas secara mandiri.
4. Saya bertekad menyelesaikan tugas tanpa
mencontek dari teman.
b. Menyelesaikan tugas mata 1. Saya tertarik menyelesaikan tugas mata
pelajaran dengan senang pelajaran secara mandiri.

10,24, 2. Saya senang dapat menyelesaikan tugas mata

4 38,46 pelajaran secara mandiri.


3. Saya puas jika saya mampu menyelesaikan
tugas mata pekajaran secara mandiri.
4. Saya bersemangat ketika menyelesaikan
tugas-tugas individu
5. Cepat bosan pada a. Mendambakan tugas yang 3 11, 25, 1. Saya lebih suka dengan tugas-tugas yang
tugas-tugas rutin bervariasi 39 menantang
2. Saya bersemangat mengerjakan tugas yang
berbeda dari sebelumnya
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

3. Saya tertarik mengerjakan soal yang sulit


b. Jenuh dengan tugas yang 1. Saya mampu dalam waktu lama untuk
terus-menerus mengerjakan tugas-tugas
12, 26, 2. Saya tertarik dengan mata pelajaran dengan
3
40 tugas yang sedikit
3. Saya terdorong memahami pelajaran dengan
tugas yang sedikit
6. Dapat a. Memiliki prinsip yang kuat 1. Saya percaya diri terhadap pendapat saya.
mempertahankan dalam mempertahankan 13, 27, 2. Saya yakin dengan pendapat yang saya
pendapat saat proses pendapat 41, 47 miliki.
belajar dengan orang 4 3. Saya memiliki pendirian yang kuat mengenai
lain. pendapat yang saya miliki.
4. Saya terdorong untuk mempertahankan
pendapat yang saya kemukakan.
b. Yakin dengan apa yang 4 14, 1. Saya percaya diri dengan kemampuan saya.
dikerjakan 28,42, 2. Saya yakin dengan kemampuan saya untuk
48 menyelesaikan tugas.
3. Saya mampu untuk menuntaskan tugas mata
pelajaran yang harus dikerjakan.
4. Saya terdorong menyatakan pendapat saya
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r

secara lugas dan tegas.


Total Pernyataan 48

Anda mungkin juga menyukai