Disusun Oleh:
Yoel Yulisti Tua Sirait 2017-0304-0023
1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena saya telah
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Motif Belajar Internal Siswa Kelas
XII IPA Dengan Metode Pendidikan Jarak Jauh Di Sekolah Menengah Atas Santo
Kristoforus 1 Jakarta Tahun Akademik 2020/2021". Penulisan proposal ini dilakukan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sebagai mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling Unika Atma Jaya. Terdapat beberapa hambatan yang
penulis alami dalam penyusunan proposal skripsi. Oleh karena itu, penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak lain berkat bimbingan
dosen, serta dukungan teman-teman, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
bisa diatasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Laura F.N. Sudarnoto, selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian yang telah memberikan arahan dalam penyelesain proposal
skripsi.
2. Teman-teman mahasiswa mata kuliah Metodologi Penelitian yang membantu
dalam proses diskusi judul pada saat perkuliahan.
3. Orang tua dan keluarga penulis, Papa, Mama, Sari, dan Tia yang selalu
memberikan dukungan doa, semangat, bantuan moral, dan material untuk
menyelesaikan perkuliahan dan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi yang saya susun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan saran demi
penyempurnaan proposal skripsi ini. Penulis berharap konten, informasi, dan kajian
teori dalam proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sudut
pandang baru bagi pihak yang membutuhkan, terkhusus pendidik dan guru BK.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 2
1. Identifikasi masalah 2
2. Pembatasan 3
3. Perumusan masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
A. Motivasi 5
B. Motivasi Belajar 5
ii
BAB III Metode Penelitian 15
1. Definisi Operasional 15
D. Jenis Penelitian 15
1. Analisis Ujicoba 16
2. Analisis Rasional 16
3. Analisis Empiris 16
Daftar Pustaka17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menengah atas sebagai salah satu lembaga pendidikan wajib 12 tahun
yang memiliki fungsi bagi para siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
aktivitas belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, sekolah menengah atas
merupakan tempat bagi para siswa dididik dan dibina agar dapat menjadi peserta
didik yang memiliki karakter, terampil, produktif, peduli, dan bersikap baik, serta
dapat mengembangkan pengetahuannya. Pendidikan merupakan tindakan yang
mendidik para siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam strategi kegiatan
bimbingan, pengajaran atau latihan, baik secara klasikal maupun secara pribadi.
Bimbingan pada hakekatnya merupakan pemberian bantuan, arahan, motivasi, dan
penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi
kesulitan tersendiri yang siswa alami.
1
motif sangat erat hubungannya dengan perilaku siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar dimulai. Motif siswa akan tumbuh dengan baik apabila ada upaya yang
dilakukan oleh pengajar untuk membangkitkan motivasi tersebut, hal ini disebut
dengan motif belajar eksternal. Namun motif yang timbul dalam diri siswa yang
mendorong agar memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, mengerjakan tugas-
tugas, memotivasi untuk bersaing dalam belajar, mengerjakan ulangan dll, dikenal
dengan istilah motif belajar internal. Daya upaya yang telah dilakukan pengajar
dalam metode pendidikan jarak jauh, tidak dapat menjamin para siswa semangat
dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar, masih ada siswa yang memiliki
motivasi yang rendah. Hal ini tampak pada saat proses belajar mengajar
pendidikan jarak jauh berlangsung, yaitu dengan terlihatnya siswa yang
menunjukan gejala-gejala kurang bergairah dalam belajar. Kondisi demikian juga
tampak pada saat kesiapan para siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Adakalanya terlihat siswa merasa bosan, bingung, dan tidak bergairah dalam
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.
Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor penyebab yang memungkinkan
siswa tidak bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran pada saat pendidikan
jarak jauh. Berdasarkan uraian tersebut, penulis terdorong untuk meneliti motif
belajar internal siswa kelas XII IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA
Santo Kristoforus 1 Jakarta tahun akademik 2020/2021 yang akan diwujudkan
dalam skripsi diwaktu mendatang.
B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah
tersebut:
a. Apa yang dimaksud dengan motif belajar internal?
b. Bagaimana gambaran mengenai kondisi motif belajar internal siswa kelas XII
IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta
tahun akademik 2020/2021?
c. Mengapa para siswa kurang bergairah dalam kegiatan belajar mengajar
pendidikan jarak jauh?
2
d. Perilaku belajar seperti apa yang menggambarkan siswa memiliki motif belajar
internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh?
2. Pembatasan
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah mengenai
gambaran kondisi motif belajar internal siswa kelas XII IPA dengan metode
pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta tahun akademik
2020/2021.
3. Perumusan masalah
Adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaran mengenai kondisi motif belajar internal siswa kelas XII
IPA dengan metode pendidikan jarak jauh di SMA Santo Kristoforus 1 Jakarta
tahun akademik 2020/2021?
b. Perilaku belajar seperti apa yang menggambarkan siswa memiliki motif belajar
internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh? Bagaimana cara mengetahui perilaku belajar siswa??
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini sebagai berikut:
a. Menguraikan gambaran kondisi motif belajar internal siswa memiliki motif
belajar internal yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode
pendidikan jarak jauh.
b. Menjabarkan perilaku belajar siswa yang memiliki motif belajar internal yang
baik dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Kepada Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1 Jakarta, penelitian ini
dapat memberikan gambaran fakta dan kondisi motif belajar internal siswa
kelas XII IPA sebagai referensi untuk memberikan metode pembelajaran
3
efektif, kreatif, dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode
pendidikan jarak jauh.
b. Kepada para siswa kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas Kristoforus 1
Jakarta, penelitian ini dapat memberikan pemahaman terkait kondisi motif
belajar internal para siswa untuk mengambil langkah strategis dalam upaya
meningkatkan diri pada kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan
jarak jauh.
c. Kepada orang tua atau keluarga siswa kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas
Santo Kristoforus 1 Jakarta, penelitian ini dapat memberikan pemahaman
gambaran kondisi motif belajar internal dari anaknya sebagai dasar untuk
mendampingi dan mengasuh.
4
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata motif. Winkel (1983) menyatakan bahwa motif
adalah daya penggerak atau pendorong yang terdapat didalam diri individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut
Slavin (2019) motivasi sebagai proses yang terjadi didalam diri yang
mengaktifkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut Slavin (2019) menjelaskan motivasi bukan hanya berperan penting
untuk memberdayakan siswa terlibat dalam kegiatan akademis, namun juga
menentukan seberapa luas dan utuh hal yang dipelajari siswa dari kegiatan belajar
mengajar yang para siswa lakukan atau dari informasi yang diberikan kepada
mereka. Fauziah dkk (2017) menambahkan motivasi adalah dorongan individu
yang dialami secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu aktivitas
dalam mencapai tujuannya. Lebih lanjut Fauziah dkk (2017) menyatakan motivasi
juga dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) dan dari orang lain (eksternal).
5
B. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi dan
belajar merupakan sebuah kesatuan yang saling mempengaruhi. Belajar adalah
perilaku yang mengarahkan diri kepada perubahan berbagai aspek individu yang
akan memperbaharui, pengetahuan, keterampilan, sikap, pengalaman, dan nilai.
Lebih spesifik, belajar adalah perubahan yang melibatkan aspek kognitif individu
dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Kurniasih (1989, dalam Susanto 2018) motivasi belajar adalah segala
daya upaya peserta didik yang berfungsi untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar. Kurniasih (1989, dalam Susanto 2018) lanjut menyatakan motivasi belajar
bukan hanya dorongan jiwa atau kemauan peserta didik melainkan segala daya
upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Fauziah dkk (2017)
menyatakan peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan fokus, serius, dan
tertarik dalam kegiatan belajar mengajar, namun peserta didik yang tidak memiliki
motivasi belajar cenderung atau selalu merasa jenuh dan tidak bergairah dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Fauziah dkk (2017) membuat sebuah ilustrasi
yang menarik tentang motivasi belajar ketika kegiatan belajar mengajar, ilustrasi
yang dibuat adalah motivasi belajar seperti bahan bakar untuk menggerakan
mesin. Selanjutnya Prayitno (1989, dalam Susanto 2018) menyatakan motivasi
belajar bukan hanya perubahan suatu energi yang mendorong peserta didik untuk
belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan perilaku peserta didik kepada
tujuan belajar. Menurut Suryabrata (2008, dalam Badaruddin 2015) bahwa peserta
didik yang mengarahkan perilaku kepada tujuan belajar dan memiliki motif
belajar dapat diketahui melalui aktivitas-aktivitas selama proses belajar, antara
lain:
1) Menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.
2) Mengikuti pelajaran di kelas.
3) Menindak lanjuti pelajaran di sekolah.
6
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
diwujudkan pada kegiatan belajar mengajar. Lebih lengkap lagi Mc Clelland
(1961, dalam Susanto 2018) menyatakan motivasi belajar merupakan upaya besar
dalam diri yang diperlihatkan individu untuk mencapai keberhasilan belajar.
Berdasarkan pernyataan Mc Clleland (1961, dalam Susanto 2018) diketahui
bahwa motivasi belajar merupakan suatu proses internal dalam diri individu yang
memberikan semangat atau dorongan dalam belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan yang terdapat pada peserta didik (internal dan eksternal) yang
menggerakan individu pada perilaku-perilaku belajar untuk mencapai tujuan dan
keberhasilan tertentu.
Menurut Badaruddin (2015) jika peserta didik mampu memahami tujuan belajar,
kemungkinan besar peserta didik akan termotivasi untuk belajar, dan hal ini yang
dapat diukur dengan aspek-aspek motif belajar internal maupun eksternal.
7
tidak memiliki motivasi belajar internal akan sangat kesulitan melakukan aktivitas
belajar mengajar secara konsisten. Oleh karena itu, motivasi belajar internal
sangat penting dalam keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Parnawi (2019) menambahkan bahwa peserta didik yang memiliki
motivasi belajar internal akan terus ingin maju dalam belajar, cenderung akan
menjadi seseorang terdidik, berwawasan, dan mempuyai kemampuan dalam
bidang tertentu. Selanjutnya menurut Sadirman (2004: 81, dalam Susanto 2018)
indikator motif belajar internal sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas. Terlihat pada perilaku mencari berbagai sumber
buku untuk mengumpulkan informasi dalam mengerjakan tugas, dan
terdorong mengerjakan tugas dengan tekun sampai tuntas.
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak mudah putus asa
dan terbiasa mengeumpulkan tugas tepat waktu. Peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam mata pelajaran, terdorong untuk bertanya
kepada guru atau teman sekelas.
3) Tertarik terhadap bermacam-macam masalah-masalah belajar dalam diri.
Berani menghadapi hambatan dan kendala dalam belajar serta peserta
didik mampu menemukan solusi dalam ketika menghadapi hambatan
dalam belajar.
4) Lebih senang bekerja mandiri. Peserta didik bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas mata pelajaran secara mandiri dan dengan rasa
senang.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional. Peserta didik
memiliki prinsip yang kuat dalam mempertahankan argumennya, dan
yakin dengan apa yang telah dia kerjakan.
8
bosan terhadap tugas-tugas rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan
rasional.
9
dirumuskan oleh Syaiful (2012, dalam Badaruddin 2015) mengenai fungsi dari
motif belajar, sebagai berikut:
1) Motif sebagai pendorong yang merupakan motor penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan kepada tujuan yang dicapai, yaitu tujuan
belajar.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan
yang serasi dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif belajar memiliki tiga fungsi
utama antara lain, sebagai pendorong, penggerak, dan menyeleksi perbuatan
dalam kegiatan belajar mengajar.
10
memiliki persepktif hasilnya akan berguna dikemudian hari. Bahkan dapat
menghindari dan mencegah peserta didik untuk mencontek dan stres
ketika ujian. Hal ini menunjukan optimisme peserta didik.
5) Motif belajar dapat melahirkan prestasi dalam belajar. Berbagai hasil
penelitian selalu menyimpulkan bahwa motif mempengaruhi prestasi
belajar. Tinggi rendahnya motif selalu menjadi indikator baik buruknya
prestasi belajar peserta didik.
11
G. Meningkatkan Motivasi Belajar
Kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh (PPJ), cenderung
memperkuat tidak bergairahnya peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Belum lagi, mungkin terdapat peserta didik yang tidak termotivasi dalam belajar.
Sebagian siswa mungkin dapat terlibat aktif, namun sebagian yang lain tidak
terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak
jauh. Peran guru penting dalam menciptakan kondisi kegiatan belajar mengajar
yang mendorong peserta didik untuk bergairah dalam belajar. Menurut De Decce
dan Grawford (1974, dalam Parnawi 2019) ada empat peran guru sebagai pengajar
yang berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motif belajar peserta
didik, sebagai berikut:
1) Menggairahkan peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan
metode pendidikan jarak jauh, guru harus mampu menarik rasa penasaran
peserta didik dalam belajar dan menghindari hal-hal yang monoton atau
membosankan. Dengan menarik rasa penasaran, guru sedang menjaga
minat peserta didik dalam belajar dan guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
2) Memberikan harapan realistis. Guru harus mampu memilihara harapan-
harapan peserta didik secara realistis dan memodifikasi harapan-harapan
tidak realistis peserta didik dengan tepat sesuai kemampuannya. Guru
juga harus bijak dalam membedakan harapan yang realistis, pesimistis,
maupun terlalu optimistis. Oleh karena itu, guru harus memiliki
pengetahuan tentang keberhasilan atau kegagalan akademis peserta didik
dimasa lalu.
3) Memberikan insentif. Peserta didik yang mendapatkan kemajuan atau
keberhasilan dalam aktivitas belajar, guru diharapkan memberikan
insentif (hadiah) dapat berupa pujian, nilai yang baik dll, sehingga peserta
didik terdorong untuk melakukan upaya lebih lanjut dalam belajar.
4) Mengarahkan perilaku peserta didik. Mengarakan perilaku peserta didik
merupakan salah satu peran dari guru. Para guru dituntut untuk
memberikan respon yang tepat kepada peserta didik yang tidak terlibat
12
dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode pendidikan jarak jauh.
Teguran harus diberikan secara arif dan bijaksana.
13
memunculkan rasa keingintahuan dan hal itu membangkitkan motif belajar
intrinsik.
3) Menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik. Motif belajar
internal untuk mempelajari sesuatu hal atau bahan ajar akan meningkat
melalui penggunaan bahan yang menarik, dan juga berbagai cara
penyajian (Slavin, 2019). Misalnya, guru dapat mempertahankan
ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu dengan
mengunakan secara bergantian penggunaan video animasi, film, pengajar
tamu, peragaan, dan seterusnya, walauapun penggunaan tiap-tiap sumber
daya harus diperlukan persiapan secara matang dan seksama untuk
memastikan hal itu terfokus pada hal yang mau dicapai dalam pelajaran
dan melengkapi aktivitas lain (Slavin, 2019). Yang membuat bahan
menarik adalah unsur-unsur seperti bahan yang emosional (misalnya,
bahaya, seks, uang, kesedihan, bencana), contoh konkret dan bukan
abstrak, hubungan sebab-akibat, dan pengorganisasian yang jelas (Jetton &
Alexander, 2001; Schraw et al., 2001; Wade, 2001, dalam Slavin, 2019).
Slavin (2019) menyatakan salah satu sarana yang sangat baik untuk
meningkatkan ketertarikan peserta didik terdapat mata pelajaran adalah
penggunaan permainan atau simulasi. Keunggulan simulasi ialah hal ini
memungkinkan peserta didik belajar tentang mata pelajaran dari dalam dan
simulasi memberikan pengetahuan afeksi yang khas dan berbeda tentang
mata pelajaran tertentu (Slavin, 2019).
4) Membantu peserta didik membuat pilihan dan menentukan sasarannya
sendiri. Prinsip mendasar motivasi adalah bahwa peserta didik akan
berupaya keras demi target atau sasaran yang peserta didik sendiri
tentukan daripada target atau sasaran yang ditentukan oleh orang lain
baginya (Ryan & Deci, 2000: Slavin, 2019). Peserta didik akan sangat
termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan aktivitas belajar yang dia pilih,
sekalipun pilihan itu hanya berupa diantara dua pilihan (Patall et all.,
2008; Vokoun & Bingelow, 2008; Slavin 2019).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan motif belajar peserta didik dengan membangkitkan ketertarikan
14
peserta didik mengenai bahan ajar, menjaga rasa keingintahuan peserta didik,
menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik, dan membantu peserta didik
membuat sasaran atau target-target mereka sendiri.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel perhatikan saran Bu Henny ya
Populasi yang diteliti adalah para siswa/i Sekolah Menengah Atas Santo
Kristoforus 1 Jakarta. Selanjutnya sampel yang diteliti adalah para siswa/i kelas
XII IPA berjumlah 20 siswa/i Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1
Jakarta, dengan menggunakan teknik simple random sampling yang semua siswa/i
diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
1. Definisi Operasional
Motif belajar internal adalah dorongan dalam diri individu dalam belajar yang
memiliki ciri-ciri terdiri dari tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa), tertarik terhadap bermacam-macam masalah masalah
belajar dalam diri, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas
rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional.
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan salah satu penilitian
dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
menggambarkan atau mendeskripsikan secara sistematis suatu fenomena di masa
16
sekarang berdasarkan keadaan asli fenomena tersebut dengan menggunakan
sampel berjumlah banyak. Fenomena tersebut adalah motif belajar internal dari
para siswa/i kelas XII IPA Sekolah Menengah Atas Santo Kristoforus 1 Jakarta.
2. Analisis Rasional
Instrumen skala penelitian yang mengukur motif belajar internal siswa kelas XII
IPA SMA St Kristoforus 1 Jakarta diteliti kembali oleh rekan sejawat atau peneliti
lain. Instrumen dapat diteliti peneliti lainnya, atau dosen yang kemudian
didiskusikan untuk memeriksa mengenai landasan teori yang digunakan,
komponen, penjabaran komponen ke dalam indikator, serta kalimat untuk
menyusun butir-butir pernyataan. Tujuan dari analisis rasional yang dilakukan
professional lain atau peneliti lain adalah untuk memperbaiki instrumen dari
keliruan tata bahasa agar lebih mudah dipahami oleh subjek penelitian.
3. Analisis Empiris
Hasil yang didapat dari ujicoba terhadap sampel dianalisis menggunakan program
SPSS (Statistical Package for Social Science) dan dianalisis dengan rumus
variabilitas (standar deviasi dan varians).
17
Daftar Pustaka
Badaruddin, A. (2015). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling
Klasikal. Padang: CV Abe Kreatifindo.
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r
1. Tekun menghadapi a. Mencari berbagai sumber buku 1. Saya terdorong mencari sumber informasi
tugas dalam mengerjakan tugas dari buku untuk mengerjakan tugas mata
1, 15, pelajaran.
2. Ulet menghadapi a. Mengumpulkan tugas tepat 1. Saya dapat mengumpulkan tugas tepat
kesulitan waktu 3, 17, waktu.
c. Tidak mudah putus asa ketika 3 5, 19, 1. Saya mampu menghadapi kesulitan dalam
mengalami kesulitan belajar 33 belajar.
2. Saya dapat bertahan ketika mengalami
kesulitan dalam belajar.
Nomo
No Komponen Indikator Jumlah Pernyataan
r
4. Lebih senang belajar a. Bertanggung jawab dalam 1. Saya sanggup bertanggung jawab
mandiri menyelesaikan tugas mata menyelesaikan tugas mata pelajaran.
pelajaran secara mandiri 2. Saya terdorong menyelesaikan tugas mata
9, 23, pelajaran tanpa bantuan orang lain.
4
37,45 3. Saya bersemangat untuk menyelesaikan
tugas secara mandiri.
4. Saya bertekad menyelesaikan tugas tanpa
mencontek dari teman.
b. Menyelesaikan tugas mata 1. Saya tertarik menyelesaikan tugas mata
pelajaran dengan senang pelajaran secara mandiri.